You are on page 1of 14

TRIMESTER 3

PLASENTA PREVIA

1. DEFINISI
Plasenta previa adalah posisi plasenta yang berada di segmen bawah uterus, baik posterior
maupun anterior, sehingga perkembangan plasenta yang sempurna menutupi os serviks.
(Helen Varney, 2007)
Plasenta previa adalah plasenta yang berimplantasi pada bagian segmen bawah rahim,
sehingga dapat menutupi sebagian atau seluruh jalan lahir yang ditandai dengan perdarahan
uterus yang dapat keluar melalui vagina tanpa adanya rasa nyeri pada kehamilan trimester
terakhir, khususnya pada bulan kedelapan (Chalik, 2008).
Plasenta previa adalah keadaan dimana plasenta berimplantasi pada tempat abnormal yaitu
pada segmen bawah rahim (SBR) sehingga menutupi sebagian atau seluruh permukaan jalan
lahir (Ostium uteri Internum) dan oleh karenanya bagianterendah sering kali terkendala
memasuki pintu atas panggu (PAP) atau menimbulkan kelainan janin dalam lahir. Pada
keadaan normal plasenta umumnya terletak di corpus uteri bagian depan atau belakang agak
ke arah fundus uteri. (Prawirohardjo, 2010)

2. ETIOLOGI
Penyebab terjadinya plasenta previa diantaranya adalah mencakup (Manuaba, 2003):
a) Melebarnya pertumbuhan plasenta :
Kehamilan kembar (gamelli).
Tumbuh kembang plasenta tipis.
b) Kurang suburnya endometrium :
Malnutrisi ibu hamil.
Melebarnya plasenta karena gamelli.
Bekas seksio sesarea.
Sering dijumpai pada grandemultipara.
c) Terlambat implantasi :
Endometrium fundus kurang subur.
Terlambatnya tumbuh kembang hasil konsepsi dalam bentuk blastula yang siap untuk
nidasi.
d) Perdarahan (hemorrhaging)
e) Usia lebih dari 35 tahun
f) Multiparitas
g) Pengobatan infertilitas
h) Multiple gestation
i) Erythroblastosis
j) Riwayat operasi/pembedahan uterus sebelumnya
k) Keguguran berulang
l) Status sosial ekonomi yang rendah
m) Jarak antar kehamilan yang pendek
n) Merokok

3. EPIDEMIOLOGI
Plasenta previa lebih banyak terjadi pada kehamilan dengan paritas tinggi, dan sering
terjadi pada usia di atas 30 tahun. Uterus yang cacat juga dapat meningkatkan angka kejadian
plasenta previa. Pada beberapa Rumah Sakit Umum Pemerintah dilaporkan angka kejadian
plasenta previa berkisar 1,7 % sampai dengan 2,9 %. Sedangkan di negara maju angka
kejadiannya lebih rendah yaitu kurang dari 1 % yang mungkin disebabkan oleh berkurangnya
wanita yang hamil dengan paritas tinggi (Chalik, 2008).
Kejadian plasenta previa terjadi kira-kira 1 dari 200 persalinan, insiden dapat meningkat
diantaranya sekitar 1 dari 20 persalinan pada ibu yang paritas tinggi (Decherney, Nathan,
Goodwin, Laufer, 2007).

4. FAKTOR RESIKO
1) Usia >35 tahun atau <20 tahun
Usia < 20 tahun
Usia aman untuk melahirkan dan persalinan adalah 20-35 tahun. Plasenta previa
terjadi pada umur muda karena endometrium belum sempurna (manuaba, 2008).
Keadaan endometrium yang kurang baik menyebabkan plasenta harus tunbuh menjadi
luas untuk mencukupi kebutuhan janin. Plasenta yang tumbuh meluas akan mendekati
atau menutupi ostium uteri internum. Endometrium yang kurang baik juga dapat
menyebabkan zigot mencari tempat implantasi yang lebih baik yaitu di tempat yang
rendah dekat ostium uteri internum (Arnita, 2013)
Usia >35 tahun
Prevalensi plasenta previa meningkat 3 kali pada umur ibu > 35 tahun. Plasenta
previa dapat terjadi pada umur diatas 35 tahun karena endometrium yang kurang subur
dapat meningkatkan kejadian plasenta previa (Manuaba, 2008). Hasil penelitian
Wardana (2007) menyatakan peningkatan umur ibu merupakan faktor risiko plasenta
previa, karena sklerosis pembuluh darah arteli kecil dan arteriole miometrium
menyebabkan aliran darah ke endometrium tidak merata sehingga plasenta tumbuh
lebih lebar dengan luas permukaan yang lebih besar, untuk mendapatkan aliran darah
yang adekuat.
2) Paritas
Paritas adalah wanita yang telah melahirkan bayi aterm. Multipara adalah wanita
yang telah melahirkan bayi variabel (hidup) beberapa kali. Grandemultipara adalah wanita
yang telah melahirkan 5 orang anak atau lebih dan biasanya mengalami penyulit dalam
kehamilan dan persalinan.
Kejadian plasenta previa 3 kali lebih sering pada wanita multipara. Pada multipara
plasenta previa disebabkan oleh vaskularisasi yang kurang dan atrofi desidua akibat
persalinan masa lampau. Aliran darah ke plasenta tidak cukup sehingga menutupi
pembukaan jalan lahir. Pada paritas tinggi, kejadian plasenta previa semakin besar karena
keadaan endometrium yang kurang subur (Prawirohardjo, 2010)
3) Riwayat pembedahan rahim
Operasi sesarea yang berulang memungkinkan terjadinya komplikasi. Salah satu
komplikasi yang potensial adalah plasenta abnormal, salah satunya yaitu plasenta previa.
Resiko melahirkan berkali-kali membuat letak plasenta terlalu dekat dengan leher rahim,
sehingga jika leher rahim terbuka dapat menyebabkan keguguran dan perdarahan
hebat. Riwayat persalinan sesarea akan meningkatkan resiko terjadinya plasenta previa
yaitu 3,9% lebih tinggi bila dibandingkan dengan angka1,9%untuk keseluruhan populasi
obstetrik
4) Endometrium yang cacat
Bekas persalinan berulang dengan jarak pendek.
Bekas operasi, bekas kuretase atau plasentamanual.
Pertumbuhan tumor endometrium seperti pada mioma uteri atau polip endometrium.
Gestasi ganda.
Endometriosis puerperal.
5) Hipoplasia endometrium
Bila menikah dan hamil pada umur muda
6. KLASIFIKASI
Klasifikasi plasenta previa didasarkan atas terabanya jaringan plasenta melalui pembukaan jalan
lahir pada waktu tertentu, yaitu (Chalik, 2008):
1) Plasenta Previa Totalis
Bila plasenta menutupi seluruh jalan lahir pada tempat implantasi, jelas tidak mungkin bayi
dilahirkan in order to vaginam (normal/spontan/biasa), karena risiko perdarahan sangat
hebat.
2) Plasenta Previa Parsialis/Lateralis
Bila hanya sebagian/separuh plasenta yang menutupi jalan lahir. Pada tempat implantasi
inipun risiko perdarahan masih besar dan biasanya tetap tidak dilahirkan melalui pervaginam.
3) Plasenta Previa Marginalis
Bila hanya bagian tepi plasenta yang menutupi jalan lahir bisa dilahirkan pervaginam tetapi
risiko perdarahan tetap besar.
4) Low Lying Placenta (Plasenta Letak Rendah)
Lateralis plasenta, tempat implantasi beberapa millimeter atau cm dari tepi jalan lahir risiko
perdarahan tetap ada, namun bisa dibilang kecil, dan bisa dilahirkan pervaginam dengan
aman. Pinggir plasenta berada kira-kira 3 atau 4 cm diatas pinggir pembukaan, sehingga tidak
akan teraba pada pembukaan jalan lahir.

Plasenta previa dapat dibagi menjadi empat derajat berdasarkan scan pada ultrasound Perisaei,
yaitu (Sheilendra, Pahay, Rian, 2008) :
1) Derajat I : plasenta sudah melampaui segmen terendah rahim.
2) Derajat II : plasenta sudah mencapai ostium uteri internum.
3) Derajat III : plasenta telah terletak pada sebagian ostium uteri internum.
4) Derajat IV : plasenta telah berada tepat pada segmen bawah rahim.

7. MANIFESTASI
1) Perdarahan pervaginam
Darah berwarna merah terang pada umur kehamilan trimester kedua atau awal
trimester ketiga merupakan tanda utama plasenta previa. Perdarahan pertama biasanya
tidak banyak sehingga tidak akan berakibat fatal, tetapi perdarahan berikutnya hampir
selalu lebih banyak dari perdarahan sebelumnya.
2) Tanpa alasan dan tanpa nyeri
Kejadian yang paling khas pada plasenta previa adalah perdarahan tanpa nyeri yang
biasanya baru terlihat setelah kehamilan mendekati akhir trimester kedua atau sesudahnya.
3) Pada ibu, tergantung keadaan umum dan jumlah darah yang hilang, perdarahan yang sedikit
demi sedikit atau dalam jumlah banyak dengan waktu yang singkat, dapat menimbulkan
anemia sampai syok.
4) Pada janin, turunnya bagian terbawah janin ke dalam Pintu Atas panggul (PAP) akan
terhalang, tidak jarang terjadi kelainan letak janin dalam rahim, dan dapat menimbulkan
aspiksia sampai kematian janin dalam rahim (Manuaba, 2005).

8. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1) Ultrasonografi
Penentuan lokasi plasenta secara ultrasonografi sangat tepat dan tidak menimbulkan bahaya
radiasi terhadap janin.
2) Pemeriksaan dalam
Adalah senjata dan cara paling akhir yang paling ampuh dibidang obstetric untuk diagnostic
plasenta previa namun harus hati hati karena bahayanya sangat besar.
3) Pemeriksaan darah
Yaitu golongan darah, hemoglobin , hematokrit serta darah lengkap dan kimia darah untuk
menunjang persiapan operasi
4) Sinar X
Menampakkan kepadatan jaringan lembut untuk menampakkan bagian-bagian tubuh janin.
5) Vaginal
Pengkajian ini akan mendiagnosa placenta previa tapi seharusnya ditunda jika
memungkinkan hingga kelangsungan hidup tercapai (lebih baik sesuadah 34 minggu).
Pemeriksaan ini disebut pula prosedur susunan ganda (double setup procedure). Double
setup adalah pemeriksaan steril pada vagina yang dilakukan di ruang operasi dengan
kesiapan staf dan alat untuk efek kelahiran secara cesar.
6) Isotop Scanning
7) Pemeriksaan inspekula
Hati hati dengan memakai sepekulum dilihat dari mana asal perdarahan apakah dalam
uterus atau dari kelainan serviks vagina varices yang pecah dan lain lain.
8) Pemeriksaan radio isotope
Macam macam pemeriksaan ini antara lain :
plasentografi jaringan lunak
sitografi
plasentografi inderek
anterigrafi
amnigrafi
radio isotopik plasentografi

9. PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan pada plasenta previa dapat dibagi dalam 2 golongan, yaitu (Mose,
2004):
1) Ekspektatif, dilakukan apabila janin masih kecil sehingga kemungkinan hidup di dunia masih
kecil baginya. Sikap ekspektasi tertentu hanya dapat dibenarkan jika keadaan ibu baik dan
perdarahannya sudah berhenti atau sedikit sekali. Dahulu ada anggapan bahwa kehamilan
dengan plasenta previa harus segera diakhiri untuk menghindari perdarahan yang fatal.
Menurut Scearce, (2007) syarat terapi ekspektatif yaitu:
Kehamilan preterm dengan perdarahan sedikit yang kemudian berhenti.
Belum ada tanda-tanda in partu.
Keadaan umum ibu cukup baik (kadar hemoglobin dalam batas normal).
Janin masih hidup.
2) Terminasi, dilakukan dengan segera mengakhiri kehamilan sebelum terjadi perdarahan yang
dapat menimbulkan kematian, misalnya: kehamilan telah cukup bulan, perdarahan banyak,
dan anak telah meninggal. Terminasi ini dapat dilakukan dengan 2 cara yaitu:
Persalinan pervaginam
Persalinan pervaginam bertujuan agar bagian terbawah janin menekan plasenta
sehingga perdarahan berkurang atau berhenti.
Persalinan perabdominam, dengan seksio cesarea
Persalinan dengan seksio cesarea bertujuan untuk secepatnya mengangkat
sumber perdarahan dengan demikian memberikan kesempatan kepada uterus untuk
berkontraksi menghentikan perdarahannya dan untuk menghindari perlukaan serviks
dan segmen-segmen uterus apabila dilakukan persalinan pervaginam (Prawirohardjo,
2008).

10. KOMPLIKASI
Menurut Roeshadi (2004), kemungkinan komplikasi yang dapat ditimbulkan dari adanya
plasenta previa adalah sebagai berikut :
1) Pada ibu dapat terjadi :
- Perdarahan hingga syok akibat perdarahan
- Anemia karena perdarahan
- Plasentitis
- Endometritis pasca persalinan
2) Pada janin dapat terjadi :
- Persalinan premature
- Asfiksia berat
ASUHAN KEPERAWATAN TRIMESTER 3

PLASENTA PREVIA

A. Pengkajian
1) Data umum
Biodata, identitas ibu hamil dan suaminya.
2) Keluhan utama
Keluhan pasien saat masuk RS adalah perdarahan pada kehamilan 28 minggu
3) Riwayat kesehatan yang lalu
4) Riwayat kehamilan
- Haid terakhir
- Keluhan
- Imunisasi
5) Riwayat keluarga
- Riwayat penyakit ringan
- Penyakit berat
6) Keadaan psikososial
- Dukungan keluarga
- Pandangan terhadap kehamilan
7) Riwayat persalinan
8) Riwayat menstruasi
- Haid pertama
- Sirkulasi haid
- Lamanya haid
- Banyaknya darah haid
- Nyeri
- Haid terakhir
9) Riwayat Perkawinan
- Status perkawinan
- Kawin pertama
- Lama kawin
Pemeriksaan Fisik
1. Umum
Pemeriksaan fisik umum meliputi pemeriksaan ibu hamil.
a. Rambut dan kulit
- Terjadi peningkatan pigmentasi pada areola, putting susu dan linea nigra
- Striae atau tanda guratan bisa terjadi di daerah abdomen dan paha
- Laju pertumbuhan rambut berkurang.
b. Wajah
- Mata : pucat, anemis
- Hidung
- Gigi dan mulut
c. Leher
d. Buah dada / payudara
- Peningkatan pigmentasi areola putting susu
- Bertambahnya ukuran dan noduler
e. Jantung dan paru
- Volume darah meningkat
- Peningkatan frekuensi nadi
- Penurunan resistensi pembuluh darah sistemik dan pembulu darah pulmonal
- Terjadi hiperventilasi selama kehamilan.
- Peningkatan volume tidal, penurunan resistensi jalan nafas.
- Diafragma meningga.
- Perubahan pernapasan abdomen menjadi pernapasan dada.
f. Abdomen
Palpasi abdomen :
- Menentukan letak janin
- Menentukan tinggi fundus uteri
g. Vagina
- Peningkatan vaskularisasi yang menimbulkan warna kebiruan (tanda Chandwick)
- Hipertropi epithelium
h. System musculoskeletal
- Persendian tulang pinggul yang mengendur
- Gaya berjalan yang canggung
- Terjadi pemisahan otot rectum abdominalis dinamakan dengan diastasis rectal
2. Khusus
- Tinggi fundus uteri
- Posisi dan persentasi janin
- Panggul dan janin lahir
- Denyut jantung janin
3. Pemeriksaan penunjang
- Pemeriksaan inspekulo
- Pemeriksaan radio isotopic
- Ultrasonografi
- Pemeriksaan dalam

B. Diagnosa Keperawatan
1. Kekurangan volume cairan b/d kehilangan vaskuler berlebihan.
2. Perubahan perfusi jaringan utero plasenta b/d Hipovolemia.
3. Ansietas b/d Ancaman kematian pada diri sendiri, janin.

C. Intervensi Keperawatan
1. Kekurangan volume cairan b/d kehilangan vaskuler berlebihan
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 masalah dapat teratasi
KH : Mendemostrasikan kestabilan / perbaikan keseimbangan cairan yang dibuktikan oleh
tanda-tanda vital stabil, pengisian kapiler cepat, sensorium tepat dan haluaran serta berat jenis
urin adekuat secara individual.
Intervensi :
1) Evaluasi, laporkan, dan catat jumlah serta jumlah kehilangan darah. Lakukan perhitungan
pembalut Timbang pembalut pengalas.
Rasional : Perkiraan kehilangan darah membantu membedakan diagnosa, Setiap gram
peningkatan berat pembalut sama dengan kehilangan kira-kira 1 ml darah.
2) Lakukan tirah baring. Instuksikan klien untuk menghindari Valsalva maneuver dan koitus.
Rasional : Perdarahan dapat berhenti dengan reduksi aktivitas. Peningkatan tekanan abdomen
atau orgasme ( yang meningkatkan aktivitas uterus) dapat merangsang perdarahan.
3) Posisikan klien dengan tepat, telentang dengan panggul ditinggikan atau posisi semi fowler.
Hindari posisi trendelenburg.
Rasional : Menjamin keadekuatan darah yang tersedia untuk otak; peninggian panggul
menghindari kompresi vena kava. Posisi semi- fowler memungkinkan janin bertindak sebagai
tanpon.
4) Catat tanda tanda vital Penisian kapiler pada dasar kuku, warna menbran mukosa/ kulit dan
suhu. Ukur tekanan vena sentral, bila ada
Rasional : Membantu menentukan beratnya kehilangan darah, meskipun sianosis dan
perubahan pada tekanan darah, nadi adalah tanda-tanda lanjut dari kehilangan sirkulasi atau
terjadinya syok.
5) Hindari pemeriksaan rectal atau vagina.
Rasional : Dapat meningkatkan hemoragi, khususnya bila plasenta previa marginal atau total
terjadi.
6) Berikan larutan intravena, ekspander plasma, darah lengkap, atau sel-sel kemasan, sesuai
indikasi.
Rasional : Meningkatkan volume darah sirkulasi dan mengatasi gejala-gejala syok.

2. Perubahan perfusi jaringan utero plasenta b/d Hipovolemia


Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam masalah teratasi
KH : Mendemonstrasikan perfusi adekuat, dibuktikan oleh DJJ dan aktivitas DBN serta tes
nonstres reaktif (NST).
Intervensi :
1) Perhatikan status fisiologis ibu, status sirkulasi, dan volume darah.
Rasional : Kejadian perdarahan potensial merusak hasil kehamilan , kemungkinan
menyebabkan hipovolemia atau hipoksia uteroplasenta.
2) Auskultasi dan laporkan DJJ , catat bradikardia atau takikardia. Catat perubahan pada aktivitas
janin (hipoaktivitas atau hiperaktivitas)
Rasional : Mengkaji berlanjutnya hipoksia janin . Pada awalnya , janin berespon pada
penurunan kadar oksigen dengan takikardia dan peningkatan gerakan . Bila tetap defisit,
bradikardia dan penurunan aktivitas terjadi.
3) Anjurkan tirah baring pada posisi miring kiri.
Rasional : Menghilangkan tekanan pada vena kava inferior dan meningkatkan sirkulasi
plasenta/janin dan pertukaran oksigen.
4) Berikan suplemen oksigen pada klien
Rasional : Meningkatkan ketersediaan oksigen untuk ambilan janin.
5) Ganti kehilangan darah/cairan ibu.
Rasional : Mempertahankan volume sirkulasi yang adekuat untuk transport oksigen.
6) Siapkan klien untuk intervensi bedah dengan tepat.
Rasional : Pembedahan perlu bila terjadi pelepasan plasenta yang berat, atau bila perdarahan
berlebihan , terjadi penyimpangan oksigen janin, dan kelahiran vagina tidak mungkin.
3. Ansietas b/d Ancaman kematian pada diri sendiri, janin
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam masalah dapat berkurang
KH : - Mendiskusikan ketakutan mengenai diri, janin, dan masa depan kehamilan,
mengenai ketakutan yang sehat dan tidak sehat.
- Mengungkapkan pengetahuan situasi yang akurat.
-Melaporakan/menunjukkan berkurangnya ketakutan dan/atau perilaku yang menunjukkan
ketakutan.
Intervensi :
1) Diskusikan situasi dan pemahaman tentang situasi dengan klien dan pasangan.
Rasional : Memberikan informasi tentang reaksi individu terhadap apa yang terjadi.
2) Pantau respon verbal dan nonverbal klien/pasangan.
Rasional : Menandakan tingkat rasa takut yang sedang dialami klien/pasangan.
3) Dengarkan masalah klien dan dengarkan secara aktif.
Rasional : Meningkatkan rasa control terhadap situasi dan memberikan kesempatan pada klien
untuk mengembangkan solusi sendiri.
4) Berikan informasi dalam bentuk verbal dan tertulis dan beri kesempatan klien untuk
mengajukan pertanyaan. Jawab pertanyaan dengan jujur.
Rasional : Pengetahuan akan membantu klien mengatasi apa yang sedang terjadi dengan lebih
efektif.
5) Jelaskan prosedur dan arti gejala-gejala.
Rasional : Pengetahuan dapat membantu menurunkan rasa takut dan meningkatkanrasa
control terhadap situasi.
DAFTAR PUSTAKA

Arum dan Sujiyatini. 2009. Panduan Lengkap Pelayanan KB Terkini. Jogjakarta : Mitra Cendikia.

Cunningham, F. G. 2009. Obstetri Williams. Jakarta: EGC.

Fauziyah, yulia. 2012. Obstetric patologi. Yogyakarta; Nuha Medika.

Prawirohardjo, Sarwono. 2010. Ilmu Kandungan, Edisi III Hal 73-89. Jakarta : PT Bina Pustaka.

Purwaningsih,W. 2010.Asuhan Keperawatan Maternitas.Yogyakarta: ISBN.

You might also like