Professional Documents
Culture Documents
Universitas Brawijaya
PENDAHULUAN
Penggunaan patogen serangga sebagai agens hayati pengendali serangga hama saat ini
sudah banyak diperkenalkan kepada petani melalui berbagai program. Beauveria bassiana,
Metarizium anisopliae, Paecilomyces sp. dan Lecanicillium lecanii telah banyak
dimanfaatkan untuk mengendalikan hama pada tanaman pangan (Kartohardjono, 2011),
hortikultura maupun tanaman perkebunan. Patogen serangga tersebut diketahui mempunyai
kisaran jenis inang yang cukup luas. Penggunaan B. bassiana, M. anisopliae, Paecilomyces
sp. atau L. lecanii sebagai agens pengendali hayati dalam skala luas pada agroekosistem harus
dipertimbangkan pengaruhnya terhadap serangga yang bermanfaat seperti predator atau
parasitoid atau serangga bukan target aplikasi. Menochilus sexmaculatus merupakan salah
satu jenis kumbang predator polifag yang banyak ditemukan pada berbagai agroekosistem
baik tanaman pangan maupun tanaman hortikultura. M. sexmaculatus merupakan serangga
predator yang berpotensi sebagai agens hayati untuk mengendalikan Bemisia tabaci (Hidayat
et al. 2009) dan kutu aphid (Mari, 2004; Nelly et al., 2012) . Oleh karena itu penelitian dengan
tujuan untuk mempelajari mengenai dampak B. bassiana, M. anisopliae, Paecilomyces sp.
dan L. lecanii terhadap predator M. sexmaculatus perlu dilakukan. Hal ini dilakukan untuk
menjaga kelestarian musuh alami tersebut, agar dapat bekerja secara optimal dalam membantu
mengendalikan hama tanaman.
METODE PENELITIAN
patogen serangga. M. sexmaculatus dipelihara sejak larva sampai mejadi dewasa untuk
dipergunakan pada penelitian dengan memberikan pakan berupa Aphis sp.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa aplikasi ke empat species jamur patogen serangga dapat
menyebabkan serangga sakit dan berlanjut pada kematian predator M. sexmaculatus.
Kerapatan konidia jamur B. bassiana, M. anisopliae, Paecilomyces sp. maupun L. lecanii
yang menyebabkan kematian M. sexmaculatus tertinggi, yaitu 1 x 109 konidia/ml, masing-
masing dengan kematian sebesar 40,00 %, 50,00%, 10,00% dan 40,00%. Diantara aplikasi
keempat species jamur patogen serangga Paecilomyces sp. menyebabkan mortalitas paling
rendah (Tabel 1), dan semua perlakuan tidak berpengaruh nyata terhadap mortalitas M.
sexmaculatus. Penelitian Seiedy et al. (2016) menunjukkan bahwa, tungau predator
Amblyseius swirskii peka terhadap aplikasi B. bassiana, tetapi tidak mempengaruhi viabilitas
A. swirskii.
Tabel 1. Rerata mortalitas M. sexmaculatus pada 10 HAS dengan aplikasi jamur patogen
serangga B. bassiana, M. anisopliae, Paecilomyces sp. dan L. lecanii
Mortalitas (%) pada perlakuan jamur *)
Konsentrasi
Beauveria Metarhizium Paecilomyces Lecanicillium
Konidia/ml
bassiana anisopliae sp. lecanii
106 30 11,55 ab 25,00 10,00 b 4,00 0,00 15,00 30,00
107 35 19,15 b 35,00 19,15 b 7,00 1,50 15,00 10,00
108 40 16,33 b 38,50 24,62 b 8,00 1,40 30,00 20,00
109 40 16,33 b 50,00 25,82 b 10,00 1,00 40,00 46,19
IGR (control +) 20 0,00 ab 47,50 29,86 b 10,00 1,29 25,00 30,00
Aquades steril
10 11,55 a 0,00 0,00 a 1,00 0,50 15,00 11,55
(kontrol)
*
)Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata (p = 0,05)
Aplikasi jamur entomopatogen pada penelitian ini mempengaruhi jumlah telur yang
dihasilkan oleh M. sexmaculatus. Betina yang berhasil hidup memerlukan waktu yang lama
untuk meletakkan telurnya. Zaki (2011) mendapati bahwa, konsentrasi yang tinggi dari spora
B. bassiana berpengaruh buruk terhadap predator Coccinella undecimpunctata. 2, 4 dan 8
g/L dapat menurunkan jumlah telur yang diletakkan. Hal ini perlu diteliti lebih lanjut, untuk
mengetahui pengaruh aplikasi patogen serangga sebagai agens hayati terhadap biologi
serangga non target.
P R O S I D I N G | 43
REFERENSI