You are on page 1of 33

Anatomi dan Fisiologi Paru-Paru

1.1 Trakea
Trakea (batang tenggorok) adalah tabung berbentuk pita seperti huruf C yang di bentuk oleh
tulang-tulang rawan yang di sempurnakan oleh selaput. Trakea terletak di antara vertebrata
servikalis ke-6 sampai ke tepi bawah kartilago.Trakea mempunyai dinding fibroelastis yang
panjang nya sekitar 13 cm, berdiameter 2,5 cm dan dilapisi oleh otot polos. Diameter trakea
tidak sama pada seluruh bagian, pada daerah servikal agak sempit, bagian pertengahan agak
sedikit melebar dan mengecil lagi dekat percabangan bronkus.
Bagian dalam trakea terdapat sel-sel bersilia untuk mengeluarkan benda asing yang masuk.
Bagian dalam trakea terdapat septum yang disebut karina yang terletak agak ke kiri dari
bidang median.

1.2 Bronkus
Bronkus (cabang tenggorok) merupakan lanjutan trakea yang terdapat ketinggian vertebrata
torakalis ke-4 dan ke-5.
Bronkus memiliki struktur yang sama dengan trakea, yang dilapisi oleh sejenis sel yang sama
dengan trakea yang berjalan ke bawah menuju tampuk paru-paru.
Bronkus terbagi menjadi dua cabang :

a. Bronkus prinsipalis dekstra.


Panjangnya sekitar 2,5 cm masuk ke hilus pulmonalis paru-paru kanan dan
mempercabangkan bronkus lobularis superior. Pada masuk ke hilus, bronkus prinsipalis
dekstra bercabang tiga menjadi bronkus lobularis medius, bronkus lobularis inferior, bronkus
lobularis superior.

b. Bronkus prinsipalis sinistra.


Lebih sempit dan lebih panjang serta lebih horizontal disbanding bronkus kanan, panjangnya
sekitar 5 cm berjalan ke bawah aorta dan di depan esophagus, masuk ke hilus pulmonalis kiri
dan bercabang menjadi dua, yaitu bronkus lobularis inferior, bronkus lobularis superior.
Dari tiap-tiap bronkiolus masuk ke dalam lobus dan bercabang lebih banyakdengan diameter
kira-kira 0,5 mm. bronkus yang terakhir membangkitkan pernapasan dan melepaskan udara
ke permukaan pernapasan di paru-paru. Pernapasan bronkiolus membuka dengan cara
memperluas ruangan pembuluh alveoli yang merupakan tempat terjadinya pertukaran udara
antara oksigen dengan karbondioksida.
1.3 Paru-paru
Paru-paru adalah salah satu organ system pernapasan yang berada di dalam kantong yang di
bentuk oleh pleura parietalis dan viseralis. Kedua paru sangat lunak, elastic dan berada dalam
rongga torak, sifatnya ringan dan terapung di air. Masing-masing paru memiliki apeks yang
tumpul yang menjorok ke atas mencapai bagian atas iga pertama.
Paru-paru kiri :
Pada paru-paru kiri terdapat satu fisura yaitu fisura obliges. Fisura ini membagi paru-paru kiri
atas menjadi dua lobus, yaitu :
a. lobus superior, bagian yang terletak di atas dan di depan fisura.
b. lobus inferior, bagian paru-paru yang terletak di belakang dan di bawah fisura.
Paru-paru kanan :
Pada paru-paru kanan terdapat dua fisura, yaitu : fisura oblique (interlobularis primer) dan
fisura transversal (interlobularis sekunder).
Kedua fisura ini membagi paru-paru kanan menjadi tiga lobus, lobius atas, lobus tengah dan
lobus bawah.

1.4 Pleura
Pleura adalah suatu membaran serosa yang halus membentuk suatu kantong tempat paru-paru
berada yang jumlahnya ada dua buah dan masing-masing tidak berhubungan.
Pleura mempunyai dua lapisan, parietalis dan viseralis.
a). lapisan permukaan disebut permukaan parietalis, lapisan ini langsung berhubungan
dengan paru-paru serta memasuki fisura dan memisahkan lobus-lobus dari paru-paru.
b). lapisan dalam disebut pleura viseralis, lapisan ini berhubungan denganfasia endotorakika
dan merupakan permukaan dalam dari dinding toraks.
Sinus pleura :
Tidak seluruh kantong yang dibentuk oleh lapisan pleura diisi secara sempurna oleh paru-
paru, baik kearah bawah maupun ke arah depan. Kavum pleura dibentuk oleh lapisan pleura
parietalis saja, rongga ini disebut sinus pleura. Pada waktu inspirasi, bagian paru-paru
memasuki sinus dan pada waktu ekspirasi ditarik kembali dari rongga tersebut.

2 Fungsi respirasi
Proses fisiologi pernapasan dimana O2 dipindahkan dari udara ke dalam jaringan-jaringan
dan CO2 dikeluarkan ke udara ekspirasi, dapat terbagi menjadi 3 stadium.
1. Ventilasi
2. Difusi
3. Transportasi
Anatomi Fisiologi Saluran Pernafasan
Anatomi Saluran Nafas

Saluran penghantar udara hingga mencapai paru-paru adalah hidung, farinx, larinx, trachea,
bronkus, dan bronkiolus.

Hidung

Nares anterior adalah saluran-saluran di dalam rongga hidung. Saluran-saluran itu bermuara

ke dalam bagian yang dikenal sebagai vestibulum.


Rongga hidung dilapisi sebagai selaput lendir yang sangat kaya akan pembuluh darah, dan
bersambung dengan lapisan farinx dan dengan selaput lendir sinus yang mempunyai lubang
masuk ke dalam rongga hidung. Septum nasi memisahkan kedua cavum nasi. Struktur ini
tipis terdiri dari tulang dan tulang rawan, sering membengkok kesatu sisi atau sisi yang lain,
dan dilapisi oleh kedua sisinya dengan membran mukosa. Dinding lateral cavum nasi
dibentuk oleh sebagian maxilla, palatinus, dan os. Sphenoidale. Tulang lengkung yang halus
dan melekat pada dinding lateral dan menonjol ke cavum nasi adalah : conchae superior,
media, dan inferior. Tulang-tulang ini dilapisi oleh membrane mukosa.
Dasar cavum nasi dibentuk oleh os frontale dan os palatinus sedangkan atap cavum nasi
adalah celah sempit yang dibentuk oleh os frontale dan os sphenoidale. Membrana mukosa
olfaktorius, pada bagian atap dan bagian cavum nasi yang berdekatan, mengandung sel saraf
khusus yang mendeteksi bau. Dari sel-sel ini serat saraf melewati lamina cribriformis os
frontale dan kedalam bulbus olfaktorius nervus cranialis I olfaktorius.
Sinus paranasalis adalah ruang dalam tengkorak yang berhubungan melalui lubang kedalam
cavum nasi, sinus ini dilapisi oleh membrana mukosa yang bersambungan dengan cavum
nasi. Lubang yang membuka kedalam cavum nasi :

1. Lubang hidung
2. Sinus Sphenoidalis, diatas concha superior
3. Sinus ethmoidalis, oleh beberapa lubang diantara concha superior dan media dan
diantara concha media dan inferior
4. Sinus frontalis, diantara concha media dan superior
5. Ductus nasolacrimalis, dibawah concha inferior.
Pada bagian belakang, cavum nasi membuka kedalam nasofaring melalui appertura
nasalis posterior.

Faring (tekak)
adalah pipa berotot yang berjalan dari dasar tengkorak sampai persambungannya dengan
oesopagus pada ketinggian tulang rawan krikoid. Maka letaknya di belakang larinx (larinx-
faringeal). Orofaring adalah bagian dari faring merrupakan gabungan sistem respirasi dan
pencernaan.

Laring (tenggorok)

Terletak pada garis tengah bagian depan leher, sebelah dalam kulit, glandula tyroidea, dan
beberapa otot kecila, dan didepan laringofaring dan bagian atas esopagus.
Laring merupakan struktur yang lengkap terdiri atas:
1. cartilago yaitu cartilago thyroidea, epiglottis, cartilago cricoidea, dan 2 cartilago
arytenoidea
2. Membarana yaitu menghubungkan cartilago satu sama lain dan dengan os. Hyoideum,
membrana mukosa, plika vokalis, dan otot yang bekerja pada plica vokalis
Cartilago tyroidea berbentuk V, dengan V menonjol kedepan leher sebagai jakun. Ujung
batas posterior diatas adalah cornu superior, penonjolan tempat melekatnya ligamen
thyrohyoideum, dan dibawah adalah cornu yang lebih kecil tempat beratikulasi dengan
bagian luar cartilago cricoidea.
Membrana Tyroide mengubungkan batas atas dan cornu superior ke os hyoideum.
Membrana cricothyroideum menghubungkan batas bawah dengan cartilago cricoidea.

Epiglottis

Cartilago yang berbentuk daun dan menonjol keatas dibelakang dasar lidah. Epiglottis ini
melekat pada bagian belakang V cartilago thyroideum.
Plica aryepiglottica, berjalan kebelakang dari bagian samping epiglottis menuju cartilago
arytenoidea, membentuk batas jalan masuk laring

Cartilago cricoidea

Cartilago berbentuk cincin signet dengan bagian yang besar dibelakang. Terletak dibawah
cartilago tyroidea, dihubungkan dengan cartilago tersebut oleh membrane cricotyroidea.
Cornu inferior cartilago thyroidea berartikulasi dengan cartilago tyroidea pada setiap sisi.
Membrana cricottracheale menghubungkan batas bawahnya dengan cincin trachea I

Cartilago arytenoidea

Dua cartilago kecil berbentuk piramid yang terletak pada basis cartilago cricoidea. Plica
vokalis pada tiap sisi melekat dibagian posterio sudut piramid yang menonjol kedepan

Membrana mukosa

Laring sebagian besar dilapisi oleh epitel respiratorius, terdiri dari sel-sel silinder yang
bersilia. Plica vocalis dilapisi oleh epitel skuamosa.

Plica vokalis

Plica vocalis adalah dua lembar membrana mukosa tipis yang terletak di atas ligamenturn
vocale, dua pita fibrosa yang teregang di antara bagian dalam cartilago thyroidea di bagian
depan dan cartilago arytenoidea di bagian belakang.
Plica vocalis palsu adalah dua lipatan. membrana mukosa tepat di atas plica vocalis sejati.
Bagian ini tidak terlibat dalarn produksi suara.

Otot

Otot-otot kecil yang melekat pada cartilago arytenoidea, cricoidea, dan thyroidea, yang
dengan kontraksi dan relaksasi dapat mendekatkan dan memisahkan plica vocalis. Otot-otot
tersebut diinervasi oleh nervus cranialis X (vagus).

Respirasi

Selama respirasi tenang, plica vocalis ditahan agak berjauhan sehingga udara dapat keluar-
masuk. Selama respirasi kuat, plica vocalis terpisah lebar.

Fonasi

Suara dihasilkan olch vibrasi plica vocalis selama ekspirasi. Suara yang dihasilkan
dimodifikasi oleh gerakan palaturn molle, pipi, lidah, dan bibir, dan resonansi tertentu oleh
sinus udara cranialis.

Gambaran klinis

Laring dapat tersumbat oleh:


(a) benda asing, misalnya gumpalan makanan, mainan kecil
(b) pembengkakan membrana mukosa, misalnya setelah mengisap uap atau pada reaksi
alergi,
(c) infeksi, misalnya difteri,
(d) tumor, misalnya kanker pita suara.

Trachea atau batang tenggorok

Adalah tabung fleksibel dengan panjang kira-kira 10 cm dengan lebar 2,5 cm. trachea
berjalan dari cartilago cricoidea kebawah pada bagian depan leher dan dibelakang
manubrium sterni, berakhir setinggi angulus sternalis (taut manubrium dengan corpus sterni)
atau sampai kira-kira ketinggian vertebrata torakalis kelima dan di tempat ini bercabang
mcnjadi dua bronckus (bronchi). Trachea tersusun atas 16 20 lingkaran tak- lengkap yang
berupan cincin tulang rawan yang diikat bersama oleh jaringan fibrosa dan yang melengkapi
lingkaran disebelah belakang trachea, selain itu juga membuat beberapa jaringan otot.

Bronchus

Bronchus yang terbentuk dari belahan dua trachea pada ketinggian kira-kira vertebrata
torakalis kelima, mempunyai struktur serupa dengan trachea dan dilapisi oleh.jenis sel yang
sama. Bronkus-bronkus itu berjalan ke bawah dan kesamping ke arah tampuk paru. Bronckus
kanan lebih pendek dan lebih lebar, dan lebih vertikal daripada yang kiri, sedikit lebih tinggi
darl arteri pulmonalis dan mengeluarkan sebuah cabang utama lewat di bawah arteri, disebut
bronckus lobus bawah. Bronkus kiri lebih panjang dan lebih langsing dari yang kanan, dan
berjalan di bawah arteri pulmonalis sebelurn di belah menjadi beberapa cabang yang berjalan
kelobus atas dan bawah.
Cabang utama bronchus kanan dan kiri bercabang lagi menjadi bronchus lobaris dan
kernudian menjadi lobus segmentalis. Percabangan ini berjalan terus menjadi bronchus yang
ukurannya semakin kecil, sampai akhirnya menjadi bronkhiolus terminalis, yaitu saluran
udara terkecil yang tidak mengandung alveoli (kantong udara). Bronkhiolus terminalis
memiliki garis tengah kurang lebih I mm. Bronkhiolus tidak diperkuat oleh cincin tulang
rawan. Tetapi dikelilingi oleh otot polos sehingga ukurannya dapat berubah. Seluruh saluran
udara ke bawah sampai tingkat bronkbiolus terminalis disebut saluran penghantar udara
karena fungsi utamanya adalah sebagai penghantar udara ke tempat pertukaran gas paru-paru.
Alveolus yaitu tempat pertukaran gas assinus terdiri dari bronkhiolus dan respiratorius yang
terkadang memiliki kantong udara kecil atau alveoli pada dindingnya. Ductus alveolaris
seluruhnya dibatasi oleh alveoilis dan sakus alveolaris terminalis merupakan akhir paru-paru,
asinus atau.kadang disebut lobolus primer memiliki tangan kira-kira 0,5 s/d 1,0 cm. Terdapat
sekitar 20 kali percabangan mulai dari trachea sampai Sakus Alveolaris. Alveolus dipisahkan
oleh dinding yang dinamakan pori-pori kohn.

Paru-Paru

Paru-paru terdapat dalam rongga thoraks pada bagian kiri dan kanan. Paru-paru memilki :
1. Apeks, Apeks paru meluas kedalam leher sekitar 2,5 cm diatas calvicula
2. permukaan costo vertebra, menempel pada bagian dalam dinding dada
3. permukaan mediastinal, menempel pada perikardium dan jantung.
4. dan basis. Terletak pada diafragma
paru-paru juga Dilapisi oleh pleura yaitu parietal pleura dan visceral pleura. Di dalam rongga
pleura terdapat cairan surfaktan yang berfungsi untuk lubrikasi. Paru kanan dibagi atas tiga
lobus yaitu lobus superior, medius dan inferior sedangkan paru kiri dibagi dua lobus yaitu
lobus superior dan inferior. Tiap lobus dibungkus oleh jaringan elastik yang mengandung
pembuluh limfe, arteriola, venula, bronchial venula, ductus alveolar, sakkus alveolar dan
alveoli. Diperkirakan bahwa stiap paru-paru mengandung 150 juta alveoli, sehingga
mempunyai permukaan yang cukup luas untuk tempat permukaan/pertukaran gas.

Suplai Darah

1. arteri pulmonalis
2. arteri bronkialis
Innervasi

1. Parasimpatis melalui nervus vagus


2. Simpatis mellaui truncus simpaticus

Sirkulasi Pulmonal

Paru-paru mempunyai 2 sumber suplai darah, dari arteri bronkialis dan arteri pulmonalis.
Darah di atrium kanan mengair keventrikel kanan melalui katup AV lainnya, yang disebut
katup semilunaris (trikuspidalis). Darah keluar dari ventrikel kanan dan mengalir melewati
katup keempat, katup pulmonalis, kedalam arteri pulmonais. Arteri pulmonais bercabang-
cabang menjadi arteri pulmonalis kanan dan kiri yang masing-masing mengalir keparu kanan
dan kiri. Di paru arteri pulmonalis bercabang-cabang berkali-kali menjadi erteriol dan
kemudian kapiler. Setiap kapiler memberi perfusi kepada saluan pernapasan, melalui sebuah
alveolus, semua kapiler menyatu kembali untuk menjadi venula, dan venula menjadi vena.
Vena-vena menyatu untuk membentuk vena pulmonalis yang besar.
Darah mengalir di dalam vena pulmonalis kembali keatrium kiri untuk menyelesaikan siklus
aliran darah. Jantung, sirkulasi sistemik, dan sirkulasi paru. Tekanan darah pulmoner sekitar
15 mmHg. Fungsi sirkulasi paru adalah karbondioksida dikeluarkan dari darah dan oksigen
diserap, melalui siklus darah yang kontinyu mengelilingi sirkulasi sistemik dan par, maka
suplai oksigen dan pengeluaran zat-zat sisa dapat berlangsung bagi semua sel.
Proses Oksigenasi
Diposkan oleh Bascom Label: Teori Kesehatan
Proses pemenuhan kebutuhan oksigenasi di dalam tubuh terdiri at as tiga tahapan, yaitu
ventilasi, difusi, dan transportasi.
1. Ventilasi
Proses ini merupakan proses keluar dan masuknya oksigen dan atmosfer ke dalem alveoli
atau dari alveoli ke atmosfer. Proses ventilasi ini dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara
lain:
a. Adanya perbedaan tekanan antara atmosfer dengan paru, semakin tinggi tempat, maka
twkanan udara semakin rendah. Demikian pula sebaliknya, semakin rendah, maka tempat
tekanan udara semakin tinggi.
b. Adanya kemampuan toraks dan paru pada alveoli dalam melaksanakan ekspansi atau
kembang kempis.
c. Adanya jalan napas yang dimulai dari hidung hingga alveoli yang terdiri atas berbagai otot
polos yang kcrjanya sangat dipengaruhi oleh sistem saraf otonom. Terjadinya rangsangan
simpatis dapat mc:nycbabkan relaksasi schingga dapat terjadi vasodilatasi, kcmudian kerja
saraf parasimpatis dapat mcnycbabkan kontriksi schingga dapat mcnvebabkan vasokontriksi
atau proses penyempitan.
d. Adanya refleks batuk dan muntah.
e. Adanva peran mukus siliaris scbagai pcnangkal benda asing yang mengandung interveron
dan dapat rnengikat virus. Pengaruh proses ventilasi selanjutnya adalah contpliemce recoil.
Complience yaitu kemampuan paru untuk mengembang yang dipengaruhi oleh berbagai
faktor, yaitu adanya surfaktan pada lapisan alveoli vang berfungsi untuk menurunkan
tegangan permukaan dan adanva sisa udara yang menyebabkan tidak terjadinya kolaps dan
gangguan toraks. Surfaktan diproduksi saat terjadi peregangan sel alveoli, dan disekresi saat
pasien menarik napas, sedangkan recoil adalah kemampuan untuk mengeluarkan CO2 atau
kontraksi menyempitnya paru. Apabila contplience baik akan tetapi recoil terganggu maka
CO2 tidak dapat di keluar secara maksimal.

Pusat pernapasan yaitu medulla oblongata dan pons dapat memengaruhi proses ventilasi,
karena CO2 memiliki kemampuan merangsang pusat pernapasan. Peningkatan CO, dalam
batas 60 mmHg dapat dengan baik merangsang pusat pernapasan dan bila paCO, kurang dari
sama dengan 80 mmHg maka dapat menyebabkan depresi pusat pernapasan.
2. Difusi Gas
Difusi gas merupakan pertukaran antara oksigen di alveoli dengan kapiler paru dan CO, di
kapiler dengan alveoli. Proses pertukaran ini dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu:
a. Luasnya permukaan paru.
b. Tebal membran respirasi/permeabilitas yang terdiri atas epitel alveoli dan interstisial
keduanya ini dapat memengaruhi proses difusi apabila terjadi proses penebalan.
c. Perbedaan tekanan dan konsentrasi O hal ini dapat terjadi sebagaimana O, dari alveoli
masuk ke dalam darah oleh karena tekanan O, dalam rongga alveoli lebih tinggi dari tekanan
O, da1am darah vena pulmonalis, (masuk dalam darah secara berdifusi) dan paCOJ dalam
arteri pulmonalis juga akan berdifusi ke dalam alveoli.
d. Afinitas gas yaitu kemampuan untuk menembus dan saling mengikat Hb.

3. Transportasi Gas
Transportasi gas merupakan proses pendistribusian antara O2 kapile;r ke jaringan tubuh dan
CO2 jaringan tubuh ke kapiler. Pada proses transportasi, akan berikatan dengan Hb
membentuk Oksihemoglobin (97%) dan larut dalam plasma (3%), sedangkan C02 akan
berikatan dengan Hb membentuk karbominohemoglobin (30%), dan larut dalam plasma
(50%), dan sebagian menjadi HC03 berada pada darah (65%).
Transportasi gas dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor di antaranva:
a. Kardiak output yang dapat dinilai melalui isi sekuncup dan frekuensi denyut jantung.
b. Kondisi pembuluh darah, latihan, dan lain-lain.

Faktor-faktor yang Memengaruhi Kebutuhan Oksigenasi


1. Saraf Otonomik
Pada rangsangan simpatis dan parasimpatis dari saraf otonom dapat memengaruhi
kemampuan untuk dilatasi dan konstriksi. Hal ini dapat terlihat baik oleh simpatis maupun
parasimpatis ketika terjadi rangsangan, ujung saraf dapat mengeluarkan neurotransmiter
(untuk simpatis dapat mengeluarkan noradrenalin yang berpengaruh pada bronkodilatasi dan
untuk parasimpatis mengeluarkan asetilkolin yang berpengaruh pada bronkokonstriksi)
karena pada saluran pernapasan terdapat resoptor adrenergik dan reseptor kolinergik.

2. Hormonal dan Obat


Semua hormon termasuk derivat katekolamin dapat, melebarkan saluran pernapasan. Obat
yang tergolong parasimpatis dapat melebarkan saluran napas, seperti sulfas atropin, ekstrak
Belladona dan obat yang menghambat adrenergik tipe beta (khususnya beta-2) dapat
mempersempit saluran napas (bronkokontriksi), seperti obat yang tergolong beta bloker
nonselektif.

3. Alergi pada Saluran Napas


Baktor yang menimbulkan keadaan alergi, antara lain debu yang terdapat di dalam hawa
pernapasan, bulu binatang, serbuk benangsari bunga, kapuk, makanan, dan lain-lain. lni
menyebabkan bersin. Apahila ada rangsangan di daerah nasal, batuk apabila di saluran napas
bagian atas, dan bronkokontriksi terjadi pada asma bronkial, dan jika terletak saluran napes
bagian bawah menyebabkan rhinitis.

4. Faktor Perkembangan
Tahap perkembangan anak dapat memengaruhi jumlah kebutuhan oksigenasi, mengingat usia
organ dalam tubuh seiring dengan usia perkembangan anak. Hal ini dapat terlihat pada bayi
usia prematur, yaitu adanya kecenderungannya kurang pembentukan surfaktan. Demikian
juga setelah anak tumbuh menjadi dewasa kemampuan kematangan organ seiring dengan
bertambahnva usia.

5. Faktor Lingkungan
Kondisi lingkungan dapat memengaruhi kebutuhan oksigen seperti faktor alergi, ketinggian,
maupun suhu. Kondisi tersebut memengaruhi kemampuan adaptasi.

6. Faktor Perilaku
Perilaku yang dimaksud adalah perilaku dalam mengkonsumsi makanan (status nutrisi),
seperti orang obesitas dapat memengaruhi dalam proses pengembangan paru, kemudian
perilaku aktivitas yang dapat mempengaruhi proses peningkatan kebutuhan oksigenasi,
perilaku merokok dapat menyebabkan proses penyempitan pada pembuluh darah, dan lain-
lain.

Gangguan/Masalah Kebutuhan Oksigenasi


1. Hipoksia
Hipoksia merupakan kondisi tidak tercukupinya pemenuhan kebutuhan oksigen dalam tubuh
akibat defisiensi oksigen atau peningkatan penggunaan oksigen di tingkat sel, tanda yang
muncul seperti kulit kebiruan (sianosis). Secara umum, terjadinya hipoksia ini disebabkan
karena menurunnya kadar Hb menurunnya difusi O, dari alveoli ke dalam darah, menurunnya
perfusi jaringan, atau gangguan ventilasi yang dapat menurunkan konsentrasi oksigen.

2. Perubahan Pola Pernapasan


a. Tachypnea merupakan pernapasan yang memiliki frekuensi melebihi 24 kali per menit.
Proses ini terjadi karena paru dalam keadaan atelektaksis atau terjadi emboli.
b. Bradypnea merupakan pola pernapasan yang ditandai dengan pola lambat, kurang lebih 10
kali permenit. Pola ini dapat ditemukan dalam keadaan peningkatan tekanan intrakranial yang
disertai dengan konsumsi obat-obatan narkotika atau sedatif.
c. Hiperventilasi merupakan cara tubuh dalam mengompensasi peningkatan jumlah oksigen
dalam paru agar pernapasan lebih cepat dan dalam. Proses ini ditandai dengan adanya
peningkatan denyut nadi, napas pendek, adanya nyeri dada, menurunnya konsentrasi CO2
dan lain-lain. Keadaan demikian dapat disebabkan karena adanya infeksi, ketidakseimbangan
asam-basa atau gangguan psikologis. Apabila pasien mengalami hiperventilasi dapat
menyebabkan hipokapnea, yaitu berkurangnya CO, tubuh di bawah batas normal, sehingga
rangsangan terhadap pusat pernapasan menurun.
d. Kusmaul merupakan pola pernapasan cepat dan dangkal yang dapat ditemukan pada orang
dalam keadaan asidosis metaholik.
e. Hipoventilasi merupakan upaya tubuh untuk mengeluarkan karbondioksida dengan cukup
yang dilakukan pada saat ventilasi alveolar, serta tidak cukupnya dalam penggunaan oksigen
dengan ditandai adanya nyeri kepala, penurunan kesadaran, disorientasi atau
ketidakseimbangan eletktrolit yang dapat terjadi akibat atelektasis, otot-otot pernapasan
lumpuh, depresi pusat pernapasan, tahanan jalan udara pernapasan meningkat, tahanan
jaringan paru dan toraks menurun, compliance paru, dan toraks menurun. Keadaan demikian
dapat menyebabkan hiperkapnea yaitu retensi CO2 dalam tubuh sehingga paCO2 meningkat
(akibat hipoventilasi) akhirnya menyebabkan depresi susunan saraf pusat.
f. Dispnea merupakan perasaan sesak dan berat: saat pernapasan. lial ini dapat disebabkan
oleh perubahan kadar gas dalam darah/jaringan, kerja berat/berlebihan, dan pengaruh psikis.
g. Orthopnea merupakan keesulitan bernapas kecuali dalam posisi duduk atau berdiri dan
pola ini sering, ditemukan pada seseorang yang mengalami kongestif paru.
h. Cheyne stokes merupakan siklus pernapasan yang amplitudonya mulamula naik kemudian
menurun dan berhenti dan kemudian mulai dari siklus baru.
i. Pernapasan paradoksial merupakan pernapasan di mana dinding paru bergerak berlawanan
arah dari keadaan normal. Sering ditemukan pada keadaan atelektaksis.
j. Biot merupakan pernapasan dengan irama yang mirip dengan cheyne stokes akan tetapi
amplitudonya tidak teratur. Pola ini sering dijumpai pada rangsangan selaput otak, tekanan
intrakranial yang meningkat, trauma kepala, dan lain-lain.
k. Stridor merupakan pernapasan bising yang terjadi karena pe;nyempitan pada saluran
pernapasan. Pada umumnya ditemukan pada kasus spasme trakea, atau obstruksi laring.

3. Obstruksi Jalan Napas


Obstruksi jalan napas merupakan suatu kondisi individu mengalami ancaman pada kondisi
pernapasannya terkait dengan ketidakmampuan batuk secara efektif, yang dapat disebabkan
oleh sekresi yang kental atau berlebihan akibat penyakit infeksi, imobilisasi, stasis sekresi
dan batuk tidak efektif karena penyakit persarafan seperti CV/1 (cerebro vaskular accident),
akibat. efek pengobatan sedatif, dan lain-lain.
Tanda Klinis:
a. Batuk tidak efektif atau tidak ada.
b. Tidak mampu mengeluarkan sekresi di jalan napas.
c. Suara napas menunjukkan adanya sumbatan.
d. Jumlah, irama, dan kedalaman pernapasan tidak normal.

4. Pertukaran Gas
Pertukaran gas merupakan suatu kondisiindividu mengalami penurunan gas baik oksigen
maupun karbon dioksida antara alveoli paru dan sistem vaskular, dapat disebabkan oleh
sekresi yang kental atau imobilisasi akibat penyakit sistem saraf, depresi susunan saraf pusat,
atau penyakit radang pada paru. '1`erjadinya gangguan pertukaran gas ini menunjukkan
penurunan kapasitas difusi Yang antara lain disebabkan oleh menurunnYa luas pcrmukaan
difusi, menebalnya membran alveolar kapiler, rasio ventilasi perfusi tidak baik dan dapat
menyebabkan pengangkutan Cy, dari paru ke jaringan terganggu, anemia dengan segala
macam bentuknya, keracunan CO2 dan terganggunya aliran darah.

Tanda Klinis:
a. Dispnea pada usaha napas.
b. Napas dengan bibir pada fase ekspirasi yang panjang.
c. Agitasi.
d. Lelah, letargi.
e. Meningkatnya tahanan vaskular paru.
f. Menurunnya saturasi oksigen, meningkatnya paCO2
g. Sianosis.
sistem pernapasan

SISTEM PERNAPASAN
Sel-sel tbh butuh oxygen dan membuang carbon dioxide.

Pertukaran gas ini terjadi pd alveoli paru.

Fungsi adalah :

pertukaran O2 dan CO2 pd kapiler paru

Pengaturan suhu tubuh

Phonation (suara)

Membantu pengaturan pH

Pembuangan air (uap air)

Organisasi

Sistem pernapasan : hidung, rongga hidung, sinus paranasal, pharynx, larynx, trachea,
bronchi, bronchioles dan alveoli paru.

Saluran napas : saluran penghantar yg membawa udara ke dan dari alveoli.

Sistem Pernapasan Atas (Upper respiratory system) : Menyaring dan melembabkan


udara.

Sistem Pernapasan Bawah (Lower respiratory system) : termasuk saluran penghantar


lembut dan permukaan pertukaran alveolar.

Saluran Pernapasan Atas


(The upper respiratory tract)

Komponen : hidung, rongga hidung, sinus-sinus paranasal dan pharynx.

Mukosa hidung menangkap partikel, udara masuk dihangatkan dan mendinginkan


udara yg keluar.

Udara masuk ke hidung melewati rongga hidung.

Vestibule (lubang hidung) dilindungi oleh bulu yg menyaring partikel besar.

Aliran udara masuk mel. meatuses superior, inferior and middle dan menyentuh
permukaan conchal.

Palate (langit-;angit) keras memisahkan rongga oral dan hidung rongga nasal.

Pharynx
Pharynx : ruang yang membagi saluran pencernaan dan saluran pernapasan.

Nasopharynx : Bagian atas pharynx (bag. hidung).

Oropharynx : lanjutan rongga mulut.

Laryngopharynx : meliputi zona sempit antara Hyoid dan jalan masuk ke esophagus.

Larynx mengitari dan melindungi glottis.

Udara yg masuk (inspirasi) melalui glottis ke paru.

Larynx : cartilages besar (thyroid), cricoid dan epiglottis serta arytenoid kecil,
corniculate dan cuneiform

Otot-otot luar laryngeal menjaga posisi dan stabilitas the larynx.

Otot-otot dalam laryngeal mengatur tegangan pita suara dan membuka-menutup


glottis.

Selama menelan, kedua otot membantu mencegah particles masuk ke glottis.

Trachea

Trachea setinggi : cervical enam (C-6) thoracic lima (Th-5).

Bagian belakang dinding tracheal dapat berubah (fleksibel) agar mudah dilalui
makanan (besar) yg masuk melalui esophagus.

Cabang trachea setinggi mediastanium menjadi bronchi primer kiri dan kanan.

Tiap bronchus yg masuk ke paru melalui hilus.

Paru (The Lungs)

Tiap rongga paru dibatasi oleh suatu pleura (serous memebrnae).

Ada 2 pleurae : pleura parietal menutup permukaan dalam dinding thorak dan pleura
visceral yg menutup paru.

Tiap paru punya lobus yg dibagi oleh fissures. Paru kanan : 3 lobus dan kiri : 2 lobus.

Bronchi primer dan cabang-cabangnya : Braonchila tree.

Cabang kedua dan ketiga adalah cabang ke paru. Cab. Ke tiga. Selanjutnya menjadi
suatu segment bronchopulmonary.

Bronchioles selanjutnya ke terminale bronchioles

Paru (The Lungs)


Udara pd tiap terminal bronchiole menuju ke satu pulmonary lobule.

Cabang lobule menuju respiratory bronchioles yg terbuka menuju ke alveolar ducts


(saluran alveoli).

Beberapa alveoli dihubungkan pd setiap saluran.

Membrane respiratory terbuat dari simple squamous epithelium. Sel-sel Surfactant yg


memproduksi sekresi oily yg menjaga alveoli tidak collaps (kempes).

Macrophages alveolar menjaga epithelium dan menghancurkan benda asing.

Aliran darah : arteries ext.carotid, thyrocervical trunks dan arteries bronchial.

Fisiologi Pernapasan

Pernapasan Luar (External Respiration) : petukaran oxygen dan carbon dioxide


antara cairan interstitial dan lingkungan external.

Ventilasi paru (Pulmonary ventilation) : -bernapas

Pernapasan Luar (internal respiration) : pertukaran oxygen dan carbon dioxide


antara cairan interstitial dan sel-sel.

Jika jumlah (tekanan) oxygen menurun/kecil : -hypoxia

Jika jumlah (tekanan) oxygen tak ada : -anoxia

Ventilasi paru (Pulmonary Ventilation)

Boyles Law : Vol. (V)gas meningkat ; tek. (p)gas menurun, sebaliknya, (V)gas
menurun ; (p)gas meningkat.

Perobahan antara (p)intrapulmonary dan (p)atmospheric menentukan aliran udara.

Vol. intrapulmonary meningkat; (p)intrapulmonary menurun, < (p)atmospheric


akibatnya udara masuk ke intrapulmonary (INSPIRASI/INHALASI).

Vol. intrapulmonary menurun; (p)intrapulmonary meningkat, > (p)atmospheric


akibatnya udara keluar ke intrapulmonary (EKSPIRASI/EKSHALASI).

(p)Intrapleural adalah tekanan pd ruang antara pleurae parietal dan visceral.

Eupnea : bernapas tenang yg melibatkan diaphragm dan otot-otot intercostals.

Hyperpnea : bernapas kuat. Di sini otot-otot asesoris (tambahan) menjadi aktif selama
gerakan inspirasi dan expirasi.

Ventilasi alveolar (Alveolar ventilation) : jumlah udara mencapai alveoli perminute.


Kapasitas vital (vital capacity/VC) =

tidal volume (TV) + expiratory reserve volume (ERV) + inspiratory reserve volume
(IRV)

Volume udara yg tiggal di paru pada akhir maximum expiration adalah residual
volume.

Vol. Pernapasan dan Uji Fungsi Pernapasan

4 Vol. pernapasan : tidal (TV), inspiratory reserve (IRV), expiratory reserve (ERV)
dan residual (RV).

4 Kapasitas pernapasan : vital (VC), functional residual (FRC), inspiratory (IC) dan
total lung (TLC).

Volume dan Kapasitas pernapasan dpt diukur dgn spirometry.

Anatomical dan alveolar dead space (ruang rugi) : sejumlah udara inspirasi yg mengisi
saluran penghantar pernapasan dan tidak berperan pd pertukaran gas ; anatomical
dead space = 150 mL.

Pertukaran dan Transport Gas

Darah pd kapiler perifer membawa oxygen dan carbon dioxide.

Transport kedua gas oleh darah melibatkan reaksi completely reversible.

Di luar batas normal tekanan oxygen pd tubuh, perobahan kecil tekanan O2 akan
menimbulkan perogahan besar pd jumlah oxygen yg terikat atau dilepas.

Pd tekanan O2 alveolar, saturasi hemoglobin hampir penuh (98%).

Pertukaran dan Transport Gas

O2

98% berikatan dgn Hb

2) 1-2% larut pd plasma

CO2

70% as bicarbonate (HCO3-)

23% on Hb

7% larut pd plasma

Pengaturan Pernapasan
Faktor lokal mengatur aliran darah (perfusion) dan aliran udara (ventilation).

Pd keadaan oxygen rendah : Kapiler alveolar konstriksi (perfusi menurun), dan pd


keadaan carbon dioxide tinggi : bronchioles dilatasi (ventilasi meningkat).

Pusat pernapasan meliputi : 3 pasang nuclei pd reticular formation dari pons dan
medulla oblongata.

Pengaturan Pernapasan

Ventilation (udara ke alveoli) pergerakan udara masuk dan keluar paru

minute volume

Perfusion (pertukaran gas paru - darah)

Tergantung pd perbedaan tekanan antara arteri pulmonary, vena pulmonary, tahanan


vaskular
Sistem Pernapasan
Posted on Januari 12, 2009 by nursecerdas

2 Votes

TINJAUAN SISTEM PERNAPASAN

Fungsi Sistem Pernapasan


Sistem pernapasan berfungsi sebagai pendistribusi udara dan penukar gas sehingga oksigen
dapat disuplai ke dan karbon dioksida dikeluarkan dari sel-sel tubuh. Karena sebagian besar
dari jutaan sel tubuh kita letaknya terlalu jauh dari tempat terjadinya pertukaran gas, maka
udara pertama-tama harus bertukaran dengan darah, darah harus bersirkulasi, dan akhirnya
darah dan sel-sel harus melakukan pertukaran gas. Peristiwa ini membutuhkan fungsi dari
dua sistem, yaitu sistem pernapasan dan sistem sirkulasi. Semua bagian dari sistem
pernapasan (kecuali sakus mikroskopis yang disebut alveoli) berfungsi sebagai pendistribusi
udara. Hanya alveoli dan saluran kecil yang terbuka ke dalam alveoli berfungsi sebagai
penukar gas.
Selain sebagai pendistribusi dan pertukaran gas, sistem pernapasan secara efektif menyaring,
menghangatkan, dan melembabkan udara yang kita hirup selama bernapas. Organ pernapasan
juga mempengaruhi pembentukan suara, termasuk berbicara yang kita gunakan dalam
komunikasi verbal. Jaringan epitel khusus dalam saluran pernapasan memungkinkan
berfungsinya indera penghidu (olfaktori). Sistem pernapasan juga membantu dalam
pengaturan, atau homeostasis pH dalam tubuh.

Sketsa Struktur Sistem Pernapasan


Secara sistematis sistem pernapasan dibagi menjadi saluran pernapasan atas dan saluran
pernapasan bawah. Organ saluran pernapasan atas terletak di luar toraks, atau rongga dada,
sementara saluran pernapasan bawah terletak hampir seluruhnya di dalam toraks (Gbr. 1-1).

Saluran pernapasan atas terdiri atas hidung, nasofaring, orofaring, laringofaring, dan laring
(Gbr. 1-2). Saluran pernapasan bawah, atau biasa disebut divisi, terdiri atas trakhea, semua
segmen dari percabanganbronkus, danparu-paru. Berdasarkan fungsi, sistem pernapasan juga
mencakup beberapa struktur aksesori, termasuk rongga mulut, sangkar iga, dan diafragma.

Anatomi Sistem Pernapasan


Anatomi komponen sistem pernapasan memungkinkan terjadinya pendistribusian udara dan
pertukaran gas pernapasan. Fungsi ganda ini pada akhirnya memungkinkan terjadinya
pertukaran gas antara udara di lingkungan dan darah dalam paru-paru, dan pertukaran gas
antara darah dan sel-sel tubuh. Untuk memahami homeostasis dalam semua sistem organ
tubuh diperlukan pemahaman tentang hubungan antara struktur sistem pernapasan dan
fungsinya.
Fungsi pernapasan tidak hanya bergantung pada organisasi struktural dari bagian-bagian
sistem tetapi juga pada inter-relasi dari komponennya dengan sistem tubuh yang lain,
termasuk sistem persarafan, sirkulasi, muskular, dan imun.

Saluran Pernapasan Atas


HIDUNG
Hidung merupakan pintu masuk pertama udara yang kita hirup. Udara masuk dan keluar
sistem pernapasan melalui hidung, yang terbentuk dari dua tulang hidung dan beberapa
kartilago. Terdapat dua pintu pada dasar hidung-nostril (lubang hidung), atau nares eksternal
yang dipisahkan oleh septum nasal di bagian tengahnya.
Lapisan mukosa hidung adalah sel epitel bersilia, dengan sel goblet yang menghasilkan
lendir. Udara yang melewati rongga hidung dihangatkan dandilembabkan. Bakteri dan
partikel polusi udara akan terjebak dalam lendir; silia pada lapisan mukosa secara kontinu
menyapu lendir ke arah faring. Sebagian besar lendir ini pada akhirnya akan tertelan, dan
setiap bakteri yang ada akan dihancurkan oleh asam hidroklorida dalam getah lambung.
Rongga nasal berhubungan dengan beberapa rongga lain yang terdapat dalam tulang
tengorak, yaitu sinus paranasal yang fungsinya adalah untuk meringankan tulang tengkorak
dan memberikan resonansi suara. Rongga ini berhubungan dengan rongga nasal melalui
saluran kecil yang juga dilapisi oleh membran mukosa. Karena saluran ini sempit, maka ia
mudah tersumbat selama proses inflamasi dan infeksi. Lendir dan cairan lainnya menjadi
terperangkap dan menumpuk di dalam sinus yang tersumbat, menimbulkan tekanan yang
terasa sangat nyeri. Kondisi ini disebut sinusitis.
FARING
Faring atau tenggorok adalah tuba muskular yang terletak di posterior rongga nasal dan oral
dan di anterior vertebra servikalis. Secara deskriptif, faring dapat dibagi menjadi tiga segmen,
setiap segmen dilanjutkan oleh segmen lainnya; nasofaring, orofaring, dan laringofaring.
Bagian paling atas (superior) adalah nasofaring, yang terletak di belakang rongga nasal.
Nasofaring berhubungan dengan nares internal dan ostium ke kedua tuba auditorius, yang
memanjang ke telinga tengah. Adenoid atau tonsil faringeal terletak pada dinding posterior
nasofaring, yaitu nodulus limfe yang mengandung makrofag. Nasofaring adalah saluran yang
hanya dilalui oleh udara, tetapi bagian faring lainnya dapat dilalui baik oleh udara maupun
makanan, namun tidak untuk keduanya pada saat yang bersamaan.
Bagian faring yang dapat anda lihat ketika anda bercermin dengan mulut terbuka lebar adalah
orofaring, terletak di belakang mulut; mukosa orofaring adalah epitel skuamosa bertingkat,
dilanjutkan dengan epitel yang terdapat pada rongga mulut. Pada
dinding lateralnya terdapat tonsil palatin yang juga nodulus limfe. Tonsil adenoid dan lingual
pada dasar lidah, membentuk cincin jaringan limfatik mengelilingi faring untuk
menghancurkan patogen yang masuk ke dalam mukosa.
Laringofaring merupakan bagian paling inferior dari faring. Laringofaring membuka ke arah
anterior ke dalam laring dan ke arah posterior ke dalam esofagus. Kontraksi dinding muskular
orofaring dan laringofaring merupakan bagian dari refleks menelan.
LARING
Laring sering disebut kotak suara, nama yang menunjukkan salah satu fungsinya, yaitu
berbicara adalah saluran pendek yang menghubungkan faring dengan trakhea. Laring
memungkinkan udara mengalir di dalam struktur ini, dan mencegah benda padat agar tidak
masuk ke dalam trakhea. Laring menjadi tempat pita suara, dengan demikian laring menjadi
sarana pembentukan suara. Dinding laring terutama dibentuk oleh tulang rawan (kartilago)
dan bagian dalamnya dilapisi oleh membran mukosa bersilia. Kartilago laring terdiri atas
sembilan buah yang tersusun sedemikian rupa sehingga membentuk struktur seperti kotak
(Gbr. 1-3) dan satu sama lainnya dihubungkan oleh ligamen. Kartilago laring yang terbesar
adalah kartilago tiroid, yang teraba pada permukaan anterior leher. (Pada pria kartilago ini
membesar yang disebut Adams apple atau buah jakun).

Epiglotis atau kartilago epiglotik adalah kartilago yang paling atas, bentuknya seperti lidah
dan keseluruhannya dilapisi oleh membran mukosa. Selama menelan, laring bergerak ke atas
dan epiglotig tertekan ke bawah menutup glotis. Gerakan ini mencegah masuknya makan
atau cairan ke dalam laring.
Pita suara terletak di kedua sisi glotis. Selama bernapas, pita suara tertahan di kedua sisi
glotis sehingga udara dapat masuk dan keluar dengan bebas dari trakhea. Selama berbicara
otot-otot instrinsik laring menarik pita suara menutupi glotis, dan udara yang dihembuskan
akan menggetarkan pita suara untuk menghasilkan bunyi yang selanjutnya diubah menjadi
kata-kata (Gbr. 1-4). Saraf kranial motorikyangmempersarafi faring untuk berbicara adalah
nervus vagus dan nervus aksesorius.

Saluran Pernapasan Bawah

TRAKHEA
Pipa udara atau trakhea adalah saluran udara tubular yang mempunyai panjang sekitar 10
sampai 13 cm dengan lebar sekitar 2,5 cm. Trakhea terletak di depan esofagus dan saat
palpasi teraba sebagai struktur yang keras, kaku tepat di permukaan anterior leher. Trakhea
memanjang dari laring ke arah bawah ke dalam rongga toraks tempatnya terbagi menjadi
bronkhi kanan dan kiri.
Dinding trakhea disangga oleh cincin-cincin kartilago, otot polos, dan serat elastik. Cincin
kartilago ini berujung terbuka yang menghadap belakang seperti huruf C yang banyaknya
sekitar 16 sampai 20 buah. Ujung terbuka dari cincin ini dihubungkan oleh otot polos dan
jaringan ikat, memungkinkan pelebaran esofagus ketika makanan ditelan. Cincin kartilago
memberikan bentuk kaku pada trakhea, mencegahnya agar tidak kolaps dan menutup jalan
udara.
Bagian dalam trakhea dilapisi oleh membran mukosa bersilia. Lapisan mukosa ini banyak
mengandung sel yang menyekresi lendir disebut PSCC, pseudostratified ciliated columnar.
Seperti halnya pada laring, silia pada trakhea juga menyapu ke arah atas raengarah ke faring.
Ketika mencapai faring, mukus biasanya tertelan atau dikeluarkan sebagai sputum.
BRONKHIAL DAN ALVEOLI
Ujung distal trakhea membagi menjadi bronkhi primer kanan dan kiri yang terletak di dalam
rongga dada. Di dalam paru-paru, masing-masing bronkhus primer sedikit memanjang dari
trakhea ke arah paru-paru membentuk cabang menjadi bronkhus sekunder, meski
perpanjangan ini tidak simetris: cabang bronkhus kiri mempunyai sudut yang lebih tajam
dibanding dengan cabang bronkhus kanan (Gbr. 1-5).
Sebagai akibat dari perbedaan anatomi ini adalah bila benda asing secara tidak sengaja
terhirup biasanya akan tersangkut pada bronkhus kanan. (Bayangkan trakhea sebagai
sebatang pohon yang terbalik dengan cabang-cabangnya yang menjalar yang makin lama
makin kecil; percabangan yang paling kecil ini disebut bronkhiolus.) Pada dinding
bronkhiolus tidak terdapat kartilago; keadaan ini menjadi penting secara klinis dalam asma.
Brokhiolus yang paling kecil berakhir dalam kumpulan alveoli-kantung udara di dalam paru-
paru. Fungsi percabangan bronkhial untuk memberikan saluran bagi udara antara trakhea dan
alveoli. Sangat penting artinya untuk menjaga agar jalan udara ini tetap terbuka dan bersih.
Unit fungsi paru atau alveoli berjumlah sekitar 300 sampai 500 juta di dalam paru-paru pada
rata-rata orang dewasa. Fungsinya adalah sebagai satu-satunya tempat pertukaran gas antara
lingkungan eksternal dan aliran darah. Jumlah alveoli yang sangat banyak memberikan area
permukaan yang sangat luas sehingga memungkinkan terjadinya pertukaran gas ini; setiap
paru mempunyai area permukaan internal sekitar 80 kali lebih besar dari luas permukaan
tubuh eksternal atau sekitar 70 m2 (Thibodeau & Patton, 1996).
Struktur alveoli sangat efisien untuk mendukung terjadinya difusi gas. Setiap alveolus terdiri
atas ruang udara mikroskopik yang dikelilingi oleh dinding yang tipis, yang memisahkan satu
alveolus dengan alveolus lainnya, dan dari kapiler didekatnya. Dinding ini terdiri atas satu
lapis epitel skuamosa. Di antara sel epitel terdapat sel-sel khusus yang menyekresi lapisan
molekul lipid seperti deterjen yang disebut surfaktan. Surfaktan normalnya melapisi
permukaan dalam dinding alveolar, bersamaan dengan selapis tipis cairan encer. Cairan ini
dibutuhkan untuk menjaga agar permukaan alveolar tetap lembab, yang penting untuk
terjadinya difusi gas melalui dinding alveolar. Air dalam cairan ini mengeluarkan tenaga
atraktif yang kuat disebut tekanan permukaan, yang menyebabkan dinding alveolar tertarik
dan kolaps ketika udara meninggalkan bilik alveolar selama ekspirasi. Surfaktan melawan
tekanan ini, dengan memungkinkan alveoli mengembang kembali dengan cepat setelah
ekspirasi.
Tanpa surfaktan, tekanan permukaan akan menjadi demikian besar sehingga membutuhkan
upaya muskular yang sangat besar untuk mengembangkan kembali alveoli. Contoh dalam
kasus ini adalah bayi prematur yang lahir sebelum mencapai kehamilan bulan ketujuh dimana
paru-paru bayi tersebut belum cukup matur sehingga bayi yang dilahirkan ini mengalami
kesulitan bernapas (tidak dapat bernapas spontan).
PARU-PARU
Paru-paru terletak di kedua sisi jantung di dalam rongga dada dan dikelilingi serta dilindungi
oleh sangkar iga. Bagian dasar setiap paru terletak di atas diafragma; bagian apeks paru
(ujung superior) terletak setinggi klavikula. Pada permukaan tengah dari setiap paru terdapat
identasi yang disebut hilus, tempat bronkhus primer dan masuknya arteri serta vena
pulmonari ke dalam paru. Bagian kanan dan kiri paru terdiri atas percabangan saluran yang
membentuk pohon bronkhial, jutaan alveoli dan jaring-jaring kapilernya, dan jaringan ikat.
Sebagai organ, fungsi paru-paru adalah tempat terjadinya pertukaran gas antara udara
atmosfir dan udara dalam aliran darah.
Setiap paru dibagi menjadi kompartemen yang lebih kecil. Pembagian pertama disebut lobus.
Paru kanan terdiri atas tiga lobus dan lebih besar dari kiri yang hanya terdiri atas dua lobus
(Gbr. 1-6). Lapisan yang membatasi antara lobus disebut fisura. Setiap lobus dipasok oleh
cabang utama percabangan bronkhial dan diselaputi oleh jaringan ikat.

Lobus kemudian membagi lagi menjadi kompartemen yang lebih kecil dan dikenal sebagai
segmen. Setiap segmen terdiri atas banyak lobulus, yang masing-masing mempunyai
bronkhiole, arteriole, venula, dan pembuluh limfatik.
Dua lapis membran serosa mengelilingi setiap paru dan disebut sebagai pleurae. Lapisan
terluar disebut pleura parietal yang melapisi dinding dada dan mediastinum. Lapisan
dalamnya disebut pleura viseral yang mengelilingi paru dan dengan kuat melekat pada
permukaan luarnya. Rongga pleural ini mengandung cairan yang dihasilkan oleh sel-sel
serosa di dalam pleura. Cairan pleural melicinkan permukaan kedua membran pleura untuk
mengurangi gesekan ketika paru-paru mengembang dan berkontraksi selama bernapas. Jika
cairan yang dihasilkan berkurang atau membran pleura membengkak, akan terjadi suatu
kondisi yang disebut pleurisi dan terasa sangat nyeri karena membran pleural saling
bergesekan satu sama lain ketika bernapas.
TORAKS
Rongga toraks terdiri atas rongga pleura kanan dan kiri dan bagian tengah yang disebut
mediastinum. Jaringan fibrosa membentuk dinding sekeliling mediastinum, yang secara
sempurna memisahkannya dari rongga pleura kanan, dimana terletak paru kanan, dan dari
rongga pleura kiri, yang merupakan tempat dari paru kiri. Satu-satunya organ dalam rongga
toraks yang tidak terletak di dalam mediastinum adalah paru-paru.
Toraks mempunyai peranan penting dalam pernapasan. Karena bentuk clips dari tulang rusuk
dan sudut perlekatannya ke tulang belakang, toraks menjadi lebih besar ketika dada
dibusungkan dan menjadi lebih kecil ketika dikempiskan. Bahkan perubahan yang lebih besar
lagi terjadi ketika diafragma berkontraksi dan relaksasi. Saat diafragma berkontraksi,
diafragma akan mendatar keluar dan dengan demikian menarik dasar rongga toraks ke arah
bawah sehingga memperbesar volume toraks. Ketika diafragma rileks, diafragma kembali ke
bentuk awalnya yang seperti kubah sehingga memperkecil volume rongga toraks. Perubahan
dalam ukuran toraks inilah yang memungkinkan terjadinya proses inspirasi dan ekspirasi.
Fisiologi Pernapasan
Fisiologi pernapasan adalah serangkaian proses interaksi dan koordinasi yang kompleks yang
mempunyai peranan sangat penting dalam mempertahankan kestabilan, atau homeostasis
lingkungan internal tubuh kita. Sistem pernapasan yang berfungsi dengan baik dapat
menjamin jaringan memperoleh pasokan oksigen yang adekuat dan pembuangan karbon
dioksida yang cepat. Proses ini sangat rumit, sehingga mekanisme kontrol harus dapat
memastikan terpeliharanya homeostasis sepanjang kondisi lingkungan dan kebutuhan tubuh
yang terus berubah. Pengaturan pertukaran gas antara sel-sel tubuh dan darah yang
bersirkulasi adalah inti dari fisiologi pernapasan. Fungsi yang kompleks ini tidak mungkin
berjalan lancar tanpa adanya integrasi antara berbagai sistem kontrol fisiologi yang mencakup
keseimbangan asam-basa, air dan elektrolit, sirkulasi, dan metabolisme.
Secara fungsional, sistem pernapasan terdiri atas serangkaian proses teratur yang
terintegrasi yang mencakup ventilasi pulmonal (bernapas), pertukaran gas dalam paru-paru
dan jaringan, transpor gas oleh darah, dan regulasi pernapasan secara keseluruhan.

Ventilasi Pulmonal
Ventilasi pulmonal adalah istilah teknis dari bemapas. Salah satu fase dari ventilasi pulmonal
sadalah inspirasi yaitu gerakan perpindahan udara masuk ke dalam paru-paru dan fase lainnya
adalah ekspirasi yaitu gerakan perpindahan udara meninggalkan paru-paru.

Mekanisme Ventilasi Pulmonal


Udara mengalir masuk dan keluar dari paru-paru dengan dasar hukum yang sama seperti
halnya cairan, baik dalam bentuk cair maupun gas, yaitu mengalir dari satu tempat ke tempat
lainnya karena adanya perbedaan tekanan. Adanya perbedaan tekanan ini (tekanan gradien)
menyebabkan cairan mengalir atau berpindah. Cairan selalu mengalir dari tempat dengan
tekanan yang tinggi ke tempat dengan tekanan yang lebih rendah. Dalam kondisi standar,
udara atmosfir mengeluarkan tekanan 760 mm Hg. Udara dalam alveoli pada akhir satu
ekspirasi dan sebelum dimulai inspirasi berikutnya juga mengeluarkan tekanan 760 mm Hg.
Itulah sebabnya pada titik ini, udara tidak memasuki dan tidak meninggalkan paru-paru.
Mekanisme yang menyebabkan ventilasi pulmonal adalah mekanisme yang menimbulkan
tekanan gradien antara udara atmosfir dan udara alveolar. Mekanisme ventilasi disajikan
secara singkat pada Gambar 1-7.
INSPIRASI
Tepatnya proses inspirasi adalah sebagai berikut; diafragma berkontraksi, bergerak ke arah
bawah, dan mengembangkan rongga dada dari atas ke bawah. Otot-otot interkosta eksternal
menarik iga ke atas dan ke luar, yang mengembangkan rongga dada ke arah samping kiri dan
kanan serta ke depan dan ke belakang.
Dengan mengembangnya rongga dada, pleura parietal ikut mengembang. Tekanan intrapleura
menjadi makin negatif karena terbentuk isapan singkat antara membran pleura. Perlekatan
yang diciptakan oleh cairan serosa, memungkinkan pleura viseral untuk mengembang juga,
dan hal ini juga mengembangkan paru-paru.
Dengan mengembangnya paru-paru, tekanan intrapulmonal turun di bawah tekanan atmosfir,
dan udara memasuki hidung dan terus mengalir melalui saluran pernapasan sampai ke
alveoli. Masuknya udara terus berlanjut sampai tekanan intrapulmonal sama dengan tekanan
atmosfir; ini merupakan inhalasi normal. Tentu saja inhalasi dapat dilanjutkan lewat dari
normal, yang disebut sebagai napas dalam. Pada napas dalam diperlukan kontraksi yang lebih
kuat dari otot-otot pernapasan untuk lebih mengembangkan paru-paru, sehingga
memungkinkan masuknya udara lebih banyak. Skema mekanisme inspirasi disajikan pada
Gambar 1-8.

EKSPIRASI
Ekspirasi atau yang juga disebut ekshalasi dimulai ketika diafragma dan otot-otot interkosta
rileks. Karena rongga dada menjadi lebih sempit, paru-paru terdesak, dan jaringan ikat
elastiknya yang meregang selama inhalasi, mengerut dan juga mendesak alveoli. Dengan
meningkatnya tekanan intrapulmonal di atas tekanan atmosfir, udara didorong ke luar paru-
paru sampai kedua tekanan sama kembali.
Perhatikan bahwa inhalasi merupakan proses yang aktif yang memerlukan kontraksi otot,
tetapi ekshalasi yang normal adalah proses yang pasif, bergantung pada besarnya regangan
pada elastisitas normal paru-paru yang sehat. Dengan kata lain, dalam kondisi yang normal
kita harus mengeluarkan energi untuk inhalasi tetapi tidak untuk ekshalasi.
Namun begitu kita juga dapat mengalami ekshalasi diluar batas normal, seperti ketika sedang
berbicara, bernyanyi, atau meniup balon. Ekshalasi yang demikian adalah proses aktif yang
membutuhkan kontraksi otot-otot lain. Gambar 1-9 meringkaskan tentang mekanisme
ekspirasi.

Volume Pulmonal
Volume udara yang masuk dan keluar dari paru-paru dan yang tetap berada dalam paru-paru
mempunyai arti penting secara fisiologis. Gerakan masuk dan keluar udara ini harus
sedemikian normal sehingga pertukaran oksigen dan karbon dioksida dapat terjadi secara
adekuat antara udara alveolar dan darah kapiler pulmonal.
Banyak faktor yang mempengaruhi jumlah udara yang masuk dan keluar dari paru-paru.
Kapasitas paru-paru bervariasi sesuai dengan ukuran dan usia seseorang. Makin tinggi
individu makin besar paru-parunya jika dibandingkan dengan individu yang lebih pendek.
Makin kita tua kapasitas paru-paru kita juga menurun karena paru-paru kehi-langan day a
elastisitasnya dan otot-otot pernapasan menjadi kurang efisien. Metoda yang umum untuk
memeriksa ftmgsi paru adalah dengan mengukur volume pernapasan dalam kondisi yang
berbeda dan hasilnya dibandingkan dengan nilai rata-rata normal. Alat yang digunakan
disebut spirometer, grafik yang merekam perubahan volume pulmonal yang diamati selama
pernapasan disebut spirogram (Gbr. 1-10):

1. Volume Tidal-jumlah udara yang terlibat dalam satu kali inhalasi dan ekshalasi normal.
Rata-rata volume tidal adalah 500 ml, tetapi banyak orang sering mempunyai volume tidal
yang lebih rendah karena napas cepat.
2. Minute Respiratory Volume (MRV)-jumlah udara yang dihirup dan diembuskan dalam 1
menit. MRV dihitung dengan mengalikan volume tidal dengan jumlah pernapasan per menit
(rata-rata 12 sampai 20 kali per menit). Misalnya jika pernapasan per menit adalah 12 kali
dan volume tidal 500 ml maka MRV adalah 6000 ml atau 6 liter udara per menit yang
merupakan MRV rata-rata.
3. Inspirator? Reserve-cadangan inspirasi adalah jumlah udara di luar volume tidal yang
dapat diambil dengan inhalasi sedalam mungkin, normalnya berkisar 2000 sampai 3000 ml.
4. Expiratory Reserve-cadangan ekspirasi yaitu jumlah udara di luar volume tidal yang dapat
dikeluarkan dengan ekshalasi yang paling kuat, normalnya berkisar dari 1000 sampai 1500
ml.
5. Vital Capasity-jumlah dari volume tidal, cadangan inspirasi, dan cadangan ekspirasi.
Dengan kata lain kapasitas vital adalah jumlah udara yang terlibat dalam inhalasi paling
dalam diikuti dengan ekshalasi yang paling kuat. Rata-rata kapasitas vital berkisar 3500
sampai 5000 ml.
6. Residual Volume-jumlah udara yang tetap berada di dalam paru-paru setelah ekshalasi
yang paling kuat; rata-rata berkisar 1000 sampai 1500 ml. Udara residu sangat penting untuk
memastikan bahwa selalu terdapat udara di dalam paru-paru sehingga pertukaran gas-gas
tetap dapat terjadi, bahkan di antara saat bernapas.
Kapasitas inspirasi dan kapasitas residu fungsional mempunyai makna penting dalam
mendiagnosa kelainan paru-paru. Kapasitas pernapasan (1C) adalah jumlah udara maksimal
yang masih dapat dihirup oleh klien setelah ekspirasi normal : IC = TV + IRV. Kapasitas
residu fungsional adalah jumlah udara yang tersisa dalam paru-paru pada akhir ekspirasi
normal: FRC = ERV + RV. Jumlah volume udara total yang dapat ditahan oleh paru-paru
disebut kapasitas paru total (TLC, yaitu merupakan jumlah dari keempat volume paru: TLC =
TV + IRV + ERV + RV (Tabel 1-1).
Table 1.1. Volume dan Kapasitas Pulmonal (Thibodeau & Patton, 1996)
Pertukaran Gas
Pulmonal
Pertukaran gas mencakup dua proses yang independen, pernapasan eksternal pertukaran gas
antara alveoli dengan aliran darah dan pernapasan pertukaran gas antara kapiler dalam
tubuh (selain dalaminternal paru-paru) dengan sel-sel tubuh (Gbr. 1-11). Kedua proses
tersebut perpindahan gas dari tempatmencakup perpindahan gas melalui difusi yang
berkonsentrasi tinggi ke tempat berkonsentrasi lebih rendah. Kecepatan perpindahan gas ini
bergantung pada konsentrasi (kepekatan) atau pada tekanan yang dikeluarkan oleh gas
(tekanan parsial). Secara umum udara yang kita hirup (dari atmosfir bumi) sebenarnya
merupakan campuran yang mengandung kira-kira 21% oksigen, 0,04% karbon dioksida, dan
78% nitrogen. (Scanlon, 1995).
Tekanan parsial
(yang juga dikenal dengan hukum Dalton) adalah tekanan yang dikeluarkan oleh salah satu
dari sembarang gas dalam suatu campuran gas-gas yang secara langsung berhubungan
dengan konsentrasi gas tersebut dalam campuran dan dengan tekanan total campuran gas.
Tekanan parsial, kadang cukup disebut tension mempunyai simbol P dan satuan mm Hg.
Tekanan parsial suatu gas dapat dihitung dengan mengalikan persentase gas dimaksud
dengan tekanan total atmosfir dalam kondisi standar (760 mm Hg). Perhatikan contoh berikut
konsentrasi gas oksigen dalam atmosfir adalah 21 %, maka tekanan parsial oksigen [PO2]
adalah 21 % x 760 mm Hg = 159,6 mm Hg. Jadi dengan demikian tekanan parsial oksigen 21
% adalah 159,6 mm Hg.
Udara di dalam alveoli mempunyai kandungan PO2 tinggi dan PCO2 rendah. Darah di dalam
kapiler pulmonal, yang berasal langsung dari tubuh, mempunyai kandungan PO2 rendah dan
PCO2 tinggi. Itulah sebabnya, dalam pernapasan eksternal oksigen akan berdifusi dari udara
di dalam alveoli ke dalam darah, dan karbon dioksida berdifusi dari darah ke dalam udara di
dalam alveoli. Darah yang kembali dari jantung sekarang mempunyai kandungan PO2 yang
tinggi dan PCO2 yang rendah dan dipompakan oleh ventrikel kiri ke dalam sirkulasi sistemik.
Darah arteri yang mencapai kapiler sistemik mempunyai kandungan PO2 yang tinggi dan
PCO2 yang rendah. Sel tubuh dan cairan jaringan mempunyai PO2 rendah dan PC02 tinggi
karena sel-sel secara kontinu menggunakan oksigen dalam pernapasan sel (pembentukan
energi) dan menghasilkan karbon dioksida. Itulah sebabnya, dalam pernapasan internal,
oksigen berdifusi dari darah ke cairan jaringan (sel-sel), dan karbon dioksida berdifusi dari
cairan jaringan ke dalam darah. Darah yang memasuki vena sistemik untuk kembali ke
jantung sekarang mempunyai kandungan PO2 rendah dan PCO2 tinggi dan dipompakan oleh
ventrikel kanan ke dalam paru-paru untuk turut serta dalam pernapasan eksternal. Kelainan
pertukaran gas yang sering melibatkan paru-paru, yaitu dalam pernapasan eksternal seperti
pada edema pulmonal dan pneumonia.
Besarnya oksigen yang berdifusi ke dalam darah setiap menit bergantung pada faktor: (1)
gradien tekanan oksigen antara udara alveolar dan darah pulmonal yang masuk (PO2
alveolar-PO2 darah), (2) area permukaan fungsional total membran pernapasan, (3) volume
pernapasan satu menit, dan (4) ventilasi alveolar. Keempat faktor tersebut mempunyai
hubungan langsung dengan difusi oksigen. Apa saja yang menurunkan PO2 alveoli cederung
akan menurunkan gradien tekanan oksigen darah alveolar dan karenanya cenderung
menurunkan jumlah oksigen yang memasuki darah.
Transpor Gas dalam Darah
Sebagian besar oksigen yang diangkut dalam darah berikatan dengan hemoglobin.
Hemoglobin adalah protein quarterner yang terbentuk dari empat rantai polipeptida yang
berbeda yaitu dua rantai alfa (a) dan dua rantai beta (P) yang masing-masing berikatan
dengan kelompok heme yang mengandung zat besi.
Ikatan oksigen-hemoglobin dibentuk dalam paru-paru dimana P02 tinggi. Ikatan relatif
takstabil, dan ketika darah melewati jaringan dengan PO2 yang rendah, ikatan tersebut pecah,
dan oksigen dilepaskan ke dalam jaringan. Makin rendah konsentrasi oksigen dalam jaringan,
makin banyak oksigen hemoglobin yang akan dilepaskan. Hal ini menjamin bahwa jaringan
aktif menerima oksigen sebanyak yang diperlukan untuk dapat melanjutkan pernapasan sel.
Faktor lain yang meningkatkan pelepasan oksigen dari hemoglobin adalah PCO2 yang tinggi
(pH yang rendah) dan suhu yang tinggi.
Transpor karbon dioksida (CO2) sedikit lebih rumit. Lebih dari dua pertiga CO2 yang
diangkut oleh darah terbawa dalam bentuk ion bikarbonat (HCO3~). Ketika CO2 larut dalam
air (seperti dalam plasma darah), sebagian dari molekul CO2 berasosiasi dengan H2O
membentuk asam karbonat (H2C03). Ketika terbentuk, sebagian dari molekul H2C03
berdisosiasi membentuk ion-ion H+ dan bikarbonat (HCO3-). Proses ini dikatalis oleh enzim
karbonat anhidrase yang terdapat dalam sel-sel darah merah (Gbr 1-12).

Gbr. 1-12. Pembentukan bikarbonat. Karbon dioksida bereaksi dengan air membentuk asam
karbonat, yang reaksinya dikatalis oleh enzim SDM karbonat anhidrase. Asam karbonat
kemudian berdisosiasi membentuk ion bikarbonat dan hidrogen. Panah ganda menunjukkan
bahwa setiap reaksi bersifat reversibel, kecepatan aktual pada setiap arah diatur oleh
konsentrasi relatif setiap molekul. (Sumber: Wingerd, 1994, him. 459)

Dari Gambar 1-12 dapat dilihat bahwa makin banyak CO2 yang ditambahkan ke dalam
plasma, makin banyak CO2 yang akan diubah menjadi asam karbonat. Sebagai akibat
konsentrasi asam karbonat meningkat, yang membuat sistem bergerak ke arah bikarbonat,
sehingga meningkatkan kecepatan pembentukan bikarbonat. Hasil akhirnya adalah molekul-
molekul CO2 yang berdiftisi ke dalam plasma akan terus menerus dibuang dari larutan dan
diubah menjadi bikarbonat. Hal ini memungkinkan tempat yang lebih banyak untuk CO2
terlarut dalam plasma, dengan demikian meningkatkan kapasitas pengangkutan CO2 darah.
Ketika ion-ion bikarbonat dibentuk, ion-ion tersebut berdifusi searah dengan gradien
konsentrasinya ke dalam plasma. Keluarnya ion-ion negatif ini (HCO3~) dari sel-sel darah
merah diimbangi oleh masuknya ion negatif lain yaitu ion klorida (Cl~). Transpor ion negatif
yang saling berlawanan ini disebut sebagai perpindahan klorida. Sesuai dengan hukum
kecepatan kimia di atas, ketika CO2 dikeluarkan dari plasma maka keseluruhan sistem
berpindah ke arah yang berlawanan. Dengan demikian, reaksi yang mengubah asam karbonat
untuk membebaskan CO2 menjadi dominan. Penurunan konsentrasi asam karbonat kemudian
mendorong perpindahan ke arah pengubahan bikarbonat menjadi asam karbonat.

Pengaturan Pernapasan
Pusat Kontrol Pernapasan
Berbagai mekanisme beroperasi untuk mempertahankan kekonstanan relatif PO2 dan PCO
Homeostasis gas-gas darah ini dipertahankan oleh perubahan ventilasi yaitu frekuensi dan
kedalaman pernapasan. Pusat pernapasan dalam batang otak mengontrol saraf yang
mempersarafi otot-otot inspirasi dan ekspirasi (Gbr. 1-13).

Gbr. 1-13. Pusat pernapasanpadabatang otak. (Sumber: Bulock, BL, 1996).


Irama dasar siklus pernapasan (inspirasi dan ekspirasi) tampaknya dibangkitkan oleh area
medullatory rhytmicity. Area ini terdiri atas dua pusat kontrol yang saling berhubungan:
pusat inspirasi dan pusat ekspirasi. Ketika pusat inspirasi membangkitkan impuls, sebagian
dari impuls tersebut akan menjalar di sepanjang saraf ke otot-otot pernapasan untuk
menstimulasi kontraksi, dan sebagian impuls ini akan menekan pusat ekspirasi. Hasilnya
adalah inhalasi. Dengan mengembangnya paru-paru, baroreseptor yang terdapat di dalam
jaringan paru mendeteksi regangan ini dan mencetuskan impuls sensori ke medulla; impuls
ini mulai menekan pusat inhalasi. Proses ini disebut refleks inflasi Hering-Breuer, yang
membantu mencegah overinflasi paru-paru.
Dengan tertekannya pusat inspirasi, pusat ekspirasi menjadi lebih aktif, impulsnya makin
menekan pusat inspirasi. Hasilnya adalah penurunan impuls ke otot-otot pernapasan, yang
relaksnya akan menyebabkan ekshalasi. Kemudian pusat inspirasi menjadi lebih aktif
kembali untuk memulai siklus pernapasan berikutnya.
Kedua pusat pernapasan pada pons bekerja dengan pusat medullar untuk menghasilkan irama
pernapasan yang normal. Pusat apneustik memperpanjang inhalasi, dan yang kemudian
diselingi oleh impuls dari pusat pneumotaksik, yang menyebabkan ekshalasi. Pada
pernapasan normal inhalasi berlangsung sekitar 1 sampai 2 detik, diikuti dengan ekshalasi
yang sedikit lebih lama (2 sampai 3 detik), menghasilkan batasan frekuensi pernapasan yang
normal sekitar 12 sampai 20 kali per menit. Meski demikian, masih mungkin terdapat variasi.
Gambar 1-14 secara skematis meringkaskan proses tersebut.
Pernapasan dapat juga dipengaruhi oleh emosi, misal ketika kita takut sehingga kita menahan
napas atau berteriak, dan marah biasanya membuat frekuensi pernapasan lebih cepat.
Tahukah anda bahwa refleks pernapasan lainnya adalah menguap. Kebanyakan dari kita akan
menguap jika lelah atau mengantuk, tetapi stimulus dan tujuan menguap itu sendiri tidak
diketahui dengan pasti. Terdapat beberapa kemungkinan, seperti kurangnya oksigen atau
penumpukan karbon dioksida. Keunikan dari refleks menguap ini adalah sifatnya yang
menular. Melihat seseorang menguap secara tidak disadari kita akan ikut menguap pula.
Anda bahkan mungkin menguap saat membaca paragraf ini.
Kontrol pernapasan secara kimiawi dipengaruhi oleh pH darah, kadar O,, dan CO, darah.
Penurunan kadar 0, darah (seperti pada hipoksia) akan dideteksi oleh kemoreseptor pada
korpus karotis dan aortik. Impuls sensori yang dicetuskan oleh reseptor ini menjalar di
sepanjang nervus vagus dan glosofaring sampai ke medulla, yang berespons dengan
meningkatkan frekuensi atau kedalaman pernapasan (atau keduanya). Respons ini akan
membawa lebih banyak udara ke dalam paru-paru sehingga akan lebih banyak 0, yang dapat
berdifusi ke dalam darah untuk memperbaiki keadaan hipoksik.

Gbr 1-14. Skema pengaturan pernapasan. (Sumber: Thibodeau & Patton, 1996).

Menurut Anda, dari kedua gas tersebut (O2 dan C02), mana yang paling penting sebagai
pengatur pernapasan? Secara spontan anda pasti akan menjawab O2, karena O2 penting
untuk pembentukkan energi dalam pernapasan sel. Tahukan anda bahwa sistem pernapasan
dapat mempertahankan kadar O2 darah meski frekuensi pernapasan turun sampai setengah
dari normal atau terhenti beberapa saat. Ingat bahwa udara yang diekshalasi mengandung
16% O2. Oksigen ini tidak masuk ke dalam darah tetapi tersedia kapan saja oksigen ini
dibutuhkan. Ingat juga bahwa udara residu dalam paru-paru mensuplai O2 ke dalam darah
meski ketika frekuensi pernapasan melambat. Dengan demikian, peranan O2 dalam
pengaturan pernapasan tidak terlalu penting.
Sebaliknya C02 merupakan pengatur penting dalam pernapasan, alasannya bahwa CO2
mempengaruhi pH darah (jika kadar CO2 darah berlebih, akan menurunkan pH darah yang
akan membahayakan tubuh). Itulah sebabnya setiap terjadi peningkatan kadar CO2 dalam
darah, tubuh akan segera mengompensasi dengan meningkatkan pernapasan untuk
mengeluarkan CO2 yang berlebih.
Namun demikian ada keadaan dimana O2 menjadi pengatur penting dalam pernapasan,
misalnya pada penderita penyakit paru kronis seperti emfisema yang mengalami penurunan
pertukaran baik O2 maupun CO2 dalam paru-parunya. Penurunan pH yang disebabkan oleh
penumpukan C02 akan dikoreksi oleh ginjal, tetapi kadar O2 darah akan tetap menurun dan
pada akhirnya kadar O2 akan turun terlalu jauh sehingga menyebabkan stimulus yang terlalu
kuat untuk meningkatkan frekuensi dan kedalaman pernapasan.

Berbagai Faktor yang Mempengaruhi Pernapasan


Pernapasan secara tidak langsung juga dipengaruhi oleh refleks seperti refleks batuk, refleks
bersin, cegukan dan menguap. Berbagai faktor lain juga mempengaruhi pernapasan
diantaranya suhu darah dan impuls sensori dari reseptor termal kulit dan dari reseptor nyeri
profunda atau superfisial: (1) stimuli nyeri hebat mendadak menghasilkan refleks apnea,
tetapi stimuli nyeri hebat yang berkelanjutan menyebabkan respirasi lebih cepat dan lebih
dalam, (2) stimuli dingin mendadak yang diberikan pada kulit menyebabkan refleks apnea,
dan (3) stimuli faring dan laring oleh iritan kimia atau sentuhan menyebabkan apnea
temporer. Refleks apnea ini merupakan alat yang sangat berguna untuk mencegah aspirasi
selama menelan.
Informasi umpan balik pada area medullatory ritmicity berasal dari sensor seluruh sistem
persarafan, juga dari pusat kontrol lainnya. Sebagai contoh perubahan dalam PC02, PO2>
dan pH dari darah arteri sistemik, semuanya mempengaruhi area medullatory ritmicity.
Gambar 1-15 meringkaskan respons umpan-balik ini. Simpul umpan-balik bekerja untuk
meningkatkan frekuensi pernapasan dalam merespons kadar PCO2 plasma yang tinggi.
Peningkatan pernapasan selular selama olah raga menyebabkan peningkatan dalam PCO2
plasma, yang terdeteksi oleh kemoreseptor pusat dalam otak dan kemungkinan kemoreseptor
perifer pada sinus karotis dan aorta. Informasi umpan-balik disalurkan ke integrator dalam
batang otak yang berespons terhadap peningkatan PCO2 di atas nilai normalnya dengan
mengirimkan signal koreksi melalui saraf kepada otot-otot pernapasan, yang bertindak
sebagai efektor. Otot-otot efektor meningkatkan siklus kontraksi dan rileksasinya, dengan
demikian meningkatkan frekuensi pernapasan. Dengan meningkatnya frekuensi pernapasan,
kecepatan pelepasan CO2 dari tubuh meningkat dan sebagai hasil PC02 menurun. Hal ini
membuat PCO2 kembali ke nilai tetapnya.

Gbr. 1-15. Kontrol umpan-balik negatif pernapasan. (Sumber: Thibodeau & Patton, 1996)

Pernapasan dan Keseimbangan Asam-Basa


Pernapasan mempengaruhi pH cairan tubuh karena pernapasan mengatur CO2 dalam cairan
tubuh. Ingatlah bahwa C02 bereaksi dengan air membentuk asam karbonat (H2CO3), yang
akan terionisasi menjadi ion H+ dan ion HCO3~. Makin banyak ion hidrogen terdapat dalam
cairan tubuh, akan makin rendah pH, dan makin sedikit ion hidrogen akan makin tinggi pH.
Sistem pernapasan dapat menjadi sebab ketidakseimbangan pH sebaliknya dapat pula
memperbaiki ketidakseimbangan pH yang diakibatkan oleh penyebab lain.

Alkalosis dan Asidosis Respiratorik


Asidosis respiratorik terjadi jika frekuensi atau efisiensi pernapasan menurun sehingga terjadi
penumpukan CO2 dalam cairan tubuh. Kelebihan CO2 ini mengakibatkan pembentukan ion
hidrogen lebih banyak, yang selanjutnya akan menurunkan pH. Penyebab asidosis
respiratorik antara lain adalah pneumonia dan emfisema, atau asma berat yang semua
merusak pertukaran gas dan menyebabkan kelebihan CO2 dalam cairan tubuh.
Alkalosis respiratorik terjadi jika frekuensi pernapasan meningkat, dan C02 diembuskan
dengan sangat cepat. Kurangnya CO2 menurunkan pembentukan ion hidrogen, yang
selanjutnya akan meningkatkan pH. Contoh untuk keadaan ini adalah, bila kita bernapas lebih
cepat dari biasanya, akan menyebabkan pernapasan alkalosis ringan. Atau bila bayi menangis
dalam waktu yang cukup lama akan mengalami pernapasan alkalosis.
Secara umum respirasi alkalosis bukan merupakan kejadian yang lazim. Status mental
tertentu dan/atau ansietas emosional dapat disertai dengan hiperventilasi dan juga
mengakibatkan respirsi alkalosis. Berada di tempat yang sangat tinggi seperti di gunung
(dimana O2 atmosfir rendah) dapat menyebabkan peningkatan frekuensi pernapasan
sementara sebelum terjadi kompensasi (peningkatan pembentukan sel-sel darah merah).

Kompensasi Pernapasan
Jika ketidakseimbangan pH disebabkan oleh suatu sebab selain perubahan dalam pernapasan,
ini disebut asidosis atau alkalosis metabolik. Pada kedua keadaan tersebut, perubahan pH
akan merangsang perubahan pernapasan yang dapat membantu memulihkan pH cairan tubuh
kembali normal.
Asidosis metabolik dapat disebabkan oleh diabetes yang tidak diobati (ketoasidosis) penyakit
ginjal, atau diare hebat. Dalam situasi tersebut, konsentrasi ion H+ cairan tubuh meningkat.
Kompensasi pernapasan yang terjadi adalah dengan meningkatkan frekuensi dan kedalaman
pernapasan yang ditujukan untuk menghembuskan lebih banyak CO2 sehingga menurunkan
pembentukan ion H+, yang selanjutnya akan meningkatkan
pH ke batas normalnya.
Alkalosis metabolik bukan kejadian yang umum, namun dapat disebabkan oleh penggunaan
obat-obatan alkalin yang berlebihan seperti yang digunakan untuk menghilangkan gangguan
lambung. Dalam kondisi ini konsentrasi ion H+ cairan tubuh menurun. Kompensasi
pernapasan yang terjadi adalah penurunan pernapasan untuk menahan CO2 dalam tubuh
sehingga meningkatkan pembentukan ion H+ yang selanjutnya akan menurunkan pH ke
batas normalnya.
Kompensasi pernapasan untuk ketidakseimbangan pH metabolik tidak dapat dilakukan
dengan sempurna, karena keterbatasan jumlah C02 yang mungkin dihembuskan atau ditahan.
Secara keseluruhan kompensasi pernapasan hanya efektif 75 % saja.

Rangkuman Bab
Proses pernapasan lebih dari sekadar aksi mekanik sederhana dari bernapas. Inhalasi
memberi tubuh oksigen yang diperlukan untuk pembentukan ATP dalam proses pernapasan
sel. Ekshalasi membuang CO2 yang merupakan hasil pernapasan sel. Bernapas juga
mengatur kadar CO2 di dalam tubuh, dan hal ini mempunyai kontribusi untuk
mempertahankan keseimbangan asam basa dari cairan tubuh. Meskipun gas-gas pernapasan
tidak membentuk komponen struktural tubuh, perannya dalam pengaturan kadar kimia
penting untuk fungsi tubuh pada setiap tingkatan.
Sistem pernapasan terdiri atas sejumlah jalan udara dan paru-paru, yaitu organ pernapasan
fungsional. Saluran pernapasan atas terdiri atas hidung, faring, dan laring. Saluran pernapasan
bawah terdiri atas trakhea, bronkhial dan alveoli, dan paru-paru.
Sistem pernapasan membantu mempertahankan homeostasis dengan menjaga agar kadar
oksigen dan karbon dioksida dalam darah relatif konstan, meskipun terjadi perubahan kondisi
dalam tubuh. Perpindahan oksigen dan karbon dioksida antara lingkungan eksternal dengan
sel-sel disebut pernapasan. Proses ini mencakup tiga peristiwa: ventilasi pulmonal,
pernapasan eksternal, dan pernapasan internal.
Ventilasi didefinisikan sebagai perpindahan udara ke dalam dan ke luar paru-paru. Ventilasi
ini mencakup inspirasi dan ekspirasi. Inspirasi adalah perpindahan ke dalam paru-paru akibat
kontraksi otot-otot pernapasan dan perubahan dalam tekanan toraks. Ekspirasi adalah
perpindahan udara ke luar paru-paru dan merupakan akibat relaksasi otot-otot pernapasan
serta perubahan dalam tekanan toraks.Volume dan kapasitas pulmonal merupakan ukuran
klinis penting dalam mengevaluasi abnormalitas pernapasan.
Pernapasan eksternal adalah pertukaran gas antara udara dalam alveoli dan darah dalam
kapiler pulmonal. Oksigen berdifusi dari alveoli ke kapiler pulmonal dan karbon dioksida
berdifusi dari darah dalam kapiler pulmonal ke dalam alveoli. Pernapasan internal adalah
pertukaran gas antara darah kapilari sistemik dengan sel-sel jaringan. Oksigen berdifusi dari
kapiler sistemik ke dalam sel-sel jaringan dan karbon dioksida berdifusi dari sel-sel jaringan
ke dalam kapiler sistemik. Pernapasan dikontrol oleh faktor instrinsik dan ekstrinsik. Kontrol
setempat dari pertukaran gas yang adekuat mencakup efek dari kadar karbon dioksida
terhadap bronkhiolus dan kadar oksigen terhadap arteriole pulmonal. Pusat pernapasan otak
terletak di medulla dan pons. Area yang sensitif terhadap zat kimia dari medulla sangat
sensitif terhadap kadar PCO2 plasma. Mekanisme pengaktifannya melalui ion-ion H+.

You might also like