You are on page 1of 213

KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM

DIREKTORAT JENDERAL PENATAAN RUANG R E N CA N A A K S I


KOTA H IJAU
(RAKH)

MASTER PLAN
RTH
P E R KOTA AN

MANUAL
D E TA IL
E N G I N EE RIN G
DESIGN (DED)

K E G I ATA N P 2 K H TA M A N KOTA
H IJAU

2013 IM P L E M E NTAS I
TA M A N KOTA
H IJAU

S U P E RV IS I

FORU M
KO M U N ITA S
H IJAU ( F K H )

BERSAMA MENATA
RUANG
KATA PENGANTAR
Sejak tahun 2011 yang lalu, Kementerian Pekerjaan Umum c.q. Direktorat Jenderal Penataan
Ruang telah menginisiasi lahirnya Program Pengembangan Kota Hijau (P2KH) sebagai salah
satu bentuk implementasi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota/Kabupaten dengan
melibatkan partisipasi aktif pemangku kepentingan pada aras lokal untuk meningkatkan
kualitas ruang perkotaan.

Pada tahun 2011, P2KH diawali dengan penandatanganan Piagam Komitmen Kota Hijau dan
penyusunan Rencana Aksi Kota Hijau (RAKH) oleh 60 Kota/Kabupaten peserta. Tahun 2012
dilanjutkan dengan implementasi RAKH, penyusunan peta komunitas hijau, penyusunan
masterplan ruang terbuka hijau dan implementasi taman ramah lingkungan. Tahun 2013
merupakan kelanjutan dari pelaksanaan tahun 2011 dan 2012 dengan spektrum atribut yang
lebih luas untuk mulai diwujudkan secara bertahap, tidak sebatas pada 3 (tiga) atribut yang
diprioritaskan sebelumnya, yakni green open space, green community serta green planning
and design.

Untuk mencapai tujuan pelaksanaan P2KH tahun 2013 tersebut, diperlukan manual yang
bersifat operasional yang memuat antara lain: tata cara atau mekanisme pelaksanaan
kegiatan, substansi teknis kegiatan, dan standar kualitas output, yang kesemuanya dituangkan
dalam Manual Kegiatan P2KH 2013.

Manual Kegiatan P2KH ini pada dasarnya merupakan perbaikan dan pengayaan substantif dari
Manual P2KH 2012 yang terdiri atas 6 (enam) kegiatan pokok, yaitu: (1) penyempurnaan
Rencana Aksi Kota Hijau (RAKH), (2) penyusunan Masterplan RTH perkotaan, (3) penyusunan
Detail Engineering Design (DED) Taman Kota Hijau, (4 peningkatan kuantitas dan kualitas RTH
perkotaan, (5) supervisi peningkatan kuantitas dan kualitas RTH Perkotaan, dan (6) kegiatan
Forum Komunitas Hijau (FKH).

Akhir kata, semoga Manual ini benar-benar dapat menjadi pemandu pelaksanaan kegiatan
P2KH tahun 2013 bagi Kota/Kabupaten, komunitas hijau dan masyarakat luas, secara efektif,
efisien, transparan dan akuntabel, sehingga hasil yang dicapai pada akhirnya dapat dinikmati
dan dimanfaatkan secara luas oleh masyarakat.

Jakarta, Maret 2013

Dadang Rukmana
Direktur Perkotaan
Direktorat Jenderal Penataan Ruang
Kementerian Pekerjaan Umum
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii

I. PENYEMPURNAAN RENCANA AKSI KOTA HIJAU (RAKH) I

II. PENYUSUNAN MASTERPLAN RTH PERKOTAAN II


A. Masterplan RTH II.A
B. Penyempurnaan Masterplan RTH up-scaling III.B

III. PENYUSUNAN DETAIL ENGINEERING DESIGN (DED)


Taman Kota Hijau III

IV. PENINGKATAN KUANTITAS RTH PERKOTAAN IV

V. SUPERVISI PENINGKATAN KUANTITAS RTH PERKOTAAN V

V. KEGIATAN FORUM KOMUNITAS HIJAU (FKH) VI


A. Sosialisasi dan Kampanye Publik tentang Kota Hijau VI.A
B. Pembentukan FKH dan Penyusunan Rencana Aksi FKH VI.B
C. Penyusunan Peta Komunitas Hijau VI.C
D. Penyelenggaraan Aksi FKH VI.D
1. Festival Hijau (Green Festival) di Taman Kota VI.D.1
2. Aksi Komunitas Hijau Lain (terkait Atribut Kota Hijau) VI.D.2
3. Sosialisasi Komunitas Hijau VI.D.4

ii
PHOTO
PENYEMPURNAAN
RENCANA AKSI
KOTA HIJAU (RAKH)

I
DAFTAR ISI

BAB I PENGANTAR I.1

BAB II PRINSIP P2KH I.1

BAB III MUATAN RAKH I.2

BAB IV JADWAL KEGIATAN I.5

BAB V PENYAJIAN RAKH I.6


I. PENGANTAR
P2KH dipahami sebagai sebuah instrumen untuk mewujudkan amanat Undang-
Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang (UUPR), yaitu untuk
mweujudkan kualitas penataan ruang wilayah nasional, provinsi, dan
kota/kabupaten yang aman, produktif dan berkelanjutan untuk kesejahteraan
masyarakat. Selain itu, P2KH juga perlu dipahami sebagai suatu program kolabiratif
dengan inisiatif utama dari pemerintah kota/kabupaten yang difasilitasi oleh
pemerintah pusat.

II PRINSIP P2KH

1. KEMANDIRIAN
Setelah pelaksanaan P2KH, kota/kabupaten diharapkan dapat mandiri, terutama
dalam hal pendanaan program kota hijau.

2. KEBERLANJUTAN
P2KH diharapkan dapat terus berlanjut dengan program penambahan RTH,
pembentukan forum komunitas hijau, penjabaran masterplan RTH serta program-
program kota hijau lainnya.

3. KEBERAGAMAN
P2KH yang awalnya terfokus pada tiga atribut kota hijau, harus dapat dilanjutkan
dengan fokus yang lebih beragam pada lima atribut lainnya, dengan menampilkan
potensi kearifan lokasi masing-masing kota/kabupaten (local site spesific) I.1
III MUATAN RAKH
1. PENDAHULUAN
1.1 Visi dan Misi Kota/Kabupaten
Menyebutkan visi dan misi kota/kabupaten yang tercantum di dalam
RPJPD/RPJMD dan menjabarkan keterkaitan visi dan misi tersebut terhadap
P2KH.
1.2 Tujuan, Kebijakan dan Strategi Penataan Ruang terkait Kota Hijau
Menyebutkan tujuan kebijakan dan strategi penataan ruang di dalam RTRW
yang terkait kota hijau.

2. PROFIL KOTA/KABUPATEN
2.1 Profil Umum
Menguraikan mengenai :
a. Karakteristik alam (pesisir, dataran, pegunungan) dan topografi secara
umum
b. Kondisi eksisting dan rencana pemenuhan RTH Publik kota/kawasan
perkotaan, baik luasan (dalam ha) maupun persentase (dalam persen)
c. Kontribusi sektor unggulan dalam PDRB kota/kabupaten
d. D. Jumlah penduduk total dan distribusi kepadatan penduduk
2.2 Potensi Pendukung
Mengutaikan berbagai potensi yang dimiliki oleh pemerintah kota/kabupaten
untuk mewujudkan program kota hijau, meliputi :
a. Ketersediaan lahan yang akan dikembangkan sebagai RTH (rencana dan
potensi, dalam hektar)
b. Keberadaan minimal 3 (tiga) komunitas hijau (masyarakat peduli
lingkungan) yang ada, dilengkapi dengan nama komunitas, nama contact
person, nomor telpon dan alamat email.
c. Alokasi APBD untuk program kota hijau
I.2
3. RENCANA AKSI KOTA HIJAU 2013-2017
3.1 Cakupan dan Muatan Kegiatan Utama
A. Green Planning and Design
Kegiatan-kegiatan yang bertujuan meningkatkan kualitas rencana tata
ruang dan rancang kota yang lebih sensitif terhadap agenda hijau.
Antara lain meliputi penyusunan RDTR pada wilayah prioritas di kota
dengan memperhatikan ketersediaan dan kualitas ruang terbuka hijau,
koridor hijau, menyusun masterplan RTH perkotaan.

A. PENYUSUNAN
B. Green Open Space
Bertujuan meningkatkan kualitas dan kuantitas Ruang Terbuka Hijau
(RTH) sesuai dengan karakteristik kota/kabupaten melalui berbagai

MASTERPLAN RTH
macam strategi untuk mencapai target RTH minimal 30% sesuai yang
direncanakan dalam RTRW. Contoh kegiatan yang terkait atribut ini

BARU
adalah pembuatan hutan kota, taman kota di kawasan perkotaan untuk
menambah luas RTH kota.
C. Green Community
Bertujuan meningkatkan partisipasi aktif masyarakat atau komunitas dan
institusi swasta dalam perwujudan pengembangan kota hijau. Contoh
kegiatan terkait atribut ini adalah penyusunan peta komunitas hijau yang
melibatkan komunitas hijau, sosialisasi program kota hijau (green
campaign) kepada masyarakat, pelibatan institusi pendidikan melalui
program sekolah hijau dan kampus hijau.

I.3
3.2 Cakupan dan Muatan Kegiatan Upscaling
A. Green Transportation
Merencanakan dan menerapkan transportasi yang bekelanjutan, yaitu :
1. Jalur Sepeda menghubungkan taman-taman kota
2. Fasilitas Sepeda Sewa (Bike Sharing) di taman-taman kota
B. Green Waste
Menerapkan pronsip-prinsip 3R (Reduce, Reuse, Recycling), yaitu :
- Pembuatan Sistem Komposting di taman kota
C. Green Water
Meningkatkan efisiensi pemanfaatan dan pengelolaan sumber daya air,
yaitu :
- Penerapan konsep zero run-off di taman kota/halaman RTH privat
D. Green Building
Merencanakan dan menerapkan konsep ramah lingkungan pada bangunan,
yaitu :
- Pembuatan taman vertikal (vertical garden) di taman kota
E. Green Energy
Menerapkan dan memanfaatkan sumber enrgi yang efisien dan ramah
lingkungan. Misalnya penggunaan listrik tenaga surya untuk lampu
penerangan jalan umum, listrik tenaga angin, dsb.

Setiap Kota/Kabupaten diarahkan mengembangkan minimal 1 (satu) kegiatan


upscaling sesuai potensi lokasi (local site spesific) masing-masing.

3.3 Komitmen Daerah Terhadap RAKH


Identifikasi bentuk komitmen daerah terhadap tindak lanjut dari RAKH yang
telah disusun, meliputi :
a. Sharing pembiayaan APBD tahun anggaran 2013-2017 terhadap
perwujudan kota hijau
b. Pembentukan tim swakelola P2KH kota/kabupaten (lintas SKPD). Sebagai
koordinator penyusunan Rencana Aksi Kota Hijau, dapat ditunjuk Bappeda
I.4 atau institusi yang membidani tata ruang di masing-masing kota/kabupaten.
IV. JADWAL KEGIATAN

N Tahapan Kegiatan Bulan ke


o
I II III IV
1 Pengisian F1, F2, F3, F7
2 Pengumpulan F1, F2, F3,
F7
3 Verifikasi F1, F2, F3, F7
oleh Tim Pusat
4 Pembuatan Peta RTH ,
Peta RTH up-scaling
Eksisting
5 Verifikasi Peta RTH , Peta
RTH up-scaling Eksisting
oleh Tim Pusat
6 Pembuatan Peta RTH ,
Peta RTH up-scaling
Rencana
7 Verifikasi Peta RTH , Peta
RTH up-scaling Rencana
oleh Tim Pusat
8 Penyempuraan Dokumen
RAKH sesuai format buku
9 Pengumpulan Softcopy
Buku RAKH
1 Pengumpulan Hardcopy
0 Buku RAKH

I.5
V. PENYAJIAN RAKH
Buku RAKH diharuskan mengikuti urutan penyajian sebagai berikut :
A. COVER DEPAN
B. COVERING LETTER
C. BAGIAN I FORM F1, F2, F3
1. FORM F1
2. FORM F2
3. FORM F3
4. LAMPIRAN PASAL DALAM PERDA/RAPERDA RTRW YANG MEMUAT
SUBSTANSI TENTANG RUANG TERBUKA HIJAU
5. TABEL RTH EKSISTING & RENCANA
6. TABEL INDIKATOR PROGRAM PENAMBAHAN RTH JANGKA PENDEK (2013-
2017)
7. PETA SEBARAN RTH EKSISTING 2013
8. PETA RTH RENCANA 2032
9. PETA UP-SCALING EKSISTING 2013
10. PETA UP-SCALING RENCANA 2017
D. BAGIAN II KETERSEDIAAN LAHAN YANG AKAN DIKEMBANGKAN SEBAGAI RTH
1. FORM F7 2013
2. Bukti Kepemilikan Lahan oleh Pemerintah Daerah
3. Surat Keputusan (SK) Kepala Daerah Tentang Penetapan Lokasi sebagai RTH
E. LAMPIRAN
1. LAMPIRAN I STATUS RTRW
2. LAMPIRAN II PROGRAM TERKAIT KOTA HIJAU
3. LAMPIRAN III SURAT PERNYATAAN ALOKASI DANA SHARING 2013
4. LAMPIRAN IV SK TIM SWAKELOLA P2KH 2013
5. LAMPIRAN V PETA KOMUNITAS HIJAU
F. COVER BELAKANG

I.6
A . COV E R D E PA N - B E L A KA NG
Cover Depan & Belakang mengikuti Template/Contoh yang diberikan sebagai berikut :

Gambar/Foto yang Mewakili Kondisi


dan Profil Kota Hijau di
Kota/Kabupaten

I.7
B . COV E RING L E T T E R
Pernyataan Komitmen Atas Rencana Aksi Kota Hijau (RAKH) 2013 yang
ditandatangani Walikota/Bupati

I.8
C . BAG IA N I FO RM F1 DA N F2

1. FO RM F 1

I.9
1. FO RM F1 ( L A NJUTAN)

I.10
1. FO RM F 1 ( L A NJUTAN)

I.11
PETUNJUK PENGISIAN FORM F1

Kode Deskripsi
1 Diisi dengan nama kota/kabupaten calon peserta kegiatan fasilitasi penyusunan
Rencana aksi kota hijau 2012

2 Diisi dengan nama provinsi dimana kota/kabupaten tersebut berada.

3 a. Untuk kota, diisi dengan luas wilayah kota dalam hektar (ha);
b. Untuk kabupaten diisi dengan luas wilayah keseluruhan kabupaten dalam hektar
(ha).
c. Khusus untuk kabupaten, diisi dengan luas kawasan perkotaan yang merupakan
ibukota kabupaten, dalam hektar (ha);
d. Khusus untuk kabupaten, diisi dengan luas kawasan perkotaan yang merupakan
kawasan strategis ekonomi, dalam hektar (ha). Pilih salah satu kawasan strategis
ekonomi di wilayah kabupaten yang akan diprioritaskan pengembangan RTHnya.
Untuk kabupaten, kedua kawasan perkotaan pada point 3a dan 3b harus diisi, bukan
dipilih salah satu.
4 Diisi dengan status RTRW kota/kabupaten:
a. Apabila sudah ditetapkan sebagai Peraturan Daerah, beri tanda silang pada kotak
di depan kata Perda, dan tuliskan nomor dan tahun Peraturan Daerah
kota/kabupaten tentang RTRW kota/kabupaten tersebut;
b. Apabila Raperda RTRW kota/kabupaten sudah mendapat persetujuan substansi
dan sedang dalam proses pembahasan menjadi Perda RTRW kota/kabupaten di
DPRD kota, beri tanda silang pada kotak di depan kata Persetujuan Substansi,
sedang proses legalisasi di DPRD
(lampirkan surat permohonan pembahasan RTRW dari Walikota/Bupati kepada
DPRD).
a. Apabila Raperda RTRW kota/kabupaten sudah mendapat persetujuan substansi
namun belum dibahas dan diproses sebagai Peraturan Daerah di DPRD, beri tanda
silang pada kotak di depan kata Persetujuan Substansi, belum proses legalisasi di
DPRD
5 Diisi dengan visi dan misi kota/kabupaten yang tertera dalam dokumen perencanaan
I.12 (RPJPD dan RPJMD) kota/kabupaten
PETUNJUK PENGISIAN FORM F1 (LANJUTAN)

Kode Deskripsi
6 Diisi dengan pernyataan/penjelasan keterkaitan antara visi dan misi kota/kabupaten yang
tercantum dalam RPJPD dan RPJMD dengan kegiatan P2KH.

7 Diisi dengan tujuan, kebijakan atau strategi penataan ruang di dalam RTRW yang terkait
dengan pengembangan kota hijau. Kebijakan dan strategi yang dicantumkan hanya yang
berkaitan langsung dengan perwujudan kota hijau.

8 Diisi dengan bentuk karakteristik alam dan kondisi geografis-topografi kota/kabupaten:


a. Jika merupakan daerah pesisir, beri tanda silang pada kotak di depan kata Pesisir
b. Jika merupakan daerah dataran, beri tanda silang pada kotak di depan kata
Dataran
c. Jika merupakan daerah pegunungan, beri tanda silang pada kotak di depan kata
Pegunungan

9 Diisi dengan jenis sektor unggulan yang memberikan kontribusi paling besar dalam PDRB
kota/kabupaten, ditambahkan pula persentasenya terhadap total PDRB kota/kabupaten.

10 Diisi dengan jumlah penduduk berdasarkan data sensus terakhir (Tahun 2010) dari Badan
Pusat Statistik (BPS). Kepadatan penduduk diisi dengan jumlah penduduk (jiwa)
berbanding dengan luas wilayah kota, dalam kilometer persegi (km2).
a. Untuk kota, diisi dengan jumlah penduduk dan kepadatan penduduk dalam jiwa/km2 ;
b. Untuk kabupaten diisi dengan jumlah penduduk dan kepadatan penduduk dalam
jiwa/km2 wilayah keseluruhan kabupaten;
c. Khusus untuk kabupaten, diisi dengan jumlah penduduk dan kepadatan penduduk
dalam jiwa/km2 wilayah kawasan perkotaan yang merupakan ibukota kabupaten;
d. Khusus untuk kabupaten, diisi dengan jumlah penduduk dan kepadatan penduduk
dalam jiwa/km2 wilayah kawasan perkotaan yang merupakan kawasan strategis
ekonomi. Salah satu kawasan strategis ekonomi di wilayah kabupaten yang akan
diprioritaskan pengembangan RTHnya.
Untuk kabupaten, kedua kawasan perkotaan pada point 10a dan 10b harus diisi, bukan
dipilih salah satu.
I.13
PETUNJUK PENGISIAN FORM F1 (LANJUTAN)

Kode Deskripsi
11 Diisi dengan luasan dan persentase RTH Eksisting (kondisi saat ini). Untuk kota, persentase RTH
dihitung dari luas wilayah kota, sedangkan untuk kabupaten, persentase RTH dihitung dari luas
wilayah kawasan perkotaan yang tercantum pada butir 3 di atas.

12 a. Diisi dengan Jenis RTH Publik yang ada di wilayah kota/kabupaten. Jenis RTH mengacu
pada Permen PU No 5/PRT/M/2008 tentang Pedoman Penyediaan dan Pemanfaatan
Ruang Terbuka Hijau di Kawasan Perkotaan, yaitu:
RTH Taman dan Hutan Kota; mencakup Taman RT, Taman RW, Taman Kelurahan,
Taman Kecamatan, Taman Kota, Hutan Kota dan Sabuk Hijau (green belt)
RTH Jalur Hijau Jalan; mencakup pulau jalan dan median jalan, jalur pejalan kaki,
ruang di bawah jalan layang.
RTH Fungsi Tertentu; mencakup RTH sempadan rel kereta api, Jalur hijau jaringan
listrik tegangan tinggi, RTH sempadan sungai, RTH sempadan pantai, RTH
Pengamanan sumber air baku/mata air, dan pemakaman.
b. Diisi dengan luasan dan persentase rincian jenis RTH Publik Eksisting, sesuai dengan
hitungan pada butir 11 di atas. Untuk kota, persentase RTH dihitung dari luas wilayah
kota, sedangkan untuk kabupaten, persentase RTH dihitung dari luas wilayah kawasan
perkotaan yang tercantum pada butir 3 di atas.
c. Diisi dengan luasan dan persentase rincian jenis RTH Publik Rencana (sesuai yang
tercantum dalam Masterplan RTH perkotaan).
Untuk kota, persentase RTH dihitung dari luas wilayah kota;
Untuk kabupaten, persentase RTH dihitung dari luas wilayah kawasan perkotaan
yang tercantum pada butir 3c dan 3d di atas (disajikan dalam dua tabel RTH eksisting
dan rencana, untuk masing-masing kawasan perkotaan).

13 Diisi dengan indikator program penambahan RTH (sesuai yang tercantum dalam Masterplan
RTH perkotaan) jangka pendek (2013-2017) :
Salah satu lokasi yang akan dikembangkan sebagai lokasi penambahan RTH pada tahun 2013
dijelaskan lebih lanjut dalam Form F7.

I.14
PETUNJUK PENGISIAN FORM F1 (LANJUTAN)
Kode Deskripsi
13 a. Jenis RTH : diisi dengan rencana jenis RTH yang akan dikembangkan sebagai RTH;
b. Luas : diisi dengan besaran luas lahan, dalam satuan meter persegi (m2);
c. Lokasi : diisi dengan letak dimana lahan berada;
d. Kepemilikan : diisi dengan pihak pemilik lahan, Pemda/Masyarakat/pihak lain;
e. Rencana Tahun Pelaksanaan : diisi dengan rencana tahun pelaksanaan penambahan
RTH pada lokasi yang disebutkan dalam jangka pendek (2013-2017);
f. Instansi Pelaksana : diisi dengan instansi yang bertanggungjawab terhadap
pelaksanaan kegiatan penambahan RTH tersebut, misalnya Bappeda dan dinas
terkait lainnya;
g. Besaran Dana : Diisi dengan perkiraan biaya yang dibutuhkan untuk melaksanakan
program penambahan RTH tersebut
h. Sumber Dana : Diisi dengan perkiraan sumber dana pembiayan program
penambahan RTH, misalnya dari APBD, SCR, atau sumber lain
14 a. Arahan 8 (delapan) strategi pemenuhan RTH 30%
b. Diisi dengan tanda centang () langkah mana yang dipilih oleh kota/kabupaten yang
bersangkutan
15 a. Diisi dengan nama FKH Kota/Kab yang telah terbentuk;
b. Diisi dengan nama jelas koordinator FKH yang telah disepakati;
c. Diisi dengan nomor kontak handphone koordinator FKH;
d. Disi dengan alamat email sekretariat FKH atau alamat email koordinator FKH;
e. Diisi dengan kontak media sosial, misalnya alamat facebook, twitter, dsb;
f. Diisi dengan jumlah komunitas yang tergabung dalam FKH
g. Disi dengan nama-nama komunitas yang tergabung dalam FKH, sesuai butir 13f di
atas;
h. Disi dengan nama jelas kontak person setiap anggota komunitas
i. Diisi dengan nomor kontak handphone setiap kontak anggota komunitas sesuai yang
tertulis dalam butir 13h di atas;
j. Disi dengan alamat email sekretariat komunitas
k. Disi dengan kontak media sosial, misalnya alamat facebook, twitter, dsb dari setiap
komunitas
l. Diisi dengan deskripsi kegiatan masing-masing komunitas. I.15
PETUNJUK PENGISIAN FORM F1 (LANJUTAN)
Kode Deskripsi
16 a. Diisi dengan nama program/kegiatan komunitas yang sedang/telah dilakukan baik oleh
FKH atau komunitas lain di Kota/Kabupaten yang bersangkutan;
b. Diisi dengan foto kegiatan program/kegiatan sesuai dengan butir 16b di atas.
17 Diisi dengan informasi mengenai kerjasama yang telah, sedang dan akan dilakukan antar
kota/kabupaten atau dengan lembaga/instansi lain, baik nasional maupun internasional yang
berhubungan dengan perwujudan kota hijau.
a. Diisi dengan nama kerjasama yang telah, sedang dan akan dilakukan;
b. Diisi dengan bentuk kerjasama yang terjalin, misalnya dukungan pembiayaan, bimbingan
teknis, pertukaran informasi, dsb
c. Diisi dengan pihak yang terlibat dalam kerjasama tersebut, misalnya nama kota, lembaga,
instansi, swasta, dsb
d. Diisi dengan keterangan lain yang diperlukan untuk memperjelas informasi yang
dibutuhkan, misalnya jangka waktu kerjasama, dsb.

18 Diisi dengan rincian program terkait kota hijau yang telah dan sedang dikembangkan di wilayah
kota/kabupaten dalam lima tahun terakhir:
a. Diisi dengan nama program yang telah dan sedang dikembangkan, misalnya pembuatan
jalur sepeda, jalur pedestrian, pembuatan hutan kota, dsb.
b. Diisi dengan tahun pelaksanaan (dalam rentang waktu lima tahun terakhir).
c. Diisi dengan instansi yang bertanggung jawab terhadap pelaksanaan program tersebut
d. Diisi dengan keterangan lain yang dibutuhkan untuk memperjelas informasi yang
dibutuhkan, misalnya apakah kegiatan tersebut masih berlangsung, lanjutan program
tersebut, dsb.

I.16
2. FO RM F2

I.17
PETUNJUK PENGISIAN FORM F2
Kode Deskripsi
1 Diisi dengan nama kota/kabupaten calon peserta kegiatan fasilitasi penyusunan
rencana aksi kota hijau 2012

2 Diisi dengan nama provinsi dimana kota/kabupaten tersebut berada

3 Diisi dengan rincian rencana kegiatan utama berkaitan dengan perwujudan kota hijau
dalam lima tahun ke depan, yang terfokus pada 3 (tiga) atribut kota hijau, yaitu Green
Planning and Design, Green Open Space dan Green Community
a. Diisi dengan rincian kegiatan yang akan dilakukan
b. Diisi dengan instansi yang bertanggungjawab terhadap pelaksanaan kegiatan
tersebut, misalnya Bappeda dan dinas terkait lainnya.
c. Diisi dengan rencana waktu pelaksanaan dalam lima tahun ke depan (2013 s.d
2017).
d. Diisi dengan informasi tambahan yang memperjelas keterangan yang telah
disampaikan, misalnya lokasi, luasan, sumber pembiayaan, dsb.
4 Diisi dengan rincian rencana kegiatan pendukung berkaitan dengan perwujudan kota
hijau dalam lima tahun ke depan, yang terkait 5 (lima) atribut kota hijau, yaitu Green
Transportation, Green Waste, Green Water, Green Building dan Green Energy.
a. Diisi dengan rincian kegiatan yang akan dilakukan
b. Diisi dengan instansi yang bertanggungjawab terhadap pelaksanaan kegiatan
tersebut, misalnya Bappeda dan dinas terkait lainnya.
c. Diisi dengan rencana waktu pelaksanaan dalam lima tahun ke depan (2013 s.d
2017).
d. Diisi dengan informasi tambahan yang memperjelas keterangan yang telah
disampaikan, misalnya lokasi, luasan, sumber pembiayaan, dsb.
5 Merupakan tim pelaksana swakelola P2KH di masing-masing kota/kabupaten, sesuai
dengan SK Kepala daerah:
a. Diisi dengan nama pihak yang dilibatkan di dalam tim swakelola;
b. Diisi dengan jabatan dan instansi dimana anggota tim tersebut berasal;
c. Diisi dengan kedudukan masing-masing orang dalam tim swakelola;
d. Diisi dengan Nomor Handphone/telepon masing-masing anggota tim;
I.18 e. Diisi dengan alamat email masing-masing anggota tim.
PETUNJUK PENGISIAN FORM F2 (LANJUTAN)

Kode Deskripsi
6 Merupakan tenaga ahli individu yang dikontrak dalan pelaksanaan kegiatan swakelola P2KH di
masing-masing kota/kabupaten, sesuai dengan SK Kepala daerah:
Tenaga ahli yang ditentukan sesuai juknis
Diisi dengan nama tenaga ahli yang dilibatkan;
Diisi dengan Nomor Handphone/telepon masing-masing tenaga ahli;
Diisi dengan alamat email masing-masing anggota tim.

7 Diisi dengan identitas pihak dan instansi yang dapat dihubungi dan memberi informasi yang
diperlukan selama pelaksanaan kegiatan guna memperlancar komunikasi dan informasi selama
pelaksanaan kegiatan P2KH 2013.
a. Diisi dengan nama pihak yang menjadi contact person kota/kabupaten
b. Diisi dengan jabatan pihak yang menjadi contact person kota/kabupaten. Diharapkan
jabatan contact person minimal adalah Kepala Seksi pada Bappeda atau instansi yang
membidangi tata ruang
c. Diisi dengan instansi tempat contact person tersebut bekerja. Diharapkan contact person
berasal dari Bappeda atau instansi yang membidangi tata ruang.
d. Diisi dengan nomor telepon/handphone yang mudah dihubungi untuk kelancaran
informasi dan komunikasi.
e. Diisi dengan alamat email yang digunakan untuk kelancaran informasi dan komunikasi

I.19
3. FO RM F3

I.20
PETUNJUK PENGISIAN FORM F3
Kode Deskripsi
1 Diisi dengan nama kota/kabupaten calon peserta P2KH 2012/2013
2 Diisi dengan nama provinsi dimana kota/kabupaten tersebut berada.
3 Merupakan tabel yang menjelaskan bentuk dan jumlah sharing APBD 2013 untuk
pembangunan RTH di lokasi yang diusulkan pada Form F7, yang mencakup:
a. Diisi dengan nama program yang direncanakan di tahun anggaran 2013 untuk
pembangunan RTH di lokasi yang diusulkan pada Form F7 RAKH. Sebutkan pula
lokasi dan luasannya;
b. Diisi dengan jumlah dana yang dialokasikan dalam RAPBD atau APBD 2013 untuk
melaksanakan program tersebut pada point 3a (dalam juta rupiah).
c. Diisi dengan instansi yang menjadi penanggung jawab pelaksanaan program
tersebut, bisa satu instansi atau koordinasi antar beberapa instansi.
4 Merupakan tabel yang menjelaskan bentuk dan jumlah sharing APBD 2013 untuk
kegiatan terkait atribut kota hijau yang akan dilaksanakan di tahun 2013, mencakup:
a. Diisi dengan nama program yang direncanakan di tahun anggaran 2013, misalnya
terkait pembangunan pedestrian dan jalur sepeda (green transportation);
pembangunan dan pengembangan sistem pengomposan (green waste); revitalisasi
sungai, danau, waduk dan pembuatan sumur-sumur resapan (green water);
penggunaan listrik tenaga surya untuk penerangan jalan (green energy); dan
sebagainya.
b. Diisi dengan jumlah dana yang dialokasikan dalam RAPBD atau APBD 2013 untuk
melaksanakan program tersebut pada point 4a (dalam juta rupiah).
c. Diisi dengan instansi yang menjadi penanggung jawab pelaksanaan program
tersebut, bisa satu instansi atau koordinasi antar beberapa instansi.
5 Menjelaskan rincian kegiatan yang mendukung keberlanjutan P2KH beserta sumber-
sumber pembiayaannya, seperti sharing APBD, CSR perusahaan, mitra RTH, donatur
warga, hibah, dll.
a. Diisi dengan bentuk sharing kegiatan yang direncanakan dalam program P2KH
b. Diisi dengan perkiraan biaya yang dibutuhkan untuk melaksanakan program
tersebut
c. Diisi dengan instansi yang bertanggung jawab terhadap pelaksanaan kegiatan
d. Diisi dengan rencana waktu pelaksanaan kegiatan
e. Diisi dengan informasi tambahan yang memperjelas keterangan yang telah I.21
disampaikan, misalnya lokasi, luasan, sumber pembiayaan, dsb.
3. L A M P IRA N PA SA L DA L A M P E RDA / RA P E RDA
RT RW YA NG M E M UAT S U B STA NS I T E NTA NG
RUA NG T E RB U KA H IJAU

I.22
4. TA B E L RT H E KS IST ING & RE NC A NA
Kota : 1 Tabel, meliputi seluruh wilayah administrasi kota
Kabupaten : 2 Tabel, meliputi kawasan ibukota kabupaten dan kawasan
strategis ekonomi

I.23
7 . P E TA S E BA RA N RT H E KS IST ING 2013
Kota : 1 Peta, meliputi seluruh wilayah administrasi kota
Kabupaten : 2 Peta, meliputi kawasan ibukota kabupaten dan kawasan
strategis ekonomi

I.24
8 . P E TA RT H RE NC A NA 2032

Kota : 1 Peta, meliputi seluruh wilayah administrasi kota


Kabupaten : 2 Peta, meliputi kawasan ibukota kabupaten dan kawasan
strategis ekonomi

I.25
9. P E TA U P - S C AL ING E KS IST ING 2013

Kota : 1 Peta, meliputi seluruh wilayah administrasi kota


Kabupaten : 2 Peta, meliputi kawasan ibukota kabupaten dan kawasan strategis ekonomi
Isi Peta : RTH (Green Open Space), 1 Atribut lain (Green Transportation/Waste/Building/Water)

I.26
10. P E TA U P - S C AL ING RE NC A NA 2017

Kota : 1 Peta, meliputi seluruh wilayah administrasi kota


Kabupaten : 1 Peta, meliputi kawasan ibukota kabupaten atau kawasan strategis ekonomi
Isi Peta : RTH (Green Open Space), 1 Atribut lain (Green Transportation/Waste/Building/Water)

I.27
D. BAG IA N II KE T E RS E D IA A N L A H A N YA NG A KA N
D IKE M BA NG KAN S E BAG A I RT H

1. FO RM F7 2013

I.28
PETUNJUK PENGISIAN FORM F7

Kode Deskripsi
1 Diisi dengan nama kota/kabupaten peserta kegiatan fasilitasi penyusunan Rencana aksi
kota hijau 2012
2 Diisi dengan nama provinsi dimana kota/kabupaten tersebut berada.
3 Diisi dengan dasar penetapan lokasi sebagai RTH
a. Centang, apabila dasar penetapan lokasi adalah Perda, sebutkan Nomor dan Tahun
Perda;
b. Centang, apabila dasar penetapan lokasi adalah Surat Keputusan (SK) Kepala Daerah,
sebutkan Nomor dan Tahun SK.
4 Diisi dengan gambaran lokasi yang ditetapkan sebagai RTH:
a. Diisi dengan:
Diisi dengan nama jalan dimana lahan tersebut berada;
Kelas Jalan : jalan lingkungan, jalan lokal, jalan arteri dsb;
Diisi dengan nama kelurahan dimana lahan tersebut berada;
Diisi dengan nama kecamatan dimana lahan tersebut berada.
a. Diisi dengan deskripsi yang menjelaskan nilai strategis lahan tersebut sehingga
dipilih menjadi lokasi penambahan RTH
b. Diisi dengan luas lahan, dalam hektar (ha)
c. Diisi dengan status kepemilikan lahan :
Centang pada kotak, apabila lahan adalah milik Pemda, yang dibuktikan dengan
fotokopi sertifikat kepemilikan lahan oleh Pemda;
Centang pada kotak, apabila lahan belum milik Pemda, disertai dengan deskripsi
penjelasnya dan lampiran dokumen penjelasnya.
Disyaratkan lahan adalah milik Pemda, yang dibuktikan dengan sertifikat
kepemilikan.
a. Diisi dengan deskripsi yang menjelaskan kondisi eksisting lahan tersebut:
Centang pada kotak, apabila lahan berupa tanah kosong tanpa bangunan;
Centang pada kotak, apabila lahan berupa tanah kosong dengan bangunan;
Berikan deskripsi lain yang menjelaskan secara rinci kondisi eksisting lahan tersebut.
5 Diisi dengan gambar yang menjelaskan lokasi lahan tersebut pada skala kota atau kawasan
perkotaan dengan skala yang cukup.
6 Diisi dengan gambar foto udara yang diambil dari google earth.
7 Diisi dengan foto kondisi eksisting (minimal 4 foto) yang bisa menunjukkan dengan jelas
kondisi eksisting lahan tersebut dari berbagai sudut. Lengkapi dengan peta kunci, yang
I.29
menunjukkan titik-titik pengambilan foto.
2. B U KT I KE P E M IL IKA N L A H A N O L E H
P E M E RINTA H DA E RA H

I.30
3. S U RAT KE P U T USA N ( S K) KE PA L A DA E RA H
T E NTA NG P E NE TA PAN LO KA S I S E BAG A I RT H

I.31
E . L A M P IR A N

1. L A M P IRA N I STAT US RT RW

- Lembar Pertama Perda RTRW, atau


- Surat Pernyataan/Keterangan dari Kepala Daerah bahwa RTRW sedang
dalam Proses Legalisasi

I.32
2. L A M P IRA N II P RO G RAM T E RKA IT KOTA
H IJAU
A. Tabel Nama Program Terkait Kota Hijau lain (di luar P2KH) yang saat ini
telah dan sedang dikembangkan di wilayah kota/kabupaten

B. Foto Proses atau Hasil Program/Kegiatan Terkait Kota Hijau lain

I.33
3. L A M P IRA N III A LO KA S I DA NA S H A RIN G

Surat Pernyataan dari Instansi Penanggung Jawab atau Prioritas dan Plafon
Anggaran Sementara (PPAS) APBD 2013

I.34
4. L A M P IRA N IV T IM SWA KE LO L A P 2KH 2013

A. Surat Keputusan (SK) TIM SWAKELOLA P2KH 2013

B. Daftar Kontak Tim Swakelola P2KH 2013

I.35
5 . L A M P IRA N V P E TA KO M U NITA S H IJAU
Dicetak format A2 terlipat rapi), jenis kertas art/matte paper, berat 120
gram dan disisipkan dalam plastik yang terjilid dalam buku RAKH (sehingga
tidak tercecer terpisah).

I.36
PENYUSUNAN
MASTERPLAN RTH
PERKOTAAN

II
A. PENYUSUNAN
MASTERPLAN
RTH BARU

II.A
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN II.A.1
I.1 Latar Belakang II.A.1
I.2 Maksud dan Tujuan II.A.2
I.3 Ruang Lingkup II.A.2
I.4 Keluaran II.A.3
I.5 Jadwal Pelaksanaan II.A.3

BAB II MUATAN MASTER PLAN RTH PERKOTAAN II.A.4


II.1 Gambaran Umum Kota (Profil Kota/Kabupaten) II.A.4
II.2 Identifikasi dan Evaluasi RTH Kawasan Perkotaan II.A.5
II.3 Rencana Pengembangan RTH Kota II.A.8
II.4 Road Map Rencana Pembangunan RTH Kota (20 tahun) II.A.10
II.4.1 Analisis Kebutuhan RTH Kawasan Perkotaan II.A.11
II.4.1.1 Kebutuhan RTH Berdasarkan Persentasi Wilayah
II.4.1.2 Kebutuhan RTH Berdasarkan Jumlah Penduduk
II.4.1.3 Kebutuhan RTH Berdasarkan Fungsi Tertentu
II.4.2 Indikasi Program II.A.13
II.5 Strategi Pencapaian RTH 30% II.A.16

BAB III PENGELOLAAN RTH KOTA II.A.18


III.1 Pengembangan Pembibitan dan Budidaya Tanaman Penghijauan (Nursery) II.A.18
III.2 Pemeliharaan dan Pengelolaan RTH Kota II.A.18
III.3 Kelembagaan RTH Kota II.A.18
III.4. Raperda tentang RTH Kota/Kawasan Perkotaan II.A.18

LAMPIRAN DAFTAR PETA II.A.19


1. Peta sebagai Input II.A.19
2. Peta sebagai Output II.A.19
BAB I PENDAHULUAN

I.1 LATAR BELAKANG


Penyediaan Ruang Terbuka Hijau (RTH) merupakan amanat UU No. 26/2007 tentang
Penataan Ruang dimana disyaratkan luas RTH minimal sebesar 30% dari luas wilayah
kota atau kawasan perkotaan yang terdiri dari RTH Publik minimal 20% dan RTH
Privat minimal 10%. Pada kenyataannya, terjadi penurunan kuantitas Ruang Terbuka
Hijau secara signifikan di kawasan perkotaan yang menyebabkan menurunnya
kualitas lingkungan di wilayah perkotaan.

Oleh karena itu, salah satu langkah yang harus diambil terutama oleh para pembuat
keputusan yaitu menyusun kebijakan hijau. Pemerintah Daerah dan DPRD perlu
secepatnya menempatkan masalah RTH sebagai salah satu isu penting dalam
pembahasan anggaran dan program pembangunan yang berkelanjutan. Perlu
didorong lahirnya Peraturan Daerah tentang RTH dan Rencana Induk RTH agar
perencanaan pembangunan RTH memiliki kekuatan hukum yang jelas dan tegas.

Masterplan RTH bertujuan untuk memetakan RTH eksisting dan menetapkan rencana
pembangunan RTH dalam periode 20 tahun sesuai Rencana Tata Ruang Wilayah
masing-masing Kota/Kabupaten. Dengan adanya Masterplan RTH diharapkan
perwujudan RTH di kawasan perkotaan minimal 30% dapat tersusun dalam kerangka
indikasi program yang sistematis dan realistis. Pada kawasan yang masih memiliki
RTH lebih dari 30 %, maka Masterplan RTH disusun untuk upaya konservasi dan
pelestarian agar pembangunan tetap dapat dilakukan dengan tetap
mempertahankan RTH yang sudah ada, sebagai wujud komitmen pengembangan
kota hijau.

II.A.1
I.2 MAKSUD DAN TUJUAN
a. Maksud
Kegiatan ini dimaksudkan sebagai salah satu upaya mendorong terwujudnya kota hijau
khususnya RTH 30% dalam rangka implementasi RTRW kota/kabupaten dan untuk
pemenuhan amanat UU No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang.

b. Tujuan
Tujuan dari pelaksanaan kegiatan ini adalah untuk menyusun Rencana Induk Ruang
Terbuka Hijau (Masterplan RTH), yang menjadi dasar penetapan lokasi-lokasi RTH yang
diprioritaskan perwujudannya.

I.3 RUANG LINGKUP


a. Lingkup Wilayah Perencanaan
Kegiatan ini dilaksanakan pada lingkup wilayah administrative kota (city wide) dan
kawasan fungsional perkotaan di kabupaten.

b. Lingkup Periode Perencanaan


Masterplan RTH disusun dalam lingkup periode perancanaan 20 tahun sesuai RTRW
Kota/Kabupaten.

c. Lingkup Target Group


Penyusunan Masterplan RTH melibatkan Pemerintah Kota/Kabupaten, swasta, dan
masyarakat dengan pendekatan partisipatif (participatory planning).
Pemerintah Kota/Kabupaten dapat memanfaatkan Masterplan RTH sebagai salah
satu suplemen utama dalam penetapan kebijakan pembangunan yang
berkelanjutan.
Swasta dapat memanfaatkan Masterplan RTH untuk mengambil peluang-peluang
usaha dan pengalokasian CSR (coorporate social responsibility) yang mendukung
kebijakan pembangunan kota hijau. Dalam masterplan sebaiknya memuat pula
kerjasama pembangunan dan pemeliharaan RTH yang terbuka bagi pihak swasta.

II.A.2
I.4 KELUARAN
1. Dokumen teknis Masterplan RTH antara lain memuat:
a. Gambaran Umum Kota (Profil Kota/Kabupaten)
b. Identifikasi RTH Eksisting (Tabulasi dan Peta)
c. Rencana Pengembangan RTH (Tabulasi dan Peta)
d. Road Map Rencana Pembangunan RTH Kota (20 tahun)
e. Strategi Pencapaian RTH minimal 30 %
2. Album peta yang disajikan dengan tingkat ketelitian skala minimal 1:25.000 dalam
format A3 yang dilengkapi dengan data peta digital yang memenuhi ketentuan
sistem informasi geografis (GIS) yang dikeluarkan oleh lembaga yang berwenang.
Album peta tersebut terdiri dari:
a. Peta eksisting RTH (pertamanan, hutan kota, jalur hijau jalan, sempadan sungai,
jalur hijau SUTT/SUTET, dll)
b. Peta Rencana RTH periode 20 tahun
c. Peta lokasi prioritas pembangunan RTH skala 1:5000
d. Peta tematik (topografi, geologi, hidrologi, resapan air, dll)

I.5 JADWAL PELAKSANAAN


N Tahapan Bulan ke
o Kegiatan
I II III IV

1 Pekerjaan
Persiapan

2 Pekerjaan
Survey dan
Pembuatan
Peta RTH
Eksisting

3 Pekerjaan Analisis Fisik dan


Kebutuhan RTH

4 Pekerjaan Pembuatan Rencana


RTH

5 Pembuatan Indikasi Program

6 Pekerjaan Pembuatan Rencana II.A.3


Pengelolaan RTH
BAB II MUATAN MASTERPLAN RTH
PERKOTAAN
II.1 GAMBARAN UMUM KOTA (PROFIL
KOTA/KABUPATEN
Gambaran umum kota/kawasan perkotaan menjelaskan secara utuh karakter fisik
maupun non fisik suatu kota. Adapun muatan dari gambaran umum wilayah,
melingkupi :
II.1.1 Informasi Fisik
Informasi Fisik kota menjelaskan tentang letak geografis dan wilayah administrasi,
klimatologi, jenis tanah, topografi dan kemiringan lereng, geologi, hidrologi dan
daerah resapan air, dan vegetasi/flora (khas lokal), yang disajikan denga peta.
II.1.2 Kependudukan
Profil kependudukan menjelaskan mengenai jumlah penduduk pada kurun periode
tertentu, sebaran penduduk pada suatu wilayah, dan laju pertumbuhan penduduk.
Selain itu melalui profil penduduk dapat pula diestimasikan berbagai parameter
demografi (kelahiran, kematian, migrasi). Profil penduduk bermanfaat dalam
perencanaan maupun evaluasi program pembangunan khususnya pembangunan
ruang terbuka hijau.
II.1.3 Ekonomi
Profil ekonomi menggambarkan antara lain struktur ekonomi, pertumbuhan ekonomi,
kemampuan keuangan daerah, peranan ekonomi daerah terhadap perekonomian
nasional, serta peluang investasi. Secara umum, melalui profil ekonomi
kota/kabupaten dapat terlihat sektor-sektor yang menjadi unggulan kota/kabupaten
sehingga diharapkan melalui pengembangan RTH di lokasi yang tepat dapat
meningkatkan produktifitas perekonomian daerah.
II.1.4 Sarana dan Prasarana
Profil sarana dan prasarana memperlihatkan seberapa jauh kota/kabupaten telah
memenuhi standar pelayanan wilayah sesuai dengan fungsi yang diembannya. Profil
sarana dan prasarana kota/kabupaten terdiri dari antara lain: sarana dan prasarana
pendidikan, kesehatan, transportasi publik termasuk pula sarana dan prasarana untuk
kegiatan yang sifatnya rekreatif seperti berinteraksi sosial, berolahraga dan bermain di
II.A.4 ruang terbuka kota.
II.2 IDENTIFIKASI RTH EKSISTING
Kegiatan awal dalam penyusunan Masterplan RTH kota adalah mengidentifikasi
keberadaan RTH kota yang telah ada (eksisting), terutama RTH public, yaitu RTH
yang dimiliki dan dikelola oleh pemerintah daerah. Hal ini penting karena sudah
seberapa jauh pemerintah daerah telah membangun dan mengelola RTH untuk
kepentingan masyarakat. Identifikasi dan evaluasi tersebut meliputi:

II.2.1 Penggunaan Lahan Kota (Land Use Map)

A. PENYUSUNAN
Dalam penyusunan rencana pembangunan RTH kota, terlebih dahulu harus
diperhatikan peta penggunaan lahan eksisting. Dari peta tersebut dapat diketahui
ruang-ruang kota yang telah terbangun (built up area) dan yang belum terbangun.
Ruang-ruang kota yang belum terbangun mengindikasikan keberadaan RTH kota

MASTERPLAN RTH
dapat menjadi potensi untuk dikembangkan sebagai RTH kota. Keberadaan RTH
eksisting, terutama RTH public menjadi titik tolak dalam pengembangan dan
pembangunan RTH.

BARU
II.2.2. Identifikasi Jenis RTH Kota
Identifikasi jenis-jenis RTH yang telah tersedia dalam sebuah kawasan menjadi
pertimbangan dalam menentukan jenis RTH yang akan dibangun. Identifikasi dapat
dilakukan dengan pengumpulan data primer melalui survey atau pengumpula data
sekunder dari peta land use atau remote sensing. Informasi RTH eksisting disajikan
dengan peta dan tabulasi

II.A.5
CONTOH TABEL RTH EKSISTING
KOTA BANDA ACEH

II.A.6
CONTOH TABEL RTH EKSISTING
KABUPATEN BADUNG

II.A.7
II.3 RENCANA PENGEMBANGAN RTH KOTA

Berdasarkan data penggunaan lahan eksisting dan identifikasi RTH di kawasan


perkotaan maka dapat diperkirakan lokasi-lokasi yang berpotensi untuk dikembangkan
sebagai RTH pada tahun-tahun mendatang sebagai upaya pemenuhan luasan RTH
30%. Peluang pengembangan RTH antara lain dapat diwujudkan dengan menambah
RTH baru pada lahan-lahan yang belum terbangun. Dengan mengembangkan jalur-
jalur hijau sempadan sungai, situ, pantai dan jalur hijau pengaman ekologis lainnya. Di
sisi lain, pemenuhan luasan RTH tidak selalu berarti pembangunan RTH baru, namun
dapat dilakukan melalui akuisisi RTH privat, revitalisasi RTH yang sudah mengalami alih
fungsi, atau melalui pengembangan RTH pada fungsi khusus seperti RTH sempadan rel,
jalur hijau jaringan listrik tegangan tinggi, dan kawasan belum terbangun lainnya.
Alternatif penambahan luasan RTH tersebut juga harus tergambar dalam peta dan
tabulasi rencana pengembangan RTH di kawasan perkotaan.

II.A.8
CONTOH TABEL RENCANA
PENGEMBANGAN RTH
KOTA MALANG

II.A.9
II.4 ROAD MAP RENCANA PEMBANGUNAN
RTH KOTA (20 TAHUN)
Dalam Masterplan RTH Kota harus ditentukan arah pengembangan dan pembangunan
RTH yang disesuaikan dengan karakteristik dan potensi kawasan kota. Road Map
Rencana Pembangunan RTH kota menyajikan perencanaan pencapaian RTH minimal
30 persen dalam kurun waktu 20 tahun, dengan menyesuaikan pada jangka waktu
pengembangan wilayah berdasarkan RTRW setempat.

Road Map dibagi menjadi target pencapaian jangka menengah dan jangka panjang,
diawali dengan melakukan analisis kebutuhan RTH Kota dan indikasi program pada
setiap lokasi pengembangan. Arah pengembangan tersebut tercermin dari kebijakan
yang tertuang dalam rencana pembangunan RTH dalam mewujudkan Kota Hijau.

II.A.10
II.4.1 ANALISIS KEBUTUHAN RTH KOTA
Sesuai dengan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 5 tahun 2008 tentang
Pedoman Penyediaan dan Pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau di Wilayah Perkotaan,
analisis kebutuhan RTH kota terdiri dari 3 (tiga) pendekatan, yaitu: berdasarkan
persentasi wilayah, berdasarkan jumlah penduduk dan berdasarkan fungsi tertentu.

II.4.1.1 Kebutuhan RTH Berdasarkan Persentasi Wilayah


Penyediaan RTH berdasarkan luas wilayah di perkotaan adalah sebagai berikut:
- RTH di perkotaan terdiri dari RTH privat dan RTH publik
- Proporsi RTH pada wilayah perkotaan adalah sebesar minimal 30% yang terdiri

A. PENYUSUNAN
dari 20% RTH publik dan 10% RTH privat.
- Apabila luas RTH baik publik maupun privat di kota yang bersangkutan telah
memiliki total luas lebih besar dari peraturan dan perundangan yang berlaku,

MASTERPLAN RTH
maka proporsi tersebut harus tetap dipertahankan keberadaannya.

II.4.1.2. Kebutuhan RTH Berdasarkan Jumlah Penduduk

BARU
Untuk menentukan luas RTH berdasarkan jumlah penduduk, dilakukan dengan
mengalikan antara jumlah penduduk yang dilayani dengan standar luas RTH per-
kapita sesuai peraturan yang berlaku.
Tabel kebutuhan RTH berdasarkan jumlah penduduk

II.A.11
II.4.1.3. Kebutuhan RTH Berdasarkan Fungsi Tertentu
Kebutuhan RTH berdasarkan fungsi tertentu dapat dihitung dengan pendekatan
Kebutuhan Oksigen, Netralisasi Karbon Dioksida, Kebutuhan Air dan kebutuhan fungsi
ekologis lainnya. Dilengkapi dengan perhitungan-perhitungan.

a. Kebutuhan RTH Berdasarkan Kebutuhan Oksigen


Kebutuhan RTH kota berdasarkan kebutuhan oksigen dapat dihitung berdasarkan
pendekatan Gerakis yang dapat dijelaskan dengan contoh sebagai berikut:
Hasil penelitian di sebuah kota dengan luas 431 km2, jumlah penduduk 2,6 juta jiwa,
jumlah kendaraan bermotor 200.000 maka kebutuhan oksigennya = 5,352 X 10 gram
atau setara 5.709 X 10 gram berat kering tanaman.
Untuk memproduksi oksigen oleh kelompok tanaman sebesar jumlah tersebut perlu
dibangun:
(5.709 X 10) : 24 = 105.7 km2 atau 24.6% luas kota adalah RTH
Dengan catatan asumsi bahwa setiap meter persegi (m2) tanaman menghasilkan 54
gram bahan kering.
b. Kebutuhan RTH Berdasarkan Netralisasai Karbon Dioksida
RTH juga memiliki fungsi sebagai penyerap karbon dioksida (CO2), namun harus
diperhatikan jenis RTH yang dapat memaksimalkan fungsi ini adalah RTH hutan kota.
Cahaya matahari yang memancar sepanjang hari akan dimanfaatkan oleh vegetasi
dalam fotosintesis yang berfungsi untuk mmengubah gas CO2 dari H2O menjadi
Karbohidrat dan Oksigen (O2). Proses ini sangat berguna bagi manusia, sebab bila
konsentrasi CO2 meningkat akan beracun bagi manusia dan menyebabkan efek rumah
kaca (green-house effect).
c. Kebutuhan RTH Berdasarkan Perhitungan Kebutuhan Air
Kebutuhan air dalam kota tergantung dari faktor kebutuhan air bersih pertahun,
jumlah air yang dapat disediakan oleh PAM, potensi air saat ini, dan kemampuan RTH
menyimpan air. Berdasarkan angka kebutuhan air tersebut lebih lanjut dapat dihitung
luas RTH kota yang dibutuhkan untuk mencukupi kebutuhan air masyarakat kota.

II.A.12
II.4.2 INDIKASI PROGRAM
Masterplan RTH harus dilengkapi dengan tabel indikasi program pembangunan RTH
perkotaan yang meliputi:
1. Usulan Program Utama : Program-program pembangunan RTH yang
diindikasikan memiliki bobot kepentingan utama dan diprioritaskan untuk
mewujudkan tujuan pembangunan RTH kota/kawasan perkotaan
2. Lokasi : Lokasi adalah tempat dimana usulan program utama akan
dilaksanakan

A. PENYUSUNAN
3. Kepemilikan lahan
4. Besaran: Besaran adalah perkiraan jumlah satuan masing-masing program

MASTERPLAN RTH
utama yang akan dilaksanakan
5. Sumber pendanaan : Sumber pendanaan dapat berasal dari APBD Kota, APBD
Provinsi, APBN, swasta, dan/atau masyarakat

BARU
6. Instansi pelaksana : Instansi pelaksana adalah pihak-pihak pelaksana program
yang meliputi pemerintah (sesuai dengan kewenangan masing-masing
pemerintahan), swasta, dan masyarakat
7. Waktu dan tahapan pelaksanaan : Usulan indikasi program utama direncanakan
dalam kurun waktu perencanaan 10 (sepuluh) tahun yang dirinci setiap 5 (lima)
tahunan

Tabel Indikasi Program


Indikator keberhasilan MP-RTH adalah tercantumnya rencana pembangunan RTH
(taman, hutan kota, jalur hijau dan RTH lainnya)

II.A.13
CONTOH TABEL INDIKASI PROGRAM
PEMBANGUNAN RTH
KOTA MALANG

II.A.14
CONTOH TABEL INDIKASI PROGRAM
PEMBANGUNAN RTH
KABUPATEN BADUNG

II.A.15
II.5 STRATEGI PENCAPAIAN RTH 30%
Berikut 8 strategi peningkatan RTH 30% untuk mewujudkan kota hijau.
1. Menetapkan daerah yang tidak boleh dibangun (preservasi)
Menentukan daerah-daerah yang diperkirakan sensitif terhadap perubahan.
Daerah yang sensitif harus dipreservasi atau dikonservasi agar fungsi lingkungan
tetap terjaga. Daerah yang perlu dipreservasi antara lain :
Habitat satwa liar; Daerah dengan keanekaragaman hayati tinggi; Daerah
genangan dan penampungan air hujan (water retention)
Daerah rawan longsor; Tepian sungai dan tepian pantai sebagai pengaman
ekologis; Daerah-daerah yang memiliki nilai pemandangan tinggi
2. Membangun lahan hijau baru (menambah kuantitas/hub)
Untuk menambah kuantitas RTH pemerintah daerah dapat membeli lahan untuk
memperbanyak pembangunan taman-taman lingkungan, taman kota, taman
makam, lapangan olahraga, hutan kota, kebun raya, hutan mangrove, dan
situ/danau buatan.
3. Mengembangkan koridor hjau/jalur hijau kota (link)
Penghijauan secara massal untuk menciptakan koridor hijau atau jalur hijau kota
seperti :
Jalur hijau jalan dan jalan tol; Jalur hijau sempadan sungai; Tepian badan air situ,
waduk dan pantai; Sempadan rel kereta api; Saluran Umum Tegangan Tinggi
(SUTT).
Jalur hijau dapat dikembangkan sebagai urban park connector.
4. Mengakuisisi RTH privat, menjadikan bagian RTH kota
Mengembangkan dan mengendalikan RTH privat menjadi RTH kota dilakukan
melalui langkah-langkah sebagai berikut :
Penerapan Koefisien Dasar Hijau (KDH) pada lahan-lahan privat yang dimiliki
masyarakat dan swasta diterapkan pada pengurusan Izin Mendirikan Bangunan
(IMB)
Pengembang diminta untuk memenuhi kewajiban penyediaan RTH publik,
minimal 20% berupa taman lingkungan jalur hijau dan jenis RTH lainnya.
Warga diajak berperan serta mengelola lahan hijau pekarangan melalui
penanaman pohon penghijauan.

II.A.16
5. Peningkatan kualitas RTH Kota melalui refungsi RTH eksisting
Mengembalikan fungsi RTH yang sebelumnya berfungsi bukan RTH, sehingga dapat
meningkatkan fungsi ekologisnya. Upaya terebut dapat berupa:
Refungsionalisasi RTH eksisting jalur hijau SPBU kembali menjadi taman; Restorasi
kawasan hutan bakau; Revitalisasi situ, danau, waduk, sebagai daerah resapan air.
Penanaman rumput pada taman-taman lingkungan yang diperkeras (lapangan
bulutangkis, lapangan basket, lahan parkir) agar mempunyai daya serap air yang
lebih besar.

6. Menghijaukan bangunan (green roof/green wall)


Keterbatasan lahan telah mendorong pengembangan daerah hijau tidak
dipermukaan tanah (landed). Kini mulai diintroduksi pembangunan taman atap
(green roof, roof garden) dan dinding hijau (green wall, vertical garden) pada
bangunan. Penghijauan bangunan terbukti mampu menurunkan suhu kota dan
menyerap karbon dioksida sekaligus meningkatkan estetika bangunan.

7. Meningkatkan peran serta masyarakat/forum komunitas hijau


Untuk mewujudkan RTH minimal 30% dari luas kota maka partisipasi masyarakat
sangat diperlukan. Untuk perlu membentuk komunitas hijau untuk dilibatkan dalam
program pengembangan kota hijau di masing-masing daerah.

8. Menyusun kebijakan hijau


Pemerintah Daerah dan DPRD perlu secepatnya menempatkan masalah RTH
sebagai salah satu isu penting dalam pembahasan anggaran dan program
pembangunan yang berkelanjutan. Perlu secepatnya didorong untuk menyusun
Peraturan Daerah tentang RTH agar perencanaan pembangunan RTH memiliki
kekuatan hukum yang jelas dan tegas.

II.A.17
BAB III PENGELOLAAN RTH KOTA

3.1 Pengembangan Pembibitan dan Budidaya Tanaman Penghijauan (Nursery)


Untuk memenuhi kebutuhan penghijauan dalam pengembangan kota hijau,
pemerintah daerah perlu menyiapkan lahan untuk pembibitan dan budidaya
tanaman. Tanaman penghijauan yang dikembangkan dapat berupa pohon, semak
hias maupun groundcover untuk menghijaukan lingkungan.

3.2 Pemeliharaan dan Pengelolaan RTH Kota


RTH yang telah dibangun perlu pemeliharaan dan pengelolaan yang berkelanjutan
agar fungsi ekologi, sosial maupun estetikanya tetap terjaga.

3.3 Kelembagaan RTH Kota


Disamping pemeliharaan dan pengelolaan RTH perlu ada kejelasan satuan kerja
yang bertanggung jawab terhadap keberadaan RTH, hal ini berkaitan dengan
kelembagaan (SKPD) .

3.4. Raperda tentang RTH Kota/Kawasan Perkotaan


Master Plan RTH dapat menjadi dasar untuk menyusun rancangan peraturan
daerah tentang RTH (Raperda RTH) sebagai dasar hukum pembangunan RTH
dalam menunjang pembangunan kota hijau.

II.A.18
LAMPIRAN DAFTAR PETA

1 . PETA INPUT
Untuk melengkapi analisis pembangunan RTH kawasan perkotaan, dokumen teknis
Masterplan RTH perlu dilengkapi dengan peta-peta tematik sebagai berikut:
1. Peta administrasi Kota/Kabupaten
2. Peta alih fungsi RTH
3. Peta geologi lahan
4. Peta hidrologi
5. Peta tipologi lereng
6. Peta kawasan resapan air
7. Peta sempadan sungai
8. Peta sempadan sutet
9. Peta sempadan rel KA
10. Peta penggunaan lahan eksisting

2. PETA OUTPUT
Adapun salah satu output yang diharapkan dari kegiatan penyusunan Masterplan RTH
kawasan perkotaan berupa peta yang terdiri dari:
1. Peta RTH eksisting berdasarkan tipologi (skala 1:25.000)
2. Peta rencana penambahan luasan RTH untuk kurun waktu 20 (dua puluh) tahun
(skala 1:25.000) sebagai pemenuhan target 30% (skala 1:25.000)

II.A.19
CONTOH
PETA RTH
EKSISTING
Kota Malang
CONTOH
PETA RTH
RENCANA
Kota Malang
CONTOH
PETA RTH
EKSISTING
Kab. Badung
Ibukota
Kabupaten
CONTOH
PETA RTH
RENCANA
Kab. Badung
Ibukota
Kabupaten
CONTOH
PETA RTH
EKSISTING
Kab. Badung
Kawasan
Strategis
CONTOH
PETA RTH
RENCANA
Kab. Badung
Kawasan
Strategis
B.
PENYEMPURNAAN
MASTERPLAN UP-
SCALING

II.B
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN II.B.1
I.1 Latar Belakang II.B.1
I.2 Maksud dan Tujuan II.B.2
I.3 Ruang Lingkup II.B.2
I.4 Keluaran II.B.4
I.5 Jadwal Pelaksanaan II.B.4

BAB II MUATAN MASTER PLAN RTH PERKOTAAN II.B.5


II.1 Gambaran Umum Potensi Lokal Kota Kabupaten II.B.5
II.2 Identifikasi RTH dan atribut hijau pilihan eksisting II.B.6
II.3 Rencana Pengembangan dan Pembangunan II.B.7
II.4.Indikasi Program II.B.9
II.5 Pengelolaan Atribut Hijau Kota II.B.11

BAB III LAMPIRAN DAFTAR PETA II.B.12


BAB I PENDAHULUAN

I.1 LATAR BELAKANG


Kota Hijau merupakan kota yang ramah lingkungan dengan memanfaatkan secara
efektif dan efisien sumberdaya air dan energi, mengurangi limbah, menerapkan
sistem transportasi terpadu, menjamin kesehatan lingkungan, mensinergikan
lingkungan alami dan buatan, berdasarkan perencanaan dan perancangan kota yang
berpihak pada prinsip-prinsip pembangunan berkelanjutan.

Sebagai bentuk implementasi dari Kota Hijau, diperlukan perencanaan dan


perancangan kota yang ramah lingkungan yang diperuntukkan bagi masyarakat
umum, dengan mementingkan kualitas, kegiatan sosial dan budaya serta ruang hijau
didalamnya.

Pada tahap inisiasi kota hijau, telah dilakukan penyusunan Masterplan Ruang
Terbuka Hijau (RTH) Perkotaan sebagai salah satu dari fokus kegiatan perencanaan
dan perancangan kota yang ramah lingkungan (Green Planning and Design).
Masterplan RTH Perkotaan merupakan acuan pengembangan RTH 30% dalam rangka
memenuhi amanat UU no. 26/2007 tentang Penataan Ruang.

Memasuki tahap up-scaling, diperlukan adanya pengembangan perencanaan


menuju perwujudan kota hijau dengan melibatkan atribut lain sesuai dengan potensi
lokal masing-masing kota/kabupaten melalui kegiatan penyusunan Masterplan RTH
up-scaling.

II.B.1
I.2 MAKSUD DAN TUJUAN
a. Maksud
Kegiatan ini dimaksudkan sebagai salah satu upaya mendorong terwujudnya kota hijau
dalam rangka implementasi RTRW kota/kabupaten dan untuk pemenuhan amanat UU
No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang, khususnya pengembangan dari
masterplan RTH.

b. Tujuan
Masterplan RTH up-scaling bertujuan untuk memetakan potensi lokal daerah sesuai
atribut Kota Hijau, dengan berdasarkan pada masterplan RTH perkotaan yang telah
ada.

I.3 RUANG LINGKUP


a. Lingkup Wilayah Perencanaan
Kegiatan ini dilaksanakan pada lingkup wilayah administratif kota (city wide) dan
kawasan fungsional perkotaan (ibukota dan kawasan strategis perekonomian) di
kabupaten.

b. Lingkup Periode Perencanaan


Masterplan RTH up-scaling disusun dalam lingkup periode perancanaan 20 tahun
sesuai RTRW Kota/Kabupaten.

II.B.2
c. Lingkup Atribut Perencanaan
Masterplan RTH up-scaling berbasis pada atribut utama yaitu Green Open Space
(RTH) dengan pengembangan 1 (satu) atribut lain, dengan pilihan sebagai berikut :
A. Green Transportation
Merencanakan dan menerapkan transportasi non motor yang
menghubungkan antar RTH Perkotaan. Misalnya jalur sepeda dan
jalur pejalan kaki.
B. Green Waste
Merencanakan pengelolaan sampah di RTH perkotaan dengan
pronsip-prinsip 3R (Reduce, Reuse, Recycling) perkotaan. Misalnya
pemilihan sampah, komposting, pembatasan penggunaan plastik,
kawasan bebas Styrofoam, kerajinan daur ulang, dsb.
C. Green Water
Merencanakan pengelolaan sumber daya air yang berkelanjutan,
khususnya di Ruang Terbuka Hijau (RTH) maupun Ruang Terbuka Biru
(RTB) Perkotaan. Misalnya : konsep zero run-off di RTH perkotaan,
pemanfaatan ruang terbuka biru (fungsi rekreasi, sumber energi, area
konservasi), dsb.
D. Green Energy
Merencanakan pemanfaatan sumber energi yang efisien dan ramah
lingkungan. Misalnya penggunaan listrik tenaga surya untuk lampu
penerangan jalan umum, listrik tenaga angin, pembangkit tenaga air,
dsb.

II.B.3
I.4 KELUARAN
1. Dokumen teknis Masterplan RTH up-scaling antara lain memuat:
a. Gambaran Umum Potensi Lokal yang akan dikembangkan (Atribut Hijau pilihan)
b. Identifikasi RTH dan atribut hijau eksisting (yang dipilih), berupa Tabulasi dan
Peta
c. Rencana Pengembangan RTH dan atribut hijau pilihan, berupa Tabulasi dan Peta
d. Road Map Rencana Pembangunan RTH dan atribut hijau pilihan (periode 20
tahun)
2. Album peta yang disajikan dengan tingkat ketelitian skala minimal 1:25.000 dalam
format A3 yang dilengkapi dengan data peta digital yang memenuhi ketentuan
sistem informasi geografis (GIS) yang dikeluarkan oleh lembaga yang berwenang.
Album peta tersebut terdiri dari:
a. Peta eksisting RTH dan atribut hijau pilihan
b. Peta Rencana RTH dan atribut hijau pilihan dalam periode 20 tahun
c. Peta Lokasi Prioritas Pembangunan Jangka Menengah (5 tahun) skala 1 : 5000

I.5 JADWAL PELAKSANAAN


N Tahapan Bulan ke
o Kegiatan
I II III IV

1 Pekerjaan
Persiapan

2 Pekerjaan
Survey dan
Pembuatan
Peta RTH dan
atribut hijau
(pilihan)
Eksisting

3 Pekerjaan Pembuatan Rencana


RTH dan atribut pilihan
4 Pembuatan Indikasi Program

5 Pekerjaan Pembuatan Rencana


Pengelolaan

II.B.4
BAB II MUATAN MASTERPLAN RTH -
UPSCALING PERKOTAAN
II.1 GAMBARAN UMUM POTENSI LOKAL
KOTA/KABUPATEN
Muatan dari gambaran umum wilayah, melingkupi :
II.1.1 Informasi Fisik
Informasi Fisik kota menjelaskan tentang letak geografis dan wilayah administrasi,
klimatologi, jenis tanah, topografi dan kemiringan lereng, geologi, hidrologi dan
daerah resapan air, dan vegetasi/flora (khas lokal), yang disajikan dengan peta.

II.1.2 Kependudukan
Profil kependudukan menjelaskan mengenai jumlah penduduk pada kurun periode
tertentu, sebaran penduduk pada suatu wilayah, dan laju pertumbuhan penduduk.
Selain itu melalui profil penduduk dapat pula diestimasikan berbagai parameter
demografi (kelahiran, kematian, migrasi). Profil penduduk bermanfaat dalam
perencanaan maupun evaluasi program pembangunan khususnya pembangunan
ruang terbuka hijau.

II.1.3 Potensi Hijau Lokal


Potensi hijau lokal menjelaskan potensi pengembangan kota hijau sesuai dengan 8
atribut kota hijau. Setiap daerah agar memilih 1 dari 8 atribut kota hijau berdasarkan
potensi (kekuatan) setempat, antara lain :
A. Green Transportation
Potensi penerapan transportasi non motor antar RTH perkotaan
B. Green Waste
Potensi penerapan pengelolaan sampah di RTH perkotaan dengan
pronsip-prinsip 3R (Reduce, Reuse, Recycling)
C. Green Water
Potensi pengelolaan sumber daya air yang berkelanjutan
II.B.5 D. Green Energy
Potensi pemanfaatan sumber energi yang efisien dan ramah lingkungan.
II.2 IDENTIFIKASI RTH DAN ATRIBUT
HIJAU PILIHAN EKSISTING
Kegiatan awal dalam penyusunan Masterplan RTH up-scaling kota adalah
mengidentifikasi keberadaan RTH up-scaling kota yang telah ada (eksisting),
terutama RTH publik, yaitu RTH yang dimiliki dan dikelola oleh pemerintah daerah
dan atribut hijau pilihan.
Identifikasi dan evaluasi tersebut meliputi:

II.2.1 Penggunaan Lahan Kota (Land Use Map)


Dalam penyusunan rencana pembangunan RTH kota, terlebih dahulu harus
diperhatikan peta penggunaan lahan eksisting. Dari peta tersebut dapat diketahui
ruang-ruang kota yang telah terbangun (built up area) dan yang belum terbangun.
Ruang-ruang kota yang belum terbangun mengindikasikan keberadaan RTH kota
dapat menjadi potensi untuk dikembangkan sebagai RTH kota. Keberadaan RTH
eksisting, terutama RTH public menjadi titik tolak dalam pengembangan dan
pembangunan RTH.

II.2.2. Identifikasi Jenis RTH Kota


Identifikasi jenis-jenis RTH yang telah tersedia dalam sebuah kawasan menjadi
pertimbangan dalam menentukan jenis RTH yang akan dibangun. Identifikasi dapat
dilakukan dengan pengumpulan data primer melalui survey atau pengumpula data
sekunder dari peta land use atau remote sensing. Informasi RTH eksisting disajikan
dengan peta dan tabulasi.

II.2.3. Identifikasi Atribut Hijau sesuai potensi lokal


Identifikasi atribut kota hijau sesuai dengan potensi lokal, yaitu :
A. Jalur Sepeda dan Jalur Pejalan Kaki eksisting (Green Transportation)
B. Pengelolaan Persampahan eksisting (Green Waste)
C. Pengelolaan sumber daya air eksisting (Green Water)
D. Pemanfaatan sumber energi yang efisien dan ramah lingkungan (Green Energy)

II.B.6
II.3 RENCANA PENGEMBANGAN DAN
PEMBANGUNAN
Berdasarkan identifikasi RTH dan atribut hijau eksisting di kawasan perkotaan maka
dapat diperkirakan lokasi-lokasi yang berpotensi untuk dikembangkan sesuai dengan
atribut hijau pilihan pada tahun-tahun mendatang.

A. TABEL RTH Eksisting dan Rencana


No Jenis RTH Eksisting Rencana
Luas Persentase Luas Persentase
(Ha) (%) (Ha) (%)
1 RTH Taman dan Hutan Kota
a.Taman Kota
b. Hutan Kota
c. Sabuk hijau (green belt)
2 RTH Jalur Hijau Jalan
a. Pulau Jalan dan median jalan
b. Ruang dibawah jalan layang
3. RTH Fungsi Tertentu
a. RTH sempadan kereta api
b. Jalur hijau jaringan listrik
tegangan tinggi
c. RTH sempadan sungai
d. RTH sempadan pantai
e. RTH pengamanan sumber air
baku/mata air
f. Pemakaman
Total

II.B.7
B. TABEL Atribut Hijau Pilihan Eksisting dan Rencana

No Jenis Atribut Pilihan Eksisting Rencana


Luas Persentase Luas Persentase
(Ha) (%) (Ha) (%)
1 Green Transportation
a.Jalur Sepeda
b. Jalur Pejalan Kaki
2 Green Waste
a. Tempat Pembuangan Sampah
Akhir
b. Tempat Pemilahan Sampah
3. Green Water
a. Sungai
b. Waduk
c. Danau
d.Pemanfaatan sumber daya air
4. Green Energy
a. Tenaga Surya
b. Tenaga Angin
c. Tenaga Air
Total

II.A.10
II.4 INDIKASI PROGRAM
Masterplan RTH harus dilengkapi dengan tabel indikasi program pembangunan RTH
up-scaling perkotaan yang meliputi:
1. Usulan Program Utama : Program-program pembangunan RTH dan atribut
pilihan yang diindikasikan memiliki bobot kepentingan utama dan diprioritaskan
untuk mewujudkan tujuan pembangunan RTH dan atribut pilihan kota/kawasan
perkotaan
2. Lokasi : Lokasi adalah tempat dimana usulan program utama akan
dilaksanakan
3. Kepemilikan lahan
4. Besaran: Besaran adalah perkiraan jumlah satuan masing-masing program
utama yang akan dilaksanakan
5. Sumber pendanaan : Sumber pendanaan dapat berasal dari APBD Kota, APBD
Provinsi, APBN, swasta, dan/atau masyarakat
6. Instansi pelaksana : Instansi pelaksana adalah pihak-pihak pelaksana program
yang meliputi pemerintah (sesuai dengan kewenangan masing-masing
pemerintahan), swasta, dan masyarakat
7. Waktu dan tahapan pelaksanaan : Usulan indikasi program utama direncanakan
dalam kurun waktu perencanaan 10 (sepuluh) tahun yang dirinci setiap 5 (lima)
tahunan

II.B.9
TABEL INDIKASI PROGRAM
N Program Lokasi Kepemili- Besa- Sumber Instansi Waktu
o kan ran Pendana- Pelaksana Pelaksanaan
Lahan Dana an
1 Jangka
Pendek (1
tahun)
a..
b. .
2 Jangka
Menengah
(5 tahun)
a. ..
b. ..
3. Jangka
Panjang
(20 tahun)
a. ..
b. ..

II.B.10
II.5 PENGELOLAAN ATRIBUT HIJAU KOTA
3.1 Pengembangan Pembibitan dan Budidaya Tanaman Penghijauan (Nursery)
Untuk memenuhi kebutuhan penghijauan dalam pengembangan kota hijau,
pemerintah daerah perlu menyiapkan lahan untuk pembibitan dan budidaya
tanaman. Tanaman penghijauan yang dikembangkan dapat berupa pohon, semak
hias maupun groundcover untuk menghijaukan lingkungan.

3.2 Pemeliharaan dan Pengelolaan Atribut Hijau


RTH yang telah dibangun perlu pemeliharaan dan pengelolaan yang berkelanjutan
agar fungsi ekologi, sosial maupun estetikanya tetap terjaga.

3.3 Kelembagaan Atribut Hijau


Disamping pemeliharaan dan pengelolaan RTH dan atribut hijau lainnya, perlu
ada kejelasan satuan kerja yang bertanggung jawab terhadap keberadaan RTH
dan atribut lain tersebut, hal ini berkaitan dengan kelembagaan (SKPD) .

3.4. Raperda tentang RTH Kota/Kawasan Perkotaan


Master Plan RTH dapat menjadi dasar untuk menyusun rancangan peraturan
daerah tentang RTH (Raperda RTH) sebagai dasar hukum pembangunan RTH
dalam menunjang pembangunan kota hijau.

II.B.11
BAB III LAMPIRAN PETA
Keluaran yang diharapkan dari kegiatan penyusunan Masterplan RTH up-scaling
kawasan perkotaan berupa peta yang terdiri dari:
1. Peta eksisting RTH dan atribut hijau pilihan
2. Peta Rencana RTH dan atribut hijau pilihan dalam periode 20 tahun
3. Peta Lokasi Prioritas Pembangunan Jangka Menengah (5 tahun) skala 1 : 5000

II.B.12
CO NTOH P E TA RT H U P - S C A L IN G E KS IST ING 2013
CO NTOH P E TA RT H U P - S C A L IN G RE NC A NA 2033
PHOTO
PENYUSUNAN
DETAIL
ENGINEERING
DESIGN (DED)
TAMAN KOTA HIJAU

III
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN III.1
I.1 Latar Belakang III.1
I.2 Maksud dan Tujuan III.2
I.3 Lingkup Kegiatan III.3
I.4 Keluaran III.4
DAFTAR
BAB II SYARAT DAN KETENTUAN
II.1 Syarat Penentuan Lokasi dan Perencanaan RTH
III.5
III.5 ISI
II.2 Ketentuan RTH III.6

BAB III PROSES DAN TAHAPAN KEGIATAN III.7


III.1 Pengumpulan Data III.7
III.2 Analisis III.8
III.3 Perencanaan III.9
III.4 Penyusunan Dokumen Konstruksi dan Pelelangan III.10
III.5 Komponen Rencana Anggaran Biaya III.12
III.6 Jadwal Pekerjaan III.17

BAB IV PELAKSANA KEGIATAN III.18


IV.1 Tenaga Ahli III.18
IV.2 Mekanisme Kerja III.19

BAB V LAMPIRAN : CONTOH DED III.22


V.1 Daftar Gambar III.22
V.2 Site Plan III.23
V.3 Gambar Simulasi 3D III.25
V.4 Gambar Detail Tata Tanaman dan Teknik Penanaman III.27
V.5 Gambar Detail Perkerasan III.28
V.6 Gambar Detail Tempat Sampah, Komposter, Bangku Taman, Sumur Resapan III.29
V.7 Guideline Papan Informasi Taman III.30
BAB I PENDAHULUAN

I.1 LATAR BELAKANG


Pengembangan Kota Hijau di Indonesia memerlukan gerak bersama seluruh unsur
pemangku kepentingan kota. Pada tahun 2011, Direktorat Jenderal Penataan Ruang
Kementerian Pekerjaan Umum memprakarsai Program Pengembangan Kota Hijau
(P2KH. P2KH diawali dengan penggalangan prakarsa dan komitmen kabupaten
kabupaten/kota untuk mewujudkan Kota Hijau melalui perumusan local action plan
atau rencana aksi kota hijau (RAKH).

Salah satu atribut yang menjadi fokus di dalam RAKH adalah terkait Green Open
Space yakni berupa peningkatan kualitas dan kuantitas Ruang Terbuka Hijau (RTH)
sesuai dengan karakteristik Kabupaten/kota. Hal ini tentunya sejalan dengan
tujuan dari P2KH yaitu meningkatkan kualitas ruang kota khususnya mellaui
perwujudan RTH 30% sekaligus implementasi RTRW Kota/Kabupaten.

Untuk menindaklanjuti rencana aksi yang telah disepakati oleh pemerintah


Kabupaten/Kota tersebut, maka di tahun 2012 ini pemerintah melaksanakan kegiatan
penyusunan DED (Detail Engineering Design) RTH Perkotaan. Kegiatan ini merupakan
turunan dari masterplan RTH Perkotaan dan ditujukan untuk memberikan panduan
dalam perencanaan RTH perkotaan.

III.1
I.2 MAKSUD DAN TUJUAN

a. Maksud
Kegiatan Penyusunan DED dimaksudkan sebagai salah satu upaya mendorong
terwujudnya kota hijau melalui peningkatan kualitas dan kuantitas Ruang Terbuka
Hijau (RTH) yang sesuai dengan karakteristik Kota dalam rangka implementasi RTRW
Kota/Kabupaten amanat UU No. 26/ 2007 tentang Penataan Ruang pasal 29 ayat (2).

b. Tujuan
Tujuan kegiatan ini adalah menyusun Detail Engineering Design (DED) RTH sebagai
acuan bagi pelaksana konstruksi dalam melaksanakan pekerjaan konstruksi serta
mengawal proses terkait penyelenggaraan konstruksi implementasi pengembangan
RTH.

III.2
I.3 RUANG LINGKUP
1. Kegiatan Pekerjaan Pra Rancangan :
a. Gambar pra-rancangan arsitektur lanskap yang meliputi : siteplan
b.Garis besar persyaratan teknis (outline specification)
c. Perkiraan biaya pembangunan (preliminary cost estimate)

2. Kegiatan Pekerjaan Pengembangan Rancangan :


a. Gambar Rancangan landscape yang meliputi : siteplan dan detail gambar rencana,
yaitu :
- Rencana Tata Hijau (Softscape)
- Rencana Hardscpae (Jogging Track, Plaza, Parkir Sepeda) dan Bangunan Taman
- Rencana Penempatan Sumur Resapan dan Kran Taman Sprinkler
- Rencana Penempatan Tempat Sampah, Komposter, dan Bangku Taman
- Rencana Titik Lampu dan Penempatan Solar Panel
b. Gambar detail landscape yang meliputi :
- Detail Penanaman Pohon dan Daftar Pohon
- Detail Perkerasan (Jogging Track)
- Detail Toilet & Pos Jaga
- Detail Parkir Sepeda
- Detail Tempat Sampah, Detail Komposter, Detail Tempat Duduk Taman
- Detail Sumur Resapan
- Detail Signage Nama Taman

3. Kegiatan Pekerjaan Dokumen Lelang, meliputi:


a. Petunjuk Pelelangan.
b. Persyaratan Teknis.
c. Gambar rencana dan detail landscape
d. Rencana Kerja dan Syarat-syarat.
e. Rincian volume pekerjaan dan rencana anggaran biaya pekerjaan
konstruksi. dan harga satuan pekerjaan III.3
I.4 KELUARAN

1. Dokumen DED yang meliputi :


a. Laporan perencanaan lansekap lengkap dengan perhitungan-perhitungan yang
bisa dipertanggungjawabkan.
b. Rencana siteplan mencakup seluruh eleman lanskap.
c. Gambar DED softscape dan hardscape lengkap dalam ukuran kertas A3.

2. Dokumen Lelang :
a. Rencana anggaran biaya (RAB/EE),
b. Rincian volume pekerjaan (BQ),
c. Rencana kerja dan syarat-syarat (RKS)

3. Dokumen pengadaan jasa pemborongan implementasi pengembangan RTH

III.4
BAB II SYARAT DAN KETENTUAN
II.1 SYARAT PENENTUAN LOKASI DAN
PERENCANAAN RTH
Sebelum pelaksanaan perancangan konstruksi, setiap Kota/Kabupaten harus
menentukan lokasi strategis dan signifikan dalam rangka peningkatan kuantitas RTH
kawasan perkotaan. Kawasan Perkotaan yang termasuk dalam cakupan kegiatan
P2KH adalah ibukota kota/kabupaten sehingga akan memberikan dampak optimal
terhadap perwujudan Kota Hijau secara keseluruhan.

Syarat Penentuan Lokasi Penambahan RTH :


- Status lahan milik PEMDA
- Kemudahan aksesibilitas
- Kedekatan dengan pusat kegiatan masyarakat kota,serta bisa digunakan untuk
publik

Syarat Perencanaan RTH :


- Komposisi Ruang Hijau (Softcape) : Perkerasan (Hardscape) = Softcape min. 70% :
Hardcape max.30% berupa material ramah lingkungan (bisa dimungkinkan untuk
menyerap air)
.

III.5
II.2 KETENTUAN RTH
Penyusunan DED RTH Perkotaan diarahkan berbentuk Taman Kota Hijau.
Atribut yang harus tercakup dalam perencanaan Taman Ramah Lingkungan :
1. Green Waste : Sistem Pengolahan dan Penggunaan Material Bekas (Sampah),
dalam bentuk :
- pemilahan sampah dengan penggunaan tempat sampah organik-anorganik
- pengolahan sampah organik menjadi kompos dengan komposter. Kompos
digunakan untuk pemeliharaan taman itu sendiri.
- penggunaan furniture hijau (terbuat dari bahan daur ulang) di dalam taman,
seperti untuk bangku taman, patung, dll.
2. Green Water : Sistem Pengolahan dan Penggunaan Ulang (Daur Ulang) Air, dalam
bentuk :
- pembuatan sumur resapan air
- pengolahan atau penggunaan kembali air bekas, misalnya dari air dari toilet untuk
penyiraman tanaman.
3. Green Energy : Sistem Penyedia Sumber Listrik dari Matahari, dengan pemakaian :
- Lampu Surya
- Pohon Surya (penyedia instalasi stop kontak & wi-fi dengan solar panel)
4. Green Building : Naungan sederhana, sebagai sarana pendukung utama taman, dari
material ramah lingkungan dengan penghawaan alami :
-Shelter atau Halte Bus, Gazebo, Pergola, Toilet
SIGNAGE TAMAN : Informasi tentang siteplan taman, lokasi, luasan, serta logo
institusi dan keterangan P2KH
5. Green Transportation : Sistem Kemudahan & Kenyamanan Aksesibiltas, dalam
bentuk :
- Trotoar Tepi Jalan-Taman dan Jalur Pejalan Kaki dalam Taman
- Jalur & Parkir Sepeda
6. Green Open Space : Pemilihan Jenis Vegetasi dengan tinggi minimal 3 meter,
diameter minimal 5cm, berupa
- Vegetasi Lokal (Endemik), Vegetasi Peneduh (Penyerap Polutan atau Pereduksi
Emisi Karbon), Vegetasi Pembentuk Iklim Mikro, Vegetasi Produsen Oksigen,
Vegetasi Penarik Satwa Liar
III.6
BAB III PROSES DAN TAHAPAN
KEGIATAN

III.1 PENGUMPULAN DATA


A. Data Primer
Data Visual Kegiatan ini berupa pendokumentasian/foto yang menunjukkan
visualisasi lokasi perencanaan. Data visual ini dimaksudkan untuk memperoleh
gambaran nyata kondisi eksisting di lapangan terutama mengenai potensi dan
masalah yang ada. Data Pengukuran dilakukan pada lokasi perencanaan untuk
mendapatkan data ukur sebagai dasar penyusunan DED.
B. Data Sekunder
Pengumpulan data sekunder berupa:
a. Peraturan pemda setempat, yang meliputi:
1) Peraturan yang terkait dengan Penataan Ruang;
Peruntukan lahan
KDB (Koefisien dasar bangunan)
KDH (Koefisien dasar hijau)
KLB (Koefisien lantai bangunan)
KB (Ketinggian bangunan)
Tipe bangunan
GSB (garis sepadan bangunan).
2) Peraturan mengenai persyaratan bangunan berupa persyaratan:
Disain
Struktur
Instalasi mekanikal/ elektrikal
Kebakaran
Aksesibilitas bagi penyandang cacat.
3) Peraturan dan standar perencanaan lainnya yang secara langsung ataupun tidak
langsung terkait dengan kegiatan pembangunan.
a. Gambar peta eksisiting dan LRK (Lembar Rencana Kota). III.7
b. Studi literatur
III.2 ANALISIS
Kegiatan analisis yang dilakukan dimaksudkan untuk mendapatkan bentuk-bentuk
penanganan yang bisa dilakukan berdasarkan potensi dan masalah yang telah
diidentifikasi sebelumnya seperti tanah, air, topografi, kemiringan tanah (slope),
hidrologi, , vegetasi, klimatologi, dan lainnya.
Adapun kegiatan analisis perancangan lansekap meliputi:
1. Zonasi tapak
Pembagian zonasi tapak dari taman yang akan direncanakan sebagai RTH publik.
2. Aksesibilitas dan Sirkulasi
Aksesibilitas kedalam tapak perlu dipertimbangkan secara seksama agar
memudahkan pengunan taman/RTH dan tidak mengganggu lingkungan sekitar.
Perencanaan pola sirkulasi meliputi sirkulasi kendaran dan jalur pedestrian.
3. Analisis vegetasi eksisting tapak dan lingkungan
Analisis vegetasi untuk mempertimbangkan dalam pemilihan jenis tanaman yang
sesuai dengan fungsi dan zonasi tapak.
4. Site Furniture
Perencanaan berbagai site furniture yang dapat mendukung aktifitas warga
(interaksi sosial) di RTH.
5. Parkir
Tata letak dan jumlah parkir yang dapat menampung kendaraan pengguna RTH.
6. Sosial Budaya
Identifikasi aspek sosial budaya yang berada di lingkungan sekitar tapak/RTH.

III.8
III.3 PERENCANAAN
Setelah dilakukan analisis dan berdasarkan hasil pengamatan di lapangan,
selanjutnya disusun bentuk- bentuk penanganan dalam kegiatan pembangunan atau
penataan RTH.

Selanjutnya dilakukan pengembangan potensi dan pemecahan masalah dengan cara


merumuskan konsep pembangunan atau penataan RTH yang dituangkan dalam
bentuk perencanaan teknis.

Adapun keluaran atau produk penyusunan DED adalah:


1. Gambar Rencana Teknis (Gambar Rancangan, Detail Rancangan dan Gambar
Konstruksi) ;
2. Rencana Kerja dan Syarat-syarat Teknis (Spesifikasi Teknis);
3. Estimate Enginer (EE) atau Rencana Anggaran Biaya (RAB).

Semua produk hasil perencanaan tersebut selanjutnya dijadikan acuan pihak yang
berkepentingan dalam pelaksanaan pekerjaan fisik (Pemerintah Pusat / Ditjen
Penataan Ruang, Pemerintah Kota dan Kabupaten, Kontraktor, dan juga masyarakat
secara umum).

III.9
III.4 PENYUSUNAN DOKUMEN
KONSTRUKSI DAN PELELANGAN
A. Dokumen Konstruksi
Tahap ini meliputi pembuatan gambar-gambar Detail, BQ, RKS dan RAB dan
menyusun dokumen perancangan berupa laporan perancangan Arsitektur Lansekap.

Adapun rincian kegiatan pada tahap ini adalah sebagai berikut:


1. Pembuatan gambar-gambar rancangan detail yang penting.
2. Pembuatan gambar kerja.
3. Pembuatan gambar-gambar:
a. Rencana tapak (Site plan).
b. Rencana Tata Hijau (Planting Plan).
c. Gambar Arsitektur.
d. Gambar Struktur.
e. Gambar M/E.
f. Gambar Detail (skala 1:50, 1:20, 1:10, 1:5, sesuai kebutuhan).
g. Pembuatan visualisasi 3D (tiga dimensi) RTH, minimal 2 (dua) sudut pandang.

Semua gambar-gambar rancangan dibuat mengikuti kaidah-kaidah gambar kerja.

III.10
B. Dokumen Pelelangan
Tahap ini adalah tahap persiapan pelelangan untuk pekerjaan pelaksanaan RTH.
1. Pembuatan dokumen tender:
a. Pembuatan spesifikasi teknis pekerjaan lansekap, bangunan penunjang,
struktur, dan M/E.
b. Pembuatan spesifikasi khusus pekerjaan lansekap, bangunan penunjang,
struktur, dan M/E.
c. Pembuatan rencana kerja dan syarat (RKS) pekerjaan lansekap, bangunan
penunjang, struktur, dan M/E.
d. Pembuatan rencana volume (BQ) pekerjaan lansekap, bangunan penunjang,
struktur, dan M/E.
e. Pembuatan rencana anggaran dan biaya pekerjaan lansekap, bangunan
penunjang, struktur, dan M/E.
f. Pembuatan dokumen persyaratan administrasi.
g. Pembuatan dokumen persyaratan umum.

2. Persiapan Pelelangan meliputi:


Membantu pemberi tugas dalam menyusun dokumen untuk pelelangan,
membantu panitia pelelangan dalam menyusun program dan pelaksanaan
pelelangan:
a. Pembuatan jadwal dan program lelang
b. Pembuatan dokumen persyaratan administrasi.
c. Pembuatan dokumen persyaratan umum.
d. Koordinasi dengan semua pihak yang terkait.

3. Pendampingan Pelelangan meliputi :


Membantu panitia pelelangan pada waktu penjelasan pekerjaan termasuk
menyusun berita acara penjelasan pekerjaannya, membantu panitia pelelangan
dalam melaksanakan evaluasi penawaran, menyusun kembali dokumen
pelelangan dan melaksanakan tugas-tugas yang sama apabila terjadi
lelang ulang, dan menyusun dokumen pelelangan.
III.11
II.5 KOMPONEN RENCANA ANGGARAN
BIAYA
Dalam perhitungan biaya terdapat beberapa komponen biaya yang harus diperhatikan
sebagai kebutuhan utama RTH, adapun komponen biaya tersebut antara lain:

A. Pekerjaan Persiapan D. Green Water


1. Pembuatan Papan Nama Proyek 1. Pekerjaan Pembuatan Sumur
2. Pengadaan Listrik dan Air Kerja Resapan
3. Pengukuran & Pasang Bowplank 2. Pemasangan Sprinkler Taman
4. Pekerjaan Direksi Keet 3. Pemipaan
5. Pekerjaan Striping/Pembersihan 4. Pompa Air
Lokasi
6. Pekerjaan Pembersihan setelah E. Green Waste
Pembangunan 1. Tempat Samah Organik-Anorganik
2. Komposter
B. Green Open Space
1. Pekerjaan Penanaman Rumput F. Green Energy
2. Pekerjaan Penanaman Pohon 1. Gardu Listrik
3. Pekerjaan Penanaman Perdu 2. Pemasangan Lampu Solar Cell
4. Pekerjaan Penanaman Ground Cover
5. Pekerjaan Pelapisan Tanah Subur G. Green Building
6. Pupuk Kandang 1. Pekerjaan Pembangunan Toilet &
Pos Jaga
C. Green Transportation 2. Pekerjaan Pembangunan Pergola
1. Pekerjaan Jogging Track 3. Pekerjaan Gazebo
2. Pekerjaan Plaza 4. Pekerjaan Signage Taman
3. Pekerjaan Parkir Sepeda 5. Pekerjaan Bangku Taman

III.12
A. DED Tipe I

Syarat Perencanaan RTH :


1 (satu) lokasi dengan luasan minimal 5000m2 atau bisa pada (maksimal) 2
(dua) lokasi yang dihubungkan dengan koridor penghubung 'hijau
misalkan: 2 lokasi, dengan luas 2000m2/lokasi dengan koridor penghubung
1000m2 berupa jalur pejalan kaki, jalur sepeda, jalur vegetasi, atau bentuk
lain)

III.13
B. DED Tipe II
Syarat Perencanaan RTH :
1 (satu) lokasi dengan luasan minimal 3000m2

III.14
C. DED Tipe III/up-scaling

Syarat Perencanaan RTH :


1 (satu) lokasi dengan luasan minimal 5000m2 atau bisa pada (maksimal) 2 (dua)
lokasi yang dihubungkan dengan koridor penghubung 'hijau
misalkan: 2 lokasi, dengan luas 2000m2/lokasi dengan koridor penghubung
1000m2 berupa jalur pejalan kaki, jalur sepeda, jalur vegetasi, atau bentuk lain)

Syarat Perencanaan up-scaling :


Setiap Kota/Kabupaten diarahkan mengembangkan minimal 1 (satu)
implementasi fisik upscaling sesuai potensi lokasi (local site spesific) yang
termasuk dalam cakupan dan muatan upscaling berikut.
Cakupan dan Muatan Upscaling
A. Green Transportation
Merencanakan dan menerapkan transportasi yang bekelanjutan, yaitu :
1. Jalur Sepeda menghubungkan taman-taman kota
2. Fasilitas Sepeda Sewa (Bike Sharing) di taman-taman kota
B. Green Waste
Menerapkan pronsip-prinsip 3R (Reduce, Reuse, Recycling), yaitu :
- Pembuatan Sistem Komposting di taman kota
C. Green Water
Meningkatkan efisiensi pemanfaatan dan pengelolaan sumber daya air,
yaitu :
- Penerapan konsep zero run-off di taman kota/halaman RTH privat
D. Green Building
Merencanakan dan menerapkan konsep ramah lingkungan pada
bangunan, yaitu :
- Pembuatan taman vertikal (vertical garden) di taman kota
E. Green Energy
Menerapkan dan memanfaatkan sumber enrgi yang efisien dan ramah
lingkungan. Misalnya penggunaan listrik tenaga surya untuk lampu
penerangan jalan umum, listrik tenaga angin, dsb.
III.15
III.16
III.6 JADWAL PEKERJAAN
Penyusunan DED Taman Kota Hijau dilaksanakan dalam kurun waktu 3 (tiga) bulan.
Dengan rincian kegiatan sebagai berikut:

N Tahapan Kegiatan Bulan ke


o
I II III
1 Pengumpulan data dan
survey lapangan
2 Penyusunan gambar
konsep pengembangan
rancangan lansekap
taman
3 Penyusunan gambar
teknis
4 Penyusunan dokumen
lelang (RKS, BQ, EE)

III.17
BAB IV PELAKSANA KEGIATAN
IV.1 TENAGA AHLI
Dalam pelaksanaan kegiatan ini diperlukan Tenaga Ahli sebanyak 3 (tiga) orang sesuai
dengan bidang keahliannya.
Adapun kualifikasi tenaga ahli tersebut adalah sebagai berikut:
1. Ketua Tim (Arsitek Lanskap)
Disyaratkan memiliki spesialisasi dan bersertifikat Tenaga Ahli Arsitektur Lanskap,
dengan pendidikan sekurang-kurangnya jenjang S1 bidang Arsitektur Lansekap,
yang dibuktikandengan ijasah S1, dan memiliki pengalaman profesional di bidang
Arsitektur Lansekapsekurang-kurangnya 3 (tiga) tahun.
2. Ahli Sipil
Disyaratkan dengan pendidikan sekurang-kurangnya jenjang S1 bidang Teknik Sipil
yang dibuktikan dengan ijasah S1, dan memiliki pengalaman profesional di bidang
Manajemen Konstruksi sekurang-kurangnya 3 (tiga) tahun
3. Ahli Lingkungan
Disyaratkan dengan pendidikan sekurang-kurangnya jenjang S1 bidang Teknik
Lingkungan yang dibuktikan dengan ijasah S1, dan memiliki pengalaman profesional
di bidang penataan lingkungan sekurang-kurangnya 3 (tiga) tahun.

Selain Tenaga Ahli tersebut, dibutuhkan pula Tenaga Penunjang/Pendukung, yaitu:


1. Quantity Surveyor sejumlah 1 orang
2. Juru Gambar sejumlah 1 orang
3. Tenaga Administrasi sejumlah 1 orang

III.18
IV.2 MEKANISME KERJA
4.2.1 Tanggung Jawab
A. Tanggung Jawab Tim Tenaga Ahli
Tim Tenaga Ahli harus melaksanakan fungsi teknis konstruksi, manajemen,
pengaturan, dan administrasi yang diperlukan untuk melaksanakan
implementasi fisik RTH berdasarkan kebutuhan yang dijelaskan dalam
Dokumen Pengadaan. Tim Tenaga Ahli paling sedikit harus melaksanakan
tugas-tugas berikut:
1. Memberikan hasil kerja menyeluruh dan cukup terperinci dengan
memperhatikan proses perancangan lansekap, detail konstruksi,
operasional pelaksanaan dan pemeliharaan pekerjaan.
2. Menggabungkan informasi atau masukan yang diterima dari Pemerintah
Daerah (Kota/Kabupaten), Masyarakat, maupun informasi lainnya.
3. Menyerahkan hasil kerjanya ke Pemerintah Daerah (Kota/Kabupaten)
sesuai Jadwal Pekerjaan.
4. Mengatur hubungan teknis antara Pemerintah Daerah, Masyarakat, dan
pelaksana konstruksi.
5. Menyiapkan informasi teknis kepada Pemerintah Daerah dan
Masyarakat.

III.19
B. Tanggung Jawab Pemerintah Daerah (Kota/Kabupaten)
Pemerintah Daerah akan menyediakan Tim Teknis dan administrasi untuk
memeriksa pekerjaan Tim Tenaga Ahli dan berpartisipasi dalam proses
Pembangunan RTH. Tim Tenaga Ahli tersebut akan melakukan tugas-tugas
sebagai berikut:
1. Memberikan persetujuan untuk semua keputusan manajemen proyek dan
teknis.
2. Menyediakan staf teknis yang memiliki wewenang untuk mengawasi dan
menyetujui pekerjaan Tenaga Ahli.
3. Mengatur hubungan yang kondusif dengan semua pihak seperti Pelaksana
Konstruksi dan penyedia material/bahan konstruksi.
4. Memberitahuka Tenaga Ahli terhadap perubahan mengenai lingkup
pekerjaan, persyaratan dan jadwal.
5. Mengatur hubungan antara Tenaga Ahli dan Mitra Strategis, jika ada,
sesuai keperluan.
6. Menyediakan data yang diperlukan Tenaga Ahli untuk kelancaran
pekerjaan merujuk pada Dokumen Pengadaan.

III.20
4.2.2 Koordinasi Kegiatan
A. Rapat Kemajuan Pekerjaan
Tim Tenaga Ahli harus melaksanakan rapat kemajuan perkerjaan
penyusunan DED setiap bulan, disyaratkan dan disetujui oleh Tim Teknis
Pemerintah Daerah. Rapat tersebut merupakan waktu kerja dengan Tim
Teknis untuk meninjau kemajuan dan jadwal, permasalahan-
permasalahan yang berhubungan dengan pekerjaan dan peluang
penyelesaiannya, mengindentifikasi tindakan yang diperlukan dan
menindak lanjuti yang telah disetujui untuk dilaksanakan, serta mengatur
pelaksanaan pekerjaan tersebut. Laporan kemajuan pekerjaan dan
informasi tentang jadwal harus disiapkan untuk rapat tersebut.
Tim Teknis secara berkala meminta Tenaga Ahli untuk melaksanakan
pertemuan untuk melaporkan status Pekerjaan Penyusunan DED RTH dan
kemajuan pekerjaan kepada Tim Teknis Pemerintah Daerah, perwakilan
masyarakat dan yang lainnya.

B. Laporan Bulanan
Setiap bulan,Tim Tenaga Ahli harus menyampaikan laporan singkat yang
akurat dan tidak bias mengenai status pekerjaan yang dilaksanakan dan
dikelola. Laporan tersebut harus tersedia dalam kurun waktu 2 (dua) hari
kerja setelah tenggat waktu setiap bulannya. Tenggat waktu adalah
tanggal 25 pada setiap bulan. Laporan tersebut akan digunakan Tim Teknis
Pemerintah Daerah sebagai dasar untuk melaporkan status proyek. Tim
Tenaga Ahli harus mendapatkan persetujuan Tim Teknis untuk format
pelaporan awal dan revisi-revisi berikutnya sebelum persiapan pembuatan
laporan. Laporan pada dasarnya akan termasuk informasi yang berikut ini:
Jadwal pencapaian
Ringkasan Jadwal Pekerjaan
Laporan Pencapaian Kualitas
Daftar Kendali Perubahan
Laporan pendukung yang terperinci akan dikeluarkan secara terpisah
sesuai permintaan Tim Teknis Pemerintah Daerah untuk melengkapi
Laporan Kemajuan Kerja. . III.21
BAB V LAMPIRAN : CONTOH DED

V.1 DAFTAR GAMBAR

III.22
V.2 SITEPLAN
Kab. Tasikmalaya

III.23
SITEPLAN
Kab. Purbalingga

III.24
V.3 SIMULASI 3D
Kab. Tasikmalaya
SIMULASI 3D
Kab. Purbalingga
V.4 DETAIL TATA TANAMAN & TEKNIK
PENANAMAN

III.27
V.5 DETAIL PERKERASAN

III.28
V.6 DETAIL TEMPAT SAMPAH, KOMPOSTER,
BANGKU TAMAN, SUMUR RESAPAN

III.29
V.7 GUIDELINE PAPAN INFORMASI TAMAN
Contoh layout Lansekap

Nama dan Lokasi


Taman

Keterangan Siteplan
Taman

Legenda Atribut
Taman

Keterangan Taman
ini dibangun dalam
kegiatan P2KH

Logo Kementerian PU Logo Pemerintah Kota/Kab terkait

Dimensi Papan Info :


900x600 mm
III.30 Orientasi, Desain &
Material Bebas
GUIDELINE PAPAN INFORMASI TAMAN
Contoh layout Portrait
Nama dan Lokasi Taman

Keterangan Siteplan
Taman

Legenda Atribut Taman

Keterangan Taman ini


dibangun dalam kegiatan
P2KH

Logo Kementerian PU

Logo Pemerintah Kota/Kab


terkait

III.31
PENINGKATAN
KUANTITAS RTH
PERKOTAAN

IV
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN IV.1
I.1 Latar Belakang IV.1
I.2 Maksud dan Tujuan IV.2
I.3 Ruang Lingkup IV.2
I.4 Keluaran IV.2
DAFTAR
BAB II PROSES DAN TAHAPAN KEGIATAN IV.3 ISI
II.1 Tahapan Kegiatan IV.3
II.1.1 Umum
II.1.2 Tahap Pekerjaan Persiapan dan Pekerjaan Tanah
II.1.3 Tahap Konstruksi Lansekap
II.1.4 Tahap Pemeliharaan Tanaman
II.2 Jadwal Pelaksanaan IV.16

BAB III PELAKSANA KEGIATAN IV.17


III.1 Kualifikasi Pelaksana Konstruksi dan Tenaga Ahli IV.17
III.2 Mekanisme Kerja IV.18

BAB IV LAMPIRAN FOTO IV.22


IV.1 FOTO IMPLEMENTASI RTH IV.22
IV.2 FOTO SEBELUM DAN SESUDAH RTH IV.34
BAB I PENDAHULUAN

I.1 LATAR BELAKANG


Selaras dengan amanat Undang-Undang Penataan Ruang Nomor 26 Tahun 2007 pasal
3, perlu diwujudkan suatu bentuk pengembangan kawasan perkotaan yang
mengharmonisasikan lingkungan alamiah dan lingkungan buatan. Salah satu
pengembangannya antara lain dapat dilakukan dalam bentuk perwujudan Kota Hijau.
Pengembangan Kota Hijau di Indonesia memerlukan gerak bersama seluruh unsur
pemangku kepentingan kota. Pada tahun 2011, Direktorat Jenderal Penataan Ruang
Kementerian Pekerjaan Umum memprakarsai Program Pengembangan Kota Hijau
(P2KH) untuk mewujudkan Kota Hijau melalui perumusan local action plan atau
rencana aksi kota hijau (RAKH).
Salah satu atribut yang menjadi fokus di dalam RAKH adalah terkait Green Open
Space yakni berupa peningkatan kualitas dan kuantitas Ruang Terbuka Hijau (RTH)
sesuai dengan karakteristik Kota/Kabupaten Penyediaan RTH juga merupakan amanat
dari UU No. 26/2007 tentang Penataan Ruang dimana disebutkan bahwa perencanaan
tata ruang wilayah harus memuat ketentuan rencana penyediaan dan pemanfaatan
ruang terbuka hijau (RTH), dan mensyaratkan luas RTH minimal sebesar 30% dari luas
wilayah kawasan perkotaan yang dibagi menjadi RTH Publik minimal 20% dan RTH
Privat minimal 10%.
Untuk menindaklanjuti rencana aksi yang telah disepakati oleh pemerintah
kabupaten/kota tersebut, maka di tahun 2012 ini pemerintah melaksanakan kegiatan
FasilitasiImplementasi Pengembangan Ruang Terbuka Hijau Perkotaan melalui
perwujudan ruang terbuka hijau.
Kegiatan ini merupakan pilot project sebagai bentuk upaya untuk mendorong
pemerintah Kota/Kabupaten mewujudkan kota hijau melalui implementasi RTH secara
fisik dalam ruang kotanya. Peningkatan jumlah luasan RTH publik menjadi sasaran
utama implementasi fisik ini. pewujudan ini diharapkan dapat memberikan
dampak positif bagi lingkungan perkotaan dengan meningkatnya kualitas penataan
ruang.
IV.1
I.2 MAKSUD DAN TUJUAN
A. Maksud
Kegiatan Fasiltiasi Implementasi Pengembangan Ruang Terbuka Hijau Perkotaan
dimaksudkan sebagai salah satu upaya mendorong terwujudnya kota hijau melalui
peningkatan kualitas dan kuantitas Ruang Terbuka Hijau (RTH) yang sesuai dengan
karakteristik Kota/Kabupaten dalam rangka implementasi RTRW Kota/Kabupaten
dan pemenuhan amanat UU No. 26/ 2007 tentang Penataan Ruang pasal 29 ayat
(2).
B. Tujuan
Tujuan kegiatan adalah melaksanakan implementasi fisik pembangunan Ruang
Terbuka Hijau (RTH) di Kota/Kabupaten sesuai dengan DED yang telah disusun.

I.3 LINGKUP KEGIATAN


Adapun lingkup pelaksanaan kegiatan Fasilitasi Implementasi Pengembangan Ruang
Terbuka Hijau Perkotaan berupa revitalisasi, pemeliharaan maupun pembangunan
baru Ruang Terbuka Hijau (RTH) berdasarkan hasil desain yang telah disepakati yang
secara umum meliputi:
1. Pekerjaan persiapan
2. Pekerjaan Konstruksi lansekap
3. Pemeliharaan Pekerjaan.secara menyeluruh,

I.4 KELUARAN
Kegiatan ini diharapkan dapat terbangunnya area RTH publik yang terintegrasi dan
aksesibel bagi lingkungan perkotaan sekitarnya serta dapat memberikan fungsi
interaksi sosial secara aktif bagi kota secara umum.

IV.2
BAB II PROSES & TAHAPAN KEGIATAN

II.1 TAHAPAN KEGIATAN


II.1.1 Umum
A. Lingkup Pekerjaan
1. Pekerjaan ini meliputi penyediaan tenaga, bahan-bahan, peralatan dan
alat-alat bantu yang dibutuhkan dalam terlaksananya pekerjaan ini
untuk mendapatkan hasil yang baik.
2. Pekerjaan lansekap yang dilaksanakan meliputi semua pekerjaan yang
tertera dalam gambar lansekap dan sesuai petunjuk-petunjuk Pengawas
atas saran perencana.
3. Pekerjaan tersebut meliputi antara lain :
- Pekerjaan Persiapan
- Pekerjaan Penanaman dan pekerjaan hard material
-Pekerjaan Perawatan / pemeliharaan tanaman dan pekerjaan-
pekerjaan lain yang terkait / erat kaitannya dengan pekerjaan ini
B. Sarana Kerja
1. Kontraktor wajib memasukkan identifikasi tempat kerja bagi semua
pekerjaan yang dilakukan di luar lapangan sebelum pemasangan ,
peralatan kerja serta jadwal kerja. Hal ini harus dilaporkan /
persetujuan dari Pengawas di lapangan
2. Semua sarana kerja yang digunakan harus benar-benar baik dan
memenuhi persyaratan kerja sehingga memudahkan dan melancarkan
kerja di lapangan
3. Penyediaan tempat penyimpanan bahan/material di lapangan harus
aman dari segala kerusakan, hilang dan lain-lain serta hal-hal yang
dapat mengganggu pekerjaan lain yang sedang berjalan
IV.3
C. Perbedaan dan Perubahan Gambar
1. Bila terjadi perbedaan dan atau pertentangan dalam gambar-gambar yang
ada maupun perbedaan yang terjadi dengan keadaan di lapangan,
diwajibkan bagi Kontraktor untuk melaporkannya secara tertulis kepada
Pengawas untuk kemudian Pengawas memberikan keputusan tentang itu
untuk bisa dilaksanakan setelah berunding terlebih dahulu kepada
Perencana
2. Untuk ukuran dalam gambar Lansekap pada dasarnya adalah ukuran jadi
sampai dalam keadaan selesai. Semua ukuran harus benar-benar
diperhatikan terutama peil-peil , ketinggian, lebar, ketebalan, luas
penampang dan lain-lain sesuai dengan apa yang tertera dalam gambar. Bila
ada keraguan mengenai ukuran atau bila belum dicantumkan dalam gambar,
Kontraktor wajib melaporkan secara tertulis kepada Pengawas, kemudian
Pengawas memberikan keputusan ukuran yang akan dipakai dan dijadikan
pegangan setelah berunding dengan Perencana
3. Untuk hal-hal pekerjaan yang belum tercakup secara lengkap dalam gambar,
Kontraktor diwajibkan membuat Shop Drawing yang merupakan gambar
detail pelaksanaan berdasarkan gambar perencanaan, gambar kerja yang
telah disesuaikan dengan keadaaan di lapangan pada kertas standar yang
berlaku pada Kontraktor. Di dalam Shop Drawing ini harus jelas dan
mencantumkan semua data yang diperlukan termasuk keterangan produksi,
cara pemasangan dan atau persyaratan khusus pabrik / produksi bahan yang
dipakai. Shop Drawing ini harus diajukan kepada Pengawas untuk
mendapatkan persetujuannya secara tertulis, setelah berunding dengan
pihak Perencana

IV.4
D. Persyaratan Pekerjaan Lansekap
1. Semua pekerjaan dilaksanakan dengan mengikuti petunjuk-petunjuk dan
syarat-syarat pekerjaan lansekap dan sesuai petunjuk-petunjuk yang
diberikan oleh Pengawas dengan saran Perencana
2. Pekerjaan Lansekap yang dilaksanakan harus mengikuti semua petunjuk
gambar-gambar lansekap terlampir dan apa yang ditentukan kemudian
oleh Pengawas atas petunjuk Perencana

E. Bahan / Material
1. Bahan-bahan yang dipakai/dipasang harus sesuai dengan yang
tercantum dalam gambar Lansekap, memenuhi standar spesifikasi
bahan yang telah dipilih/ditunjuk/disetujui, mengikuti peraturan
persyaratan tertulis dalam uraian dan syarat-syarat Pekerjaan Lansekap
ini serta petunjuk-petunjuk Pengawas atas saran dan petunjuk
perencana
2. Semua bahan sebelum dipasang harus disetujui oleh Pengawas. Contoh
bahan yang akan dipasang harus diajukan dan diserahkan ke Pengawas
untuk kemudian mendapatkan persetujuan dari Pengawas sesuai
petunjuk Perencana. Pengajuan bahan yang setara dengan apa yang
disyaratkan
3. Penyimpanan dan pemeliharaan bahan terhadap kerusakan di lapangan
harus benar-benar diperhatikan sesuai persyaratan spesifikasi

F. Dasar Penentuan Ukuran/Posisi Bagian-Bagian Pekerjaan


1. Untuk mendapatkan posisi dan ketetapan di lapangan untuk setiap
bagian pekerjaan harap diperhatikan segala petunjuk yang tertera
dalam gambar Lansekap

IV.5
2. Untuk memudahkan pekerjaan di lapangan patokan-patokan ukuran yang
dipakai adalah terhadap as-as bangunan sekitar dengan menyesuaikan
ukuran dalam gambar, atau menggunakan patokan-patokan yang ada di
dalam site untuk bagian-bagian yang jauh dari bangunan.
3. Kontraktor harus memasang patok-patok yang terpenting di dalam site serta
membubuhkan nomor asnya dengan koordinat, terutama untuk patokan
titik mula setiap bagian dari pekerjaan. Patok-patok tersebut harus diikatkan
kepada benchmark tapak/bangunan/proyek.

G. Pelaksanaan Pekerjaan Lansekap


1. Semua ukuran dan posisi harus tepat sesuai gambar Lansekap , juga
ketetapan pemasangan patok-patok di lapangan
2. Pembentukan dan penyelesaian tanah harus mengikuti bentuk/kemiringan
kontur/peil yang tertera dalam gambar. Kemiringan kemiringan yang
dibuat harus cukup kuat untuk mengalirkan air hujan menuju selokan yang
ada disekitarnya serta mengikuti persyaratan-persyaratan yang tertera
dalam gambar. Tidak dibenarkan adanya genangan air di atas tanah.
3. Cara pelaksanaan setiap bagian pekerjaan ini mengikuti petunjuk gambar,
uraian dan syarat pekerjaan Lansekap.

IV.6
II.1.2 Pekerjaan Persiapan dan Pekerjaan Tanah
A. Lingkup Pekerjaan
1. Pekerjaan ini meliputi penyediaan tenaga, bahan-bahan peralatan dan
alat bantu yang dibutuhkan dalam terlaksananya pekerjaan ini untuk
mendapatkan hasil yang baik
2. Pekerjaan yang dilaksanakan dalam hal ini meliputi :
a. Pekerjaan persiapan tanah
b. Pembentukan tanah dan penyelesaian tanah
c. Pembersihan tanah dan pekerjaan-pekerjaan yang terkait dengan
pekerjaan ini.

B. Persyaratan Pekerjaan Persiapan Tanah


1. Peralatan yang dipakai cukup baik dan memenuhi syarat kerja
2. Semua pekerjaan tanah dilaksanakan mengikuti petunjuk gambar, uraian
dan syarat pekerjaan Lansekap dan petunjuk Pengawas

C. Pekerjaan Persiapan Tanah


1. Pekerjaan persiapan tanah ini meliputi pembongkaran/pemindahan/
pembersihan di tempat kerja dari benda/puing-puing bekas bangunan
yang tidak berguna lagi, yang dapat mengganggu terlaksananya
kelancaran kerja di tempat tersebut.
2. Pohon/semak/rumput yang tidak diperlukan lagi ditempat kerja harus
disingkirkan berikut pokok pohon/semak / rumput sampai akar-akarnya
sedalam kurang lebih 30 cm
3. Mengadakan pengukuran (stake out) dan pemasangan patok-patok titik
awal/peil dasar yang diperlukan ditempat kerja

IV.7
D. Pembentukan Tanah dan Penyelesaian Tanah
1. Pekerjaan ini meliputi pekerjaan galian , urugan tanah, perataan tanah, tanah
yang dipergunakan adalah tanah merah urug yang bebas dari kotoran/akar-
akar pohon
2. Pembentukan dan penyelesaian tanah harus mengikuti bentuk / rencana
grading , kemiringan / contour / peil yang tertera dalam gambar Lansekap
3. Untuk pekerjaan penanaman diperlukan pekerjaan pengurugan tanah yang
mengandung bahan organis

E. Pembersihan Tanah
1. Tanah yang telah siap untuk pelaksanaan suatu pekerjaan ataupun yang telah
selesai digarap harus dibersihkan dari bekas tanah galian dan bekas-bekas
bahan bangunan
2. Tanah yang dipersiapkan untuk pekerjaan penanaman harus benar-benar
dibersihkan dari batu , kerikil , adukan kapur dan segala bekas bahan
bangunan / bongkaran , bahan plastik dan bahan-bahan organis. Tanah yang
dipakai

F. Pekerjaan Tanah Subur


1. Lingkup Pekerjaan :
a. Pekerjaan ini meliputi penyediaan tenaga kerja, bahan-baha, peralatan
dan alat-alat bantu yang dibutuhkan dalam terlaksananya pekerjaan ini
untuk memperoleh hasil yang baik
b. Pekerjaan tanah subur ini dilakukan untuk semua area termasuk bak
tanaman / pot tanaman

IV.8
2. Persyaratan bahan :
a. Tanah yang digunakan harus terdiri dari tanah gembur, tidak berbatu
atau tidak terdapat puing-puing bekas bangunan , tidak ada sampah
dan rumput / tanaman liar
b. Tanah yang digunakan harus bebas dari bibit hama , kutu maupun
rayap
c. Air siraman digunakan air tawar bersih dan tidak mengandung minyak,
asam alkali dan bahan-bahan organis lainnya
d. Apabila dipandang perlu, Pengawas dapat meminta kepada Kontraktor
supaya air yang dipakai untuk kegiatan ini diperiksa di Laboratorium
Pemeriksaan Bahan yang resmi dan sah atas biaya Kontraktor
e. Pengendalian seluruh pekerjaan ini harus memenuhi syarat-syarat
yang ditentukan diatas dan harus dengan persetujuan Pengawas

3. Syarat-syarat Pelaksanaan :
a. Tanah dan pupuk kandang yang digunakan harus dengan persetujuan
pihak Pengawas
b. Campuran tanah dan pupuk kandang harus merata, warna dan
campurannya, demikian pula dengan campuran humus
c. Lapisan tanah subur harus sama ketebalannya sesuai yang disyaratkan
dalam detail gambar, diratakan, disiram air sampai jenuh
d. Tebal lapisan tanah subur minimum 20 cm atau sesuai dengan gambar
e. Pekerjaan selanjutnya dapat dikerjakan bilamana sudah mendapat
persetujuan dari pihak Pengawas

IV.9
II.1.3 Pekerjaan Lansekap
A. Lingkup Pekerjaan
1. Pekerjaan ini meliputi tenaga, bahan-bahan, peralatan dan alat-alat bantu
yang dibutuhkan dalam terlaksananya pekerjaan untuk mendapatkan hasil
yang baik
2. Pekerjaan lansekap ini meliputi semua pekerjaan hard material dan
pekerjaan soft material sesuai petunjuk gambar, uraian dan syarat pekerjaan
lansekap dengan memperhatikan pekerjaan :
a. Persiapan dan pembentukan tanah sesuai yang telah diuraikan dalam BAB
II
b. Cara dan syarat yang telah ditentukan
B. Bahan dan Material
Soft Material, meliputi semua pekerjaan penanaman pohon , semak . perdu
,penutup tanah dan rumput
C. Persyaratan Pekerjaan Lansekap
1. Semua pekerjaan dilaksanakan dengan mengikuti semua petunjuk gambar
uraian dan syarat pekerjaan Lansekap, atas petunjuk Pengawas
2. Setiap pekerjaan Lansekap dilaksanakan, diperlukan adanya Koordinasi kerja
dengan pekerjaan lain agar tidak terjadi kerusakan pekerjaan yang sudah
atau sedang terpasang di tempat tersebut
3. Dalam hal melaksanakan pekerjaan ini, persiapan tanah , pembentukan
tanah, penggalian lubang tanaman harus sudah dilaksanakan dengan
mengikuti semua petunjuk gambar sesuai uraian syarat yang tertulis
4. Lubang-lubang galian dibuat sesuai dengan posisi pohon/tanaman dengan
mengikuti petunjuk gambar Lansekap
5. Pemasangan patok-patok berikut dengan keterangan koordinat posisi perlu
dilaksanakan terutama untuk patokan penanaman awal setiap jenis tanaman
6. Patokan diambil berdasarkan pengukuran yang ditarik dari as-as bangunan
yang terdekat / patokan-patokan yang ada dalam site

IV.10
7. Sebelum memulai pekerjaan, Kontraktor diwajibkan untuk meneliti
gambar-gambar yang ada dan menyesuaikan dengan kondisi di lapangan
serta meneliti kebenaran ukuran di lapangan
8. Perbedaan antara gambar dengan keadaaan di lapangan harus dilaporkan
kepada Pengawas untuk diambil keputusan pemecahan perihal perbedaan
setempat
9. Setelah pembentukan dan penyelesaian tanah mengikuti bentuk
kemiringan/kontur/peil sesuai gambar, serta pekerjaan penggalian lubang
selesai dapat dilaksanakan penanaman
10.Segala perubahan letak pohon di lapangan yang menyimpang dari
ketentuan gambar Lansekap disebabkan keadaan lapangan, harus atas
sepengetahuan dan persetujuan Pengawas
11.Kontraktor diwajibkan mengajukan shop drawing dengan mengikuti
ukuran bentuk dan peletakan sesuai permintaan Perencana.

D. Pelaksanaan Pekerjaan Lansekap


1. Semua jenis material yang dipakai harus disetujui oleh Pengawas sesuai
dengan petunjuk gambar Lansekap dan mengikuti semua persyaratan
tertulis, uraian dan syarat pekerjaan Lansekap.
2. Khususnya soft material harus disediakan Nursery pada areal yang sudah
ditunjuk, disamping itu berguna untuk pengkondisian pohon terhadap
lingkungan
3. Material yang dipilih harus sesuai dengan gambar lansekap atau sesuai
petunjuk Pengawas atas saran Perencana
4. Pekerjaan Soft Material :
a. Penanaman Pohon, dengan tinggi minimal 3 meter dan diameter
minimal 5 cm
b. Penanaman pohon dengan tinggi
c. Penanaman semak
d. Penanaman rumput
IV.11
II.1.4 Pemeliharaan Pekerjaan
A. Lingkup Pekerjaan
1. Pekerjaan ini adalah semua pekerjaan yang dilaksanakan untuk memelihara
dan merawat semua tanaman yang telah selesai ditanam maupun yang
belum tertanam (masih di tempat penampungan sementara) dari segala
macam kerusakan untuk mendapatkan tumbuh dan bentuk yang baik
seperti yang dipersyaratkan sampai jangka waktu pemeliharaan yang telah
berakhir
2. Pekerjaan ini meliputi penyediaan tenaga, bahan-bahan, peralatan dan alat-
alat bantu yang dibutuhkan dalam terlaksananya pekerjaan ini untuk
mendapatkan hasil yang baik
3. Pekerjaan pemeliharaan ini meliputi :
a. Penyiraman
b. Penyiangan
c. Penggantian pohon / tanaman yang mati
d. Pemangkasan
e. Pemupukan
f. Pemberantasan hama & penyakit

B. Persyaratan Pekerjaan Pemeliharaan Tanaman


1. Semua pekerjaan dilaksanakan dengan mengikuti semua petunjuk gambar,
uraian dan syarat pekerjaan serta petunjuk Pengawas
2. Pemeliharaan tanaman sangat perlu perhatian Kontraktor setelah selesai
penanaman. Ikatan kontrak masa pemeliharaan ini berlangsung selama 6
(enam) bulan dari masa selesainya penanaman
3. Selama masa itu Kontraktor diwajibkan secara teratur memelihara tanaman
yang rusak/mati. Semua penggantian tanaman yang rusak/mati dengan
tanaman yang baru adalah menjadi tanggung jawab Kontraktor
4. Pemeliharaan tanaman disesuaikan dengan sifat dan jenis tanaman yang
ditanam
IV.12
C. Bahan / Material
1. Bahan dan peralatan yang dipergunakan dalam setiap jenis pekerjaan
pemeliharaan ini harus benar-benar baik, memenuhi persyaratan kerja
yang dibutuhkan dan tidak merusak tanaman.
2. Pupuk maupun obat anti hama yang dipergunakan juga harus sesuai
dengan uraian dan syarat yang tertulis dalam bab selanjutnya.
3. Penggantian tanaman harus sesuai jenis/bentuk/warna daun dan bunga
dengan apa yang telah ditentukan dan tertanam

D. Penyiraman
1. Penyiraman dilakukan dengan air bersih, bebas dari segala bahan
organis/zat kimia/bahan-bahan lain yang dapat mengganggu dan merusak
pertumbuhan tanaman
2. Penyiraman dilakukan dengan menggunakan selang
3. Penyiraman dilakukan secara teratur, terutama di musim kemarau dan bagi
tanaman-tanaman yang baru ditanam serta bagi tanaman-tanaman dalam
tempatpenampungan, hal ini harus benar-benar diperhatikan
4. Penyiraman dilakukan :
a. Dua kali sehari secara teratur bagi semua jenis tanaman yang baru
ditanam dan semua jenis tanaman dalam penyimpanan sementara
sebelum ditanam, yaitu pada waktu pagi hari dan sore hari sesudah pk
15.30, sampai tanaman-tanaman tersebut tumbuh sehat dan kuat
b. Untuk semua tanaman hias yang sudah terlihat tumbuh baik dan kuat,
disiram satu kali sehari pada sore hari setelah pukul 15.30
5. Banyaknya air penyiraman harus cukup sampai membasahinya, dibawah
permukaan tanah. Bagi tanaman yang masih terlihat cukup basah
tanahnya pada sore hari untuk penyiraman pada saat itu tak perlu
dilakukan
6. Tidak diperkenankan tanah bekas siraman terlihat tergenang air,
air harus dapat terserap baik oleh tanah di sekitar tanaman
IV.13
E. Penyiangan
1. Penyiangan ini harus dilakukan secara teratur tiap satu bulan sekali bagi
tanaman semak dan perdu yang tertanam.
2. Tanaman liar dan rumput disekitar perdu dicabut dan dibersihkan sampai
akarnya dari sekeliling perdu
3. Untuk tanaman hias, penyiangan dilakukan secara teratur setiap 2 minggu
sekali , dengan mencabut segala tanaman liar dan jenis rumput yang berada
disekitar dan dibawahnya, serta tanahnya digemburkan.

F. Penggantian Tanaman
1. Kontraktor wajib mengganti setiap kali ada tanaman yang rusak atau mati.
Semua penggantian tanaman ini dengan tanaman yang baru adalah menjadi
tanggung jawab Kontraktor sampai masa pemeliharaan yang ditentukan
berakhir
2. Penggantian tanaman harus sesuai jenis / bentuk / warna daun dan bunga
serta ukuran yang sama dengan apa yang telah ditentukan berakhir
3. Penggantian tanaman dilaksanakan dengan sebaik mungkin jangan sampai
merusak tanaman lain disekitarnya pada saat mencabut dan menanam yang
baru
4. Penggantian tanaman dilakukan pada sore hari antara pukul 15.00 18.00
dan harus segera disiram

IV.14
G. Pemangkasan
1. Pemangkasan dilakukan pada cabang ranting yang tumbuh tidak
teratur/liar untuk mendapatkan/mempertahankan bentuk pertumbuhan
cabang yang diinginkan
2. Membuang ranting dan cabang yang sakit dengan cara memotongnya
3. Semua pekerjaan pemangkasan dilakukan dengan gunting pangkas dengan
cara memangkas cabang atau ranting arah miring dari bawah keatas
dengan sudut 30 50 derajat
4. Untuk bekas pemotongan cabang/yang permukaannya terpotong lebar,
penampang yang terpotong tersebut ditutup ter (aspal)
5. Pemangkasan ini dilakukan secara teratur tiap satu bulan sekali
6. Pemangkasan pada tanaman hias untuk pemeliharaan bentuk dilakukan
bilamana ketinggian komposisi kelompok tanaman tidak lagi beraturan
dan dipotong sesuai petunjuk ketinggian yang diminta dalam gambar
H. Pemupukan
1. Pupuk kompos
2. Pupuk kandang, dengan pemakaian antara 2 4 kg/m2
3. Pemupukan tanaman dijadwalkan setiap interval 1 bulan sekali dengan
diselang penggunaannya yaitu pupuk kandang dan pupuk kompos
I. Pemberantasan Hama Penyakit
1. Ulat dan serangga dengan Basudin/Diazinon/Bayrusil, dosis 1 2 cc/L air
segar disemprotkan dengan sprayer
2. Jamur, panu pada batang tanaman keras, dengan Dithan M 45, Fungisida
dosis 2 3 gram/L air segar, disemprotkan dengan sprayer
3. Siput darat yang bersarang di bak-bak bunga/tanaman hias dengan
Metadex yang disebarkan disekitar tanaman tersebut, dengan dosis 50
gram/m2 luas lahan
4. Kutu-kutu buah , kumbang , diberantas dengan Fosforeno ,dengan dosis 1
2 cc/L air segar, disemprotkan dengan sprayer bertekanan

IV.15
II.2 JADWAL PELAKSANAAN
Untuk melaksanakan kegiatan Peningkatan Kuantitas Ruang Terbuka Hijau Perkotaan
dibutuhkan waktu 3 (tiga) bulan sebagaimana dapat dilihat pada tabel berikut:

N Tahapan Kegiatan Bulan ke


o
I II III
1 Pekerjaan Persiapan
2 Pekerjaan Lansekap
3 Pemeliharaan Pekerjaan
4 Pelaporan

IV.16
BAB III PELAKSANA KEGIATAN
III.1 KUALIFIKASI PELAKSANA
KONSTRUKSI RTH DAN TENAGA AHLI
A. Pelaksana Konstruksi RTH
Adapun kualifikasi Pelaksana Konstruksi RTH adalah sebagai berikut:
1. Memiliki kompetensi pembangunan RTH yang ditandai dengan portofolio
proyek dan tenaga ahli yang terdapat di dalamnya.
2. Memiliki pengalaman dengan pekerjaan sejenis minimal 5 tahun
B. Tenaga Ahli
Sementara itu kualifikasi tenaga ahli yang harus terdapat dalam struktur
organisasi Pelaksana Konstruksi adalah
sebagai berikut:
1. Ketua Tim (Ahli Lansekap):
Disyaratkan dengan pendidikan sekurang-kurangnya jenjang S1 bidang Teknik
Lansekap yang dibuktikan dengan ijasah S1, dan memiliki pengalaman
profesional di bidang Manajemen Konstruksi sekurang-kurangnya 3 (tiga)
tahun, serta berpengalaman menangani proyek sejenis.
2. Ahli Sipil:
Disyaratkan dengan pendidikan sekurang-kurangnya jenjang S1 bidang Teknik
Sipil yang dibuktikan dengan ijasah S1, dan memiliki pengalaman profesional
di bidang Manajemen Konstruksi sekurang-kurangnya 3 (tiga) tahun.
3. Ahli Lingkungan :
Disyaratkan denganpendidikan sekurang-kurangnya jenjang S1 bidang Teknik
Lingkungan yang dibuktikan dengan ijasah S1, dan memiliki pengalaman
profesional di bidang penataan lingkungan sekurang-kurangnya 3 (tiga)
tahun.

IV.17
III.2 MEKANISME KERJA
3.2.1 Tanggung Jawab
A. Tanggung Jawab Pelaksana Konstruksi
Pelaksana Konstruksi harus melaksanakan fungsi teknis konstruksi, manajemen,
pengaturan, dan administrasi yang diperlukan untuk melaksanakan Pekerjan
berdasarkan kebutuhan yang dijelaskan dalam Dokumen Pengadaan. Pelaksana
Konstruksi paling sedikit harus melaksanakan tugas-tugas berikut:
1. Memberikan hasil kerja menyeluruh dan cukup terperinci dengan telah
memperhatikan baik fase-fase konstruksi dan commisioning maupun operasi
dan pemeliharaan pekerjaan
2. Menggabungkan informasi atau masukan yang diterima dari Pemerintah kota,
Masyarakat, dan yang lainnya.
3. Menyerahkan hasil kerjanya ke Pemerintah Kota sesuai Jadwal Pekerjaan
4. Mengatur hubungan teknis antara Pemerintah Kota, Masyarakat, dan
konsultan, sebagaimana diperlukan untuk mendapatkan masukan atas
implementasi RTH.
5. Menyiapkan informasi teknis kepada Pemerintah Kota dan Masyarakat
sehingga dapat berhubungan dengan kelompok pihak ketiga, seperti, tetapi
tidak terbatas pada:
- Lembaga-lembaga Keuangan dan para penasehat teknis independen
mereka
- Instansi Pemerintah sektoral
- Dan sebagainya.
6. Mengatur hubungan komersil dengan semua Pihak Konsultan, Pelaksana
Konstruksi, dan pemasok

IV.18
B. Tanggung Jawab Pemerintah Daerah
Pemerintah Kota akan menyediakan Tim Teknis dan administrasi untuk
memeriksa pekerjaan Pelaksana Konstruksi dan berpartisipasi dalam proses
Pembangunan RTH, Tim Teknis tersebut akan melakukan tugas-tugas sebagai
berikut:
1. Memberikan persetujuan untuk semua keputusan manajemen proyek dan
teknis
2. Menyediakan staf teknis yang memiliki wewenang serta tenaga ahli untuk
mengawasi dan menyetujui pekerjaan Pelaksanaan Konstruksi
3. Memberitahukan Pelaksana Konstruksi terhadap perubahan mengenai
lingkup pekerjaan, persyaratan dan jadwal.
4. Mengatur hubungan antara Pelaksana Konstruksi dan Mitra Strategis, jika
ada, sesuai dengan prosedur dan keperluan
5. Menyediakan data yang diperlukan oleh Pelaksana Konstruksi, seperti:
hasil-hasil kajian dan informasi lain, yang merujuk pada Dokumen
Pengadaan

IV.19
III.2.2 Koordinasi Kegiatan
A. Rapat Kemajuan Pekerjaan
Pelaksana Konstruksi harus melaksanakan rapat kemajuan proyek setiap bulan
disyaratkan dan disetujui oleh Tim Teknis Pemerintah Kota. Rapat tersebut
merupakan waktu kerja dengan Tim Teknis untuk meninjau kemajuan dan
jadwal, permasalahan-permasalahan yang berhubungan dengan pekerjaan dan
peluang penyelesaiannya, mengindentifikasi tindakan yang diperlukan dan
menindak lanjuti yang telah disetujui untuk dilaksanakan, serta mengatur
pelaksanaan pekerjaan tersebut. Laporan kemajuan pekerjaan dan informasi
tentang jadwal harus disiapkan untuk rapat tersebut.
Dari waktu ke waktu, Tim Teknis akan selalu meminta Pelaksana Konstruksi
untuk melaksanakan pertemuan untuk melaporkan status Pekerjaan
Implementasi RTH dan kemajuan pekerjaan kepada Tim Teknis Pemerintah
Kota, perwakilan masyarakat dan yang lainnya.

B. Laporan Bulanan
Setiap bulan, Pelaksana Konstruksi harus menyajikan laporan singkat yang
akurat dan tidak bias mengenai status pekerjaan yang dilaksanakan dan dikelola.
Laporan tersebut harus tersedia dalam kurun waktu 5 (lima) hari kerja setelah
tenggat waktu setiap bulannya. Tenggat waktu adalah tanggal 25 pada setiap
bulan. Laporan tersebut akan digunakan Tim Teknis Pemerintah Kota sebagai
dasar untuk melaporkan status proyek kepada masyarakat.

IV.20
Pelaksana Konstruksi harus mendapatkan persetujuan Tim Teknis untuk
format pelaporan awal dan revisi-revisi berikutnya sebelum persiapan
pembuatan laporan. Laporan pada dasarnya akan termasuk informasi yang
berikut ini:
Jadwal pencapaian
Ringkasan Jadwal Pekerjaan
Statistik Kemajuan dan Kinerja (Ringkasan secara Keseluruhan / Elemen
Pekerjaan /Bidang kerja)
Laporan Pencapaian Kualitas yang memperinci tentang QA audit serta
temuan-temuan mengenai efektitas dan efisiensi Pekerjaan Pelaksana
Konstruksi dan sistem manajemennya
Status Tagihan
Daftar Kendali Perubahan

Laporan pendukung yang terperinci akan dikeluarkan secara terpisah sesuai


permintaan Tim Teknis Pemerintah Kota untuk melengkapi penerbitan
Laporan Kemajuan Kerja Bulanan

IV.21
BAB VI LAMPIRAN
1 . FOTO IMPLEMENTASI RTH

G RE E N O P E N S PAC E TATA TA NA M A N

KAB. PURBALINGGA KAB. BADUNG

KAB. BANDUNG KAB. PEKALONGAN KOTA KENDARI KAB. CIAMIS

IV.22 KOTA MALANG KOTA KENDARI


G RE E N O P E N S PAC E TATA TA NA M A N

KAB. BANDUNG KAB. SUMBAWA KAB. BANDUNG KAB. KUDUS

KAB. KENDAL

KAB. BANDUNG
IV.23
KAB. BREBES
G R E E N T R A N S P O RTATIO N JO G G IN G T R AC K DA N
JA LU R P E JA L A N K A K I

KAB. BEKASI KOTA SURAKARTA

KAB. KENDAL KAB. PURBALINGGA KOTA KENDARI

IV.24 KOTA SEMARANG KAB. KUNINGAN KAB. TASIKMALAYA


G RE E N T RA N S P O RTATION P L A ZA

Plaza

KAB. PEKALONGAN KAB. SIDOARJO KOTA PALU

KOTA SEMARANG KOTA METRO KAB. PACITAN


KAB. PACITAN

IV.25
KAB. KENDAL KAB. SUKOHARJO
G RE E N T RA N S P O RTATION PA RKIR S E P E DA

KAB.NGANJUK KAB. KENDAL

KOTA SALATIGA

IV.26 KAB. TASIKMALAYA


KOTA YOGYAKARTA
G RE E N E N E RGY L A M P U S U RYA

KAB. KOTA BANDA ACEH KAB. NGANJUK KAB. TASIKMALAYA KOTA MEDAN
KENDAL

G RE E N WAT E R S U MU R RESA PA N

KAB. TASIKMALAYA
IV.27
G RE E N WA ST E BA K SA M PA H

KAB. PURBALINGGA KAB. SAMPANG

KAB. TASIKMALAYA

KOTA MAKASSAR

IV.28 KAB. KENDAL KOTA KENDARI KAB. BANDUNG


G RE E N WA ST E BA NG KU TA M A N

KAB. BEKASI

KAB. BEKASI KOTA PALU KOTA SURAKARTA

KOTA KENDARI KAB. CIAMIS KAB. SUKOHARJO

KAB. CIAMIS

KAB. KUNINGAN KAB. KUDUS KOTA MAKASSAR IV.29


G RE E N B U IL D IN G BA NG UNAN TO IL ET & P O S JAG A

KOTA KENDARI KOTA YOGYAKARTA KAB. PATI

KAB. BANDUNG KOTA KENDARI KAB. KUNINGAN

Pos Jaga
IV.30
KAB. CIAMIS KAB. PEKALONGAN
G RE E N B U IL D IN G G A Z E BO & P E RG O LA

KAB. KUDUS KOTA SALATIGA

KOTA KENDARI KAB. PURBALINGGA KAB. KUNINGAN

KAB. CIAMIS KAB. TASIKMALAYA KAB. BEKASI IV.31


NA M A / S IG NAGE TA M A N

KOTA MALANG

KOTA YOGYAKARTA

KAB. SUMBAWA KAB. KUDUS

KAB. BADUNG
IV.32 KAB.SAMPANG KAB. SUKOHARJO KOTA YOGYAKARTA
NA M A / S IG NAGE TA M A N

KAB. SUMBAWA

KAB. TASIKMALAYA

KAB. BADUNG KOTA SURAKARTA


IV.33
BAB VI LAMPIRAN
2. FOTO SEBELUM DAN SESUDAH RTH

KA B . P U RBAL INGGA
BOJONG PARK
Eks Rice Mills Kel. Bojong,
Kec. Purbalingga
(9.000 m2)

IV.34 sebelum sesudah


KOTA S E M A RA NG

REJOMULYO PARK
Eks Pasar Rejomulyo,
Kel. Rejomulyo,
Kec. Semarang Tengah
(5.000 m2)

sebelum sesudah IV.35


SUPERVISI
PENINGKATAN
KUANTITAS RTH
PERKOTAAN

V
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN V.1
I.1 Latar Belakang V.1
I.2 Maksud dan Tujuan V.2
I.3 Lingkup Kegiatan V.3
I.4 Keluaran V.3
DAFTAR
BAB II PROSES DAN TAHAPAN KEGIATAN
II.1 Pengertian
V.4
V.4
ISI
II.2 Tahanap Kegiatan V.6
II.3 Penyusunan Dokumen Konstruksi dan Pelelangan V.8
II.4 Jadwal Pekerjaan V.8

BAB III PELAKSANA KEGIATAN V.9


III.1 Tenaga Ahli V.9
III.2 Mekanisme Kerja V.10
III.2.1 Tanggung Jawab
III.2.2 Peran Serta Green Community
III.2.3 Koordinasi Kegiatan
BAB I PENDAHULUAN

I.1 LATAR BELAKANG


Pengembangan Kota Hijau di Indonesia memerlukan gerak bersama seluruh unsur
pemangku kepentingan kota. Pada tahun 2011, Direktorat Jenderal Penataan Ruang
Kementerian Pekerjaan Umum memprakarsai Program Pengembangan Kota Hijau
(P2KH). P2KH diawali dengan penggalangan prakarsa
dan komitmen kota/kabupaten untuk mewujudkan Kota Hijau melalui perumusan
local action plan atau rencana aksi kota hijau (RAKH).

Untuk menindaklanjuti RAKH yang telah disepakati oleh pemerintah Kabupaten/Kota


tersebut, maka di tahun 2012 ini pemerintah melaksanakan kegiatan implementasi
pelaksanaan fisik RTH untuk meningkatkan kuantitas dan kualitas di perkotaan.
Adanya kegiatan implementasi fisik ini harus didampingi oleh kegiatan supervisi
untuk mengawasi kegiatan fisik yang berjalan.

Kegiatan supervisi ini dilakukan untuk memberikan pengawasan terhadap tahapan


kualitas pekerjaan pelaksanaan fisik secara berkala. Supervisi/pengawasan yang
dilakukan diharapkan dapat memberikan kualitas fungsi RTH yang berdampak
optimal bagi llingkungan perkotaan secara umum.

V.1
I.2 MAKSUD DAN TUJUAN

a. Maksud
Kegiatan Supervisi dimaksudkan sebagai salah satu upaya mewujudkan peningkatan
kualitas dan kuantitas Ruang Terbuka Hijau (RTH) yang sesuai dengan
karakteristik Kota dalam rangka implementasi RTRW Kota/Kabupaten amanat UU No.
26/ 2007 tentang Penataan Ruang pasal 29 ayat (2).

b. Tujuan
Tujuan kegiatan adalah quality assurance pelaksanaan fisik RTH sesuai dengan RKS
dengan cara mengawal proses penyelenggaraan konstruksi implementasi
pengembangan RTH secara berkala.

V.2
I.3 RUANG LINGKUP
1. Tahap Pelelangan
Membantu PPK di Kota/Kabupaten dalam mempersiapkan, menyusun program,
mendampingi, dan menilai hasil pelelangan untuk kegiatan pelaksanaan kontruksi
fisik

2. Tahap Pelaksanaan
Mengevaluasi, dan mengendalikan Program pelaksanaan konstruksi fisik serta
melakukan koordinasi antar pihak yang terlibat dalam kegiatan pelaksanaan
implementasi fisik.

I.4 KELUARAN
Keluaran dari kegiatan ini adalah dokumen supervisi pelaksanaan konstruksi RTH
yang di terbitkan berkala setiap minggunya.

V.3
BAB II PROSES DAN TAHAPAN KEGIATAN

II.1 PENGERTIAN

Pengawasan/supervisi dapat diartikan sebagai tindakan yang dilakukan untuk


menjadikan segala kegiatan di pelaksanaan konstruksi berjalan dan berhasil sesuai
dengan rencana yang telah ditetapkan.

Supervisi pelaksanaan pekerjaan konstruksi mencakup kegiatan/tindakan mengawasi


pelaksanaan pekerjaan sesuai standar konstruksi/rencana yang telah ditetapkan,
kemudian mengadakan pengukuran/penilaian pelaksanaan sesuai standar
pengukuran kegiatan tersebut dan membandingkan antara hasil pelaksanaan yang
dicapai dengan standar/rencananya untuk mengetahui apakah ada penyimpangan
(evaluasi).

Standar yang dipergunakan adalah mencakup standar konstruksi itu sendiri atau
spesifikasi/persyaratan teknis pekerjaan, seperti kuantitas,dimensi/ukuran, kualitas,
cara pengerjaan atau rencana kerja yang telah ditetapkan sebelumnya seperti biaya
atau jadwal/waktu pelaksanaan kegiatan, dan lain-lain. Sedangkan penyimpangan
dapat merupakan hasil yang lebih baik (hal ini merupakan suatu prestasi) dan
penyimpangan yang negatif atau tidak sesuai/dibawah standar yang telah ditetapkan
(merupakan suatu masalah yang harus diselesaikan).

V.4
Pengawasan pelaksanaan pembangunan prasarana pada prinsipnya dilakukan
terhadap semua aspek kegiatan, namun demikian dalamproses pengawasan ini
dapat difokuskan pada 5 (lima) aspek-aspek pengawasan pelaksanaan berikut :
1.Volume pekerjaan, termasuk dimensi atau ukuran konstruksi, yang perlu
disupervisi antara lain, adalah :
a.Jenis dan volume tiap pekerjaan;
b.Kondisi lokasi;
c.Fungsi dari setiap aspek pekerjaan;
d.Termasuk juga disini adalah apakah semua rencana pengamanan dampak
lingkungan sudah dilaksanakan.
2.Mutu/Kualitas pekerjaan, yang perlu disupervisi antara lain, adalah :
a.Sumber, kualitas, kuantitas bahan/Alat/tenaga kerja yang dipergunakan pada
sestiap jenis pekerjaan sesuai rencana;
b. Kualitas hasil pekerjaan;
c. Kelengkapan RTH untuk kenyamanan pemakai;
d.Metode atau cara pelaksanaan tiap jenis pekerjaan benar;
e.Koordinasi pelaksanaan denganpihak/instansi/dinas terkait setempat.
3. Waktu pelaksanaan, yang perlu disupervisi antara lain, adalah :
a.Pelaksanaan tiap-tiap item pekerjaan tetap mengacu pada jadwal yang telah
direncanakan.
b.Keterlambatan dan/atau percepatan waktupelaksanaan pekerjaan maka harus
diperhitungkan perubahan waktu kerja tersebut terhadap jadwal kerja;
c.Monitoring perpanjangan jangka waktu pelaksanaan kontrak atau menghentikan
pekerjaan/pemutusankontrak (bila perlu).
4.Biaya, yang perlu disupervisi antara lain, adalah :
a. Pembelanjaan atau penggunaan dana;
b. Penyelewengan dana;
c. Proses transaksi selalu disertai dengan bukti-bukti tertulis;
d. Pembukuan Keuangan dengan baik;
e. Aspek kontribusi swadaya masyarakat dipenuhi.
5.Administrasi pelaksanaan, yang perlu disupervisi, adalah :
a. Penyusunan Dokumen manajemen administrasi yang diperlukan secara
lengkap, benar dan sesuai kondisi lapangan/yang sebenarnya;
V.5
b. Administrasi diarsipkan dan dipelihara dengan baik
II.2 TAHAPAN KEGIATAN
A. Tahapan Pelelangan

1. Membantu PPK di Kota/Kabupaten dalam mempersiapkan dan menyusun program


pelaksanaan pelelangan pekerjaan kontruksi fisik.
2. Membantu Panitia Lelang dalam menyusun harga Perhitungan Sendiri
(Owner'sEtimate) pekerjaan kontruksi fisik.
3. Membantu Panitia Lelang melakukan prakualifikasi calon peserta pelelangan.
4. Membantu Panitia Lelang dalam penyebarluasan pengumuman pelelangan, baik
melalui papan pengumuman, media cetak maupun media elektronik.
5. Membantu memberikan penjelasan pekerjaan pada waktu rapat penjelasan
pekerjaan.
6. Membantu melakukan pembukaan dan evaluasi terhadap penawaran yang masuk.
7. Membantu menyiapkan draft surat perjanjian pekerjaan pelaksanaan kontruksi
fisik.
8. Menyusun laporan proyek tahap pelelangan.

B. Tahap Pelaksanaan
1. Mengevaluasi program kegiatan pelaksanaan kontruksi fisik yang disusun oleh
pemborong, yang meliputi program-program pencapaian sasaran kontruksi
penyediaan dan penggunaan tenaga kerja, peralatan dan perlengkapan, bahan
bangunan, informasi, dana, program Quality Assurance/Quality Control, dan
program kesehatan dan keselamatan kerja (K3).
2. Mengendalikan program pelaksanaan kontruksi fisik sesuai yang direncanakan oleh
konsultan DED dan dilaksanakan di lapangan, yang meliputiprogram pengendalian
sumber daya, pengendalian biaya,pengendalian waktu, pengendalian sasaran fisik
(kuantitas dan kualitas) hasil konstruksi, pengendalian perubahan pekerjaan baik
penambahan maupun pengurangan, pengendalian tertib administrasi,pengendalian
kesehatan dan keselamatan kerja.

V.6
3. Melakukan evaluasi program terhadap penyimpangan teknis dan manajerial yang
timbul, usulan koreksi program dan tindakan turun tangan, serta melakukan
koreksi teknis bila terjadi penyimpangan.

4. Melakukan koordinasi antara pihak-pihak yang terlibat dalam pelaksanaan


kontruksi fisik

5. Melakukan kegiatan pengawasan terdiri atas:


Memeriksa dan mempelajari dokumen untuk pelaksanaan kontruksi yang akan
dijadikan dasar dalam pengawasan pekerjaan di lapangan
Mengawasi pemakaian bahan, peralatan dan metode pelaksanaan, serta
mengawasi ketepatan waktu, dan biaya pekerjaan kontruksi.
Mengawasi pelaksanaan pekerjaan kontruksi dari segi kualitas, kuantitas, dan laju
pencapaian volume/ realisasi fisik dan mengumpulkan data dan informasi di
lapangan untuk memecahkan persoalan yang terjadi selama pekerjaan kontruksi.
Menyelenggarakan rapat-rapat lapangan secara berkala, membuat laporan
mingguan dan bulanan pekerjaan pengawasan, dengan masukan hasil rapat-
rapat lapangan, laporan harian, mingguan dan bulanan pekerjaan konstruksi yang
dibuat oleh pelaksana konstruksi.
Menyusun berita acara persetujuan kemajuan pekerjaan untuk pembayaran
angsuran,
pemeliharaan pekerjaan, dan serah terima pertama dan kedua pekerjaan
kontruksi.
Meneliti gambar-gambar untuk pelaksanaan (shop drawings) yang diajukan oleh
kontrakor dan meneliti gambar- gambar yang sesuai dengan pelaksanaan di
lapangan (As Built Drawings) sebelum serah terima.
Menyusun daftar cacat/kerusakan sebelum serah terima, dan mengawasi
perbaikannya pada masa pemeliharaan dan bersama dengan Konsultan
Perencana menyusun petunjuk pemeliharaan dan penggunaan bangunan
gedung.

6. Menyusun laporan akhir pekerjaan manajemen kontruksi V.7


II.3 PENYUSUNAN DOKUMEN
PELELANGAN

Pendampingan Pelelangan
Meliputi : membantu panitia pelelangan pada waktu penjelasan pekerjaan termasuk
menyusun berita acara penjelasan pekerjaannya, membantu panitia pelelangan
dalam melaksanakan evaluasi penawaran, menyusun kembali
dokumen pelelangan dan melaksanakan tugas-tugas yang sama apabila terjadi lelang
ulang, dan menyusun dokumen pelelangan.

II.4 JADWAL PEKERJAAN


Untuk melaksanakan kegiatan Supervisi Peningkatan Kuantitas Ruang Terbuka Hijau
Perkotaan dibutuhkan waktu 3 (tiga) bulan sebagaimana dapat dilihat pada tabel
berikut:

N Tahapan Kegiatan Bulan ke


o
I II III
1 Lelang Jasa Pemborong
2 Supervisi Pekerjaan
Persiapan
3 Supervisi Pekerjaan
Konstruksi
4 Supervisi Pekerjaan
Finishing

V.8
BAB III PELAKSANA KEGIATAN

III.1 TENAGA AHLI


Dalam pelaksanaan kegiatan ini diperlukan Tenaga Ahli sebanyak 3 (tiga) MM sesuai
dengan bidang keahliannya.

Adapun kualifikasi tenaga ahli tersebut adalah sebagai berikut:

1. Ketua Tim (Arsitektur Lanskap):


Disyaratkan memiliki spesialisasi dan bersertifikat Tenaga Ahli Arsitektur Lanskap,
dengan pendidikan sekurang-kurangnya jenjang S1 bidang Arsitektur Lansekap, yang
dibuktikandengan ijasah S1, dan memiliki pengalaman profesional di bidang Arsitektur
Lansekap sekurang-kurangnya 3 (tiga) tahun.

2. Ahli Mekanikal / Elektrikal:


Disyaratkan dengan pendidikan sekurang-kurangnya jenjang S1 bidang Teknik Mesin
/Elektro / Fisika Teknik yang dibuktikan dengan ijasah S1, dan memiliki pengalaman
profesional di bidang Manajemen Konstruksi sekurang-kurangnya 3 (tiga) tahun.

3. Ahli Sipil:
Disyaratkan dengan pendidikan sekurang-kurangnya jenjang S1 bidang Teknik Sipil
yang dibuktikan dengan ijasah S1, dan memiliki pengalaman profesional di bidang
Manajemen Konstruksi sekurang-kurangnya 3 (tiga) tahun

Selain Tenaga Ahli dan Asisten Tenaga Ahli tersebut, dibutuhkan pula Tenaga Pendukung,
yaitu:
1. Pengawas Sipil sejumlah 1 orang
2. Quantity Surveyor sejumlah 1 orang
3. Juru Gambar sejumlah 1 orang
V.9
III.2 MEKANISME KERJA
III.2.1 Tanggung Jawab
A. Tanggung Jawab Pengawas
Pengawas harus melaksanakan fungsi pengawasan teknis pelaksanaan
konstruksi, manajemen proyek,dan administrasi yang diperlukan untuk
melaksanakan Pekerjan berdasarkan kebutuhan yang dijelaskan dalam
Dokumen Pengadaan. Pengawas paling sedikit harus melaksanakan tugas-tugas
berikut:
1. Memberikan monitoring dan evaluasi terperinci pada fase-fase pelelangan,
pelaksanaan konstruksi dan commisioning maupun operasi dan
pemeliharaan pekerjaan
2. Memantau informasi atau masukan yang diterima dari Pemerintah kota,
Masyarakat, dan yang lainnya
3. Menyerahkan laporan monitoring dan evaluasi pekerjaan ke Pemerintah Kota
sesuai Jadwal Pekerjaan
4. Mengatur hubungan teknis antara Pemerintah Kota, Masyarakat, pelaksana
konstruksi dan konsultan, sebagaimana diperlukan untuk mendapatkan
masukan atas Perancangan DED RTH
5. Memberikan informasi teknis tambahan kepada Pemerintah Kota dan
Masyarakat terkait dengan fase pelelangan, pelaksanaan konstruksi dan
pemeliharaan

V.10
B. Tanggung Jawab Pemerintah Kota/Kabupaten
Pemerintah Kota/Kabupaten akan menyediakan Tim Teknis dan administrasi
untuk memeriksa pekerjaan Konsultan dan berpartisipasi dalam proses
Pembangunan RTH, Tim Teknis tersebut akan melakukan tugas-tugas
sebagai berikut:
1. Memberikan persetujuan untuk semua keputusan manajemen proyek dan
teknis
2. Menyediakan staf teknis yang memiliki wewenang serta tenaga ahli untuk
mengawasi dan menyetujui pekerjaan Konsultan
3. Mengatur hubungan komersil dengan semua pihak seperti Pelaksana
konstruksi,Konsultan dan Pemasok
4. Memberitahukan Pengawas terhadap perubahan mengenai lingkup
pekerjaan, persyaratan dan jadwal
5. Mengatur hubungan antara Pengawas dan Mitra Strategis, jika ada, sesuai
keperluan
6. Menyediakan data yang diperlukan konsultan untuk kelancaran pekerjaan
merujuk pada Dokumen Pengadaan

III.2.2 Peran Serta Komunitas Hijau


Komunitas Hijau hendaknya terlibat dalam pengawasan selama implementasi
fisik RTH berlangsung. Pengawasan dari Komunitas Hijau diperlukan agar
kualitas fisik RTH yang terbangun bisa terjaga sesuai dengan perencanaannya.

V.11
III.2.3 Koordinasi Kegiatan
A. Rapat Evaluasi Kemajuan Lapangan
Kegiatan evaluasi pada prinsipnya merupakan bagian dari proses
pengawasan/pengendalian pelaksanaan kegiatan, hanya umumnya dilakukan
untuk periode waktu tertentu, meskipun juga dapat dilakukan sewaktu-waktu
(mendesak).

Rapat Evaluasi Kemajuan Pelaksanaan Kegiatan adalah merupakan pertemuan


yang dilaksanakan oleh Pengawas - Pelaksana Konstruksi - Konsultan Tim
Teknis Pemerintah daerah (Tim Pelaksana Kegiatan) padasetiap setiap peride
waktu tertentu (pada umumnya
mingguan atau sesuai periode waktu yang disepakati) untuk mengevaluasi
sejauh mana kemajuan pelaksanaan kegiatan telah dicapai, termasuk
penyelesaiaanmasalah yang muncul. Rapat ini dihadiri oleh semua
pengurus/pelaksana kegiatan (termasuk dapat mengundang pihak-pihak terkait
lainnya yang diperlukan).

Beberapa hal penting yang perlu menjadi agenda evaluasi berkaitandengan


pelaksanaan kegiatan dilapangan, antara lain :
- Volume pekerjaan
- Realisasi Volume Pengadaan Bahan/Alat/Tenaga Kerja
- Realisasi Biaya Pengadaan Bahan/Alat/Tenaga Kerja
- Realisasi Swadaya Masyarakat
- Administrasi
-Masalah-masalah yang timbul dilapangan

V.12
B. Laporan Kemajuan Pekerjaan
Setiap minggu, Pengawas harus menyajikan laporan singkat yang akurat
mengenai status monitoring dan evaluasi pekerjaan yang dilaksanakan dan
dikelola. Laporan tersebut akan digunakan Tim Teknis Pemerintah Daerah
sebagai dasar untuk melaporkan status proyek kepada masyarakat.
Pengawas harus mendapatkan persetujuan Tim Teknis untuk format
pelaporan awal dan revisi-revisi berikutnya sebelum persiapan pembuatan
laporan.

Laporan pada dasarnya akan termasuk informasi yang berikut ini:


Jadwal pencapaian
Ringkasan Jadwal Pekerjaan
Laporan Pencapaian Kualitas
Daftar Kendali Perubahan

Laporan pendukung yang terperinci akan dikeluarkan secara terpisah sesuai


permintaan Tim Teknis Pemerintah Daerah untuk melengkapi penerbitan
Laporan Kemajuan Kerja mingguan

V.13
KEGIATAN FORUM
KOMUNITAS HIJAU
(FKH)

VI
PENDAHULUAN

LATAR BELAKANG
Dalam upaya mewujudan Kota Hijau terdapat 8 (delapan) atribut yang harus dipenuhi
yaitu: Green Planning and Design, Green Open Space, Green Community, Green
Water, Green Waste, Green Energy, Green Building, dan Green Transportation. Dari 8
(delapan) atribut tersebut, Green Community menjadi salah satu atribut yang penting,
karena keterlibatan dan rasa memiliki masyarakat yang utamanya dijaring melalui
forum-forum komunitas,akan menjadi motor penggerak utama gerakan hijau di
kota/kawasan perkotaan serta menjamin keberlanjutan program Kota Hijau di masa
yang akan datang.

Penerapan atribut Green Community, melalui pembentukan Forum Komunitas Hijau


(FKH) adalah sarana mewadahi komunitas-komunitas yang sudah ada, untuk saling
belajar dan meningkatkan kesadaran masyarakat tentang Kota Hijau. Oleh karena itu
diperlukan upaya untuk mendorong partisipasi masyarakat melalui pembentukan
Forum Komunitas Hijau (FKH) dalam meningkatkan pengetahuan dan kepedulian
seluruh penghuni kota terhadap perwujudan kota hijau, diawali dari memahami
pentingnya RTH di kota.

Proses pemahaman tersebut dapat dimulai dari komunitas-komunitas yang tergabung


dalam FKH sendiri, yang nanti kemudian akan menyebar ke segmen masyarakat lain
lewat kegiatan-kegiatan FKH.

VI.1
TUJUAN DAN SASARAN
a. Tujuan
Tujuan dari pelaksanaan kegiatan ini antara lain :
1. Meningkatkan pemahaman kepada warga tentang pentingnya kota hijau bagi
keseimbangan fungsi kota yangberkelanjutan.
2. Menggali / menampung aspirasi dari warga tentang kota hijau lewat metode
rembug/ diskusi terbuka.
3. Mengajak warga untuk memanfaatkan ruang terbuka hijau yang ada, serta
berperan aktif dalam peningkatan kualitas dankuantitas RTH Kota/Kawasan

A. PENYUSUNAN
Perkotaan.
4. Membentuk forum hijau kota/kabupaten sebagai mitra pemerintah
kota/kabupaten dalam meningkatkan kualitas dan kuantitasRTH kota/kawasan
perkotaan.

MASTERPLAN RTH
b. Sasaran
Sasaran dari pelaksanaan kegiatan ini adalah :

BARU
1. Tercapainya target minimal 1.000 orang yang terjangkau sosialisasi, baik melalui
media offline maupun online
2. Terdatanya komunitas-komunitas hijau yang telah ada maupun bertambahnya
komunitas dalam Forum Komunitas Hijau
3. Terselenggaranya workshop/konsinyiasi dalam rangka menghimpun aspirasi
warga/komunitas
4. Terbentuknya forum komunitas hijau kota
5. Tersusunnya peta komunitas hijau
6. Tersusunnya rencana aksi forum komunitas hijau berisikan program-program
yang mendorong partisipasi aktifmasyarakat dalam peningkatan kuantitas dan
kualitas RTH dan merangkum harapan dan aspirasi warga terhadapRTH
Kota/Kawasan Perkotaan
7. Teragendakannya kegiatan bersama antar komunitas/kelompok warga pada
salah satu Ruang Terbuka Hijau dikota/kabupaten, minimal satu kegiatan dalam
satu tahun
8. Terliputnya kegiatan Kota Hijau oleh media massa baik media
cetak maupun eletronik
9. Terdokumentasikannya kegiatan melalui foto dan prosiding kegiatan VI.2
RUANG LINGKUP
Masyarakat yang menjadi target sasaran kegiatan forum komunitas hijau adalah yang
berada dalam kelompok usia : 16- 30 tahun(remaja, pemuda, komunitas penggiat
lingkungan yang aktif, tokoh-tokoh muda, dan sebagainya dengan pertimbangan
waktu yang tersedia, spirit yang dinamis, serta pembawa perubahan (agent of
change).
Contoh :
- Karang Taruna, kelompok pemuda teritorial
- Siswa-siswi sekolah-sekolah tingkat atas/ SLTA
- Komunitas seni dan budaya
- Komunitas peduli lingkungan
- Komunitas olahraga
- Komunitas hobi (sepeda, motor, dll)
- Masyarakat yang peduli

KELUARAN
1. Database Forum Komunitas Hijau Kota
2. Rencana Aksi forum komunitas hijau kota
3. Dokumentasi dan prosiding pelaksanaan aksi-aksi komunitas hijau

VI.3
A. SOSIALISASI
DAN
KAMPANYE
PUBLIK
TENTANG KOTA
HIJAU

VI.A
I. TUJUAN
1. Membangun kesadaran warga dan pemerintah daerah tentang pentingnya Kota
Hijau
2. Menyatukan visi Kota Hijau antara warga dan pemerintah daerah
3. Membangun partisipasi warga dalam program-program Kota Hijau

II. SASARAN
1. Masyarakat umum dengan prioritas generasi muda (16-30 tahun)
2. Komunitas atau kelompok masyarakat yang berorganisasi secara sukarela
karena kesamaan minat.

VI.A.1
Berikut adalah beberapa pelaksanaan kegiatan sosialisasi Kota Hijau serta alternatif
kegiatan yang dapat disesuaikan denganpotensi serta karakteristik masyarakat
setempat :

1. Temu Warga pada tingkat kelurahan/kecamatan tentang Kota HIjau


Sosialisasi ini dapat dilakukan bersamaan dengan kegiatan pemerintah
Kota/Kabupaten saat melakukan temuwarga. Dalam pertemuan-pertemuan ini
dijelaskan dan dibagikan brosur mengenai fungsi, manfaat, dan pentingnya
peningkatan kualitas dan kuantitas Ruang Terbuka Hijau (RTH) serta di mana saja

A. PENYUSUNAN
lokasi RTH di kota/kabupaten yang dapat diakses. Pada tahap berikutnya adalah
sosialisasi atirbut-atribut lain dari Kota Hijau.

MASTERPLAN RTH
2. Talkshow di radio dan TV lokal (media elektronik)
Bekerja sama dengan media lokal untuk melakukan talkshow atau penyuluhan
mengenai fungsi, manfaat, dan pentingnya Kota Hijau beserta penjelasan

BARU
atribut-atributnya. Paling tidak ada3 radio lokal dan 2 stasiun TV lokal/2 kali
siaran di stasiun TV yang sama.

3. Press release ke media massa


Memberikan bahan-bahan tertulis kepada media massa lokal, agar mereka
menurunkan tulisan tentang fungsi,manfaat, dan peningkatan kualitas dan
kuantitas RTH sebagai fungsi esensial kota yang berkelanjutan.

4. Sosialisasi ke sekolah-sekolah (SLTA)

5. Kampanye lewat social media : facebook, twitter, youtube


Membuat akun media sosial, untuk menyebarkan pemahaman fungsi, manfaat,
dan pentingnya peningkatankualitas dan kuantitas RTH. Melalui media sosial
inilah interaksi warga dan pemerintah diharapkan dapat terjadi secara
intens dan proaktif. VI.A.2
Aksi Kota Hijau tidak lahir secara instan, dibutuhkan tahapan-tahapan yang diawali
dengan sosialisasi untuk menumbuhkan kepedulian, dilanjutkan dengan mobilisasi
melalui pembentukan komunitas hijau. Setelah terbentuk komunitas yang terorganisir
maka perlu diambil langkah-langkah persuasif antara lain melalui insentif program
oleh pemerintah. Pada tahap akhir lahirlah aksi-aksi yang mendukung perwujudan
Kota Hijau
Sosialisasi Mobilisasi Persuasi Aksi
--

VI.A.3
B. PEMBENTUKAN
FKH DAN
PENYUSUNAN
RENCANA AKSI
FKH

VI.B
DAFTAR ISI
I.1 DEFINISI DAN KRITERIA FKH IV.B.1

I.2 TAHAPAN PEMBENTUKAN FKH IV.B.2

I.3 PENYUSUNAN RENCANA AKSI FKH IV.B.3

I.4 PENGEMBANGAN FKH IV.B.4

I.5 JADWAL PELAKSANAAN IV.B.4

I.6 FORM PEMBENTUKAN FKH &


PENYUSUNAN RENCANA AKSI FKH IV.B.6
I.1 DEFINISI DAN KRITERIA FKH
Forum Komunitas Hijau (FKH) ini adalah forum komunikasi antar
komunitas/kelompok warga yang peduli pada masalah lingkungan dan sosial budaya
di kota/kabupaten tertentu, terutama membangun interaksi sosial warga terhadap
pemanfaatan ruang terbuka hijau di kota.

FKH terdiri dari perwakilan komunitas/kelompok warga, yang memiliki


kepedulian/kegiatan seputar isu lingkungan, sosial, dan budaya.
Komunitas/kelompok warga adalah perkumpulan yang sifat keanggotaannya
terbuka, berorientasi sosial (bukan profit, seperti koperasi misalnya), dan sudah aktif
dalam satu tahun terakhir mengadakan kegiatan-kegiatan yang mengangkat isu
lingkungan dan sosial budaya. Contoh komunitas/kelompok warga yang dimaksud
antara lain komunitas bike2work, komunitas motor, komunitas berkebun, karang
taruna, pramuka, kelompok kesenian, dll.

VI.B.1
I.2 TAHAPAN PEMBENTUKAN FKH
1. Dilakukan pendataan terhadap komunitas-komunitas yang ada di daerah
tersebut. Komunitas yang didata sebaiknyabukan ormas yang berafiliasi pada
parpol tertentu, dan bukan pula asosiasi dagang. Akan lebih baik bila
komunitastersebut hidup pada territorial tertentu (Karang Taruna) atau minat
khusus (Bike to Work), organisasi profesi (IDI),maupun kelompok-kelompok lain
yang sifatnya sosial budaya;

2. Diadakan workshop/konsinyiasi dengan mengundang pakar-pakar Kota Hijau


sebagai narasumber dan komunitas-komunitassebagai peserta untuk
menggalang kepedulian komunitas-komunitas tersebut terhadap perwujudan
KotaHijau;

3. Dibentuk Forum Komunitas Hijau (FKH) yang terdiri atas komunitas-komunitas


yang telah menyatakan minatnya dalam mendukungperwujudan Kota Hijau di
kota/kabupaten masing-masing;

4. FKH merupakan forum bagi komunitas-komunitas yang peduli pada program


Kota Hijau di kota/kabupaten masing-masing dan menjadi mitra bagi
pemerintah untuk mewujudkan Kota Hijau;

5. FKH menyusun rencana aksi komunitas hijau kota yang terdiri atas program-
program kegiatan yang dapat mendorong danmeningkatkan keterlibatan dan
3. peran aktif masyarakat dalam mewujudkan Kota Hijau
VI.B.2
I.3 PENYUSUNAN RENCANA AKSI FKH
1. FKH berdiskusi untuk memetakan masalah-masalah di kota/kab yang terkait
untuk wujudkan Kota Hijau

2. Masalah tersebut kemudian dipilah mana yang menjadi tanggung jawab


pemerintah, bisnis maupun warga sendiri

3. FKH membuat skala prioritas masalah yang menjadi tanggung jawab warga.

4. Berdasarkan skala prioritas inilah kemudian didiskusikan satu rencana aksi


untuk mengatasinya.

5. Rencana aksi ini tidak harus menjadi solusi 100%, tetapi bisa merupakan
penyelesaian satu tahap. Misalnya masalah yang dipilih soal sampah, lalu
rencana aksinya adalah penyadaran warga untuk memilah sampah (satu tahap
untuk masalah sampah)

6. Program disusun dengan pertimbangan SMART Specific (khusus dan jelas),


Measurable (dapat diukur), Attainable (dapat dicapai), Realistic (realistis) Time
Bound (target waktu)

7. Mengisi form persetujuan Rencana Aksi

VI.B.3
CONTOH RENCANA AKSI Tahun 2013-2014 KOTA PAREPARE

VI.B.4
I.4 PENGEMBANGAN FKH
1. FKH adalah forum/wadah bagi komunitas, tanpa menghilangkan eksistensi
komunitas masing-masing;
2. Keanggotaan FKH adalah komunitas, bukan perseorangan. Keanggotaan FKH
bersifat terbuka, komunitas-komunitas baru dapat bergabung sesuai dengan visi
misi Kota Hijau;
3. Komunitas anggota FKH dapat melakukan kegiatan bersama-sama atas nama FKH,
atau juga atas nama komunitas sendiri;
4. FKH membuat kesepakatan mekanisme organisasi , antara lain : susunan pengurus,
periodisasi kepengurusan, visi misi organisasi, dll;
5. Pelembagaan FKH diserahkan pada kesepakatan anggota, dapat berupa lembaga
formal (badan hokum, AD/ART, SK Bupati/Walikota) ataupun informal. Prinsipnya
FKH ini adalah independen dan mandiri;
6. Pendanaan FKH didapat dari berbagai sumber, seperti sponsorhip, usaha bersama
maupun bantuan dari pemerintah/swasta

I.5 JADWAL PELAKSANAAN


N Tahapan Kegiatan Bulan ke
o
I II
1 Sosialisasi dan Kampanye Publik tentang
Kota Hijau
2 Pembentukan Forum Komunitas Hijau (FKH)
a. Pendataan komunitas yang sudah ada
b. Workshop/Konsinyasi
c. Pembentukan FKH dengan penentuan
koordinator
3 Penyusunan Rencana Aksi FKH

VI.B.4 VI.B.5
I.6 FORM PEMBENTUKAN FKH &
PENYUSUNAN RENCANA AKSI FKH

VI.B.6
C. PENYUSUNAN
PETA
KOMUNITAS
HIJAU

VI.C
DAFTAR ISI
I.1 TUJUAN DAN KELUARAN IV.C.1

I.2 JADWAL PEKERJAAN IV.C.1

I.3 TAHAPAN PELAKSANAAN KEGIATAN IV.C.2

I.4 BATASAN PEMETAAN IV.C.3

I.5 GUIDELINE LAYOUT PETA IV.C.4

I.6 FORM PENYUSUNAN PETA KOMUNITAS HIJAU IV.C.6


I.1 TUJUAN DAN KELUARAN
Tujuan : Meningkatkan kesadaran warga terhadap lokasi-lokasi hijau dan memiliki
kontribusi positif bagi kualitas ruang kota

Keluaran
Spesifikasi Peta Komunitas Hijau :
1. Dibuat/dicetak pada kertas ukuran A2, jenis kertas art/matte paper, berat 120
gram

A. PENYUSUNAN
2. Dicetak dalam jumlah sesuai ketentuan RAB dan dikemas dengan terlipat rapi.
3. Kelengkapan informasi peta : Kontak FKH, nama-nama relawan yang terlibat,

MASTERPLAN RTH
logo Kementerian Pekerjaan Umum, logo Pemda

I.2 JADWAL PEKERJAAN


BARU
N
o
Tahapan Kegiatan
I
Bulan ke
II III
1 Pembentukan
Kelompok Kerja
2 Penentuan Batasan
Tema
3 Pemetaaan dan
Pencarian Data
4 Kompilasi dan
Tinjuan Data
5 Desain dan Cetak
Peta
6 Evaluasi dan
Pelaporan VI.C.1
I.3 TAHAPAN PELAKSANAAN KEGIATAN
a. FKH membentuk tim relawan untuk membuat Peta Komunitas Hijau dengan
langkah-langkah sebagai berikut :
b. Tim menentukan batasan lokasi pemetaan, yaitu wilayah administratif kota (city
wide) dan kawasan fungsional perkotaan di kabupaten
c. Lokasi/objek yang akan dipetakan, dengan mengacu pada 8 atribut Kota Hijau.
d. Materi pemetaan mengacu pada 8 atribut Kota Hijau, minimal mengandung 2
atribut Kota Hijau (Green Open Space/Ruang Terbuka Hijau dan Green
Community/Tempat Akfititas Komunitas)
e. Tim kemudian melakukan survei lapangan pada lokasi-lokasi yang masuk pada
batasan obyek peta. Dalam survei lapangan, setiap orang melakukan
penilaian/pencatatan pada lokasi-lokasi yang dikunjungi.
f. Tim kemudian mendiskusikan hasil survei, setiap orang bertukar pikiran dan
melakukan penilaian bersama/kelompok pada setiap lokasi, serta membahas
kembali, lokasi-lokasi mana yang layak dimasukkan dalam peta.
g. Setelah survei dan diskusi selesai, tim kemudian merancang setting dan layout
peta, sesuai petunjuk teknis dan memasukkan hasil-hasil survei diskusi ke
dalam peta.
h. Draft Peta Komunitas Hijau ini wajib konsultasi dengan Tim Pendamping Pusat
untuk mendapat persetujuan substansi.
i. Setelah mendapat persetujuan substansi dari Tim Pendamping Pusat, draft peta
ini baru dapat dicetak/diperbanyak sesuai petunjuk teknis

VI.C.2
I.4 BATASAN PEMETAAN
Materi pemetaan mengacu pada 8 atribut Kota Hijau, yaitu :
1. Green Planning and Design : Apakah sudah memiliki RTRW, Rencana Induk
RTH, Perda/Peraturan terkait 8 atribut?
2. Green Open Space : Bagaimana kondisi RTH (taman, jalur hijau) yang ada?
Digunakan untuk kegiatan apa? Siapa pengguna RTH tersebut?

A. PENYUSUNAN
3. Green Community : Apakah ada kelompok/komunitas peduli lingkungan atau
sosial? Berapa jumlahnya? Siapa saja? Dimana mereka berkegiatan? Siapa
kontak personnya?

MASTERPLAN RTH
4. Green Waste : Bagaimana pengelolaan sampah? Apakah
pemda/perusahaan/masyarakat? Apakah sudah ada inisiatif masyarakat
dikelola

memilah/memanfaatkan sampah?

BARU
5. Green Water : Bagaimana kondisi air permukaan/air tanahnya? Sudah berapa
persen masyarakat mengakses air bersih? Adakah teknologi
tradisional/modern dalam pengolahan air? Apakah ada ancaman krisis air?
6. Green Building : Adakah bangunan ramah lingkungan? Adakah bangunan yang
mempertahankan pengetahuan lokal?
7. Green Transportation : Bagaimana sistem transportasinya? Adakah fasilitas
pengguna transportasi ramah lingkungan? Berjalan kaki, Sepeda?
8. Green Energy : Apa sumber energinya? Adakah inisiatif penggunaan energi
hijau (air, surya, angin)?

VI.C.3
Contoh layout Portrait I.5. GUIDELINE LAYOUT
HALAMAN DEPAN
KAB. SUMBAWA PETA
COVER BELAKANG COVER DEPAN HALAMAN BELAKANG
Kontak FKH (Nama, Judul Peta, Logo TITIK HIJAU
No.HP, Email, Kementerian PU, Temuan Hijau sesuai urutan lokasi,
Facebook/Twitter) Logo Pemerintah dilengkapi nama tempat, alamat,
Daerah deskripsi lokasi

PETA & LEGENDA


LOKASI TERPILIH PROFIL KOTA/KAB PENYUSUN Penomoran Tiik
Temuan Paling Penjelasan Nama Hijau, dengan garis
Menarik Karakteristik relawan batas kecamatan,
VI.C.4 Wilayah Pemetaan penyusun nama jalan, nagivasi
arah utara
Contoh layout Lansekap - KOTA BANDUNG HALAMAN DEPAN

COVER
Judul Peta, Logo
Kementerian PU, Logo
Pemerintah Daerah

PENYUSUN & kONTAK


FKH
Nama relawan penyusun,
Kontak FKH (Nama,
No.HP, Email,
Facebook/Twitter)

TITIK HIJAU & FOTO


Temuan Hijau sesuai
urutan lokasi, dilengkapi
nama tempat, alamat,
deskripsi lokasi
HALAMAN BELAKANG

PROFIL KOTA/KAB
Penjelasan Karakteristik
Wilayah Pemetaan

PETA & LEGENDA


Penomoran Tiik Hijau,
dengan garis batas
kecamatan, nama jalan,
nagivasi arah utara

LOKASI TERPILIH & FOTO


Temuan Paling Menarik
I.6 FORM PENYUSUNAN PETA
KOMUNITAS HIJAU

VI.C.6
D.
PENYELENGGARAAN
AKSI FKH

VI.D
DAFTAR ISI
I.1 FESTIVAL HIJAU (GREEN FESTIVAL) DI TAMAN KOTA IV.D.1

I.2 AKSI KOMUNITAS HIJAU LAIN (TERKAIT ATRIBUT KOTA HIJAU)


IV.D.3 DAFTAR
ISI
I.3 SOSIALISASI KOMUNITAS HIJAU IV.D.6

I.4 DOKUMENTASI KEGIATAN FKH IV.D.8


I.1 FESTIVAL HIJAU (GREEN FESTIVAL)
Tujuan :
a. Mengkampanyekan kegiatan di ruang terbuka hijau
b. Memberi ruang ekspresi kesenian di ruang terbuka hijau
c. Menjadikan ajang interaksi antar kelompok warga

Bentuk Kegiatan :

A. PENYUSUNAN
Festival ini berupa kegiatan di ruang terbuka hijau atau di salah satu taman kota
yang memadai
Festival ini kegiatan kesenian antar kelompok

MASTERPLAN RTH
Festival ini bukan lomba, tetapi lebih ajang ekspresi kelompok2 kesenian di kota
tersebut.

BARU
Pendanaan dari P2KH berupa dana stimulan, biaya penyelenggaran festival ini
dapat diperoleh dari sponsorship, APBD, maupun usaha-usaha lain.

Keluaran :
Terselenggara kegiatan kesenian di taman kota dalam satu hari
Peserta pengisi festival minimal 5 kelompok
Kesenian yang ditampilkan dapat berupa kesenian modern maupun tradisional,
diutamakan kesenian lokal. Contoh festival : festival teater, festival tari, festival
musik tradisional, festival mainan anak, dll.

Waktu Pelaksanaan :
Rentang Oktober-November dalam rangka peringatan Hari Tata Ruang
VI.D.1
Form Perencanaan Festival Hijau

VI.D.2
I.2 AKSI KOMUNITAS HIJAU LAIN
(TERKAIT ATRIBUT KOTA HIJAU)
Tujuan : Membangun kesadaran warga tentang atribut-atribut Kota Hijau

Batasan kegiatan :
Terkait dengan salah satu atau lebih dari 8 atribut Kota Hijau
Kegiatan dapat berupa lokalatih (workshop), kampanye isu tertentu, atau model
kegiatan lain. Contoh : tanam pohon, kampanye naik sepeda ke kantor/sekolah,
membuat sumur resapan, membangun mikrohidro, membuat bank sampah,
lokalatih daur ulang, lomba lingkungan, pemetaan jalur sepeda/titik sampah, dll
Pilihan kegiatan diserahkan pada kesepakatan FKH, sesuai dengan konteks
permasalahan kota/kabupaten yang terkait dengan salah satu atribut Kota Hijau.
Misal masalah yang menonjol di suatu kota adalah sampah, maka pilihan kegiatan
dapat difokuskan di soal green waste.
Pendanaan : Untuk kegiatan ini, P2KH memberikan dana stimulan, sementara
FKH dapat mulai mandiri dengan menggali dana dari sumber-sumber lain.

Output :
a. Terselenggaranya satu kegiatan (terkait Kota Hijau) yang ditentukan sendiri oleh
FKH
b. Terlibatnya sejumlah orang (minimal 50 orang) dalam kegiatan ini
c. Dokumentasi kegiatan berupa foto, laporan, dan/ peta (jika kegiatan berupa
pemetaan).

VI.D.2 VI.D.3
Form Perencanaan Aksi Komunitas Hijau

VI.D.4
AKSI KEGIATAN RUTIN
Bagi FKH yang telah terbentuk diharapkan dapat menyelenggarakan kegiatan rutin
antara lain :
1. Pelibatan secara reguler FKH dalam setiap kegiatan P2KH yang tengah berjalan
seperti sosialisasi, penyusunan Masterplan RTH, penyusunan DED Taman Ramah
Lingkungan, dan supervisi implementasi fisik RTH agar timbul rasa memiliki dan
kepedulian terhadap misi perwujudan Kota Hijau yang sedang berlangsung.
2. Pemanfaatan RTH, khususnya taman kota, untuk kegiatan rutin komunitas-
komunitas yang tergabung dalam FKH, seperti senam bersama, pentas musik
akustik, pengamatan satwa dan tumbuhan, latihan drama, latihan menari, dsb.

VI.D.5
I.3 SOSIALISASI KOMUNITAS HIJAU
Tujuan :
Mengajak warga untuk memahami Kota Hijau
Meningkatkan peran serta warga dalam mewujudkan Kota Hijau

Bentuk :
Kampanye Kota Hijau lewat media massa maupun media social
Talkshow di media massa maupun di kegiatan publik (di sekolah, pusat
keramaian, dll)
Penyebaran Peta Komunitas Hijau

Target :
a. Terjangkau minimal 1000 orang di media social (facebook, youtube, twitter, dll)
b. Interaksi yang intens saat kegiatan : ada penanya saat talkshow (minimal 3
penanya), percakapan/komentar di media social (3 komentar)
c. Respon terhadap peta komunitas hijau, berupa masukan, pertanyaan, kritikan
via email, telepon, maupun komentar di media sosial.

VI.D.6
Form Perencanaan Sosialisasi Komunitas Hijau

VI.D.7
I.4 DOKUMENTASI KEGIATAN FKH

VI.D.8
TIM PENYUSUN
TIM PENGARAH :
M. Basuki Hadimuljono, Joessair Lubis,
Dadang Rukmana, Iman Soedrajat,
Lina Marlia, Bahal Edison Naiborhu

TIM PELAKSANA :
Endra S. Atmawidjaja, Andi Renald R.,
Firsta, Wisnubroto Sarosa, Desfitriza,
Allien Dyah Lestari, One Indirasari,
Ludfie Hamdrie, Rocky Adam, Wulansih,
Agus Salam, Yohanes Fajar S.W.,
Sylva A.A. Irnadiasputri, Larasati Pratiwi,
Niken Prawestiti

TIM PENDAMPING :
Nirwono Joga, Alinda Zain, Iwan Ismaun,
Bayu Wardhana, Bintang A. Nugroho

Dicetak di Indonesia
Penerbit :
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM
DIREKTORAT JENDERAL PENATAAN RUANG
Produksi 2013
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM
DIREKTORAT JENDERAL PENATAAN RUANG

Sekretariat P2KH :
Gedung Ditjen SDA & Penataan Ruang Lt.4
Jl. Pattimura no.20 Kebayoran Baru
Jakarta Selatan 12110
Telp/Fax : 021-7231611/021-7243431
www.penataanruang.net

You might also like