You are on page 1of 4

Hubungan Mudah Mendapatkan Teman dengan Kepercayaan Diri Pada Remaja

Schneiders (1964)
mendefinisikan penyesuaian diri (adjustment) sebagai suatu proses dimana individu
berusaha keras untuk mengatasi atau menguasai kebutuhan dalam diri, ketegangan,
frustasi, dan konflik, tujuannya untuk mendapatkan keharmonisan dan keselarasan
antara tuntutan lingkungan dimana dia tinggal dengan tuntutan didalam dirinya.

Penyesuaian diri siswa di madrasah


memiliki kaitan erat dengan kepercayaan diri
siswa. Penyesuaian diri adalah usaha manusia
untuk mencapai harmoni pada diri sendiri dan
pada lingkungannya, sehingga rasa permusuhan,
dengki, iri hati, prasangka, dan emosi negatif
sebagai respon pribadi yang tidak sesuai dan
kurang efisien dapat dikikis habis (Kartono,
2002:56). Siswa yang dapat menyesuaikan diri
secara baik di sekolah pada akhirnya dapat lebih
percaya diri ketika mengikuti pembelajaran di
madrasah.

Penelitian ini sejalan dengan penelitian Wahyuhadi (2014), hubungan penyesuaian diri di
sekolah dengan kepercayaan diri siswa yang menyatakan bahwa penyesuaian diri siswa
yang baik terhadap lingkungan sekolahnya dapat
menjadikan siswa lebih percaya diri ketika
menghadapi hal baru di sekolahnya. Berdasarkan hasil analisis data dengan
menggunakan korelasi product moment
didapatkan hasil r= 0,398 dan p= 0,000. Hal ini
menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang
signifikan antara penyesuaian diri dengan
kepercayaan diri pada siswa. Penelitian yang menghubungkan antara
variabel kepercayaan diri dengan variabel
penyesuaian diri pernah dilakukan oleh beberapa
peneliti sebelumnya. Penelitian Safitri (2010)
mengungkapkan bahwa tingkat kepercayaan diri
dan penyesuaian sosial mahasiswa dalam kategori
sedang dengan persentase 48% untuk
kepercayaan diri dan 46% untuk penyesuaian
sosial.

Kemampuan bergaul/ Kemampuan sosialisasi baik


merupakan suatu kemampuan seseorang
bersikap atau tata cara perilakunya dalam
berinteraksi dengan orang lain di
masyarakat yang mengarah ke hal positif, Sedangkan
kemampuan sosialisasi kurang merupakan
kemampuan seseorang bersikap atau tata
cara perilakunya dalam berinteraksi
dengan orang lain di masyarakat yang
(Sari, 2006). Hal ini sejalan dengan penelitian tentang hubungan kemampuan
sosialisasi dengan keterbukaan diri pada siswa dengan hasil uji chi squere,
didapat hasil bahwa ada hubungan
signifikan antara kemampuan sosialisasi
dengan keterbukaan diri pada siswa dengan nilai
p=0,005 < 0,05

berdasarakan uraian diatas penulis berasumsi bahwa remaja yang mudah


mendapatkan teman dalam lingkungan sekolahnya yaitu remaja yang bisa
menyesuaikan diri dengan lingkungan sekolahnya, dan mampu bergaul dengan siapa
pun baik dengan teman yang baru dikenal maupun yang sudah dikenal, dengan memilki
sikap tersebut maka remaja akan mudah diterima dalam peer group nya, dan akan
memilki kepercayaan diri yang baik terhadap dirinya

hubungan memilki rasa empati dengan kepercayaan diri pada remaja

Menurut Johnson (Sari


& Eliza, 2003) empati adalah
kecenderungan untuk memahami
kondisi atau keadaan pikiran orang
lain, Seseorang yang berempati
digambarkan sebagai individu yang
toleran, ramah, mampu mengendalikan
diri, dan bersifat humanistik. Empati merupakan kemampuan seseorang
untuk ikut merasakan perasaan
atau pengalaman orang lain Wortman, dkk (Dayakisni &
Hudaniah, 2003) Batson (Magdalena, 2012)
menyatakan empati merupakan
pengalaman menempatkan diri pada
keadaan emosi orang lain seolah-olah
mengalaminya sendiri. Kemudian
Batson menjelaskan bahwa empati
dapat menimbulkan dorongan untuk
menolong, dan tujuan dari menolong
itu untuk memberikan kesejahteraan
bagi target empati.hal ini sejalan dengan penelitian Rianggareni (2015) tentang
Hubungan antara emati dengan prilaku prososial pada remaja yang menyatakan bahwa
semakin tinggi empati yang dimiliki oleh seseorang, maka semakin tinggi pula tingkat
prilaku prososial yang akan dialkukannya, begitupun sebaliknya jika semakin rendah
empati yang dimilki oelh seseorang maka semakin rendah prilaku prososial yang akan
dilakuannya, berdasarkan penelitian tersebut didapatkan hasil penelitian menunjukkan
adanya hubungan positif signifikan antara empati dengan prilaku prososial
menunjukkan korelasi r 0,395 dengan signifikansi sebesar 0,000 (p < 0,05). Hasil
penelitian ini didukung dengan apa yang diungkapkan oleh Eisenberg (1994), yaitu
empati merupakan faktor yang mempunyai peran dalam mempengaruhi munculnya
prilaku prososial dimana empati sangat berkaitan dengan prilaku prososial. Penelitian
yang dilakukan oleh Permatasari (2008), juga menunjukkn hasil yang tidak jauh
berbeda yaitu ada hubungan yang signifikan antara empati dengan prilaku prososial
pada anak-anak dan remaja.

Berdasarkan uraian diatas Penulis berasumsi bahwa remaja yang memilki rasa empati
terhadap teman-teman sebayanya, baik dalam hal apapun empati tersebut, maka
remaja akan mudah diterima dalam kelompok sosialnya, yang nantinya penerimaan
tersebut akan meningkatkan kepercayaan diri pada remaja tersebut

Hubungan perlakuan baik dari orang lain dengan kepercayaan diri pada remaja

Menurut Cobb (dalam


Sarafino, 1998), seseorang yang mendapatkan dukungan sosial percaya bahwa mereka
dicintai dan diperhatikan, berharga dan bernilai, dan menjadi bagian dari jaringan sosial,
seperti keluarga dan komunitas organisasi, yang dapat membekali kebaikan, pelayanan
dan saling memperhatikan ketika dibutuhkan. House (dalam Smet, 1994) dukungan sosial
sebagai persepsi seseorang terhadap
dukungan potensial yang diterima dari lingkungan, dukungan sosial tersebut mengacu
pada kesenangan yang dirasakan sebagai penghargaan akan kepedulian serta pemberian
bantuan dalam konteks hubungan yang akrab. Tidak hanya itu, Sarafino (1998)
berpendapat bahwa dukungan sosial adalah suatu kesenangan, perhatian, penghargaan,
ataupun bantuan yang dirasakan dari orang lain atau kelompok. Teman sebaya merupakan
sumber penting dukungan sosial yang berpengaruh
terhadap rasa percaya diri remaja. Dukungan emosional dan persetujuan sosial dalam
bentuk konfirmasi dari orang lain merupakan pengaruh yang penting bagi rasa percaya
diri remaja (Santrock, 2003). dengan adanya dukungan maka individu yang menerima dukungan
sosial akan
merasa bahwa ia dicintai, diperhatikan sehingga meningkatkan rasa harga diri mereka.
Seseorang dengan harga diri yang tinggi cenderung memiliki rasa kepercayaan diri,
keyakinan diri bahwa mereka mampu menguasai situasi dan memberikan hasil yang
positif dibandingkan dengan mereka yang mendapatkan dukungan sosial yang rendah
dari teman sebayanya.
Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Sesa (2016) tentang hubungan antara
dukungan social teman sebaya dengan kepercayaan diri pada mahasiswa papua, didapatkan hasil
bahwa terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara dukungan
sosial teman sebaya dan kepercayaan diri pada mahasiswa Papua . Berdasarkan hasil uji
perhitungan korelasi, keduanya memiliki r =
0,298 dengan signifikan sebesar 0,002 ( p < 0,05) yang berarti kedua variabel yaitu
dukungan sosial teman sebaya dan kepercayaan diri memiliki hubungan yang positif.
Artinya semakin tinggi dukungan sosial teman sebaya yang dirasakan, maka akan
semakin tinggi kepercayaan diri pada mahasiswa Papua, demikian juga sebaliknya.
Hasil ini menunjukkan dukungan sosial mempunyai pengaruh yang penting
terhadap kepercayaan diri. Hal ini juga didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Fibrianti
(2009) menemukan bahwa
mahasiswa yang mendapatkan dukungan sosial teman sebaya yang tinggi akan
mempunyai pemikiran dan sikap yang positif dibandingkan dengan mahasiswa yang
mendapatkan dukungan sosial teman sebaya yang rendah.

reward adalah suatu cara yang


digunakan oleh seseorang untuk memberikan suatu penghargaan
kepada seseorang karena sudah mengerjakan suatu hal yang benar,
sehingga seseorang itu bisa semangat lagi dalam mengerjakan tugas
tersebut. Pemberian reward akan sangat bermanfaat bagi siswa
terutama dalam memberikan stimulus yang baik, dengan adanya
reward akan berdampak pada siswa yaitu memberikan semangat baru
untuk melakukan kegiatan yang akan diberikan. Salah satu tujuan dari reward adalah
dapat menumbuhkan rasa percaya diri
kepada siswa, dengan adanya Pemberian reward baik dari dari teman sebayanya
maupun orang tuanya
dapat memunculkan rasa percaya diri dan keberanian bagi siswa
sehinggga dapat meningkatkan hasil belajarnya (Asy Ari, Muhammad (2015) PENGARUH
REWARD TERHADAP RASA PERCAYA DIRI SISWA DI SDN KWAGEAN WONOPRINGGO
KABUPATEN PEKALONGAN. Undergraduate thesis, STAIN Pekalongan.)

berdasarkan uraian diatas, penulis berasumsi bahwa remaja yang mendapatkan perlakuan baik dari dari
orang lain, baik itu mendapatkan dukungan social dari teman sebayany, mendapatkan perhatian, kasih
sayang, semangat, dan pujian, merupakan remaja yang diterima dalam kelompok teman sebayanya,
dengan hal tersebut maka akan dapat meningkatkan kepercayaan diri pada remaja tersebut

hubungan ditempatkanpada posisi bagus dan terhormat

You might also like