You are on page 1of 7

Berdasarkan sumbernya air dikelompokkan menjadi air permukaan, air atmosfir dan air

bawah tanah. Contoh air permukaan adalah air sungai, danau, rawa dan lain lain. Air atmosfir
misalnya uap air dan air bawah tanah adalah air sumur.
Berdasarkan kandungan mineralnya air dibagi menjadi air sadah dan air lunak. Air sadah
mengandung garam garam mineral, misalnya garam Magnesium (Mg) dan kalsium (Ca). air
lunak mengandung hanya sedikit sekali garam garam mineral Mg dan Ca bahkan tidak
mengandung kadar Mg dan Ca.
A. Karakteristik Air
1. Karakteristik fisik Air :
Kekeruhan
Kekeruhan air dapat ditimbulkan oleh adanya bahan-bahan anorganik dan organik
yang terkandung dalam air seperti lumpur dan bahan yang dihasilkan oleh
buangan industri.
Temperatur
Kenaikan temperatur air menyebabkan penurunan kadar oksigen terlarut. Kadar
oksigen terlarut yang terlalu rendah akan menimbulkan bau yang tidak sedap
akibat degradasi anaerobic ynag mungkin saja terjadi.
Warna
Warna air dapat ditimbulkan oleh kehadiran organisme, bahan-bahan tersuspensi
yang berwarna dan oleh ekstrak senyawa-senyawa organik serta tumbuh-
tumbuhan.
Solid (Zat padat)
Kandungan zat padat menimbulkan bau busuk, juga dapat meyebabkan turunnya
kadar oksigen terlarut. Zat padat dapat menghalangi penetrasi sinar matahari
kedalam air.
Bau dan rasa
Bau dan rasa dapat dihasilkan oleh adanya organisme dalam air seperti alga serta
oleh adanya gas seperti H2S yang terbentuk dalam kondisi anaerobik, dan oleh
adanya senyawa-senyawa organik tertentu.
2. Karakteristik kimia air :
pH
Pembatasan pH dilakukan karena akan mempengaruhi rasa, korosifitas air dan
efisiensi klorinasi. Beberapa senyawa asam dan basa lebih toksid dalam bentuk
molekuler, dimana disosiasi senyawa-senyawa tersebut dipengaruhi oleh pH.
DO (dissolved oxygent)
DO adalah jumlah oksigen terlarut dalam air yang berasal dari fotosintesa dan
absorbsi atmosfer/udara. Semakin banyak jumlah DO maka kualitas air semakin
baik. Satuan DO biasanya dinyatakan dalam persentase saturasi.
BOD (biological oxygent demand)
BOD adalah banyaknya oksigen yang dibutuhkan oleh mikroorgasnisme untuk
menguraikan bahan-bahan organik (zat pencerna) yang terdapat di dalam air
buangan secara biologi. BOD dan COD digunakan untuk memonitoring kapasitas
self purification badan air penerima.
COD (chemical oxygent demand)
COD adalah banyaknya oksigen yang di butuhkan untuk mengoksidasi bahan-
bahan organik secara kimia.
Reaksi: + 95%terurai
Zat Organik + O2 CO2 + H2O
Kesadahan
Kesadahan air yang tinggi akan mempengaruhi efektifitas pemakaian sabun,
namun sebaliknya dapat memberikan rasa yang segar. Di dalam pemakaian untuk
industri (air ketel, air pendingin, atau pemanas) adanya kesadahan dalam air
tidaklah dikehendaki. Kesadahan yang tinggi bisa disebabkan oleh adanya kadar
residu terlarut yang tinggi dalam air.
Senyawa-senyawa kimia yang beracun
Kehadiran unsur arsen (As) pada dosis yang rendah sudah merupakan racun
terhadap manusia sehingga perlu pembatasan yang agak ketat ( 0,05 mg/l).
Kehadiran besi (Fe) dalam air bersih akan menyebabkan timbulnya rasa dan bau
ligam, menimbulkan warna koloid merah (karat) akibat oksidasi oleh oksigen
terlarut yang dapat menjadi racun bagi manusia.
Padatan terlarut (TDS) adalah bahan-bahan terlarut yang tidak tersaring dengan
kertas saring Millipore dengan ukuran pori-pori 0,45 m
Padatan tersuspensi total (TSS) adalah bahan-bahan tersuspensi dan tidak terlarut
dalam air, bahan-bahan ini tersaring pada kertas saring Millipore dengan ukuran
pori-pori 0,45 m.
Padatan sedimen adalah padatan yang langsung mengendap jika air didiamkan.
Padatan yang mengendap tersebut terdiri dari partikel partikel padat yang
berukuran lebih besar dari padatan tersuspensi, relative besar dan berat, seperti
pasir dan lumpur.
Mikroorganisme jenis ganggang dan lumut dapat menyumbat saringan saringan air pendingin,
tube tube kondensor, pompa pompa dan mengurangi kecepatan pertukaran panas. Bakterei
merupakan salah satu jenis mikroorganisme dalam air dapat merusak bangunan bangunan
menara pendingin yang terbuat dari beton.
Koagulasi adalah mekanisme dimana partikel partikel koloid yang bermuatan negatif
akan dinetralkan, sehingga muatan yang netral tersebut saling melekat dan menempel satu sama
lain, dan membentuk flok. Untuk menambah besar ukuran koloid dapat dilakukan dengan
jalan reaksi kimia diikuti dengan pengumpulan atau dengan cara penyerapan.
Partikel koloid memiliki ukuran lebih kecil dari suatu mikro akan menimbulkan sifat
sifat yang berbeda, karena kecilnya ukuran partikel maka luas permukaan tiap satuan massa
akan semakin besar.
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi untuk menghasilkan koagulasi yang baik :

1. Pengontrolan pH
Setiap koagulan mempunyai range pH yang spesifik dimana presipitasi yang maximum
akan terbentuksekaligus titik kelarutan minimum.
2. Temperatur
Pada temperatur yang rendah, kecepatan reaksi lebih lambat dari viskositas air lebih besar
sehingga flok lebih sukar mengendap.
3. Dosis Koagulan
Air dengan turbiditas yang tinggi memerlukan dosis koagulan yang banyak. Dosis
koagulan persatuan unit turbidity tinggi, akan lebih kecil dibandingkan dengan dosis persatuan
untuk air dengan turbidity rendah.
Hal ini disebabkan karena dalam air yangmempunyai turbidity tinggi, kemungknan
terjadinya tumbukan antara partikel akan lebih besar. (Sangsoko,1989).

Flokulasi adalah proses pengadukan lambat agar campuran koagulan dan air baku yang telah
merata membentuk gumpalan atau flok dan dapat mengendap dengan cepat.
Tujuan utama flokulasi adalah membawa partikel ke dalam hubungan sehingga partikel-partikel
tersebut saling bertabrakan, kemudian melekat, dan tumbuh mejadi ukuran yang siap turun
mengendap. Pengadukan lambat sangat diperlukan untuk membawa flok dan menyimpannya
pada bak flokulasi. Setelah dari unit koagulasi, selanjutnya air akan masuk ke dalam unit
flokulasi. Unit ini ditujukan untuk membentuk dan memperbesar flok. Teknisnya adalah dengan
dilakukan pengadukan lambat (slow mixing).
Sedimentasi yaitu proses pengendapan flok partikel dan pemisahan kotoran/warna,
sehingga air terolah akan jernih (supernatan) dan endapan yang terjadi dibuang atau digunakan
ulang (concentrate).
Setelah melewati proses destabilisasi partikel koloid melalui unit koagulasi dan unit flokulasi,
selanjutnya perjalanan air akan masuk ke dalam unit sedimentasi. Unit ini berfungsi untuk
mengendapkan partikel-partikel koloid yang sudah didestabilisasi oleh unit sebelumnya.
Filtrasi adalah pembersihan partikel padat dari suatu fluida dengan melewatkannya pada medium
penyaringan, atau septum, yang di atasnya padatan akan terendapkan.
Ialah pertukaran ion antara resin (senyawa tidak larut) dengan air, dimana resin akan menerima
ion positif atau negative tertentu dari larutan (air) dan melepaskan ion lain kedalam larutan
tersebut dalam jumlah ekivalen yang sama.

Reaksi pertukaran kation ; untuk menukarkan kation


2NaR (s) + CaCl2 (l) CaR2 (s) + 2NaCl (l)

Reaksi pertukaran anion : menukarkan anion


2RCl (s) + Na2SO4 (l) R2SO4 (S) + 2NaCl (l)

Jika semua ion yang ada dalam larutan sudah dipertukarkan, maka reaksi pertukaran ion akan
terhenti dan pada saat itu resin telah mencapai titik habis, sehingga harus dilakukan regenerasi.
Operasi system pertukaran ion :
1. Tahap layanan
Merupakan tahap dimana terjadi reaksi pertukaran ion.
Watak dari tahap layanan ini ditentukan oleh konsentrasi ion yang dihilangkan
terhadap waktu atau volume air produk yang dihasilkan.
Tahap pencucian balik

Dilakukan setelah kemampuan resin telah mencapai titik jenuh. Sebagai pencuci
digunakan air produk, dengan sasaran :
1. Pemecahan resin yang tergumpal
2. Menghilangkan partikel halus yang terperangkap dalam ruang antar resin.
3. Menghilangkan kantong-kantong gas dalam unggun
4. Pembentukan ulang lapisan resin

3. Tahap regenerasi

Adalah operasi penggantian ion yang terjerat dengan ion awal yang semula berada
dalam matrik resin dan pengembalian kapasitas resin ketingkat awal atau ketingkat
yang diinginkan.

Fungsi larutan regenerasi harus dapat menghasilkan titik puncak (mengembalikan


kemampuan resin ketingkat awal) dari ion yang digantikan, karena dapat mengurangi
waktu regenerasi dan jumlah larutan yang digunakan.
. Tahap pembilasan

Tujuan untuk menghilangkan sisa larutan regenerasi yang terperangkap oleh resin.
Dilakukan dengan ;
a. Tingkat laju alir rendah, untuk menghilangkan larutan regenerasi
b. Tingkat laju alir tinggi, untuk menghilangkan sisa ion.

5. Penghilangan gas (deaerator)

Penghilangan gas dilakukan :


Keluar kolom kation sebelum diolah di kolom resin penukar anion, dengan tujuan
untuk mengurangi beban pertukaran pada kolom penukar anion (juga untuk
mengurangi penggunaan larutan regenerasi)
Pada tahap pertukaran kation (siklus H), alkalinitas bikarbonat dalam air umpan akan
dikonversi menjadi asam kabonat dan karbondioksida,
CO2 + H2O H2CO3 H+ + HCO3-
Karena air keluar resin penukar kation bersifat asam, maka reaksi kesetimbangan
akan bergeser ke kiri.
Jumlah karbondioksida dalam degasifier ekivalent dengan alkalinitas bikarbonat
ditambah dengan jumlah karbondioksida yang terlarut dalam air.
Cara kerja degasifier adalah dengan proses stripping (pelucutan) yaitu kandungan
CO2 dalam air dilucuti dengan menggunakan udara yang dihembuskan oleh blower
atau secara vakum.
1. Berekasi dengan kesadahan dan kandungan silica air umpan dan mencegah pengendapan
pada permukaan logam ketel sebagai kerak.
Ion kalsium : diendapkan dalam bentuk kalsium hidroksi apatit dan
kalsium karbonat
Ion magnesium dan silica : diendapkan dalam bentuk sarpentin, magnesium silikat
dan magnesium hidroksida
2. Menjadikan zat-zat tersuspensi seperti lumpur, kesadahan dan besi oksida menjadi suatu
masa yang tidak melekat pada logam ketel.
Bahan kimia yang digunakan ; tannin, lignin, dan alginate.

3. Menyediakan perlindungan anti busa untuk memungkinkan pemekatan padatan terlarut


dan tersuspensi dalam air ketel sampai taraf tertentu tanpa terjadi carry over.

Penyebab terjadinya carry over ;


- Disain ketel tidak baik
- Alat pemisah steam dan air yang tidak efektif
- Akibat level air yang tinggi

Penyebab pembentukan busa ;


- Adanya padatan terlarut dan tersuspensi dalam air
- Alkalinitas
- Masuknya material perangsang pembentuk busa,
seperti kondensat yang terkontaminasi minyak.

Senyawa pencegah pembentukan busa (anti foam agent), seperti ;


- polyglikol dan polyamide.

Perlakuan pencegahan pembentukan busa ;


- pengolahan air yang baik
- peningkatan blow down dari ketel
- menghilangkan senyawa pembentuk busa dalam kondensat.

4. Menghilangkan oksigen dari air dan menyediakan alkalinitas yang cukup untuk
mencegah korosi.
Senyawa untuk menghilangkan oksigen dalam air ; natrium sulfit dan hydrazine
Reaksi ;
2Na2SO3 + O2 2Na2SO4
N2H2 + O2 2H2O + N2

Keuntungan pemakaian natrium sulfit ;


- Mempunyai kecepatan rekasi yang cepat pada suhu rendah,
- Mudah diumpankan,
- Bahan sisa yang tidak bereaksi, dan
- Mudah dianalisa

Alasan pemilihan hydrazine ;


- Hasil reaksi yang tidak menghasilkan TDS dan TSS
- Pemakaian pada suhu tinggi dengan tekanan , 400 psig
A. Syarat air pendingin ;

Syarat untuk air pendingin harus tidak menimbulkan masalah;


1. Korosi pada system pendingin
Akibat korosi :
- Penyumbatan dan kerusakan pada system perpipaan
- Kontaminasi produk yang diinginkan, karena adanya kebocoran
- Menurunnya efisiensi perpindahan panas
2. Pembentukan kerak dan deposit
Akibat ;
- Penurunan efisiensi perpindahan panas
- Naiknya kehilangan tekanan, karena naiknya tahanan dalam pipa
- Penyumbatan pipa-pipa berukuran kecil

3. Fouling
Fouling yang berasal dari mikroorganisme pada system air pendingin terutama yang
terdapay pada cooling tower, dapat mengakibatkan ;
- Korosi local
- Penyumbatan
- Penurunan efisiensi perpindahan panas.

You might also like