You are on page 1of 51

Universitas Kristen Krida Wacana

Evaluasi Program Pengawasan Jamban di Pusat Kesehatan Masyarakat

Kecamatan Tegalwaru Kabupaten Karawang

Periode Januari 2017 sampai dengan Juli 2017

Disusun oleh

Ari Matea

Kepaniteraan Ilmu Kedokteran Komunitas

Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana

Jakarta, September 2017


Universitas Kristen Krida Wacana

Evaluasi Program Pengawasan Jamban di Pusat Kesehatan

Masyarakat Kecamatan Tegalwaru Kabupaten Karawang

Periode Januari 2017 sampai dengan Juli 2017

Disusun oleh

Ari Matea

11.2015.431

Kepaniteraan Ilmu Kedokteran Komunitas

Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana

Jakarta, September 2017

Evaluasi Program Pengawasan Jamban di Pusat Kesehatan

Masyarakat Kecamatan Tegalwaru Kabupaten Karawang


Periode Januari 2017 sampai dengan Juli 2017

Evaluasi Program Pengawasan Jamban Keluarga


Di Pusat Kesehatan Masyarakat Tegalwaru, Kabupaten
Karawang
Periode Januari 2017 sampai dengan Juli 2017

Lembar Persetujuan

Disetujui, September 2017

Pembimbing Kepala Puskesmas

(Arry Setiawan Am, Kl) (H. Ujang Suryana, SKM)


Evaluasi Program Pengawasan Jamban di Pusat Kesehatan Masyarakat

Kecamatan Tegalwaru Kabupaten Karawang Periode Januari 2017 sampai dengan

Juli 2017

Ari Matea
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana

Abstrak
Lingkungan merupakan salah satu faktor yang sangat berperan dalam riwayat
timbulnya penyakit. Berdasarkan studi Water and Sanitation Program - East Asia
and Pasific Region (WSP-EAP) 2007 lebih dari 94 juta penduduk Indonesia (43%
dari populasi) tidak memiliki jamban sehat dan hanya 2% memiliki akses pada
saluran air limbah perkotaan. Berdasarkan Memorandum Program Sanitasi
Kabupaten Karawang 2014-2018 didapatkan 38,77% masyarakat belum memiliki
akses terhadap jamban dan masih melakukan BABS. Berdasarkan laporan bulanan
periode Januari 2017 sampai Juli 2017, didapatkan hasil cakupan pengawasan
jamban di wilayah kerja puskesmas Loji sebesar 34.59% dengan target sebesar 65%
hingga bulan Juli 2017. Karena belum diketahuinya keberhasilan program
pengawasan jamban di Puskesmas Loji periode Januari 2017-Juli 2017, maka
dilakukan evaluasi program menggunakan metode dengan membandingkan cakupan
terhadap tolok ukur melalui pendekatan sistem. Hasil evaluasi didapatkan dua
masalah, yaitu cakupan hasil pengawasan/inspeksi sarana jamban 34.59% dan
presentase jamban yang memenuhi syarat sebesar 69,51% dari target 65%, Penyebab
masalah tersebut, yaitu kurangnya koordinasi lintas program dan lintas sektoral
dalam pelaksanaan dan tidak ada pendataan tentang jenis jamban.
Kata kunci: pengawasan jamban, jamban sehat
Daftar Isi

Halaman judul .............................................................................................................. i


Lembar pengesahan ...................................................................................................... ii
Abstrak ......................................................................................................................... iii
Bab I Pendahuluan ....................................................................................................... 1
Latar belakang ................................................................................................................ 1
Rumusan masalah ........................................................................................................... 2
Tujuan ............................................................................................................................. 3
Manfaat ........................................................................................................................... 4
Sasaran ............................................................................................................................ 5
Bab II Materi dan Metode ............................................................................................ 6
Bab III Kerangka Teori ................................................................................................ 7
Bab IV Penyajian Data ................................................................................................. 9
Sumber data .................................................................................................................. 9
Data .............................................................................................................................. 9
Bab V Pembahasan .....................................................................................................20
Bab VI Perumusan Masalah ........................................................................................26
Bab VII Penyelesaian Masalah ...................................................................................27
Bab VIII Penutup ........................................................................................................29
Kesimpulan .................................................................................................................29
Saran ............................................................................................................................29
Daftar Pustaka .............................................................................................................30
Lampiran

Bab I
Pendahuluan

1.1. Latar Belakang


Tantangan global Millennium Development Goals (MDGs) bidang
sanitasi, saat ini dihadapkan pada kenyataan bahwa diperkirakan masih 2,6
miliar orang (40% dari populasi dunia saat ini) tidak memiliki akses terhadap
sanitasi dasar, khususnya di Asia dan Afrika. Hygiene dan Sanitasi sangat
penting diperhatikan, karena beberapa alasan mendasar, antara lain bahwa
sekitar dua juta orang per tahun, kebanyakan dari mereka anak-anak,
meninggal akibat penyakit diare. Hampir 90% dari jumlah tersebut
diperkirakan terkait dengan kebersihan, pasokan air dansanitasi yang buruk.
Mereka yang tidak memiliki akses dan paling menderita karena sanitasi
buruk, adalah masyarakat miskin.1,5
Berdasarkan studi Water and Sanitation Program - East Asia and
Pasific Region (WSP-EAP) 2007 lebih dari 94 juta penduduk Indonesia (43%
dari populasi) tidak memiliki jamban sehat dan hanya 2% memiliki akses
pada saluran air limbah perkotaan. Sebagai akibat dari sanitasi yang buruk ini,
diperkirakan menyebabkan angka kejadian diare sebanyak 121.100 kejadian
dan mengakibatkan lebih dari 50.000 kematian setiap tahunnya.1,8
Tantangan yang dihadapi Indonesia terkait dengan masalah air minum,
hygiene dan sanitasi masih sangat besar. Hasil studi IndonesiaSanitation
Sector Development Program (ISSDP) tahun 2006 menunjukkan 47%
masyarakat masih berperilaku buang air besar ke sungai, sawah, kolam,kebun
dan tempat terbuka.2,11
Kondisi tersebut berkontribusi terhadap tingginya angka kejadian
diaredi Indonesia. Data angka kejadian diare nasional pada tahun 2006
sebesar 423 per seribu penduduk pada semua umur dan 16 provinsi
mengalami Kejadian Luar Biasa (KLB) diare dengan Case Fatality Rate
(CFR) sebesar 2,52.2
Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) 2010 di Indonesia,
sekitar 162.000 balita meninggal setiap tahun atau sekitar 460 balita setiap
harinya.2 Berdasarkan data RISKESDAS 2010 implikasi dari perilaku Buang
Air Besar Sembarangan (BABS) adalah diare ataupun penyakit berbasis
lingkungan yang merupakan pembunuh nomor satu untuk kematian bayi di
Indonesia dan 42% dari penyebab kematian bayi usia 0-11 bulan.2,5
Kepmenkes RI No. 852/Menkes/SK/IX/2008 tentang Sanitasi Total
Berbasis Masyarakat (STBM) salah satu pilar dan indikator adalah setiap
individu dan komunitas mempunyai akses terhadap sarana sanitasi dasar
sehingga dapat mewujudkan komunitas yang bebas dari BABS (Buang Air
Besar Sembarangan) atau Open Defecation Free (ODF).5
Berdasarkan laporan pencapaian milenium di Indonesia, Badan Pusat
Statistik dan Survei Sosial Ekonomi Nasional 2011, proporsi rumah tangga
dengan akses terhadap fasilitas sanitasi dasar yang layak, perkotaan dan
pedesaan sebesar 55,60% dengan target Millennium Development Goals
(MDGs) 2015 yaitu 62,41%. Proporsi rumah tangga dengan akses terhadap
fasilitas sanitasi dasar layak di perkotaan (72,54%) dan di pedesaan (38,97%)
dengan target MDGs 2015 perkotaan (76,82%) dan pedesaan yaitu
(55,55%).2,8
Data Riskesdas 2013 menunjukkan bahwa rumah tangga di Indonesia
menggunakan fasilitas BAB milik sendiri (76,2%), milik bersama (6,7%), dan
fasilitas umum (4,2%). Meskipun sebagian besar rumah tangga di Indonesia
memiliki fasilitas buang air besar (BAB), masih terdapat rumah tangga yang
tidak memiliki fasilitas BAB sehingga melakukan BAB sembarangan, yaitu
sebesar 12,9%.2,7
Berdasarkan Memorandum Program Sanitasi (MPS) Kabupaten
Karawang 2014-2018 didapatkan 38,77% masyarakat belum memiliki akses
terhadap jamban dan masih melakukan BABS. Kepemilikan jamban di
Kabupaten Karawang baru mencapai 62% dengan rincian memiliki dan
menggunakan 60% jamban pribadi, 2% MCK/WC Umum dan 38%
BABS.3,4,10
Di Puskesmas Loji, diare merupakan salah satu dari kunjungan penyakit
terbanyak tahun 2015 sebesar 25,4%.
Berdasarkan hal tersebut di atas maka dilakukan evaluasi program yang
sudah dijalankan, menindaklanjuti upaya perbaikan yang akan dijalankan dan
mengidentifikasi faktor risiko lingkungan berbagai jenis penyakit dan
gangguan kesehatan periode Januari 2017-Juli 2017.
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, masalah yang didapat
berupa :
1. Menurut WSP-EAP 2007 bahwa diperkirakan masih 2,6 miliar orang
(40% dari populasi dunia saat ini) tidak memiliki akses terhadap sanitasi
dasar, khususnya di Asia dan Afrika dan sekitar dua juta orang per tahun,
kebanyakan dari mereka anak-anak, meninggal akibat penyakit diare.
2. Menurut WSP-EAP2007 lebih dari 94 juta penduduk Indonesia (43% dari
populasi) tidak memiliki jamban sehat dan hanya 2% memiliki akses pada
saluran air limbah perkotaan dan akibat dari sanitasi yang buruk ini,
diperkirakan menyebabkan angka kejadian diare sebanyak 121.100
kejadian dan mengakibatkan lebih dari 50.000 kematian setiap tahunnya.
3. Berdasarkan studi ISSDP 2006 menunjukan 47% masyarakat masih
berperilaku BABS. Data angka kejadian diare nasional pada tahun 2006
sebesar 423 per seribu penduduk pada semua umur dan 16 provinsi
mengalami Kejadian Luar Biasa (KLB) diare dengan Case Fatality Rate
(CFR) sebesar 2,52.
4. Berdasarkan Riskesdas 2013, 12,9% rumah tangga Indonesia yang tidak
memiliki fasilitas BAB sehingga melakukan BABS dan proporsi rumah
tangga Indonesia dengan pembuangan akhir tinja menggunakan tangki
septik 79,4% di perkotaan sedangkan 52,4% di perdesaan.
5. Berdasarkan Memorandum Program Sanitasi (MPS) Kabupaten
Karawang 2014 2018 sebesar 38,77% masyarakat belum memiliki
akses terhadap jamban dan masih melakukan buang air besar
sembarangan.
6. Diare merupakan salah satu kunjungan penyakit terbanyak di Puskesmas
Loji tahun 2015.
1.3. Tujuan
1.3.1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui tingkat keberhasilan dalam menemukan dan
menyelesaikan masalah yang ada dalam program pengawasan jamban
di Puskesmas Loji periode Januari 2017 sampai dengan Juli 2017
melalui pendekatan sistem.
1.3.2. Tujuan Khusus
1. Diketahuinya jumlah sarana jamban yang ada, jumlah penduduk
yang menggunakan jamban, jenis jamban yang ada dan jumlah
jamban yang memenuhi syarat kesehatan di Puskesmas Loji periode
Januari 2017 sampai dengan Juli 2017.
2. Diketahuinya cakupan hasil inspeksi program pengawasan jamban
di Puskesmas Loji periode Januari 2017 sampai dengan Juli 2017.
1.4. Manfaat
1.4.1 Bagi Evaluator
1. Menerapkan ilmu pengetahuan yang telah diperoleh saat di bangku
kuliah.
2. Melatih serta mempersiapkan diri dalam mengatur suatu program
khususnya program upaya kesehatan lingkungan terutama program
pengawasan jamban.
3. Mengetahui kendala yang dihadapi dalam mengambil langkah yang
harus dilakukan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan, antara
lain perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, dan pengawasan.
4. Menumbuhkan minat dan pengetahuan mengevaluasi.
5. Mengembangkan kemampuan untuk berpikir kritis.
1.4.2 Bagi Perguruan Tinggi
1. Mengamalkan Tridarma Perguruan Tinggi.
2. Mewujudkan kampus sebagai masyarakat ilmiah dalam peran
sertanya di bidang kesehatan.
3. Mewujudkan Universitas Kristen Krida Wacana (Ukrida) sebagai
universitas yang menghasilkan dokter yang berkualitas.
1.4.3 Bagi Puskesmas yang dievaluasi
1. Mengetahui masalah-masalah yang timbul dalam program upaya
kesehatan lingkungan terutama program pengawasan jambandi ruang
lingkup kerja Puskesmas Loji.
2. Mengetahui masalah dan hambatan yang ditemui pada saat
pelaksanaan program upaya kesehatan lingkungan terutama program
pengawasan jambandi ruang lingkup kerja Puskesmas Loji.
3. Dapat meningkatkan motivasi pemegang program dan pelaksana
program agar dapat berjalan dengan baik.
4. Memperoleh masukan dari saran-saran yang diberikan sebagai
umpan balik agar keberhasilan program di masa mendatang dapat
tercapai secara optimaldalam meningkatkan efisiensi dan efektivitas
program pengawasan jamban sehingga mutu dari pada pelayanan
puskesmas ini menjadi lebih baik dalam meningkatkan derajat
kesehatan masyarakat.
1.4.4 Bagi Masyarakat
1. Meningkatnya derajat kesehatan masyarakat di wilayah kerja
Puskesmas Loji.
2. Dengan tercapainya keberhasilan program, diharapkan dapat
menurunkan prevalensi berbagai penyakit masyarakat yang berbasis
kesehatan lingkungan melalui program pengawasan jamban.
3. Dengan tercapainya keberhasilan program, diharapkan dapat menjadi
contoh bagi daerah-daerah lain di Indonesia.
4. Masyarakat dapat memperoleh akses fasilitas jamban yang layak
untukkebutuhan sehari-hari.
1.5. Sasaran
Seluruh rumah yang ada di wilayah kerja Puskesmas Loji Kabupaten
Karawang, Jawa Barat pada periode Januari 2017-Juli 2017
Bab II
Materi dan Metode

2.1. Materi
Materi yang dievaluasi dalam program pengawasan jamban diambil dari data
sekunder berupa laporan bulanandi Puskesmas Loji, Kabupaten Karawang,
Jawa Barat, periode Januari 2017 sampai Juli 2017 antara lain:
1. Pendataan
2. Pemetaan
3. Monitoring
4. Logistik
5. Pengelolaan
6. Gap
7. Hasil
8. Penyuluhan
9. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat
10. Pencatatan dan Pelaporan
2.2. Metode
Evaluasi program ini dilaksanakan dengan pengumpulan data,
pengolahan data, analisis data dan interpretasi sehingga dapat digunakan
untuk menjawab permasalahan pelaksanaan program pengawasan jamban di
Puskesmas Loji periode Januari 2017 sampai dengan Juli 2017 dengan cara
membandingkan cakupan hasil program terhadap tolok ukur yang telah
ditetapkan dan menemukan penyebab masalah dengan menggunakan
pendekatan sistem dan hasil disajikan dalam bentuk tekstular dan tabular.
Bab III
Kerangka Teoritis

3.1. Kerangka Teoritis

Bagan 1.Teori Pendekatan Sistem

Gambar di atas menerangkan sistem adalah gabungan dari elemen-


elemen yang saling dihubungkan dengan suatu proses atau struktur dan
berfungsi sebagai satu kesatuan organisasi dalam upaya menghasilkan sesuatu
yang telah ditetapkan. Bagian atau elemen tersebut dapat dikelompokkan
dalam lima unsur, yaitu :
1. Masukan (input) adalah kumpulan bagian atau elemen yang terdapat dalam
sistem dan dibutuhkan untuk dapat berfungsinya sistem tersebut, terdiri
dari tenaga (man), dana (money), sarana (material), metode (method),
mesin atau alat yang digunakan (machine), jangka alokasi waktu (minute),
lokasi masyarakat (market), dan informasi (information).
2. Proses (process) adalah kumpulan bagian atau elemen yang ada di dalam
sistem dan berfungsi untuk mengubah masukan menjadi keluaran yang
direncanakan. Terdiri dari unsur perencanaan (planning), pengorganisasian
(organizing), pelaksanaan (actuating), dan pemantauan (controlling).
3. Keluaran (output) adalah kumpulan bagian atau elemen yang dihasilkan
dari berlangsungnya proses dalam sistem.
4. Lingkungan (environment) adalah dunia di luar sistem yang tidak dikelola
oleh sistem tetapi mempunyai pengaruh besar terhadap sistem, terdiri dari
lingkungan fisik dan non fisik.
5. Umpan balik (feed back) adalah kumpulan bagian atau elemen yang
merupakan keluaran dari sistem dan sekaligus sebagai masukan dari sistem
tersebut, berupa pencatatan dan pelaporan yang lengkap, monitoring, dan
rapat bulanan.
6. Dampak (impact) adalah akibat yang dihasilkan oleh keluaran dari suatu
sistem.
3.2. Tolok Ukur
Tolok ukur merupakan nilai acuan atau standar yang telah ditetapkan
dan digunakan sebagai target yang harus dicapai pada tiap-tiap variabel
sistem, yang meliputi masukan, proses, keluaran, lingkungan, dan umpan
balik pada program pengawasan jamban. Digunakan sebagai pembanding
atau target yang harus dicapai dalam program pengawasan jamban.
Berdasarkan jumlah keseluruhan jamban yang ada di wilayah kerja
Puskesmas Lojidan jumlah sarana jamban yang memenuhi syarat kesehatan
atau merupakan fasilitas sanitasi yang layak. Fasilitas pembuangan tinja
(jamban) yang digunakan sendiri atau bersama,yang efektif untuk memutus
mata rantai penularan penyakit sesuai Kepmenkes RI No.
852/Menkes/SK/IX/2008 tentang Sanitasi Total Berbasis Masyarakat
(STBM) salah satu pilar dan indikator adalah setiap individu dan komunitas
mempunyai akses terhadap sarana sanitasi dasar sehingga dapat mewujudkan
komunitas yang bebas dari BABS (Buang Air Besar Sembarangan) atau Open
Defecation Free(ODF).
Kepmenkes no.852/Menkes/KS/IX/2008, dilengkapi dengan septik tank
atau Sistem Pengolahan Air Limbah (SPAL), dengan kloset leher angsa atau
tidak leher angsa yang tertutup dan pembuangan akhir tidak mencemari
sumber air/tanah.

Bab IV
Penyajian Data

4.1. Sumber Data


Sumber data dalam evaluasi ini diambil, berasal dari:
Data Sekunder :
Data Demografi dari Puskesmas Loji tahun 2017.
Data Geografi dari Puskesmas Lojitahun 2017.
Laporan Bulanan Data Dasar Penyehatan Lingkungan, Puskesmas
Loji, Kabupaten Karawang periode Januari 2017 sampai Juli 2017.
4.2. Data Umum
4.2.1. Data Geografis
Lokasi : Gedung Puskesmas Loji terletak di Desa Cintalaksana
Kecamatan Tegalwaru Kabupaten Karawang.
Luas wilayah kerja puskesmas : 10.768 km2, yang terdiri dari 9 desa,
43 RT, dan 30 RW.
Batas wilayah kerja PuskesmasLoji:
1) Sebelah Utara : Kecamatan Ciampel.
2) Sebelah Selatan: Kecamatan Cariu.
3) Sebelah Timur : Kecamatan Sukasari.
4) Sebelah Barat : Kecamatan Pangkalan.
4.2.2. Data Demografi
Jumlah penduduk di Puskesmas Loji berdasarkan pada tahun 2017
yaitu sebesar 36.145 jiwa yang terdiri dari 18.277 jiwa laki-laki dan
17.868 jiwa perempuan. Berdasarkan lampiran tabel 1 penduduk
terbanyak terdapat di Desa Wargasetra yaitu sebesar 5.822 jiwa luas
wilayah sebesar 1.198Ha. Sementara penduduk dengan kepadatan
yang rendah berada di Desa Cipurwasari yaitu sebesar 2.693 jiwa
dengan luas wilayah 581.7Ha.
4.2.3. Tingkat pendidikan
Tingkat Pendidikan penduduk di Puskesmas Loji dapat dilihat pada
lampirantabel 12. Dari lampiran tabel 12,dapat dilihat bahwa tingkat
pendidikan masyarakat di wilayah kerja PuskesmasLojikebanyakan
tamat SDyaitu sebanyak 21.337 orang.
4.2.4. Mata pencaharian
Mata pencaharian di Puskesmas Loji sebagian besar bermata
pencaharian sebagai petani.
4.2.5. Jumlah penduduk miskin
Penduduk miskin di wilayah kerja Puskesmas Loji yang ditandai
dengan keikutsertaan pada jaminan kesehatan berjumlah sebanyak
11.496 orang.
4.2.6. Data Fasilitas Kesehatan
Jenis sarana kesehatan yang berada di wilayah kerja Puskesmas Loji
antara lain:
Dokter umum : 2 orang
Dokter gigi : 1 orang
Bidan : 26 orang
4.3. Data Khusus
4.3.1. Masukan
a. Tenaga
Petugas Kesehatan Lingkungan (Sanitarian) :
1 orang sebagai coordinator program dan pelaksana program.
b. Dana
Dana APBD tingkat II : Ada
Bantuan Operasional Kesehatan : Ada
c. Sarana
Sarana medis:
Sanitarian kit : Ada
Sarana non medis:
Infocus : Ada
Layar : Ada
Leaflet : Ada
Lembar balik : Tidak ada
Poster : Ada
Formulir wawancara/formulir pengawasan sarana jamban
: Ada
Buku pedoman Kesling : Ada
Alat tulis : Ada
Sarana transportasi : Cukup

d. Metode
Pendataan dilakukan setiap bulan berupa jumlah jamban yang
ada, jumlah penduduk yang memakai sarana jamban, jenis
jamban yang digunakan dan jumlah akses fasilitas yang
memadai. Pendataan biasanya dilakukan bersamaan dengan
kegiatan pengawasan/inspeksi. Data tentang jumlah jamban
yang ada juga didapatkan melalui data kecamatan yaitu buku
potensi desa yang disesuaikan dengan Puskesmas Loji.
Penyuluhan/pemicuan mengenai saran jamban yang memenuhi
syarat kesehatan yang berdasarkan program STBM (Sanitasi
Total Berbasis Masyarakat). Penyuluhan dilakukan di dalam
dan di luar gedung.
Pemetaan jamban yang sudah memenuhi syarat.
Pemetaan jamban dilakukan setahun sekali di balai desa,
terutama di desa binaan. Pemetaan dilakukan setelah
pertengahan tahun atau di akhir tahun yang bertujuan untuk
mengevaluasi kegiatan program yang sudah dijalankan melalui
lingkup area/daerah. Dimana pemetaan berisikan tentang
kondisi sarana jamban yang ada, rumah yang memakai jamban,
akses fasilitas sanitasi yang layak (jamban sehat) dan rumah
dengan kasus diare/penyakit berbasis lingkungan yang
diakibatkan oleh sarana jamban yang tidak memenuhi syarat
kesehatan.
Pengawasan/inspeksi sarana jamban.
Inspeksi dilakukan secara berkala 12kali/bulan (1minggu 3
hari) oleh petugas kesehatan lingkungan terlatih bersama
dengan kader/perangkat desa/bidan dengan mengunjungi satu
persatu rumah di wilayah kerja Puskesmas Loji.
Pengawasan/inspeksi jamban diperiksa secara fisik dimana
fasilitas pembuangan tinja dan menggunakan septik tank
dengan sarana air bersih dengan kloset leher angsa atau tidak
leher angsa yang tertutup dan pembuangan akhir tidak
mencemari sumber air/tanah.
Pencatatan dan pelaporan
Pencatatan
Petugas lapangan mencatat kegiatan-kegiatan yang
dikerjakan, dalam format pencatatan pengawasan sarana
jamban (register dan formulir lain yang diperlukan)
seterusnya membuat penyajian/visualisasi data dalam
bentukgrafik atau tabel yang diperbaharui secara periodik
(bulanan dan tahunan).
Pelaporan
Puskesmas yang melaksanakan kegiatan ini melaporkannya
kepada Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota sesuai format
yang telah ada dan diberikan secara periodik (bulanan dan
tahunan).
4.3.2. Proses
a. Perencanaan
Perencanaan kegiatan di buat 1 bulan sebelumnya.
Perencanaan untuk pembuatan jadwal pengawasan/inspeksi
dari jamban sehat maupun rumah sehat.
Pelaksanaan kegiatan pendataan dan inspeksi sarana jamban 12
kali dalam sebulan (1 minggu 3hari) oleh petugas kesehatan
lingkungan terlatih pada hari kerja dari jam 09.00 12.00
WIB.
Pemetaan sarana jamban yang memenuhi syarat (1 tahun
sekali) yang berada di kantor kepala desa, desa binaan yaitu
Desa Mekarbuana.
Kegiatan penyuluhan 12 kali (1 bulan sekali) yang
dilaksanakan oleh petugas kesehatan lingkungan melalui lintas
program dan lintas sektor. Bertujuan untuk meningkatkan
kesadaran masyarakat tentang pentingnya kesehatan
lingkungan dan sosialisi program STBM.
Pencatatan dan pelaporan :
Pencatatan dilakukan setiap kegiatan dilaksanakan (pada
hari kerja pada pukul 11.00-13.00 WIB).
Pelaporan dilakukan setiap awal bulan.
b. Pengorganisasian
Kepala puskesmas sebagai penanggung jawab program,
melimpahkan kekuasaan kepada Koordinator program
(programmer), kemudian programmer melakukan koordinasi
dengan pelaksana program. Terdapat struktur tertulis dan
pembagian tugas yang teratur dalam melaksanakan tugasnya :
Kepala Puskesmas
H. Ujang Suryana, S.KM

Koordinator Kesehatan Lingkungan dan Pelaksana


Program
Arry Setiawan, A.M.KL

Bagan 2. Struktur organisasi bagian Kesehatan Lingkungan Puskesmas


Loji

Pengorganisasian dalam program pengawasan jamban dibagi


berdasarkan jabatan:
a. Kepala Puskesmas (H.Ujang Suryana, S.KM)
Sebagai penanggung jawab program.
Monitoring pelaksanaan kesehatan lingkungan
Melakukan evaluasi data hasil pelaksanaan kegiatan
Kesehatan Lingkungan di wilayah kerja.
b. Koordinator Kesehatan Lingkungan(Arry Setiawan, A.M.KL)
Koordinator program dan sebagai programmer program
Menerima pelaporan hasil kegiatan kesehatan lingkungan
dari wilayah setempat.
Melakukan pencatatan hasil keberhasilan program dan
melaporkan hasil pencatatan kepada Kepala Puskesmas
Loji dalam waktu tiap bulan.
e. Pelaksanaan
Sesuai dengan rencana dan metode yang telah ditetapkan,
dilaksanakan secara berkala:
- Pengumpulan data 1x/bulan
- Kegiatan penyuluhan hanya 12 kali yang dilaksanakan oleh
petugas kesehatan lingkungan melalui lintas program dan
lintas sektor, tetapi data tertulis tidak lengkap.
- Pengawasan jamban 12kali/bulan (1 minggu 3 kali)
- Dilakukan pemetaan sarana jamban yang memenuhi syarat
tetapi tidak lengkap.

f. Pengawasan
1. Adanya pencatatan setiap bulan dan tahunan dan pelaporan
secara berkala tentang kegiatan pengawasan jamban ke tingkat
Kabupaten minimal 1 bulan sekali.
2. Adanya rapat bulanan di Puskesmas Loji tentang hasil
pencapaian program pengawasan jamban.
4.3.3. Keluaran
a. Cakupan hasil pengawasan/inspeksi sarana jamban

Jumlah jamban diperiksa di wilayah kerja


Puskesmas dalam kurun waktu Januari
= 2017 Juli 2017 x 100%

Jumlah sarana jamban yang ada di


wilayah kerja Puskesmas tahun 2017

2142
Cakupan :----------------X 100% = 37.47%
5716

Target Januari 2017 hingga Juli 2017 = 75%


7/12*75% = 43,75 %

Kesimpulan : cakupan belum mencapai target sebesar 43,75 % jadi


besarnya masalah adalah 43,75 % - 37,47 % = 6,28 %.
b. Cakupan jamban yang diinspeksi yang memenuhi syarat

Jumlah jamban yang diinspeksi yang


= memenuhi syarat x 100%
Jumlah sarana jamban sejenis yang ada

2042
Cakupan :----------------X 100% = 35.72%
5716

Target Januari 2017 sampai Juli 2017= 75%


7/12*75% = 43,75 %

Kesimpulan : cakupan belum mencapai target sebesar 43.75 % jadi


besarnya masalah adalah 43.75%-35.72% = 8.03%.

d. Catatan dan pelaporan


Laporan yang disajikan merupakanlaporan cakupan hasil
inspeksi pengawasan jamban yang terdiri dari jumlah jamban
yang ada serta jumlah jamban yang memenuhi syarat.
Tidak ada laporan tentang jenis jamban yang digunakan oleh
penduduk di wilayah kerja Puskesmas Loji.
4.3.4. Lingkungan
a. Lingkungan Fisik
Lokasi :
Semua lokasi sarana jamban dapat dijangkau dengan sarana
transportasi yang ada (sepeda motor) karena terdapat akses
jalan yang bisa dilalui sepeda motor. Walaupun sebagian
jalan masih berlubang-lubang dan masih banyak jalan yang
belum diaspal tetapi tidak mempengaruhi pelaksanaan
program secara signifikan.
Iklim :
Iklim mempengaruhi pelaksanaan program. Bila musim
hujan beberapa tempat becek dan licin.
Kondisi Geografis :
Kondisi geografi tidak mempengaruhi program pengawasan
jamban. Berdasarkan keterangan petugas kesehatan
lingkungan Puskesmas Loji tidak mempengaruhi.
b. Lingkungan Non Fisik
o Keadaan sosial ekonomi masyarakat dapat mempengaruhi
keberhasilan program. Terdapat 11.946 penduduk miskin, hal
tersebut dapat mempengaruhi akses untuk mendapatkan sarana
jamban yang memadai.
o Tingkat pendidikan masyarakat masih rendah yaitu SD/MI.
o Perilaku masyarakat yang masih BAB sembarangan seperti di
saluran irigasi, selokan, sawah, kebunmempengaruhi
keberhasilan program.
o Sebagian besar masyarakat masih belum memiliki sarana
jamban yang memenuhi syarat.
4.3.5. Umpan Balik
a. Adanya rapat kerja bulanan bersama Kepala Puskesmas satu
bulan satu kali yang membahas laporan kegiatan evaluasi
program yang telah dilaksanakan.
b. Adanya pencatatan dan pelaporan yang lengkap sesuai dengan
waktu yang ditentukandapat digunakan sebagai masukan dalam
perencanaan program pengawasan jamban selanjutnya.
Bab V
Pembahasan Masalah

N Variabel Tolok Ukur (%) Pencapaian(%) Masalah(%)


o
1 Keluaran
- Cakupan hasil 43.75 37.47 (+) 6.28
pengawasan/inspek
si jamban

- Persentase jamban 35.72 (+) 8.03


yang memenuhi 43.75

syarat

2 Masukan
.
- Tenaga (Man) - Tersedianya petugas - Ada 1 orang tenaga (+)
sebagai koordinator sebagai koordinator
dan pelaksana yang merangkap
program pengawasan sebagai programmer
jamban yang terampil dan pelaksana
di bidangnya program bersama
kader dalam
pengawasan jamban.

- Dana (Money) - Tersedianya dana - Dana yang ada (-)


yang berasal dari digunakan sebagai
BOK dan APBD, dana operasional
sebesar Rp.25.000 untuk inspeksi
per RW jamban.
- Sarana Sanitarian kit Ada (-)
(Material ) Infocus Ada

Layar Ada

Leaflet Ada

Lembar balik Tidak Ada

Poster Ada

Formulir Ada
wawancara/formulir
pengawasan jamban

Buku pedoman kesling Ada

Alat tulis, sarana Ada


transportasi

- Metode (Method) 1. Pendataan 1. Pendataan dilakukan (+)


tetapi terbatas pada
jumlah jamban yang
ada dan jumlah
jamban yang
memenuhi syarat.
Tidak ada pendataan
mengenai jenis
jamban.
2. Penyuluhan tentang 2. Penyuluhan (-)
sarana jamban yang dilakukan di dalam
memenuhi syarat dan di luar gedung,
kesehatan di dalam
dan di luar gedung

3. Pengawasan/inspek 3. Pengawasan/inspeksi (-)


si sarana jamban sarana jamban tiga
minimal dua kali kali dalam satu
dalam satu minggu minggu

4. Pemetaan sarana 4. Tidak dilakukan (+)


jamban pemetaan jamban.

5. Pencatatan dan 5. Adanya pencatatan (-)


pelaporan setiap bulan dan
tahunan dan
pelaporan secara
berkala tentang
kegiatan
pengawasan jamban
dan jumlah akses
penduduk ke
fasilitas sanitasi ke
tingkat Kabupaten
minimal 1 bulan
sekali.
3 Proses
.
-Perencanaan 1. Dibuatnya 1. Perencanaan jadwal (-)
perencanaan jadwal pengawasan jamban
pengawasan/inspek sehat dan jumlah
si jamban maupun akses ke fasilitas
jumlah akses ke sanitasi jamban
fasilitas sanitasi telah direncanakan
jamban 1 bulan dalam rapat bulanan
sebelumnya. sebelumnya.

-Pengorganisasian 2. Dibentuk struktur 2. Struktur organisasi (+)


organisasi, kepala sudah jelasnamun
puskesmas sebagai koordinasi di lintas
penanggungjawab program, misalnya
program, koordinasi dengan
melimpahkan program PHBS
kekuasaan kepada (Perilaku Hidup
koordinator Bersih dan Sehat)
program dan lintas sektoral
(programmer), antar petugas
kemudian pelaksana program
melakukan pengawasan jamban
koordinasi dengan belum optimal.
pelaksana program.

- Pelaksanaan 1. Sesuai dengan 1. Pendataan (-)


rencana dan metode dilakukan 1 bulan
yang telah sekali
ditetapkan
dilaksanakan secara
berkala:
pengumpulan data
1x/sebulan.

2. Penyuluhan/pemicu 2. Penyuluhan/pemicu (-)


an dilakukan 12 an dilakukan di
kali (1 kali 1 bulan) dalam dan di luar
yang dilaksanakan gedung dengan
oleh petugas sarana dan
kesehatan prasarana yang
lingkungan . sudah cukup
memadai dan
memenuhi standar
jumlah penyuluhan
dari Januari 2017
hingga Juli 2017.

- Pengawasan 1. Pencatatan setiap 1. Adanya pencatatan (-)


bulan/tahunan dan setiap bulan dan
pelaporan secara tahunan dan
berkala tentang pelaporan secara
kegiatan berkala tentang
pengawasan jamban kegiatan
ke tingkat pengawasan jamban
Kabupaten minimal dan jumlah
1 bulan sekali. penduduk akses ke
fasilitas jamban.

2. Rapat bulanan di 2. Adanya rapat (-)


Puskesmas bulanan.
4 Umpan Balik Adanya rapat kerja Dilakukan rapat kerja (-)
. bulanan dengan bulanan.
Dinas satu kali Dilakukan pencatatan
yang membahas dan pelaporan yang
laporan kegiatan lengkap sesuai dengan
evaluasi program waktu yang ditentukan.
yang telah
dilaksanakan

5 Lingkungan
.
- Fisik Iklim Pada saat musim hujan (+)
beberapa tempat sulit
dijangkau karena jalanan
yang becek dan
beberapa tempat
terkadang banjir.

- Non Fisik 1. Keadaan sosial 1. Sekitar 11.496 (+)


ekonomi orang termasuk
masyarakat dapat penduduk miskin.
mempengaruhi Hal tersebut akan
keberhasilan mempengaruhi
program penduduk untuk
memiliki sarana
jamban yang
memadai.

2. Tingkat pendidikan 2. Tingkat pendidikan (+)


dapat masih rendah yaitu
mempengaruhi tamat SD
keberhasilan
program

3. Perilaku 3. Perilaku masyarakat (+)


masyarakat yang masih BAB
terhadap sembarangan
penggunaan sarana seperti di kali,
jamban dapat saluran irigasi,
mempengaruhi selokan, sawah,
keberhasilan kebun
program mempengaruhi
keberhasilan
program.
Bab VI
Perumusan Masalah

6.1. Masalah sebenarnya (menurut keluaran)


Cakupan hasil pengawasan/inspeksi sarana jamban 37.47% dari target
43.75% dengan besar masalah 6.28%.
Cakupan jumlah jamban yang memenuhi syarat 35.72% dari target
43.75% dengan besar masalah 8.03%.
6.2. Masalah dari unsur lain (penyebab)
Masukan
Pendataan terhadap jenis jamban tidak dilakukan, pengawasan/inspeksi
sarana jamban dan jumlah akses penduduk ke fasilitas sanitasi tidak
dilakukan dengan optimaldan jarang dilakukan pemetaan jamban.
Proses
Struktur organisasi sudah jelas, namun koordinasi di lintas program
dan lintas sektoral antar petugas pelaksana program pengawasan
jamban belum optimal.
Lingkungan
Sebagian besar penduduk termasuk penduduk miskin serta
kurangnya pengetahuan dan kesadaran. Hal tersebut akan
mempengaruhi penduduk untuk memiliki jamban yang
memadai.Perilaku masyarakat yang masih BAB sembarangan seperti
di kali, saluran irigasi, selokan, sawah, kebun mempengaruhi
keberhasilan program.
Bab VII
Penyelesaian Masalah

7.1. Masalah 1
Cakupan hasil pengawasan/inspeksi sarana jamban 37.47% dari target
43.75% dengan besar masalah 6.28% (target dari bulan Januari 2017 Juli
2017).
Penyebab antara lain :
- Pendataan terhadap jenis jamban tidak dilakukan dan tidak dilakukan
pemetaan jamban.
- Pembagian tugas sudah jelas, namun kurangnya koordinasi dengan
lintas program misalnya dengan program PHBS dan lintas sektoral
antar penanggung jawab dan pelaksana program pengawasan jamban.
Penyelesaian masalah antara lain :
Sebaiknya pendataan terhadap jenis jamban dilakukan dan pemetaan
sebagai evaluasi dari program tersebut agar tercapai cakupan standar
yang telah ditentukan sehingga data yang dilampirkan lengkap serta
diawasi kinerja pelaksanaan agar tercapai program yang dapat
meningkatkan kesehatan di wilayah kerja.
Meningkatkan koordinasi antara penanggung jawab dengan koordinator
program, koordinator dengan pelaksanaagar program berlangsung
dengan baik sehingga target dapat tercapai.
Mengumpulkan dan melatih kader-kader yang ada pada tiap-tiap desa
untuk dapat melakukan pengawasan/inspeksi sarana jamban yang ada di
wilayah tempat tinggal mereka.
7.2. Masalah II
Persentase jumlah jamban yang memenuhi syarat 35.72% dari target 43.75%
dengan besar masalah 58.03%. (target dari bulan Januari 2017-Juli 2017).
Penyebab antara lain :
- Belum optimal koordinasi di lintas program dan lintas sektoral antar
petugas pelaksana program tentang jumlah akses penduduk ke
fasilitas sanitasi jamban.
- Sekitar 11.496 penduduk termasuk penduduk miskin. Hal tersebut
akan mempengaruhi penduduk untuk memiliki jamban yang
memadai.
- Sekitar 21.337 penduduk merupakan lulusan SD. Hal tersebut
mempengaruhi pengetahuan dan kesadaran penduduk akan
pentingnya memiliki jamban yang memadai.
- Perilaku masyarakat yang masih BAB sembarangan seperti di kali,
saluran irigasi, selokan, sawah, kebun mempengaruhi keberhasilan
program.
Penyelesaian antara lain :
Meningkatkan koordinasi antara penanggung jawab dengan koordinator
program, koordinator dengan pelaksana.
Meningkatkan upaya penyuluhan dan pemicuan kepada masyarakat
dengan tujuan dapat mengubah kebiasaan dan perilaku untuk tidak buang
air besar sembarangan.Penyuluhan mengenai mata rantai diare dan fungsi
jamban sehat sebagai pemutus mata rantai diare. Penyuluhan diharapkan
menambah pengetahuan masyarakat sehingga mengubah sikap dan
perilaku dalam hal buang air besar sembarangan.
Bab VIII
Penutup

8.1 Kesimpulan
Dari hasil evaluasi program yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan
program pengawasan jamban di Puskesmas Loji periode Agustus 2015 hingga
Juli 2016 dikatakan berhasil tetapi hasil yang dicapai tidak sesuai dengan
tolok ukur yang telah ditentukan. Dari hasil kegiatan program didapatkan :
a. Jumlah sarana jamban yang ada sebanyak 5.716,jumlah jamban yang
memenuhi syarat kesehatan sebanyak 1.416, dan tidak ada data tertulis
tentang jenis jamban yang digunakan.
b. Data tertulis tentang penyuluhan sarana jamban sehat tidak ada.
c. Cakupan hasil pengawasan/inspeksi sarana jamban 35,63% dari target
75% dengan besar masalah 39,37% pada periode Agustus 2015 hingga Juli
2016.
d. Cakupan jumlah jamban yang memenuhi syarat 69,51% dari target 75%
dengan besar masalah 5,49% pada periode Agustus 2015 hingga Juli 2016.

8.2 Saran
Meningkatkan koordinasi antara penanggung jawab dengan koordinator
program, koordinator dengan pelaksana.
Meningkatkan upaya penyuluhan dan pemicuan kepada masyarakat
dengan tujuan dapat mengubah kebiasaan dan perilaku untuk tidak buang
air besar sembarangan.Penyuluhan mengenai mata rantai diare dan fungsi
jamban sehat sebagai pemutus mata rantai diare. Penyuluhan diharapkan
menambah pengetahuan masyarakat sehingga mengubah sikap dan
perilaku dalam hal buang air besar sembarangan.
Melakukan pendataan jenis jamban untuk melihat wilayah kerja yang
belum memiliki akses fasilitas sanitasi yang layak/jamban sehat.
Daftar Pustaka
1. Water and Sanitation Program East Asia and Pacific. Diunduh dari
https://www.wsp.org/regions/east-asia-and-pacific. 14 September 2016
2. Surat Edaran Menteri Kesehatan Nomor 132 tahun 2013. Tentang
Pelaksanaan Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM), 2013. Diunduh
darihttp://new.pamsimas.org/data/2013/surat%20edaran%20Menkes%20n
o%20132%20th%202013.pdf. 14 September 2016
3. Dinas Kesehatan Propinsi Jawa Barat. Buku Kumpulan Peraturan dan
Pedoman Teknis Kesehatan Lingkungan. Propinsi Jawa Barat. 2004
4. Saatnya Memilih yang Lebih Baik Bukan Sekedar Membangun Jamban.
Propinsi Jawa Barat, 2010. Diunduh dari https://
www.diskes.jabarprov.go.id%2Fassets%2Fdata%2Fmenu%2FSTBM2.pdf
&ei=b7z9U6KuJsGwuASFk4C4BA&usg=AFQjCNHAyzFARXodLgBaI9
I9uhlHtUTxlA&bvm=bv.74035653,d.c2E. 14 September 2016
5. Trihono, Laporan Hasil Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) Nasional
2010. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. Diunduh
http://www.kesehatan.kebumenkab.go.id/data/lapriskesdas.pdf.14
September 2016
6. UNICEF. Air, Lingkungan, Sanitasi dan Kebersihan. Jakarta :
UNICEF.2012.
7. Trihono, Laporan Hasil Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) Nasional
2013. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. Diunduh dari:
http://www.kesehatan.kebumenkab.go.id/data/lapriskesdas.pdf.14
September 2016
8. Profil Kesehatan Indonesia 2008. Jakarta : Departemen Kesehatan
Republik Indonesia;2009.
9. Laporan Pencapaian Tujuan Pembangunan Milenium Indonesia 2011.
Memastikan Kelestarian Hidup. Jakarta : Kementerian Perencanaan
Pembangunan Nasional/Badan Perencanaan Pembanguan Nasional
(BAPPENAS);2012.h.86-9.
10. Dinas Kesehatan Kabupaten Karawang. Buku Kumpulan Peraturan dan
Pedoman Teknis Kesehatan Lingkungan. Karawang : Kegiatan
Pengembangan dan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan APBD II;
2014.
11. Memorandum Program Sanitasi (MPS) Kabupaten Karawang tahun 2014
2018.Diunduh dari
https://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=1
&cad=rja&uact=8&ved=0CCAQFjAA&url=http%3A%2F%2Fppsp.nawa
sis.info%2Fdokumen%2Fperencanaan%2Fsanitasi%2Fpokja%2Fmp%2Fk
ab.karawang%2FBAB%2520I%2520MPS%2520oke.docx&ei=kMb9U7i
GPM2XuATs64DoDA&usg=AFQjCNHCCv-y_1Zxnof9jAtKuxtU-
groWw&bvm=bv.74035653,d.c2E. 14 September 2016.
Lampiran I

Gambar 1. Keadaan geografis dan luas wilayah kerja Puskesmas Loji, Kecamatan
Tegalwaru, Kabupaten Karawang, Jawa Barat.
Jamban terdiri dari 3 bagian: rumah jamban, lubang jamban dan tempat
penampungan tinja yang disebut septik tank.
Kepmenkes RI No. 852/Menkes/SK/IX/2008 tentang Sanitasi
Total Berbasis Masyarakat (STBM) salah satu pilar dan indikator
adalah setiap individu dan komunitas mempunyai akses terhadap
sarana sanitasi dasar sehingga dapat mewujudkan komunitas yang
bebas dari BABS.
Stop Buang Air Besar Sembarangan (SBS)
Suatu kondisi ketika setiap individu dalam komunitas
tidak buang air besar sembarangan.Perilaku SBS diikuti
dengan pemanfaatan sarana sanitasi yang saniter berupa
jamban sehat.
Syarat jamban sehat :
1. Tidak mengakibatkan terjadinya penyebaran
langsung bahan-bahan yang berbahaya bagi
manusia akibat pembuangan kotoran manusia.
2. Dapat mencegah vektor pembawa untuk
menyebar penyakit pada pemakai dan
lingkungan sekitar.
3. Jamban sehat harus dibangun, dimiliki, dan
digunakan oleh keluarga dengan penempatan (di
dalam atau di luar rumah) yang mudah
dijangkau oleh penghuni rumah untuk memutus
mata rantai penularan.
Standar dan pesyaratan kesehatan bangunan jamban,
terdiri dari:
1. Bangunan atas jamban
Bangunan atas jamban harus berfungsi untuk
melindungi pemakai dari gangguan cuaca dan
lainnya.
2. Bangunan tengah jamban
Terdapat dua bagian bangunan tengah jamban
yaitu:
1. Lubang tempat pembuangan kotoran tinja
dan urin yang saniter dilengkapi oleh
konstruksi leher angsa. Pada konstruksi
sederhana (semi saniter), lubang dapat
dibuat tanpa konstruksi leher angsa, tetapi
harus diberi tutup.
2. Lantai jamban harus terbuat dari bahan
kedap air, tidak licin, dan mempunyai
saluran untuk pembuangan air bekas ke
Sistem Pembuangan Air Limbah (SPAL).

3. Bangunan bawah jamban


Merupakan bangunan tempat penampung,
pengolah, dan pengurai kotoran/tinja yang
berfungsi mencegah terjadinya pencemaran atau
kontaminasi dari tinja melalui vektor pembawa
penyakit, baik secara langusng maupun tidak
langsung. Terdapat dua macam bentuk
bangunan bawah jamban, antara lain:
1. Tangki septik adalah suatu bak kedap air
yang berfungsi sebagai penampung limbah
kotoran manusia (tinja/urin). Bagian padat akan
tertinggal dalam tangki septik dan bagian
cairnya akan keluar dari tangki septik dan
diresapkan melalui bidang/sumur resapan maka
dibuat suatu filter untuk mengelola cairan
tersebut.Jamban jenis septic tank merupakan
jamban yang paling memenuhi syarat. Tangki
septick (septic tank) terdiri dari tangki
sedimentasi yang kedap air, dimana tinja dan air
buangan masuk mengalami dekomposisi. Dalam
tangki ini tinja akan berada selama beberapa
hari. Selama waktu tersebut tinja akan
mengalami 2 proses, yaitu proses kimiawi dan
proses biologis. Pada proses kimiawi, sebagai
tinja (60- 70%), akan mengalami penghancuran
dan direduksi. Sebagian besar zat-zat padat akan
mengendap di dalam tangki sebagai sludge. Zat-
zat yang tidak dapat hancur bersama-sama
dengan lemak dan busa akan mengapung dan
membentuk lapisan yang menutup permukaan
air dalam tangki tersebut. Lapisan ini disebut
scum yang berfungsi mempertahankan suasana
anaerob dari cairan di bawahnya, yang
memungkinkan bakteri-bakteri anaerob dan
fakultatif anaerob dapat tumbuh subur, yang
akan berfungsi pada proses selanjutnya. Dalam
proses biologis, terjadi dekomposisi melalui
aktivitas bakteri anaerob dan fakultatif anaerob
yang memakan zat-zat organik alam sludge dan
scum. Hasilnya selain terbentuknya gas dan zat
cair lainnya, adalah juga pengurangan volume
sludge, sehingga memungkinkan septic tank
tidak cepat penuh. Kemudian cairan influent
sudah tidak mengandung bagian-bagian tinja
dan mempunyai BOD yang relatif rendah.
Selanjutnya cairan influent dialirkan melalui
pipa, untuk dilakukan proses peresapan dalam
tanah atau dialirkan melalui pipa pada fasilitas
riol kota.
2. Cubluk adalah lubang galian yang akan
menampung limbah padat dan cair dari jamban
yang masuk setia harinya dan akan meresapkan
cairan limbah tersebut kedalam tanah dengan
tidak mencemari air tanah, sedangkan bagian
padat dari limbah tersebut akan diuraikan secara
biologis.

Gambar 2. Tipe-tipe Jamban sehat

Tabel 1. Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin

Jumlah Penduduk
No. Desa
Laki-laki Perempuan Jumlah

1 Kutamaneuh 2.166 2.040 4.236


2 Kutalanggeng 1.587 1.548 3.335

3 Cintalanggeng 2.023 2.061 4.284

4 Cintawargi 1.932 2.059 3.991

5 Cintalaksana 2.280 2.040 4.320

6 Mekarbuana 2.306 2.192 4.498

7 Wargasetra 2.864 2.958 5.822

8 Cigunungsari 1.722 1.674 3.396

9 Cipurwasari 1.397 1.296 2.693

Jumlah 18.277 17.868 36.575

Sumber : Catatan Bulanan Data Dasar Puskesmas Tegalwaru perode Januari 2017
sampai Juli 2017
Tabel 2. Jumlah Tingkat Pendidikan Tahun 2017

No Desa Tidak Lulus Lulus Lulus Lulus Lulus Lulus


Lulus SD MI Ponpes SLTP SLTA Perguruan
SD/MI Tinggi
1 Kutamaneuh 152 2.645 - - 346 301 44
2 Kutalanggeng 210 1.985 250 46 193 80 29
3 Cintalanggeng 142 2.539 187 190 256 185 10
4 Cintawargi 125 2.652 20 - 130 89 36
5 Cintalaksana 152 2.645 - - 346 301 44
6 Mekarbuana 135 3.065 61 6 238 98 21
7 Wargasetra 158 3.125 439 458 526 293 52
8 Cigunungsari 150 1.786 497 29 127 82 12
9 Cipurwasari 140 1.042 143 70 379 258 10
Jumlah 1.537 21.337 1.756 799 2.460 1.451 226

44
Tabel 3. Keadaan tenaga di Puskesmas Loji berdasarkan fungsinya

No Jenis Tenaga Tenaga yang


ada
1 Dokter Umum 2
2 Dokter Gigi 1
3 Bidan 23
4 Perawat 10
5 Petugas Sanitasi 1
6 Asisten Apoteker 1
7 Petugas Apotek 1
8 Petugas Lab 1
9 Pendaftaran 1
10 Supir 1
11 Kebersihan 2
12 Keamanan 1
Jumlah 45

Tabel 4. Sarana kesehatan di wilayah Puskesmas Loji

No Jenis Tenaga Tenaga yang


ada
1 Pustu 3
2 Klinik 24 jam 1
Praktek Dokter 2
3
Swasta
4 Pondokan Bidan 13
5 Rumah Bersalin 1
6 Apotik 3
Praktek Bidan 1
7
Swasta
8 Posyandu 38
9 Posbindu 2

45
Tabel 5. Jenis penyakit terbesar rawat jalan puskesmas Loji tahun 2017
Penyakit %
ISPA 40.6
Diare 10.2
Karies Gigi 9.20
Gastritis 7.56
TBC 6.20
Myalgia 5.90
Typhoid 2.60
Dermatitis 1.50
Dispepsia 1.20
Hipertensi 0.80
Lain-lain 14.24

Tabel 6.Jumlah peserta Kartu Indonesia Sehat tahun 2015

No Desa Jumlah
Peserta
1 Kutamaneuh 1.442
2 Kutalanggeng 1.202
3 Cintalanggeng 969
4 Cintawargi 953
5 Cintalaksana 1.113
6 Mekarbuana 1.864
7 Wargasetra 1.869
8 Cigunungsari 967
9 Cipurwasari 117
Jumlah 11.496

46
Tabel 7. Laporan Pemeriksaan dan Data Dasar Penyehatan Lingkungan periode Januari-Juli
2017
Desa Jumlah Jumlah KK Jumlah JAGA JAGA JAGA
Penduduk Rumah yang ada yang MS
diperiksa
Kutamaneuh 4.191 1.332 1.200 725 205 195
Kutalanggeng 3.304 1.026 1.025 609 250 226
Cintalanggeng 4.548 1.042 1.055 645 265 248
Cintawargi 3.689 1.096 1.017 817 255 249
Cintalaksana 4.305 1.102 992 748 280 269
Mekarbuana 4.785 1.420 1.278 581 300 294
Wargasetra 5.974 1.841 1.406 857 285 272
Cigunungsari 3.317 1.033 930 423 110 100
Cipurwasari 2.462 771 694 311 192 189
Jumlah 36.575 10.663 9597 5716 2142 2042

Tabel 8. Laporan Bulanan Pemeriksaan dan Data Dasar Penyehatan Lingkungan Januari 2017
Desa Jumlah Jumlah Jumlah JAGA JAGA
Penduduk KK Rumah yang ada MS
Kutalanggeng 3304 1026 1025 609 226

Jumlah 3304 1026 1025 609 226

Tabel 9. Laporan Bulanan Pemeriksaan dan Data Dasar Penyehatan Lingkungan Februari
2017

Desa Jumlah Jumlah Jumlah JAGA JAGA


Penduduk KK Rumah yang ada MS
Kutamaneuh 4191 1332 1200 725 195

Jumlah 4191 1332 1200 725 195

47
Tabel 10. Laporan Bulanan Pemeriksaan dan Data Dasar Penyehatan Lingkungan Maret 2017

Desa Jumlah Jumlah Jumlah JAGA JAGA


Penduduk KK Rumah yang ada MS
Cipurwasari 2462 771 694 311 189
Cigunungsari 3317 1033 930 423 100

Jumlah 5779 1804 1624 734 289

Tabel 11. Laporan Bulanan Pemeriksaan dan Data Dasar Penyehatan Lingkungan April 2017

Desa Jumlah Jumlah Jumlah JAGA JAGA


Penduduk KK Rumah yang ada MS
Cintalaksana 4305 1102 992 748 269
Mekarbuana 4785 1420 1278 581 294
Jumlah 9090 2522 2270 1329 593

Tabel 12. Laporan Bulanan Pemeriksaan dan Data Dasar Penyehatan Lingkungan Mei 2017

Desa Jumlah Jumlah Jumlah JAGA JAGA


Penduduk KK Rumah yang ada MS
Cintalanggeng 4548 1012 1055 645 248
Jumlah 4548 1012 1055 645 248

48
Tabel 13. Laporan Bulanan Pemeriksaan dan Data Dasar Penyehatan Lingkungan Juni 2017

Desa Jumlah Jumlah Jumlah JAGA JAGA


Penduduk KK Rumah yang ada MS
Cintawargi 3689 1096 1017 817 249

Jumlah 3689 1096 1017 817 249

Tabel 14. Laporan Bulanan Pemeriksaan dan Data Dasar Penyehatan Lingkungan Juli 2017

Desa Jumlah Jumlah Jumlah JAGA JAGA


Penduduk KK Rumah yang ada MS
Wargasetra 5974 1841 1406 857 272

Jumlah 558 177 150 132 90

49
Form Penilaian Jamban Sehat

Nama :
Alamat :
Tanggal pemeriksaan :

No. Pertanyaan Jawaban

Konstruksi Bangunan Jaga di dalam maupun


1
di luar rumah dibuat permanen YA TIDAK
Dinding kedap air, tidak lembab dan mudah
2
dibersihkan YA TIDAK
Lantai selalu dalam keadaan kering dan tidak
3
licin YA TIDAK

4 Ruangan ada ventilasi udara
YA TIDAK
Pencahayaan/sinar matahari bisa masuk ke
5
ruangan YA TIDAK
Septik tank dari sumber air bersih minimal 10
6
meter YA TIDAK

7 Dibuatkan sumur resapan untuk septik tank
YA TIDAK

8 Ada alat pemebersih lantai jamban
YA TIDAK
Tidak terlihat binatang yang berkeliaran di
9
ruangan jamban YA TIDAK

10 Disediakan air bersih yang cukup
YA TIDAK

Jumlah skor

50
Skor penilaian:
0-4 : kurang
5-7 : cukup
8-10 : baik

51

You might also like