You are on page 1of 8

FOLIKULITIS SUPERFISIAL

I. PENDAHULUAN

.Penyakit folikulitis adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi, iritasi


bahan kimia atau trauma fisik. Inflamasi pada folikel rambut superfisial atau
profunda. Pada tipe superfisial biasanya inflamasi tejadi pada folikel rambut
bagian atas dan secara klinisnya penderita tidak akan merasakan sakit serta pustul
yang tumbuh akan sembuh sendiri dan tidak menimbulkan skar. Apabila inflamasi
folikel rambut profunda terjadi, maka akan menimbulkan gejala radang, massa
eritema yang akan muncul di permukaan kulit dan memberikan gambaran pustul
yang lebih besar dari folikulitis superfisial. Ini akan menyebabkan penderita
merasa sakit dan akan menimbulkan skar. (1).

Folikulitis superficial adalah penyakit yang umum terjadi. Daerah yang sering
terkena adalah kulit kepala dan ektremitas dan bakteri ini bias di isolasi dari
pustule lesi di badan pasien. (2)

Superficial folikulitis juga nama lainnya Bockhart impetigo. (3) Definisi


folikulitis adalah radang folikel rambut yang sering disebabkan oleh infeksi
mikrobial, biasanya jenis Staphylococcus aureus (S.aureus).(4).

II. EPIDEMIOLOGI
Prevalensi sebenarnya masih belum jelas tetapi sebanyak 75% terjadi pada
orang yang berkulit hitam, tentara serta pada individu yang mempunyai rambut
dan bulunya kerinting. ( 1,4)
III. ETIOLOGI
Penyakit ini disebabkan oleh infeksi S.aureus. Tempat predileksi terjadinya
penyakit ini adalah bagian jambang, aksila, ekstremitas dan bokong pada dewasa.
Effloresensi lesi yang timbul adalah pustul berbentuk kubah, kecil dan mudah
pecah pada infundibulum folikel rambut(3,4)
IV. GEJALA KLINIS
Tempat predileksi pada dewasa sering di tungkai bawah, daerah axial dan di
pantat (3,4)
Adanya keluhan ketidaknyamanan di tempat lesi. Lesi yang timbul berbentuk
papul dan pustul pada daerah yang dicukur. Pada tempat lesi akan kelihatan pustul

1
atau boleh terjadinya papul berukuran besar, tampak formasi keloid dan
hiperpigmentasi.(5)
V. DIAGNOSIS
Folikulitis terbagi kepada 2 tipe yaitu tipe superfisial dan profunda: (1)
1) Superficial Folikulitis
Staphylococcal folikulitis
Pseudofolikulitis barbae
Infeksi jamur superfisial (dermatofit)
Kandidiasis kutan (pustul yang boleh tumbuh di luar dari folikel
rambut)
Akne vulgaris
Akne, timbula akibat pengaruh mekanikal atau kimiawi
Akne akibat pengaruh putus obat steroid atau jenis steroid topical
Keratosis Pilaris

2) Deep follikulitis/ profunda


Furunkel dan Carbunkel
Sycosis (inflamasi pada seluruh folikel)
Sycosis (barbae):penyebabnya adalah bakteri atau jamur
Sycosis (kulit kepala):Bakteri
Akne vulgaris, Kista
Akne yang disebabkan oleh bakteri gram positif
Pseudomonas Folliculitis
Infeksi jamur Dermatofit
Herpes simplex virus folliculitis

Folikulitis superfisial (FS) terdapat 4 tipe dan dijelaskan lebih lanjut setiap tipe seperti
di bawah:

1. Staphylococcal Folliculitis adalah inflamasi yang biasa muncul sebagai satu


pustul atau sekelompok pustul, biasanya disertai dengan demam atau gejala
sistemik lain. Munculnya Staphylococcal Folliculitis adalah disebabkan oleh
trauma, abrasi atau bekas luka akibat operasi atau drainase abses. Penyakit ini
boleh juga disebabkan oleh komplikasi penyumbatan pemakaian obat topikal
steroid. Pustul diangkat menggunakan pisau untuk dikultur.(3,4)

2
Gambar 1.Staphylococcal folliculitis.(1)

2. Keratosis pilaris adalah lesi berbentuk pustul yang sangat kecil menetap di daerah
yang sama untuk jangka masa yang panjang. Biasanya didapatkan pada daerah
lengan dan paha aspek posterolateral. Secara histologi, inflamasi berlaku di luar
folikel rambut. Garukan atau pemakaian pakaian yang ketat atau terapi abrasif
terhadap pustul yang steril menyebabkan erupsi. Penderita biasa melakukan
tindakan sendiri karena kelihatan jelek pada kulit,tetapi penyakit ini tidak
memerlukan tindakan karena akan membaik sendiri tanpa tindakan yang
merugikan. (1)

Gambar 2. Keratosis Pilaris.(1)

3. Pseudofolliculitis barbae (PFB) disebabkan oleh inflamasi pada kulit akibat


mencukur. Didapatkan banyak terjadi pada orang yang berkulit hitam karena
struktur bulu yang berbentuk lebih spiral dan kerinting. Folikel rambut setelah
dicukur meninggalkan residif yang akan mempenetrasi kembali kulit dan
menyebabkan abrasi. Biasanya berlaku di daerah barbae, aksila, pubis dan kaki.
Gejala papul atau pustul eritematosa akan muncul sehingga folikel rambut yang

3
residif tadi diangkat. Flora normal pada kulit bisa mempenetrasi kulit dan
menyebabkan infeksi yang lebih kronis.(4)

Gambar
3.Pseudofolliculitis barbae. (1)

4. Ada juga Folikulitis superfisialis yang disebabkan infeksi jenis sekunder yaitu:
1)Periporitis staphylogene adalah penyakit akibat infeksi sekunder S.aureus dari
miliaria pada bayi. 2)Infeksi S.aureus pada kelopak mata memberikan gambaran
bersisik dan krusta pada margin kelopak mata dan biasanya disertai dengan
konjungtivitis (1)
5.

VI. DIAGNOSIS BANDING

Penyakit folikulitis superfisial di diagosa banding dengan akne vulgaris. (1)

1) Akne vulgaris

Akne vulgaris ditandai dengan peradangan, komedo terbuka atau tertutup dan
dengan papula inflamasi, pustula, dan nodul. Akne vulgaris biasanya mempengaruhi
daerah kulit dengan populasi terpadat folikel sebasea (misalnya, wajah, dada bagian
atas, punggung). Gejala lokal akne vulgaris dapat termasuk rasa sakit atau nyeri.

4
Gambar 4: gambaran acne vulgaris pada muka.

VII. PENATALAKSANAAN

Penyakit Tindakan
Staphylococcal Folliculitis -Kompress wet Burrows
-Antibiotik oral
Keratosis Pilaris -Antibiotik oral jika ada folliculitis yang
disebabkan oleh bakteri
-topikal steroid kel.V jika terdapat
inflamasi
-Salap urea (vanamide) dan pelembap
asam laktat (lac-hydrin,Amlactin)
melembutkan kulit
Pseudofolliculitis barbae -mencabut folikel rambut yang
meradang.
-Pemakaian shaving cream sewaktu
mencukur.
-Antibiotik (tetrasiklin atau
cephalosporin) jika ada inflamasi
-corticosteroid(prednisone) jika ada
inflamasi yang sedang-berat
-Triamcinolone acetonide jika ada papul
eritematosa
Tabel 1: Penatalaksanaan bagi Folikulitis Superfisialis. (1)

VIII. KOMPLIKASI

Penyakit Folikulitis Superfisial boleh menjadi folikulitis profunda jika tidak


di obati dengan cepat dan tepat. Pada beberapa kasus folikulitis ringan, tidak
menimbulkan komplikasi meskipun infeksi dapat rekurens atau menyebar serta
menimbulkan plak. Komplikasi pada folikulitis yang berat, yaitu : (1,3)

1. Selulitis

Sering terjadi pada kaki, lengan atau wajah. Meskipun infeksi awal hanya superfisial,
akhirnya akan mengenai jaringan dibawah kulit atau menyebar ke nodus limfatikus
dan aliran darah.

5
2. Furunkulosis

Kondisi ini terjadi ketika furunkel berkembang ke jaringan dibawah kulit ( subkutan ).
Furunkel biasanya berawal sebagai papul berwarna kemerahan. Tetapi beberapa hari
kemudian dapat berisi pus, sehingga akan membesar dan lebih sakit.

3. Skar

Folikulitis yang berat akan meninggalkan skar atau jaringan ikat ( hipertropik / skar
keloid ) atau hipopigmentasi

4. Kerusakan folikel rambut

5. Hal ini akan mempermudah terjadinya kebotakan permanen

IX. PROGNOSIS

Prognosis penyakit ini baik dengan pengobatan tepat dan cepat serta boleh
berulang jika faktor predisposisi nya masih ada. Insidensi folikulitis pada masyarakat
luas sulit ditentukan karena banyak individu yang terkena infeksi ini tidak pernah
berobat ke dokter. Dengan penanganan yang tepat, pasien folikulitis memiliki
prognosis yang baik. Gangguan ini biasanya menghilang dalam dua hingga tiga
minggu. Prognosis pasien folikulitis tergantung pada intensitas infeksi dan kondisi
fisik pasien serta kemampuan tubuhnya untuk menahan infeksi. (1,3)

6
REFERENSI:

1. Habif T. Clinical Dermatology: A Color Guide to Diagnosis and Therapy. 4th ed.
USA: mosby; 2003. p.279-81
2. Hawani Y, Ramani T.V, Sudhakar V. A bacteriological study of 100 cases of superficial
pustular folliculitis with special reference to Staphylococci from lesions and carrier
sites. Biology and Medicine, 3 (4): 07-12, 2011.
3. Straus,SE. Oxman,MN. Schmader,KE. In : Wolff KG,LA. Katz, SI. Gilchrest, BA.
Paller, AS. Leffeld, DJ. Fitzpatricks Deramatology In General Medicine. 7th ed:
McGraw Hill; 2008. p. 1698-99
4. Djuanda A. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. 5th ed. Jakarta: Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia; 2007. p.59
5. Burns T, Breathnach S, Cox N, Griffiths C. Rooks Textbook of Dermatology. 7th ed.
Australia: Blackshell Publishing Company; 2005. p. 30.21-23
6. James WD, Berger TG, Elston DM. Andrews Disease of the Skin: Clinical
Dermatology. 9th ed. Canada: Saunders Elsevier; 2006. p.252

7
8

You might also like