You are on page 1of 17

LAPORAN PRAKTIKUM

MATAKULIAH AGROKLIMATOLOGI

ANALISIS TIPE IKLIM DAN PELUANG CURAH HUJAN

NAMA : LISNA MAULYDIA


NIM : G111 15 004
KELOMPOK : 5 (LIMA)
ASISTEN : NURHADI R PAREWASI

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2016
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Air adalah senyawa yang penting bagi semua bentuk kehidupan yang
diketahui sampai saat ini di Bumi tetapi tidak di planet lain. Air menutupi hampir
71% permukaan Bumi. Terdapat 1,4 triliun kilometer kubik (330 juta mil)
tersedia di Bumi. Air sebagian besar terdapat di laut (air asin) dan pada lapisan-
lapisan es (di kutub dan puncak-puncak gunung), akan tetapi juga dapat hadir
sebagai awan,hujan, sungai, muka air tawar, danau, uap air, dan lautan es. Air
dalam objek-objek tersebut bergerak mengikuti suatu siklus air, yaitu:
melalui penguapan, hujan, dan aliran air di atas permukaan tanah (runoff,
meliputi mata air, sungai, muara) menuju laut. Air bersih sangat penting bagi
kehidupan manusia.
Fungsi air juga merupakan zat yang sangat dibutuhan selain udara dan
tidak seorangpun dapat bertahan hidup lebih dari 4-5 hari tanpa minum air. Selain
itu, air juga dipergunakan untuk memasak, mencuci, mandi, dan membersihkan
kotoran yang ada di sekitar rumah. Air juga digunakan untuk keperluan industri,
pertanian, pemadam kebakaran, tempat rekreasi, transportasi, dan lain-lain. Akan
tetapi, air bisa menjadi petaka jika kita tidak bisa merawat sumbernya. Air bisa
menjadi perantara penyakit-penyakit yang menyerang manusia. Oleh karena itu,
untuk merasakan manfaat air bagi kehidupan khususnya bagi kesehatan tubuh.
Akan lebih bijak jika kita merawat keberadaan sumber air yang ada.
Di Kabupaten Pinrang, terdapat dua sungai besar yaitu sungai Mamasa
dan Sungai Saddang, dimana sungai Mamasa sebenarnya masih merupakan anak
sungai Saddang. Saat ini sungai Mamasa dimanfaatkan untuk keperluan
Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) Bakaru yang berlokasi di Desa Ulu
Saddang, Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Pinrang
Tahun 2014-2019 RPJMD Kabupaten Pinrang Tahun 2014 2019. PLTA yang
ada ini selain untuk memenuhi kebutuhan listrik di Kabupaten Pinrang, juga untuk
memenuhi kebutuhan listrik di Provinsi Sulawesi Selatan. Sedangkan Sungai
Saddang dimanfaatkan untuk pengairan pertanian dengan cakupan pelayanan
selain Kabupaten Pinrang juga melayani pengairan di Kabupaten Sidrap.
Tanaman mempunyai kebutuhan air yang berbeda-beda. Ketika masih
berumur muda, tanaman akan kurang memerlukan air dibandingkan pada saat
tanaman sudah memasuki umur yang produktif.
Berdasarkan uraian diatas, perlu dilakukan analisis kebutuhan air
tanaman agar mengetahui seberapa banyak jumlah air yang dibutuhkan suatu
tanaman misalnya tanaman kacang hijau.

1.2 Tujuan dan Kegunaan

Tujuan dari praktikum analisis kebutuhan air tanaman ialah untuk


mengetahui jumlah air yang diperlukan pada tanaman kacang hijau.
Kegunaan dari praktikum ini yaitu sebagai bahan informasi kepada
masyarakat mengenai pentingnya pengetahuan akan jumlah air yang dibutuhkan
pada suatu pertanaman.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kacang Hijau

Kacang hijau di India dikenal sebagai choroko (dalam bahasa Swahili),


kacang Mongo, moong, Moog (penuh)/ Moog dal (split) (dalam bahasa Bengali,
Marathi). Di Indonesia sebaran daerah produksi kacang hijau adalah Nangroe
Aceh Darussalam, Sumatera Barat dan Sumatera Selatan, Jawa Barat, Jawa
Tengah, Jawa Timur, Sulawesi Utara dan Sulawesi Selatan, Nusa Tenggara Barat
dan Nusa Tenggara Timur. Pulau Jawa merupakan penghasil utama kacang hijau
di Indonesia, potensi lahan kering daerah tersebut yang sesuai ditanami kacang
hijau sangat luas. Kacang hijau adalah sejenis tanaman budidaya dan palawija
yang dikenal luas di daerah tropika. Tumbuhan yang termasuk suku
polongpolongan (Fabaceae) ini memiliki banyak manfaat dalam kehidupan
sehari-hari sebagai sumber bahan pangan berprotein nabati tinggi. Kacang hijau di
Indonesia menempati urutan ketiga terpenting sebagai tanaman pangan legum,
setelah kedelai dan kacang tanah (Sumbeang, 2014).
Menurut Sumbeang (2014) Tanaman kacang hijau termasuk suku (famili)
Leguminosae yang banyak varietasnya. Kedudukan tanaman kacang hijau dalam
taksonomi tumbuhan dikelasifikasikan sebagai berikut:
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Subdivisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledonae
Ordo : Leguminales
Famili : Leguminosae
Genus : Phaseolus
Spesies : Phaseolus radiatus L.
Kacang hijau berakar tunggang dan mempunyai akar lateral yang banyak
serta agak berbulu. Biasanya kacang hijau mempunyai akar dengan cabang-
cabang sempurna dan meluas. Tanaman ini mempunyai batang tegak dengan
cabang-cabang menyebar. Tinggi tanaman antar varietas mempunyai variasi
ketinggian tersendiri. Kisaran ketinggian kacang hijau mencapai 30-110 cm,
sedangkan umurnya berkisar antara 50-120 hari tergantung pada lama penyinaran
dan temperatur udara sekitar temperatur tumbuh tanaman ini (Fitri, 2012).
Daun kacang hijau bertangkai tiga, berwarna hijau, susunan daun
merupakan daun majemuk, trifoliet, tangkai daun panjang dan berukuran 1,5-12 x
2-10 cm. Karangan bunga terdapat pada ketiak daun dan mempunyai cabang
tangkai bunga panjang. Bunga terdapat dalam dompolan yang setiap dompol
terdiri 10-20 buah. Bunga berwarna kuning dan merupakan bunga sempurna.
Polong kacang hijau berbentuk bulat panjang dengan bulu-bulu pendek,
panjang polong 6-15 cm dengan 6-16 biji per polong. Polong muda berwarna
hijau, sedangkan polong tua berwarna coklat atau hitam yang cenderung untuk
pecah
sendiri. Biji kacang hijau kecil dan bulat, berwarna hijau atau hijau
kekuningan
dengan bobot 100 bijinya antara 3-4 gram (Fitri, 2012).
Biji kacang hijau lebih kecil dibanding biji kacang-kacangan lain. Biji
kacang hijau terdiri atas tiga bagian utama, yaitu kulit biji (10%), kotiledon (88%)
dan lembaga (2%). Pada bagian kulit biji kacang hijau mengandung mineral
antara lain fosfor (P), kalsium (Ca), dan besi (Fe). Kotiledon banyak mengandung
pati dan serat, sedangkan lembaga merupakan sumber protein dan lemak. Dalam
perdagangan di Indonesia hanya dikenal dua macam mutu, yaitu kacang hijau biji
besar dan biji kecil. Kacang hijau biji besar digunakan untuk bubur dan tepung,
sedangkan yang berbiji kecil digunakan untuk pembuatan taoge. Warna
bijinya kebanyakan hijau kusam atau hijau mengilap, beberapa ada yang berwarna
kuning, cokelat dan hitam . Tanaman kacang hijau berakar tunggang dengan akar
cabang pada permukaan. Bagian paling bernilai ekonomi adalah bijinya. Biji
kacang hijau direbus hingga lunak dan dimakan sebagai bubur atau dimakan
langsung. Biji matang yang digerus dan dijadikan sebagai isi onde-onde, bakpau,
atau gandas turi. Kacang hijau bila direbus cukup lama akan pecah dan
pati yang terkandung dalam bijinya akan keluar dan mengental, menjadi semacam
bubur. Tepung pati biji kacang hijau disebut di pasaran sebagai tepung hunkue,
digunakan dalam pembuatan kue-kue dan cenderung membentuk gel. Tepung ini
juga dapat diolah menjadi mi yang dikenal sebagai soun (Fitri, 2012).

2.2 Kebutuhan Air Kacang Hijau

Polong-polongan adalah anggota dari suku Leguminoseae. Polong-


polongan berbiji biasanya berarti sama dengan kacang-kacangan. Jenis dari
legum ini tidak menentu, ada yang berbentuk pohon, semak (perdu), merayap,
menjalar, atau bahkan membelit. Umur dari tanaman legum ada yang semusim
(annual), dan ada pula yang berumur tahunan (perennial). Sedangkan untuk
kedelai, kacang tanah, dan kacang kedelai, kelompok legum yang akan kita bahas
selanjutnya merupakan golongan tanaman semusim (annual) (Sumarji, 2013).
Sifat kacang hijau yang menonjol dibandingkan dengan kedelai dan
kacang tanah adalah relatif tahan terhadap kekeringan. Oleh karena itu, daerah
yang relatif kering masih dapat ditanami kacang hijau. Meskipun demikian, tidak
berarti kacang hijau tidak memerlukan air. Air berguna sebagai pembentukan
protoplasma, pelarut, media pengangkut hara, media berlangsungnya reaksi-
reaksi metabolisme, bahan baku fotosintesis, dan berpengaruh dalam fase
pemanjangan serta proses pertumbuhan. Kurangnya air pada sel tanaman akan
berpengaruh terhadap berbagai proses metabolism (Sumarji, 2013).
Bila kekurangan air berlangsung terus menerus akan mengakibatkan
hancurnya protoplasma dan dapat mematikan tanaman. Pertumbuhan kacang hijau
tidak akan normal bila tidak cukup air selama perkecambahan berlangsung. Pada
umumnya biji akan mengisap air sekitar 50% dari beratnya. Air yang dihisap
tersebut harus tersedia di dalam tanah. Kacang hijau memerlukan air sebanyak
100 150 mm pada bulan pertama setelah tanam (masa vegetatif). Pada masa
generatif, jumlah air yang diperlukan lebih kecil. Sifat ini memungkinkan untuk
kacang hijau ditanam pada lahan sawah irigasi pada musim kemarau dan lahan
tegalan pada akhir musim kemarau, karena kacang hijau berumur pendek sekitar
60 hari (Wawan, 2005).
Kacang hijau yang ditanam di sawah tadah hujan setelah padi sawah atau
padi gadu pada MH I (awal musim kemarau). Tanaman ini perlu mendapat
pengairan apabila tidak turun hujan selama satu minggu. Pengairan dapat
dilakukan dengan bantuan embrat jika lahan penanaman relatif kecil. Namun, jika
lahan penanaman cukup luas dan secara Tanpa Olah Tanah dapat diberi
perlakuan dengan menggunakan mulsa sebagai penjaga kelembaban. Pengairan
ini diberikan sampai satu minggu menjelang panen. Air dimasukkan melalui parit
dan tidak boleh lama menggenang, karena kacang hijau tidak tahan genangan air.
Pada masa pertumbuhan, kelembaban tanah sangat penting (Wawan, 2005).

2.3 Neraca Air

Neraca air merupakan neraca masukan dan keluaran air disuatu tempat
pada periode tertentu, sehingga dapat untuk mengetahui jumlah air tersebut
kelebihan (surplus) ataupun kekurangan (defisit). Kegunaan mengetahui kondisi
air pada surplus dan defisit dapat mengantisipasi bencana yang kemungkinan
terjadi, serta dapat pula untuk mendayagunakan air sebaik-baiknya (Soewarno,
2007).
Menurut Soewarno (2007), manfaat secara umum yang dapat diperoleh
dari analisis neraca air antara lain:
1. Digunakan sebagai dasar pembuatan bangunan penyimpana dan pembagi
air serta saluran-salurannya. Hal ini terjadi jika hasil analisis neraca air
didapat banyak bulan-bulan yang defisit air.
2. Sebagai dasar pembuatan saluran drainase dan teknik pengendalian banjir.
Hal ini terjadi jika hasil analisis neraca air didapat banyak bulan-bulan
yang surplus air.
3. Sebagai dasar pemanfaatan air alam untuk berbagai keperluan pertanian
seperti tanaman panganhortikultura, perkebunan, kehutanan hingga
perikanan.
2.4 Cropwat

Evapotranspirasi tanaman merupakan gambaran dari besarnya air yang


dibutuhkan oleh tanaman untuk pertumbuhannya. Nilai evapotranspirasi sangat
dibutuhkan sebagai dasar volume air yang akan diaplikasikan pada kegiatan
irigasi dan interval pemberian air irigasi. Evapotranspirasi dapat dihitung dengan
menggunakan beberapa persamaan antara lain : Blaney-Criddle, Radiasi, Panci,
Penman dan Penman-Monteith. Selain itu evapotranspirasi dapat dihitung dengan
perangkat lunak berupa dayet dan Cropwat 8. Model Cropwat pada awalnya
dikembangkan oleh FAO pada tahun 1990 yang bertujuan untuk mempermudah
dalam perencanaan dan manajemen proyek irigasi (Sugeng, 2007).

Data input yang dibutuhkan untuk aplikasi Cropwat 8 adalah data


metereologi berupa suhu udara maksimun dan minimun, kelembaban relatif, lama
penyinaran dan kecepatan angin untuk menentukan nilai evapotranspirasi tanaman
potensial (ETo) melalui persamaan Penman-Monteith. Data curah hujan harian
(periode atau bulanan), data tanaman berupa tanggal penanaman, koefisien
tanaman (Kc),fase pertumbuhan tanaman, kedalaman perakaran tanaman, fraksi
deplesi dan luas areal tanam (0-100% dari luas total area). Untuk penentuan
jadwal irigasi (schedulling), dibutuhkan data tipe tanah yang meliputi total air
tersedia,kedalaman perakaran maksimum, deplesi lengas tanah awal dan ketebalan
pemberian air yang dikehendaki (Sugeng, 2007).

Data yang dihasilkan dari analisis software Cropwat 8 berupa tabel dan
grafik. Hasil analisa dapat dilihat dalam bentuk interval harian, 10 harian atau
bulanan. Data yang dihasilkan simulasi Cropwat 8 antara lain: evapotranspirasi
tanaman potensial, ETo (mm/periode), kc tanaman, nilai rata-rata dari koefisien
tanaman untuk setiap periode, curah hujan efektif (mm/periode), jumlah air yang
masuk ke dalam tanah. Kebutuhan air tanaman, CWR atau ETm (mm/periode)
kebutuhan air irigasi, IWR (mm/periode), total air tersedia, TAM (mm),
air yang siap digunakan tanaman, RAM (mm), evapotranspirasi tanaman , Etc
(mm), perbandingan evapotranspirasi aktual dengan evapotranspirasi maksimum,
Etc/ETm (%), defisit lengas tanah harian (mm), Interval irigasi (hari) dan
ketebalan aplikasi irigasi (mm), kehilangan irigasi (mm), air irigasi yang tidak
tersimpan di dalam tanah (seperti aliran permukaan atau perkolasi dalam) dan
estimasi penurunan produksi tanaman akibat stress air tanaman (apabila Etc/ETm
dibawah 100%) (Sugeng, 2007).
BAB III

METODOLOGI

3.1 Waktu dan Tempat

Praktikum ini dilaksanakan pada hari Senin, 23 April 2016 pukul 08.00-
selesai di Laboratorium Agroklimatologi dan Statistika Jurusan Agronomi
Fakultas Pertanian Universitas Hasanuddin.

3.2 Bahan dan Alat

Alat yang digunakan yaitu Laptop, LCD (proyektor), alat tulis menulis,
buku referensi, dan aplikasi cropwat. Sedangkan bahan yang digunakan adalah
data iklim pada kecamatan masing-masing kelompok selama 15 tahun terakhir.

3.3 Prosedur Kerja

Adapun prosedur kerja pada praktikum ini yaitu:


1. Menyiapkan data mentah pada kecamatan masing-masing kelompok
selama 15 tahun terakhir.
2. Menentukan jumlah rata-rata curah hujan, lamanya penyinaran, suhu
minimum dan maksimum, bacaan angin, kelembaban udara, dan
menghitung rata-rata yang terjadi dalam waktu per hari, per bulan,dan
per tahun.
3. Mengelola data pada aplikasi Cropwat sesuai dengan prosedur.
4. Memasukkan data rata-rata suhu minimum dan maksimum, kelembaban,
curah hujan, kecepatan angin, dan lamanya penyinaran matahari yang
telah diolah pada aplikasi Cropwat agar mendapatkan hasil secara
otomatis.
5. Menentukan jenis tanaman dan menentukan waktu tanam maka akan
terlihat secara otomatis kapan waktu panen.
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

4.1.1 Tabel Climate

Sumber : Data primer setelahdiolah, 2016

4.1.2 Rain dan Eff. Rain

Sumber : Data primer setelahdiolah, 2016

4.1.3 ET0
Sumber : Data primer setelahdiolah, 2016

4.1.4 IrrReq

Sumber : Data primer setelahdiolah, 2016

4.1.5 CWR

Sumber : Data primer setelahdiolah, 2016


4.2 Pembahasan

Berdasarkan data pada tabel climate, menunjukkan data iklim selama 11


tahun yang digunakan sebagai masukan pada parameter di program Cropwat 8.0,
sehingga dapat diperoleh jumlah evapotranspirasi acuan (ETo). Evapotranspirasi
acuan ini digunakan untuk menentukan besar evapotranspirasi tanaman (ETc).
Pada tabel pertama menunjukkan hasil perolehan evapotranspirasi acuan
(ETo). Nilai evapotranspirasi acuan maksimum terjadi pada bulan November
sebesar 6,04 mm/hari, dan nilai evapotranspirasi acuan minimum terjadi pada
bulan April sebesar 4,02 mm/hari. Selanjutnya data curah hujan dimasukkan pada
menu rain sehingga diperoleh curah hujan efektif.
Berdasarkan tabel 2 diketahui bahwa curah hujan efektif maksimum
terjadi pada bulan Desember sebsar 12,1 mm. Curah hujan efektif jumlah hujan
yang jatuh selama periode pertumbuhan tanaman dan hujan itu berguna untuk
memenuhi kebutuhan air tanaman (KAT). Jumlah curah hujan efektif pada areal
tanaman tergantung pada intensitas hujan, topografi lahan, sistem pengolahan
tanah serta tingkat pertumbuhan tanaman. Curah hujan memegang peranan
pertumbuhan dan produksi tanaman pangan. Hal ini sesuai dengan pendapat
Sumarji (2013) air sebagai pengangkut unsur hara dari tanah ke akar dan
dilanjutkan ke bagian-bagian lainnya. Fotosintesis akan menurun jika 30%
kandungan air dalam daun hilang, kemudian proses fotosintesis akan berhenti jika
kehilangan air mencapai 60% Dalam kondisi alami, kelebihan air kurang
bermasalah jika dibandingkan dengan kekeringan.
Berdasarkan tabel CWR ditunjukkan nilai Kc jenis tanaman semakin
tinggi sehingga crop water requirement (CWR) semakin besar pula.Kemudian
diketahui pula jadwal dilakukan irigasi pada kawasan tersebut yaitu pada bulan
Mei sampai Agustus. Kebutuhan air irigasi merupakan kebutuhan air irigasi yang
sesuai dengan kebutuhan tanaman. Tidak melebihi kapasitasnya, dan juga tidak
kekurangan, sehingga air yang diirigasikan ke lahan bisa diserap sepenuhnya oleh
tanaman. Berdasarkan tabel Kc (evapotranspirasi tanaman) diperoleh data nilai Kc
pada tanaman kacang hijau untuk kebutuhan irigasi efektif sebesar 1,05.
BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan analisis kebutuhan air tanaman untuk tanaman kacang hijau


dengan menggunakan program Cropwat versi 8.0 dapat disimpulkan:

1. Kebutuhan air tanaman acuan di kabupaten pinrang berdasarkan kondisi


iklimnya diperoleh evapotranspirasi acuan maksimum terjadi pada
bulan November sebesar 6,04 mm/hari, dan nilai evapotranspirasi acuan
minimum terjadi pada bulan April sebesar 4,02 mm/hari.
2. Kebutuhan air tanaman semakin besar setiap bulannya. Selanjutnya
kebutuhan irigasi air untuk tanaman kacang hijau di kabupaten pinrang
dilakukan pada bulan Mei sampai Agustus.

5.2 Saran

Program Cropwat 8.0 ini dapat dijadikan sebagai pemecahan dalam


menentukan jadwal dan besar nilai kebutuhan air irigasi. Namun disamping itu,
perlu adanya ketelitian saat penginputan data agar hasil yang dimasukkan ke
dalam aplikasi cropwat 8.0 tidak mengalami kesalahan.
DAFTAR PUSTAKA

Dr.Ir. Sugeng Prijono. 2007. Irigasi dan Drainase. Fakultas Pertanian. Universitas
Sumatera Utara.Sumatera.
Fitri, R. 2012. Kacang hijau. Universitas Sumatera Utara. Sumatera.
Irwan, aep wawan. 2005. Kebutuhan air, iklim, dan waktu Tanam kedelai, kacang
tanah, Dan kacang hijau. Jurusan budidaya pertanian, Fakultas pertanian,
Universitas Padjadjaran. Jatinangor.
Prof. Dr. Sumarji, sp, mp. 2013. Teknik penyuluhan kacang hijau. Fakultas
Pertanian. Universitas Kadiri.
Soewarno. 2007. Hidrologi Operasional. Penerbit Nova. Bandung
Sumbeang, As. 2014. Botani tanaman kacang hijau. Universitas Sumatera Utara.
Sumatera.
LAMPIRAN

Gambar . Suhu Maximum

Gambar . Suhu Minimum

Gambar . Kelembaban
Gambar . Bacaan Angin

Gambar . Curah Hujan

Gambar . Lama Penyinaran

You might also like