You are on page 1of 93

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Peran gear dalam kendaraan maupun dunia industry sangat penting dalam
menghubungkan atau meneruskan putaran daya yang dihasilkan dari proses
energy kinetic menjadi energy mekanik. sehingga dengan kemajuan teknologi
,ilmu pengetahuan dan pertumbuhan penduduk maka tak hentinya manusia
mengembangkan teknologi baru yang berbagai macam tipe dan lebih modern.

Pengembangan teknologi roda gigi sangat dibutuhkan untuk mengimbangi


pertumbuhan teknologi, terutama sekali mesin yang ada kaitannya dengan
transmisi roda gigi. Hal ini dapat dilihat pada pengembangan sistem
pengoperasian roda gigi yang dimulai dengan sistem pengoperasian yang
manual, semi otomatis dan otomatis.

Di dalam aplikasi penggunaan transmisi roda gigi sering dijumpai


beberapa masalah, misalnya patah pada kepala roda gigi, ausnya lubang poros
pada roda gigi dan timbulnya suara berisik pada roda gigi, maka diperlukan
perencanaan roda gigi untuk mengatasi masalah yang terjadi pada transmisi
roda gigi.

1.2 Perumusan Masalah


Permasalahan yang diangkat dalam perencanaan transmisi ini adalah untuk
mengetahui hasil rancangan transmisi pada rpm 2500 dengan daya 235 ps.

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui terjadinya keausan pada transmisi

2. Untuk megetahui efisiensi gear pada transmisi.

3. Untuk mengetahui penyebab patah kepala roda gigi

1
1.4 Batasan Masalah
Masalah yang muncul dapat diselesaikan dengan baik dan
rancangan ini mencapai tujuan yang diinginkan , maka diperlukan
batasan masalah yang meliputi antara lain:
Kendaraan yang dirancang HINO

Perhitungan dimensi utama dari transmisi

Gambar deal transmisi

Kecepatam perputaran

1.5 Manfaat

Manfaat perencanaan ini antara lain :

1. Mengembangkan rancangan transmisi yang dipengaruhi oleh daya


dan putaran

2. Mengembangkan teori dan teknologi perencanaan transmisi roda


gigi.

3. Meningkatkan kualitas keamanan dan kenyamanan suatu transmisi

1.6 Meteodologi Penulisan

Meteodologi yang digunakan untuk menyelesaikan rancangan ini adalah


studi literature ,pengumpulan data, analisa dan pembahasan

1.7 Sistematika Laporan

Penulis pada perencanaan ini berdasarkan studi literatur, yaitu dasar-


dasar teori perencanaan transmisi roda gigi dan rumus-rumus perencanaan
transmisi roda gigi. Pada perencanaan transmisi roda gigi ini terdiri dari 4
(empat) bab. Pembagian isi setiap bab adalah sebagai berikut.

Bab I : Pendahuluan,
Bab ini berisikan tentang latar belakang perencanaan, tujuan
perencanaan, batasan masalah, metodologi penulisan dan sistematika
penulisan.

2
Bab II : Tinjauan pustaka,

Bab ini berisikan teori-teori tentang transmisi roda gigi, serta cara
kerja unit transmisi roda gigi, pelumasan pada roda gigi dan rumus-
rumus yang digunakan pada perencanaan roda gigi.

Bab III : Perhitungan roda gigi,

Bab ini berisikan tentang perhitungan jumlah roda gigi, diameter


dan lebar roda gigi, perhitungan poros dan spline, perhitungan
temperatur pada roda gigi.

Bab IV : Penutup,
Bab ini berisikan tentang kesimpulan dan saran.

3
mulai

Data

Perhitungan
- Putaran ban
- P. Output transmsi
- Diameter. Jarak bagi
- Jumlah jarak bagi
- Diameter lingkaran kepala dan kaki
- Kecepatan keliling
- Gaya tangent sial
- Lebar gigi
- Roda gigi mundur
- Diameter poros input , output dan perantara
- Spline untuk poros input, output dan perantara
- Temperatur

Gambar
Belum

Kesimpulan

Selesai

Gambar 1.1. Diagram Alir Perencanaan Roda Gigi

4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pegertian Transmisi

Transmisi pada umumnya dimaksudkan adalah sebagai suatu


mekanisme yang dipergunakan untuk memindahkan gerakan elemen mesin
yang satu ke gerakan elemen mesin yang kedua.

Dalam kebanyakan hal poros akan sejajar satu sama lain. Tetapi
garis sumbunya dapat juga saling memotong atau saling menyilang, ada juga
kemungkinan poros itu terletak sejajar, seperti terlihat pada gambar 2.1

Gambar 2.1. Transmisi

Secara garis besar transmisi putar dapat di bagi atas :

a. Transmisi langsung, dimana sebuah piringan atau roda pada poros yang satu
dapat menggerakkan roda yang serupa pada poros kedua melalui kontak
langsung.

5
Dalam kategori ini termasuk roda gesek dan roda gigi, seperti terlihat pada
gambar 2.2.

Gambar 2.1 : Perpindahan oleh dua buah roda.

b. Transmisi tidak langsung, perpindahan di mana suatu elemen sebagai


penghubung antara sabuk atau rantai menggerakkan poros kedua. Transmisi jenis
ini digunakan bilamana jarak antara kedua poros cukup besar, sebab kalau di
terapkan perpindahan langsung, roda akan menjadi tidak praktis besarnya, seperti
yang terlihat pada gambar 2.2

Gambar 2.2 : Perpindahan oleh sabuk atau rantai.

Pada roda gesek dan sabuk, yang memindahkan gerakan poros yang satu
ke poros yang lain ialah gaya gesek. Keuntungannya ialah jika ada beban lebih
akan terjadi slip, jadi gaya tersebut agak bekerja seperti kopling slip, karena
sabuk bersifat elastic maka dapat meredam tumbukan dan getaran.
Kerugiannya ialah jumlah putaran poros yang digerakkan tidak seluruhnya
dapat di tentukan karena slip.

6
Pada roda gigi, rantai dan sabuk bergigi mempunyai sistem gigi sehingga
gerakan menjadi dipaksakan atau tanpa terjadi slip. Dalam suatu sistem
transmisi, roda gigi merupakan elemen yang paling banyak diterapkan karena
cocok untuk memindahkan daya yang sangat besar pada kecepatan putaran
tingi. Namun roda gigi memerlukan ketelitian yang lebih besar dalam
pembuatan, pemasangan dan pemeliharaan.

2.2 Klasifikasi Roda Gigi

Menurut letak poros, arah putaran dan bentuk jalur gigi, roda gigi
diklasifikasikan menjadi tiga yaitu :

1. Roda Gigi Dengan Poros Sejajar.

Adalah roda gigi di mana giginya berjajar pada dua bidang silinder (jarak
bagi lingkaran), kedua bidang tersebut bersinggungan dan yang satu
menggelinding pada yang lain dengan sumbu yang tetap sejajar.

a. Roda Gigi Lurus.


Merupakan roda gigi paling dasar dengan jalur gigi yang sejajar poros.
Pembuatannya paling mudah, tetapi menghasilkan gaya aksial sehingga cocok
di pilih untuk gaya keliling besar. Namun memiliki sifak bising pada putaran
tinggi. Dapat di lihat pada gambar 2.3.

Gambar 2.3 : Roda gigi lurus.

7
b. Roda Gigi Miring.
Mempunyai jalur gigi yang membentuk ulir pada jarak bagi lingkar. Pada
roda gigi miring, jumlah pasangan gigi saling membuat perbandingan kontak
yang lebih besar dari pada roda gigi lurus, sehingga pemindahan putaran dapat
berlangsung dengan halus, sangat cocok untuk mentransmisikan putaran tinggi
dan beban besar.

Roda gigi miring memerlukan kotak roda gigi yang lebih kokoh, karena
jalur gigi yang berbentuk ulir tersebut menimbulkan gaya reaksi yang sejajar
dengan poros, seperti yang terlihat pada gambar 2.4.

Gambar 2.4 : Roda gigi miring.

c. Roda Gigi Miring Ganda.


Mempunyai jalur gigi yang membentuk ulir pada jarak bagi lingkar yang
lebih luas dari pada gigi lurus. Roda gigi ini dapat memindahkan
perbandingan reduksi, kecepatan keliling dan daya yang besar, tetapi
pembuatannya agak sukar, seperti terlihat pada gambar 2.5.

8
Gambar 2.5 : Roda gigi miring ganda.

d. Roda Gigi Dalam.

Dipakai jika diinginkan alat transmisi dengan ukuran kecil, dengan


perbandingan reduksi besar karena pinyon terletak di dalam roda gigi. Baik
untuk mentransmisikan putaran dengan ruduksi yang besar, seperti pada
gambar 2.6.

Gambar 2.6 : Roda gigi dalam.

e. Pinyon dan Batang Bergigi.

Pasangan antara batang bergigi dan pinyon di gunakan untuk merubah


gerakan putaran menjadi gerak lurus atau sebaliknya gerak lurus menjadi
gerak putar, seperti pada gambar 2.7.

9
Gambar 2.7 : Pinyon dan batang bergigi.

2 Roda Gigi Dengan Sumbu Berpotongan.

Bentuk dasarnya adalah dua buah kerucut dengan puncak gabungan yang
saling menyinggung menuru sebuah garis lurus.

a. Roda Gigi Kerucut Lurus.


Roda gigi kerucut lurus dengan gigi lurus adalah yang paling banyak di
buat dan paling sering digunakan tetapi sangat berisik karena perbandingan
kontaknya yang kecil. Konstruksi tidak memungkinkan pemasangan bantalan
pada kedua ujung poros porosnya, seperti pada gambar 2.8.

Gambar 2.8 : Roda gigi kerucut lurus.

10
b. Roda Gigi Kerucut Spiral.
Mempunyai perbandingan kontak yang lebih besar dari pada roda gigi
kerucut lurus, sehingga dapat meneruskan putaran tinggi dan beban besar.
Sudut poros roda gigi kerucut spiral biasanya di buat 90 Derajat, seperti pada
gambar 2.9.

Gambar 2.9 : Roda gigi kerucut spiral.

c. Roda Gigi Permukaan.


Cocok untuk memindahkan daya besar, namun berisik pada putaran tinggi
karena perbandingan kontaknya yang kecil, lihat gambar 2.10.

Gambar 2.10 : Roda gigi permukaan.

3 Roda Gigi Poros Bersilang.

Bentuk dasarnya ialah dua buah silinder atau kerucut yang letak porosnya
saling bersilangan satu sama lain.

11
a. Roda Gigi Miring Silang.

Roda gigi miring silang mempunyai perbandingan bidang kontak yang


besar sehingga cocok mentransmisikan putaran tinggi, lihat pada gambar 2.11

Gambar 2.11 : Roda gigi miring bersilang.

b. Roda Gigi Cacing Silindris.


Dapat meneruskan putaran dengan perbandingan reduksi yang besar
namun berisik pada putaran tinggi, lihat pada gambar 2.12.

Gambar 2.12 : Roda gigi cacing silindris.

12
c. Roda Gigi Cacing Globoid.
Dapat meneruskan putaran dengan perbandingan reduksi yang besar dan
mampu mentransmisikan daya yang lebih besar bila di bandingkan dengan
roda gigi cacing silindris karena roda gigi cacing globoid mempunyai
perbandingan kontak yang lebih besar, seperti pada gambar 2.13.

Gamabar 2.13 : Roda gigi cacing globoid.

d. Roda Gigi Hipoid.


Mempunyai jalur gigi yang berbentuk spiral pada bidang kerucut yang
sumbunya bersilang dan pemindahan daya pada permukaan gigi berlangsung
secara meluncur dan menggelinding, lihat pada gambar 2.14.

Gambar 2.14 : Roda gigi hipoid.

13
2.3 Nama Nama Bagian Roda Gigi.

Nama nama bagian roda gigi dapat dilihat pada gambar 2.6 di bawah ini,
sedangkan ukuran gigi dinyatakan dengan Jarak Bagi Lingkar , jarak
sepanjang lingkaran jarak bagi antara profil dua gigi yang berdekatan.

Jika jarak lingkaran bagi dinyatakan dengan d (mm), dan jumlah gigi z,
maka jarak bagi lingkar t (mm) dapat ditulis sebagai berikut :

t=xd .. ( 2 . 1 )

Jadi, jarak bagi lingkar adalah keliling lingkaran jarak bagi dibagi dengan
jumlah gigi.

Dengan demikian ukuran gigi dapat ditentukan dari besarnya jarak bagi
lingkar tersebut. Namun, karena jarak bagi lingkar selalu mengandung faktor
, pemakaianya sebagai ukuran gigi kurang praktis. Untuk mengatasi hal ini,
diambil ukuran yang di sebut modul dengan lambang m, di mana :

d
m = .. ( 2 . 2 )
z

Gambar 2.6 : Bagian bagian roda gigi.

14
Dengan cara ini, maka dapat ditentukan sebagai bilangan bulat atau bilangan
pecahan yang lebih praktis. Maka modul dapat menjadi ukuran gigi.

Keterangan gambar :

1. Lingkaran jarak bagi (Pitch circle) yaitu lingkaran imajiner yang dapat
memberikan gerakan yang sama seperti roda gigi sebenarnya.
2. Tinggi Kepala (Addendum) yaitu jarak radial gigi dari lingkaran jarak bagi ke
puncak kepala.
3. Tinggi kaki (Dedendum) yaitu jarak radial gigi dari lingkaran jarak bagi ke
dasar kaki.
4. Lingkaran kepala (Addendum circle) yaitu gambaran lingkaran yang melalui
puncak kepala dan sepusat dengan lingkaran jarak bagi.
5. Lingkaran kaki (Dedendum circle) yaitu gambaran lingkaran yang melalui
dasar kaki dan sepusat dengan lingkaran jarak bagi.
6. Lebar gigi (Tooth space) yaitu sela antara dua gigi yang saling berdekatan.
7. Tebal gigi (Tooth thickness) yaitu lebar gigi antara dua sisi gigi yang
berdekatan.
8. Sisi kepala (Face of the tooth) yaitu permukaan gigi di atas lingkaran jarak
bagi.
9. Sisi kaki (Flank of the tooth) yaitu permukaan gigi di bawah lingkaran jarak
bagi.
10. Lebar gigi (Face width) yaitu lebar gigi pada roda gigi secara paralel pada
sumbunya.

15
2.4 Cara Kerja Roda Gigi.

Cara kerja dari suatu unit transmisi roda gigi akan di jelaskan
dengan berpedoman pada gambar. Pada gambar akan terlihat berbagai posisi
dari roda gigi yang menghasilkan kombinasi yang berlainan sesuai dengan
yang di inginkan. Perlu juga di perhatikan pada gambar bahwa roda gigi
pembanding utama dan poros gigi counter tidak pernah di lepaskan
hubungannya.

Cara pergantian kombinasi roda gigi adalah dengan cara


menggerakkan roda gigi yang diinginkan secara aksial terhadap spline pada
poros output hingga terjadi hubungan antara roda gigi. Mekanisme kerja
masing masing roda gigi di jabarkan sebagai berikut:

1. Gigi pertama.

Pada gigi pertama ini, Jika tuas ditarik ke belakang maka gear selection
fork akan menghubungkan unit sincromesh untuk berkaitan dengan gigi
tingkat 1. Posisi 1 akan menghasilkan putaran yang lambat tetapi momen pada
poros out put besar

Gambar 2.16 : Cara kerja transmisi roda gigi pada gigi pertama.

16
Posisi 1 :

Aliran tenaga : Poros input roda gigi pembanding utama

poros gigi counter roda gigi pembanding 1 Roda gigi tingkat 1

unit sincromesh Poros uutput

2. Gigi kedua.

Pada gigi kedua, Tuas didorong ke depan menggerakkan gear selector


fork sehingga unit sincromesh berhubungan dengan roda gigi tingkat no 2.
Posisi 2 putaran poros out put lebih cepat dibanding pada posisi 1 ,seperti
terlihat pada gambar 2.17.

Gambar 2.17 : Cara kerja transmisi roda gigi pada gigi ke dua.

Posisi 2 :

Aliran tenaga : Poros input roda gigi pembanding utama

poros gigi counter roda gigi pembanding 2 Roda gigi tingkat 2

unit sincromesh Poros uutput

17
3. Gigi ketiga.

Pada gigi ketiga, Jika tuas ditarik ke belakang maka gear selection fork
akan menghubungkan unit sincromesh untuk berkaitan dengan gigi tingkat 3.
Posisi 3 akan menghasilkan putaran yang cepat dibanding posisi 2, seperti
terlihat pada gambar 2.18.

Gambar 2.18 : Cara kerja transmisi roda gigi pada gigi ketiga.

Posisi 3 :

Aliran tenaga : Poros input roda gigi pembanding utama

poros gigi counter roda gigi pembanding 3 Roda gigi tingkat 3

unit sincromesh Poros uutput

4. Gigi keempat.

Pada gigi ini, roda gigi tingkat 4 disejajarkan dengan roda gigi
pembanding 4 sehingga terjadi kontak gigi tingkat 4 dengan roda gigi
pembanding 4.

18
Dengan aliran putaran dayanya adalah :

Tuas didorong ke depan menggerakkan gear selector fork sehingga unit


sincromesh berhubungan dengan roda gigi tingkat no 4. Posisi 4 putaran poros
out put lebih cepat dibanding pada posisi 3 pada gambar 2.19.

Gambar 2.19 : Cara kerja transmisi roda gigi pada gigi keempat.

Posisi 4 :

Aliran tenaga : Poros input roda gigi pembanding utama

poros gigi counter roda gigi pembanding 4 Roda gigi tingkat 4

unit sincromesh Poros uutput

5.Gigi kelima

Pada gigi ini, roda gigi tingkat 5 disejajarkan dengan roda gigi
pembanding 5 sehingga terjadi kontak gigi tingkat 5 dengan roda gigi
pembanding 5.

19
Dengan aliran putaran dayanya adalah :

Tuas ditarik ke belakang menggerakkan gear selection fork sehingga unit


sincromesh berhubungan dengan roda no 5. Transmisi pada posisi gigi lima
kecepatanya paling tinggi tetapi momen yang dihasilkan pada poros out put
paling kecil Seperti terlihat pada gambar 2.19.

Gambar 2.20 : Cara kerja transmisi roda gigi pada gigi kelima.

Posisi 5 :

Aliran tenaga : Poros input roda gigi pembanding utama

poros gigi counter roda gigi pembanding 5 Roda gigi tingkat 5

unit sincromesh Poros uutput

20
6. Gigi mundur.

Pada gigi ini, roda gigi tingkat R disejajarkan dengan roda gigi
pembanding R sehingga terjadi kontak gigi tingkat R dengan roda gigi
pembanding R.

Maka aliran putaran dayanya :

Tuas didorong ke depan menggerakkan gear selection fork sehingga unit


sincromesh berhubungan dengan roda gigi R. Antara roda gigi R dan roda gigi
pembanding dipasangkan roda gigi idel (idler gear) yang menyebabkan
putaran poros input berlawanan arah dengan poros out put, seperti pada
gambar 2.20.

Gambar 2.20 : Cara kerja transmisi roda gigi pada gigi mundur.

Posisi R :

Aliran tenaga : Poros input roda gigi pembanding utama

poros gigi counter roda gigi pembanding R Roda gigi tingkat R

unit sincromesh Poros uutput

21
2.5. Pengertian Poros

Poros adalah bagian terpenting dari sebuah mesin yang berfungsi untuk
meneruskan tenaga bersama-sama dengan putaran. Poros memegang peran
paling utama dalam transmisi karena itu kita harus terlebih dahulu mengetahui
bentuk-bentuknya.

Macam-macam poros :

Poros yang dipakai untuk meneruskan daya diklasifikasikan menurut


pembebanannya sebagai berikut :

1. Poros transmisi

Poros macam ini mendapat beban puntir murni atau puntir lentur. Daya
yang ditransmisikan kepada poros ini melalui kopling, roda gigi, sabuk atau
sproket, rantai dan lain-lain.

2. Spindel

Poros transmisi yang relatif pendek, seperti poros utama mesin perkakas,
dimana beban utamanya berupa puntiran, disebut spindle. Syarat yang harus
dipenuhi poros ini adalah deformasinya harus kecil dan bentuk serta
ukurannya harus teliti.

3. Gandar.

Jenis poros ini merupakan poros yang dipasang antara roda-roda kereta
barang dimana tidak mendapat beban puntir, bahan kadang-kadang tidak boleh
berputar, disebut gandar. Gandar ini hanya mendapat beban lentur, kecuali
jika digerakkan oleh penggerak mula dimana akan mengalami beban puntir.

Menurut bentuknya, poros dapat digolongkan atas poros lurus umum, poros
engkol sebagai poros utama penggerak mesin torak, dan lain-lain.

22
Hal-hal penting dalam perencanaan poros.

Untuk merencanakan sebuah poros, perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut:

1. Kekuatan poros

Suatu poros transmisi dapat mengalami beban puntir atau beban lentur
atau gabungan antara puntir dan lentur. Juga ada poros yang mendapat beban
tarik atau tekan seperti poros baling-baling kapal atau turbin. Pengaruh
kosentrasi tegangan kalau poros diperkecil (poros bertangga) atau bila
mempunyai alur pasak, harus diperhatikan. Sebuah poros harus direncanakan
untuk dapat menahan beban-beban yang tersebut diatas.

2. Putaran kritis

Bila putaran suatu mesin dinaikkan maka pada harga putaran tertentu
dapat terjadi getaran. Putaran ini disebut putaran kritis. Hal ini dapat terjadi
pada turbin, motor torak, motor listrik dan dapat mengakibatkan kerusakan
pada poros bagian-bagian lainnya. Jika mungkin poros harus direncanakan
sedemikian rupa hingga putaran kerjanya lebih rendah dari putaran kritisnya.

3. Korosi.

Bahan-bahan tahan korosi harus dipilih untuk poros propeler dan pompa
bila terjadi kontak dengan fluida yang korotif. Demikian pula untuk poros-
poros yang terancam kavitasi, dan poros-poros mesin yang sering terhenti
lama. Sampai batas-batas tertentu dapat pula dilakukan perlingdungan
terhadap korosi.

4. Bahan poros.

Poros untuk mesin biasanya menggunakan bahan dari baja batang yang
ditarik, baja karbon kontruksi mesin (bahan S-C) yang dihasilkan dari inggot
yang di kill (baja yang dioksidasi dengan ferro silicon dan dicor, kadar
karbon terjamin)

23
Gambar 2.1 Poros dengan berbagai ukuran

Pada perhitungan nantinya poros yang digunakan adalah dari bahan JIS G
4501 S 55 C dengan Kekuatan tarik 66 Kg/mm2

2.5 Rumus Rumus yang di Gunakan Pada Perencanaan Roda Gigi.

1. Perencanaan poros

Dalam perencanaan poros pada transmisi roda gigi di ketahui daya dan
putaran mesin, jika daya yang akan ditransmisikan adalah daya normal maka
harga faktor koreksi (Fc) adalah 1,0 1,5 (Menurut buku Sularso, 1983, hal
7). Maka daya rencana dihitung menurut persamaan berikut :

pd = fc p . ( 2 . 3 )

Di mana :

P = Daya yang ditransmisikan (kW).

fc = Faktor koreksi.

pd = Daya rencana (kW).

Sedangkan momen puntir/ torsi yang terjadi dihitung menurut persamaan


berikut:

Pd
T = 9,74 105 ..( 2 . 4 )
n

24
Di mana :
T = Momen puntir/ torsi (kg.mm).

n = Putaran poros (rpm).

Bahan poros untuk mesin biasanya dibuat dari baja batang yang ditarik
dingin dan difinis, bahan karbon konstruksi mesin (di sebut bahan S C) yang
dihasilkan dari ingot yang di kill (Baja yang di deoksidasikan dengan
ferrosilikon dan di cor; kadar karbon terjamin), meskipun demikian bahan ini
kelurusannya kurang tetap dan dapat mengalami deformasi karena tegangan
yang kurang seimbang misalnya bila diberi alur pasak karena ada tegangan
sisa di dalam terasnya. Tetapi penarikan dingin membuat permukaan poros
menjadi keras dan kekuatannya bertambah besar.Standar dan macam bahan
poros dapat dilihat pada ( Tabel 2.1 ) .

Tabel 2.1 : Baja karbon untuk konstruksi mesin dan baja batang yang difinis dingin untuk
poros.

Kekuatan
Standar dan Perlakuan
Lambang tarik Keterangan
macam panas
(kg/ mm2)

Baja karbon S30C Penormalan 48


kontruksi
S35C Penormalan 52
mesin
S40C Penormalan 55
(JIS G 4501)
S45C Penormalan 58

S50C Penormalan 62

S55C Penormalan 66

Batang baja S35C-D - 53 Ditarik dingin, digerinda,


yang di finis dibubut, atau gabungan
S45C-D - 60
dingin antara hal-hal tersebut
S55C-D - 72

Sumber : Sularso dan Kiyatkatshu Saga, Dasar-dasar perencanaan dan pemeliharaan elemen mesin

(Lit 1 hal. 3)

25
Sedangkan faktor keamanan terbagi atas 2 macam yaitu :

Faktor keamanan 1 (Sf1) untuk baja karbon (SC) adalah : 6,0.


Faktor keamanan 2 (Sf2) untuk pembuatan spline pada poros adalah : 1,3
3,0.
Maka tegangan geser yang terjadi dihitung menurut persamaan berikut :

b
Ta = .( 2 . 5 )
Sf1 Sf 2
Di mana :
Ta = Tegangan geser (kg/ mm2).

b = Tegangan tarik bahan (kg/ mm2).

Dengan diperolehnya tegangan geser, maka diameter poros dapat dihitung


sebagai berikut :

5,1xKtxCbxT
Ds = 3 ( 2 . 6 )
Ta

Di mana :

Ds = Diameter poros (mm).

Kt = Faktor koreksi momen puntir (1,0 1,5).

Cb = Faktor koreksi akibat beban lentur (1,2 2,3).

2. Perhitungan putaran output dan perbandingan roda gigi

Dalam perhitungan ini, direncanakan batas batas kendaraan angkutan


untuk tiap kecepatan yaitu V1, V2, V3, V4 dan VR. Untuk perencanaan di ambil
suatu harga standar ukuran ban di mana :

Dv = Ukuran velg racing adalah 16 inchi.

Tb = Ukuran tebal ban adalah 7 inchi.

26
Maka :

Db = Dv 2 Tb ( 2 . 7 )

Di mana :

Db = Diameter ban standar (m).

Perhitungan putaran ban untuk masing masing tingkat kecepatan adalah :

60 V
Nb = ( 2 . 8 )
Db
Di mana :
Nb = Putaran ban (rpm).

V = kecepatan kendaraan (m/s).

Untuk putaran output transmisi untuk tiap tingkat kecepatan dapat dihitung
dengan persamaan sebagai berikut :

No = Nb ig ( 2 . 9 )

Di mana :

No = Putaran output transmisi (rpm).

ig = Perbandingan reduksi differensial pada bagian gardan.

Dari hasil perhitungan di atas dapat ditentukan perbandingan roda gigi


reduksi, dengan rumus sebagai berikut :

n
ir = .. ( 2 . 10 )
No
Di mana :
ir = Perbandingan reduksi roda gigi.

27
3. Perhitungan pada roda gigi untuk tiap tingakat kecepatan

Sebelum melakukan perhitungan, terlebih dahulu di rencanakan jarak


sumbu poros antara roda gigi, setelah itu dapat ditentukan diameter jarak bagi
dengan persamaan berikut :

2 a
D1 =
1 ir

2 air
D2 = ... ( 2 . 11 )
1 ir
Di mana :
D1 = Diameter jarak bagi roda gigi 1 (mm).

D2 = Diameter jarak bagi roda gigi 2 (mm).

Untuk perhitungan jumlah roda gigi pada roda gigi maka dirumuskan sebagai
berikut:

D
Z = ... ( 2 . 12 )
m

Di mana :
Z = Jumlah gigi pada roda gigi (buah).

D = Diameter jarak bagi (mm).

m = Modul gigi (mm).

Harga modul diambil dari tabel harga modul standar JIS B 1701 1973 (Buku
Sularso, 1983, hal 216).

Perhitungan diameter lingkaran kepala dapat menggunakan rumus berikut :

Dk = Z 2 m .... ( 2 . 13 )

28
Di mana :

Dk = Diameter lingkaran kepala (mm).

Untuk perhitungan diameter lingkaran kaki dapat dihitung dengan


menggunakan rumus sebagai berikut :

Dg = Z m cos ( 2 . 14 )

Di mana :

Dg = Diameter lingkaran kaki (mm).

= Sudut tekan (Derajat).

Kecepatan keliling dapat di hitung dengan persamaan sebagai berikut :

Dn
V = ( 2 . 15 )
60 1000
Di mana :
V = Kecapatan keliling untuk tiap roda gigi (m/s).

D = Diameter jarak bagi untuk tiap roda gigi (mm).

n = Putaran poros (rpm).

Gaya tangensial dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut :

102 Pd
Ft = ( 2 . 16 )
V
Di mana :
Ft = Gaya tangensial (kg).

Pd = daya rencana (kW).

Setelah itu kita dapat melakukan perhitungan beban lentur, dalam


perhitungan beban lentur ini perlu diketahui faktor bentuk gigi (Y) yang
diperoleh dari tabel faktor bentuk gigi (Buku Sularso, 1983, hal 240) yang
merupakan harga untuk profil gigi standar dengan sudut 200.

29
Bahan untuk kontruksi roda gigi dapat di lihat pada ( Tabel 2.2 ).

Tabel 2.2 : Jenis jenis bahan roda gigi.

Tegangan
Kekuatan Kekerasan lentur yang

Bahan Lambang tarik (Brinell) di izinkan

B (kg/ mm2) HB A (kg/


mm2)

Besi cor FC 15 15 140 160 7

FC 20 20 160 180 9

FC 25 25 180 240 11

FC 30 30 190 240 13

Baja cor SC 42 42 140 12

SC 46 46 160 19

SC 49 49 190 20

Baja karbon S 25 C 45 123 183 21

utk konstruksi S 35 C 52 149 207 26


mesin
S 45 C 58 167 229 30

S 15 K 50 400 30

(di celup dingin

Baja paduan dlm

dgn minyak)

pengerasan 600
SNC 21 80 34
kulit (di celup dingin 40
SNC 22 100
dlm
40 -
minyak) 55

Sumber : Sularso dan Kiyatkatshu Saga, Dasar-dasar perencanaan dan pemeliharaan elemen mesin
(Lit 1 hal. 241)

30
Untuk harga beban lentur ditentukan dengan rumus berikut :

Fb = a m Y Fv .. ( 2 . 17 )

Di mana :

Fb = Beban lentur (kg/mm).

a = Tegangan lentur yang diizinkan (kg/mm2).

Y = Faktor bentuk gigi.

Fv = Faktor dinamis.

Sedangkan harga faktor dinamis diambil dari tabel faktor dinamis (Buku
Sularso, 1983, hal 240), di mana harganya ditentukan berdasarkan tingkat
kecepatan pada tiap roda gigi, di mana untuk kecepatan rendah dapat
menggunakan rumus

( Pers. 2 . 18 ) di bawah ini :

Tabel 2.1 Faktor dinamis (fv) yang digunakan yang digunakan :

Kecepatan V (m/s) fv
3
Kecepatan rendah 0,5 10
3v

6
Kecepatan sedang 5 20
6v

5,5
Kecepatan tinggi 20 50
5,5 v
Sumber : Sularso dan Kiyatkatshu Saga, Dasar-dasar perencanaan dan pemeliharaan elemen
mesin
(Lit 1 hal. 240)

31
Dengan diperolehnya harga beban lentur, maka lebar gigi dapat dihitung
dengan rumus sebagai berikut :

Ft
b = . ( 2 . 19 )
Fb
Fb
Di mana :

b = Lebar gigi (mm).

Ft = Gaya tangensial (kg).

Fb = Beban lentur (kg/mm).

Dan untuk mencari diameter lingkaran jarak bagi yang sebenarnya adalah :

D = Z m . ( 2 . 20 )

4. Perhitungan Spline

Dalam analisa perhitungan spline, ditentukan jumlah spline yang


direncanakan, ukuran spline dihitung berdasarkan ukuran diameter poros yang
terdiri dari pasak penggerak/poros input trasmisi, poros perantara transmisi
roda gigi mundur dan poros output transmisi/poros yang digerakkan.

Gaya tangensial total yang terjadi pada poros dirumuskan sebagai berikut :

2T
F = ( 2 . 21 )
ds

Di mana :

F = Gaya tangensial total pada poros (kg)

T = Torsi/momen puntir (kg . mm)

ds = Diameter poros (mm)

32
Sedangkan besarnya gaya tangensial yang bekerja pada tiap spline dirumuskan
sebagai berikut:

F
Fn = ( 2 . 22 )
n

Di mana :

Fn = Gaya tangensial yang bekerja pada tiap spline (kg)

n = Jumlah Spline yamg direncanakan (buah)

Berdasarkan tabel ukuran pasak dan alur pasak (Sularso, kiyokatsu suga
,Elemen mesin) tentang ukuran standar pasak yang dapat dijadikan acuan
dalam menentukan ukuran spline karena adanya persamaan prinsip kerja pada
keduanya sehingga ukuran utama spline berdasarkan ukuran diameter poros
yang diketahui dapat ditentukan yaitu lebar spline, tinggi spline, kedalaman
alur spline dan kedalaman alur spline pada roda gigi.

Maka ukuran panjang spline dari hasil perhitungan dapat dirumuskan sebagai
berikut :

Fn
L .... ( 2 . 23 )
pA t

Di mana :

L = Panjang alur spline (MM)

pA = Tekanan permukaan yang diizinkan (kg/mm2)

T = Kedalaman alur spline (mm)

Harga pA untuk poros berdiameter besar adalah 10 kg/mm2. Perlu


diperhatikan bahwa lebar pasak sebaiknya antara 0,25 0,35 dari diameter
poros dan panjang spline sebaiknya antara 0,75 1,5 dari diameter poros

33
5. Perhitungan temperatur

Untuk menentukan temperatur nyala yang diizinkan untuk pelumas pada


sistem transmisi roda gigi dapat dirumuskan sebagai berikut :

TBP = 140 Cn CR ( 2 . 24 )

Di mana :

TBP = Temperatur nyala yang di izinkan untuk pelumas pada


roda

gigi ,0c

Cn = Koefisien viskositas pelumas.

CR = Faktor kekerasan permukaan roda gigi.

Sedangkan untuk menentukan harga koefisien viskositas pelumas dapat


dirumuskan sebagai berikut :

1,5 E
Cn = ... ( 2 . 25 )
2 E
Di mana :
E = derajat engler apda pelumas pada temperatur 500C.

Untuk mengetahui harga E untuk setiap jenis pelumas dapat di cari pada
tabel 16.1 tentang jenis jenis minyak pelumas (Buku Sularso, 1983, hal 305)
dan tabel 16.5 tentang konversi harga E menurut DIN 51560 (Buku
Sularso,1983, hal 310).

Dalam perencanaan transmisi roda gigi ini digunakan minyak pelumas


yang mempunyai harga viskositas temperatur 500C yaitu harga E yaitu 12,02.

Untuk menentukan harga faktor kekerasan roda gigi di rumuskan sebagai


berikut :

1,9 Sm
CR = .. ( 2 . 26 )
4 Sm

34
Di mana :
CR = Harga faktor kekerasan roda gigi.

Sm = Harga kekerasan roda gigi.

Sedangkan harga kekerasan roda gigi di rumuskan sebagai berikut :

2 S1 S 2
Sm = .. ( 2 . 27 )
S1 S 2

Dimana :
S1 = Harga kekerasan roda gigi 1 ().

S2 = Harga kekesan roda gigi 2 ().

Berdasarkan standar yang telah ditentukan bahwa roda gigi yang digerinda
dan dihaluskan dengan baik mempunyai harga S = 0,25 0,5 (). Sedangkan
roda gigi yang bermutu baik dalam perdagangan mempunyai harga S = 0,6
0,9 ().

Dalam perencanaan ini digunakan roda gigi yang bermutu baik dalam
perdagangan dengan harga S1= S2 = 0,8 ().

2.6 Pelumasan Pada Transmisi Roda Gigi

Pada kendaraan banyak terdapat bagian bagian yang bergerak


relatif terhadap yang lain termasuk transmisi roda gigi. Oleh karena itu antara
kedua permukaan roda gigi yang bersinggungan harus terdapat lapisan
pelumas sehingga mempermudah proses kerja dari transmisi roda gigi
tersebut.

Apabila jumlah pelumas tidak mencukupi atau pemakaiannya


sudah lama sehingga kehilangan sifat sifat pelumasannya maka pelumas

35
harus di ganti dengan yang baru. Hal ini untuk mencegah terjadinya gesekan
antara permukaan kontak roda gigi yang bekerja sehingga laju keausannya
dapat dikurangi dan umur elemen mesin lebih lama yang berdampak
terhindarnya hal hal yang tidak diinginkan sewaktu kendaraan di gunakan.

Jadi pelumas merupakan salah satu faktor yang penting untuk diperhatikan
karena dapat melindungi dan menjamin kelangsungan proses kerja setiap
komponen permesinan termasuk transmisi roda gigi yang sangat vital.

Fungsi minyak pelumas secara umum antara lain :

Mengurangi gesekan yang terjadi ketika terjadi kontak permukaan elemen


mesin yang bekerja.
Membuang panas yang dihasilkan ketika elemen mesin bekerja.
Mencegah terjadinya karat dengan membentuk lapisan pelindung terhadap
proses oksidasi.
Mengeluarkan kotoran dan serpihan keausan yang timbul sewaktu mesin
bekerja.
Melindungi permukaan bahan logam dan membentuk lapisan yang tipis.

Hal hal yang perlu diperhatikan dalam memilih pelumas yang baik adalah :

Viskositas/ tingkat kekentalan harus sesuai dengan jenis operasi mesin yang
digunakan.
Mempunyai daya lekat yang baik dengan komponen mesin sehingga dapat
mengurangi gesekan yang terjadi.
Memiliki titik nyala yang tinggi dan tidak mudah menguap
Dapat membuang panas yang di hasilkan oleh mesin.

36
Jenis pelumas dapat di bedakan atas 2 jenis yaitu :

1. Berdasarkan viskositasnya ( Standar SAE ).


Standar SAE ( Society of Amirican Engineers ) menunjukkan tingkat
viskositas/ kekentalan minyak pelumas pada suhu tertentu. Makin tinggi
angkanya maka makin kental minyak pelumas dan makin berat bobotnya.

Standar SAE terbagi atas 2 jenis yaitu :

Angka yang di sertai huruf W maka batas kekentalannya di ukur pada batas
00F.
Angka yang tidak di sertai huruf W maka batas kekentalannya di ukur pada
batas 2100F.
Minyak pelumas yang digunakan akan menjadi encer bila dipanaskan tetapi
minyak pelumas yang berkualitas baik maka proses pengencerannya dapat
dihambat dengan penambahan zat aditif, terutama minyak pelumas yang
menggunakan huruf W. Oleh karena itu, contohnya minyak pelumas SAE 10
W memiliki kekentalan yang hampir sama dengan minyak pelumas SAE 30,
40, bahkan 50.

2. Berdasarkan penggunaannya ( Standar API ).


Standar API ( American Petroleum Institute ) umumnya jarang diketahui oleh
kalangan umum di bandingkan dengan standar SAE.

Klasifikasi minyak pelumas bedasarkan standar API terbagi atas 2 macam


yaitu :

a. Untuk mesin bensin yaitu : SA, SB, SC, SD dan SE.


Kode SA adalah kode minyak pelumas yang berkualitas terendah dan
tidak memenuhi mutu standar, sehingga tidak ada kendaraan yang
cocok menggunakan minyak pelumas jenis ini.
Kode SB adalah kode minyak pelumas mutu rendah yang mengandung
zat aditif yang dapat menghambat timbulnya karat, oksidasi oli dan

37
keausan benda yang di lumasi. Tipe ini hanya cocok untuk mobil
buatan tahun 1950-an.
Kode SC adalah kode minyak pelumas yang bermutu tinggi yang
pertama kali di produksi. Minyak pelumas ini mengandung zat aditif
yang dapat mencegah karat dan mencegah besi menjadi keropos.
Minyak pelumas ini khusus di buat untuk mesin buatan 1960-an.
Kode SD adalah minyak pelumas yang bermutu lebih baik lagi yang di
buat untuk mobil buatan 1970-an.
Kode SE adalah minyak pelumas yang bermutu terbaik untuk mobil
penumpang yang cocok digunakan untuk semua mobil buatan 1970-an
ke atas. Minyak pelumas ini mempunyai daya pelindung yang lebih
besar terhadap oksidasi, korosi dan kotoran yang timbul akibat suhu
tinggi.
b. Untuk mesin diesel yaitu : CA, CB, CC dan CD.
Kode CA adalah kode minyak pelumas yang cocok digunakan untuk
mobil penumpang dan mobil mobil pick up yang membawa beban
kecil.
Kode CB adalah kode minyak pelumas yang cocok digunakan untuk
mobil pick up dan truk kecil yang membawa beban sedang.
Kode CC adalah kode minyak pelumas yang serba guna yang cocok
digunakan untuk mobil penumpang dan truk yang membawa beban
yang kecil sampai beban yang berat.
Kode CD adalah kode minyak pelumas yang bermutu terbaik yang
cocok digunakan untuk mobil penumpang dan truk besar yang di
lengkapi dengan turbo charger samapi mesin mesin diesel yang
besar.

38
BAB III
PERHITUNGAN RODA GIGI, POROS, SPLINE DAN
TEMPERATUR

3.1. kecepatan kendaraan setiap tingkat.

Reduksi kendaraan yang di rencanakan :

Kecepatan yang diambil


Vn Diasumsikan (Km/jam)
Km/jam m/s

V1 0 40 40 11,11

V2 50 90 90 25

V3 90 140 140 38,88

V4 140 180 180 50

V5 180 240 240 66,66

VR 0 30 30 8,33

3.2 Diameter ban :

- Ukuran velg adalah 16 inchi : 0,4064 m


- Ukuran tebal ban adalah 7,5 inchi : 0,1905 m

Maka ukuran jari jari ban standar adalah :

Db = 0,4064 m + ( 2 x 0,1905 m )

= 0,7874 m

39
a. Perhitungan putaran ban.
Perhitungan putaran ban untuk masing masing tingkat kecepatan dapat
dilihat pada persamaan 2.8 tentang tingkat kecepatan putaran.

Maka :

60 xV1
nb1 =
3,14 xDb

60 x11,11m / s
=
3,14 x0,78m

= 272,17 rpm

Dengan cara yang sama maka nilai untuk putaran ban dapat dilihat pada
tabel 3.1 :

Tabel 3.1 Perhitungan putaran ban untuk nb1 nb6

Putaran ban, nb
No Tingkat kecepatan, V (m/s) Db (m)
(rpm)

1 11,11 0,78 273

2 25 0.78 613

3 38,88 953
0.78
4 50 1225
0.78
5 66,66 1634
0.78
6 8,33 0,78 205

b. Perhitungan putaran gardan pada setiap putaran .


Perhitungan putaran output transmisi di peroleh dengan mengalihkan
putaran ban dengan perbandingan reduksi pada bagian gardan kendaraan
adalah maksimal 10 : 1 untuk roda gigi kerucut. Dalam perencanaan ini di
ambil harga perbandingan reduksinya 5,5 : 1 sehingga harga ig : 5,5.

40
Maka harga putaran output transmisi untuk tiap tingkat kecepatan dapat di
hitung Dari pers. 2.9 pada tingkat putaran adalah:

no = nb x ig

dimana : nb = putaran ban

ig = reduksi

Maka :

no1 = nb1 x ig

= 272,17 rpm x 5,5

= 1496,93 rpm

Dengan cara yang sama maka nilai untuk putaran gardan dapat dilihat
pada tabel dibawah ini :

Tabel 3.2 Perhitungan putaran gardan no1 no5

No Putaran ban, nb (rpm) Ig Putaran output, no (rpm)

1 272,17 5,5 1496,93

2 612,444 5,5 3368,44

3 952,47 5,5 5238,58

4 1224,88 5,5 6736,84

5 1633,02 5,5 8981,61

c. Perhitungan perbandingan reduksi roda gigi.


Bila perbandingan reduksi antara roda gigi P dan Q adalah 1 : 1, maka
putaran roda gigi mati adalah n : 2500 rpm, sehingga dari persamaan 2.10
diperoleh :

n
Ir1 =
n 01

41
2500rpm
= = 1,67
1496,93rpm

Dengan cara yang sama maka nilai untuk reduksi roda gigi dapat dilihat pada
tabel 3.3 :

Tabel 3.3 Perbandingan reduksi roda gigi untuk ir2 - ir5

No Putaran, n (rpm) Putaran gardan Perbendingan reduksi


(no) (ir1)

1 2500 1496,93 1,67

2 2500 3368,44 0,74

3 2500 5238,58 0,47

4 2500 6736,84 0,37

5 2500 8981,61 0,27

3.2 Perencanaan roda gigi P dan Q

Spesifikasi perencanaan :

- Daya yang di transmisikan N : 235 PS

- Putaran poros penggerak n : 2500 rpm

- Perbandingan reduksi ip : 1

- Jarak sumbu poros yang di rencanakan a : 200 mm

- Sudut tekan pahat : 20

a. Daya rencana.
Sebelum menghitung daya rencana, terlebih dahulu diambil faktor koreksi
(fc) dari pembahasan bab II. Maka fc : 1,2.

42
Maka :

Pd = 1,2 x ( 235 Ps x 0,735)

= 207,27 kW

b. Diameter lingkaran jarak bagi.


2 a
DQ =
1 ip

2 200
=
11

= 200 mm

2 a ip
Dp =
1 ip

2 200mm 1
=
11

= 200 mm

c. Jumlah gigi pada roda gigi P dan Q


Dari diagram pemilihan modul roda gigi lurus, di ambil m : 6 (Buku
Sularso, 1983, hal 245).

DQ
ZQ =
m

200
=
6

= 40 buah

43
DP
Zp =
m

200
=
6

= 40 buah

d. Diameter lingkaran kepala.

DkQ = ( ZQ + 2 ) x m

= ( 40 + 2 ) x 6 mm

= 252 mm

Dkp = ( Zp + 2 ) x m

= ( 40 + 2 ) x 6 mm

= 252 mm

e. Diameter lingkaran kaki.

DgQ = ZQ x m x cos 20

= 40 x 6 mm x 20

= 187,93 mm

Dgp = Zp x m x cos 20

= 40 x 6 mm x 20

= 187,93 mm

44
f. Kecepatan keliling.
252mm2500rpm
Vp = VQ =
601000

= 32,97 m/s

g. Gaya tangensial.
102 207,27 kW
Ftp = FtQ =
32,97m / s

= 641,235 kg

h. Faktor dinamis ( Fv ).
Dengan memperhatikan nilai dari VP maka nilai n dapat dilihat dari tabel
2.1

Maka :

5,5
Fv =
5,5 32,97 m / s

= 0,48

i. Beban lentur yang diizinkan.


Faktor bentuk gigi, berdasarkan tabel 6.5 ( Faktor bentuk gigi )

Zp = 40 ; Yp = 0,3882

ZQ = 40 ; YQ = 0,3882

Bila bahan roda gigi P dan Q adalah sama yaitu S 15 CK lit 1 hal 241

- Kekuatan tarik b = 50 kg/mm2

- Kekuatan lentur a = 30 kg/mm2

- Kekerasan HB = 400

45
Maka harga beban lentur dapat dihitung

FbQ = a x m x YQ x fv

= 30 kg/mm2 x 6 mm x 0,3882 x 0,15

= 10,48 kg/mm2

Fbp = b x m x Yp x fv

= 30kg/mm2 x 6 mm x 0,3882 x 0,15

= 10,48 kg/mm2

j. Lebar gigi ( b )
641,235 kg
bp = bQ =
10,48 kg / mm

= 61,18 mm

3.3 Perencanaan roda gigi A dan 1

Spesifikasi perencanaan :

- Daya yang di transmisikan N = 235 Ps

- Putaran poros penggerak nA = 2500 rpm

- Perbandingan reduksi i1 = 1,67

- Jarak sumbu poros yang di rencanakan a = 200 mm

- Sudut tekan pahat = 20

46
a. Diameter sementara lingkaran jarak bagi.
2a
DA =
1 i1

2 200 mm
=
1 1,67

= 149,81 mm

2ai
D1 =
1 i1

2 200 mm 1,67
=
1 1,67

= 250,18 mm

b. Jumlah gigi pada roda gigi A dan 1.


Dari diagram pemilihan modul roda gigi lurus, di ambil m : 5. Maka :

DA
ZA =
m

149.81 mm
=
5 mm

= 29,96 buah

= 30

D1
Z1 =
m

250,18 mm
=
5 mm

= 50,03 buah

= 51

47
Perbandingan gigi yang di ambil mendekati i1 = 1,67 : 1, yaitu 30 : 51

c. Diameter lingkaran jarak bagi yang sebenarnya.


DA = ZA x m

= 30 x 5 mm

= 150 mm

D1 = Z1 x m

= 51 x 5 mm

= 255 mm

d. Diameter lingkaran kepala.


DkA = ( ZA + 2 ) x m

= ( 30 + 2 ) x 5 mm

= 160 mm

Dk1 = ( Z1 + 2 ) x m

= ( 51 + 2 ) x 5 mm

= 265 mm

e. Diameter lingkaran kaki.


DgA = ZA x m x cos 200

= 30 x 5 mm x cos 200

= 140,95 mm

Dg1 = Z1 x m x cos 200

= 51 x 5 mm x cos 200

= 239,62 mm

48
f. Kecepatan keliling
100 mm 2500 rpm
VA = V1 =
60 1000

= 13,08 m/s

g. Gaya tangensial.
102 207,27 kW
FtA = Ft1 =
13,08 m / s

= 1616,32 kg

h. Faktor dinamis.
VA = 20 50 m/s

5,5
Fv =
5,5 13,08 m / s

= 0,60

i. Beban lentur yang diizinkan.


Faktor bentuk gigi berdasarkan tabel 6.5 ( Faktor bentuk gigi )

ZA = 18 ; YA = 0,308

Z1 = 63 ; Y1 = 0,432

Bila bahan roda gigi A dan 1 adalah sama yaitu S 15 CK Lit 1 hal 241

- Kekuatan tarik b = 50 kg/mm2

- Kekuatan lentur a = 30 kg/mm2

- Kekerasan HB = 400

49
Maka harga beban lentur :

FbA = a x m x YA x fv

= 30 kg/mm2 x 5 mm x 0,308 x 0,60

= 27,72 kg/mm2

Fb1 = a x m x Y1 x fv

= 30 kg/mm2 x 5 mm x 0,432 x 0,60

= 38,88 kg/mm2

j. Lebar gigi.
1050 , 54 kg
bA = b1 =
24 , 95 kg / mm2

= 42,11 mm

3.4 Perencanaan roda gigi B dan 2

Spesifikasi perencanaan :

- Daya yang di transmisikan N = 235 Ps

- Putaran poros penggerak nB = 2500 rpm

- Perbandingan reduksi i2 = 0,74

- Jarak sumbu poros yang di rencanakan a = 200 mm

- Sudut tekan pahat = 20

50
a. Diameter sementara lingkaran jarak bagi :
2a
DB =
1 i2

2 200 mm
=
1 0,74

= 133,78 mm

2 2
2 =
1 + 2

2 200 0,74
=
1 + 0,74

= 108,02 mm

b. Jumlah gigi pada roda gigi B dan 2.


Dari diagram pemilihan modul roda gigi lurus, di ambil m : 5. Maka :

Db
ZB =
m

145,98 mm
=
5

= 29,19 buah

= 30

D2
Z2 =
m

108,02 mm
=
5 mm

= 21,60 buah

= 22

51
Perbandingan gigi yang di ambil mendekati i2 = 0,74 : 1, yaitu 30 : 22

c. Diameter lingkaran jarak bagi yang sebenarnya.


DB = ZB x m

= 30 x 5 mm

= 150 mm

D2 = Z2 x m

= 22 x 5 mm

= 110 mm

d. Diameter lingkaran kepala :


DkB = ( ZB + 2 ) x m

= ( 30 + 2 ) x 5 mm

= 160 mm

Dk2 = ( Z2 + 2 ) x m

= ( 22 + 2 ) x 5 mm

= 120 mm

e. Diameter lingkaran kaki.


DgB = ZB x m x cos 200

= 30 x 5 mm x cos 200

= 1409,53 mm

Dg2 = Z2 x m x cos 200

= 22 x 5 mm x cos 200

= 103,36 mm

52
f. Kecepatan keliling
Dengan pers. 2.15 diperoleh :

VB = V2 = x 150 mm x 2500 rpm

60 x 1000

= 19,625 m/s

g. Gaya tangensial.
FtB = Ft2 = 102 x 207,27 kW = 1077,27 kg

19,625 m/s

h. Faktor dinamis.
Di mana VB 20 50 m/s.

Fv = 5,5

5,5 + 19,625 m/s

= 0,55

i. Beban lentur yang diizinkan.


Faktor bentuk gigi berdasarkan tabel 6.5 ( Faktor bentuk gigi )

ZB = 28 ; YB = 0,3492

Z2 = 54 ; Y2 = 0,4122

Bila bahan roda gigi B dan 2 adalah sama yaitu S 15 CK lit 1 hal 241

- Kekuatan tarik b = 50 kg/mm2

- Kekuatan lentur a = 30 kg/mm2

- Kekerasan HB = 400

53
Maka harga beban lentur :

FbB = a x m x YB x fv

= 30 kg/mm2 x 5 mm x 0,3492 x 0,55

= 28,809 kg/mm2

Fb2 = a x m x Y2 x fv

= 30 kg/mm2 x 5 mm x 0,4122 x 0,55

= 34,006 kg/mm2

j. Lebar gigi.
BB = b2 = 1077,27 kg

28,809 kg/mm

= 37,39 mm

3.5 Perencanaan roda gigi C dan 3

Spesifikasi perencanaan :

- Daya yang di transmisikan N = 235 Ps

- Putaran poros penggerak nC = 2500 rpm

- Perbandingan reduksi i3 = 0,47

- Jarak sumbu poros yang di rencanakan a = 200 mm

- Sudut tekan pahat = 20

a. Diameter sementara lingkaran jarak bagi.


DC =2xa

1 + i3

= 2 x 200 mm

1 + 0,47

= 272,1 mm

54
D3 = 2 x a x i3

1 + i3

= 2 x 200 mm x 0,47

1 + 0,47

= 127,89 mm

b. Jumlah gigi pada roda gigi C dan 3.


Dari diagram pemilihan modul roda gigi lurus, di ambil m : 5. Maka :

ZC = DC

= 272,1 mm

5 mm

= 54,42 buah

= 55

Z3 = D3

= 127,89 mm

5 mm

= 25,57 buah

= 26

Perbandingan gigi yang di ambil mendekati i1 = 0,47 : 1, yaitu 55 : 26

55
c. Diameter lingkaran jarak bagi yang sebenarnya.
DC = ZC x m

= 55 x 5 mm

= 275 mm

D3 = Z3 x m

= 26 x 5 mm

= 130 mm

d. Diameter lingkaran kepala.


DkC = ( ZC + 2 ) x m

= ( 55 + 2 ) x 5 mm

= 285 mm

Dk3 = ( Z3 + 2 ) x m

= ( 26 + 2 ) x 5 mm

= 140 mm

e. Diameter lingkaran kaki.


DgC = ZC x m x cos 200

= 55 x 5 mm x cos 200

= 258,41 mm

Dg3 = Z3 x m x cos 200

= 26 x 5 mm x cos 200

= 122,16 mm

56
f. Kecepatan keliling
VC = V3 = x 285 mm x 2500 rpm

60 x 1000

= 37,28 m/s

g. Gaya tangensial.
FtC = Ft3 = 102 x 207,27 kW

37,28 m/s

= 567,1 kg

h. Faktor dinamis.
Di mana VC 20 50 m/s.

Fv = 5,5

5,5 + 37,28 m/s

= 0,47

i. Beban lentur yang diizinkan.


Faktor bentuk gigi berdasarkan tabel 6.5 ( Faktor bentuk gigi )

ZC = 34 ; YC = 0,371

Z3 = 47 ; Y3 = 0,402

Bila bahan roda gigi C dan 3 adalah sama yaitu S 15 CKlit 1 hal 241

- Kekuatan tarik b = 50 kg/mm2

- Kekuatan lentur a = 30 kg/mm2

- Kekerasan HB = 400

57
Maka harga beban lentur :

FbC = a x m x YC x fv

= 30 kg/mm2 x 5 mm x 0,371 x 0,47

= 26,15 kg/mm2

Fb3 = a x m x Y3 x fv

= 30 kg/mm2 x 5 mm x 0,402 x 0,47

= 28,34 kg/mm2

j. Lebar gigi.
BC = b3 = 567,1 kg

28,34 kg/mm

= 28,9 mm

3.6 Perencanaan roda gigi D dan 4

Spesifikasi perencanaan :

- Daya yang di transmisikan N = 235 Ps

- Putaran poros penggerak nD = 2500 rpm

- Perbandingan reduksi i4 = 0,37

- Jarak sumbu poros yang di rencanakan a = 200 mm

- Sudut tekan pahat = 20

1 Diameter sementara lingkaran jarak bagi.

Dengan menggunakan pers. 2.11 :

2 a
DD =
1 i4

58
2 200 mm
=
1 0,37

= 291,97 mm

2 a i4
D4 =
1 i4

2 200 mm 0,37
=
1 0,37

= 108,02 mm

2 Jumlah gigi pada roda gigi D dan 4.

Dari diagram pemilihan modul roda gigi lurus, di ambil m : 5. Maka


dengan menggunakan pers. 2.12 diperoleh :

DD
ZD =
m

291,97 mm
=
5 mm

= 58,39 buah

= 59

D4
Z4 =
m

108,02 mm
=
5 mm

= 21,6 buah

= 22

59
Perbandingan gigi yang diambil mendekati i4 = 0,37: 1yaitu 59 : 22

3 Diameter lingkaran jarak bagi yang sebenarnya.

Dengan pers. 2.20 didapat :

DD = ZD x m

= 59 x 5 mm

= 295 mm

D4 = Z4 x m

= 22 x 5 mm

= 110 mm

4 Diameter lingkaran kepala.

Dengan pers. 2.13 diperoleh :

DkD = ( ZD + 2 ) x m

= ( 59 + 2 ) x 5 mm

= 305mm

Dk4 = ( Z4 + 2 ) x m

= ( 22 + 2 ) x 5 mm

= 120 mm

5 Diameter lingkaran kaki.

Dengan pers. 2.14 diperoleh :

DgD = ZD x m x cos 200

= 59 x 5 mm x cos 200

= 277,2 mm

60
Dg4 = Z4 x m x cos 200

= 22 x 5 mm x 200

= 103,36 mm

6 Kecepatan keliling

Dengan pers. 2.15 diperoleh :

120 mm 2500 rpm


VD = V4 =
601000

= 15,7 m/s

7 Gaya tangensial.

Dengan pers. 2.16 diperoleh :

102 207,27 kW
FtD = Ft4 =
15,7 m/s

= 1346,5 kg

8 Faktor dinamis.

Dari pers. 2.18 didapat :

5,5
Fv =
5,5 15,7 m/s

= 0,58

9 Beban lentur yang diizinkan.

Faktor bentuk gigi berdasarkan tabel 6.5 (Faktor bentuk gigi)

ZD = 40 ; YD = 0,3882

61
Z4 = 40 ; Y4 = 0,3882

Bila bahan roda gigi D dan 4 adalah sama yaitu S 15 CK

- Kekuatan tarik b = 50 kg/mm2

- Kekuatan lentur a = 30 kg/mm2

- Kekerasan HB = 400

Maka harga beban lentur , dapat di cari dengan pers. 2.17

FbD = a x m x YD x fv

= 30 kg/mm2 x 5 mm x 0,3882 x 0,58

= 33.77 kg/mm2

Fb4 = a x m x Y4 x fv

= 30 kg/mm2 x 5 mm x 0,3882 x 0,58

= 33,77 kg/mm2

10 Lebar gigi.

1346,5 kg
BD = b4 =
33,77 kg/mm

= 39,87 mm

3.7 Perencanaan roda gigi E dan 5

Spesifikasi perencanaan :

- Daya yang di transmisikan N = 235 Ps

- Putaran poros penggerak nE = 2500 rpm

- Perbandingan reduksi i5 = 0,27

62
- Jarak sumbu poros yang di rencanakan a = 200 mm

- Sudut tekan pahat = 20

a. Diameter sementara lingkaran jarak bagi


DE =2xa

1 + i5

= 2 x 200 mm

1 + 0,27

= 314,96 mm

D5 = 2 x a x i5

1 + i5

= 2 x 200 mm x 0,27

1 + 0,27

= 85,03 mm

b. Jumlah gigi pada roda gigi E dan 5.


Dari diagram pemilihan modul roda gigi lurus, di ambil m : 5. Maka :

ZE = DE

= 314,96 mm

5 mm

= 62,992 buah

= 63

63
Z5 = D5

= 85,03 mm

5 mm

= 17 buah

= 17

Perbandingan gigi yang di ambil mendekati i1 = 0,27 : 1, yaitu 63 : 17

c. Diameter lingkaran jarak bagi yang sebenarnya


DE = ZE x m

= 63 x 5 mm

= 315 mm

D5 = Z5 x m

= 17 x 5 mm

= 85 mm

d. Diameter lingkaran kepala.


DkE = ( ZE + 2 ) x m

= ( 63 + 2 ) x 5 mm

= 325 mm

Dk5 = ( Z5 + 2 ) x m

= ( 17 + 2 ) x 5 mm

= 95 mm

e. Diameter lingkaran kaki.


DgE = ZE x m x cos 200

64
= 63 x 5 mm x cos 200

= 296 mm

Dg5 = Z5 x m x cos 200

= 17 x 5 mm x 200

= 79,87 mm

f. Kecepatan keliling
VE = V5 = x 325 mm x 2500 rpm

60 x 1000

= 42,52 m/s

g. Gaya tangensial.
FtE = Ft5 = 102 x 207,27 kW

42,52 m/s

= 497,21 kg

h. Faktor dinamis.
Di mana VE 20 50 m/s.

Fv = 5,5

5,5 + 42,52 m/s

= 0,45

i. Beban lentur yang diizinkan.


Faktor bentuk gigi berdasarkan tabel 6.5 (Faktor bentuk gigi)

ZE = 44 ; YE = 0,397

Z5 = 36 ; Y5 = 0,381

65
Bila bahan roda gigi E dan 5 adalah sama yaitu S 15 CK lit 1 hal 241

- Kekuatan tarik b = 50 kg/mm2

- Kekuatan lentur a = 30 kg/mm2

- Kekerasan HB = 400

Maka harga beban lentur

FbE = a x m x YE x fv

= 30 kg/mm2 x 5 mm x 0,397 x 0,45

= 26,79 kg/mm2

Fb5 = a x m x Y5 x fv

= 30 kg/mm2 x 5 mm x 0,381 x 0,45

= 25,71 kg/mm2

j. Lebar gigi.
BE = b5 = 497,21 kg

26,79 kg/mm

= 18,55 mm

3.8 Perencanaan roda gigi mundur.

Spesifikasi perencanaan :

- Daya yang di transmisikan N = 235 Ps

- Putaran poros penggerak nD = 2500 rpm

- Perbandingan reduksi roda gigi F dan G i6 = 2

- Perbandingan reduksi Roda gigi G dan H i7 = 1,65

66
- Jarak sumbu poros a1 = 120 mm

- Jarak sumbu poros a2 = 212 mm

- Sudut tekan pahat = 20

a. Diameter Lingkaran Jarak Bagi


DF = 2 x a1

1 + i6

= 2 x 120 mm

1+2

= 80 mm

DG = 2 x a1 x i6

1 + i6

= 2 x 120 mm x 2

1+2

= 160 mm

a1 = D F x ( 1 + i6 )

= 80 x ( 1 + 2 )

= 120 mm

a2 = D F x ( 1 + i7 )

= 80 x ( 1 + 1,65 )

67
= 212 mm

DH = 2 x a2 x i7

1 + i7

= 2 x 212 mm x 1,65

1 + 1,65

= 264 mm

Jarak sumbu poros F dan H

a = DF + DH

= 80 + 264

= 172 mm

b. Jumlah gigi pada roda gigi F, G dan H.


Dari diagram pemilihan modul roda gigi lurus, di ambil m : 5.

ZF = Df

= 80 mm

5 mm

= 16 buah

ZG = DG

68
= 160 mm

5 mm

= 32 buah

ZH = DH

= 264 mm

5 mm

= 52,8 buah

c. Diameter lingkaran kepala.


DkF = ( ZF + 2 ) x m

= ( 16 + 2 ) x 5 mm

= 90 mm

DkG = ( ZG + 2 ) x m

= ( 32 + 2 ) x 5 mm

= 170 mm

DkH = ( ZH + 2 ) x m

= ( 52,8 + 2 ) x 5 mm

= 274 mm

d. Diameter lingkaran kaki.


DgF = ZF x m x cos 200

= 16 x 5 mm x cos 200

= 75,1754 mm

DgG = ZG x m x cos 200

69
= 32 x 5 mm x 200

= 150,35 mm

DgH = ZH x m x cos 200

= 52,8 x 5 mm x 200

= 248,0789 mm

e. Kecepatan keliling.
VH = VG= VF = x 90 mm x 2500 rpm

60 x 1000

= 11,775 m/s

f. Gaya tangensial
FtH = FtG = FtF = 102 x 207,27 kW

11,775 m/s

= 1795,45 kg

g. Faktor dinamis.
Di mana VF kecil dari 20 m/s.

Fv = 6

6 + 11,775 m/s

= 0,63

h. Beban lentur yang diizinkan.


Faktor bentuk gigi berdasarkan tabel 6.5 (Buku Sularso, 1983, hal 240).

ZF = 16 ; YF = 0,295

70
ZG = 32 ; YG = 0,3645

ZH = 52 ; YH = 0,4106

Bila bahan roda gigi D dan 4 adalah sama yaitu S 15 CK.

- Kekuatan tarik b = 50 kg/mm2

- Kekuatan lentur a = 30 kg/mm2

- Kekerasan HB = 400

Maka harga beban lentur

FbF = a x m x YF x fv

= 30 kg/mm2 x 5 mm x 0,295 x 0,63

= 27,87 kg/mm

FbG = a x m x YG x fv

= 30 kg/mm2 x 5 mm x 0,3645 x 0,63

= 34,44 kg/mm

FbH = a x m x YH x fv

= 30 kg/mm2 x 5 mm x 0,4106 x 0,63

= 38,80 kg/mm

i. Lebar gigi.
BF = bG =bH = 840,42 kg

27,87 kg/mm

= 30,15 mm

71
3.9 Perhitungan Poros

a. Perencanaan poros input.


Berdasarkan keterangan dari bab II tentang jenis jenis bahan yang di
gunakan, maka dalam hal ini di pilih baja karbon JIS 4501 tipe S 55 C
dengan kekuatan tarik adalah 66 kg/ mm2

Maka tegangan geser yang terjadi di hitung

a = b
Sf1 x Sf2

Faktor keamanan 1 (Sf1) untuk baja karbon (SC) adalah 6,0

= 66 kg/mm2

6,0 x 1,5

= 7,33 kg/mm2

Dari persamaan 2.3 diperoleh Daya Rencana:

Sebelum menghitung daya rencana, terlebih dahulu diambil faktor koreksi (fc)
dari pembahasan bab II. Maka fc = 1,2 untuk mendapatkan satuan dalam kW
maka harus dikonversikan, dimana harga dalam 1 Ps = 0,735 kW dari data
yang diperoleh daya minimal output dari motor penggerak sebesar P = 235 Ps
dan putaran n = 2500 rpm.

Pd = fc x p

Dimana :

Fc = faktor koreksi

= daya rata-rata (1,2-2,0)

= 1,2 daya yang diambil

P = 235 Ps x 0,735 kW

= 172,725 kW

72
Maka :

Pd = fc . p

= 1,2 x 172,725 kW

= 207,27 kW

Maka di peroleh momen puntir :

T = 9,74 . 105 x Pd / n

= 9,74 . 105 x 207,27 kW

2500 rpm

= 80752,3 kg.mm

Untuk mencari diameter poros

5,1 kt cb T
= 3
a

Dari bab II di dapat Harga Kt = 1,5 dan harga Cb = 1,5


5,11,51,580752,3kg.mm
Ds = 3
7,33kg / mm 2

= 13,30 mm

Berdasarkan tabel harga standar diameter poros (lit 1 tabel 1.7 ), maka
diperoleh harga diameter standar poros, diameter standar poros adalah 40
mm.

b. Perencanaan poros perantara.


Untuk poros perantara yang di rencanakan berputar dengan kecepatan
putaran 2600 rpm karena perbandingan reduksi roda gigi antara poros

73
input dengan poros perantara adalah satu sehingga putaran poros sama
dengan poros input yaitu 2500 rpm.

Maka besarnya momen puntir/ torsi dapat di hitung sebagai berikut :

207,27kW
T = 9,74.105
2600rpm

= 77646,53 kg.mm

Maka diameter poros dapat di hitung sebagai berikut :

5,11,51,577646,53kg.mm
Ds = 3
7,33kg / mm2

= 13,12 mm

Berdasarkan tabel harga standar diameter poros (lit 1 tabel 1.7 ), maka
diperoleh harga diameter standar poros, diameter standar poros adalah 14
mm.

c. Perencanaan poros perantara roda gigi mundur.


Perbandingan reduksi i5 = 2, maka putaran poros perantara roda gigi
mundur adalah 1500 rpm.

Maka besarnya momen puntir/ torsi dapat di hitung sebagai berikut :

T = 9,74 . 105 x Pd / nm

T = 9,74 . 105 x 207,27 kW

1500 rpm

= 134587,32 kg.mm

Maka diameter poros dapat di hitung sebagai berikut :

5,11,51,5134587,32kg.mm
Dsm = 3
7,33kg / mm 2

= 15,76 mm

74
Berdasarkan tabel harga standar diameter poros (lit 1 tabel 1.7 ), maka
diperoleh harga diameter standar poros, diameter standar poros adalah 17
mm.

d. Perencanaan poros output.


Pada poros output transmisi bergerak dengan bermacam macam putaran
sesuai dengan tingkat putarannya pada tiap tingkat kecepatan sehingga
perlu di hitung momen puntir dan diameter poros pada tiap tingkat
kecepatan :

Pada transmisi tingkat pertama ( I ).

T1 = 9,74 x 105 x Pd / n

207,27kW
= 9,74.105
1496,93 rpm

= 134863,34 kg.mm

5,11,51,5134863,34 kg.mm
ds1 = 3
7,33kg / mm 2

= 59,54 mm

Berdasarkan tabel harga standar diameter poros (lit 1 tabel 1.7 ), maka
diperoleh harga diameter standar poros, diameter standar poros adalah 16
mm.

Dengan cara yang sama untuk transmisi tingkat satu ( I ) sampai tingkat
kelima ( V ) dapat di lihat pada tabel 3.4.

75
Tabel 3.4 : Perencanaan poros output untuk tingkat kecepatan ke1-5

ds ds standar
No n (rpm) T (Kg . mm)
(mm) (mm)

1 1496,93 134863,34 59,54 60

2 3368,44 59933,07 88,26 90

3 5238,58 38537,34 76,17 80

4 6736,84 29966,71 70,05 71

5 8981,61 22477,14 63,65 65

3.10 Perencanaan Spline

Dalam perencanaan spline ditentukan jumlah spline yang direncanakan,


adalah 8 buah karena poros ada 3 macam yaitu :

Diameter poros penggerak/poros input transmisi yaitu : 14 mm


Diameter poros perantara Transmisi roda gigi mundur : 16 mm
Diameter poros yang digerakkan/poros output transmisi yaitu : 60 mm

Maka ukuran spline dihitung berdasarkan ukuran diameter poros masing-


masing sebagai berikut :

a. Untuk poros Penggerak/poros input transmisi


Besarnya gaya tangensial total yang terjadi pada poros

F = 2xT

ds

F = 2 x 80752,3 kg.mm

14

= 11536,04 kg

76
Sedangkan besarnya gaya tangensial yang bekerja pada tiap spline

Fn = F

Fn = 11536,04

= 1442 kg

Berdasarkan tabel standar ukuran pasak dan alur yang dapat


dijadikan acuan dalam menentukan ukuran spline karena adanya
kesamaan prinsip kerja pada keduanya sehingga ukuran-ukuran spline
berdasarkan ukuran diameter poros yang diketahui dapat ditentukan
sebagai berikut :

b x h = 10 x 8
t1 = 5,0
t2 = 3,3

Maka ukuran panjang spline hasil perhitungan

L Fn

pA x (t1 atau t2)

Harga pA untuk poros berdiameter kecil adalah 8 kg/mm2, dan untuk


berdiameter besar adalah 10 kg/mm2.

Maka :

L 1442 kg

10 kg/mm2 x 3,3 mm

L 43,69 mm

77
Perlu diperhatikan bahwa lebar pasak sebaiknya 0,25 0,.35 dari
diameter poros dan ujung spline sebaiknya 0,75 1,5 dari diameter,
sehingga dengan memperhatikan hasil perhitungan dan faktor di atas
maka direncanakan ukuran pasak sebagai berikut :

bxh= 10 mm x 8 mm
t1 = 5,0
t2 = 3,3
L = 28,5 mm 19 mm

b. Poros perantara
Besarnya gaya tangensial total yang terjadi pada poros

F = 2xT

ds

F = 2 x 77646,53 kg.mm

16

= 9705,81 kg

Sedangkan besarnya gaya tangensial yang bekerja pada tiap spline

Fn = F

Fn = 9705,81 kg

= 1213,22 kg

Berdasarkan tabel standar ukuran pasak dan alur yang dapat


dijadikan acuan dalam menentukan ukuran spline karena adanya
kesamaan prinsip kerja pada keduanya sehingga ukuran-ukuran spline
berdasarkan ukuran diameter poros yang diketahui dapat ditentukan
sebagai berikut :

78
b x h = 14 x 9
t1 = 5,5
t2 = 3,8
Maka ukuran panjang spline hasil perhitungan

L Fn

pA x (t1 atau t2)

Harga pA untuk poros berdiameter kecil adalah 8 kg/mm2, dan untuk


berdiameter besar adalah 10 kg/mm2.

Maka :

L 1213,22 kg

10 kg/mm2 x 3,8 mm

L 31,92 mm

Perlu diperhatikan bahwa lebar pasak sebaiknya 0,25 0,.35 dari


diameter poros dan ujung spline sebaiknya 0,75 1,5 dari diameter,
sehingga dengan memperhatikan hasil perhitungan dan faktor di atas
maka direncanakan ukuran pasak sebagai berikut :

bxh = 14 mm x 9 mm
t1 = 5,5
t2 = 3,8
L = 36 mm 15,75 mm

c. Poros digerakkan/poros output transmisi


Besarnya gaya tangensial total yang terjadi pada poros

F = 2xT

Ds

79
F = 2 x 134587,32 kg.mm

55

= 4894,08 kg

Sedangkan besarnya gaya tangensial yang bekerja pada tiap spline

Fn = F

Fn = 4894,08 kg

= 611,76 kg

Berdasarkan tabel standar ukuran pasak dan alur yang dapat


dijadikan acuan dalam menentukan ukuran spline karena adanya kesamaan
prinsip kerja pada keduanya sehingga ukuran-ukuran spline berdasarkan
ukuran diameter poros yang diketahui dapat ditentukan sebagai berikut :

b x h = 15 x 10
t1 =5
t2 =5
Maka ukuran panjang spline hasil perhitungan

L Fn

pA x (t1 atau t2)

Harga pA untuk poros berdiameter kecil adalah 8 kg/mm2, dan untuk


berdiameter besar adalah 10 kg/mm2.

Maka :

L 611,76 kg

10 kg/mm2 x 5 mm

80
L 12,23 mm

Perlu diperhatikan bahwa lebar pasak sebaiknya 0,25 0,.35 dari diameter
poros dan ujung spline sebaiknya 0,75 1,5 dari diameter, sehingga dengan
memperhatikan hasil perhitungan dan faktor di atas maka direncanakan
ukuran pasak sebagai berikut :

bxh = 15 mm x 10 mm
t1 = 5
t2 = 5
L = 41,25 mm 82,5 mm

3.11 Perhitungan Temperatur

Untuk menentukan temperatur nyala yang di izinkan untuk pelumas pada


sistim transmisi roda gigi

TBp = 140 x Cn x CR

Sebelum di cari temperatur nyala, terlebih dahulu di cari koefisien


viskositas pelumas

Cn = 1,5 x E

2+E

Dari buku sularso (1980, hal 119), di peroleh derajat engler pada pelumas
pada temperatur 500C. Maka di peroleh harga E : 12,02.

Cn = 1,5 x 12,02

2 + 12,02

Dan untuk menentukan faktor kekerasan roda gigi

1,9 Sm
CR = 3
4 Sm

81
Untuk menentukan harga kekerasan roda gigi dapat di peroleh dengan
menggunakan pers.

Sm = 2 x S1 x S2

S1 + S2

Dari bab II tentang harga kekerasan roda gigi maka di pilih :

S1 = S2 : 0,85 ().

Sm = 2 x 0,85 x 0,85

0,85 + 0,85

= 0,85

Maka :

1,9 Sm
CR = 3
4 Sm

= 0,9

Sehingga :

TBp = 140 x 1,286 x 0,9

= 162 0C

82
BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan.

Kesimpulan yang dapat diperoleh dalam perencanaan transmisi roda gigi


ini adalah :

1. Untuk merencanakan transmisi roda gigi harus diperhatikan daya dan


putaran mesin untuk menentukan jenis bahan yang digunakan dan
besarnya beban yang cocok dengan spesifikasi mesin tersebut.
2. Untuk operasi kendaraan dengan beban besar maka pada transmisi
awal roda gigi harus mempunyai perbandingan reduksi yang besar,
karena memerlukan momen awal yang besar sehingga dibutuhkan
roda gigi yang lebar dan berdiameter kecil dan sebaliknya.
3. Profil roda gigi yang digunakan dalam perencanaan ini adalah roda
gigi lurus standar dengan sudut tekan 200, karena jenis roda gigi ini
merupakan roda gigi yang paling umum digunakan dalam system
transmisi.
4. Penggunaan minyak pelumas harus diperhatikan viskositasnya yang
disesuaikan dengan tingkat operasi mesin kendaraan, jenis minyak
pelumas yang cocok untuk kendaraan ini adalah SAE 90karena
mempunyai kekentalan yang cocok untuk transmisi ini.
5. Kesimpulan dari hasil perencanaan roda gigi kendaraan angkut
dengan daya 235 Ps dan putaran 2500 Rpm dapat dilihat pada table
dibawah ini :

83
No Yang dihitung Spesifikasi
No Notasi Nilai Satuan
1 nb1 273 rpm
1 Perhitungan putaran ban 2 nb2 613 rpm
3 nb3 953 rpm
4 nb4 1225 rpm
No Notasi Nilai Satuan
1 no1 1496,93 rpm
2 Perhitungan putaran gardan 2 no2 3368,44 rpm
3 no3 5238,58 rpm
4 no4 6736,84 rpm
No Notasi Nilai Satuan
1 ir1 1,67
Perhitungan perbandingan
3 2 ir2 0,74
reduksi
3 ir3 0,47
4 ir4 0,37

No Yang dihitung Besaran


No Spesifikasi Notasi Nilai Satuan
1 Daya rencana Pd 207,27 Kw
2 Diameter lingkaran jarak DP = D Q 200 mm
bagi
3 Jumlah gigi ZQ = ZP 40 bua
h
4 Diameter lingkaran DkQ = DkP 252 mm
kepala
Perencanaan
1 roda gigi P dan 5 Diameter lingkaran kaki DqQ = DqP 187,93 mm
Q 6 Kecepatan keliling VP = V Q 32,97 m/s
7 Gaya tangensial FtP = FtQ 641,235 kg

8 Faktor dinamis Fv 0,48


9 Beban lentur yang di FbQ = FbP 10,48 kg/
izinkan mm
10 Lebar gigi bP = b Q 61,18 mm

2 Perencanaan No Spesifikasi Notasi Nilai Satuan

84
roda gigi A dan 1 1 Daya rencana Pd 207,27 Kw

DA 149,81 mm
2 Diameter lingkaran jarak bagi
D1 250,18 mm
ZA 30 buah
3 Jumlah gigi
Z1 51 buah
DkA 160 mm
4 Diameter lingkaran kepala
Dk1 265 mm
DqA 140,95 mm
5 Diameter lingkaran kaki
Dq1 239,62 mm
6 Kecepatan keliling VA = V 1 13,08 m/s
7 Gaya tangensial FtA = Ft1 1616,32 kg
8 Faktor dinamis Fv 0,60
FbA 24,95 kg/ mm
9 Beban lentur yang di izinkan
Fb1 27,72 kg/ mm
10 Lebar gigi bA = b1 42,11 mm
No Spesifikasi Notasi Nilai Satuan
1 Daya rencana Pd 207,27 Kw

2 DB 133,78 mm
Diameter lingkaran jarak bagi
D2 108,02 mm
3 ZB 30 buah
Jumlah gigi
Z2 22 buah
4 DkB 160 mm
Diameter lingkaran kepala
Dk2 120 mm
Perencanaan 5 DqB 1409,53 mm
3 Diameter lingkaran kaki
roda gigi B dan 2
Dq2 103,36 mm
6 Kecepatan keliling VB = V 2 19,625 m/s

7 Gaya tangensial FtB = Ft2 1077,27 kg

8 Faktor dinamis Fv 0,55

9 FbB 28,809 kg/ mm


Beban lentur yang di izinkan
Fb2 34,006 kg/ mm
10 Lebar gigi bB = b2 37,39 mm

4 Perencanaan No Spesifikasi Notasi Nilai Satuan

85
roda gigi C dan 3 1 Daya rencana Pd 207,27 Kw
2 DC 272,1 mm
Diameter lingkaran jarak bagi
D3 127,89 mm
3 ZC 55 buah
Jumlah gigi
Z3 26 buah
4 DkC 285 mm
Diameter lingkaran kepala
Dk3 140 mm
DqC 258,41 mm
Diameter lingkaran kaki
5 Dq3 122,16 mm
6 Kecepatan keliling VC = V 3 37,28 m/s

7 Gaya tangensial FtC = Ft3 567,1 kg

8 Faktor dinamis Fv 0,47

FbC 26,15 kg/ mm


Beban lentur yang di izinkan
9 Fb3 28,34 kg/ mm

10 Lebar gigi bC = b3 28,9 mm

No Spesifikasi Notasi Nilai Satuan


1 Daya rencana Pd 207,27 Kw

2 Diameter lingkaran jarak bagi DD 291,97 mm


D4 108,02 mm
3 Jumlah gigi ZD 59 buah
Z4 22 buah
4 Diameter lingkaran kepala DkD 305 mm
Dk4 120 mm
Perencanaan
5 5 Diameter lingkaran kaki DqD 277,2 mm
roda gigi D dan 4
Dq4 103,36 mm
6 Kecepatan keliling VD = V 4 15,7 m/s
7 Gaya tangensial FtD = Ft4 1346,5 kg
8 Faktor dinamis Fv 0,58
9 Beban lentur yang di izinkan FbD 33,77 kg/ mm
Fb4 33,77 kg/ mm
10 Lebar gigi B D= b 4 39,87 mm

5 Perencanaan No Spesifikasi Notasi Nilai Satuan

86
roda gigi E dan 5 1 Daya rencana Pd 207,27 Kw

2 Diameter lingkaran jarak bagi DE 314,96 mm


D5 85,03 mm
3 Jumlah gigi ZE 63 buah
Z5 17 buah
4 Diameter lingkaran kepala DkE 325 mm
Dk5 95 mm
5 Diameter lingkaran kaki DqE 296 mm
Dq5 79,87 mm
6 Kecepatan keliling VE = V 5 42,52 m/s

7 Gaya tangensial FtE = Ft5 497,21 kg

8 Faktor dinamis Fv 0,45

9 Beban lentur yang di izinkan FbE 26,79 kg/ mm


Fb5 25,71 kg/ mm
10 Lebar gigi BE = b5 18,55 mm

No Spesifikasi Notasi Nilai Satuan

1 Daya rencana Pd 207,27 Kw


DF 80 mm

2 Diameter lingkaran jarak bagi DG 160 mm


DH 264 mm

ZF 16 buah
Perencanaan 3 Jumlah gigi ZG 32 buah
7
roda gigi mundur
ZH 52,8 buah
DkF 90 mm
4 Diameter lingkaran kepala DkG 170 mm
DkH 274 mm
DqF 75,17 mm
5 Diameter lingkaran kaki DqG 150,35 mm
DqH 248,079 mm

87
6 Kecepatan keliling VF= VG = VH 11,775 m/s

7 Gaya tangensial FtF= FtG= FtH 1795,45 kg

8 Faktor dinamis Fv 0,63


FbF 27,87 kg/ mm
9 Beban lentur yang di izinkan FbG 34,44 kg/ mm
FbH 38,80 kg/ mm
10 Lebar gigi bF= bG = bH 30,15 mm

No Yang dihitung Spesifikasi


No Spesifikasi Notasi Nilai Satuan
1 Daya yang ditrasmisikan P 235 Ps
172,725 Kw
2 Putaran poros penggerak N 2500 rpm

3 Faktor koreksi fc 1,2

4 Daya rencana Pd 207,27 Kw

5 Momen puntir yang terjadi Mp 80752,3 Kg.mm

6 Bahan poros S 55 C
1 Poros input
7 Kekuatan tarik t 66 Kg/mm2
Sf1 6,0
8 Factor keamanan
Sf2 1,5

9 Tegangan punter yang terejadi p 7,33 Kg/mm2

10 Faktor koreksi momen punter Kt 1,5


11 Faktor koreksi beban lentur Cb 1,5

12 Diameter poros D 13,30 Mm


D(standar) 40 Mm
No Spesifikasi Notasi Nilai Satuan
1 Daya yang ditrasmisikan P 235 Ps

Poros perantara 172,725 Kw


2
gigi mundur 2 Putaran poros penggerak N 2500 rpm
3 Faktor koreksi fc 1,0
4 Daya rencana Pd 207,27 Kw

88
5 Momen punter yang terjadi Mp 134587, Kg.mm
32
6 Bahan poros S 55 C
7 Kekuatan tarik t 66 Kg/mm2
Sf1 6,0
8 Factor keamanan
Sf2 1,5
9 Tegangan punter yang terejadi p 7,33 Kg/mm2
10 Faktor koreksi momen punter Kt 1,5
11 Faktor koreksi beban lentur Cb 1,5
12 Diameter poros D 15,76 mm
D(standar) 42 mm
No Yang dihitung Spesifikasi
No Spesifikasi Notasi Nilai Satuan
1 Daya yang ditrasmisikan P 235 Ps
172,725 Kw
2 Putaran poros penggerak N 1496,93 rpm
3 Faktor koreksi Fc 1,0
4 Daya rencana Pd 207,27 Kw
5 Momen punter yang terjadi Mp 13486,4 Kg.mm
6 Bahan poros S 55 C
Perencanaan
1 poros output 7 Kekuatan tarik t 66 Kg/mm2
untuk gigi 1
8 Sf1 1,5
Factor keamanan
Sf2 1,5
9 Tegangan punter yang terejadi p 7,33 Kg/mm2
10 Faktor koreksi momen punter Kt 1,5

11 Faktor koreksi beban lentur Cb 1,5

12 Diameter poros D 59,54 mm

D(standar) 51 mm

No Spesifikasi Notasi Nilai Satuan


1 Daya yang ditrasmisikan P 235 Ps
Perencanaan 172,725 Kw
2 poros output
untuk gigi 2 2 Putaran poros penggerak N 3368,44 rpm
3 Faktor koreksi fc 1,0
4 Daya rencana Pd 207,27 Kw

89
5 Momen punter yang terjadi Mp 59933,7 Kg.mm
6 Bahan poros S 55 C
7 Kekuatan tarik t 66 Kg/mm2
8 Sf1 1,5
Factor keamanan
Sf2 1,5
9 Tegangan punter yang terejadi p 7,33 Kg/mm2
10 Faktor koreksi momen punter Kt 1,5
11 Faktor koreksi beban lentur Cb 1,5
12 Diameter poros D 88,26 mm
D(standar) 90 mm
No Spesifikasi Notasi Nilai Satuan
1 Daya yang ditrasmisikan P 235 Ps
172,725 Kw
2 Putaran poros penggerak N 5238,58 rpm

3 Faktor koreksi fc 1,0

4 Daya rencana Pd 207,27 Kw

5 Momen punter yang terjadi Mp 38537,4 Kg.mm


Perencanaan
3 poros output 6 Bahan poros S 55 C
untuk gigi 3
7 Kekuatan tarik t 66 Kg/mm2
8 Sf1 1,5
Factor keamanan
Sf2 1,5
9
Tegangan punter yang terejadi p 7,33
Kg/mm2

10 Faktor koreksi momen punter Kt 1,5

11 Faktor koreksi beban lentur Cb 1,5

12 Diameter poros D 76,17 mm


D(standar) 80 mm
No Spesifikasi Notasi Nilai Satuan
1 Daya yang ditrasmisikan P 235 Ps
Perencanaan 172,725 Kw
4 poros output
2 Putaran poros penggerak N 6736,84 rpm
untuk gigi 4
3 Faktor koreksi fc 1,0
4 Daya rencana Pd 207,27 Kw

90
5 Momen punter yang terjadi Mp 29966,7 Kg.mm

6 Bahan poros S 55 C
7 Kekuatan tarik t 66 Kg/mm2
8 Sf1 1,5
Factor keamanan
Sf2 1,5
9 Tegangan punter yang terejadi p 7,33 Kg/mm2
10 Faktor koreksi momen punter Kt 1,5

11 Faktor koreksi beban lentur Cb 1,5


12 Diameter poros D 70,05 mm
D(standar) 65 mm
No Yang dihitung Spesifikasi

No Spesifikasi Notasi Nilai Satuan


1 Poros input ds 14 mm

2 Jumlah spline ns 8 Buah

3 Gaya tangensial total pada poros F 11536,1 Kg

4 Besar gaya yang bekerja pada Fn 1442 Kg


spline
5 Lebar spline yang digunakan b 10 mm
Spline untuk
1
poros input
6 Tinggi spine yang digunakan h 8 mm

7 Kedalaman alur pada poros t1 5,0 mm

8 Kedalaman alur pada roda gigi t2 3,3 mm

9 Tekanan permukaan yang PA 10 Kg/mm2


diizinkan
10 Panjang alur spilne L 43,69 mm

No Spesifikasi Notasi Nilai Satuan


1 Poros input ds 16 mm
2 Jumlah spline ns 8 Buah
3 Gaya tangensial total pada poros F 9705,81 Kg
4 Besar gaya yang bekerja pada Fn 1213,22 Kg
spline
5 Lebar spline yang digunakan b 14 mm

91
2 Spline untuk 6 Tinggi spine yang digunakan h 9 mm
poros perantara
7 Kedalaman alur pada poros t1 5,5 mm
roda gigi mundur
8 Kedalaman alur pada roda gigi t2 3,8 mm
9 Tekanan permukaan yang PA 10 Kg/mm2
diizinkan
10 Panjang alur spilne L 31,92 mm
No Spesifikasi Notasi Nilai Satuan
1 Poros input ds 55 mm
2 Jumlah spline ns 8 mm
3 Gaya tangensial total pada poros F 4894,08 Buah
4 Besar gaya yang bekerja pada Fn 611,76 Kg
spline

3 Spline untuk 5 Lebar spline yang digunakan b 15 mm


poros autput 6 Tinggi spine yang digunakan h 10 mm
7 Kedalaman alur pada poros t1 5 mm
8 Kedalaman alur pada roda gigi t2 5 mm
9 Tekanan permukaan yang PA 10 Kg/mm2
diizinkan
10 Panjang alur spilne L 12,23 mm
No Yang dihitung Spesifikasi
No Spesifikasi Notasi Nilai Satuan
1 Derajat enguler pada pelumas 500 c E 12,02
2 Koefisien viskositas pelumas Cn 1,28
Analisa 3 Harga kekerasan roda gigi 1 S1 0,85
1 perhitungan
temperatur 4 Harga kekerasan roda gigi 2 S2 0,85
5 Harga kekerasan roda gigi Sm 0,85
6 Faktor kekerasan permukaan roda gigi CR 0,9
0
7 Temperatur nyala yang diizinkan TBP 162 C
8 Pelumas yang cocok untuk rancangan SAE 90

92
Saran
Saran yang dapat diperoleh dalam perencanaan transmisi roda gigi adalah ;
Perhitungan lebar gigi dan posisi roda gigi tiap tingkat kecepatan pada
poros harus tepat agar diperoleh kinerja kendaraan yang optimal
dengan kotak transmisi yang sesuai dengan kendaraan yang
bersangkutan.
Penggunaan minyak pelumas harus memperhatikan standar yang telah
ditentukan oleh pabrik pembuatnya untuk menjamin keawetan
komponen transmisi roda gigi.
Penggunaan velg dan ban kendaraan harus menggunakan standar yang
telah ditentukan, karena hal tersebut dapat mempengaruhi tingkat
kecepatan kendaraan dan umur komponen mesin.

93

You might also like