Professional Documents
Culture Documents
2. Etiologi
Indikasi SC :
Indikasi klasik yang dapat dikemukakan sebagai dasar section caesarea adalah :
a. Prolog labour sampai neglected labour.
b. Ruptura uteri imminen
c. Fetal distress
d. Janin besar melebihi 4000 gr
e. Perdarahan antepartum
(Manuaba, I.B, 2001)
5. Komplikasi
a. Infeksi Puerperalis
Komplikasi ini bersifat ringan, seperti kenaikan suhu selama beberapa hari
dalam masa nifas atau dapat juga bersifat berat, misalnya peritonitis, sepsis
dan lain-lain. Infeksi post operasi terjadi apabila sebelum pembedahan sudah
ada gejala - gejala infeksi intrapartum atau ada faktor - faktor yang
merupakan predisposisi terhadap kelainan itu (partus lama khususnya setelah
ketuban pecah, tindakan vaginal sebelumnya). Bahaya infeksi dapat
diperkecil dengan pemberian antibiotika, tetapi tidak dapat dihilangkan sama
sekali, terutama SC klasik dalam hal ini lebih berbahaya daripada SC
transperitonealis profunda.
b. Perdarahan
Perdarahan banyak bisa timbul pada waktu pembedahan jika cabang arteria
uterina ikut terbuka atau karena atonia uteri
d. Suatu komplikasi yang baru kemudian tampak ialah kurang kuatnya perut
pada dinding uterus, sehingga pada kehamilan berikutnya bisa terjadi ruptura
uteri. Kemungkinan hal ini lebih banyak ditemukan sesudah sectio caesarea
klasik.
6. Prognosis
Angka kematian di rumah sakit dengan fasilitas baik dan tenaga yang
kompeten < 2/1000. Faktor - faktor yang mempengaruhi morbiditas
pembedahan adalah kelainan atau gangguan yang menjadi indikasi
pembedahan dan lamanya persalinan berlangsung.
(Mochtar, 1998)
7. Patofisiologi
Insisi dinding
Luka post op. SC Tindakan anastesi
abdomen
Terputusnya
Risiko Infeksi Imobilisasi
inkonuitas jaringan,
pembuluh darah, dan
saraf - saraf di sekitar Intoleransi
daerah insisi Aktivitas
Merangsang Defisit
pengeluaran histamin Perawatan
dan prostaglandin Diri
Nyeri Akut
8. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan elektrolit
a. Pemberian cairan
Karena 24 jam pertama penderita puasa pasca operasi, maka pemberian cairan
perintavena harus cukup banyak dan mengandung elektrolit agar tidak terjadi
hipotermi, dehidrasi, atau komplikasi pada organ tubuh lainnya. Cairan yang biasa
diberikan biasanya DS 10%, garam fisiologi dan RL secara bergantian dan jumlah
tetesan tergantung kebutuhan. Bila kadar Hb rendah diberikan transfusi darah
sesuai kebutuhan.
b. Diet
c. Mobilisasi
Hari kedua post operasi, penderita dapat didudukkan selama 5 menit dan
diminta untuk bernafas dalam lalu menghembuskannya.
Kemudian posisi tidur telentang dapat diubah menjadi posisi setengah duduk
(semifowler)
d. Kateterisasi
Kandung kemih yang penuh menimbulkan rasa nyeri dan tidak enak pada
penderita, menghalangi involusi uterus dan menyebabkan perdarahan. Kateter
biasanya terpasang 24 - 48 jam / lebih lama lagi tergantung jenis operasi dan
keadaan penderita.
e. Pemberian obat-obatan
1. Antibiotik
3. Obat-obatan lain
f. Perawatan luka
Kondisi balutan luka dilihat pada 1 hari post operasi, bila basah dan berdarah
harus dibuka dan diganti
g. Perawatan rutin
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam pemeriksaan adalah suhu, tekanan darah,
nadi,dan pernafasan. (Manuaba, 1999)
menyentuh luka
5. Cuci tangan
6. Pantau
menurunkan resiko
peningkatan suhu,
terjadinya infeksi
nadi, dan
nosokomial
pemeriksaan
laboratorium
jumlah WBC / sel
6. Peningkatan suhu,
darah putih
nadi, dan WBC
merupakan salah
satu data penunjang
yang dapat
mengidentifikasi
adanya bakteri di
dalam darah. Proses
tubuh untuk
melawan bakteri
akan meningkatkan
produksi panas dan
frekuensi nadi. Sel
7. Kolaborasi untuk darah putih akan
pemeriksaan Hb meningkat sebagai
dan Ht. Catat kompensasi untuk
perkiraan melawan bakteri
kehilangan darah yang menginvasi
selama prosedur tubuh.
pembedahan 7. Risiko infeksi pasca
melahirkan dan
8. Anjurkan intake proses
nutrisi yang cukup penyembuhan akan
buruk bila kadar Hb
rendah dan terjadi
kehilangan darah
berlebihan.
8. Mempertahankan
9. Kolaborasi keseimbangan
penggunaan nutrisi untuk
antibiotik sesuai mendukung perpusi
indikasi jaringan dan
memberikan nutrisi
yang perlu untuk
regenerasi selular
dan penyembuhan
jaringan
9. Antibiotik dapat
menghambat proses
infeksi
Ansietas Setelah diberikan 3. Kaji respon 1. Keberadaan sistem
berhubungan asuhan keperawatan psikologis pendukung klien
dengan kurangnya selama x 6 jam terhadap kejadian (misalnya
informasi tentang diharapkan ansietas dan ketersediaan pasangan) dapat
prosedur klien berkurang sistem pendukung memberikan
pembedahan, dengan kriteria hasil : dukungan secara
penyembuhan, psikologis dan
Klien terlihat
dan perawatan membantu klien
lebih tenang
post operasi dalam
dan tidak
mengungkapkan
gelisah
Klien 4. Tetap bersama masalahnya
mengungkapka klien, bersikap 2. Keberadaan
n bahwa tenang dan perawat dapat
ansietasnya menunjukkan rasa memberikan
berkurang empati dukungan dan
perhatian pada
klien sehingga klien
merasa nyaman dan
mengurangi
5. Observasi respon ansietas yang
nonverbal klien dirasakannya
(misalnya: gelisah)
3. Ansietas seringkali
berkaitan dengan
tidak dilaporkan
ansietas yang
secara verbal
dirasakan
namun tampak pada
pola perilaku klien
6. Dukung dan secara nonverbal
arahkan kembali 4. Mendukung
mekanisme koping mekanisme koping
dasar,
meningkatkan rasa
percaya diri klien
7. Berikan informasi
sehingga
yang benar
mengenai prosedur menurunkan
pembedahan, ansietas
penyembuhan, dan 5. Kurangnya
perawatan post informasi dan
operasi misinterpretasi
Defisit perawatan
klien terhadap
diri b/d
8. Diskusikan informasi yang
kelemahan fisik
Setelah dilakukan pengalaman / dimiliki
akibat tindakan
Asuhan keperawatan harapan kelahiran sebelumnya dapat
anestesi dan
selama ....x 6 jam anak pada masa mempengaruhi
pembedahan
difisit perawatan diri lalu ansietas yang
teratasi dengan kriteria dirasakan
hasil : 6. Klien dapat
pasien bisa
mengalami
menjaga
penyimpangan
personal
memori dari
hygiene nya,
kekuatan tubuh 9. Evaluasi melahirkan. Masa
pasien bisa perubahan ansietas lalu / persepsi yang
kembali normal yang dialami klien tidak realistis dan
secara verbal abnormalitas
mengenai proses
persalinan SC akan
meningkatkan
Intoleransi
ansietas.
aktivitas b/d
mobilisasi fisik 7. Identifikasi
keefektifan
intervensi yang
telah diberikan
1. Untuk mengetahui
1. Kaji kemampuan klien
tingkat kemampua dalam personal
n diri hygiene
setelah di berikan
asken selama x 6 dalam perawatan
jam di harapkan pasien diri
bertoleransi terhadap 2. Mengajarkan klien
aktifitas dengan KH
2. Motivasi klien untuk memenuhi
1. pasien mampu untuk melakukan secara mandiri
melakukan ADL
aktivitas secara
2. keseimbangan bertahap
beraktifitas
3. Keluarga adalah
terpenuhi
3. Libatkan keluarga orang yang paling
dalam pemenuhan penting tepat untuk
kebutuhan klien masalah ini dan
membuat klien lebih
4. Kaji karakter dan di perhatikan
jumlah aliran
lochea 4. Aliran lochea
seharunya tidak
banyak
5. Ajarkan pasien
latihan bertahap
5. Dapat
meningkatkan
kemampuan klien
1. observasi 1. menunjukkan
kehilangan/ gangguan perubahan neurology
keseimbangan gaya karena defisiensi
jalan dan kelemahan vitamin B12
otot mempengaruhi
2. observasi TTV
keamanan pasien/ resiko
sebelum dan sesudah
cidera
aktivitas 2. manifestasi kardio
3. berikan lingkungan
pulmonal dr upaya
tenang batasi
jantung dan paru untuk
pengunjung dan
membawa jumlah
kurangi suara bising,
oksigen adekuat ke
pertahankan tirah
jaringan.
baring bila di 3. meningkatkan
indikasikan istirahat untuk
4. anjurkan klien
menurunkan kebutuhan
istirahat bila terjadi
oksigen tubuh dan
kelelahan dan
menurunkan regangan
kelemahan,anjurkan
jantung dan paru.
pasien melakukan 4. meningkatkan
aktivitas semampunya aktivitas secara bertahap
5. kolaborasi dengan
sampai normal dan
tim medis dalam
memperbaiki tonus otot.
pemberian terapi infuse 5.mengganti cairan dan
elektrolit secara adekuat.
4. Implementasi
Implementasi disesuaikan dengan intervensi keperawatan yang telah disusun
5. Evaluasi
DX 1 :
Klien melaporkan nyeri berkurang / terkontrol
Wajah tidak tampak meringis
Klien tampak rileks, dapat berisitirahat, dan beraktivitas sesuai kemampuan
DX2 :
Tidak terjadi tanda - tanda infeksi (kalor, rubor, dolor, tumor, fungsio laesea)
Suhu dan nadi dalam batas normal ( suhu = 36,5 -37,50 C, frekuensi nadi = 60 -
100x/ menit)
DX 3:
o Klien terlihat lebih tenang dan tidak gelisah
o Klien mengungkapkan bahwa ansietasnya berkurang
DX 4 :
DAFTAR PUSTAKA
Doengoes, Marylinn. 2001. Rencana Asuhan Keperawatan Maternal / Bayi. Jakarta : EGC
Manuaba, I.B. 2001. Kapita Selekta Penatalaksanaan Rutin Obstetri Ginekologi dan KB. Jakarta
: EGC
Manuaba, I.B. 1999. Operasi Kebidanan Kandungan Dan Keluarga Berencana Untuk Dokter
Umum. Jakarta : EGC