Professional Documents
Culture Documents
Alhamdulillah puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, dengan kekuatan dan
pertolongannya, akhirnya kami bisa menyelesaikan pembuatan makalah ini.
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Patofisiologi. Dalam
pembelajaran dan penyusunan makalah, kami banyak mendapatkan bimbingan, arahan, dan
dukungan dari berbagai pihak. Maka dari itu kami mengucapkan terimakasih kepada dosen
Poltekkes Kemenkes Semarang , khususnya mata kuliah Patofisiologi yang telah berperan
penting dalam penyelesaian makalah ini.
Selain itu kami memohon maaf atas kekurangan-kekurangan yang ada dalam makalah ini,
karena kami masih dalam tahap pembelajaran. Kami menyadari bahwa dalam penyusunan
makalah ini masih jauh dari sempurna, untuk itu kami mengharapkan kritik dan saran yang
membangun demi tercapainya kesempurnaan makalah yang akan datang.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat untuk menambah wawasan mengenai Patofisiologi
dan mendapat ridho dari Allah SWT yang senantiasa memberikan Rahmat dan Hidayah-Nya bagi
kita semua.
Penulis
ii
INTISARI
Penyakit refluks gastroesofageal (Gastroesophageal Reflux Disease/GERD) didefinisikan
sebagai suatu keadaan patologis sebagai akibat refluks kandungan lambung ke dalam
esofagus yang menimbulkan berbagai gejala yang mengganggu (troublesome) di
esophagusmaupun ekstra esofagus dan atau komplikasi (Susanto, 2002).
Penyebab GERD antara lain adalah stress, Makanan atau minuman yang menyebabkan
melemahnya fungsi LES (Lower Esophageal Spincter/sfingter esofagus bawah), contoh
terlalu banyak mengonsumsi kafein, keju, coklat., Merokok, alcohol, Obat-obatan, contoh
golongan NSAID (ibuprofen, alminoprofen, fenbufen, indoprofen, naproxen, dan
ketorolac). , Peningkatan tekanan perut, karena obesitas atau kehamilan, Hiatal hernia,
Akibat dari GERD antara lain adalah penyempitan kerongkongan, pendarahan
kerongkongan dan kondisi yang disebut Barretts esophagus (terjadi pembentukan jaringan
pada dinding kerongkongan seperti yang ditemukan dalam usus) . Jika hal ini terjadi,
perjalanan penyakit ini berhubungan dengan kanker kerongkongan..
Gejala khas GERD adalah heartburn, yaitu rasa terbakar di dada disertai nyeri kadang
kadang bercampur dengan gejala disfagia (kesulitan menelan makanan), dan regurgitasi
rasa asam pahit dari lambung terasa di lidah). gejala tidak khas ataupun gejala ekstra
esofagus juga bisa timbul yang meliputi nyeri dada non kardiak (non cardiac chest
pain/NCCP), suara serak, laringitis, batuk, asma, bronkiektasis, gangguan tidur (Makmun2009),
iii
DAFTAR ISI
JUDUL ............................................................................................................i
A. Simpulan .......................................................................................... 16
B. Saran ................................................................................................. 18
iv
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Refluks gastroesophageal adalah fenomena fisiologis normal dialami sesekali oleh
kebanyakan orang, terutama setelah makan. Gastroesophageal reflux disease (GERD) terjadi
ketika jumlah asam lambung yang refluks ke kerongkongan melebihi batas normal,
menyebabkan gejala dengan atau tanpa cedera mukosa esofagus yang terkait (yaitu,
esofagitis).
Sudah sejak lama prevalensi GERD di Asia dilaporkan lebih rendah dibandingkan dengan
di negara-negara Barat. Namun, banyak penelitian pada populasi umum yang baru-baru ini
dipublikasikan menunjukkan kecenderungan peningkatan prevalensi GERD di Asia.
Prevalensi di Asia Timur 5,2 %-8,5 % (tahun 2005-2010), sementara sebelum 2005 2,5%-
4,8%; Asia Tengah dan Asia Selatan 6,3%-18,3%, Asia Barat yang diwakili Turki menempati
posisi puncak di seluruh Asia dengan 20%. Asia Tenggara juga mengalami fenomena yang
sama; di Singapura prevalensinya adalah 10,5%, di Malaysia insiden GERD meningkat dari
2,7% (1991-1992) menjadi 9% (2000-2001), sementara belum ada data epidemiologi di
Indonesia (Jung, 2009),(Goh dan Wong, 2006).Di Divisi Gastroenterologi Departemen Ilmu
Penyakit Dalam FK UI-RSUPN Cipto Mangunkusumo didapatkan kasus esofagitis sebanyak
22,8 % dari semua pasien yang menjalani endoskopi atas dasar dispepsia (Makmun, 2009).
Antara laki-laki dan perempuan tidak terdapat perbedaan insidensi yang begitu jelas,
kecuali jika dihubungkan dengan kehamilan dan kemungkinan non-erosive reflux disease
lebih terlihat pada wanita. Walaupun perbedaan jenis kelamin bukan menjadi faktor utama
dalam perkembangan PRG, namun Barretts esophagus lebih sering terjadi pada laki-laki.
Gastroesophageal reflux disease (GERD) terdiri dari spektrum gangguan yang terkait,
termasuk hernia hiatus, reflux disease dengan gejala yang terkait, esofagitis erosif, striktur
peptikum, Barrett esofagus, dan adenokarsinoma esofagus. Selain beberapa patofisiologi dan
hubungan antara beberapa gangguan ini, GERD juga ditandai dengan terjadinya
komorbiditas pada pasien yang identik dan oleh epidemiologi perilaku yang serupa diantara
mereka.
B. Rumusan Masalah
1. Apa definisi dari GERD?
2. Apa saja penyebab dari GERD?
1
3. Apa akibat dari GERD?
4. Apa nama familiar GERD pada masyarakat umum?
5. Bagaimana pathogenesis dari GERD?
6. Apa saja gejala dari GERD?
7. Apa saja gambaran pemeriksaan untuk penyakit GERD?
8. Bagaimana penatalaksaan perawatan GERD?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui definisi dari GERD
2. Untuk mengetahui penyebab dari GERD
3. Untuk mengetahui akibat yang disebabkan dari penyakit GERD
4. Untuk mengetahui nama familiar GERD pada masyarakat umum
5. Untuk mengetahui pathogenesis dari GERD
6. Untuk mengetahui gejala dari GERD
7. Untuk mengetahui gambaran pemeriksaan pada penyakit GERD
8. Untuk mengetahui penatalaksanaa perawatan GERD
D. Manfaat Penulisan
Manfaat penulisan makalah ini adalah sebagai sumber informasi untuk meningkatkan
pengetahuan para pembaca khususnya tentang Gastro Esophageal Reflux Disease ( GERD ).
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi GERD
2
berulang-ulang yang menyebabkan esofagus distal terkena pengaruh isi lambung untuk
waktu yang lama. Istilah esofagitis refluks berarti kerusakan esofagus akibat refluks cairan
lambung, seperti erosi dan ulserasi epitel skuamosa esofagus (Susanto, 2002).
B. Penyebab GERD
Faktor faktor penyebab GERD antara lain adalah :
1. Stress
2. Makanan atau minuman yang menyebabkan melemahnya fungsi LES (Lower
Esophageal Spincter/sfingter esofagus bawah), contoh terlalu banyak mengonsumsi
kafein, keju, coklat.
3. Merokok, alcohol
4. Obat-obatan, contoh golongan NSAID (ibuprofen, alminoprofen, fenbufen,
indoprofen, naproxen, dan ketorolac).
5. Peningkatan tekanan perut, karena obesitas atau kehamilan.
6. Hiatal hernia
Hiatal hernia adalah penonjolan dari suatu bagian lambung melalui diafragma, dari
posisinya yang normal di dalam perut.
3
7. Bile reflux
Bile reflux adalah sebuah arus balik dari empedu ke dalam perut dari saluran empedu
(saluran yang terhubung ke hati dan kantung empedu)
E. Pathogenesis GERD
GERD dapat dibagi menjadi dua yaitu erosive esophagitis (EE) dan non-erosive reflux
disease (NERD).Pasien-pasien NERD tidak didapatkan lesi pada esofagus saat pemeriksaan
endoskopi (Singh, 2012). Beberapa hal yang berperan dalam patogenesis GERD, diantaranya
adalah peranan infeksi Helicobacter pylori (H. pylori), peranan kebiasaan/gaya hidup ala
barat dengan diet tinggi lemak, peranan motilitas, dan hipersensitivitas viseral. Peranan
infeksi H. Pylori dalam patogenesis GERD relatif kecil dan kurang didukung oleh data yang
ada. Peranan alkohol, diet serta faktor psikis tidak bermakna dalam patogenesis GERD,
sedangkan rokok dan berat badan berlebih dikatakan sebagai faktor risiko terjadinya GERD.
Beberapa obat-obatan bronkodilator dapat juga mempengaruhi GERD (PGI, 2013).
Pasien GERD, mekanisme predominan adalah transient lower esophageal spinchter
relaxation (TLESR), menurunnya bersihan esofagus, disfungsi sfingter esofagus, dan
pengosongan lambung yang lambat. Peranan refluks non-asam/gas dalam patogenesis GERD
didasarkan atas hipersensitivitas viseral yang memodulasi persepsi neural sentral dan perifer
terhadap rangsangan regangan maupun zat non-asam dari lambung.
Patogenesis terjadinya GERD menyangkut keseimbangan antara faktor defensif dari
esophagus dan faktor efensif dari bahan reflukstat. Yang termasuk faktor defensif esophagus,
adalah pemisah antirefluks, bersihan asam dari lumen esophagus, dan ketahanan ephitelial
esophagus. Sedangkan yang termasuk faktor ofensif adalah sekresi gastrik dan daya pilorik.
a. Pemisah antirefluks
5
Pemeran terbesar pemisah antirefluks adalah tonus LES. Menurunnya tonus LES
dapat menyebabkan timbulnya refluks retrograde pada saat terjadinya peningkatan
tekanan intraabdomen. Sebagian besar pasien GERD ternyata mempunyai tonus LES
yang normal. Faktor-faktor yang dapat menurunkan tonus LES adalah adanya hiatus
hernia, panjang LES (makin pendek LES, makin rendah tonusnya), obat-obatan (misal
antikolinergik, beta adrenergik), dan faktor hormonal. Selama kehamilan, peningkatan
kadar progesteron dapat menurunkan tonus LES.
1) Membran sel
2) Batas intraseluler (intracellular junction) yang membatasi difusi H+ ke jaringan
esophagus
3) Aliran darah esophagus yang mensuplai nutrien, oksigen, dan bikarbonat, serta
mengeluarkan ion H+ dan CO2
4) Sel-sel esophagus memiliki kemampuan untuk mentransport ion H+ .
6
Episode refluks bervariasi tergantung kandungan isinya, volume, lamanya, dan
hubungannya dengan makan. Pada proses terjadinya refluks, sfingter esofagus bawah dalam
keadaan relaksasi atau melemah oleh peningkatan tekanan intra abdominal sehingga
terbentuk rongga diantara esofagus dan lambung. Isi lambung mengalir atau terdorong kuat
ke dalam esofagus. Jika isi lambung mencapai esofagus bagian proksimal dan sfingter
esofagus atas berkontraksi, maka isi lambung tersebut tetap berada di esofagus dan peristaltik
akan mengembalikannya ke dalam lambung. Jika sfingter esofagus atas relaksasi sebagai
respon terhadap distensi esofagus maka isi lambung akan masuk ke faring, laring, mulut atau
nasofaring (Hadi, 2002).
F. Tanda Dan Gejala Dari GERD
Gejala klinis GERD digolongkan menjadi 3 macam, yaitu gejala tipikal, gejala atipikal, dan gejala
alarm.
1. Gejala tipikal (typical symptom)
Adalah gejala yang umum diderita oleh pasien GERD, yaitu: heart burn, belching (sendawa),.
Heartburn, yaitu rasa terbakar di dada disertai nyeri kadang-kadang bercampur dengan gejala
disfagia (kesulitan menelan makanan), dan regurgitasi (rasa asam pahit dari lambung terasa di
lidah)
2. Gejala atipikal (atypical symptom)
Adalah gejala yang terjadi di luar esophagus dan cenderung mirip dengan gejala penyakit lain.
Contohnya separuh dari kelompok pasien yang sakit dada dengan elektrokardiogram normal
ternyata mengidap GERD, dan separuh dari penderita asma ternyata mengidap GERD. Kadang
hanya gejala ini yang muncul sehingga sulit untuk mendeteksi GERD dari gejala ini. Contoh
gejala atipikal: asma nonalergi, batuk kronis, faringitis, sakit dada, dan erosi gigi.
3. Gejala alarm (alarm symptom)
Adalah gejala yang menunjukkan GERD yang berkepanjangan dan kemungkinan sudah
mengalami komplikasi. Pasien yang tidak ditangani dengan baik dapat mengalami komplikasi.
Hal ini disebabkan oleh refluks berulang yang berkepanjangan. Contoh gejala alarm: sakit
berkelanjutan, disfagia (kehilangan nafsu makan), penurunan berat badan yang tidak dapat
dijelaskan,tersedak.
Heartburn
7
Penting untuk diperhatikan bahwa keparahan gejala tidak selalu berkaitan dengan keparahan
esofagitis, tetapi berkaitan dengan durasi reflux. Pasien dengan penyakit yang nonerosif dapat
menunjukkan gejala yang sama dengan pasien yang secara endoskopi menunjukkan adanya erosi
esophagus.
G. Gambaran Pemeriksaan Pada GERD
Gambaran pemeriksaan yang dilakukan pada penyakit peradangan GRD antara lain adalah
sebagai berikut
1. Endoskopi
Dewasa ini endoskopi merupakan pemeriksaan pertama yang dipilih oleh evaluasi
pasien dengan dugaan PRGE. Namun harus diingat bahwa PRGE tidak selalu disertai
kerusakan mukosa yang dapat dilihat secara mikroskopik dan dalam keadaan ini
merupakan biopsi. Endoskopi menetapkan tempat asal perdarahan, striktur, dan
berguna pula untuk pengobatan (dilatasi endoskopi).
2. Radiologi
Pemeriksaan ini kurang peka dan seringkali tidak menunjukkan kelainan, terutama
pada kasus esofagitis ringan. Di samping itu hanya sekitar 25 % pasien PRGE
menunjukkan refluks barium secara spontan pada pemeriksaan fluoroskopi. Pada
keadaan yang lebih berat, gambar radiologi dapat berupa penebalan dinding dan
lipatan mukosa, tukak, atau penyempitan lumen.
3. Tes Provokatif
8
a) Tes Perfusi Asam (Bernstein) untuk mengevaluasi kepekaan mukosa esofagus
terhadap asam. Pemeriksaan ini dengan menggunakan HCL 0,1 % yang dialirkan
ke esofagus. Tes Bernstein yang negatif tidak memiliki arti diagnostik dan tidak
bisa menyingkirkan nyeri asal esofagus. Kepekaan tes perkusi asam untuk nyeri
dada asal esofagus menurut kepustakaan berkisar antara 80-90%.
b) Tes Edrofonium. Tes farmakologis ini menggunakan obat endrofonium yang
disuntikan intravena. Dengan dosis 80 g/kg berat badan untuk menentukan
adanya komponen nyeri motorik yang dapat dilihat dari rekaman gerak peristaltik
esofagus secara manometrik untuk memastikan nyeri dada asal esofagus.
4. Pengukuran pH dan tekanan esofagus
Pengukuran pH pada esofagus bagian bawah dapat memastikan ada tidaknya
RGE, pH dibawah 4 pada jarak 5 cm diatas SEB dianggap diagnostik untuk RGE.
Cara lain untuk memastikan hubungan nyeri dada dengan RGE adalah menggunakan
alat yang mencatat secara terus menerus selama 24 jam pH intra esofagus dan tekanan
manometrik esofagus. Selama rekaman pasien dapat memeberi tanda serangan dada
yang dialaminya, sehingga dapat dilihat hubungan antara serangan dan pH
esofagus/gangguan motorik esofagus. Dewasa ini tes tersebut dianggap sebagai gold
standar untuk memastikan adanya PRGE.
5. Tes Gastro-Esophageal Scintigraphy
Tes ini menggunakan bahan radio isotop untuk penilaian pengosongan esofagus
dan sifatnya non invasif (Djajapranata, 2001).
6. Pemeriksaaan Esofagogram
Pemeriksaan ini dapat menemukan kelainan berupa penebalan lipatan mukosa
esofagus, erosi, dan striktur.
7. Tes PPI
Diagnosis ini menggunakan PPI dosis ganda selama 1-2 minggu pada pasien yang
diduga menderita GERD. Tes positif bila 75% keluhan hilang selama satu minggu.
Tes ini mempunyai sensitivitas 75%.
8. Manometri esofagus
9
Tes ini untuk menilai pengobatan sebelum dan sesudah pemberian terapi pada
pasien NERD. Pemeriksaan ini juga untuk menilai gangguan peristaltik/motilitas
esofagus.
9. Histopatologi
Pemeriksaan untuk menilai adanya metaplasia, displasia atau keganasan. Tetapi
bukan untuk memastikan NERD (Yusuf, 2009).
10. Tes darah
Dilakukan berbagai tes darah, seperti memeriksa jumlah sel darah merah untuk
menentukan apakah penderita mengalami anemia. Tes darah juga memungkinkan
untuk mencari tahu apakah ada infeksi karena kuman Helicobacter pylori dan anemia
pernisiosa.
11. Tes darah tinja
Tes ini memeriksa adanya darah dalam tinja, yang mungkin sebagai tanda gastritis
H. Penatalaksanaan Perawatan Penyakit GERD
Pada dasarnya terdapat 5 target yang ingin dicapai yaitu menghilangkan gejala/keluhan,
menyembuhkan lesi esofagus, mencegah kekambuhan, memperbaik kualitas hidup, dan
mencegah timbulnya komplikasi.
Penatalaksanaan GERD :
1. Non farmakologik
a) Modifikasi Gaya Hidup
Makan sedikit dan menghindari tidur segera setelah makan (jika mungkin 3
jam) (menurunkan volume lambung)
10
Penurunan berat badan (mengurangi gejala)
b) Pendekatan Intervensi
Pembedahan Antirefluks
Terapi Endoluminal
11
aplikasi endoluminal radiofrequency heat energy (prosedur Stretta), dan
injeksi endoskopik biopolimer yang dikenal sebagai Enteryx pada
penghubung gastroesofageal.
2. Farmakologik
12
adenosin lambung dalam sel parietal lambung. Ini menghasilkan efek
antisekretori yang mendalam dan tahan lama yang mampu mempertahankan pH
lambung di atas 4, bahkan selama lonjakan asam setelah makan.
PPI terdegradasi dalam lingkungan asam sehingga diformulasi dalam tablet
atau kapsul pelepasan tertunda. Pasien harus diinstruksikan untuk meminum obat
pada pagi hari, 15 sampai 30 menit sebelum sarapan untuk memaksimalkan
efektivitas, karena obat ini hanya menghambat secara aktif sekresi pompa proton.
Jika dosisnya dua kali sehari, dosis kedua harus diberikan sekitar 10 hingga 12
jam setelah dosis pagi hari dan sebelum makan atau makan makanan ringan
d) Agen Promotilitas
Khasiat dari agen prokinetik cisaprid, metoklopramid, dan bethanechol
telah dievaluasi dalam pengobatan GERD. Cisapride memiliki khasiat yang
sebanding dengan antagonis reseptor H2 dalam mengobati pasien esofagitis
ringan, tetapi cisaprid tidak lagi tersedia untuk penggunaan rutin karena efek
aritmia yang mengancam jiwa bila dikombinasikan dengan obat-obatan tertentu
dan penyakit lainnya.
Metoklopramid, antagonis dopamin, meningkatkan tekanan LES, dan
mempercepat pengosongan lambung pada pasien GERD. Tidak seperti cisapride,
metoklopramid tidak memperbaiki bersihan esofagus. Metoklopramid dapat
meredakan gejala GERD tetapi belum ada data substantial yang menyatakan
bahwa obat ini dapat memperbaiki kerusakan esofagus.
Agen prokinetik juga telah digunakan untuk terapi kombinasi dengan
antagonis H2-reseptor. Kombinasi dilakukan pada pasien GERD yang telah
diketahui atau diduga adanya gangguan motilitas, atau pada pasien yang gagal
pada pengobatan dengan penghambat pompa proton dosis tinggi.
e) Protektan Mukosa
Sucralfat, garam aluminium dari sukrosa oktasulfat yang tidak terserap,
mempunyai manfaat terbatas pada terapi GERD. Obat ini mempunyai laju
pengobatan yang sama seperti antagonis reseptor H2 pada pasien esofagitis
ringan tapi kurang efektif dari pada antagonis reseptor H2 dosis tinggi pada
pasien dengan esofagitis refrakter. Berdasarkan data yang ada, sukralfat tidak
direkomendasikan untuk ALGORITMA TERAPI.
13
BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
Berdasarkan pembahasan makalah, dapat disimpulakn bahwa :
terlalu banyak mengonsumsi kafein, keju, coklat., Merokok, alcohol, Obat-obatan, contoh
ketorolac). , Peningkatan tekanan perut, karena obesitas atau kehamilan, Hiatal hernia,
14
3. Akibat dari GERD antara lain adalah penyempitan kerongkongan, pendarahan
kerongkongan dan kondisi yang disebut Barretts esophagus (terjadi pembentukan jaringan
pada dinding kerongkongan seperti yang ditemukan dalam usus) . Jika hal ini terjadi,
4. Di mayarakat umum penyakit peradangan GERD biasa dikenal dengan istilah asam
lambung.
6. Gejala khas GERD adalah heartburn, yaitu rasa terbakar di dada disertai nyeri kadang
kadang bercampur dengan gejala disfagia (kesulitan menelan makanan), dan regurgitasi
(rasa asam pahit dari lambung terasa di lidah). gejala tidak khas ataupun gejala ekstra
esofagus juga bisa timbul yang meliputi nyeri dada non kardiak (non cardiac chest
pain/NCCP), suara serak, laringitis, batuk, asma, bronkiektasis, gangguan tidur (Makmun
Endoskopi
Pemeriksaan histopatologi
15
Pemeriksaan pH metri 24 jam
Tes darah
1. Non farmakologik
2. Farmakologik.
B. Saran
16
DAFTAR PUSTAKA
17
LAMPIRAN
(PERTANYAAN DAN JAWABAN)
18
dan pada pasien yang kondisinya tidak menanggapi terapi antagonis reseptor H2. Pilihan
termasuk omeprazole (Prilosec), lansoprazole (Prevacid), rabeprazole (Aciphex), dan
esomeprazole (Nexium). PPI merupakan obat yang paling kuat yang tersedia untuk
mengobati GERD. Agen ini harus digunakan hanya ketika kondisi ini telah
didokumentasikan secara obyektif. Mereka memiliki efek samping sedikit dan ditoleransi
dengan baik untuk penggunaan jangka panjang. Namun, data menunjukkan bahwa PPI dapat
mengganggu homeostasis kalsium dan memperburuk cacat konduksi jantung. Obat golongan
ini juga bertanggung jawab untuk patah tulang pinggul pada wanita menopause.
Golongan obat ini bekerja secara langsung pada pompa proton sel parietal dengan
mempengaruhi enzim H, K-ATPase yang dianggap tahap akhir sebagai proses pembentukan
asam lambung. Obat-obatan ini sangat efektif dalam menghilangkan keluhan serta
penyembuhan lesiesofagus, bahkan pada esofagitis erosif derajat berat serta yang refrakter
dengan golongan antagonist reseptor H2. Dosis yang diberikan untuk GERD adalah
dosispenuh, yaitu : Omeprazole 2 x 20 mg, Lansoprazole 2 x 30 mg, Pantoprazole 2 x 40mg,
Rebeprazole 2 x 10 mg, Esomeprazole 2 x 40 mg. Umumnya pengobatandiberikan selama 6
8 minggu (terapi inisial) yang dapat dilanjutkan dengan dosispemeliharaan (maintenance
therapy) selama 4 bulan atau on demand therapytergantung dari derajat esofagitisnya.
19