Professional Documents
Culture Documents
1
LO 1. Memahami dan menjelaskan anatomi sistem limfatik
1.1 Makroskopik
a. Limfonodus/nodus limfatikus/kelenjar limfe
Bentuk oval seperti kacang tanah, mempunyai pinggiran yang cekung disebut
dengan hilus
Besarnya sebesar kepala peniti sampai sebesar buah kenari dan dapat diraba
terutama pada daerah leher, axilla, inguinale dan lain-lain
Terletak disekitar pembuluh darah yang berfungsi memproduksi limfosit dan
antibodi untuk mencegah penyebaran infeksi lanjutan
Batas-batas anatomi :
2
1. Batas anterior: Manubrium sterni & rawan Costae
2. Batas atas: Regio Colli Inferior (trachea)
c. Tonsil
1) Tonsila palatina
o Terletak pada dinding lateralis, orofaring dekstra dan sinistra
o Terletak dalam satu lekukan yang dikenal dengan fossa tonsilaris,
dasar dari lekukan itu adal tonsil bed
o Tonsil membuka ke cavum oris terdiri dari 12-15 crypta tonsilaris
o Ditutupi oleh selapis jaringan ikat fibrosa yang berbentuk capsula
o Persyarafan tonsil oleh N IX (Glossopharyngues) dan N palatinus (N
V2)
o Pendarahan berasal dari arteria tonsilaris cabang a.maxillaris externa
(facialis) dan arteria tonsilaris vabang a.pharyngica ascendens lingualis
2) Tonsila inguialis
o Terletak dibelakang lidah, 1/3 bagian posterior, tidak mempunya
papilla sehingga terlihat permukaan berbenjol-benjol (folikel).
o Pendarahan tonsil berasal dari arteria dorsalis lingue (cabang arteria
lingualis), arteria carotis eksterna
3) Tonsila pharyngealis
o Terdapat di daerah nasofaring dibelakang pintu hidung belakang
o Bila membesar disebut adenoid, dapat menyebabkan sesak nafas
karena dapat menyumbat pintu nares posterior (choanae), terletak di
daerah nasopharynx, tepatnya diatas torus tobarius dan OPTA
3
d. Lien (limfa)
Organ limfoid terbesar, lunak, rapuh dan vascular berwarna kemerahan dan
bentuk oval
Besar lien sebesar kepalan tangan sendiri
Dibungkus oleh jaringan perlekatan peritoneum pada permukaan yang disebut
kapsula lienalis
Fiksasi lien ke ginjal melalui ligamentum renolienalis dan ke lambung melalui
ligamentum gastrolienalis
Pembuluh darah masuk daerah hilus lienalis adalah arteri lienalis dan darah
vena masuk melalui vena lienalis (vena port untuk dibawa ke hepar)
Terdapat pusat immunologis yaitu folikel limfoid (pulpa alba / folikel putih )
yang tersebar di seluruh sinusoid yang sangat vaskular (pulpa rubra / folikel
merah)
Memiliki serat otot polos yang membantu pengaturan volume darah didalam
lien, juga serat kolagen dan elastis
Batas anatomis :
o Anterior = Gaster, cauda pankreas, fleksura colli sinistra, renalis
sinistra
o Posterior = Diaphragma, pleura dan pulmo sinistra, costae 9-12
4
1.2 Mikroskopik
a. Limfonodus/nodus limfatikus/kelenjar limfe
Organ bersimpai berbentuk bulat / mirip ginjal, terdiri dari jaringan limfoid.
Tersebar diseluruh tubuh disepanjang jalannya pembuluh limfe
Nodus ditemukan di ketiak dan di lipat paha, sepanjang pembuluh-pembuluh
besar di leher dan dalam jumlah besar di toraks dan abdomen terutama dalam
mesenterium
Limfonodus memiliki sisi konveks (cembung) dan konkaf (cekung) yg disebut
hilus tempat arteri dan saraf masuk dan vena keluar dr organ
Korteks luar
o Dibentuk oleh jar.limfoid yang terdiri dari satu jar. sel retikular dan
serat retikular yang dipenuhi oleh limfosit B
o Di dalam jar.limfoid korteks terdapat struktur berbentuk sferis yang
disebut nodulus limfatikus
o Terdapat sinus subkapsularis, yang dibentuk oleh suatu jar.ikat longgar
dari makrofag, sel retikular dan serat retikular
Korteks dalam
o Merupakan kelanjutan korteks luar, mengandung beberapa nodulus
o Mengandung banyak limfosit T
Medulla
o Terdiri dari korda medularis yg merupakan perluasan korteks dalam
o Banyak mengandung Limfosit B dan beberapa sel plasma
o Korda medularis dipisahkan oleh struktur seperti kapiler yg berdilatasi
sinus limfoid medularis yang mengandung cairan limfe
Limfe mengalir ke nodus limfatikus untuk membersihkannya dari partikel
asing sebelum kembali ke sirkulasi darah.
Sewaktu cairan limfe mengalir melalui sinus, 99% atau lebih antigen dan
kotoran lainnya dipindahkan oleh aktivitas fagositosis makrofag.
Infeksi dan perangsangan antigenik menyebabkan limfonodus yang terinfeksi
membesar dan membentuk pusat-pusat germinativum yang banyak dengan
proliferasi sel yang aktif
5
b. Tonsil
1) Tonsila palatine
o Terletak pada dinding lateral faring bagian oral
o Permukaan tonsila palatina dilapisi oleh epitel berlapis gepeng tanpa
lapisan tanduk yang juga melapisi bagian mulut lainnya
o Setiap tonsila memiliki 10-20 invaginasi epitel (epitel berlapis gepeng
tanpa lapisan tanduk) yang menyusup ke dalam parenkim membentuk
kriptus yang mengandung sel-sel epitel yg terlepas, limfosit hidup dan
mati, dan bakteri dalam lumennya
o Yang memisahkan jar.limfoid dari organ-organ berdekatan adalah satu
lapis jaringan ikat padat yamgg disebut simpai tonsila yg biasanya
bekerja sebagai sawar terhadap penyebaran infeksi tonsila
o Di bawah tonsila palatina terdapat jar.ikat padat yang membentuk
kapsul. Dari kapsul terbentuk trabekula dengan pembuluh darah,
dibawah kapsul terdapat serat otot rangka
2) Tonsila lingualis
o Lebih kecil dan lebih banyak
o Terletak pada pangkal lidah
o Ditutupi epitel berlapis gepeng
o Masing-masing mempunyai sebuah kriptus
3) Tonsila faringea
o Merupakan tonsila tunggal yang terletak dibagian supero-posterior
faring.
o Ditutupi epitel bertingkat silindris bersilia
o Terdiri dari lipatan-lipatan mukosa dengan jar. Limfoid difus dan
nodulus limfatikus
o Tidak memiliki kriptus
o Simpai lebih tipis dari T. palatina
6
c. Timus
Timus memiliki suatu simpai jaringan ikat yg masuk ke dlm parenkim dan
membagi timus menjadi lobulus.
Setiap lobulus memiliki satu zona perifer gelap disebut korteks dan zona pusat
yg terang disebut medula korteks dan medula berisi sel-sel limfosit.
Sel limfosit berasal dr sel mesenkim yg menyusup ke dlm suatu epitel
primordium dr kantung faringeal ke 3 dan 4.
Korteks timus
o limfosit T yg sangat banyak,
o Sel retikular epitel yg tersebar
o Bbrp makrofag
Medulla timus
o Mengandung sel retikular dan limfosit
o Sel2 ini menyebabkan medula tampak lebih pucat dibanding bgn
korteks
o Mengandung badan hassal (corpusculum tymicum) yang merupakan
sel retikular epitel gepeng yg tersusun konsentris , mengalami
degenerasi dan mengandung granula keratohialin.
Timus mengalami involusi stlh pubertas
Timus ditempati oleh sel-sel yg dihasilkan dr sumsum tulang.
Sel-sel ini mulai menjalani diferensiasinya mjd sel T
Timus menghasilkan beberapa faktor pertumbuhan protein yg merangsang
proliferasi dan diferensiasi limfosit T
7
d. Lien (limpa)
Merupakan tempat destruksi bagi banyak sel darah merah.
Merupakan tempat pembentukan limfosit yang masuk ke dalam darah.
Limpa bereaksi segera terhadap antigen yang terbawa darah dan merupakan
organ pembentuk antibodi penting
Dibungkus oleh simpai jaingan ikat padat yang menjulurkan trabekula yang
membagi parenkim atau pulpa limpa menjadi kompartemen tidak sempurna
Pulpa limpa tidak mempunyai pembuluh limfe
Limpa dibentuk oleh jalinan kerja jaringan retikular yang mengandung sel
limfoid, makrofag dan sel-sel antigen-presenting
Tidak memperlihatkan adanya daerah korteks dan medula yang jelas
Kapsul pada limpa lebih tebal dibanding pada limfonodus
Pulpa limpa
o Pada permukaan irisan melalui limpa, tampak bintik-bintik putih
dalam parenkim nodulus limfatikus (pulpa putih/pulpa alba)
o Pulpa alba terdapat dalam jaringan merah tua yang penuh dengan
darah pulpa merah/pulpa rubra.
o Pulpa rubra terdiri atas bangunan memanjang yaitu korda limpa (korda
billroth) yg terdapat diantara sinusoid
Pulpa putih
o Terdiri dari jar. limfoid yang menyelubungi A. sentralis dan nodulus
limfatikus
o Sel-sel limfoid yang mengelilingi A. sentralis terutama Limfosit T dan
membentuk selubung periarteri.
o Nodulus limfatikus terutama limfosit B
o Diantara pulpa putih dan pulpa merah terdapat zona marginalis
8
Pulpa merah: jar.retikular dengan ciri khas, yaitu adanya:
o korda limpa yang terdiri dari sel dan serat retikular
o makrofag
o limfosit
o sel plasma dan banyak unsur darah (eritrosit, trombosit, granulosit)
o Banyak terdapat sinusoid
Zona marginalis
o Terdiri dari banyak sinus dan jar.ikat longgar.
o Terdapat sedikit limfosit dan banyak makrofag yg aktif
o Banyak mengandung antigen darah peran utama dalam aktivitas
imunologis limpa
Fungsi limpa
o Pembentukan limfosit
dibentuk dalam pulpa putih pulpa rubra sinusoid bercampur
darah
o Destruksi eritrosit
Dilakukan oleh makrofag dalam korda pulpa merah
o Pertahanan organisme
Oleh karena kandungan limfosit B, limfosit T, sel antigen presenting
dan makrofag
Drainase cairan limfe regio panggul dan pinggang masuk ke nodus limfatikus
subinguinalis.
LO 2. Memahami dan menjelaskan respon imun/imunitas
2. 1 Pengertian respon imun
9
Respon imun adalah terjadinya resistensi (imunitas) terhadap zat asing (misal
agen infeksius). Respon imun dapat diperantarai antibody (humoral) , diperantarai
sel (selular), atau keduanya.
10
Bakteri ditangkap oleh mucus sehingga dapat disingkirkan dari
saluran napas
Sekresi mukosa saluran napas dan saluran cerna mengandung
peptide antimicrobial yang dapat memusnahkan mikroba pathogen
Mikroba pathogen yang berhasil menembus sawar fisik dan masuk
ke jaringan dibawahnya dapt dimusnahkan dengan bantuan
komplemen dan dicerna oleh fagosit
Pertahanan humoral: sistem imun nonspesifik menggunakan berbagai
molekul, diantaranya adalah peptide antimikroba seperti defisiensi,
katelisidin dan IFN dengan efek antiviral.
1) Komplemen
Komplemen akan rusak pada pemanasan 56oC selama 30
menit
Komplemen terdiri atas jumlah besar protein yang bila
diaktifkan dapat memberikan efek proteksi terhadap infeksi
dan berperan dalam respon inflamasi
Komplemen dengan spectrum aktivitas yang luas diproduksi
oleh hepatosit dan monosit serta langsung dapat diaktifkan
oleh mikroba atau produknya
Komplemen berperan sebagai opsonin yang meningkatkan
fagositosis, sebagai factor kemotaktik, menimbulkan
destruksi/lisis bakteri dan parasit
antibody diinduksi oleh infeksi subklinis antibody dengan
bantuan komplemen akan menghancurkan membrane lapisan
lipopolisakarida dinding sel bila LPS lemah maka
lizosim, mukopeptida dapat menembus membrane bakteri dan
menghancurkan lapisan mukopeptida
MAC dari sistem komplemen dapat membentuk lubang-
lubang kecil dalam sel membrane bakteri sehingga bahan
sitoplasma yang mengandung bahan-bahan vital keluar sel dan
menimbulkan kematian mikroba
11
inflamasi dan jika tetap tinggi maka menunjukkan infeksi
yang persisten. CRP dapat meningkat dengan bantuan Ca++.
Lektin/kolektin merupakan molekul larut dalam plasma yang
dapat mengikat manan/manosa dalam polisakarida (karenanya
disebut MBL) yang merupakan permukaan banyak bakteri
seperti galur pneumokokus dan banyak mikroba, tetapi tidak
pada sel vertebrata. Lektin berperan sebagai opsonin yang
mengaktifkan komplemen
Protein fase akut lainnya adalah 1-antitripsin, amilod serum
A, haptoglobin, C9, factor B dan fibrinogen yang juga
berperan pada peningkatan laju endap darah akibat infeksi,
namun dibentuk jauh lebih lambat dari CRP
Mekanisme fosfolipid diperlukan untuk produksi PG dan LTR
yang berguna untuk meningkatkan respons inflamasi melalui
peningkatan permeabilitas vascular dan vasodilatasi
Sitokin IL-1, IL-6, TNF- disebut sitokin proinflamasi,
merangsang hati untuk mensintesis dan melepas sejumlah
protein plasma.
Pertahanan selular: fagosit, sel NK, sel mast dan eosinofil berperan dalam
sistem imun nonspesifik selular. Sel-sel tersebut dapat ditemukan di
jaringan atau di dalam sirkulasi dan dapat mengenal produk mikroba
esensial yang diperlukan untuk hidupnya.
12
B. Imunitas adapatif: didapat setelah terjadi paparan terhadap antigen, bersifat
spesifik.
Imunitas pasif: diperankan oleh antibody atau limfosit yang telah
dibentuk sebelumnya didalam tubuh pejamu yang lain,diberikan dalam
antiserum
Imunitas aktif: diinduksi setelah kontak (klinis atau subklinis) dengan
antigen
3. 2 Ciri-ciri antigen
1. Keasingan
Molekul harus bersifat nonself
2. Ukuran molecular
Imunogen yang paling poten adalah imunogen yang berukuran besar. Hapten
dapat menjadi imunogenik jika berikatan dengan protein pembawa
3. Kompleksitas struktural dan kimiawi
Diperlukan tingkat kompleks tertentu. Contoh homopolimer kurang bersifat
imunogenik dibandingkan heteropolimer yang menganduk 2-3 AA yang
berbeda.
4. Determinan antigen ( Epitop)
Merupan unit terkecil dr suatu antigen kompleks yang mampu berikatan
dengan antibodi.
5. Konstitusi penjamu
6. Dosis, rute dan waktu pemberian antigen
3. 3 Klasifikasi antigen
a. Pembagian antigen menurut epitop
Unideterminan, univalent = hanya satu jenis determinan/epitop pada satu
molekul
Unideterminan, multivalent = hanya satu jenis determinan tetapi dua atau
lebih determinan tersebut ditemukan pada satu molekul
13
Multideterminan, univalent = banyak epitop yang bermacam-macam tetapi
hanya satu dari setiap macamnya (kebanyakan protein)
Multideterminan, multivalent = banyak macam determinan dan banyak
dari setiap macam pada satu molekul (antigen dengan berat molekul yang
tinggi dan kompleks secara kimiawi)
Antibodi adalah molekul immunoglobulin yang bereaksi dengan antigen spesifik yang
menginduksi sintesisnya dan dengan molekul yang sama; digolongkan menurut cara kerja
seperti agglutinin, bakteriolisin, hemolisin, opsonin, atau presipitin. Antibodi disintesis
14
oleh limfosit B yang telah diaktifkan dengan pengikatan antigen pada reseptor permukaan
sel. Antibodi biasanya disingkat penulisaanya menjadi Ab. (Dorlan).
Antibodi terdiri dari sekelompok protein serum globuler yang disebut sebagai
immunoglobulin (Ig). Sebuah molekul antibody umumnya mempunyai dua tempat
pengikatan antigen yang identik dan spesifik untuk epitop (determinan antigenik) yang
menyebabkan produksi antibody tersebut. Masing-masing molekul antibody terdiri atas
empat rantai polipeptida, yaitu dua rantai berat (heavy chain) yang identik dan dan dua
rantai ringan (light chain) yang identik, yang dihubungkan oleh jembatan disulfida untuk
membentuk suatu molekul berbentuk Y. Pada kedua ujung molekul berbentuk Y itu
terdapat daerah variabel (V) rantai berat dan ringan. Disebut demikian karena urutan
asam amino pada bagian ini sangat bervariasi dari satu antibodi ke antibodi yang lain.
Daerah V rantai berat dan daerah V rantai ringan secara bersama-sama membentuk suatu
kontur unik tempat pengikatan antigen milik antibodi. Interaksi antara tempat pengikatan
antigen dengan epitopnya mirip dengan interaksi enzim dan substratnya: ikatan
nonkovalen berganda terbentuk antara gugus-gugus kimia pada masing-masing molekul.
(Campbell).
4. 2 Struktur antibody
15
polipeptida yang tersusun dari rangkaian asam amino yang dikenal sebagai rantai H
(rantai berat) dengan berat molekul 55.000 dan rantai L (rantai ringan) dengan berat
molekul 22.000. Tiap rantai dasar imunoglobulin (satu unit) terdiri dari 2 rantai H
dan 2 rantai L. Kedua rantai ini diikat oleh suatu ikatan disulfida sedemikian rupa
sehingga membentuk struktur yang simetris. Yang menarik dari susunan
imunoglobulin ini adalah penyusunan daerah simetris rangkaian asam amino yang
dikenal sebagai daerah domain, yaitu bagian dari rantai H atau rantai L, yang terdiri
dari hampir 110 asam amino yang diapit oleh ikatan disulfid interchain, sedangkan
ikatan antara 2 rantai dihubungkan oleh ikatan disulfid interchain. Rantai L
mempunyai 2 tipe yaitu kappa dan lambda, sedangkan rantai H terdiri dari 5 kelas,
yaitu rantai G (), rantai A (), rantai M (), rantai E () dan rantai D (). Setiap
rantai mempunyai jumlah domain berbeda. Rantai pendek L mempunyai 2 domain;
sedang rantai G, A dan D masing-masing 4 domain, dan rantai M dan E masing-
masing 5 domain.
Rantai dasar imunoglobulin dapat dipecah menjadi beberapa fragmen. Enzim papain
memecah rantai dasar menjadi 3 bagian, yaitu 2 fragmen yang terdiri dari bagian H
dan rantai L. Fragmen ini mempunyai susunan asam amino yang bervariasi sesuai
dengan variabilitas antigen. Fab memiliki satu tempat tempat pengikatan antigen
(antigen binding site) yang menentukan spesifisitas imunoglobulin. Fragmen lain
disebut Fc yang hanya mengandung bagian rantai H saja dan mempunyai susunan
asam amino yang tetap. Fragmen Fc tidak dapat mengikat antigen tetapi memiliki
sifat antigenik dan menentukan aktivitas imunoglobulin yang bersangkutan,
misalnya kemampuan fiksasi dengan komplemen, terikat pada permukaan sel
makrofag, dan yang menempel pada sel mast dan basofil mengakibatkan degranulasi
sel mast dan basofil, dan kemampuan menembus plasenta.
Enzim pepsin memecah unit dasar imunoglobulin tersebut pada gugusan karboksil
terminal sampai bagian sebelum ikatan disulfida (interchain) dengan akibat
kehilangan sebagian besar susunan asam amino yang menentukan sifat antigenik
determinan, namun demikian masih tetap mempunyai sifat antigenik. Fragmen Fab
yang tersisa menjadi satu rangkaian fragmen yang dikenal sebagai F(ab2) yang
mempunyai 2 tempat pengikatan antigen.
4. 3 Klasifikasi antibody
16
Klasifikasi imunoglobulin berdasarkan kelas rantai H. Tiap kelas mempunyai
berat molekul, masa paruh, dan aktivitas biologik yang berbeda. Pada manusia
dikenal 4 sub kelas IgG yang mempunyai rantai berat l, 2, 3, dan 4. Perbedaan
antar subkelas lebih sedikit dari pada perbedaan antar kelas.
Imunoglobulin G
IgG mempunyai struktur dasar imunoglobulin yang terdiri dari 2 rantai berat H
dan 2 rantai ringan L. IgG manusia mempunyai koefisien sedimentasi 7 S dengan
berat molekul sekitar 150.000. Pada orang normal IgG merupakan 75% dari
seluruh jumlah imunoglobulin.
Imunoglobulin G terdiri dari 4 subkelas, masing-masing mempunyai perbedaan
yang tidak banyak, dengan perbandingan jumlahnya sebagai berikut: IgG1 40-
70%, IgG2 4-20%, IgG3 4-8%, dan IgG4 2-6%. Masa paruh IgG adalah 3
minggu, kecuali subkelas IgG3 yang hanya mempunyai masa paruh l minggu.
Kemampuan mengikat komplemen setiap subkelas IgG juga tidak sama, seperti
IgG3 > IgGl > IgG2 > IgG4. Sedangkan IgG4 tidak dapat mengikat komplemen
dari jalur klasik (ikatan C1q) tetapi melalui jalur alternatif. Lokasi ikatan C1q
pada molekul IgG adalah pada domain CH2.
Sel makrofag mempunyai reseptor untuk IgG1 dan IgG3 pada fragmen Fc. Ikatan
antibodi dan makrofag secara pasif akan memungkinkan makrofag memfagosit
antigen yang telah dibungkus antibodi (opsonisasi). Ikatan ini terjadi pada
subkelas IgG1 dan IgG3 pada lokasi domain CH3.
Bagian Fc dari IgG mempunyai bermacam proses biologik dimulai dengan
kompleks imun yang hasil akhirnya pemusnahan antigen asing. Kompleks imun
yang terdiri dari ikatan sel dan antibodi dengan reseptor Fc pada sel killer
memulai respons sitolitik (antibody dependent cell-mediated cytotoxicity =
ADCC) yang ditujukan pada antibodi yang diliputi sel. Kompleks imun yang
berinteraksi dengan sel limfosit pada reseptor Fc pada trombosit akan
menyebabkan reaksi dan agregasi trombosit. Reseptor Fc memegang peranan
pada transport IgG melalui sel plasenta dari ibu ke sirkulasi janin.
17
Imunoglobulin M
Imunoglobulin A
IgA terdiri dari 2 jenis, yakni IgA dalam serum dan IgA mukosa. IgA dalam
serum terdapat sebanyak 20% dari total imunoglobulin, yang 80% terdiri dari
molekul monomer dengan berat molekul 160.000, dan sisanya 20% berupa
polimer dapat berupa dua, tiga, empat atau lima monomer yang dihubungkan satu
18
dengan lainnya oleh jembatan disulfida dan rantai tunggal J. Polimer tersebut
mempunyai koefisien sedimentasi 10,13,15 S.
Sekretori IgA
19
rantai J dimer yang memungkinkan melewati sel epitel mukosa. SIgA merupakan
pertahanan pertama pada daerah mukosa dengan cara menghambat perkembangan
antigen lokal, dan telah dibuktikan dapat menghambat virus menembus mukosa.
Imunoglobulin D
Konsentrasi IgD dalam serum sangat sedikit (0,03 mg/ml), sangat labil terhadap
pemanasan dan sensitif terhadap proteolisis. Berat molekulnya adalah 180.000.
Rantai mempunyai berat molekul 60.000 70.000 dan l2% terdiri dari
karbohidrat. Fungsi utama IgD belum diketahui tetapi merupakan imunoglobulin
permukaan sel limfosit B bersama IgM dan diduga berperan dalam diferensiasi sel
ini.
20
Keberhasilan Imunisasi tergantung faktor:
2) Genetik
Secara genetik respon imun manusia terhadap Ag tertentu baik, cukup, rendah
keberhasilan vaksinasi tidak 100%
3) Kualitas vaksin
b. Dosis vaksin:
c. Frekuensi Pemberian
Respon imun sekunder = Sel efektor aktif lebih cepat, lebih tinggi
produksinya, afinitas lebih tinggi. Frekuensi pemberian mempengaruhi respon
21
imun yang terjadi . Bila vaksin berikutnya diberikan pada saat kadar Ab
spesifik masih tinggi Ag dinetralkan oleh Ab spesifik tidak merangsang sel
imunokompeten.
e. Jenis Vaksin
4) Kandungan vaksin
Pembekuan : toxoid
Desinfeksi/antiseptik : sabun
6) Jadwal Imunisasi
Untuk keseragaman
22
5. 3 Jenis-jenis dan mekanisme vaksin
a. Imunisasi BCG
23
membentuk luka terbuka (ulkus). Luka ini akhirnya sembuh secara spontan
dalam waktu 8-12 minggu dengan meninggalkan jaringan parut.
2) Reaksi regional : pembesaran kelenjar getah bening ketiak atau leher, tanpa
disertai nyeri tekan maupun demam, yang akan menghilang dalam waktu 3-6
bulan.
b. Imunisasi DPT
Imunisasi DPT adalah suatu vaksin 3-in-1 yang melindungi terhadap difteri,
pertusis dan tetanus.
Difteri adalah suatu infeksi bakteri yang menyerang tenggorokan dan dapat
menyebabkan komplikasi yang serius atau fatal.
Pertusis (batuk rejan) adalah inteksi bakteri pada saluran udara yang ditandai
dengan batuk hebat yang menetap serta bunyi pernafasan yang melengking.
Pertusis berlangsung selama beberapa minggu dan dapat menyebabkan serangan
batuk hebat sehingga anak tidak dapat bernafas, makan atau minum. Pertusis
juga dapat menimbulkan komplikasi serius, seperti pneumonia, kejang dan
kerusakan otak.
Tetanus adalah infeksi bakteri yang bisa menyebabkan kekakuan pada rahang
serta kejang.
Vaksin DPT adalah vaksin 3-in-1 yang bisa diberikan kepada anak yang berumur
kurang dari 7 tahun.Biasanya vaksin DPT terdapat dalam bentuk suntikan, yang
disuntikkan pada otot lengan atau paha.
Imunisasi DPT diberikan sebanyak 3 kali, yaitu pada saat anak berumur 2 bulan
(DPT I), 3 bulan (DPT II) dan 4 bulan (DPT III); selang waktu tidak kurang dari 4
minggu. Imunisasi DPT ulang diberikan 1 tahun setelah DPT III dan pada usia
prasekolah (5-6 tahun).
Jika anak mengalami reaksi alergi terhadap vaksin pertusis, maka sebaiknya
diberikan DT, bukan DPT.
Setelah mendapatkan serangkaian imunisasi awal, sebaiknya diberikan booster
vaksin Td pada usia 14-16 tahun kemudian setiap 10 tahun (karena vaksin hanya
memberikan perlindungan selama 10 tahun, setelah 10 tahun perlu diberikan
booster).
Hampir 85% anak yang mendapatkan minimal 3 kali suntikan yang mengandung
vaksin difteri, akan memperoleh perlindungan terhadap difteri selama 10 tahun.
24
DPT sering menyebakan efek samping yang ringan, seperti demam ringan atau
nyeri di tempat penyuntikan selama beberapa hari. Efek samping tersebut terjadi
karena adanya komponen pertusis di dalam vaksin.
Pada kurang dari 1% penyuntikan, DTP menyebabkan komplikasi berikut :
o demam tinggi (lebih dari 40,5 Celsius)
o kejang
o kejang demam (resiko lebih tinggi pada anak yang sebelumnya pernah
mengalami kejang atau terdapat riwayat kejang dalam keluarganya)
o syok (kebiruan, pucat, lemah, tidak memberikan respon).
Jika anak sedang menderita sakit yang lebih serius dari pada flu ringan, imunisasi
DPT bisa ditunda sampai anak sehat. Jika anak pernah mengalami kejang,
penyakit otak atau perkembangannya abnormal, penyuntikan DPT sering ditunda
sampai kondisinya membaik atau kejangnya bisa dikendalikan.
1-2 hari setelah mendapatkan suntikan DPT, mungkin akan terjadi demam ringan,
nyeri, kemerahan atau pembengkakan di tempat penyuntikan. Untuk mengatasi
nyeri dan menurunkan demam, bisa diberikan asetaminofen (atau ibuprofen).
Untuk mengurangi nyeri di tempat penyuntikan juga bisa dilakukan kompres
hangat atau lebih sering menggerak-gerakkan lengan maupun tungkai yang
bersangkutan.
c. Imunisasi DT
d. Imunisasi TT
25
e. Imunisasi Polio
26
IPV bisa menyebabkan nyeri dan kemerahan pada tempat penyuntikan, yang
biasanya berlangsung hanya selama beberapa hari.
f. Imunisasi Campak
g. Imunisasi MMR
27
Suntikan pertama diberikan pada saat anak berumur 12-15 bulan. Suntikan
pertama mungkin tidak memberikan kekebalan seumur hidup yang adekuat,
karena itu diberikan suntikan kedua pada saat anak berumur 4-6 tahun (sebelum
masuk SD) atau pada saat anak berumur 11-13 tahun (sebelum masuk SMP).
Imunisasi MMR juga diberikan kepada orang dewasa yang berumur 18 tahun atau
lebih atau lahir sesudah tahun 1956 dan tidak yakin akan status imunisasinya atau
baru menerima 1 kali suntikan MMR sebelum masuk SD.
Dewasa yang lahir pada tahun 1956 atau sebelum tahun 1956, diduga telah
memiliki kekebalan karena banyak dari mereka yang telah menderita penyakit
tersebut pada masa kanak-kanak. Pada 90-98% orang yang menerimanya,
suntikan MMR akan memberikan perlindungan seumur hidup terhadap campak,
campak Jerman dan gondongan.
Suntikan kedua diberikan untuk memberikan perlindungan adekuat yang tidak
dapat dipenuhi oleh suntikan pertama.
Efek samping yang mungkin ditimbulkan oleh masing-masing komponen vaksin:
o Komponen campak
1-2 minggu setelah menjalani imunisasi, mungkin akan timbul ruam kulit.
Hal ini terjadi pada sekitar 5% anak-anak yang menerima suntikan MMR.
Demam 39,50 Celsius atau lebih tanpa gejala lainnya bisa terjadi pada 5-
15% anak yang menerima suntikan MMR. Demam ini biasanya muncul
dalam waktu 1-2 minggu setelah disuntik dan berlangsung hanya selama
1-2 hari. Efek samping tersebut jarang terjadi pada suntikan MMR kedua.
o Komponen gondongan
Pembengkakan ringan pada kelenjar di pipi dan dan dibawah rahang,
berlangsung selama beberapa hari dan terjadi dalam waktu 1-2 minggu
setelah menerima suntikan MMR.
28
berumur dibawah 6 tahun bisa mengalami aktivitas kejang (misalnya
kedutan). Hal ini biasanya terjadi dalam waktu 1-2 minggu setelah
suntikan diberikan dan biasanya berhubungan dengan demam tinggi.
Keuntungan dari vaksin MMR lebih besar jika dibandingkan dengan efek
samping yang ditimbulkannya. Campak, gondongan dan campak Jerman
merupakan penyakit yang bisa menimbulkan komplikasi yang sangat serius.
Jika anak sakit, imunisasi sebaiknya ditunda sampai anak pulih. Imunisasi MMR
sebaiknya tidak diberikan kepada:
o anak yang alergi terhadap telur, gelatin atau antibiotik neomisin
o anak yang 3 bulan yang lalu menerima gamma globulin
o anak yang mengalami gangguan kekebalan tubuh akibat kanker, leukemia,
limfoma maupun akibat obat prednison, steroid, kemoterapi, terapi
penyinaran atau obati imunosupresan.
o wanita hamil atau wanita yang 3 bulan kemudian hamil.
h. Imunisasi Hib
i. Imunisasi Varisella
29
varisella sebelum berumur 13 tahun hanya memerlukan 1 dosis vaksin. Kepada
anak-anak yang berumur 13 tahun atau lebih, yang belum pernah mendapatkan
vaksinasi varisella dan belum pernah menderita cacar air, sebaiknya diberikan 2
dosis vaksin dengan selang waktu 4-8 minggu.
Cacar air disebabkan oleh virus varicella-zoster dan sangat menular. Biasanya
infeksi bersifat ringan dan tidak berakibat fatal; tetapi pada sejumlah kasus terjadi
penyakit yang sangat serius sehingga penderitanya harus dirawat di rumah sakit
dan beberapa diantaranya meninggal. Cacar air pada orang dewasa cenderung
menimbulkan komplikasi yang lebih serius.
Vaksin ini 90-100% efektif mencegah terjadinya cacar air. Terdapat sejumlah kecil
orang yang menderita cacar air meskipun telah mendapatkan suntikan varisella;
tetapi kasusnya biasanya ringan, hanya menimbulkan beberapa lepuhan (kasus
yang komplit biasanya menimbulkan 250-500 lepuhan yang terasa gatal) dan
masa pemulihannya biasanya lebih cepat.
Vaksin varisella memberikan kekebalan jangka panjang, diperkirakan selama 10-
20 tahun, mungkin juga seumur hidup.
Efek samping dari vaksin varisella biasanya ringan, yaitu berupa :
o demam
o nyeri dan pembengkakan di tempat penyuntikan
o ruam cacar air yang terlokalisir di tempat penyuntikan.
30
Anak-anak atau orang dewasa yang 3-6 bulan yang lalu menerima
suntikan immunoglobulin.
j. Imunisasi HBV
31
yang memakan tujuh butir kurma ajwah, maka dia akan terhindar sehari itu dari racun dan
sihir(HR. Bukhari : 5768, Muslim : 4702).
Hadits ini menunjukkan secara jelas tentang disyariatkannya mengambil sebab untuk
membentengi diri dari penyakit sebelum terjadi. Demikian juga kalau dikhawatirkan terjadi
wabah yang menimpa maka hukumnya boleh sebagaimana halnya boleh berobat tatkala
terkena penyakit.
Boleh dalam kondisi darurat dalil firman Allah : Sesungguhnya Allah telah menjelaskan
kepada kamu apa yang diharamkan-Nya atasmu, kecuali apa yang terpaksa kamu
memakannya. (QS. Al- Anam [6]:119)
Namun kaidah ini harus memenuhi dua persyaratan: tidak ada pengganti lainya
yang boleh (mubah/halal) dan mencukupkan sekadar untuk kebutuhan saja.
Oleh karena itu, al-Izzu bin Abdus Salam mengatakan : Seandainya seorang
terdesak untuk makan barang najis maka dia harus memakannya, sebab kerusakan
jiwa dan anggota badan lebih besar daripada kerusakan makan barang najis.20
Semua syariat itu mudah. Namun, apabila ada kesulitan maka akan ada tambahan
kemudahan lagi. Alangkah bagusnya ucapan Imam asy-Syafii tatkala berkata :
Kaidah syariat itu dibangun (di atas dasar) bahwa segala sesuatu apabila
sempit maka menjadi luas.21
32
DAFTAR PUSTAKA
DORLAN
SOBOTTA
Jawetz, Melnick, dan Adelberg. 2008. Mikrobiologi Kedokteran edisi 23. Jakarta: EGC
http://www.google.co.id/search?
tbm=isch&hl=id&source=hp&biw=1366&bih=557&q=STRUKTUR+IMUNOLOGI&gbv=2&a
q=f&aqi=g1&aql=&oq=
http://medicastore.com/penyakit/81/Imunisasi.html
http://astaqauliyah.com/2008/08/imunisasi-pengertian-jenis-dan-ruang-lingkup/
33