You are on page 1of 8

Nama : Esa Handayani

Npm : 147215018
Kelas : Budidaya Tanaman Perkebunan (A)
Mata Kuliah : Organisme Pengganggu Tanaman (A)

Sebutkan 5 Macam Gulma, Hama, dan Penyakit Serta Gejalanya Pada Tanaman
Hama Pada Tanaman Kelapa
1. Kumbang nyiur (Oryctes Rhinoceros) : Hama Perusak Pucuk
Ciri : bentuk kumbang dengan ukuran 20-40 mm warna hitam dengan bentuk cula pada
kepala
Gejala:
Hama ini merusak tanaman yang berumur 1-2 tahun;
Tanaman berumur 0-1 tahun, lubang pada pangkal batang dapat menimbulkan kematian
titik tumbuh atau terpuntirnya pelepah daun yang dirusak;
Pada tanaman dewasa terjadi lubang pada pelepah termuda yang belum terbuka;
Ciri khas yang ditimbulkan yaitu janur seperti digunting berbentuk segi tiga;
Stadium yang berbahaya adalah stadium imago (dewasa) yang berupa kumbang;
Pengendalian:
Sanitasi kebun terhadap sisa-sisa tebangan batang kelapa;
Menggunakan virus Bacullovirus oryctes dan Mettarrizium arrisophiae; Memberikan
carbofura (furadan 3G) atau carbaryl (sevin 5G) 10/pohon dengan interval 2 bulan
sekali.
2. Sexava sp : Hama Perusak Daun
Ciri : belalang sempurna dengan ukuran 70-90 mm, berwarna hijau kadang-kadang coklat.
Masa perkembangan 40 hari.
Gejala:
a. Merusak daun tua dan dalam keadaan terpaksa juga merusak daun muda, kulit buah dan
bunga-bunga;
b. Merajalela pada musim kemarau;
c. Pada serangan yang hebat daun kelapa tinggal lidi-lidinya saja.
Pengendalian:
Cara mekanis: menghancurkan telur dan nimfanya, menangkap belalang (di Sumatera
dengan perekat dicampur Agrocide, Lidane atau HCH, yang dipasang sekeliling
batang) untuk menghalangi betina bertelur di pangkal batang dan menangkap nimfa
yang akan naik ke pohon;
Cara kultur teknis: menanam tanaman penutup tanah (LCC), misalnya Centrosema
sp., Calopogonium sp., dan sebagainya;
Cara kemis: menyrmprot dengan salah satu atau lebih insektisida, seperti BHC atau
Endrin 19,2 EC 2cc/liter air, menyemprotkan disekitar pangkal batang sampai tinggi 1
meter, tanah sekitar pangkal batang diameter 1,5 m 6 liter/pohon. Insektisida lain
yang dapat digunakan: Sumithion 50 EC, Surecide 25 EC, Basudin 90 SC atau Elsan
50 EC;
Cara biologis: menggunakan parasit Leefmansia bicolor tapi hasilnya belum
memuaskan.
3. Ngengat bunga kelapa (Batrachedra sp.) : Hama Perusak Bunga.
Gejala: lubang pada seludang bunga yang belum membuka, kemudian masuk ke dalam bunga
jantan dan betina. Dalam waktu singkat bunga jantan menjadi kehitam-hitaman, bunga betina
mengeluarkan getah dan akhirnya rontok.
Pengendalian:
a. Melabur lubang dengan Basudin 60 EC atau disemprot dengan BHC dengan
konsentrasi 0,1%;
b. Secara biologis dengan parasit Sylino sp.
4. Tikus pohon, Rattus rattus roque : Hama Perusak Buah
Ciri : hidup di tanah, pematang sawah, atau dalam rumah.
Gejala:
Buah kelapa berlubang dekat tampuknya.;
Lubang pada sabut dan tempurung sama besarnya. Bentuk tidak rata kadang bulat,
kadang melebar.
Pengendalian:
o Memburu tikus, memasang perangkap atau umpan-umpan beracun;
o Sanitasi mahkota daun kelapa agar tidak menjadi sarang tikus.
5. Kumbang bibit kelapa (Plesispa reichei Chap) : Hama Perusak Bibit Kelapa
Ciri: imago berbentuk kumbang dengan masa keperidian 90 hari.
Gejala:
Daun bibit atau daun kelapa muda yang berumur 1-4 tahun mula-mula bergaris-garis
yaitu bekas dimakan kumbang. Garis-garis bersatu menjadi lebar. Tempat-tempat
tersebut membusuk atau kering;
Daun kelapa dapat menjadi kering atau sobek-sobek seperti terkena angin kencang;
Serangan yang hebat dapat mematikan bibit atau tanaman muda.
Pengendalian:
Pengambilan terhadap setiap stadium dengan tangan;
Disemprot dengan Diacin 60 EC dengan dosis 1,5-2 cc/liter air;
Berikan Furadan 3 G di polybag 2-5 gram per bibit;
Cara biologis dengan parasit telur Oencyrtus corbetti dan Haeckliana brontispae atau
tabuhan parasit larva dan kepompong Tetrastichodes plesispae.
Penyakit Tanaman Kelapa
1. Penyakit bercak daun (Gray leaf spot); penyebab cendawan Pestalotia palmarum
Cooke.
Gejala :
Timbul bercak-bercak yang tembus cahaya pada daun-daun dan kemudian berubah
warna menjadi coklat kekuning-kuningan sampai kelabu;
Bercak-bercak bersatu membentuk bercak yang lebih besar yang terdapat bintik-bintik
yang terdiri dari acervuli cendawan.
Pengendalian :
Bibit disemprot dengan fungisida misalnya Dithane M - 45 atau Perenox dengan dosis 0.1 -
0.2 %.
2. Penyakit busuk janur (Spear rot)
Penyebab: cendawan Fusarium sp.
Gejala:
Timbul becak-becak tembus cahaya pada permukaan daun yang kemudian segera
menjadi coklat kekuningan dan sering bersatu membentuk becak yang lebih besar;
Pada becak terdapat bintik-bintik yang terdiri acervuli cendawan;
Daun yang terserang akan mati lebih cepat.
Pengendalian : Menyemprotan bibit atau tanaman muda dengan fungisida yang mengandung
senyawa Cu, misalnya Bubur Bordo atau Koper Oxyclorida.
3. Penyakit pucuk busuk (Bud rot) : Penyakit yang menyerang Tanaman Menghasilkan
Penyebab : cendawan Phythopthora palmivora, Erwinia sp., Bacillus sp., gangguan fisiologis
dan akibat sembaran petir.
Gejala:
Pucuk atau tunas bakal daun mengalami pembusukan sebelum sempat tumbuh keluar.
Pembusukan akan menjalar kebagian lainnya. Bila pangkal pelepah terkena, tanaman
layu dan lambat laun mati;
Pada tanaman tua, mahkota kelihatan menguning dan lambat laun berguguran mulai
dari ujung. Buah-buah yang masih muda kemudian rontok. Pada kerusakan yang
berat, mahkota daun gugur seluruhnya.
Pengendalian:
Bila nampak gejala ini, berilah bordo pasta 1% pada bagian yang diperkirakan
terserang penyakit ini, sebelumnya telah dibersihkan terlebih dulu;
Semprotkan bubur Bordo 1% atau fungisida lainnya seperti Koper oxyclorida,
Dithane M-45 dan alin-lain untuk mencegah penularan.
4. Penyakit rontok buah (Immature Nut Fall)
Penyebab: cendawan Phythophthora palmivora.
Gejala:
Buah rontok;
Pada bagian pangkal buah terdapat bagian yang busuk. Atau sebagi akibat cendawan
Thielaviopsis paradoxa.
Pengendalian:
Pemupukan yang teratur dan pemberian air pada musim kemarau;
Menyemprot tanaman yang terserang dengan fungisida yang mengandung Cu,
misalnya bubur Bordo atau Koper Oxyclorida.
5. Penyakit karat batang
Penyebab: cendawan Ceratostomella paradoxa.
Gejala: Batang menjadi rusak dan dari celah-celah batang yang berwarna karat akan keluar
cairan, dimana jaringan pada bagian ini telah rusak; dan Terjadi gangguan fisiologis yang
mempengaruhi pertumbuhannya. Pengendalian: menyayat atau mengerok bagian yang rusak,
tutup dengan penutup luka (misalnya ter).
Penyakit Pada Tanaman Karet
a. Jamur Akar Putih (JAP)
Penyakit Jamur Akar Putih (JAP) disebabkan oleh jamur Rigidoporus microporus atau
Rigidoporus lignosus yang menyerang bagian pangkal batang hingga ke bagian akar di dalam
tanah.
Gejala serangan JAP pada tanaman karet adalah : Daun terlihat pucat kuning dan tepi atau
ujung daun terlipat ke dalam. Peningkatan serangan ditandai oleh daun gugur dan ujung
ranting mati. Terbentuk daun muda atau bunga dan berbuah lebih awal. Pada perakaran
tanaman yang terserang JAP akan terlihat benang-benang jamur berwarna putih dan agak
tebal (Rizomorf). Pada serangan berat, akar tanaman busuk, batang mengering mudah
tumbang dan mati. Serangan JAP tidak berhenti pada satu pohon, melainkan secara perlahan
akan menyebar melalui persentuhan akar tanaman sakit ke tanaman di sekitarnya
(Situmorang dan Budiman, 2003).
Teknik pengendalian penyakit JAP meliputi 2 tahap yaitu tahap pencegahan dan pengobatan
tanaman sakit. Tahapan pencegahan lebih bersifat kepada tindakan yang dilakukan sebelum
tanaman terserang dan menjaga agar tanaman karet tidak terkena penyakit JAP.
b. Jamur upas
Penyakit ini disebabkan oleh jamur Corticium salmonicolor yang menyerang tanaman
muda dan telah menghasilkan. Jamur upas menyerang secara perlahan di bagian batang atau
cabang.
Gejala : Membentuk lapisan jamur berwarna putih hingga merah muda dan masuk ke bagian
kayu. Pada bagian tanaman yang terserang, keluar getah berwarna hitam, meleleh di
permukaan batang tanaman hingga batang menjadi busuk Percabangan mati dan mudah patah
oleh angin (Situmorang dan Budiman, 2003).
Upaya yang dilakukan untuk mencegah serangan jamur upas adalah : Menanam klon karet
yang tahan terhadap penyakit jamur upas seperti PB 260, RRIC 100 dan BPM 1 pada sistem
RAS (Situmorang dan Budiman, 2003).
c. Nekrosis kulit (Fusarium)
Penyakit nekrosis kulit banyak ditemui dan menyerang tanaman klon karet jenis PB 260.
Penyakit ini disebabkan oleh jamur Fusarium sp. dan Botryodiplodia theobromae.
Gejala yang ditimbulkan berupa:
- Mengoleskan fungisida Benlate 50 WP atau Antico F-96 pada kulit yang terinfeksi
Fusarium
- Bagian kulit yang terinfeksi dikupas dengan menggunakan alat pengerok kulit yang
terbuat dari bahan logam, kemudian dioles dengan Antico F-96
- Tanaman sehat di sekitar tanaman yang terserang disemprot dengan fungisida seminggu
sekali untuk mencegah penyebaran sporanya
- Batang, cabang atau tanaman yang mati dikumpulkan dan dibakar
- Tanaman yang mengalami serangan berat diistirahatkan tidak disadap sampai tanaman
kembali pulih.
d. Kering Alur Sadap (KAS)

Penyakit Kering Alur Sadap (KAS) banyak ditemukan pada klon PB 260 yang disadap
dengan frekuensi yang cukup tinggi, terlebih bila disertai dengan penggunaan stimulan/obat
perangsang keluarnya lateks seperti ethepon (ethrel) yang tidak terkendali.
Gejala yang terlihat yaitu: tanaman karet mengalami kekeringan pada bagian panel sadap dan
tidak mengeluarkan lateks (getah). bagian yang kering akan menjadi coklat dan terbentuk
lekukan pada batang tidak teratur, dengan disertai pecah-pecah di permukaan kulit batang dan
menimbulkan benjolan.
Beberapa tahapan pengendalian penyakit KAS yaitu :
- Menghindari frekuensi penyadapan yang tinggi di atas 150 hari/tahun, dengan
menyesuaikan anjuran terhadap klon-klon yang ditanam
- Pengerokan pada bagian kulit yang kering dengan pisau sadap atau alat pengerok
- sampai batas 3-4 mm dari kambium. Kulit yang dikerok dioles dengan obat NoBB atau
Antico F-96 (Gambar 32) (Situmorang dan Budiman, 2003)
- Hindari penggunaan stimulan
- Pohon yang mengalami kering alur sadap diberikan pupuk ekstra untuk membantu
mempercepat pemulihan kulit.
e. Corynespora.
Penyebab penyakit corynespora adalah cendawan Corynespora casssiicola dengan hifa
berwarna hitam pucat yang kurang jelas terlihat di permukaan daun. Cendawan ini
mempunyai inang yang banyak, seperti singkong, akasia, angsana, dan pepaya.
Gejala serangan penyakit ini tampak dari daun muda yang berbercak hitam seperti menyirip,
lemas, pucat, ujungnya mati, dan akhirnya menggulung. Serangan pada daun tua juga
menunjukkan gejala berbercak hitam dan menyirip. Bercak ini akan meluas sejajar urat daun
dan kadang-kadang tidak teratur. Pusat bercak berwarna cokelat atau kelabu, kering, dan
berlubang. Daun-daun tersebut menjadi kuning, cokelat kemerahan, dan akhirnya gugur.
Pengendalian penyakit ini bisa dilakukan menggunakan fungisida Mankozeb dan Tridemorf
dengan dosis dan interval tertera di labelnya, terutama untuk tanaman yang belum disadap.
Sementara itu untuk tanaman yang telah disadap dan tingginya lebih dari delapan meter
sebaiknya dilakukan pengabutan menggunakan Tridemorf atau Calixin 750 dengan dosis 500
ml/ hektar, seminggu sekali selama 3 - 4 minggu.

Hama Pada Tanaman Karet


1. Tikus.
Tikus (Rattus sp.) menjadi hama tanaman karet pada fase perkecambahan dan
pesemaian. Pada waktu perkecambahan tikus memakan biji-biji yang sedang dikecambahkan
dan saat penyemaian memakan daun-daun bibit yang masih muda.
Langkah pencegahan bisa dilakukan dengan melindungi tempat perkecambahan agar tikus
tidak dapat masuk ke dalamnya. Dalam hal ini tempat perkecambahan yang berupa kotak bisa
ditutup dengan kawat kasa dan tempat perkecam-bahan di atas tanah dipasang pagar plastik.
2. Belalang.
Belalang menjadi hama bagi tanaman karet pada fase penyemaian dengan cara memakan
daun daun yang masih muda. Serangga ini tergolong sangat rakus. Jika daun muda habis,
mereka tak segan-segan memakan daun-daun tua, bahkan tangkainya.
Mengendalikan serangan belalang bisa secara kimiawi dengan menyemprotkan insektisida
Thiodan dengan dosis 1,5 ml/liter air. Penyemprotan dilakukan 1 - 2 minggu sekali
tergantung pada intensitas serangannya.
3. Siput.
Siput (Achatina fulicd) menjadi hama karena memakan daun-daun karet di areal
pembibitan dengan gejala daun patah-patah. Di daun-daun yang patah ini terdapat alur jalan
berwarna keperakan mengkilap yang merupakan jejak siput.
Pengendalian secara mekanis bisa dilakukan dengan cara mengumpulkan siput-siput yang
bersembunyi di tempat teduh dan membakar atau menguburnya. Sementara itu, secara
kimiawi dengan membuat umpan dari campuran dedak, kapur, semen, dan Meradex dengan
perbandingan 16:5:3:2. Campuran ini dilembabkan dulu dengan cara diberi air sedikit
kemudian diletakkan di areal pembibitan. Siput yang memakan umpan ini akan mati.
4. Uret Tanah.
Uret tanah merupakan fase larva dari beberapa jenis kumbang, seperti Helotrichia
serrata, Helotrichia rufajlava, Helotrichiafessa, Anomala varians, Leucopholis sp., Exopholis
sp., dan Lepidiota sp. Bentuk uret tanah ini seperti huruf C dengan warna putih hingga
kuning pucat. Uret tanah menjadi hama yang sangat merugikan karena memakan bagian
tanaman karet yang berada di dalam tanah, terutama tanaman karet yang masih berada di
pembibitan.
Mencegah serangan hama ini bisa dilakukan dengan menaburkan Furadan 3 G sesuai dengan
dosis yang danjurkan pada saat menyiapkan areal pembibitan. Sementara itu,
pengendaliannya bisa secara mekanis atau kimiawi. Secara mekanis dengan mengumpulkan
uret-uret tersebut dan membakarnya. Secara kimiawi dengan menaburkan Furadan 3 G,
Diazinon 10 G, atau Basudin 10 G di sekitar pohon karet. Dosis yang dipakai sekitar 10
gram/pohon.
5. Rayap.
Rayap yang menjadi hama bagi tanaman karet, terutama spesies Microtermes inspiratus
dan Captotermes curvignathus. Rayap-rayap tersebut menggerogoti bibit yang baru saja
ditanam di lahan, dari ujung stum sampai perakaran, sehingga menimbulkan kerusakan yang
sangat berat.
Pengendaliannya bisa dengan kultur teknis, mekanis, dan kimiawi. Secara kultur teknis ujung
stum sampai sedikit di atas mata dibungkus plastik agar rayap tidak memakannya. Secara
mekanis dilakukan dengan menancapkan umpan berupa 2 - 3 batang singkong dengan jarak
20 - 30 cm dari bibit, sehingga rayap lebih suka memakan umpan tersebut daripada bibit karet
yang lebih keras.
Pengendalian secara kimiawi bisa dilakukan dengan menyemprotkan insektisida pembasmi
rayap, seperti Furadan 3 G dengan dosis 10 gram ditaburkan di sekitar batang karet. Bisa juga
menggunakan Agrolene 26 WP atau Lindamul 250 EC dengan dosis dan frekuensi pemakaian
bisa dibaca di kemasannya.

You might also like