You are on page 1of 31

BAB I

PENDAHULUAN

Progam pemberantasan penyakit menular mempunyai peranan dalam


menurunkan angka kesakitan dan kematian, termasuk tuberculosis paru (TB).
Tujuan tersebut dapat dicapai dengan penerapan teknologi kesehatan secara tepat
oleh petugas kesehatan yang didukung peran serta aktif masyarakat.

Berdasarkan hasil penelitian diperkirakan bahwa sekitar sepertiga dari


populasi dunia terinfeksi Mycobacterium Tuberculosis. Indonesia adalah negara
dengan angka kejadian Tuberkulosis nomor III (10%) didunia setelah India (30%)
dan China (15%). Laporan WHO pada tahun 2010, mencatat peringkat Indonesia
menurun ke posisi lima dengan jumlah penderita TB sebesar 429 ribu orang. Lima
negara dengan jumlah terbesar kasus insiden pada tahun 2009 adalah India, Cina,
Afrika Selatan, Nigeria dan Indonesia (WHO Global Tuberkulosis Control 2010).
Penyakit ini merupakan penyebab kematian ke-III sesudah penyakit
Kardiovaskular dan penyakit saluran nafas pada semua kelompok usia, serta
nomor I dari golongan penyakit infeksi. Manifestasi klinis TB tergantung pada
sejumlah faktor yang terkait dengan host, agent, dan environment. Secara umum
meningkatnya masalah TB dunia disebabkan oleh keadaan seperti kemiskinan
diberbagai negara, malnutrisi, kondisi perumahan yang kumuh, tidak cukupnya
fasilitas kesehatan, terlambatnya atau kurangnya biaya program TB. 1-3

Pada tahun 1992 World Health Organization (WHO) telah mencanangkan


tuberkulosis sebagai Global Emergency. WHO 1997 memperkirakan 95%
penderita berada di negara yang sedang berkembang, sekitar 75% penderita adalah
kelompok usia produktif. Tahun 1999, WHO memperkirakan setiap tahun terjadi
583.000 kasus baru. Sepertiga penduduk dunia telah terinfeksi kuman tuberkulosis
dan menurut regional WHO jumlah terbesar kasus TB terjadi di Asia Tenggara
yaitu 33% dari seluruh kasus TB di dunia, namun bila dilihat dari jumlah
penduduk terdapat 182 kasus per 100.000 penduduk. Di Afrika hampir 2 kali lebih
besar dari Asia Tenggara yaitu 350 per 100.000 penduduk.2 Setiap tahunnya

1
diperkirakan setiap 100.000 penduduk Indonesia terdapat 130 penderita TB paru
positif. Laporan WHO tahun 2004 menyatakan bahwa terdapat 8,8 juta kasus baru
tuberkulosis pada tahun 2002, 3,9 juta adalah kasus BTA (Basil Tahan Asam)
positif.

Diperkirakan angka kematian akibat TB adalah 8000 setiap hari dan 2 - 3


juta setiap tahun. Laporan WHO tahun 2004 menyebutkan bahwa jumlah terbesar
kematian akibat TB terdapat di Asia tenggara yaitu 625.000 orang atau angka
mortaliti sebesar 39 orang per 100.000 penduduk. 2

Penanggulangan TB sudah dapat dilakukan di Puskesmas namun hingga


saat ini belum menggembirakan, meskipun hasil pencapaian target cakupan
program sudah baik namun pencapaiannya masih dibawah target nasional serta
belum merata diseluruh Puskesmas dan Rumah sakit. Saat ini pemerintah telah
membuat suatu program pengobatan TB paru yang disebut sebagai strategi DOTS
(Directly Observed Treatment Shortcourse). DOTS terdiri dari 5 komponen yaitu;
adanya komitmen politik, diagnosis dengan mikroskopik, pengobatan dengan obat
jangka pendek dengan pengawasan menelan obat (PMO), jaminan ketersediaan
obat serta sistem pencatatan dan pelaporan yang baik dan seragam.
Penanggulangan TB dengan strategi DOTS dapat memberikan angka kesembuhan
yang lebih tinggi. 1

2
BAB II
LAPORAN KASUS

I. Identitas Pasien
a. Nama/Jenis Kelamin/Umur : Tn. I/ Laki-laki / 46 tahun
b. Pekerjaan/Pendidikan : Buruh
c. Alamat : Lr. Garuda I, RT. 27

II. Latar Belakang Sosio-ekonomi-demografi-lingkungan-keluarga


a. Status Perkawinan : Menikah
b. Jumlah anak/saudara : Jumlah anak 7
c. Status ekonomi keluarga : Pasien sebagai kepala keluarga bekerja
sebagai kuli atau buruh, bekerja serabutan di pasar baru, sedangkan isteri
pasien sebagai ibu rumah tangga, pasien berobat menggunakan kartu
BPJS Jamkesmas.
Kesan : Kurang mampu
d. Kondisi Rumah : Rumah terbuat dari semen (permanen) dan
dinding papan dengan ukuran rumah 5m x 10m. Rumah terdiri dari 1
ruang tamu merangkap sebagai ruang keluarga dengan 2 jendela
berukuran masing-masing 60cm x 80cm yang dibuka setiap hari dari
pagi hingga sore hari tanpa disertai ventilasi. Rumah ini memiliki 2
kamar tidur dengan ukuran masing-masing 3m x 3m dan 2m x 3m, setiap
kamar mempunyai masing-masing 1 jendela. Terdapat 1 dapur dan 1
kamar mandi. WC menggunakan wc jongkok. Sumber air berasal dari
PDAM untuk mandi dan memasak.
Rumah tersebut dihuni oleh 10 anggota keluarga.
e. Kondisi Lingkungan Keluarga : Baik.

III. Aspek Psikologis di Keluarga : Baik. Komunikasi antaranggota


keluarga baik.

3
IV. Riwayat Penyakit Dahulu/keluarga :
- Riwayat TB paru (+) tahun 2000. Didiagnosis berdasarkan foto
rontgen dan tes dahak. Minum OAT 6 bulan dinyatakan sembuh.
- Riwayat sesak nafas sebelumnya disangkal
- Riwayat batuk darah (-)
- Riwayat batuk lama pada keluarga disangkal

V. Keluhan Utama :
Pasien mengeluh batuk disertai dengan darah 1 minggu sebelum berobat
ke Puskesmas.

VI. Keluhan Tambahan :-

VII. Riwayat Penyakit Sekarang :


1 bulan yang lalu pasien mengalami batuk disertai dahak yang kental.
Batuk dirasa semakin menjadi-jadi saat malam dan pagi hari. Saat batuk-batuk
pasien merasa tidak nyaman di sekitar ulu hati dan juga pasien merasa
nafasnya terasa sesak dan dadanya juga terasa nyeri.

3 minggu ini badan juga terasa lemas dan sering demam dan malam hari sering
berkeringat lebih banyak dari biasanya di saat anggota keluarga lain tidak berkeringat.
Pasien juga mengalami penurunan nafsu makan.

1 minggu pasien mengeluh batuknya disertai darah berwarna merah


kehitaman sebanyak 1 sendok makan atau hanya sekedar bercak, sehari bisa
1-3 kali batuk berdarah.
Pasien cemas dan kemudian pasien berobat ke Puskesmas Pakuan Baru dan
dianjurkan untuk melakukan tes sputum terlebih dahulu.

4
VIII. Pemeriksaan Fisik :
Keadaan Umum : Tampak sakit ringan
Kesadaran : Compos mentis (GCS 15)
Tanda-tanda vital :
Tekanan darah : 120/70 mmHg
Nadi : 74 x/menit
Suhu : 37,6C
Pernafasan : 20 x/menit
Berat badan : 60 kg
Tinggi badan : 174 cm

Kepala : Normocephal
Mata : Kelopak : Normal
Conjungtiva : Anemis (-)
Sklera : Ikterik (-)
Kornea : Normal
Pupil : Bulat, isokor, reflex cahaya +/+
Gerakan bola mata : Baik
THT : Tak ada kelainan
Mulut : Bibir : Lembab
Bau pernafasan : Normal
Gusi : Warna merah muda, perdarahan (-)
Selaput Lendir : Normal
Lidah : Putih kotor, ulkus (-)
Leher : KGB : Tak ada pembengkakan
Kel.tiroid : Tak ada pembesaran
JVP : 5 - 2 cmH2O

5
Pulmo

Pemeriksaan Kanan Kiri


Inspeksi Statis & dinamis: simetris Statis & dinamis : simetris
Palpasi Stem fremitus normal Stem fremitus normal
Perkusi Sonor Sonor
Batas paru-hepar : ICS VI
kanan
Auskultasi Wheezing (-), rhonki (+) Wheezing (-), rhonki (+)

Jantung
Inspeksi Ictus cordis terlihat di ICS V linea midclavicula kiri
Palpasi Ictus cordis teraba di ICS V linea midclavicula kiri

Perkusi Batas-batas jantung :


Atas : ICS II kiri
Kanan : linea sternalis kanan
Kiri : ICS VI linea midclavicula kiri
Auskultasi BJ I/II regular, murmur (-), gallop (-)

Abdomen
Inspeksi Datar, skar (-), venektasi (-), spidernevi (-)
Palpasi Nyeri tekan regio epigastrium (-), defans musculer
(-), hepatomegali (-), splenomegali (-), nyeri ketok
costovertebra (-/-)
Perkusi Timpani
Auskultasi Bising usus (+) normal

Ekstremitas Superior : Edema (-), akral hangat


Ekstremitas Inferior : Edema (-), akral hangat

6
VIII. Pemerisaan Penunjang :
Pemeriksaan dahak BTA tanggal 23 Juli 2014 hasil belum didapatkan

IX. Diagnosis Kerja :


Suspect Tuberculosis paru relaps

X. Diagnosis Banding :
- Suspect TB paru relaps
- Suspect Bronkitis
- Suspect Bronkopneumoni

XI. Manajemen
a. Promotif :
Memberikan pengetahuan dan bahaya tentang kemungkinan
penyakit yang diderita pasien.
Menjelaskan kepada Pak Ismail dan keluarga tentang cara
penularan penyakit sehingga menganjurkan untuk membuang
dahak pada tempat khusus dan jika batuk mulut ditutup.
Menjelaskan kepada Pak Ismail dan keluarga tentang kriteria
rumah yang sehat, cukup ventilasi. Karena rumah Pak Ismail
minim ventilasi maka dapat digantikan dengan cara membuka
jendela setiap hari pada pagi sampai sore hari, agar rumah
mendapat sinar dan udara yang cukup.
b. Preventif :
Menjelaskan kepada pasien dan keluarga pentingnya
mengkonsumsi sayuran dan buah-buahan untuk menambah stamina
tubuh. Disarankan kepada Pak Ismail untuk mengkonsumsi sayuran
contohnya sayur bening bayam yang harganya terjangkau dan
mudah dibuat.

7
Pasien diharapkan menuruti cara pemeriksaan dahak yang
dianjurkan dan dimotivasi untuk meminum obat dengan teratur dan
rajin kontrol.

c. Kuratif:

Non medikamentosa
- Istirahat cukup

Medikamentosa

Sementara menunggu hasil Pemeriksaan dahak BTA, terapi yang


diberikan:
o Glyceryl Guaiacolate tablet 100 mg 3x1
o Amoxicillin tablet 500 mg 3x1
o Paracetamol tablet 500mg 3x1
o Vit. B complex tablet 2x1
Jika telah terdiagnosis TB relaps, maka diberikan OAT Kategori 2
yaitu:
o Fase intensif selama 3 bulan 5 macam OAT (bila ada hasil uji
resistensi dapat diberikan obat sesuai hasil uji resistensi) : 2
RHZES / 1 RHZE. Jadi selama 56 hari 4 tablet 4KDT + 1000mg
Streptomisin inj. Dilanjutkan 28 hari berikutnya 4 tablet 4 KDT.
Dengan RHZE = Rifampisin 150 mg, Isoniazid 75 mg, pirazinamid
400 mg, etambutol 275 mg.
o Fase lanjutan 5 bulan atau lebih, 3x seminggu, sehingga paduan
obat yang diberikan : 5 RHE. Jadi selama 20 minggu 4 tablet
2KDT + 4 tablet Etambutol. Dengan RHE = Rifampisin 150 mg,
Isoniazid 150 mg, etambutol 400 mg
o Bila tidak ada / tidak dilakukan uji resistensi, maka alternatif
diberikan paduan obat : 2 RHZES/1 RHZE/5 R3H3E3 (P2 TB).
o Vitamin B compleks 2x1.

8
Dinas Kesehatan Kota Jambi
Puskesmas Pakuan Baru
Kecamatan Jambi Selatan Kota Jambi

dr. Merta
SIP : No.188/SIP/2014 STR: No. 365/STR/2014
Tanggal : 23 Juli 2014

R/ Glyceryl Guaiacolate 100 mg tab No. X


S 3 dd tab 1
R/ Amoxicillin 500 mg tab No. XV
S 3 dd tab 1 (habiskan)
R/ Parasetamol 500 mg tab No. IX
S 3 dd tab 1 prn
R/ Vit. B comp tab No. VI
S 2 dd tab 1

Pro : Tn.I
Umur : 46 tahun
Alamat : RT. 27 Pakuan baru

d. Disability Limitation
-
e. Rehabilitatif
Meningkatkan daya tahan tubuh dengan mengatur pola makan yang
bergizi untuk pemulihan kesehatan tubuh pasien.

9
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA

3.1 DEFINISI
Tuberkulosis (TB) adalah suatu penyakit infeksi menular yang disebabkan
oleh Mycobacteriumtuberculosis (MTB). Kuman batang aerobik dan tahan asam ini, merupakan
organisme patogen maupun saprofit. Jalan masuk untuk organisme MTB adalah saluran
pernafasan, saluran pencernaan, dan luka terbuka pada kulit. Sebagian besar infeksi TB
menyebar lewat udara.1-3

3.2 ETIOLOGI
Mikrobakterium tuberkulosis adalah suatu jenis kuman yang berbentuk batang dengan
ukuran panjang 1-4 /um dan tebal 0,3-0,6/um, mempunyai sifat khusus yaitu tahan terhadap
asam pada pewarnaan. MTB memiliki dinding yang sebagian besar terdiri atas lipid,
kemudian peptidoglikan dan arabinomannan. 1-3
Lipid inilah yang membuat kuman lebih tahan asam dan ia juga lebih tahan terhadap
gangguan kimia dan fisis. Kuman dapat hidup dalam udara kering maupun dalam keadaan
dingin ( dapat tahan bertahun-tahun dalam lemari es ) dimana kumandalam keadaan dormant.
Dari sifat ini kuman dapat bangkit kembali dan menjadikan penyakit tuberkulosis menjadi aktif
lagi. Sifat lain kuman ini adalah aerob, sifat ini menunjukkan bahwa kuman lebih menyenangi
jaringan yang tinggi kandungan oksigennya. Dalam hal ini tekanan oksigen pada bagian apikal
paru lebih tinggi dari bagian lain, sehingga bagian apikal ini merupakan tempat predileksi
penyakit tuberkulosis. 1-3,4

3.3 EPIDEMIOLOGI
Di Indonesia saat ini diperkirakan terdapat 450.000 penderita TB menular
setiap tahunnya (atausuatu prevalensi sebesar 300/100.000) dengan angka insidens
225.000 kasus pertahunnya. Survei prevalensi TBC yang dilakukan di enam propinsi pada
tahun 1983-1993 menunjukkan bahwa prevalensi TBC di Indonesia berkisar antara 0,2
0,65%.1-3

10
Sedangkan menurut laporan Penanggulangan TBC Global yang dikeluarkan oleh
WHO pada tahun 2004, angka insidensi TBC pada tahun 2002 mencapai 555.000 kasus (256
kasus/100.000 penduduk), dan 46% diantara nya diperkirakan merupakan kasus baru. 1-3
Imunisasi BCG (antituberkulosis) tidak menjamin anak bebas dari penyakit tersebut.
Kuman penyebab TBC yakni Mycobacterium tuberculosis ditularkan melalui percikan dahak ,
jika terkena kuman terus-menerus dari orang-orang dewasa di dekatnya, terutama orang tua,
maka anak tetap terkena. Di antara sesama anak kecil sendiri sangat kecil kemungkinan
menularkan, Interaksi orang tua sangat dekat dan intens dengan anak, apalagi yang masih bayi,
sehingga anak mendapat percikan dahak dari orangtua yang sakit TBC, oleh karena itu, angka
anak penderita TBC sangat terpengaruh jumlah orang dewasa yang dapat menularkan TBC. 1-3
Tim External TB Monitoring Mission mencatat fakta umum, setiap tahun di Indonesia
ditemukan seperempat juta kasus baru TBC dan sekitar 140.000 kematian akibat penyakit
tersebut. Indonesia merupakan negara ketiga terbesar yang bermasalah dengan TBC, setelah
India dan China. 1-3

3.4 PATOGENESIS
Ketika mikobakterium tuberkulosis mencapai paru-paru, kuman tersebut di makan
oleh makrofag di dalam alveolus dan sebagian dari kuman akan mati atau tetap hidup dan
bermultiplikasi. Waktu yang diperlukan sejak masuknya kuman TB hingga terbentuknya
kompleks primer secara lengkap disebut sebagai massa ikubasi. Masa inkubasi TB biasanya
berlangsung dalam waktu 4 8 minggu, Pada masa inkubasi tersebut, kuman tumbuh hingga
mencapai jumlah 10, yaitu jumlah yang cukup untuk merangsang respon imunitas seluler. 1-5
Kuman TB dalam makrofag yang terus berkembang-biak, akhirnya akan menyebabkan
makrofag mengalami lisis, dan kuman TB membentuk koloni di tempat tersebut. Koloni kuman
di jaringan paru ini disebut focus primer ghon.

Pada stadium ini belum ada gejala klinis yang muncul


Kemudian kuman TB menyebar melalui saluran kelenjar getah bening terdekat menuju
ke kelenjar getah bening regional secara limfogen. Penyebaran ini menyebabkan terjadinya
limfagitis dan limfadenitis, sehingga terbentuklah kompleks primer yang terdiri dari fokus
primer Ghon, limfangitis, dan limfadenitis. 1-5

11
Pada saat terbentuk kompleks primer ini ditandai oleh hipersensitivitas terhadap
tuberkuloprotein, sehingga timbul respon positif terhadap uji tuberkulin. Di daerah ini reaksi
jaringan parenkim paru dan kelenjar getah bening sekitar akan menjadi semakin hebat dalam
waktu kira-kira 2 12 minggu, selama kuman-kuman tersebut tumbuh semakin banyak dan
hipersensitivitas jaringan terbentuk , setelah kekebalan tubuh terbentuk, fokus primer akan
sembuh dalam bentuk fibrosis atau kalsifikasi setelah mengalami nekrosis perkijuan dan
enkapsulasi. 1-5
Kelenjar getah bening regional juga mengalami fibrosis dan enkapsulasi, tapi tidak akan
sembuh sempurna. Kuman TB dapat hidup dan menetap selama bertahun-tahun dalam kelenjar
ini. Pada anak 70% lesi dalam paru terdapat di subpleura, walaupun juga bisa terdapat di seluruh
lapang kedua paru, pembesaran kelenjar getah bening regional lebih banyak terjadi pada anak
dibanding orang dewasa dan pada anak, biasanya penyembuhan lebih banyak ke arah kalsifikasi,
sedangkan pada orang dewasa ke arah fibrosis. 1-5

Penyebaran kuman TB dapat terjadi secara limfogen dan hematogen


Pada penyebaran limfogen, kuman melalui kelenjar getah bening membentuk
kompleks primer . Pada penyebaran hematogen, kuman TB masuk ke aliran sirkulasi darah dan
menyebar keseluruh tubuh dan terjadi manifestasi ektrapulmonal, seperti otak, ginjal, tulang, dan
lain-lain.1-3,4,5
Proses infeksi TB tidak lansung memberikan gejala, uji tuberculin biasanya positif
dalam 4-8minggu setelah kontak awal dengan kuman TB. Pada awal terjadinya infeksi TB,
dapat dijumpaidemam yang tidak tinggi dan eritema nodosum, tetapi kelainan kulit ini
berlansung singkat sehingga jarang terdeteksi.
Sakit TB primer dapat terjadi kapan saja pada tahap ini tuberkulosis milier dapat terjadi
pada setiap saat, tetapi biasanya berlansung dalam 3-6 bulan pertama setelah infeksi TB, begitu
juga dengan meningitis TB. Tuberkulosis pleura terjadi dalam 3-6 bulan setelah infeksi TB.
Tuberkulosis sistem skeletal terjadi pada tahun pertama, walaupun dapat terjadi
pada tahun kedua dan ketiga.
Tuberkulosis ginjal biasanya terjadi lebih lama yaitu 5-25 tahunsetelah infeksi primer ,
Sebagian besar manifestasi klinis sakit TB terjadi pada 5 tahun pertama,terutama pada 1 tahun
pertama, dan 90% kematian karena TB terjadi pada tahun pertama setelah diagnosis TB. 1-5

12
3.5 KLASIFIKASI TB
Tuberkulosis paru adalah tuberkulosis yang menyerang jaringan paru, tidak termasuk
pleura.
Berdasarkan pemeriksaan dahak (BTA) 2
TB paru di bagi atas:
a. Tuberculosis paru BTA(+) adalah:
Sekurang-kurangnya 2 dari 3 spesimen dahak menunjukan hasil BTA
positif.
Hasil pemeriksaan satu spesimen dahak menunjukan BTA positif dan
kelainan radiologi menunjukan gambar tuberkulosis aktif.
Hasil pemeriksaan satu spesimen dahak menunjukan BTA positif dan
biakan positif.
b. Tuberculosis paru BTA (-)
Hasil pemeriksaan dahak 3 kali menunjukan BTA negatif, gambaran klinis
dan kelainan radiologi menunjukan tuberculosis aktif.
Hasil pemeriksaan dahak 3 kali menunjukan BTA negatif dann biakan M.
tuberculosis positif.

3.6 FAKTOR RESIKO


Faktor-faktor yang mempermudah terjadinya TB dibagi menjadi faktor risiko infeksi
dan faktor risiko menjadi penyakit. 1-5
Faktor risiko terjadinya infeksi TB yang utama adalah : anak yang memiliki kontak
dengan orang dewasa dengan TB aktif , berarti, bayi dari seorang ibu dengan BTA sputum
positif memiliki risiko tinggi terinfeksi TB, semakin dekat bayi tersebut dengan ibunya,
makin besar pula kemungkinan bayi tersebut terpajan droplet nuclei yang infeksius.
Risiko timbulnya transmisi kuman dari orang dewasa ke anak-anak akan lebih tinggi
lagi jika orang dewasa tersebut selain mempunyai BTA sputum positif juga terdapat infiltrat
yang luas pada lobus atas atau kavitas, produksi sputum banyak dan encer, batuk produktif dan
kuat, serta terdapat faktor lingkungan yang kurang sehat, terutama sirkulasi udara yang tidak

13
baik . Faktor risiko lainnya antara lain : daerah endemis, penggunaan obat-obatan intravena,
kemiskinanserta lingkungan yang tidak sehat.

3.7 CARA PENULARAN1-5


Penyakit TBC biasanya menular melalui udara yang tercemar dengan bakteri
Mikobakterium tuberkulosis yang dilepaskan pada saat penderita TBC batuk, dan pada anak-
anak sumber infeksi umumnya berasal dari penderita TBC dewasa.
Bakteri ini bila sering masuk dan terkumpul di dalam paru-paru akan berkembang biak
menjadi banyak (terutama pada orang dengan daya tahan tubuhyang rendah), dan dapat
menyebar melalui pembuluh darah atau kelenjar getah bening, oleh sebab itulah infeksi TBC
dapat menginfeksi hampir seluruh organ tubuh seperti: paru-paru, otak, ginjal, saluran
pencernaan, tulang, kelenjar getah bening, dan lain-lain, meskipun demikian organ tubuh yang
paling sering terkena yaitu paru-paru.
Saat mikobakterium tuberkulosa berhasil menginfeksi paru-paru, maka dengan segera
akan tumbuhkoloni bakteri yang berbentuk globular (bulat). Biasanya melalui serangkaian
reaksi imunologis bakteri TBC ini akan berusaha dihambat melalui pembentukan dinding di
sekeliling bakteri itu oleh sel-sel paru.
Mekanisme pembentukan dinding itu membuat jaringan di sekitarnya menjadi
jaringan parut dan bakteri TBC akan menjadi dormant (istirahat). Bentuk-bentuk
dormant inilah yang sebenarnya terlihat sebagai tuberkel pada pemeriksaan foto rontgen.
Pada sebagian orang dengan sistem imun yang baik, bentuk ini akan tetap dormant sepanjang
hidupnya, sedangkan pada orang-orang dengan sistem kekebalan tubuh yang kurang, bakteri ini
akan mengalami perkembangbiakan sehingga tuberkel bertambah banyak. Tuberkel yang
banyak ini membentuk sebuah ruang di dalam paru-paru. Ruang inilah yang nantinya menjadi
sumber produksi sputum (dahak).
Seseorang yang telah memproduksi sputum dapat diperkirakan sedang
mengalami pertumbuhan tuberkel berlebih dan positif terinfeksi TBC. Resiko terinfeksi akan
menjadi lebih tinggi jika pasien dewasa tersebut mempunyai produksi sputum yang banyak dan
encer, batuk produktif dan kuat, serta faktor lingkungan yang kurang sehat dansirkulasi udara
yang tidak baik.

14
Meningkatnya penularan infeksi yang telah dilaporkan saat ini, banyak dihubungkan
dengan beberapa keadaan, antara lain memburuknya kondisi sosial ekonomi, belum optimalnya
fasilitas pelayanan kesehatan masyarakat, meningkatnya jumlah penduduk yang tidak
mempunyai tempat tinggal dan adanya epidemi dari infeksi HIV. Disamping itu daya tahan
tubuh yang lemah/menurun, virulensi dan jumlah kuman merupakan faktor yang memegang
peranan penting dalam terjadinya infeksi TBC.

3.8 DIAGNOSIS1-3,4,5
Konfirmasi pasti pada TB paru adalah dengan mengisolasi Mikobakterium tuberculosis
dari sputum, bilasan lambung, cairan serebrospinal, cairan pleura, atau biopsi jaringan. Spesimen
untuk kultur yang paling baik pada anak adalah cairan lambung pagi hari yang diambil sebelum
anak bangun dari tidur . Akan tetapi semua hal diatas memang sulit untuk dilakukan pada anak,
sehingga sebagian besar diagnosis berdasarkan gejala klinis, gambaran radiografi thorak, dan
tuberkulin test.
Gejala penyakit TBC dapat dibagi menjadi gejala umum dan gejala khusus yang timbul
sesuai dengan organ yang terlibat. Gambaran secara klinis tidak terlalu khas terutama pada kasus
baru, sehingga cukup sulit untuk menegakkan diagnosa secara klinik.

a. Gejala sistemik/umum.
Demam tidak terlalu tinggi yang berlangsung lama, biasanya dirasakan malam hari
disertai keringat malam, kadang-kadang serangan demam seperti influenza dan bersifat hilang
timbul. Penurunan nafsu makan dan berat badan, batuk-batuk selama lebih dari 3 minggu (dapat
disertai dengan darah). Gejala ini sering ditemukan Batuk terjadi karena ada iritasi pada
bronkus, batuk ini diperlukan untuk membuang keluar produk -produk radang, disertai sesak
nafas dan nyeri dada.
Karena terlibatnya bronkus pada setiap penyakit tidak sama, mungkin saja batuk baru
ada setelah penyakit berkembang dalam jaringan paru yakni setelah berminggu-minggu atau
berbulan-bulan sejak awal peradangan. Sifat batuk dimulai dari batuk kering ( non-produktif )
kemudian setelah timbul peradangan menjadi produktif ( menghasilkan sputum ) Keadaan yang
lanjut adalah berupa batuk darah karena terdapat pembuluh darah yang pecah. Kebanyakan

15
batuk darah pada tuberkulosis terjadi pada kavitas, tetapi dapat juga terjadi pada ulkus dinding
bronkus.
Perasaan tidak enak (malaise), lemah, nafsu makan berkurang, berat badan turun
selama 3 bulan berturut-turut tanpa sebab yang jelas, dan tidak naik setelah penanganan gizi
adekuat. Diare kronik yang tidak ada perbaikan setelah ditangani. 1-3,4,5

b. Gejala Khusus
Tergantung dari organ tubuh mana yang terkena, bila terjadi sumbatan sebagian
bronkus(saluran yang menuju ke paru-paru) akibat penekanan kelenjar getah bening yang
membesar, akan menimbulkan suara "mengi", suara nafas melemah yang disertai sesak , kalau
ada cairan dirongga pleura, dapat disertai dengan keluhan sakit dada. 1,2
Bila mengenai tulang, maka akan terjadi gejala seperti infeksi tulang yang pada suatu
saat dapat membentuk saluran dan bermuara pada kulit di atasnya, pada muara ini akan keluar
cairan nanah. Pada anak-anak dapat mengenai otak (lapisan pembungkus otak) dan disebut
sebagai meningitis (radang selaput otak), gejalanya adalah demam tinggi, adanya penurunan
kesadaran dan kejang-kejang.
Pada pasien anak yang tidak menimbulkan gejala, TBC dapat terdeteksi kalau diketahui
adanyakontak dengan pasien TBC dewasa kira-kira 30-50% anak yang kontak dengan penderita
TBC parudewasa memberikan hasil uji tuberculin positif . Pada anak usia 3 bulan -5
tahun yang tinggal serumah dengan penderita TBC paru dewasa dengan BTA positif,
dilaporkan 30% terinfeksi berdasarkan pemeriksaan serologi/darah.

3.9 TERAPI1-5
Pengobatan tuberkulosis dibagi menjadi: 2

a. TB paru (kasus baru), BTA positif atau pada foto toraks: lesi luas.
Paduan obat yang dianjurkan:

1) 2 RHZE / 4 RH atau
2) 2 RHZE / 4R3H3 atau
3) 2 RHZE/ 6HE.

16
Paduan ini dianjurkan untuk:

1) TB paru BTA (+), kasus baru

2) TB paru BTA (-), dengan gambaran radiologik lesi luas (termasuk


luluh paru)

Pada evaluasi hasil akhir pengobatan, bila dipertimbangkan untuk


memperpanjang fase lanjutan, dapat diberikan lebih lama dari waktu yang
ditentukan. (Bila perlu dapat dirujuk ke ahli paru). Bila ada fasilitas biakan
dan uji resistensi, pengobatan disesuaikan dengan hasil uji resistensi.2

b. TB paru kasus kambuh


Pada TB paru kasus kambuh menggunakan 5 macam OAT pada fase
intensif selama 3 bulan (bila ada hasil uji resistensi dapat diberikan obat
sesuai hasil uji resistensi). Lama pengobatan fase lanjutan 5 bulan atau
lebih, sehingga paduan obat yang diberikan : 2 RHZES / 1 RHZE / 5 RHE.
Bila diperlukan pengobatan dapat diberikan lebih lama tergantung dari
perkembangan penyakit. Bila tidak ada / tidak dilakukan uji resistensi,
maka alternatif diberikan paduan obat : 2 RHZES/1 RHZE/5 R3H3E3 (P2
TB). 2

c. TB Paru kasus gagal pengobatan


Pengobatan sebaiknya berdasarkan hasil uji resistensi dengan
menggunakan minimal 5 OAT (minimal 3 OAT yang masih sensitif),
seandainya H resisten tetap diberikan. Lama pengobatan minimal selama 1
- 2 tahun. Sambil menunggu hasil uji resistensi dapat diberikan obat 2
RHZES, untuk kemudian dilanjutkan sesuai uji resistensi. 2

1) Bila tidak ada / tidak dilakukan uji resistensi, maka alternatif diberikan
paduan obat : 2 RHZES/1 RHZE/5 H3R3E3 (P2TB)
2) Dapat pula dipertimbangkan tindakan bedah untuk mendapatkan hasil
yang optimal
3) Sebaiknya kasus gagal pengobatan dirujuk ke ahli paru

17
d. TB Paru kasus putus berobat
Pasien TB paru kasus lalai berobat, akan dimulai pengobatan kembali
sesuai dengan kriteria sebagai berikut: 2

1) Pasien yang menghentikan pengobatannya < 2 bulan, pengobatan OAT


dilanjutkan sesuai jadwal.
2) Pasien menghentikan pengobatannya 2 bulan:
Berobat 4 bulan, BTA saat ini negatif , klinik dan radiologik tidak
aktif / perbaikan, pengobatan OAT STOP. Bila gambaran radiologik
aktif, lakukan analisis lebih lanjut untuk memastikan diagnosis TB
dengan mempertimbangkan juga kemungkinan penyakit paru lain.
Bila terbukti TB maka pengobatan dimulai dari awal dengan paduan
obat yang lebih kuat dan jangka waktu pengobatan yang lebih lama.
Jika telah diobati dengan kategori II maka pengobatan kategori II
diulang dari awal.
Berobat > 4 bulan, BTA saat ini positif : pengobatan dimulai dari
awal dengan paduan obat yang lebih kuat dan jangka waktu
pengobatan yang lebih lama. Jika telah diobati dengan kategori II
maka pengobatan kategori II diulang dari awal.
Berobat < 4 bulan, BTA saat ini positif atau negatif dengan klinik
dan radiologik positif: pengobatan dimulai dari awal dengan paduan
obat yang sama. Jika memungkinkan sebaiknya diperiksa uji
kepekaan (kultur resistensi) terhadap OAT.

e. TB Paru kasus kronik


1) Pengobatan TB paru kasus kronik, jika belum ada hasil uji resistensi,
berikan RHZES. Jika telah ada hasil uji resistensi, sesuaikan dengan
hasil uji resistensi (minimal terdapat 3 macam OAT yang masih
sensitif dengan H tetap diberikan walaupun resisten) ditambah dengan
obat lini 2 seperti kuinolon, betalaktam, makrolid.
2) Jika tidak mampu dapat diberikan INH seumur hidup.

18
3) Pertimbangkan pembedahan untuk meningkatkan kemungkinan
penyembuhan.
4) Kasus TB paru kronik perlu dirujuk ke ahli paru
Catatan: TB diluar paru lihat TB dalam keadaan khusus

Tabel 2.1 Jenis dan Dosis OAT

Dosis (mg) / BB (kg)


Obat Dosis Dosis yang dianjurkan Dosis
(mg/kgBB Harian Intermiten Maksi
/Hari) (mg/kgBB (mg/kgBB mum < 40 40-60 > 60
/Hari) /Hari)
R 8-12 10 10 600 300 450 600
H 4-6 5 10 300 150 300 450
Z 20-30 25 35 750 1000 1500
E 15-20 15 30 750 1000 1500
S 15-18 15 15 1000 Sesuai 750 1000
BB

Obat Anti Tuberkulosis Kombinasi Dosis Tetap

Saat ini tersedia juga obat TB yang disebut Fix Dose Combination (FDC).
Obat ini pada dasarnya sama dengan obat kompipak, yaitu rejimen dalam bentuk
kombinasi, namun didalam tablet yang ada sudah berisi 2, 3 atau 4 campuran
OAT dalam satu kesatuan. WHO sangat menganjurkan pemakaian OAT-FDC
karena beberapa keunggulan dan keuntungannya dibandingkan dengan OAT
dalam bentuk kombipak apalagi dalam bentuk lepas.

Keuntungan penggunaan OAT FDC:

a. Mengurangi kesalahan peresepan karena jenis OAT sudah dalam satu


kombinasi tetap dan dosis OAT mudah disesuaikan dengan berat badan penderita.

19
b. Dengan jumlah tablet yang lebih sedikit maka akan lebih mudah pemberiannya
dan meningkatkan penerimaan penderita sehingga dapat meningkatkan kepatuhan
penderita.

c. Dengan kombinasi yang tetap, walaupun tanpa diawasi, maka penderita tidak
bisa memilih jenis obat tertentu yang akan ditelan.

d. Dari aspek manajemen logistik, OAT-FDC akan lebih mudah pengelolaannya


dan lebih murah pembiayaannya.

Beberapa hal yang mungkin terjadi dan perlu diantisipasi dalam


pelaksanaan pemakaian OAT-FDC :

a. Salah persepsi, petugas akan menganggap dengan OAT-FDC, kepatuhan


penderita dalam menelan obat akan terjadi secara otomatis, karenanya
pengawasan minum obat tidak diperlukan lagi.

b. Tanpa jaminan mutu obat, maka bio-availability obat, khususnya Rifampisin


akan berkurang. Jika kesalahan peresepan benar terjadi dalam OAT-FDC, maka
akan terjadi kelebihan dosis pada semua jenis OAT dengan Risiko toksisitas atau
kekurangan dosis (sub-inhibitory concentration) yang memudahkan
berkembangnya resistensi obat.

c. Bila terjadi efek samping sulit menentukan OAT mana yang merupakan
penyebabnya.

d. Pemakaian OAT-FDC tidak berarti mengganti atau meniadakan tatalaksana

standar dan pengawasan menelan obat.

20
Tabel 2.2 Dosis untuk paduan OAT KDT

Berat Badan Tahap Intensif Tahap Lanjutan

tiap hari selama 2-3 bulan 3 kali seminggu selama 4 bulan

RHZE (150/75/400/275) RH (150/150)

30-37 kg 2 tablet 4KDT 2 tablet 2KDT

38-54 kg 3 tablet 4KDT 3 tablet 2KDT

55-70 kg 4 tablet 4KDT 4 tablet 2KDT

71 kg 5 tablet 4KDT 5 tablet 2KDT

Tabel 2.3 Dosis paduan OAT-Kombipak untuk Kategori 1

Dosis per hari / kali

Tahap Lama Tablet Kaplet Tablet Tablet


Pengoba Pengob Isoniasid Rifampisin Pirazinamid Etambutol
tan atan
@ 300 mg @ 450 mg @ 500 mg @ 250 mg

Intensif 2 bulan 1 1 3 3

Lanjutan 4 bulan 2 1 - -

Kategori-1 (2HRZE/ 4H3R3)

Paduan OAT ini diberikan untuk pasien baru:

a. Pasien baru TB paru BTA positif.


b. Pasien TB paru BTA negatif foto toraks positif
c. Pasien TB ekstra paru

21
Tabel 2.4 Dosis untuk paduan OAT KDT Kategori 2

Tahap Intensif Tahap Lanjutan


Tiap hari 3 kali seminggu
Berat RHZE (150/75/400/275) + S RH (150/150) + E (400)
Badan
Selama 56 hari Selama 28 hari Selama 20 minggu
30-37 kg 2 tablet 4KDT 2 tablet 4KDT 2 tablet 2KDT
+ 500 mg Streptomisin inj. + 2 tablet Etambutol
38-54 kg 3 tablet 4KDT 3 tablet 4KDT 3 tablet 2KDT
+ 750 mg Streptomisin inj. + 3 tablet Etambutol
55-70 kg 4 tablet 4KDT 4 tablet 4KDT 4 tablet 2KDT
+ 1000 mg Streptomisin inj. + 4 tablet Etambutol
71 kg 5 tablet 4KDT 5 tablet 4KDT 5 tablet 2KDT
+ 1000 mg Streptomisin inj. + 5 tablet Etambutol

Tabel 2.5 Dosis paduan OAT Kombipak untuk Kategori 2

Kaplet Tablet Etambutol


Tablet Jumlah/
Lama Rifampis Pirazina Strepto
Tahap Isoniasid Tablet Tablet kali
Pengob in mid misin
Pengobatan @ 300 @ 250 @ 400 menelan
atan @ 450 @ 500 Injeksi
mg mg mg obat
mg mg
Tahap
Intenif (dosis 2 bulan 1 1 3 3 - 0,75 gr 56
harian 1 bulan 1 1 3 3 - - 28
Tahap
Lanjutan 4 bulan 2 1 - 2 1 - 60
(dosis 3x
seminggu)

Kategori -2 (2HRZES/ HRZE/ 5H3R3E3)

Paduan OAT ini diberikan untuk pasien BTA positif yang telah dicoba
sebelumnya:

a. Pasien kambuh
b. Pasien gagal
c. Pasien dengan pengobatan setelah putus berobat (default)

22
Catatan:

a. Untuk pasien yang berumur 60 tahun ke atas dosis maksimal untuk


streptomisin adalah 500mg tanpa memperhatikan berat badan.
b. Untuk perempuan hamil lihat pengobatan TB dalam keadaan khusus.
c. Cara melarutkan streptomisin vial 1 gram yaitu dengan menambahkan
aquabidest sebanyak 3,7ml sehingga menjadi 4ml. (1ml = 250mg).

23
BAB IV
ANALISA KASUS

1. Hubungan diagnosis dengan keadaan rumah dan lingkungan sekitar

Pada kasus ini didapatkan keadaan rumah pasien ; Di rumah pasien tinggal
9 orang yaitu Pasien tinggal bersama isteri dan 4 Anak , 2 menantu serta 2 cucu,
Rumah terdiri dari 1 ruang tamu, 1 ruang keluarga, 2 kamar tidur, 1 dapur dan 1
kamar mandi, dengan 6 buah jendela yang dibuka setiap hari dari pagi hingga
sore. Pasien tinggal di bedeng kayu dan disekitar rumah pasien atau tetangganya
ada yang batuk lama.
Keadaan rumah pasien berhubungan dengan penyakit pasien.

Penyakit TB paru ditularkan dari orang yang menderita tuberculosis ke


orang sehat. Oleh karena itu, kepadatan penghuni yang berlebihan (overcrowded)
sangat berhubungan dengan penularan infeksi TB paru. Kuman TB menular
melalui droplet nuclei yang dibatukkan atau dibersinkan oleh seorang penderita
kepada orang lain, dan dapat menularkan pada 10-15 orang disekitarnya. Luas
ventilasi rumah dan pencahayaan rumah. Rumah yang memiliki luas ventilasi dan
pencahayaan rumah yang tidak memenuhi syarat kesehatan memiliki risiko tinggi
untuk terjadinya TB paru dibandingkan rumah yang memiliki luas ventilasi dan
pencahayaan yang memenuhi syarat kesehatan.

2. Hubungan diagnosis dengan keadaan keluarga dan hubungan keluarga


Pada kasus ini didapatkan status ekonomi keluarga, Pasien tinggal bersama
isteri dan anak serta menantun dan cucu, pasien seorang buruh lepas. keadaan
ekonomi : kurang mampu.
Keadaan keluarga dan status ekonomi pasien tidak berhubungan dengan penyakit
pasien.

24
3. Hubungan diagnosis dengan perilaku kesehatan dalam keluarga dan
lingkungan sekitar

Perilaku dapat terdiri dari pengetahuan, sikap dan tindakan. Pengetahuan


penderita TB Paru yang kurang tentang cara penularan, bahaya dan cara
pengobatan akan berpengaruh terhadap sikap dan prilaku sebagai orang sakit dan
akhinya berakibat menjadi sumber penular bagi orang di sekelilingnya.

Pada kasus ini pasien dan keluarga belum mengerti tentang penyakitnya, cara
penularannya, pengobatannya.

4. Analisis kemungkinan berbagai faktor risiko atau etiologi penyakit ini


pada pasien

Pada kasus ini yang menjadi faktor pasien ditularkan melalui tetangga yang
menderita penyakit yang sama atau penyakit yang sebelumnya pernah diderita
pasien kambuh lagi.

5. Analisis untuk mengurangi paparan atau memutus rantai penularan


dengan faktor resiko atau etiologi pada pasien ini

Bila batuk jangan buang dahak sembarangan, dahak sebaiknya ditampung


dengan tisu/kertas, lalu sampah tisu/kertas dikubur atau dibakar, menutup mulut
ketika batuk, Membuat ventilasi rumah dengan baik, Meningkatkan daya tahan
tubuh dengan makan makanan yang bergizi, istirahat yang cukup, dan olahraga
teratur, hindari Asap rokok

25
DOKUMENTASI

26
27
DAFTAR PUSTAKA

1. Amin Z, Bahar S Tuberkulosis paru Dalam: Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I


,Simadibrata KM, Setiati S Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II, Edisi IV
Jakarta: PusatPenerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam KUI , 2006: 998-1005,
1045-9.
2. Aditama TY,dkk. Tuberculosis Pedoman Dan Penatalaksanaan Di
Indonesia.Jakarta:Indah Offset Citra Grafika.2006:1-60.
3. Price A,Wilson LM Tuberkulosis Paru Dalam: Patofisiologi Konsep Klinis Proses-
Proses Penyakit, bab 4, Edisi VI Jakarta: EGC, 2004 : 8526.
4. Nelson LJ, Schneider E, Wells CD, and Moore M.Nelson Textbook of
Pediatrics.Chapter XVinfection : Section Bacterial nfection: Tuberculosis 18th
edition Philadelphia:WB Saunders Company, 2007.
5. Tierney Jr , Lawrence M, Current Medical Diagnosis and Treatment Chapter 9 Lung
: Pulmonary nfections: Pulmonary Tuberculosis, Mc Graw Hill, 2008.

28
Bagian depan rumah pasien

Memeriksa Pasien

29
Kamar Tidur

Dapur dan kamar mandi

30
31

You might also like