You are on page 1of 26

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kemampuan penyelenggaraan kesehatan suatu bangsa dapat diukur dengan
menentukan tinggi atau rendahnya angka kematian ibu (AKI ) dan angka kematian
perinatal (AKP ) dalam 100.000, persalinan hidup (manuaba, 2002).
Pada tahun 1996 World Healt Organisazion memperkirakan lebih dari 585.000
ibu meninggal saat hamil dan bersalin setiap tahunnya. Dan lebih dari 50 % kematian
di Negara berkembang sebenarnya dapat dicegah dengan teknologi yang ada serta
biaya yang relative rendah (saefudin, 2002).
Angka kematian ibu di indonesisa berfariasi dari yang paling rendah, yaitu
130 for each 100.000 kelahiran hidup di Yogyakarta, 490 per 10.000 kelahiran hidup
di jawa barat sampai yang paling tinggi, yaitu 1.340 per 100.000 kelahiran hidup di
nusa tenggara barat. Variasi ini antara lain di sebabkan oleh perbedaan norma, nilai,
lingkungan dan kepercayaan masyarakat. Suatu hal yang paling penting lainnya
adalah perbedaan kualitas pelayanan kesehatan pada setiap tingkat pelayanan.
Berdasarkan data demografi dan kesehatan Indonesia (SDKI) 2007/2008 angka
kematian ibu adalah 228 per 100.000 kelahiran hidup dan angka kematian perinatal
adalah 34 per 1.000 kelahiran hidup. Jika dibandingkan dengan Negara- Negara lain,
maka angka kematian ibu di Indonesia adalah 15 kali angka kematian ibu di malaysia,
10 kali lebih tinggi dari Thailand, atau 5 kali lebih tinggi dari pada Filipina
(Sarwono,2002).
Sedangkan pada tahun 2002/2003 berdasarkan survey demografi dan
kesehatan (SDKI) angka kematian ibu masih sangat tinggi yaitu masih ada 307 per
10.000 kelahiran hidup atau setiap jam terdapat 2 orang ibu bersalin meninggal dunia,
dan angka kematian bayi berkisar 35 per 1000 kelahiran hidup. Menyadari kondisi
tersebut Depkes (2002) telah menyusun strategi jangka panjang.
Dengan upaya Making Pragnancy Safer (MPS), melalui tiga pesan kunci,
yaitu: setiap persalinan di tolong oleh tenaga kesehatan terlatih, setiap komplikasi
obstetri dan neonatal mendapat pelayanan yang adekuat, setiap WUS mempunyai
akses terhadap pencegahan terhadap pencegahan kehamilan yang tidak diinginkan
dan penanganan komplikasi keguguran. Dari pelaksanaan MPS, target Indonesia
sehat tahun 2010 adalah angka kematian ibu menjadi 125 per 100.000 kelahiran
hidup, agka kematian bayi menjadi 15 per 1000 angka kematian hidup. Sesungguhnya
tragedi kematian ibu sebenarnya dapat dicegah melalui kegiatan yang efektif, seperti:
pelayanan kehamilan, persalinan, nifas, dan bayi baru lahir.
Penyebab langsung kematian ibu seperti halnya di Negara lain adalah:
perdaran 30,5 %, infeksi 22,5% , eklamsi 17,5% dan lain- lain 2,0%. Sedangkan tidak
langsung antara lain anemia, kurang energy kronis (KEK), Dan keadaan 4 terlalu
(terlalu tua, muda dan banyak) (Manuaba,2002).
Mengingat dan melihat kondisi diata, bidan mempunyai peran yang penting
dalam peningkatan kualitas kesehatan dan keselamatan ibu dan bayi, teritama dengan
pelaksanaan pelayananan Asuhan Kebidanan yang baik. Maka penulis ingin
memberikan asuhan kebidanan dengan menggunakan manajemen kebidanan yang
akan dilakukan pada Ny H dari umur 34 minggu, bersalin, nifas sampai bayi baru
lahir yang dilaksanakan di BPS Puspita Dewi.

1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan umum
Untuk mendapatkan pengalaman secara nyata dalam melakukan asuhan
kebidanan pada ibu hamil, bersalin, nifas, dan bayi baru lahir secara
komprehensif dengan menggunakan pendekatan manajemen kebidanan.

1.2.2 Tujuan khusus


a. Melakukan pengkajian pada Ny H , secara optimal sejak masa
kehamilan, persalinan, nifas dan bayi baru lahir
b. Membuat diagnosas kehamilan, persalinan, nifas, dan bayi baru lahir
pada Ny H
c. Mengidentifikasi diagnose masalah potensial kehamilan, persalinan,
nifas dan bayi baru lahir pada Ny H
d. Melakukan tindakan segera dan kolaborasi pada waktu kehamilan,
persalinan, nifas dan bayi baru lahir pada Ny H
e. Membuat rencana tindakan pada masa kehamilan, persalinan, nifas
pada Ny H dan bayi baru lahir
f. Melaksanakan tindakan saat hamil, persalinan, nifas, pada Ny H dan
bayi baru lahir
g. Mengevaluasi tindakan yang diberikan pada saat hamil, persalinan,
nifas pada Ny H dan bayi baru lahir
h. Mendokumentasikan asuhan kebidanan pada masa kehamilan,
persalinan, nifas pada Ny H dan bayi baru lahir
1.3 Manfaat
1.3.1 Bagi penulis
Mendapatkan pengalaman secara nyata dalam melakukan study kasus dan
penerapan ilmu yang didapat khususnya mengenai manajemen kebidanan
pada ibu hamil, bersalin, nifas, dan bayi baru lahir

1.3.2 Bagi pasien


Menambah ilmu pengetahuan ibu hamil tentang kehamilan, persalinan, nifas,
dan bayi baru lahir supaya ibu dan bayi sehat

1.3.3 Bagi lahan praktek


Laporan ini dapat dijadikan sebagai sumber atau referensi untuk
meningkatkan mutu dan pelayanan kesehatan.

1.3.4 Bagi institusi pendidikan


Sebagai bahan dokumentasi dan bahan perbandingan untuk study kasus
selanjutnya.
BAB II
TINJAUAN TEORI

2.1 Kehamilan
2.1.1. Pengertian
Kehamilan normal adalah suatu kehamilan dengan keadaan ibu sehat,
tidak ada riwayat Obstetri yang buruk, ukuran ukuran uterus sama atau sesuai
kehamilannya, pemeriksaan fisik dan laboratorium normal (Pelayanan
Kesehatan Maternal Dan Neonatal,2002).
Masa kehamilan dimulai dari konsepsi sampai lahirnya janin, lamanya
kehamilan normal 280 hari, 40 minggu atau 9 bulan 4 hari, dihitung dari haid
pertama hari terakhir (sarwono, 2002).
Kehamilan merupakan masa yang dimulai dari konsepsi (pembuahan)
dan berakhir dengan permulaan kehamilan (Bagian Obstetri dan ginekologi fakultas
kedokteran unpad,2003)
Kehamilan dimulai sejak terjadinya ovulasi sampai partus yaitu kira- kira (40
minggu) dan tidak lebih dari 300 hari (43 minggu) (prawiro harjo,2002).

2.1.2. Proses terjadi kehamilan


Untuk tiap kehamilan harus ada spertozoon,ovum,pembuahan
ovum(konsepsi),dan nidasi hasil konsepsi.
Proses kehamilan merupakan mata rantai yang berkesinambungan yang terdiri
dari:

1. Ovulasi pelepasan ovum


Setiap bulan wanita melepaskan 1atau 2 sel telur (ovum) dari indung telur
(ovulasi),yang ditangkap oleh umbai-umbai (fimbriae)dan masuk kedalam saluran
telur. Waktu persetubuhan, cairan semen kedalam vagina dan berjuta-juta sel mani
(sperma) bergerak memasuki rongga rahim lalu masuk kesaluran telur. Pembuahan
sel telur oleh sperma biasanya terjadi dibagian yang menggembung dari tuba fallopi.
Disekitar sel telur, banyak berkumpul sperma yang mengeluarkan ragi untuk
mencairkan zat-zat yang melindungi ovum. Kemudian pada tempat yang paling
mudah dimasuki,masuklah sel telur.peristiwa ini di sebut pembuahan (konsepsi)
1. Sel telur (ovum)
Pertumbuhan emrional oogonium yang kelak menjadi ovum terjadi di genital.
Menurut umur wanita,jumlah oogonium adalah:
Bayi baru lahir : 750.000
Umur 6-15 tahun : 439.000
Umur 26-35 : 59.000
Umur 35-45 : 34.000
Masa menoupause : semua hilang

2. Sel mani (spermatozoon)


Sperma bentuknya seperti kecebong, terdiri dai atas kepala, berbentuk lonjong
agak gepeng berisi inti (nukleus), leher yang menghubungkan kepala dengan bagian
tengah,dan ekor yang dapat bergerak dengan cepat,panjang ekor kira-kirab10X
bagian kepala.

3. Pembuahan (konsepsi/fertilasi)
Pembuahan adalah suatu peristiwa penyatuan antara sel mani dengan sel telur
di tuba fallop. Hanya ada satu s perma yang telah mengalami proses kapasitasi yang
dapat melintasi zona pelusida dan masuk ke vitelus ovum. Setelah itu, zona pelisida
mengalami perubahan sehingga tidak dapat dilalui oleh sperma lain. Proses ini diikuti
oleh penyatuan keduanya yang disebut zigot, yang terdiri atas acuan genetik dari pria
dan wanita.

4. Nidasi (pembuhan)
Nidasi adalah masuknya atau tertanamnya hasil konsepsi kedalam
endometrium. Blastula diselubungi oleh suatu sampai yang disebut tropoblast, yang
mampu menghancurkan dan mencairkan jaringan. Ketika blastula mencapai rongga
rahim, jaringan endometrium ini banyak mengandung sel- sel desidua, yaitu sel- sel
besar yang mengandung banyak glikogen serta mudah dihancurkan oleh trofoblas
(synopsis obstetri jilid I).
2.1.3 Tanda dan gejala kehamilan
a. Amenore (terlambat datang bulan )
Konsepsi dan nidasi menyebabkan tidak terjadi pembentukan filokel degraf
dan ovulasi sehingga menyebabkan amenore.

b. Mual (Nausea) dan muntah (emesis)


Estrogen dan progesterone menyebabkan terjadi pengeluaran asam lambung
yang berlebihan sehingga ,menimbulkan mual dan muntah terutama di pagi
hari (morning secknes) akibat mual dan muntah, nafsu makan berkurang.

c. Ngidam (ingin makanan khusus)


Wanita hamil sering mengiginkan atau meminta makanan tertentu terutama
pada bulan- bulan pertama tetapi menghilang dengan makin tuanya kehamilan
d. sinkope (pingsan)
Disebabkan oleh gangguan sirkulasi kedaerah kepala (sentral) yang
menyebabkan iskemia system syaraf pusat keadaan ini menghilang setelah
umur kehamilan 16 minggu

e Payudara tegang
Pengaruh estrogen- progesterone dan somamotropin menimbulkan deposite
lemak, air, dan garam pada payudara. Payudara membesar dan tegang ujung
syaraf tertekan menyebabkan rasa sakit pada hamil pertama

f. Sering miksi
Di sebabkan oleh desakan rahim kedepan sehinga kandung kemih cepat penuh
dan sering miksi. Pada triwulan kedua sudah menghilang

g. Konstipasi (obstipasi)
Progesterone dapat menghambat pristaltik khusus sehingga menyrbabkan
kesulitan buang air besar
h. Pigmentasi kulit
Disebabkan oleh keluarnya melanophore stimulating hormone hipofisis
anterior. Terdapat disekitar pipi, di dinding perut, di sekitar payudara,
hiperpigmentasi aerola mamae, putting susu menonjol
i. Varices atau penampakan pembuluh darah vena
Pengaruh estrogen dan progesterone terjadi penampakan pembuluh darah
vena, terutama bagi mereka yang mempunyai bakat. Penampakan pembuluh
darah itu terjadi disekitar genetalia, kaki. Betis, dan payudara, dan dapat
hilang setelah persalinan.

2.1.4 Ante Natal Care


2.1.4.1. Pengertian
Ante Natal Kare adalah pengawasan sebelum persalinan terutama untuk
pertumbuhan dan perkembangan janin dalam rahim. ( Manuaba, 2002)
Ante Natal Kare adalah pelayanan kesehatan yang di berikan pada ibu
hamil yang sesuai dengan 7T (Timbang berat badan, ukur tekanan daran, ukur
tinggi fundus uteri, imunisasi tetanus toxojoid, tabletbesi, tes terhaadap penyakit
menular seksual dan temuwicara ) (Saifuddin 2002)

2.1.4.2. Tujuan ANC


Memantau tujuan kehamilan untuk memastikan kesehatan dan tumbuh
kembang bayi meningkatkan dan mempertahankan kesehatan fisik mental dan
social ibu dan bayi mengenali secara dini adanya ketidak normalan komplikasi
yang mungkin terjadi secara hamil termasuk riwayat secara umum, kebidan dan
pembedahan, mempersiapkan persalinan cukup bulan, melahirkan dengan
selamat ibu maupan dengan bayinya dengan trauma seminimal mungkin,
mempersiapkan ibu agar masa nifas berjalan normal dan pemberian ASI
eksklusif serta mempersiapkan peran ibu dan keluarga dalam menerima
kelahiran bayi agar tumbuh kembang secara normal (Saifudin 2002).

2.1.4.3 Jadwal Kunjungan ANC


Kunjungan ANC dilakukan paling sedikit 4 kali selama kehamilan
yaitu 1 kali pada triwulan pertama (sebelum 14 minggu), 1 kali pada triwulan
kedua (antara 14-28) dan 2 kali pada triwulan ketiga (antara minggu 28-36 dan
sesudah minggu ke 36).(saefudin, 2002).

2.1.4.4 Pelayanan / asuhan standar minimal termasuk 7T (saefudin, 2002)


a. Timbang berat badan
Timbang berat badan pada ibu hamil untuk mengetahui seberapa jauh
kenaikan berat badan selama hamil berat yang normal pada wanita hamil 6.5
sampai dengan 16.5

b. Ukur Tekanan darah


Untuk mengetahui tekanan darar ibu selama hamil dan untuk mendeteksi
apakah hipetensi atau hipotensi.

c. Ukur tinggi fundus uteri


Untuk menentukan usia kehamilan dan untuk mengetahui berat badan janin

d. Pemberian Imunisasi Tetanus Toxoid Lengkap


Pada ibu hamil diberikan imunisasi tetanus toxoid (TT) sebanyak 2 kali
selama kehamilan dengan interval waktu 4 minggu. Imunisasi ini dianjurkan
pada setiap ibu hamil, karena diharapkan dapat menurunkan angka kematian
bayi kibat tetanus neonatorum.

Tabel 1.1 Pemberian Imunisasi TT Menurut Saefudin, 2002


%
Antigen Interval (selang waktu ) Lama perlindungan Perlindunga
n
TT 1 ANC 1 - -
TT 2 4 minggu setelah TT 1 3 Tahun 80
TT 3 1 5 tahun 95
TT 4 6 Bulan setelah TT 2 10 tahun 99
TT 5 1 Tahun setelah TT 3 25 tahun / seumur 99
1 Tahun setelahTT 4 Hidup

Keterangan : Apabila dalam waktu 3 tahun wanita usia subur telah melahirkan, maka
bayi yang dilahirkan akan terlindung tetanus neonatorum.
e. Pemberian tablet zat besi, minimum 90 tablet selama hamil. Untuk
mencegah anemia pada wanita hamil diberikan tablet Fe sebanyak 90 tablet
selama kehamilan. Tablet Fe diberikan segera mungkin setelah rasa mual
hilang, tiap tablet Fe mengan dung FeSO4 320 mg (zat besi 69 mg) dan
asam folat 500 mg. Tablet Fe diminum 1X1 hari dan sebaiknya diminum
tidak bersamaan denga the kopi karena akan menganggu penyerapan.

f. Tes terhadap penyakit menular seksual


Dimana untuk menditeksi resiko terjadinya penyakit menular seksual
contohnya penyakit HIV, gonore.

g. Temu wicara dalam rangka persiapan rujukan


Memberikan konseling kepada ibu untuk persiapan dalam kehamilan atau
persalinan takut terjadi sesutau atau terjadi hal yang menggangu kehamilan
atau persalinan dan ibu bersedia dirujuk.

2.1.4.5 Informasi penting pada kunjungan ANC


a. Trimester I ( 0-14 minggu )
Membangun hubungan saling percaya antara petugas kesehatan dan
ibu hamil, mendeteksi masalah dan menanganinya, melakukan
tindakan pencegahan seperti tetanus neonatorum, anemia kekurangan
zat besi, dan memulai persiapan kelahiran bayi dan kesiapan untuk
menghadapi komplikasi, mendorong prilaku yang sehat (gizi, latihan,
kebersihan, dan istirahat).

b. Trimester II (14-28 minggu )


Sama seperti trimester I, ditambah kewaspadaan khusus menagani pre
eklamsi (Tanya ibu tentang gejala gejala pre eklamsia seperti pantau
TD , evaluasi oedem, periksa protin urine).
c. Trimester III (antara minggu 28-36)
Sama seperti diatas, ditambah palpasi abdomen untuk mengetahui
apakah ada kehamilan ganda

d. kunjungan trimester IV (setelah 36 minggu )


seperti hal nya diatas, ditanbah deteksi letak bayi yang tidak normal
atau kondisi lain yang memerlukan kelahiran di rumah sakit.
2.1.5 Persiapan persalinan
a. Sejak awal, ibu hamil dan suami menentukan persalinan ditolong oleh
bidan, dokter dan yenaga kesehatan.
b. Suami atau perlu menabung untuk biaya persalinan
c. Siapkan donor darah jika sewaktu- waktu diperlukan oleh ibu
d. Ibu dan suami menyakan kebidan atau dokter kapan perkiraan tanggal
persalinan
e. Suami dan keluarga menyiapkan kendaraan jika sewaktu- waktu ibu
dan bayi perlu segera ke rumah sakit.

2.2 Persalinan
2.2.1 Pengertian
Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi ( janin dan uri) yang
telah cukup bulan atau dapat hidup diluar kandungan melalui jalan lahir, dengan
bantuan atau kekuatan sendiri (sarwono : ilmu kebidanan, 2002).
Persalinan adalah suatu proses pengeluaran hasil konsepsi yang dpat hidup
dari dalam uterus melalui vagina ke dunia luar (masjoer, 2002).
Persalinan adalah proses membuka dan menipisnya serviks dan janin turun
ke jalan lahir. Kelahiran ialah proses dimana janin dan ketuban didorong keluar
melalui jalan lahir (saefudin, 2002).

2.2.2 Jenis jenis persalina menurut tindakan


a. Partus biasa ( partus normal )
Persalianan yang berjalan dengan sendirinya ( kekuatan sendiri )
spontan, letak belakang kepala, aterm, dan hidup.
b. Persalina buatan
Persalinan yang berakhir dengan buatan dari luar atau diakhiri dengan
tindakan, misalnya dengan vakum, forcep, atau seksio sesarea
c. Persalina anjuran
Persalinan baru dapat berlangsung setelah permulaanya dianjurkan
denga satu perbuatan misalnya dengan pemecahan ketuban atau
pemberian pitocin ( Bagian Obstetri Dan Ginikologi Fakultas
Kedokteran Unpad, 2003).
2.2.3. Sebab- sebab terjadinya Persalinan (Mochtar, 2002)
2.2.3.1 Teori penurunan hormone
1 2 minggu sebelum partus mulai terjadi penurunan kadar hormone
estrogen dan progesterone. Progesterone bekerja sebagai penenag otot-
otot polos rahim dan akan menyebabkan kekejangan pembuluh darah
sehingga timbul his bila ada kadar progesterone turun.
2.2.3.2 Teori plasenta
Plasenta menjadi tua akan menyebabkan turunya estrogen dan
progesterone sehingga timbul kekejangan pada pembuluh darah, hal
ini akan menimbulkan kontraksi rahim.
2.2.3.3 Teori distensi rahim
Rahim yang menjadi besar dan meregang menyebabkan iskemia otot-
otot rahim sehingga menggangu sirkulasi utero plasenta
2.2.3.4 Teori iritasi mekanik
Di belakang servik terdapat ganglion servikal (flektus frankerhauser),
bila ganglion digeser dan di tekan misalnya oleh kepala janin akan
timbul kontraksi uterus
2.2.3.5 Induksi partus
Partus dapat pula ditimbulkan oleh atau dengan jalan : gagang
laminaria, amniotomi pitocin drip.
2.2.4 Faktor faktor yang berperan dalam persalinan (manuaba, 2002)
a. Power ( kekuatan mendorong janin keluar)
His (kontraksi otot rahim ), kekutan dinding perut, kontraksi
ligamentum rotundum
b. Pasenjer
Keadaan janin ( letak, presentasi, ukuran atau berat janin) dan
plasenta

c. Passage (jalan lahir )


keadaan jalan lahir yang terdiri dari bagian keras tulang- tulang
panggul dan bagian lunak yaitu otot- otot, jaringan dan ligamentum.

2.2.5. Tanda- tanda persalinan


Sebelum terjadi persalinan sebenarnya beberapa minggu sebelumnya
wanita memasuki bulannya atau minggunya dan harinya yang
disebut kala pendahuluan dengan tanda- tanda sebagai berikut : lightening,
settling, droping yaitu kepala turun memasuki pintu atas panggul (PAP)
terutama pada primigravida, perut kelihatan lebih melebar, fundus uteri
turun, perasaan sering atau susah kencing karena kandung kemih tertekan
oleh bagian terendah janin, rasa sakit perut dan pinggang oleh adanya
kontraksi kontraksi lemah dari uterus, kadang- kadang disebut false
labor pains dan serviks menjadi lembek mulai mendatar dan sekresinya
dan bisa bercampur darah (bloody show).

2.2.6 Tanda tanda inpartu


Tanda- tanda inpartu ialah rasa sakit oleh adanya his yang datang lebih
kuat, sering dan teratur, keluar lendir bercampur darah yang lebih banyak
karena robekan kecil pada serviks, kadang- kadang ketuban pecah
sebelum waktunya dan pada pemeriksaan dalam serviks telah mendatar
dan telah ada pembukaan (mohtar, 2002).

2.2.7. Kala persalinan


2.2.7.1 kala 1 (pembukaan)
Kala I ialah wakyu untuk pembukaan serviks sampai pembukaan 10 cm
atau lengkap. Kala I dibagi dalam 2 fase yaitu fase laten dan fase aktif.
Fase laten adalah dimana pembukaan serviks berlangsung selama 7-8 jam,
fase aktif berlangsung selama 6 jam dan dibagi dalam 3 subfase yaitu fase
akselerasi berlangsung 2 jam dan pembukaan menjadi 4 cm, period
dilatasi maksimal dimana selama 2 jam pembukaan berlangsung cepat
menjadi 9 cm dan periode deselerasi berlangsung lambat, dalam waktu 2
jam pembukaan menjadi 10 cm atau lengakap. Pada primi kala I
berlangsung selama 13-14 jam dan milti 6-7 jam.

2.2.7.2. Kala II (kala pengeluaran janin)


Kala II adalah kala pengeluaran janin, waktu uterus dengan kekuatan his
ditambah kekuatan mengedan dan mendorong Janin keluar hingga lahir.
Pada kala II His terkordinir, kuat cepat dan lebih lama, kira- kira 2-3 menit
sekali. Kepala janin telah turun masuk ruang panggul sehingga terjadi
tekanan pada otot- otot dasar panggul sepeti mau buang air besar, dengan
tanda anus membuka. Pada waktu his, kepala janin mulai kelihatan, vulva
membuka dan perineum meregang. Dengan his mengedan yang terpimpin,
akan lahirlah kepala, diikuti oleh seluruh badan janin

2.2.7.3. Kala III (Kala pengeluaran uri)


Kala III adalah waktu pelepasan dan pengeluaran uri. Setelah bayi lahir,
kontraksi rahim istirahat sebentar lalu teraba keras dengan fundus uteri
setinggi pusat dan berisi plasenta yang menjadi tebal 2X sebelumnya.
Beberapa saat kemudian, timbul pelepasan his dan pengeluaran uri. Dalam
waktu 5-10 menit seluruh plasenta terlepas, terdorong kedalam vagina dan
akan lahir spontan atau dengan sedikit dorongan dari atas sympisis atau
fundus uteri. Seluruh proses semuanya berlangsung 5-30 menit setelah
bayi lahir. Pengeluaran plasenta disertai dengan pengeluaran darah kira-
kira 100-200 cc.

2.2.7.4. Kala IV (pengawasan)


Kala IV adalah pengawasan selama 2 jam setelah bayi lahir dan uri lahir
untuk mengamati keadaan ibu terutama terhadap perdarahan post partum.
Observasi yang dilakukan meliputi kontraksi rahin baik atau tidak dapat
diketahui dengan palpasi, perdarahan, ada atau tidak, banyak atau biasa,
kandung kemih harus kosong, jika perlu ibu disuruh kencing dan bila tidak
bisa lakukan kateter, bila terdapat luka jahitan maka lakukan pemantauan
luka jahitan baik atau tudak, ada perdarahan atau tidak, plasenta dan
ketuban harus lengkap, keadaan umum ibu tensi, pernafasan, nadi, suhu,
rasa sakitn dan bayi dalam keadan baik.

2.2.8 Mekanisme persalinan


Kepala masuk pintu atas panggul (PAP) dengan sumbu kepala janin tegak
lurus dengan PAP atau miring membentuk sudut PAP. Kemudian kepala
turun kedalan rongga panggul akibat 4 hal yaitu tekanan langgsung dari
his dan daerah fundus kearah bokong, tekanan dari cairan amnion,
kontraksi otot dinding perut diafragma, badan janin terjadi ektensi dan
meregang.Lalu kepala janin fleksi, dagu menempel ke toraks, posisi
kepala berubah dari diameter oksipito-frontalis (puncak kepala) menjadi
diameter sub oksipito bregmatika (belakang kepala). Kemudian menjadi
rotasi interna (putaran paksi dalam) selalu disertai turunnya kepala,
putaran ubun- ubun kecil kearah depan atau kebawah sympisis membawa
kepala melewati distansi interpinarium dengan diameter biparietalis.
Setelah kepala mencapai vulva, terjadi ekstensi setelah oksiput melewati
bawah sympisis pubis bagian posterior. Maka lahir berturut- turut oksiput,
bregma, dahi, hidung, mulut, dagu. Lalu kepala melakukan rotasi eksterna
(putaran paksi luar) berputar kembali sesuai dengan sumbu rotasi tubuh,
bahu masuk PAP dengan posisi antero posterior sampai dibawah sympisis
dan lahirlah bahu depan dan bahu belakang. Setelah bahu lahir, bagian
tubuh lainnya akan dikeluarkan dengan mudah dan lahirlah badan
(thoraks, abdomen) badan lengan, pinggul depan, dan belakang, tungkai
dan kaki.

2.2.9 Langkah- langkah dalam pertolongan persalinan secara APN 2008


2.2.10.Partograf
2.2.10.1. Pengertian
Partograf adalah alat bantu yang digunakan selama fase aktif
persalinan (APN Depkes, 2003)
2.2.10.2.Tujuan
Penggunaan partograf bertujuan untuk mencatat hasil observasi dan
kemajuan persalinan dengan menilai pembukaan serviks melalui
pemeriksaan dalam, mendeteksi apakah proses persalinan berjalan
secara normal dan dengan demikian dapat mendeteksi secara dini
kemungkinan terjadi partus lama.
2.2.10.3. Pengamatan yang di catat partograf
a. Denyut jantung janin (DJJ) : Catat setiap 30 menit sekali
b. Air ketuban : catat warna air ketuban setiap melakukan
pemeriksaan vagina:
1. U : Selaput utuh
2. J : Selaput pecah, air ketuban jernih
3. M : Air ketuban bercampur mekonium
4. D : Air ketuban bercampur darah
5. K: Tidak ada cairan ketuban / kering
c.Perubahan bentuk kepala janin
1. 0 : sutura terpisah, dengan mudah dapat dipalpasi
2 : sutura (pertemuan dua tulang tengkorak) yang tepat /
bersesuian
3 : sutura tumpang tindih tapi dapat diperbaiki
4 : sutura tumpang tindih dan tidak dapat diperbaiki
d. Pembukaan mulut rahim : dinilai pada setiap pemeriksaan
pervaginam dan diberikan tanda silang (X) dan catat setiap 4 jam
sekali
e. Penurunan : mengacu pada bagian kepala (dibagi 5 bagian )
yang teraba (pada pemeriksaan abdomen/luar) diatas sympisis
pubis, catat dengan memberikan tanda lingkar (O) pada setiap
pemeriksaan dalam. Pada posisi 0/5, sinsiput (S) atau paruh
keatas berada sympisis
f. Waktu : menyatakan beberapa jam waktu waktu yang telah
dijalani sesudah pasien diterima
g. Jam : catat jam sesungguhnya
h. Kontraksi : catat setiap jam, lakuykan palpasi untuk
menghitung banyaknya kontraksi dalam 10 menit dan lamanya
masing- masing kontraksi dalam hitungan perdetik. Ada 3 cara
mengarsir lama his:
1. < 20 detik (berup titik-titik )
2. 20-30 detik (garis miring arsiran)
3. 40 detik (dihitamkan penuh)
i. Oksitosin : jika oksitosin, catatlah banyaknya pervolume cairan
infuse dan dalam tetesan permenit.
j. Obat yang diberikan : catatlah semua obat lain yang diberikan
k. Nadi : catat setiap 30 menit dan tandai dengan sebuah titik
besar (.)
l. Tekanan darah : catat setiap 4 jam dan tandai dengan anak
panah
m. Suhu badan : catat setiap 2 jam
n. Protein, aseton dan volume urine : catat setiap kali ibu
berkemih

2.3 Nifas
2.3.1. Pengertian
Masa nifas (puerpenium) adalah masa pulih kembali mulai dari partus
sampai alat- alat kandungan kembali seperti pra- rahim selama masa nifas ini
yaitu 6 sampai 8 minggu (synopsis obstetric jilid 1).
Masa nifas dimulai setelah kelehiran plasenta dan berakhir ketika alat- alat
kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. Masa nifas berlangsung
selama kira- kira 6 minggu (sarwono : pelayanan kesehatan maternal dan
neonatal,2002 ).

2.3.2.Perubahan fisiologi
Periode masa nifas menyebabkan stress emosional pada ibu baru
melahirkan, bahkan lebih menyulitkan bila terjadi perubahan fisiologi yang
hebat .
Faktor- faktor yang mempengaruhi suksesnya masa transisi kemasa
menjadi orang tua pada post partum adalah :
1. Respon dan dukungan dari keluarga dan teman
2. Hubungan dari pengalaman melahirkan terhadap harapan dan aspirasi
3. Pengalaman melahirkan dan membesarkan anak yang lalu
4. Pengaruh budaya
Periode post partum (masa nifas) diuraikan oleh rubin dalam 3 tahap :
Taking in, Taking hold, Letting Go.

a. Periode Taking In
1. Terjadi 1-2 hari post partum. Ibu baru pada umumnya pasif, ini
tergantung perhatiannya tertuju pada kekhawatiran akan tubuhnya.
2. Ibu mungkin ingin mengulang pengalamanya waktu bersalin
dan melahirkan
3. Tidur tanpa gangguan sangat penting bila ibu ingin mencegah
gangguan tidur, pusing dengan proses pengembalian kondisi ibu
berlangsung normal.

b. Periode Taking Hold


1. Berlangsung pada 2-4 hari post partum, ibu menjadi perhatian
kemampuannya menjadi orang tua yang sukses dan meningkatkan
tanggung jawab terhadap janin
2. Ibu berkonsentrasi pada pengontrolan fungsi tubuhnya, BAK, BAB,
kekuatan dan ketahanan tubuhnya
3. Ibu berusaha keras untuk menguasai tentang keterampilan perawatan
bayi misalnya : menggendong, menyusui, memandikan dan memasang
popok.

c. Periode Letting Go
1. Biasanya terjadi setelah ibu pulang kerumah dan sangat berpengaruh
terhadap waktu dan perhatian yang diberikan oleh keluarga
2. Ibu mengambil tanggung jawab terhadap perawatan, bayi ibu harus
beradaptasi dengan keburuhan yang sangat bergantung dan
menyebabkan berkurangnya hak ibu, kebebasan dan hubungan social
3. Depresi post partum umumnya terjadi pada periode ini

2.3.3. Perawatan Pada Masa Nifas


a. Mobilisasi, ibu post partum harus banyak istirahat karena rasa lelah
yang dirasakan setelah melahirkan. Untuk itu pergerakan diri ibu post
partum sedikit dibatasi tetapi bukan tidak boleh sama sekali
b. Diet, makanan harus bermutu, bergizi dan cukup kalori. Sebaiknya yang
banyak mengandung protein, cairan, sayur- sayuran dan buah- buahan
c. Miksi, hendaknya BAK dapat dilakukan sendiri dan secepatnya
d. Defekasi, buang air besar harus dilakukan 3-4 hari pasca persalinan
e. Perawatan payudara telah dimulai sejak kehamilan agar putting susu
lemas, tidak keras dan kering sebagai persiapan untuk menyusui bayinya
f. Laktasi, ibu melahirkan harus segera mungkun menyusukan bayinya.
(synopsis obstetri, jilid )

2.3.4 Kelainan- kelainan pada masa nifas


1. KelainAn pada rahim
a. Sub-involusi uterus
Involusi adalah keadaan uterus mengecil oleh kontraksi rahim dimana
berat rahim dari 100 gr saat setelah bersalin,menjadi 40-60 gr 6 minggu
kemudian.Bila pengecilan ini kurang baik atau terganggu disebut sub-
involusi.Factor-factor penyebab,antara lain adalah infeksi (endometritis)
sisa uri,mioma uteri,bekuan-bekuan darah,dan sebagainya.Pada palpasi
uterus teraba masih besar, fundus masih tinggi, locheabanyak, dapat
berbau dan terjadi pendarahan.Pengobatan dilakukan dengan memberikan
injeksi methergin setiap hari ditambah dengan ergometrinperoral. Bila
ada sisa plasenta lakukan kuretase.Berikan antibiotika sebagai pelindung
infeksi.

b. Perdarahan nifas sekunder


Yaitu perdarhan yang terjadi setelah lebih dari 24 jam post partum dan
biasanya terjadi pada minggu kedua nifas. Frekuensinya kira-kira 1% dari
semua persalinan. Faktor-faktor penyebab adalah antara lain seperti sub-
involusi, sisa plasenta, mioma uteri, kelainan uterus, inversion uteri, an
pemberian estrogen untuk menekan laktasi.
Penanganan seperti pada sub-involusi, kecuali pada invernio uteri dan
mioma uteri dilakukan penanganan khusus.

c . Flegmasia alba dolens


Yaitu suatu tromboflebiti yang mengenai satuatau kedua venafemoralis.
Hal ini disebabkan oleh adanya trombosis atau embolus yang disebabkan
karena adanya perubahan atau kerusakan pada sistim pembuluh darah,
atau karena pengaruh infeksi

d . Nekrosis hiporisis lobus post partum


Sindroma Sheehan atau nekrosis lobus depan dari hipofisis kearena syok
akibat perdarahan persalinan. Hipofisis ikut berinvolusi setelah
persalinan.Karena syok akibat perdarahan yang hebat,pada hipofisis
terjadilah nekrosis pada pers anterior.Mungkin pula nekrosis ini terjadi
karena pembekuanintravaskuler menyababkan thrombosis pada sinusoid
hiposis. Hal ini sering terlihat pada solusio plasenta dan eklampsi.
Pengobatan adalah subsitusi terapi hormone-hormon yang dihasilkan
hipolosis pars anterior,kelenjar tiroid dan ovarium.

2. Kelenjar pada payudara


a. Pembendungan air susu
Adalah pembendungan air susu karena penyampitan duktus laktiferi atau
olej kelenjar-kelenjar tidak dikosongkan dengan sempurna atau karena
kelainan pada putting susu.
b. Matsitis
Adalah suatu peradangan pada payudara disebabkan kuman,terutama pada
putting susu atau melalui peredaran darah.Berdasarkan lokasinya mastitis
terjadi membagi atas yang barada dibawah aerola
c. Galaktokel
air susu membeku dan terkumpul pada suatu bagian payudara menyerupai
tumor kistik. Terjadi karena sumbatan air susu. Hanya dengan pengurutan
dan tekanan ketat pada payudara dapat hilang dengan sendirinya

3. Kelainan puting susu


a. Puting susu bundar dan menonjol
b. Puting susu terbenam dan cekung sehingga menyulitkan bayi untuk
menyusu. Bila tidak dapat diperbaiki ter paksa air susu dipijat atau
dipompa
c. Luka puting susu, segera diobati dengan salep dan sementara menunggu
sembuh, air susu dipompa.
2.3.5. Program Kebijakan Teknis
Paling sedikit 4 kali kunjungan, masa nifas dilakukan untuk menilai keadaan ibu dan
bayi baru lahir, dan untuk mencegah, mendeteksi dan menangani masalah- masalah
Kunjungan Waktu Tujuan

1 6-8 jam 1. Mencegah perdarahan masa nifas


karena Antonia uteri
2. Mendeteksi dan merawat penyebab lain
perdarahan berlanjut
3. Memberikan konseling pada ibu atau
salah satu anggota keluarga bagaimana
mencegah perdarahan masa nifas karena
Antonia uteri
4. Pemberian ASI awal
5. Melakukan hubungan antara ibu dan
bayi
6. Menjaga bayi sehat denga cara
mencegah hipotermia
7. Jika petugas kesehatan menolong
persalinan, ia harus tinggal dengan ibu
dan bayi baru lahir untuk 2 jam pertama
setelah kelahiran, atau sampai ibu dan
bayi dalam keadaan stabil
2 6 hari setelah 1. Memastikan involusi uterus
persalinan berjalan normal, uterus berkontraksi,
fundus dibawah imbilicus, tidak ada
perdarahan abnormal
2. Menilai adanya tanda- tanda
demam, infeksi atau perdarahan
abnormal
3. Memastikan ibu menyusui
dengan baik dan tidak memperlihatkan
ytanda- tanda penyulit
4. Memberikan konseling pada ibu
mengenai asuhan pada bayi, tali pusat,
menjaga bayi tetap hangat dan merawat
bayi sehari- hari
3 2 minggu setelah 1. Sama seperti hal diatas (hari
persalinan setelah persalinan)

2.4. Bayi baru lahir


2.4.1. Pengertian
Bayi baru lahir normal adalah bayi yang lahir dari kelahiran antara
(37-42 minggu) dengan berat lahir 2500-4000 gram dan nilai apgar 7-10
(synopsis obstetri, 2002)
Sedangkan neonatus adalah bayi baru lahir berusia 8-28 hari.
Neonatus merupakan suatu makhluk yang sedang tumbuh dan baru
mengalami proses kelahiran harus menyesuaikan diri dari kehidupan intra
uterine ke kehidupan ekstra uterin (buku ajaran ilmu kesehatan anak,
2002).
Bayi baru lahir adalah makhluk ciptaan tuhan yang paling tinggi
sebagai hasil konsepsi ovum dan spermatozoa dengan masa gestasi
memungkunkan dapat hidup diluar kandungan (E. Sahidah, 2002)

2.4.2. Penatalaksaan Awal Pada Bayi baru lahir Normal


Sebelum penatalaksaan awal maka yang harus kita lakukan yaitu
penilian pada bayi baru lahir. Penilaian bayi baru lahir dilakukan
dilakukan dengan menggunakan system nilai afgar score. Nilai ini
digunakan untuk menentukan apakah bayi tersebut memerlukan
pertolongan atau tidak (Manuaba,2002).
Penatalaksanaan awal pada bayi baru lahir normal yaitu :
1. Mencegah pelepasan panas yang berlebihan
Bayi baru lahir dapat mengalami kehilangan panas tubuhnya melalui
proses konveksi, konduksi, evaporasi, dan radiasi.
a. Konveksi adalah proses hilangnya panas melalui kontak
dengan udara yang dingin disekitarnya contohnya bayi berada
diluar ruangan terbuka dimana angin secara mengenai tubuhnya.
b. Konduksi adalah proses hilangnya panas melalui kontak
langsung dengan benda-benda yang mempunyai suhu lebih rendah
dari suhu tubuh bayinya.
c. Evaporasi adalah proses hilangnya panas tubuh bayi bila bayi
berada dalam keadaan basah, contoh : bila bayi tidak segera
dikeringkan, setelah proses kelahirannya atau setelah mandi.
d. Radiasi adalah proses hilangnya panas tubuh bila bayi
diletakan dekat benda-benda yang lebih rendah suhunya dari suhu
tubuh nya,
Contoh : bayi diletakkan dekat tembok

Cara mencegah hilangnya panas dari tubuh bayi


a. Mengeringkan tubuh bayi dari cairan ketuban atau cairan lain
dengan kain hangat dan kering untuk mencegah terjadinya
hipotermi
b. Selimut bayi dengan kain kering terutama bagian kepala
c. Ganti kain atau handuk yang basah
d. Jangan menimbang bayi dalam keadaan tadak berpakaian
e. Jangan memandikan bayi setidaknya 6 jam setalah persalinan
f. Letakkan bayi pada lingkungan yang hangat
2. Bebaskan /bersihkan jalan nafas
Bersihkan jalan nafas bayi dengan cara mengusap mukanya dengan
kain atau kapas yang bersih dari pembuluh darah atau lendir segera
setelah setengah kepala lahir.Jika bayi baru lahir bernafas spontan atau
segera menangis,jangan lakukan pengisapan secara rutin pada jalan
nafasnya.
3. Rangsangan taktil
Mengeringkan tubuh bayi pada dasarnya merupakan tindakan
rangsangan pada bayi dan mengeringkan tubuh bayi cukup
merangsang upaya bernafas.
4. Laktasi
Laktasi merupakan bagian dari rawat gabung,setelah bayi dibersihkan
segera lakukan kontak dini agar bayi mulai mendapat ASI.Dengan
kontak dini dan laktasi bertujuan untuk melatih reflek hisap bayi dan
membina hubungan psikologi ibu dan anak,serta membantu kontraksi
uterus melalui rangsangan pada putting susu, memberi ketenangan
pada ibu dan perlindungan bagi bayinya dan mencegah kehilangan
panas yang berlebih.
5. Mencegah infeksi pada mata
Berikan tetes mata atau salep mata antibiotik 2 jam pertama setelah
proses kelahiran.
6. Identifikasi bayi
Dengan membuat dan memeriksa catatan mengenai jam dan tanggal
kelahiran bayi, jenis kelamin,dan pemeriksaan cacat bawaan. Selain itu
identifikasi dilakukan dengan memasang gelang identifikasi,gelang ini
tidak boleh dilepas sampai penyerahan bayi.

2.4.3 Tanda-tanda bahaya pada bayi baru lahir


a. Pernafasan sulit atau lebih dari 60 kali per menit, terlihat retraksi pada
waktu bernafas
b. kehangatan terlalu panas (>38 C atau terlalu dingin < 36 C)
c. Warna Kuning (terutama pada 24 jam pertama), biru atau
pucat,memar
d. Pemberian makan hisap lemah, mengantuk berlebihan, banyak
muntah
e. Infeksi suhu meningkat, merah bengkak,keluar cairan (nanah),bau
busuk (pada tali pusat)
f. Tidak berkemih dalam 24 jam, tinja lembek,sering,hijau tualendir atau
darah pada tinja dan ganguan gastrointestinal, misalnya tidak
mengeluarkan mekonium selama 3 hari pertama setelah lahir (buku
panduan kesehatan Maternal dan Neonatal, 2002)

2.4.4 Imunisasi
a. pengertian
imunisasi adalah suatu usaha untuk memberikan kekebalan pada bayi
dan anak terhadap penyakit tertentu (Buku Kesehatan Ibu Dan
Anak,Depkes 2006)
b. Tujuan imunisasi
-. Untuk mencegah terjadinnya penyakit infeksi tertentu
-. Apabila terjadi penyakit, tidak akan terlalu parah dan dapat mencegah
gejala yang dapat menimbulkan cacat atau kematian.
c. Macam- macam Imunisasi Dan Efek Samping Dari Imunisasi
1. Imunisasi BCG
-. Tujuan : memberikan kekebalan terhadap penyakit tubercolosis
(TBC)
-. Dosis : 0,05 cc, secara intrakutan, tepatnya di intersio M. Detoieus
kanan
-. Reaksi/ efek samping : Dalam 1-2 minggu akan timbul indurasi
eritma, pistulla ulkus (luka ini tidak memerlukan pengobatan akan
sembuh secara spontan dan meninggalkan tanda parut )
-. Kontra indikasi :penyakit kulit yang berat atau menahun seperti
eksim, frun kulosis seperti mereka yang menderita TBC
2. Imunusasi DPT
- . Tujuan : untuk mencegah penyakit difteri, pertusis dan tetanus
-. Dosis : 0,5 cc, serta intramuskuler/ subkutan dalam
-. Efek samping : panas, rasa sakit pada daerah penyuntikan, infeksi,
peradangan, dan kejang- kejang
-. Kontra indikasi : panas > 38 C, riwayat kejang.
3. Iminisasi Campak
- Tujuan : untuk mencegah terjadinya penyakit campak
- Dosis : 0,5 cc, secara intra muskuler/ subkutan
- Efek samping : demam ringan, sedikit bercak merah, pada pipi
bawah telinga pada hari ke 7 sampai hari ke 8 setelah penyuntikan,
pembengkakan pada tempat penyuntikan.
- kontra indikasi : panas >38 C, riwayat kejang demam
4. Imunisasi Hepatitis B
- Tujuan : untuk memberikan kekebalan terhadap penyakit Hepatitis
- Dosis : 0,5 cc, secsara intra muskuler pada bagian paha luar.
- Efek samping : reaksi lokal pada tempat penyuntikan
- kontra indikasi : tidak ada
5. Imunisasi polio
- Tujuan : untuk memberikan kekebalan terhad penyakit polio.
- Dosis : 2 tetes setiap kali pemberian, dengan cara meneteskan
kepada mulut
- Efek samping : tidak ada
- Kontra indikasi : tidak ada

d. jadwal pemberian imunisasi

Umur Jenis imunisasi


0-7 bulan Hepatitis B1
1 bulan BCG
2 bulan Hepatitis B2, Dpt, Polio 1
3 bulan Hepatitis B2, Dpt, Polio 2
4 bulan Dpt,Polio 3
9 bulan Campak, Polio 4

You might also like