Professional Documents
Culture Documents
1 JANTUNG
yaitu atrium kiri dan kanan, ventrikel kiri dan kanan, serta memiliki empat katup,
yaitu dua katup atrio ventrikular (AV) yang terdiri dari katup trikuspidalis dan katup
bikuspidalis. Dua katup semilunar yang terdiri dari katup aorta dan katup pulmonari.
Jantung juga memiliki sistem sirkulasi sistemik yaitu berupa aorta, arteri, arteriole dan
kapiler. Sedangkan sistem sirkulasi pulmonik terdiri dari vena cava, vena dan venula
(Cunningham, 2002)
Jantung memiliki tiga tipe otot utama yakni : otot atrium, otot ventrikel dan
serabut otot eksitatorik dan konduksi khusus. Tipe otot atrium dan otot ventrikel
berkontraksi dengan cara yang sama seperti otot rangka, hanya saja durasi kontraksi
kecepatan denyut jantung serta aliran darah dipengaruhi dan dikontrol oleh syaraf
otonom yang berpusat pada medulla oblongata. Otot jantung diinervasi oleh sistem
cenderung untuk menghambat kerja jantung dengan menurunkan daya kontraksi dari
impuls dan aliran darah (Frandson, 1992) dalam (Swedianto, 2010). Faktor-faktor
yang mempengaruhi frekuensi jantung adalah jenis hewan, ukuran tubuh, umur dan
jantung yaitu laktasi, shock, pergerakan atau exercise, posisi hewan, saat makan dan
Jantung dibentuk oleh tiga jenis sel eksitasi yaitu sel pacu jantung (pacemaker),
sel penghantar listrik (konduksi) dan sel miokardium. Sel pacemaker sebagai dominan
otonom. Sel konduksi seperti halnya kabel sirkuit, dimana sel ini menghantarkan arus
listrik dengan cepat dan efisien ke seluruh jantung. Sedangkan sel miokardium
siklus jantung. Siklus jantung diawali oleh pembentukan potensial aksi yang spontan
dari nodus SA. Nodus SA terletak pada dinding lateral superior atrium kanan dekat
tempat masuk vena cava superior dan potensial aksi menjalar dari sini dengan
kecepatan tinggi menuju sel-sel yang ada pada kedua atrium dan melalui berkas A-V
menuju ventrikel melalui sistem konduksi jantung (Guyton dan Hall, 2008). Sistem
konduksi jantung yang menyalurkan arus bioelektrik yang jauh lebih cepat dan lebih
efisien dibandingkan sel-sel jantung lain, maka gelombang depolarisasi jantung yang
berasal dari nodus SA akan merambat lebih cepat mengikuti urutan jalur sistem
konduksi ini, yaitu dari nodus SA menuju ke nodus AV, sesudah itu berjalan
mengikuti berkas His dan membelok sedikit ke arah ventrikel kanan sesuai dengan
percabangan berkas His, kemudian melalui septum menuju ke apex melalui serabut
Muatan listrik sel-sel jantung dalam keadaan normal mengalami depolarisasi dan
repolarisasi. Pada keadaan istirahat (repolarisasi) maka muatan listrik di luar sel
positif dan di dalam sel negatif. Pada keadaan depolarisasi maka muatan listrik di luar
sel negatif dan di dalam sel positif. Fase depolarisasi, terjadi akibat penyebaran
rangsang. (Atkins et al., 1995; Guyton dan Hall, 2008). Depolarisasi dan repolarisasi
ini merupakan suatu proses yang berlangsung terus menerus agar jantung tetap
berdenyut. Kedua proses ini saling bergantung satu sama lain. Depolarisasi hanya
dapat timbul setelah sel dalam keadaan repolarisasi, sebaliknya repolarisasi baru
Perdarahan Jantung
Perdarahan otot jantung berasal dari 2 pembuluh koroner utama yang keluar dari
sinus valsava aorta. Pembuluh koroner pertama adalah ateri coroner kiri atau Left
Main Coronary Artery (LMCA) yang berjalan di belakang arteri pulmonal sepanjang
1-2 cm untuk kemudian bercabang menjadi Left Circumflex Artery (LCX) yang
arteri desenden anterior kiri atau Left Anterior Descendent Artery (LAD) yang
berjalan pada sulkus interventrikuler sampai ke apeks. Pembuluh darah ini juga
Pembuluh koroner kedua, disebut sebagai arteri koroner kanan, mendarahi nodus
atrium anterior kanan dan arteri koroner desenden posterior. Fungsi pembuluh vena
jantung diperankan oleh vena koroner yang selau berjalan berdampingan dengan
arteri koroner, yang kemudian akan bermuara ke dalam atrium kanan melalui sinus
koronarius. Selain itu terdapat pula vena thebesii, yaitu vena-vena kecil yang
Anatomis jantung merupakan satu organ, namun seperti penjelasan siklus jantung
sebelumnya, dalam fungsinya sebagai pompa darah, jantung dapat dianggap sebagai 2
bagian pompa yang terpisah, masing-masing terdiri dari satu atrium-ventrikel kiri dan
kanan. Berdasarkan sirkulasi dari kedua bagian pompa jantung tersebut, pompa kanan
berfungsi untuk sirkulasi paru sedangkan bagian pompa jantung yang kiri berperan
dalam sirkulasi sistemik untuk seluruh tubuh. Kedua jenis sirkulasi yang dilakukan
oleh jantung ini adalah suatu proses yang berkesinambungan dan berkaitan sangat erat
Sirkulasi paru dimulai dari perjalanan darah yang telah mengalami sirkulasi
sistemik dan mengandung CO2 sebagai sisa metabolisme di seluruh tubuh, masuk ke
dalam atrium kanan melalui pembuluh darah vena. Darah yang telah mengalami
deoksigenasi parsial tersebut mengalir dari atrium kanan ke dalam ventrikel kanan
paru-paru, CO2 dalam darah bertukar dengan oksigen di dalam alveolus untuk
kemudian kembali ke dalam jantung melalui vena pulmonalis kedalam atrium kiri.
Melalui katup mitral darah mengalir ke dalam ventrikel kiri yang kemudian akan
dipompakan keluar jantung ke seluruh tubuh, sirkulasi inilah yang disebut sebagai
sirkulasi sistemik.
1.2 PJK
1.3 Definisi
PJK adalah istilah umum untuk penumpukan plak di arteri jantung yang dapat
PJK juga disebut penyakit arteri koroner (CAD), penyakit jantung iskemik (IHD),
atau penyakit jantung aterosklerotik, adalah hasil akhir dari akumulasi plak
kondisi ini menyebabkan nyeri dada dan tidak nyaman karena otot jantung tidak
mendapatkan darah yang cukup, seiring waktu, PJK dapat melemahkan otot jantung,
hal ini dapat menyebabkan gagal jantung dan aritmia (Centers for Disease Control
PJK adalah penyempitan atau tersumbatnya pembuluh darah arteri jantung yang
disebut pembuluh darah koroner. Sebagaimana halnya organ tubuh lain, jantung pun
memerlukan zat makanan dan oksigen agar dapat memompa darah ke seluruh tubuh,
jantung akan bekerja baik jika terdapat keseimbangan antara pasokan dan
pengeluaran. Jika pembuluh darah koroner tersumbat atau menyempit, maka pasokan
kebutuhan dan pasokan zat makanan dan oksigen, makin besar persentase
timbullah nyeri dada (UPT-Balai Informasi Teknologi lipi pangan& Kesehatan, 2009)
Keturunan
peran terhadap kejadian PJK, Sebuah studi yang dipimpin oleh Profesor Kristina
Sundquist dari Pusat Penelitian Perawatan Kesehatan Primer di Malmo (Swedia) yang
diterbitkan dalam American Heart Journal. Penelitian ini dimulai pada tahun 1973
sampai 2008, terdiri dari laki-laki dan perempuan dengan jumlah 80.214 responden
yang diadopsi pada tahun 1932. Penelitian ini mengungkapkan bahwa individu yang
memiliki setidaknya satu orang tua biologis yang menderita PJK memiliki risiko 40-
60% terkena PJK jika dibandingkan dengan anak yang orang tuanya tidak memiliki
riawayat PJK, meskipun kedua orang tua angkatnya menderita PJK. Kemudian
PJK tidak ditransfer melalui gaya hidup yang tidak sehat dalam keluarga, melainkan
melalui gen. Akan tetapi bukan berarti gaya hidup seseorang bukanlah faktor risiko
Umur
usia semakin besar kemungkinan untuk menderita PJK dan menderita serangan
jantung fatal. Setelah umur 40 tahun risiko terkena PJK adalah 49% untuk laki-laki
dan 32% untuk perempuan. Lebih dari 4/5 atau 81% orang-orang yang meninggal
akibat PJK adalah 65 tahun. Data statistik ini melaporkan bahwa bertambahnya usia
merupakan faktor risiko yang membuat orang-orang merasa agak tidak berdaya dalam
menggunakan studi kasus kontrol dengan tingkat kepercayaan 95% (CI 95%), jumlah
Jenis Kelamin
wanita dewasa menderita PJPD, sejak tahun 1984 jumlah kematian akibat PJPD pada
perempuan lebih tinggi dari pada pada laki-laki. sekitar tiga juta wanita memiliki
riwayat serangan jantung akibat PJK. 38% wanita yang menderita serangan jantung
akan meninggal lebih awal dalam waktu satu tahun dibandingkan dengan laki-laki
hanya 25%, meskipun wanita memiliki serangan jantung pada usia yang lebih tua
menderita PJK. Namun 64% dari wanita yang meninggal mendadak akibat PJK tidak
mengalami gejala sebelumnya. Peningkatan kejadian PJK pada wanita itu terjadi
setelah menopause dan kematian 2-3 kali lebih besar daripada wanita sebelum
menopause. Oleh karena itu, wanita pasca-menopause harus ekstra waspada terhadap
PJK.
Usia rata-rata untuk laki-laki yang memiliki serangan jantung pertama akibat
PJK adalah usia 65,8 tahun sedangkan usia rata-rata untuk perempuan adalah 70,4
tahun. Risiko PJK meningkat setelah umur > 40 tahun pada laki-laki yaitu 49% dan
perempuan 32%, meskipun kejadian PJK bagi perempuan lebih lambat 10-20 tahun
dari pada laki-laki, namun pada wanita yang lebih serius mengalami serangan jantung
pada populasi semua umur lebih tinggi pada perempuan dibanding laki-laki (4,9% vs
3,4%), hasil SKRT (2004), prevalensi penyakit jantung menurut gejala pada populasi
umur 15 tahun juga lebih tinggi pada perempuan (2,3% vs 1,3%), Bahkan hasil
dengan gambaran di rumah sakit saat itu, ternyata prevalensi penyakit jantung
iskemik pada wanita lebih tinggi dibanding laki-laki (Delima dkk, 2009).
Ras/Etnis
kejadian PJK. Pada orang Afrika, Meksiko, India, Hawaii asli dan beberapa orang
Asia memiliki risiko lebih tinggi untuk PJK dari pada pada orang Kaukasia (Inggris)
dan Jepang (Asia Timur). Hal ini terjadi karena orang kulit hitam (terutama Afrika)
memiliki faktor risiko kelebihan berat badan dan obesitas lebih tinggi, DM dan
hipertensi merupakan salah satu faktor risiko yang paling serius bagi PJK (Garko dan
Michael, 2012).
Merokok
Merokok dalam jangka waktu yang lama akan meningkatkan risiko PJK dan
penelitian menunjukkan bahwa merokok dapat meningkatkan risiko PJK dengan cara
menurunkan level kolesterol HDL (Hight density lifid). Semakin banyak merokok
semakin besar risiko terkena serangan jantung. Studi menunjukkan jika berhenti
merokok selama setahun maka akan menurunkan setengah dari risiko serangan
risiko terbesar pada penyakit tidak menular. Menurut data Susenas tahun 2001,
jumlah perokok di Indonesia sebesar 31,8%. Jumlah ini meningkat menjadi 32% pada
tahun 2003, dan meningkat lagi menjadi 35% pada tahun 2004. Pada tahun 2006, The
Global Youth Survey (GYTS) melaporkan 64,2% atau 6 dari 10 anak sekolah yang
disurvei terpapar asap rokok selama mereka di rumah. Lebih dari sepertiga (37,3%)
pelajar biasa merokok dan yang lebih mengejutkan lagi adalah 30,9% atau 3 diantara
10 pelajar menyatakan pertama kali merokok pada umur dibawah 10 tahun. Data
merokok. Jumlah perokok aktif umur > 15 tahun adalah 35,4% (65,3% laki-laki dan
5,6% perempuan), berarti 2 diantara 3 laki-laki adalah perokok aktif. Lebih bahaya
lagi 85,4 % perokok aktif merokok dalam rumah bersama anggota keluarga sehingga
Menurut laporan WHO (2002), tingkat merokok di Asia pada laki-laki (sekitar
> 40%) jauh lebih tinggi dari pada laki-laki di Barat (30-40%). Sebaliknya, tingkat
merokok di Asia pada perempuan (< 20%) jauh lebih rendah dibandingkan pada
wanita Barat (20-40 %). Merokok merupakan faktor risiko untuk stroke dan PJK.
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Badan Kesehatan Korea dengan
Korea usia 10 tahun. Hasil penelitian menunjukkan bahwa semakin banyak jumlah
rokok yang dihisap perhari semakin tinggi risiko terjadinya PJK dan penyakit
penyakit lain yang ber hubungan dengan PJPD (Hata dan Kiyohara, 2013).
mendadak akibat PJK pada laki-laki perokok 10x lebih besar dari pada bukan perokok
dan pada perempuan perokok 4,5x lebih tinggi dari pada bukan perokok. Hal ini
merubah 5-10% Hb menjadi karboksi -Hb. Semakin sering menghisap rokok akan
menyebabkan kadar HDL kolesterol makin menurun. Efek merokok ini akan
hipertensi, sehingga orang yang merokok cenderung lebih mudah terjadi proses
Aktivitas Fisik
darah dan membakar kalori dalam tubuh (Hermansyah, 2012). Aktivitas fisik secara
teratur bermanfaat untuk mengatur berat badan dan menguatkan sistem jantung dan
dilakukan terus-menerus sekurangnya 10 menit dalam satu kegiatan tanpa henti dan
secara kumulatif 150 menit selama lima hari dalam satu minggu. Namun hampir
2007).
peredaran darah, otot-otot dan sendi-sendi. Suatu latihan olahraga yang dilakukan
secara teratur akan memberikan pengaruh yang besar terhadap tubuh kita. Latihan
fisik dengan pembebanan tertentu akan mengubah faal tubuh yang selanjutnya akan
PJK meskipun hanya 11% laki-laki dan 4% perempuan (Salim dan Nurrohmah,
2013).
Aktivitas fisik secara teratur memiliki efek yang menguntungkan terhadap kesehatan
yaitu:
Diet dapat didefenisikan sebagai usaha seseorang dalam mengatur pola makan
dan mengurangi makan untuk mendapatkan berat badan yang ideal.Diet terbagi 2
yaitu :1. Diet sehat2. Diet tidak sehatDiet tidak sehat terbagi dua macam
dalam darah. Makanan orang Amerika rata-rata mengandung lemak dan kolesterol
yang tinggi sehingga kadar kolesterol cenderung tinggi, sedangkan orang Jepang
umumnya berupa nasi, sayur-sayuran dan ikan sehingga orang Jepang rata-rata
memiliki kadar kolesterol rendah sehingga prevaleni PJK lebih rendah di Jepang dari
Menurut Reine (2005), Sayuran dan buah-buahan merupakan makanan rendah kalori,
kaya serat vitamin dan mineral untuk menjaga kesehatan (Dewi, 2013). Perilaku
secara universal (Ogden, 2010). Data frekuensi dan porsi asupan sayuran dan buah
dikumpulkan dengan menghitung jumlah hari konsumsi dalam seminggu dan jumlah
porsi rata-rata dalam sehari. Penduduk dikategorikan cukup konsumsi sayuran dan
buah-buahan apabila makan sayur dan atau buah minimal 5 porsi per hari (400 g)
selama 7 hari dalam seminggu. Dikategorikan kurang apabila konsumsi sayuran dan
buah-buahan kurang dari ketentuan di atas. Secara keseluruhan, penduduk umur > 10
usia > 10 tahun yang mengonsumsi Sayuran dan buah yang mengandung serat sesuai
Menurut Almatsier (2004), porsi sayuran dalam bentuk tercampur yang dianjurkan
sehari untuk orang dewasa adalah sebanyak 150 200 gram dan porsi buah yang
dianjurkan sehari untuk dewasa adalah sebanyak 200-300 gram (Gustiara, 2012).
menyebabkan penyakit kronis misalnya hipertensi, kanker, PJK, diabetes dan obesitas
(Ogden, 2010). Dalam penelitan studi meta-analisis, yang diterbitkan pada tahun
1992 dan 2004 menunjukkan bahwa konsumsi > 5 porsi buah dan sayuran/hari (> 391
g) menyebabkan 17% penurunan risiko PJK (p < 0,001). kemudian penelitian serupa
yang dilakukan He dkk (2007), dengan menggunakan metode studi meta- analisis
yang diterbitkan tahun sebelumnya menunjukkan bahwa konsumsi buah dan sayuran
> 5 porsi/hari akan menyebabkan penurunan risiko PJK sebesar 4% (Produse for
terdiri dari 290 responden (67% laki-laki dan 33% perempuan usia 23-79 tahun), dari
sayuran (< 1 cawan per minggu p < 0,01) akan mengalami 3 kali kemungkinan lebih
tinggi terkena PJK jika dibandingkan dengan subjek yang mengkonsumsi lebih dari
satu cawan perhari dan untuk buah/jus buah, studi meta-analisis independen
orang yang banyak mengkonsumsi buah/jus buah (>1 porsi perhari) (Produse for
PJK, kolesterol akan berakumulasi di lapisan intima dan media pembuluh arteri
koroner. Jika hal tersebut terus berlangsung maka akan membentuk plak sehingga
pembuluh arteri koroner yang mengalami inflamasi atau terjadi penumpukan lemak
disebabkan karena abnormal lipoprotein dalam darah, hal ini disebabkan karena
apabila :
Obesitas
2
adalah IMT 30 kg/m , sedangkan untuk ukuran orang Asia obesitas didefinisikan
2
dengan nilai IMT 25 kg/m (WHO/IOTF/IASO, 2011). Obesitas memiliki
hubungan yang erat dengan tingginya kejadian PJPD. Obesitas dapat meningkatkan
kadar trigliserida yang buruk untuk kesehatan jantung dan menurunkan kadar HDL
obesitas, maka hipertensi juga meningkat. Obesitas juga dapat menyebabkan disfungsi
IMT merupakan alat yang sederhana untuk memantau status gizi orang
dewasa khususnya yang berkaitan dengan kekurangan dan kelebihan berat badan,
usia harapan hidup lebih panjang penggunaan IMT berlaku untuk orang yang berumur
Hipertensi
menetap (Dorlan, 2002). Pada tahun 2003, JNC VII mengklasifikasikan tekanan darah
sistolik normal < 120 mmHg dan tekanan darah diastolik < 80 mmHg (Fuster dkk,
2010). menurut Eighth Joint National Committee (JNC VIII), tekanan darah dikatakan
tinggi apabila tekanan sistolik 140 dan diastolik 90 mmHg (Culpeper, 2013).
Diabetes Melitus
hiperglikemi yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin atau keduanya.
penyaring berguna untuk menjaring pasien DM, toleransi glukosa terganggu (TGT)
dan glukosa darah puasa terganggu (GDPT) sehingga dapat ditentukan langkah yang
tepat untuk mereka. Pasien dengan TGT dan GDPT merupakan tahapan sementara
menuju DM, Setelah 5-10 tahun kemudian 1/3 kelompok TGT akan berkembang
menjadi DM, 1/3 tetap dan 1/3 lainnya kembali normal. Adanya TGT seringkali
berhubungan dengan resistensi insulin, pada kelompok TGT ini resiko terjadinya
dapat dilakukan melalui pemeriksaan gula darah sewaktu (GDS) atau kadar glukosa
darah puasa (GDP) dengan puasa paling sedikit 8 jam, kemudian dapat diikuti dengan
tes toleransi glukosa oral (TTGO) stndar setelah pemberian glukosa 75 gr pada orang
dewasa atau 1,75 gr/kgBB untuk anak-anak, kemudian diperiksa kadar glukosa
aterosklerosis dan diyakini bahwa lebih dari dua pertiga kematian pasien DM akibat
penyakit arterial. Pada satu penelitian Helsinki policeman study, menjelaskan bahwa
angka kematian PJK 3x lipat lebih tinggi pada pasien DM daripada individu normal.
1.5 Patofisiologi
Struktur arteri koroner jantung yang sehat terdiri atas 3 lapisan, yaitu: intima, media
dan adventitia. Intima merupakan lapisan monolayer sel-sel endotel yang menyelimuti
lumen arteri bagian dalam. Sel-sel endotel menutupi seluruh bagian dalam sistem
2
vaskular hampir seluas 700 m dan berat 1,5 kg. Sel endotel memiliki berbagai
seperti prostasiklin yang merupakan suatu vasodilator poten dan penghambat agregasi
menjamin aliran darah koroner lancar. Faktor risiko yang dimiliki pasien akan
agregation).
bawah endothelium arteri. Low Density Lipoprotein (LDL) dalam darah akan
berbentuk bercak berwarna kekuningan, yang terdiri dari sel-sel yang disebut
foam cells. Sel-sel ini ialah sel-sel otot polos dan makrofag yang mengandung
c. Stage C: Fibrosis Plaque FormationFormasi plak fibrosis terdiri atas inti atau
central cholesterol dan tutup jaringan ikat (cap fibrous). Formasi ini memberikan dua
gambaran tipe yaitu Stable fibrous plaque dan Unstable fibrous plaque (Kasma,
2011).
Patofisiologi PJK
Aterosklerosis atau pengerasan arteri adalah kondisi pada arteri besar dan kecil
makrofag di seluruh kedalaman tunika intima (lapisan sel endotel), dan akhirnya ke
tunika media (lapisan otot polos). Arteri yang paling sering terkena adalah arteri
aterosklerosis dimulai dengan disfungsi lapisan endotel lumen arteri, kondisi ini dapat
terjadi setelah cedera pada sel endotel atau dari stimulus lain, cedera pada sel endotel
lemak menghasilkan oksigen radikal bebas yang selanjutnya dapat merusak pembuluh
darah. Cedera pada sel endotel dapat mencetuskan reaksi inflamasi dan imun,
termasuk menarik sel darah putih, terutama neutrofil dan monosit, serta trombosit ke
area cedera, sel darah putih melepaskan sitokin proinflamatori poten yang kemudian
memperburuk situasi, menarik lebih banyak sel darah putih dan trombosit ke area lesi,
siklus inflamasi, pembekuan dan fibrosis. Pada saat ditarik ke area cedera, sal darah
putih akan menempel disana oleh aktivasi faktor adhesif endotelial yang bekerja
seperti velcro sehingga endotel lengket terutama terhadap sel darah putih, pada saat
menempel di lapisan endotelial, monosit dan neutrofil mulai berimigrasi di antara sel-
sel endotel keruang interstisial. Di ruang interstisial, monosit yang matang menjadi
makrofag dan bersama neutrofil tetap melepaskan sitokin, yang meneruskan siklus
inflamasi. Sitokin proinflamatori juga merangsan ploriferasi sel otot polos yang
mengakibatkan sel otot polos tumbuh di tunika intima. Selain itu kolesterol dan lemak
meningkat, pada tahap indikasi dini kerusakan teradapat lapisan lemak diarteri.
Apabila cedera dan inflamasi terus berlanjut, agregasi trombosit meningkat dan
mulai terbentuk bekuan darah (tombus), sebagian dinding pembuluh diganti dengan
jaringan parut sehingga mengubah struktur dinding pembuluh darah, hasil akhir
pembentukan bekuan yang berasal dari trombosit dan proliferasi sel otot polos
dialami oleh arteri-arteri koroner akibat aterosklerosis dan tidak dapat berdilatasi
sebagai respon terhadap peningkatan kebutuhan oksigen, dan kemudian terjadi
pembentukan energi ini sangat tidak efisien dan menyebabkan terbentuknya asam
Ketika kekurangan oksigen pada jantung dan sel-sel otot jantung berkepanjangan
dan iskemia miokard yang tidak tertasi maka terjadilah kematian otot jantung yang di