Professional Documents
Culture Documents
ACHLASIA ESOFAGUS
Oleh:
Elisabeth Grety Rimporok, S.Ked
Pembimbing :
dr. Ruslan Duppa, M.Kes, Sp. Rad
Bagian : Radiologi
Fakultas : Kedokteran
Menyetujui :
Pembimbing, Penguji,
dr. Hj. Asirah Aris, Sp.Rad dr. Ruslan Duppa, M.Kes Sp.Rad
Mengetahui,
I. PENDAHULUAN
V. DIAGNOSIS
A. Gambaran Klinik
B. Gambaran Radiologi
C. Pemeriksaan Esofagoskopi
VII. KOMPLIKASI
VIII. PENATALAKANAAN
IX. PROGNOSIS
DAFTAR PUSTAKA
ACHALASIA ESOFAGUS
I. PENDAHULUAN
esophageal sphincter (cincin otot antara esophagus bagian bawah dan lambung)
merasa perlu mendorong atau memaksa turunnya makanan dengan air atau
minuman guna menyempurnakan proses menelan. Gejala lain dapat berupa rasa
sekarang, insidens penyakit ini telah cukup stabil dalam 50 tahun terakhir yaitu
sekitar 0,5 kasus per 100.000 populasi per tahun. Rasio kejadian penyakit ini sama
akalasia biasanya sering terjadi antara umur kelahiran sampai dekade ke-9, tapi
jarang terjadi pada 2 dekade pertama (kurang dari 5% kasus didapatkan pada
anak-anak). Umur rata-rata pada pasien orang dewasa adalah 25-60 tahun.(2)
III. ETILOGI DAN PATOFISIOLOGI
esofagus pars torakal. Dari beberapa data disebutkan bahwa faktor-faktor seperti
akalasia.(2,3,4)
berakibat lesi pada nukleus dorsalis vagus pada batang otak dan
pascavagotomi.
esophageal sphincter (sfingter esofagus atas), suatu cincin otot yang membentuk
bagian atas esofagus dan memisahkan esofagus dengan tenggorokan. Sfingter ini
selalu menutup untuk mencegah makanan dari bagian utama esofagus masuk ke
dalam tenggorokan. Bagian utama dari esofagus disebut sebagai badan dari
esofagus, suatu saluran otot yang panjangnya kira-kira 20 cm. Bagian fungsional
yang ketiga dari esofagus yaitu lower esophageal sphincter (sfingter esophagus
bawah), suatu cincin otot yang terletak di pertemuan antara esofagus dan
lambung. Seperti halnya sfingter atas, sfingter bawah selalu menutup untuk
badan esofagus. Sfingter bagian atas akan berelaksasi pada proses menelan agar
makanan dan saliva dapat masuk ke dalam bagian atas dari badan esofagus.
Kemudian, otot dari esofagus bagian atas yang terletak di bawah sfingter
Kontraksi yang disebut gerakan peristaltik ini akan membawa makanan dan saliva
untuk turun ke dalam lambung. Pada saat gelombang peristaltik ini sampai pada
sfingter bawah, maka akan membuka dan makanan masuk ke dalam lambung.(5)
melalui suatu proses menelan, dimana akan terjadi pembentukan bolus makanan
dengan ukuran dan konsistensi yang lunak, proses menelan terdiri dari tiga fase
yaitu :
1. Fase oral, makanan dalam bentuk bolus akibat proses mekanik bergerak
pada dorsum lidah menuju orofaring, palatum mole dan bagian atas
sudah lewat.(5)
V. DIAGNOSIS
A. Gambaran Klinik
Akalasia biasanya mulai pada dewasa muda walaupun ada juga yang
ditemukan pada bayi dan sangat jarang pada usia lanjut. Biasanya gejala yang
ditemukan adalah
dapat terjadi secara tiba-tiba setelah menelan atau bila ada gangguan
Sering regurgitasi terjadi pada malam hari pada saat penderita tidur,
permulaan. Pada stadium lanjut akan timbul rasa nyeri hebat di daerah
epigastrium dan rasa nyeri ini dapat menyerupai serangan angina
pektoris.
di daerah substernal.
5. Gejala lain yang biasa dirasakan penderita adalah rasa penuh pada
B. Gambaran Radiologi
gambaran batas cairan udara (air fluid level ) tampak retrocardia yang
elongasi.6,7,8
3. CT Scan
C. Esofagoskopi
akalasia oleh karena beberapa alasan yaitu untuk menentukan adanya esofagitis
retensi dan derajat keparahannya, untuk melihat sebab dari obstruksi, dan untuk
pelebaran lumen esofagus dengan bagian distal yang menyempit, terdapat sisa-
sisa makanan dan cairan di bagian proksimal dari daerah penyempitan, Mukosa
esofagitis akibat retensi makanan. Sfingter esofagus bawah akan terbuka dengan
bagian distal esofagus. Juga didapatkan gambaran bercak putih pada mukosa,
erosi dan ulkus akibat retensi makanan. Dengan pemeriksaan ini dapat
C. Patologi Anatomi
pleksus Auerbach yang mengatur motilitas esofagus. Selain itu, terjadi dilatasi dan
hipertrofi esofagus.
Kriteria Manometrik :
a. Keadaan normal :
Gelombang tunggal
b. Pada akalasia :
miokardial.
esofagus.
V. KOMPLIKASI
2) Bronkhitis
3) Pneumonia aspirasi
4) Abses paru
5) Divertikulum
6) Perforasi esofagus
8) Sudden death
VI. PENATALAKSANAAN
esofagus tidak dapat dipulihkan kembali. Terapi dapat dilakukan dengan memberi
1. Terapi Medikasi
esofagus distal dan suatu kontraksi sfingter esofagus bawah. Selain itu,
demikian hanya sekitar 10% pasien yang berhasil dengan terapi ini.
proksimal dari LES dan toksin tersebut diinjeksi secara caudal ke dalam
sfingter. Dosis efektif yang digunakan yaitu 80-100 unit/mL yang dibagi
dalam 20-25 unit/mL untuk diinjeksikan pada setiap kuadran dari LES.
Terapi ini sebaiknya digunakan pada pasien lansia yang kurang bisa
4. Pneumatic Dilatation
perforasi sekitar 5%. Jika terjadi perforasi, pasien segera dibawa ke ruang
b. Terapi Bedah
adalah suatu prosedur pilihan untuk akalasia esofagus. Operasi ini terdiri
dari suatu pemisahan serat otot (mis: miotomi) dari sfingter esofagus
bawah (5 cm) dan bagian proksimal lambung (2 cm), yang diikuti oleh
dan insidens refluks postoperatif adalah antara 10% dan 15%. Oleh
karena keberhasilan yang sangat baik, perawatan rumah sakit yang tidak
lama, dan waktu pemulihan yang cepat, maka terapi ini dianggap sebagai
2. Sjamsuhidajat. 1997. Wim de Jong Buku Ajar Itmu Bedah. EGC. Jakarta.
Hal. 9-676
3. Bakry F. Akalasia. Buku ajar ilmu penyakit dalam. 4th ed. Sudoyo AW,
penyakit. 4th ed. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC; 1995. p. 357-
358,363-365. (vol 1)
1981. p.529-530.
9. Sawyer MAJ. Achalasia. [Online]. 2006 Jun 22 [cited 2007 September 29];