You are on page 1of 6

PERILAKU MASYARAKAT KABUPATEN BANGKALAN DALAM

MELAKSANAKAN PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN

NYAMUK DEMAM BERDARAH

OLEH:

Luluk Fauziyah J 131614153099

PROGRAM STUDI MAGISTER KEPERAWATAN

FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS AIRLANGGA SURABAYA

2017
1. TOPIK : PERILAKU MASYARAKAT KABUPATEN BANGKALAN DALAM
MELAKSANAKAN PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN NYAMUK
DEMAM BERDARAH
2. Latar Belakang

Demam berdarah merupakan salah satu jenis penyakit tropis yang penyebarannya berada

di daerah yang memiliki iklim tropis, seperti Kabupaten Bangkalan. Vektor penyebaran penyakit

ini adalah nyamuk. Vektor tersebut membawa virus yang ditularkan kepada manusia maupun

hewan. Cara penularan yang mudah yaitu dengan gigitan nyamuk yang telah membawa virus

demam berdarah tersebut. Kabupaten Bangkalan merupakan daerah endemis demam berdarah

karena setiap tahunnya selalu terjadi kasus demam berdarah. Beberapa kecamatan di Kabupaten

Bangkalan yang merupakan daerah endemis yaitu Kecamatan Bangkalan, Kecamatan Blega dan

Kecamatan Arosbaya.

Pencegahan berkembangnya nyamuk Aedes aegypti sebagai penular DBD menjadi mutlak

dilakukan karena vaksin yang efektif terhadap DBD sampai saat ini belum tersedia. Pengobatan

yang dilakukan hanya untuk mengurangi gejala sakit dan mengurangi risiko kematian.

Penanggulangan DBD secara umum ditujukan kepada pemberantasan rantai penularan dengan

memusnahkan pembawa virusnya (vektor) yaitu nyamuk Aedes aegypti, dengan memberantas

sarang perkembangbiakannya yang umumnya ada di air bersih yang tergenang di permukaan

tanah maupun di tempat-tempat penampungan air (Soedarmo, 2005: 56).

Sejak ditemukan kasus DBD pada tahun 1968 di Surabaya dan Jakarta, angka kejadian

penyakit DBD meningkat dari 0,05 per 100.000 penduduk menjadi 35,19 per 100.000 penduduk

pada tahun 1998 (Soegijanto, 2006: 25). Berdasarkan laporan Dinas Kabupaten Bangkalan, dari

tahun 2010 hingga tahun 2013 jumlah penderita DBD belum mengalami penurununan secara

signifikan. Pada tahun 2012, jumlah penderita DBD di Kabupaten Bangkalan sebanyak 264

orang dan sebanyak 70% menyerang bayi bawah lima tahun, sisanya 30% menyerang remaja dan
dewasa. Sedangkan pada tahun 2013, jumlah penderita DBD meningkat sebanyak 526 orang.

Jumlah penderita DBD di Kabupaten Bangkalan cenderung meningkat pada bulan Desember

hingga bulan Januari dan cenderung menurun kembali pada bulan Februari.

Dalam Program Pembangunan Nasional tertulis bahwa indikator penyakit DBD sebesar

20 per 100.000 penduduk untuk daerah endemis pada tahun 2010. Kondisi ini sulit dicapai

apabila tidak ditangani secara serius. Pemberantasan demam berdarah dengue ini sebenarnya

cukup mudah bila ada kerja sama yang baik antara pemerintah dan masyarakat dalam kegiatan

pemberantasan sarang nyamuk. Pencegahan dan pemberantasan DBD yang paling efektif adalah

dengan memberantas vektor atau jentik dengan kegiatan 3M (menutup, mengubur, menguras)

yang berkelanjutan. Upaya PSN DBD akan lebih baik pelaksanaannya jika ada peran serta

masyarakat yang sesuai dengan kondisi dan budaya setempat. Penelitian Ayubi dan Hasan

menemukan hubungan yang bermakna antara kebiasaan melakukan PSN dengan kejadian

demam berdarah dengue. Individu yang tidak melakukan dan melakukan 1M (menguras atau

menutup atau mengubur saja) berisiko 2,22 kali dan 5,85 kali lebih besar untuk menderita DBD

daripada yang melakukan PSN (2M atau 3M).

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran perilaku masyarakat Kabupaten

Bangkalan dalam melakukan pencegahan dan pemberantasan demam berdarah. Hal ini penting

dilakukan pemberantasan dan pencegahan demam berdarah sangat erat hubungannya dengan

perilaku masyarakat setempat dalam menjaga dan menciptakan lingkungan yang bersih.

3. Rumusan Masalah

Dari uraian masalah di atas, rumusan permasalahan dalam penelitian ini yaitu bagaimana

gambaran perilaku masyarakat kabupaten bangkalan dalam melaksanakan pencegahan dan

pemberantasan nyamuk demam berdarah.


4. Tujuan Penelitian

a. Tujuan Umum

Untuk mengetahui gambaran perilaku masyarakat Kabupaten Bangkalan dalam

melaksanakan pencegahan dan pemberantasan nyamuk demam berdarah.

b. Tujuan Khusus

a. Mengetahui gambaran perilaku keluarga yang terdiri dari ayah, ibu dan anak di

Kabupaten Bangkalan dalam melaksanakan pencegahan dan pemberantasan nyamuk

demam berdarah.

5. Metode Penelitian

Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian kualitatif, dengan metode pendekatan

untuk melihat bahwa kenyataan bukanlah seperti apa yang tampak, tetapi kenyataan ada di

masing-masing kepala individu yang harus digali. Pendekatan ini akan membantu untuk

memasuki sudut pandang orang lain dan berupaya memahami bagaimana mereka menjalani

hidupnya dengan cara tertentu, serta pemahaman bahwa realitas masing-masing individu itu

berbeda. Penggunaan pendekatan ini untuk dapat menggambarkan pengetahuan, sikap dan

tindakan keluarga serta petugas jumantik, sesuai dengan sudut pandang yang terkait, serta faktor-

faktor yang mempengaruhi keluarga dan petugas jumantik untuk berperilaku dalam upaya

mencegah penyakit DBD.

6. Tekhnik dan Prosedur Pengumpulan Data

Untuk data primer, maka metode pengumpulan data dilakukan dengan dua cara yaitu

wawancara mendalam kepada informan tentang perilaku keluarga terhadap pencegahan DBD

dan pengamatan (observasi) pada keadaan rumah dan lingkungan sekitarnya. Wawancara dan

pengamatan dilakukan langsung di lokasi tempat tinggal informan. Pelaksanaan wawancara


dilakukan beberapa kali agar data yang terkumpul dapat menggambarkan perilaku keluarga dan

juga sebagai upaya untuk memastikan kebenaran dari keterangan-keterangan terdahulu yang

sudah diberikan informan.

Uji keabsahan data dilakukan dengan tehnik triangulasi data. Peneliti akan memastikan

bahwa catatan harian wawancara dengan informan dan catatan harian observasi telah terhimpun.

Kemudian dilakukan penyesuaian informasi terhadap materi catatan-catatan harian, untuk

memastikan tidak ada informasi yang bertentangan antara catatan harian wawancara dan catatan

harian observasi, supaya dapat dipastikan bahwa jawaban yang diberikan sesuai dengan hasil

pengamatan. Jika ada perbedaan informasi atau informasi tidak relevan, peneliti akan menelusuri

sumber perbedaan tersebut dan mengkonfirmasi perbedaan tersebut pada informan dan sumber-

sumber lainnya. Jika terjadi ketidaksesuaian informasi maka triangulasi data dilakukan dengan

mewawancarai anggota keluarga yang lainnya, atau dengan metode pengamatan untuk

memastikan tindakan informan dalam mencegah penyakit DBD. Alat bantu yang digunakan

dalam proses pengumpulan data yaitu alat tulis. Data hasil pengamatan dan wawancara

umumnya langsung peneliti tulis di tempat penelitian dalam bentuk tulisan-tulisan singkat.

Tulisan-tulisan singkat ini kemudian dikembangkan ke dalam bentuk field note yang lebih rinci

dan lengkap.

Data yang pertama ingin peneliti telusuri adalah berkaitan dengan pengetahuan

dan sikap informan dalam pencegahan penyakit DBD. Sedangkan data tindakan pencegahan

penyakit DBD lebih banyak saya peroleh dengan metode pengamatan terhadap keadaan rumah

dan lingkungan sekitar rumah.


DAFTAR PUSTAKA

Ayubi D, Hasan A, 2007, Hubungan Perilaku Pemberantasan Sarang Nyamuk dan Kejadian
Demam Berdarah Dengue di Kota Bandar, Lampung, Jurnal Kesehatan Masyarakat
Nasional, 2007:2, Oktober
Depkes RI, 2001, Tatalaksana Demam Berdarah Dengue/Demam Dengue, Jakarta
Depkes RI, 2005, Pencegahan dan Pemberantasan Demam Berdarah Dengue Di Indonesia,
Jakarta
Depkes RI, 2006, Pemberantasan Sarang Nyamuk Demam Berdarah Dengue oleh Juru Pemantau
Jentik, Jakarta
Soegijanto, S, 2004, Demam Berdarah Dengue Tinjauan dan Temuan Baru Di Era 2003,
Airlangga Press: Surabaya

You might also like