You are on page 1of 59

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Perubahan paradigma penyelenggaraan pendidikan dari sentralisasi ke
desentralisasi mendorong terjadinya perubahan dan pembaharuan pada beberapa
aspek pendidikan, termasuk kurikulum. Dalam kaitan ini kurikulum
madrasahpun menjadi perhatian dan pemikiran-pemikiran baru, sehingga
mengalami perubahan-perubahan kebijakan.
Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan,
isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman
penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan
tertentu. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional Pasal 36 Ayat (2) ditegaskan bahwa kurikulum pada semua
jenjang dan jenis pendidikan dikembangkan dengan prinsip diversifikasi sesuai
dengan satuan pendidikan, potensi daerah, dan peserta didik. Atas dasar
pemikiran itu maka dikembangkanlah apa yang dinamakan Kurikulum Tingkat
Satuan Pendidikan.
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan adalah kurikulum operasional yang
disusun oleh dan dilaksanakan di masing-masing satuan pendidikan. Sesuai
dengan amanat Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 tahun 2005
bahwa Kurikulum Satuan Pendidikan pada Jenjang Pendidikan Dasar dan
Menengah mengacu pada standar isi dan standar kompetensi lulusan serta
berpedoman pada panduan dari Badan Standar Nasional Pendidikan. Seiring
dengan perkembangan pendidikan di Indonesia dengan lahirnya Permendikbud
Nomor 61 tahun 2014 tentang Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Pada
Pendidikan Dasar dan Menengah dan KMA Nomor 207 Tahun 2014 tentang
Kurikulum Madrasah, berimplikasi bahwa madrasah harus mempersiapkan diri
melaksanakan kurikulum 2006 dan Kurikulum 2013, dalam penyelenggaraan
dan program pendidikan madrasah.

1
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Madrasah Ibtidaiyah Unwanul Falah
ini dikembangkan sebagai perwujudan dari kurikulum pendidikan dasar dan
menengah. Kurikulum ini disusun oleh satu tim penyusun yang terdiri atas unsur
sekolah dan komite sekolah di bawah koordinasi dan supervisi Pengawas
Madrasah serta Tim Pembina dan Pengembang Kurikulum Kementerian Agama
Kabupaten Bogor Pengembangan kurikulum ini didasarkan pada prinsip-prinsip
sebagai berikut;
1. berpusat pada potensi, perkembangan, kebutuhan, dan kepentingan peserta
didik dan lingkungannya;
2. beragam dan terpadu;
3. tanggap terhadap perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni;
4. relevan dengan kebutuhan kehidupan;
5. menyeluruh dan berkesnambungan;
6. belajar sepanjang hayat; dan
7. seimbang antara kepentingan nasional dan kepentingan daerah.
Pada akhirnya kurikulum ini tetap hanya sebuah dokumen, yang akan
menjadi kenyataan apabila terlaksana di lapangan dalam proses pembelajaran
yang baik. Pembelajaran, baik di kelas maupun di luar kelas, hendaknya
berlangsung secara efektif yang mampu membangkitkan aktivitas dan
kreativitas anak. Dalam hal ini para pelaksana kurikulumlah yang akan
membumikan kurikulum ini dalam proses pembelajaran. Para pendidik juga
hendaknya mampu menciptakan pembelajaran yang menyenangkan dan
mengasyikkan bagi anak, sehingga anak betah di madrasah. Atas dasar
kenyataan tersebut, maka pembelajaran di madrasah hendaknya bersifat
mendidik, mencerdaskan, membangkitkan aktivitas dan kreativitas anak, efektif,
demokratis, menantang, menyenangkan, dan mengasyikkan. Dengan spirit
seperti itulah kurikulum ini akan menjadi pedoman yang dinamis bagi
penyelenggaraan pendidikan dan pengajaran di Madrasah Ibtidaiyah Unwanul
Falah Kecamatan Babakan Madang Kabupaten Bogor.

2
B. Landasan Penyusunan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
1. Landasan Filosofis
Landasan filosofis dalam pengembangan kurikulum menentukan kualitas
peserta didik yang akan dicapai kurikulum, sumber dan isi dari kurikulum,
proses pembelajaran, posisi peserta didik, penilaian hasil belajar, hubungan
peserta didik dengan masyarakat dan lingkungan alam di sekitarnya.
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan ( KTSP ) dikembangkan dengan
landasan filosofis yang memberikan dasar bagi pengembangan seluruh potensi
peserta didik menjadi manusia Indonesia berkualitas yang tercantum dalam
tujuan pendidikan nasional.
Pada dasarnya tidak ada satupun filosofi pendidikan yang dapat digunakan
secara spesifik untuk pengembangan kurikulum yang dapat menghasilkan
manusia yang berkualitas. Berdasarkan hal tersebut, Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan ( KTSP ) dikembangkan menggunakan filosofi sebagai berikut.
1. Pendidikan berakar pada budaya bangsa untuk membangun kehidupan
bangsa masa kini dan masa mendatang. Pandangan ini menjadikan
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan ( KTSP ) dikembangkan berdasarkan
budaya bangsa Indonesia yang beragam, diarahkan untuk membangun
kehidupan masa kini, dan untuk membangun dasar bagi kehidupan bangsa
yang lebih baik di masa depan. Mempersiapkan peserta didik untuk
kehidupan masa depan selalu menjadi kepedulian kurikulum, hal ini
mengandung makna bahwa kurikulum adalah rancangan pendidikan untuk
mempersiapkan kehidupan generasi muda bangsa. Dengan demikian, tugas
mempersiapkan generasi muda bangsa menjadi tugas utama suatu
kurikulum. Untuk mempersiapkan kehidupan masa kini dan masa depan
peserta didik, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan ( KTSP )
mengembangkan pengalaman belajar yang memberikan kesempatan luas
bagi peserta didik untuk menguasai kompetensi yang diperlukan bagi
kehidupan di masa kini dan masa depan, dan pada waktu bersamaan tetap
mengembangkan kemampuan mereka sebagai pewaris budaya bangsa dan
orang yang peduli terhadap permasalahan masyarakat dan bangsa masa kini.

3
2. Peserta didik adalah pewaris budaya bangsa yang kreatif. Menurut
pandangan filosofi ini, prestasi bangsa di berbagai bidang kehidupan di
masa lampau adalah sesuatu yang harus termuat dalam isi kurikulum untuk
dipelajari peserta didik. Proses pendidikan adalah suatu proses yang
memberi kesempatan kepada peserta didik untuk mengembangkan potensi
dirinya menjadi kemampuan berpikir rasional dan kecemerlangan akademik
dengan memberikan makna terhadap apa yang dilihat, didengar, dibaca,
dipelajari dari warisan budaya berdasarkan makna yang ditentukan oleh
lensa budayanya dan sesuai dengan tingkat kematangan psikologis serta
kematangan fisik peserta didik. Selain mengembangkan kemampuan
berpikir rasional dan cemerlang dalam akademik, Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan ( KTSP ) memposisikan keunggulan budaya tersebut dipelajari
untuk menimbulkan rasa bangga, diaplikasikan dan dimanifestasikan dalam
kehidupan pribadi, dalam interaksi sosial di masyarakat sekitarnya, dan
dalam kehidupan berbangsa masa kini.
3. Pendidikan ditujukan untuk mengembangkan kecerdasan intelektual dan
kecemerlangan akademik melalui pendidikan disiplin ilmu. Filosofi ini
menentukan bahwa isi kurikulum adalah disiplin ilmu dan pembelajaran
adalah pembelajaran disiplin ilmu (essentialism). Filosofi ini mewajibkan
kurikulum memiliki nama matapelajaran yang sama dengan nama disiplin
ilmu, selalu bertujuan untuk mengembangkan kemampuan intelektual dan
kecemerlangan akademik.
4. Pendidikan untuk membangun kehidupan masa kini dan masa depan yang
lebih baik dari masa lalu dengan berbagai kemampuan intelektual,
kemampuan berkomunikasi, sikap sosial, kepedulian, dan berpartisipasi
untuk membangun kehidupan masyarakat dan bangsa yang lebih baik
(experimentalism and social reconstructivism). Dengan filosofi ini,
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan ( KTSP ) bermaksud untuk
mengembangkan potensi peserta didik menjadi kemampuan dalam berpikir
reflektif bagi penyelesaian masalah sosial di masyarakat, dan untuk
membangun kehidupan masyarakat demokratis yang lebih baik.

4
Dengan demikian, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP )
menggunakan filosofi sebagaimana di atas dalam mengembangkan kehidupan
individu peserta didik dalam beragama, seni, kreativitas, berkomunikasi, nilai
dan berbagai dimensi inteligensi yang sesuai dengan diri seorang peserta
didik dan diperlukan masyarakat, bangsa dan ummat manusia.

2. Landasan Yuridis Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan


Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan dan membentuk watak
serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan
bangsa (UU RI nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional).
Untuk mengembangkan dan membentuk watak dan peradaban bangsa yang
bermartabat, pendidikan berfungsi mengembangkan segenap potensi peserta
didik menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha
Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi
warganegara yang demokratis serta bertanggungjawab (UU RI nomor 20 tahun
2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional).
Berdasarkan fungsi dan tujuan pendidikan nasional maka pengembangan
kurikulum haruslah berakar pada budaya bangsa, kehidupan bangsa masa kini,
dan kehidupan bangsa di masa mendatang.
Pendidikan berakar pada budaya bangsa. Proses pendidikan adalah suatu
proses pengembangan potensi peserta didik sehingga mereka mampu menjadi
pewaris dan pengembang budaya bangsa. Melalui pendidikan berbagai nilai dan
keunggulan budaya di masa lampau diperkenalkan, dikaji, dan dikembangkan
menjadi budaya dirinya, masyarakat, dan bangsa yang sesuai dengan zaman
dimana peserta didik tersebut hidup dan mengembangkan diri. Kemampuan
menjadi pewaris dan pengembang budaya tersebut akan dimiliki peserta didik
apabila pengetahuan, kemampuan intelektual, sikap dan kebiasaan, ketrampilan
sosial memberikan dasar untuk secara aktif mengembangkan dirinya sebagai
individu, anggota masyarakat, warganegara, dan anggota ummat manusia.
Pendidikan juga harus memberikan dasar bagi keberlanjutan kehidupan
bangsa dengan segala aspek kehidupan yang mencerminkan karakter bangsa
masa kini dan masa yang akan datang. Oleh karena itu, konten pendidikan yang

5
dikembangkan kurikulumi tidak berupa prestasi besar bangsa di masa lalu
semata tetapi juga hal-hal yang berkembang pada saat kini dan akan
berkelanjutan ke masa mendatang. Berbagai perkembangan baru dalam ilmu,
teknologi, budaya, ekonomi, sosial, politik yang dihadapi masyarakat, bangsa
dan ummat manusia dikemas sebagai konten pendidikan. Konten pendidikan dari
kehidupan bangsa masa kini memberi landasan bagi pendidikan untuk selalu
terkait dengan kehidupan masyarakat dalam berbagai aspek kehidupan,
kemampuan berpartisipasi dalam membangun kehidupan bangsa yang lebih baik,
dan memposisikan pendidikan sebagai sesuatu yang tidak terlepas dari
lingkungan sosial, budaya, dan alam. Lagipula, konten pendidikan dari
kehidupan bangsa masa kini akan memberi makna yang lebih berarti bagi
keunggulan budaya bangsa di masa lalu untuk digunakan dan dikembangkan
sebagai bagian dari kehidupan masa kini.
Peserta didik yang mengikuti pendidikan masa kini akan menggunakan apa
yang diperolehnya dari pendidikan ketika mereka telah menyelesaikan
pendidikan 12 tahun dan berpartisipasi penuh sebagai warganegara. Atas dasar
pikiran itu maka konten pendidikan yang dikembangkan dari warian budaya dan
kehidupan masa kini perlu diarahkan untuk memberi kemampuan bagi peserta
didik menggunakannya bagi kehidupan masa depan terutama masa dimana dia
telah menyelesaikan pendidikan formalnya. Dengan demikian sikap, ketrampilan
dan pengetahuan yang menjadi konten pendidikan harus dapat digunakan untuk
kehidupan paling tidak satu sampai dua dekade dari sekarang. Artinya, konten
pendidikan yang dirumuskan dalam Standar Kompetensi Lulusan dan
dikembangkan dalam kurikulum harus menjadi dasar bagi peserta didik untuk
dikembangkan dan disesuaikan dengan kehidupan mereka sebagai pribadi,
anggota masyarakat, dan warganegara yang produktif serta bertanggungjawab di
masa mendatang.
Secara singkat kurikulum adalah untuk membangun kehidupan masa kini
dan masa akan datang bangsa, yang dikembangkan dari warisan nilai dan pretasi
bangsa di masa lalu, serta kemudian diwariskan serta dikembangkan untuk
kehidupan masa depan. Ketiga dimensi kehidupan bangsa, masa lalu-masa

6
sekarang-masa yang akan datang, menjadi landasan filosofis pengembangan
kurikulum. Pewarisan nilai dan pretasi bangsa di masa lampau memberikan
dasar bagi kehidupan bangsa dan individu sebagai anggota masyarakat, modal
yang digunakan dan dikembangkan untuk membangun kualitas kehidupan
bangsa dan individu yang diperlukan bagi kehidupan masa kini, dan
keberlanjutan kehidupan bangsa dan warganegara di amsa mendatang. Dengan
tiga dimensi kehidupan tersebut kurikulum selalu menempatkan peserta didik
dalam lingkungan sosial-budayanya, mengembangkan kehidupan individu
peserta didik sebagai warganegara yang tidak kehilangan kepribadian dan
kualitas untuk kehidupan masa kini yang lebih baik, dan membangun kehidupan
masa depan yang lebih baik lagi.
Adapun Landasan Yuridis Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP )
adalah Sebagai Berikut
1. Undang-undang No 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
2. Undang-undang Nomor 23 tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah
3. PP No 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan sebagaimana
telah diubah dengan PP nomor 32 tahun 2013 tentang perubahan atas
Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Estndar Nasional
Pendidikan sebagaiman diubah dengan PP Nomor 13 tahun 2015 tentang
perubahan kedua,
3. Peraturan Pemerintah Nomor 17 tahun 2010 tentang Pengelolaan dan
Penyelenggaraan Pendidikan sebagaimana diubah dengan Peraturan
Pemerintah Nomor 66 Tahun 2010 tentang Perubahan Peraturan Pemerintah
Nomor 17 tahun 2010 tentang Pengelolaan Penyelenggaraan Pendidikan,
4. Permendikbud No 67 tahun 2013 tentang Kerangka Dasar Kurikulum
Kompetensi SD
5. Permendikbud No 71 tahun 2014 tentang Buku Teks Pelajaran Layak
6. PMA Nomor 90 tahun 2013 tentang Penyelengaraan Pendidikan Madrasah,
7. PMA Nomor 000912 Tahun 2013 tentang Kurikulum 2013 Mata Pelajaran
Pendidikan Agama Islam dan Bahasa Arab,
8. Permendikbud nomor 61 tahun 2014 tentang Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan,
9. Permendikbud nomor 62 tahun 2014 tentang Kegiatan Ektrakulikuler

7
10. Permendikbud nomor 63 tahun 2014 tentang Kepramukaan,
11. Permendikbud nomor 64 tahun 2014 tentang Stndar Peminatan
12. Permendikbud nomor 103 tahun 2014 tentang Pembelajaran,
13. Permendikbud nomor 104 tahun 2014 tentang Penilaian Hasil Belajar oleh
Pendidik
14. Permendikbud nomor 111 tahun 2014 tentang Bimbingan Konseling,
15. Permendikbud nomor 144 tahun 2014 tentang Kriteria Kelulusan Peserta
Didik dari Satuan Pendidikan dan Penyelenggara Ujian Sekolah/Madrasah
dan Ujian Nasional,
16. Permendikbud nomor 160 tahun 2014 tentang Pemberlakukan Kurikulum
Tahun 2006 dan Kurikulum 2013,
17. Permendikbud No 20 tahun 2016 tentang Standar Kompetensi Lulusan
18. Permendikbud No 21 tahun 2016 tentang Standar Isi
19. Permendikbud No 22 tahun 2016 tentang Standar Proses
20. Permendikbud No 23 tahun 2016 tentang Standar Penilaian
21. PMA Nomor 165 tahun 2014 tentang Pedoman Kurikulum Madrasah 2013
Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam dan Bahasa Arab,
22. PMA Nomor 207 tahun 2014 tentang Kurikulum Madrasah,
23. SK Dirjen Pendis Nomor 2676 TAhun 2013 tentang Kurikulum 2013 Mata
Pelajaran Pendidikan Agama Islam dan Bahasa Arab di Madrasah,
C. Tujuan Penyusunan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
Secara umum penyusunan Kurikulum MI Unwanul Falah bertujuan agar
seluruh warga Madrasah ( Kepala Madrasah, Tenaga Pendidik, Tenaga
Kependidikan, Komite Madrasah/Wali Murid, Siswa, masyarakat) memeliki
acuan/ panduan dalam menyelenggarakan, mengelola mengembangkan proses
pendidikan dan pembelajaran MI Unwanul Falah dalam upaya menuju
pencapaian tujuan pendidikan Nasional.
Mempersiapkan insan Indonesia untuk memiliki kemampuan hidup sebagai
pribadi dan warganegara yang produktif, kreatif, inovatif, dan afektif serta
mampu berkontribusi pada kehidupan bermasyarakat, berbangsa, bernegara dan

8
peradaban dunia, sesuai dengan tujuan madrasah baik jangka pendek, jangka
menengah maupun jangka panjang.
Secara khusus, penyusunan kurikulum ini adalah bertujuan agar peserta
didik:
1. beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa;
2. menguasai dasar-dasar ilmu pengetahuan teknologi dan seni;
3. berinteraksi sosial baik dengan teman, guru, dan masyarakat setempat
maupunlingkungan sekitar;
4. mengaktualisasikan diri sesuai bakat, minat, dan potensi yang dimiliki.
5. belajar untuk membangun dan menemukan jati diri melalui proses belajar
yangaktif, kreatif, efektif dan menyenangkan.
6. menumbuhkembangkan nilai-nilai nasaionalisme dan kebangsaan
(patriotisme);
7. memiliki akses, partisipasi, kontrol, dan manfaat berdasarkan kesetaraan
jender.

D. Prinsip-prinsip Pengembangan Kurikulum

1. Prinsip Pengembangan Kurikulum KTSP

Kurikulum tingkat satuan pendidikan jenjang pendidikan dasar dan menengah


dikembangkan oleh sekolah dan komite sekolah berpedoman pada standar
kompetensi lulusan dan standar isi serta panduan penyusunan kurikulum yang
dibuat oleh BSNP, kurikulum di kembangkan berdasarkan prinsip prinsip
berikut.
a. Berpusat pada potensi, perkembangan, kebutuhan dan kepentingan
peserta didik, dan lingkungannya.
Kurikulum dikembangkan berdasarkan prinsip bahwa peserta didik
memili posisi sentral untuk mengembangkan potensinya agar menjadi
manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan YME, berakhlak
mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi Warga Negara
yang demokratis serta bertanggung jawab. Untuk mendukung pencapaian
tujuan tersebut pengembangan kompetensi peserta didik disesuaikan

9
dengan potensi, kebutuhan, perkembangan dan kepentingan peserta didik
serta kebutuhan lingkungan.
b. Beragam dan berpadu
Kurikulum dikembangkan dengan memperhatikan keragaman karateristik
peserta didik, kondisi daerah, dan jenjang serta jenis pendidikan, tanpa
membedakan agama, suku, budaya dan adat istiadat, serta status sosial
ekonomi dan gender. Kurikulum meliputi substansi komponen wajib
kurikulum, muatan lokal, dan pengembangan diri secara terpadu, serta
disusun dalam keterkaitan dan kesinambungan yang bermakna dan tepat
antar subtansi.
c. Tanggap terhadap perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni.
Kurikulum dikembangkan atas dasar kesadaran bahwa ilmu pengetahuan,
teknologi dan seni berkembang secara dinamis, dan oleh karena itu
semangat dan isi kurikulum mendorong peserta didik untuk mengikuti
dan memanfaatkan secara tepat perkembangan ilmu pengetahuan,
teknologi dan seni.
d. Relevan dengan kebutuhan hidup
Pengembangan kurikulum dilakukan dengan melibatkan pemangku
kepentingan (stakeholders) untuk menjamin relevansi pendidikan dengan
kebutuhan kehidupan, termasuk di dalamnya kehidupan kemasyarakatan,
dunia usaha, dan dunia kerja. Oleha karena itu, pengembangan
keterampilan, keterampilan berpikir, keterampilan vokasional merupakan
keniscayaan.
e. Menyeluruh dan berkesinambungan
Subtansi kurikulum mencakup keseluruhan dimensi kompetensi, bidang
kajian keilmuan dan mata pelajaran yang di rencanakan dan disajikan
secara berkesinambungan antar semua jenjang pendidikan.
f. Belajar sepanjang hayat.
Kurikulum diarahkan kepada proses pemgembangan, pembudayaan dan
pemberdayaan peserta didik yang berlangsung sepanjang hayat.
Kurikulum mencerminkan keterkaitan antar unsur-unsur pendidikan

10
formal, non formal dan informal, dengan memperhatikan kondisi dan
tuntutan lingkungan yang selalu berkembang serta arah pengembangan
manusia seutuhnya.
g. Seimbang antara kepentingan nasional dan kepentingan daerah.
Kurikulum di kembangkan dengan memperhatikan kepentingan nasional
dan kepentingan daerah untuk membangun kehidupan bermasyarakat,
berbangsa dan bernegara. Kepentingan nasional dan kepentingan daerah
harus saling mengisi dan memberdayakan sejalan dengan mutu Bhineka
Tungal Ika dalam kerangka NKRI.
2. Prinsip Pelaksanaan Kurikulum
Dalam pelaksanaan kurikulum di setiap satuan pendidikan menggunakan
prinsip-prinsip sebagai berikut.

a. Pelaksanaan kurikulum didasarkan pada potensi, perkembangan dan


kondisi peserta didik untuk menguasai kompetensi yang berguna bagi
dirinya. Dalam hal ini peserta didik harus mendapatkan pelayanan
pendidikan yang bermutu, serta memperoleh kesempatan untuk
mengekspresikan dirinya secara bebas, dinamis dan menyenangkan.
b. Kurikulum dilaksanakan dengan menegakkan kelima pilar belajar, yaitu:
1. belajar untuk beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
2. belajar untuk memahami dan menghayati,
3. belajar untuk mampu melaksanakan dan berbuat secara efektif,
4. belajar untuk hidup bersama dan berguna bagi orang lain, dan
5. belajar untuk membangun dan menemukan jati diri, melalui proses
pembelajaran yang aktif, kreatif, efektif, dan menyenangkan.
c. Pelaksanaan kurikulum memungkinkan peserta didik mendapat
pelayanan yang bersifat perbaikan, pengayaan, dan/atau percepatan
sesuai dengan potensi, tahap perkembangan, dan kondisi peserta didik
dengan tetap memperhatikan keterpaduan pengembangan pribadi peserta
didik yang berdimensi ke-Tuhanan, keindividuan, kesosialan, dan moral.

11
E. Acuan operasional penyusunan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan ( KTSP )
disusun dengan memperhatikan hal-hal sebagai berikut.
1. Peningkatan iman dan takwa serta akhlak mulia
Keimanan dan ketakwaan serta akhlak mulia menjadi dasar pembentukan
kepribadian peserta didik secara utuh. Kurikulum disusun yang
memungkinkan semua mata pelajaran dapat menunjang peningkatan iman dan
takwa serta akhlak mulia.
2. Kebutuhan kompetensi masa depan
Kemampuan-kemampuan yang harus dikuasai generasi yang hidup di masa
depan tidak lagi menitikberatkan pada penguasaan materi dan berpikir rutin,
karena kedua kemampuan itu telah dilakukan oleh komputer. Kemampuan-
kemampuan yang perlu dikuasai generasi masa depan meliputi kemampuan
berkomunikasi, kreatif, berpikir jernih dan kritis, mempertimbangkan segi
moral suatu permasalahan, menjadi warga negara yang bertanggungjawab,
toleran, hidup dalam masyarakat yang mengglobal, serta memiliki minat luas
dalam kehidupan, kesiapan untuk bekerja, kecerdasan sesuai dengan
bakat/minatnya, dan rasa tanggungjawab terhadap lingkungan. Kurikulum
harus mampu menjawab tantangan ini
3. Peningkatan potensi, kecerdasan, dan minat sesuai dengantingkat
perkembangan dan kemampuan peserta didik
Pendidikan merupakan proses sistematik untuk meningkatkan martabat
manusia secara holistik yang memungkinkan potensi diri (afektif, kognitif,
psikomotor) berkembang secara optimal. Sejalan dengan itu, kurikulum
disusun dengan memperhatikan potensi, tingkat perkembangan, minat,
kecerdasan intelektual, emosional, sosial, spritual, dan kinestetik peserta
didik.
4. Keragaman potensi dan karakteristik daerah dan lingkungan
Daerah memiliki potensi, kebutuhan, tantangan, dan keragaman karakteristik
lingkungan. Masing-masing daerah memerlukan pendidikan sesuai dengan
karakteristik daerah dan pengalaman hidup sehari-hari. Oleh karena itu,

12
kurikulum harus memuat keragaman tersebut untuk menghasilkan lulusan
yang relevan dengan kebutuhan pengembangan daerah.
5. Tuntutan pembangunan daerah dan nasional
Dalam era otonomi dan desentralisasi untuk mewujudkan pendidikan yang
otonom dan demokratis perlu memperhatikan keragaman dan mendorong
partisipasi masyarakat dengan tetap mengedepankan wawasan nasional.
Untuk itu, keduanya harus ditampung secara berimbang dan saling mengisi.
6. Tuntutan dunia kerja
Kegiatan pembelajaran harus dapat mendukung tumbuh kembangnya pribadi
peserta didik yang berjiwa kewirausahaan dan mempunyai kecakapan hidup.
Oleh sebab itu, kurikulum perlu memuat kecakapan hidup untuk membekali
peserta didik memasuki dunia kerja. Hal ini sangat penting terutama bagi
satuan pendidikan kejuruan dan peserta didik yang tidak melanjutkan ke
jenjang yang lebih tinggi.
7. Perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni
Pendidikan perlu mengantisipasi dampak global yang membawa masyarakat
berbasis pengetahuan di mana ipteks sangat berperan sebagai penggerak
utama perubahan. Pendidikan harus terus menerus melakukan adaptasi dan
penyesuaian perkembangan ipteks sehingga tetap relevan dan kontekstual
dengan perubahan. Oleh karena itu, kurikulum harus dikembangkan secara
berkala dan berkesinambungan sejalan dengan perkembangan ilmu
pengetahuan, teknologi, dan seni.
8. Agama
Kurikulum harus dikembangkan untuk mendukung peningkatan iman dan
taqwa serta akhlak mulia dengan tetap memelihara toleransi dan kerukunan
umat beragama. Oleh karena itu, muatan kurikulum semua mata pelajaran
harus ikut mendukung peningkatan iman, taqwa dan akhlak mulia.
9. Dinamika perkembangan global
Pendidikan harus menciptakan kemandirian, baik pada individu maupun
bangsa, yang sangat penting ketika dunia digerakkan oleh pasar bebas.
Pergaulan antarbangsa yang semakin dekat memerlukan individu yang

13
mandiri dan mampu bersaing serta mempunyai kemampuan untuk hidup
berdampingan dengan suku dan bangsa lain.
10. Persatuan nasional dan nilai-nilai kebangsaan
Pendidikan diarahkan untuk membangun karakter dan wawasan kebangsaan
peserta didik yang menjadi landasan penting bagi upaya memelihara
persatuan dan kesatuan bangsa dalam kerangka nkri. Oleh karena itu,
kurikulum harus mendorong berkembangnya wawasan dan sikap kebangsaan
serta persatuan nasional untuk memperkuat keutuhan bangsa dalam wilayah
NKRI.
11. Kondisi sosial budaya masyarakat setempat
Kurikulum harus dikembangkan dengan memperhatikan karakteristik sosial
budaya masyarakat setempat dan menunjang kelestarian keragaman budaya.
Penghayatan dan apresiasi pada budaya setempat harus terlebih dahulu
ditumbuhkan sebelum mempelajari budaya dari daerah dan bangsa lain.
12. Kesetaraan jender
Kurikulum harus diarahkan kepada terciptanya pendidikan yang berkeadilan
dan memperhatikan kesetaraan jender.
13. Karakteristik satuan pendidikan

Kurikulum harus dikembangkan sesuai dengan visi, misi, tujuan, kondisi, dan
ciri khas satuan pendidikan.
a. Kurikulum dilaksanakan dalam suasana hubungan peserta didik dan pendidik
yang saling menerima dan menghargai, akrab, terbuka, dan hangat, dengan
prinsip tut wuri handayani, ing madia mangun karsa, ing ngarsa sung tulada
(di belakang memberikan daya dan kekuatan, di tengah membangun semangat
dan prakarsa, di depan memberikan contoh dan teladan).
b. Kurikulum dilaksanakan dengan menggunakan pendekatan multistrategi dan
multimedia, sumber belajar dan teknologi yang memadai, dan memanfaatkan
lingkungan sekitar sebagai sumber belajar, dengan prinsip alam takambang
jadi guru (semua yang terjadi, tergelar dan berkembang di masyarakat dan

14
lingkungan sekitar serta lingkungan alam semesta dijadikan sumber belajar,
contoh dan teladan).
c. Kurikulum dilaksanakan dengan mendayagunakan kondisi alam, sosial dan
budaya serta kekayaan daerah untuk keberhasilan pendidikan dengan muatan
seluruh bahan kajian secara optimal.
Kurikulum yang mencakup seluruh komponen kompetensi mata pelajaran,
muatan lokal dan pengembangan diri diselenggarakan dalam keseimbangan,
keterkaitan, dan kesinambungan yang cocok dan memadai antarkelas dan jenis
serta jenjang pendidikan
F. Kondidi Madrasah Dan Profil Madrasah
1. Kondisi Madrasah
Sebagai lembaga pendidikan yang mempunyai ciri khas Islam, madrasah
memegang peran penting dalam proses pembentukan kepribadian anak didik,
karena melalui pendidikan madrasah ini para orang tua berharap agar anak-
anaknya memiliki dua kemampuan sekaligus, tidak hanya pengetahuan umum
(IPTEK) tetapi juga memiliki kepribadian dan komitmen yang tinggi terhadap
agamanya (IMTAQ). Oleh sebab itu jika kita memahami benar harapan orang
tua ini maka sebenarnya madrasah memiliki prospek yang cerah.
Di sisi lain, jika dilihat dari kesejarahannya, madrasah memiliki akar
budaya yang kuat di tengah-tengah masyarakat, sebab itu madrasah sudah
menjadi milik masyarakat. Apabila dewasa ini banyak ahli berbicara tentang
inovasi pendidikan nasional untuk melahirkan pendidikan yang dikelola
masyarakat (community based management),
Fenomena di atas setidaknya disebabkan dan dipengaruhi oleh dua hal,
yaitu kaitannya dengan problem internal kelembagaan dan problema ekternal,
bahwa popularitas dan marginalitas lembaga pendidikan sangat ditentukan oleh
sejauh mana lembaga pendidikan bersangkutan mampu merespon dan
mengakomodasi aspirasi masyarakat dan seberapa jauh lembaga bersangkutan
dapat menyelesaikan permasalahan-permasalahan internal kelembagaan ke arah
profesionalitas penyelenggaraan pendidikan.

15
Kaitannya dengan problem internal kelembaggaan, bahwa problem
internal madrasah yang selama ini dirasakan, meliputi seluruh sistem
kependidikannya, terutama sistem manajemen dan etos kerja madrasah,
kualitas dan kuantitas guru, kurikulum, dan sarana fisik dan fasilitasnya, dari
problem dana yang kurang memadai, fasilitas kurang, pendidikan apa adanya,
kualitas rendah, semangat mundur, inovasi rendah, dan peminat kurang,
demikian seterusnya
Di sisi lain, kaitannya dengan problema ekternal bahwa dalam
masyarakat akhir-akhir ini terjadi adanya pergeseran pandangan terhadap
pendidikan seiring dengan tuntutan masyarakat (social demand) yang
berkembang dalam skala yang lebih makro. masyarakat melihat pendidikan
tidak lagi dipandang hanya sebagai bentuk pemenuhan kebutuhan terhadap
perolehan pengetahuan dan ketrampilan dalam konteks waktu sekarang. Di sisi
lain, pendidikan dipandang sebagai bentuk investasi, baik modal maupun
manusia (human and capital investmen) untuk membantu meningkatkan
ketrampilan dan pengetahuan sekaligus mempunyai kemampuan produktif di
masa depan yang diukur dari tingkat penghasilan yang diperolehnya Pergeseran
tersebut mengarah pada;
Pertama, terjadinya teknologisasi kehidupan sebagai akibat adanya loncatan
revolusi di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi.
Kedua, kecenderungan perilaku masyarakat yang lebih fungsional, dimana
hubungan sosial hanya dilihat dari sudut kegunaan dan kepentingan semata,
Ketiga, masyarakat padat informasi, dan
Keempat, kehidupan yang makin sistemik dan terbuka, yakni masyarakat yang
sepenuhnya berjalan dan diatur oleh sistem yang terbuka (open system).
Dengan melihat problem internal dan ekternal kelembagaan madrasah
seperti dijelaskan di atas, dimana masyarakat semakin kritis, prakmatis, terbuka
dan berpikir jauh ke depan dalam melakukan pilihan pendidikan bagi anak-
anaknya, maka pendidikan madrasah akan tetap berada pada posisinya sebagai
lembaga pendidikan kelas dua, marginal yang hanya diminati masyarakat
bawah dan tidak atau kurang dilirik oleh masyarakat menengah atas (upper

16
midle class), sebaliknya jika madrasah secara internal dikelola dengan sistem
managemen profesional dan mampu memahami dan merespon tuntutan dan
aspirasi masyarakat tersebut, maka madrasah akan memperoleh peluang yang
lebih besar untuk menjadi pilihan utama dan pertama bagi masyarakat.
Sejalan dengan statemen di atas, bahwa semakin terpelajar masyarakat
semakin banyak aspek yang menjadi pertimbangan masyarakat dalam melilih
suatu lembaga pendidikan. Dan sebaliknya, semakin awam masyarakat
semakin sederhana pertimbangannya dalam memilih lembaga pendidikan atau
barangkali, bahkan hanya sekadar menjadi makmum dengan kepercayaannya.
Kesan marginalitas madrasah, sebenarnya lebih banyak disebabkan
karena sebagian besar madrasah lebih berorientasi pada kerakyatan (populis),
pendidikan hanya dijadikan sebagai fungsi cagar budaya dan pada saat
bersamaan ia mengabaikan kualitas dan prestasi, sebab itu penyelenggaraan
pendidikan cenderung dilakukan secara konvensional, apa adanya, managemen
non-profesional, stagnan dan status qou, dan pada akhirnya pendidikan
semacam ini ditinggalkan oleh masyarakat dan hanya diminati kelompok
masyarakat bawah.
Akan tetapi dewasa ini persepsi atau pemahaman masyarakat tentang
madrasah sudah mengalami pergeseran sejalan dengan perbahan-perubahan
yang terjadi secara makro yang dilakukan pemerintah dengan kebijakan-
kebijakan barunya. Pada awalnya madrasah dipahami sebagai sekolah yang
hanya mengajarkan agama tetapi sekarang ini persepsi masyarakat sudah
berubah bahwa ternyata madrasah pada dasarnya sama dengan sekolah umum
lainnya karena memiliki kurikulum yang sama, di sisi lain madrasah dianggap
sebagai sekolah umum plus agama. Perubahan persepsi dan pemahaman
tersebut seiring dengan perubahan-perubahan yang terjadi secara makro,
madrasah dianggap sebagai sekolah agama ketika kurikulum madrasah masih
berbanding 70% agama dan 30% umum, tetapi ketika terjadi perubahan dimana
madrasah adalah sekolah umum yang berciri khas Islam yang memiliki
kurikulum sama dengan sekolah umum dan memiliki kelebihan yakni identitas

17
ke-Islaman, maka madrasah kemudian dianggap sebagai sekolah umum plus
yang memiliki nilai lebih disbanding dengan sekolah umum.
Jika dilihat dari kecenderungan atau gejala sosial baru yang terjadi di
masyarakat akhir-akhir ini yang berimplikasi pada tuntutan dan harapan tentang
model pendidikan yang mereka harapkan, maka sebenarnya madrasah memiliki
potensi dan peluang besar untuk menjadi alternatif pendidikan masa depan.
Kecenderungan tersebut antara lain sebagai berikut ;
Pertama, terjadinya mobilitas sosial yakni munculnya masyarakat
menengah baru terutama kaum intelektual yang akhir-akhir ini mengalami
perkembangan pesat. Kelas menengah baru senantiasa memiliki peran besar
dalam proses transformasi sosial, di bidang pendidikan misalnya akan
berimplikasi pada tuntutan terhadap fasilitas pendidikan yang sesuai dengan
aspirasinya baik cita-citanya maupun status sosialnya. Karena itu lembaga
pendidikan yang mampu merespon dan mengapresiasi tuntutan masyarakat
tersebut secara cepat dan cerdas akan menjadi pilihan masyarakat ini.
Kedua, munculnya kesadaran baru dalam beragama (santrinisasi), terutama
pada masyarakat perkotaan kelompok masyarakat menengah atas, sebagai
akibat dari proses re-Islamisasi yang dilakukan secara intens oleh organisasi-
organisasi keagamaan, lembaga-lembaga dakwah atau yang dilakukan secara
perorangan. Terjadinya santrinisasi masyarakat elit tersebut akan berimplikasi
pada tuntutan dan harapan akan pendidikan yang mengaspirasikan status sosial
dan keagamaannya. Sebab itu pemilihan lembaga pendidikan didasarkan
minimal pada dua hal tersebut, yakni status sosial dan agama.
Ketiga, arus globalisasi dan modernisasi yang demikian cepat perlu disikapi
secara arif. Modernisasi dengan berbagai macam dampaknya perlu disiapkan
manusia-manusia yang memiliki dua kompetensi sekaligus; yakni Ilmu
Pengetahuan dan teknologi (IPTEK) dan nilai-nilai spiritualitas keagamaan
(IMTAQ). Kelemahan di salah satu kompetensi tersebut menjadikan
perkembangan anak tidak seimbang, yang pada akhirnya akan menciptakan
pribadi yang pincang (split personality), sebab itu pontensi-potensi insaniyah
yang meliputi kedua hal tersebut secara bersamaan harus diinternalisasi dan

18
dikembangkan pada diri anak didik. Arus globalisasi dan modernisasi tersebut
akhirnya berimplikasi pada tuntutan dan harapan masyarakat terhadap
pendidikan yang disamping dapat mengembangkan potensi-potensi akademik
ilmu pengetahuan dan teknologi juga internalisasi nilai-nilai riligiusitas.
Kecenderungan di atas harus segera direspon oleh madrasah jika lembaga
ini tidak ingin ditinggalkan oleh masyarakat. Disamping itu Madrasah juga
harus dapat membaca alasan-alasan dan pertimbangan orang tua dalam memilih
lembaga pendidikan baik yang bersifat internal maupun eksternal.
Alasan masyarakat memilih lembaga pendidikan paling tidak didasarkan
pada lima kategori sebagai berikut ;
Pertama, alasan teologis. Alasan ini didasarkan pada kecenderungan
global sekarang ini dimana nilai-nilai agama dan moralitas menjadi taruhan
seiring dengan arus globalisasi tersebut, sebab itu orang tua berfikir agar
bagaimana di tengah arus globalisasi tersebut sejak dini anak-anak sudah
dibentengi dengan moralitas dan agama.
Kedua, alasan sosiologis. Berdasarkan alasan ini pemilihan lembaga
pendidikan adalah didasarkan pada seberapa jauh lembaga pendidikan dapat
memenuhi peran-peran sosiologis; peran alokasi posisionil berupa kedudukan
dan peran penting dalam kehidupan sosial; memungkinkan terjadinya mobilitas
sosial; peran mengukuhkan status sosial; dan peran untuk meningkatkan
prestise seseorang di masyarakat.
Ketiga, alasan fisiologis. Alasan ini didasarkan pada faktor-faktor
eksternal yang bersifat fisik, seperti; letak dan kondisi geografis, bangunan
fisik, lingkungan pendidikan, sarana dan prasarana serta fasilitas pendidikan,
dan seterusnya.
Keempat, Alasan akademis. Alasan ini didasarkan pada prestasi dan
performa lembaga pendidikan yang menunjukkan bahwa lembaga pendidikan
tersebut dikelola secara profesional. Performa dan profesionalitas pengelolaan
lembaga pendidikan akan mempunyai pengaruh signifikan terhadap tinggi
rendahnya prestasi akademik, dan lembaga pendidikan yang mempunyai

19
prestasi yang tinggi, bagi masyarakat terpelajar, akan dikukuhkan sebagai
lembaga pendidikan unggul, favorit dan menjadi pilihan masyarakat.
Kelima, Alasan Ekonomis. Alasan ini didasarkan pada tinggi rendahnya
biaya yang dikeluarkan oleh orang untuk pembiayaan pendidikan di lembaga
bersangkutan. Bagi masyarakat menengah ke bawah permasalahan biaya
menjadi masalah penting, sebaliknya bagi masyarakat elit tingginya biaya
pendidikan kadang menjadi ukuran bahwa lembaga pendidikan tersebut unggul,
elit, prestise, dan menjanjikan.

2. Profil Madrasah :

PROFIL MADRASAH
1. Nama Sekolah : MIS Unwanul Falah
2. Alamat : Jl. Sirkuit Sentul Km. 02
Kelurahan/Desa : Sentul
Kecamatan : Babakan Madang
Kabupaten : Bogor
Provinsi : Jawa Barat
Kode Pos : 16811
Telepon / HP : 021-87953825
3. Status Sekolah : Swasta
4. NSS : 111232010085
5. Tahun didirikan : 1991
6. Tahun Beroperasi : 1991
7. Kepemilikan
a. Status Tanah : Wakaf
b. LuasTanah/Lahan : 1000 m2
8. Status Bangunan
a. Surat IMB :
b. Luas Bangunan : 745 m2
9. Status Akreditasi : Terakreditasi
10. Tahun : 2015
11. Nilai Akreditasi : B

A. .Jumlah Siswa menurut kelas dalam 3 tahun terakhir :


Jumlah Siswa menurut kelas
Tahun Jumlah
Kls. I Kls.II Kls.III Kls.IV Kls.V Kls.VI
2014/2015 56 60 66 49 62 70 374

2015/2016 49 50 55 67 46 57 324

20
Jumlah Siswa menurut kelas
Tahun Jumlah
Kls. I Kls.II Kls.III Kls.IV Kls.V Kls.VI
2017/2018 62 62 42 47 58 63 329

B. Jumlah Rombongan Belajar :


.

Kelas I Kelas II Kelas III Kelas IV Kelas V Kelas VI Jumlah

2 2 2 2 2 2 12

C. Data Pegawai :

Gol/
N0 Nama NIP/NUPTK Jabatan
Ruang
1 Saepul Rahman, S.Ag, M.Pd.I 197812292005011005 III/c Kepala Madrasah
2 Yeti Maryati, S.Pd.I 9542751652300032 Guru
3 Siti Zubaedah, S.Pd.I 8537748649300022 Guru
4 Euis Mulyanah, S.Pd.I 3345747649300043 Guru
5 Oti Sumiati, S.Pd.I 197802262005012005 III/b Guru
6 Ihak, S.Pd.I 3847750653200022 Guru
7 Andi Supardi, S.Pd.I 20230395188001 Guru
8 Mardiansyah, S.Pd.I 2144766667200003 Guru
9 Ridwan Miftah Paridhi, S.Pd.I 20230395194001 Guru
Siti Halimatus Sadiyyah,
10 20231254193001 Guru
S.Kom.I

D. Data Pendidikan Pegawai :


Ijazah Tertinggi
Jabatan/Status SLTA D.1 D.2 S.1 S.2 Jumlah
L P L P L P L P L P
Kepala Sekolah 1 1
Tetap 1 1
Guru Tdk, Tetap 3 4 7
Bantu Pusat
Penjaga Sekolah 1 1
Tenaga Administrasi 1 1
Jumlah 11

E. Data Ruangan dan Kondisinya :


Kondisi
Ruang Jumlah
Baik Sedang Rusak
Ruang Belajar 5 3 - 8
Kantor 1 - - 1
Ruang Guru 1 - - 1
Ruang Perpustakaan - 1 - 1
Ruang UKS - - - -
Gudang - - - -
Kantin - - - -
WC - 4 - 4

21
F. Data Siswa yang melanjutkan ke SLTP 3 Tahun terakhir :
Tahun Jumlah Melanjutkan ke
DO Prosentase
Pelajaran Siswa SMPN SMP Swasta MTs. Pontren

2014/2015 57 5 - 51 1 - 100%

2015/2016 56 - - 55 1 - 100%

2017/2018 46 2 9 33 2 - 100%

G. DATA ORANG TUA

Jenis Jumlah Jenis Jumlah Jumlah


No Siswa
(%)
Pendidikan Siswa
(%) Jenis Penghasilan Siswa
(%)
Pekerjaan

Tidak
Pegawai Kurang dari
1 2 0.60 Tamat 107 32.33 50 15.11
Negeri 2.000.000
SD/MI
500.000s/d
2 Wiraswasta 50 15.11 SD/MI 150 45.32 60 18.13
1.000.000
1.000.000 s/d
3 Petani SLTP/MTS 23 6.04 40 12.08
1.500.000
1.500.000 s/d
4 Pedagang 10 3.02 SLTA/MA 50 15.11 34 9.37
2.000.000
5 Buruh 45 13.60 D-1 s/d D3 Lebih dari 2.000.000 150 45.32

6 Kary, Swasta 78 23.56 S-1 3 0.91

7 Swasta S-2 1 0.30

8 Lain-lain 77 22.36 Lain-Lain

Jumlah 329 100

22
BAB II
VISI, MISI DAN TUJUAN

A. Tujuan Pendidikan
Tujuan pendidikan tingkat satuan pendidikan dirumuskan mengacu pada
tujuan umum pendidikan. Adapun tujuan umum pendidikan dasar adalah
meletakkan dasar kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, serta
keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut.
Mengacu pada tujuan umum tersebut, dapat dijabarkan tujuan pendidikan
sebagai berikut:
1. Meningkatkan keimanan dan ketakwaan serta akhlak mulia
2. Meningkatkan potensi, kecerdasan, dan minat sesuai dengan tingkat
perkembangan dan kemampuan peserta didik
3. Membekali peserta didik dengan pengetahuan yang memadai agar dapat
melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi
4. Mengembangkan keragaman potensi dan karakteristik daerah dan lingkungan
untuk menghasilkan lulusan yang dapat memberi kontribusi bagi
pengembangan daerah
5. Mendukung pelaksanaan pembangunan daerah dan nasional
6. Mengembangkan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni
7. Mendukung peningkatan rasa toleransi dan kerukunan antar umat beragama
8. Mendorong peserta didik agar mampu bersaing secara global sehingga dapat
hidup berdampingan dengan anggota masyarakan bangsa lain
9. Mendorong wawasan dan sikap kebangsaan dan persatuan nasional untuk
memperkuat keutuhan bangsa dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia
10. Menunjang kelestarian dan keragaman budaya
11. Mendorong tumbuh kembangnya kesetaraan jender
12. Mengembangkan visi, misi, tujuan madrasah, kondisi, dan ciri khas madrasah

23
B. Visi Madrasah Ibtidaiyah Unwanul Falah
Dalam merumuskan visi, pihak-pihak terkait (stakeholders) melakukan
musyawarah sehingga visi tersebut benar-benar mewakili aspirasi semua pihak
yang terkait. Harapannya, semua pihak yang terkait dalam kegiatan
pembelajaran (guru, karyawan, peserta didik, dan wali murid) benar-benar
menyadari visi tersebut untuk selanjutnya memegang komitmen terhadap visi
yang telah disepakati bersama.
Adapun visi Madrasah Ibtidiyah Unwanul Falah MADRASAH YANG
UNGGUL DALAM MUTU DAN PRESTASI BERDASARKAN IMAN DAN
TAKWA

Indikator keberhasilan :
a. Peningkatan kualitas belajar sesuai dengan tuntutan ilmu pengetahuan dan
teknologi;
b. Pemenuhan sarana dan prasarana sesuai standar nasional pendidikan yang
mengacu pada penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi;
c. Pencitraan public dalam suasana good government melalui pembenahan
mental guru, karyawan dan peserta didik
C. Misi Madrasah Ibtidaiyah Unwanul Falah
Untuk mencapai visi sebagai Madrasah Ibtidaiyah yang terdepan, terbaik,
dan terpercaya serta lincah dalam ilmu pengetahuan dan teknologi, perlu
dilakukan suatu misi berupa kegiatan jangka panjang dengan arah yang jelas dan
sistematis.
Berikut misi Madrasah Ibtidaiyah Unwanul Falah yang dirumuskan
berdasarkan visi madrasah :
1. Menyiapkan generasi yang unggul di bidang imtak dan iptek
2. Menumbuhkan penghayatan terhadap ajaran agama sehingga terbangun
insan yang cerdas, cendekia, berbudi pekerti luhur, dan berakhlak mulia
3. Membentuk sumber daya manusia yang aktif, kreatif, inovatif, dan
berprestasi sesuai dengan perkembangan zaman

24
4. Membangun citra madrasah ibtidaiyah sebagai mitra terpercaya di
masyarakat
5. Melaksanakan pembelajaran yang efektif
6. Menyediakan sarana dan prasarana yang diperlukan dalam kegiatan belajar
siswa untuk mendukung pengembangan potensi peserta didik agar
berkembang secara optimal
7. Memberikan jaminan pelayanan yang prima dalam berbagai hal untuk
mendukung proses belajar dan bekerja yang harmonis dan selaras.
Dalam rangka mewujudkan misi tersebut, madrasah berusaha menerapkan
peraturan yang ketat sesuai dengan kedudukan masing-masing dan menjalin
komunikasi yang baik untuk menjamin hubungan kerja yang harmonis.

D. Tujuan Madrasah Ibtidaiyah Unwanul Falah


Tujuan Madrasah Ibtidiayah Unwanul Falah dijabarkan berdasarkan tujuan umum
pendidikan, visi, dan misi madrasah. Berdasarkan tiga hal tersebut, dapat dijabarkan
tujuan Madrasah Ibtidaiyah Unwanul Falah.
1. Terdepan, terbaik, dan terpercaya dalam hal ketakwaan terhadap Tuhan Yang
Maha Esa
2. Terdepan, terbaik, dan terpercaya dalam pengembangan potensi, kecerdasan,
dan minat
3. Terdepan, terbaik, dan terpercaya dalam perolehan nilai ujian madrasah
4. Terdepan, terbaik, dan terpercaya dalam persaingan masuk jenjang SMP dan
MTs
5. Terdepan, terbaik, dan terpercaya dalam berbagai kompetisi akademik dan
non akademik
6. Terdepan, terbaik, dan terpercaya dalam persaingan secara global
7. Terdepan, terbaik, dan terpercaya dalam pelayanan
Secara berkelanjutan, tujuan madrasah tersebut akan dimonitor, dievaluasi, dan
dikendalikan dalam kurun waktu tertentu untuk mencapai hasil yang optimal.

25
BAB III
MUATAN KURIKULUM

A. STRUKTUR KURIKULUM

Struktur kurikulum MIS Unwanul Falah berisi sejumlah mata pelajaran yang
harus disampaikan kepada siswa. Jenis program pendidikan meliputi sejumlah mata
pelajaran yang wajib diikuti seluruh siswa, dan program pilihan meliputi mata
pelajaran yang berbasis keunggulan lokal berupa mata pelajaran bermuatan lokal.

Dalam menyesuaikan dengan alokasi waktu yang tersedia di MIS Unwanul


Falah, muatan lokal wajib yang disampaikan adalah Bahasa Sunda, sesuai Peraturan
Gubernur Jawa Barat No. 69 Tahun 2013 tanggal 05 Desember Tahun 2013 tentang
Pembelajaran Muatan Lokal Bahasa dan Sastra Daerah pada Jenjang Satuan
Pendidikan Dasar dan Menengah tidak mengurangi jam pelajaran SBDP, sedangkan
untuk muatan lokal pilihan akan ditetapkan melalui rapat dewan guru.

Pengembangan ekstrakurikuler dibagi 2 (dua), yaitu ekstrakurikuler wajib dan


ekstrakurikuler pilihan. Ekstrakurikuler wajib adalah Pendidikan Kepramukaan
sedangkan ekrakurikuler pilihan terdiri dari marawis dan qiroatil Quran.

Pemanfaatan jam pelajaran tambahan mempertimbangkan kebutuhan siswa


dalam mencapai kompetensi, disamping memanfaatkan mata pelajaran lain yang
dianggap penting namun tidak terdapat di dalam struktur kurikulum yang tercantum
di dalam standar isi.

Struktur kurikulum merupakan pengorgasisasian Kompetinsi Inti, Kompetensi


Dasar, Muatan Pembelajaran, dan beban belajar pada satuan pendidikan dan program
pendidikan sebagaimana bunyi pasal 77B ayat (1)PP No 32 tahun 2013;

Sementara Struktur Kurikulum MI terdiri atas muatan :

1. Pendidikan Agama Islam dan Bahasa Arab.


2. Pendidikan Kewarganegaraan.
3. Bahasa Indonesia.
4. Matematika.

26
5. Ilmu Pengetahuan Alam.
6. Ilmu Pengetahuan Sosial
7. SBDP
8. PJOK

Tabel 1. Cakupan Kelompok Mata Pelajaran Kurikulum 2013

Kelompok Mata
No Cakupan Melalui
Pelajaran
1 Pendidikan Kelompok mata pelajaran Kegiatan keagamaan,
Agama Islam; agama dan akhlak mulia pembelajaran
Al-Quran dimaksudkan untuk kewarganegaraan dan
Hadits membentuk peserta didik pembinaan
Akidah menjadi manusia yang kepribadian/akhlak
Akhlak beriman dan bertaqwa kepada mulia, pembelajara ilmu
Fiqih Tuhan YME, serta berakhlak pengetahuan dan

Sejarah mulia. Akhlak mulia teknologi, estetika,

Kebudayaan mencakup etika, budi pekerti jasmani, olahraga dan

Islam atau moral sebagai perwujudan kesehatan dan


dari pendidikan agama pengembangan diri/
ekstrakurikuler
2 Kewarganegaraan Kelompok mata pelajaran Kegiatan keagamaan,
dan Kepribadian Kewarganegaraan dan pembinaan kepribadian/
Kepribadian dimaksudkan akhlak mulia,
untuk peningkatan kesadaran pembelajaran
dan wawasan peserta didik kewarganegaraan,
akan status, hak dan kewajiban bahasa, seni dan budaya
dalam kehidupan dan pendidikan jasmani
bermasyarakat, berbangsa dan dan pengembangan
bernegara, serta peningkatan diri/ekstrakurikuler
kualitas diri sebagai manusia.

27
Kelompok Mata
No Cakupan Melalui
Pelajaran
Kesadaran dan wawasan
termasuk wawasan
kebangsaan, jiwa patriotisme
bela negara, penghargaan
terhadap hak-hak asasi
manusia, kemajemukan
bangsa, pelestarian lingkungan
hidup, kesetaraan gendre,
demokrasi, tanggung jawab
sosial, ketaatan pada hukum,
ketaatan membayar pajak
dsikap serta perilaku anti
korupsi, kolusi dan nepotisme.
3 Ilmu Pengetahuan Kelompok mata pelajaran Ilmu Kegiatan pembelajaran
dan Teknologi Pengetahuan dan Teknologi di bahasa, matematika,
MI dimaksudkan untuk ilmu pengetahuan alam,
mengenal, menyikapi dan ilmu pengetahuan sosial,
mengapresiasikan ilmu keterampilan/kejuruan
pengetahuan dan teknologi dan/atau teknologi
serta menanamkan kebiasaan informasi dan
berpikir dan berprilaku ilmiah komunikasi serta muatan
yang kritis, kreatif dan mandiri lokal yang relevan
4 Estetika Kelompok mata pelajaran Kegiatan bahasa, seni
Estetika dimaksudkan untuk dan budaya,
meningkatkan sensitivitas, keterampilan dan
kemampuan mengekspresikan muatan lokal yang
dan kemampuan relevan dan
mengapresiasikan keindahan pengembangan

28
Kelompok Mata
No Cakupan Melalui
Pelajaran
dan harmoni. Kemampuan diri/ekstrakurikuler
mengeskpresikan dan
kemampuan
mengaprseiasikan keindahan
serta harmoni mencakup
apresiasi dan ekspresi, baik
dalam kehidupan
kemasyarakatan sehingga
mampu menciptakan
kebersamaan yang harmonis
5 Jasmani, Kelompok mata pelajaran Kegiatan pendidikan
Olahraga dan Jasmani, Olahraga dan jasmani, olahraga,
Kesehatan Kesehatan dimaksudkan pendidikan kesehatan,
untuk meningkatkan potensi ilmu pengetahuan alam,
fisik serta menanamkan dan muatan lokal yang
sportivitas dan kesadaran relevan dan
hidup sehat. pengembangan
Budaya hidup sehat termasuk diri/ekstrakurikuler
kesadaran, sikap dan perilaku
hidup sehat yang bersifat
individu ataupun yang
bersifat kolektif
kemasyarakatan seperti
keterbatasan dari perilaku
seksual bebas, kecanduan
narkoba, HIV/AIDS, demam
berdarah, muntaber dan
penyakit lain yang potensial

29
Kelompok Mata
No Cakupan Melalui
Pelajaran
untuk mewabah

Selanjutnya Pasal 7 Peraturan Pemerintah No. 19 tahun 2005 tentang Standar


Nasional Pendidikan dijelaskan pula:

1. Kelompok mata pelajaran agama dan akhlak mulia MI dilaksanakan melalui


muatan atau kegiatan Agama, Kewarganegaraan, Kepribadian, Ilmu Pengetahuan
dan Teknologi, Estetika, Jasmani, Olahraga dan Kesehatan.

2. Kelompok mata pelajaran kewarganegaraan dan kepribadian pada MI,


dilaksanakan melalui muatan dan/atau kegiatan agama, akhlak mulia,
kewarganegaraan, bahasa, seni dan budaya dan pendidikan jasmani.

3. Kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan dan teknologi pada MI dilaksanakan


melalui muatan dan/atau kegiatan bahasa, matematika, ilmu pengetahuan alam,
ilmu pengetahuan sosial, keterampilan/kejuruan dan muatan lokal yang relevan.

4. Kelompok mata pelajara estetika pada MI dilaksanakan melalui muatan dan/atau


kegiatan bahasa, seni dan budaya, keterampilan dan muatan lokal yang relevan.

5. Kelompok mata pelajaran jasmani, olahraga dan kesehatan pada MI


dilaksanakan, melalui dan/atau kegiatan jasmani, olahraga, pendidikan
kesehatan, ilmu pengetahuan alam dan matan lokal yang relevan.

Tabel 2: Struktur Kurikulum 2013 MIS Unwanul Falah

ALOKASI WAKTU
PELAJARAN PER-MINGGU
NO MATA PELAJARAN KELAS
I II III IV V VI
1 Al-Quran-Hadis (PAI) 2 2 2 2 2 2
2 Akidah-Akhlak (PAI) 2 2 2 2 2 2
3 Fikih (PAI) 2 2 2 2 2 2

30
ALOKASI WAKTU
PELAJARAN PER-MINGGU
NO MATA PELAJARAN KELAS
I II III IV V VI
4 SKI (PAI) - - 2 2 2 2
5 PKn - - - 2 2 2
6 Bahasa Indonesia - - - 5 5 5
7 Matematika - - - 5 5 5
8 Bahasa Arab 2 2 2 2 2 2
9 IPA - - - 4 4 4
10 IPS - - - 3 3 3
11 Tematik Umum 12 12 12 - - -
12 Seni Budaya dan Keterampilan 4 4 4 4 4 4
Pendidikan Jasmani Olahraga dan
13 4 4 4 4 4 4
Kesehatan
14 Muatan Lokal 2 2 2 2 2 2
15 Kelebihan Jam 4 4 4 4 4 4
JUMLAH 34 34 36 43 43 43

Dalam struktur kurikulum simpatika tersebut mengakomodir kelebihan jam hingga


maksimal 4 JTM. dengan catatan jumlah penambahannya tidak boleh melebihi 4 JTM.
Artinya, setaip rombel boleh menambah JTM pada setiap mapelnya.

B. MUATAN KURIKULUM

Peraturan Pemerintah Nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional


Pendidikan menegaskan bahwa kedalaman muatan kurikulum pada setiap satuan
pendidian dituangkan dalam kompetensi pada setiap tingkat dan/atau semester sesuai
dengan Standar Nasional Pendidikan. Kompetensi yang dimaksud terdiri atas standar
kompetensi dan kompetensi dasar.

1. MATA PELAJARAN

Pada Muatan Kurikulum 2013 meliputi sejumlah mata pelajaran yang keluasan
dan kedalamannya merupakan beban belajar bagi peserta didik pada satuan
pendidian. Di samping itu materi muatan lokal dan kegiatan pengembangan diri
termasuk ke dalam isi kurikulum.

31
MUATAN KURIKULUM 2013

a. Mata Pelajaran Wajib

Mata pelajaran wajib yang diselenggarakan di MIS Unwanul Falah terdiri atas
mata-mata pelajaran sebagai berikut :

1) Pendidikan Agama Islam dan Bahasa Arab

Tujuan
a) Menumbuh kembangkan akidah melalui pemberian, pemupukan, dan
pengembangan pengetahuan, penghayatan, pengamalan, pembiasaan,
serta pengalaman peserta didik tentang agama Islam sehingga menjadi
manusia muslim yang terus menerus keimanannya kepada Allah SWT.
b) Mewujudkan manusia Indonesia yang taat beragama dan berahklak mulia
yaitu manusia yang berpengetahuan, rajin beribadah, cerdas, produktif,
jujur, adil, etis, bedisiplin, bertoleransi (tasamuh), menjaga keharmonisan
secara personal dan sosial serta memgembangkan budaya Islam dalam
komunitas madrasah.
c) Mengenalkan bahasa Arab sebagai salah satu bahasa internasional/dunia
Islam.
d) Membekali siswa untuk menghadapi tuntutan dalam rangka
menyongsong era globalisasi

Ruang lingkup
Ruang lingkup Pendidikan Agama Islam meliputi sub mata pelajaran sebagai
berikut.
a) Alquran dan Hadist
b) Aqidah-Akhlak
c) Fiqih
d) Sejarah Kebudayaan Islam

Ruang lingkup mata pelajaran Bahasa Arab mencakup komponen


kemampuan berbahasa yang meliputi aspekaspek sebagai berikut:
a) Mendengarkan (Sima/Imla)

32
b) Berbicara (Hiwar)
c) Membaca {Qiraah)
d) Menulis (Kitabah)

MUATAN KURIKULUM 2013

Daftar tema

KELAS I

1. Diriku
2. Kegemaranku
3. Kegiatanku
4. Keluargaku
5. Pengalamanku
6. Lingkungan Bersih, Sehat, dan Asri
7. Benda, Hewan dan Tanaman di Sekitar
8. Peristiwa alam
KELAS II
1. Hidup Rukun
2. Bermain di Lingkungan
3. Tugasku Sehari-hari
4. Aku dan Sekolahku
5. Hidup Bersih dan Sehat
6. Air, Bumu, dan Matahari
7. Merawat Hewan dan Tumbuhan
8. Keselamatan di Rumah dan Perjalanan

KELAS III

1. Perkembangan Hewan dan Tumbuhan


2. Perkembangan Teknologi
3. Perubahan di Alam
4. Peduli Lingkungan Sosial

33
5. Permainan Tradisional
6. Indahnya Persahabatan
7. Energi dan Perubahannya
8. Bumi dan Alam Semesta

KELAS IV
1. Indahnya Kebersamaan
2. Selalu Berhemat Energi
3. Peduli terhadap Makhluk Hidup
4. Berbagai Pekerjaan
5. Pahlawanku
6. Indahnya Negeriku
7. Cita-citaku
8. Tempat Tinggalku
9. Makananku Sehat dan Bergizi
KELAS V
1. Benda-benda di Lingkungan Sekitar
2. Peristiwa dalam Kehidupan
3. Kerukunan dalam Bermasyarakat
4. Sehat itu Penting
5. Bangga sebagai Bangsa Indonesia
6. Organ Tubuh Manusia dan Hewan
7. Sejarah Peradaban Indonesia
8. Ekosistem
9. Lingkungan Sahabat Kita
KELAS VI
1. Selamatkan Makhluk Hidup
2. Peratuan dalam Perbedaan
3. Tokoh dan Penemuan
4. Globalisasi
5. Wirausaha
6. Menuju Masyarakat Sehat

34
7. Kepemimpinan
8. Bumiku
9. Menjelajah Angkasa Luar

2. Muatan Lokal

a. Bahasa Sunda
Mata Pelajaran Bahasa dan Sastra Daerah adalah materi pelajaran yang
memuat Bahasa,Sastra dan Aksara Daerah yang ada di Jawa Barat,
adalah Bahasa Sunda.
Tujuan Pembelajaran Bahasa dan Sastra Daerah pada Jenjang Satuan
Pendidikan Dasar dan Menengah adalah:
1) memantapkan keberadaan dan kesinambungan penggunaan bahasa dan
sastra daerah, sehingga menjadi faktor pendukung bagi tumbuhnya jati
diri dan kebanggaan Daerah;
2) memantapkan kedudukan, fungsi, bahasa dan sastra daerah;
3) melindungi, mengembangkan, memberdayakan dan memanfaatkan
bahasa dan sastra daerah sebagai unsur utama kebudayaan Daerah; dan
4. meningkatkan mutu penggunaan potensi bahasa dan sastra daerah
melalui pembelajaran pada Jenjang Satuan Pendidikan Dasar dan
Menengah.

Tujuan
a) Mengembangkan kemampuan dan keterampilan berkomunikasi siswa
dengan menggunakan bahasa Sunda.
b) Meningkatkan kepekaan dan penghayatan terhadap karya sastra Sunda.
c) Memupuk tanggungjawab untuk melestarikan hasil kreasi budaya Sunda
sebagai salah satu unsur kebudayaan nasional.

Ruang Lingkup

Ruang lingkup mata pelajaran Bahasa dan Sastra Sunda mencakup komponen
kemampuan berbahasa dan kemampuan bersastra yang meliputi aspekaspek
sebagai berikut:

35
a) Mendengarkan
b) Berbicara
c) Membaca
d) Menulis

b. Bahasa Inggris (Khusus untuk MIS yang menmasukkan mapel Bahasa


Inggris )

Tujuan
a) Mengenalkan bahasa Inggris sebagai bahasa internasional.
b) Membekali siswa untuk menghadapi tuntutan dalam rangka
menyongsong era globalisasi.

Ruang Lingkup
Ruang lingkup mata pelajaran Bahasa inggris mencakup komponen
kemampuan berbahasa dan kemampuan bersastra yang meliputi aspek;aspek
sebagai berikut:
a) Listening
b) Speaking
c) Reading
d) Writing
3. Pengembangan Diri

Pengembangan diri adalah kegiatan yang bertujuan memberikan kesempatan


kepada siswa untuk mengembangkan dan mengekpresikan diri sesuai dengan
kebutuhan, bakat, minat setiap siswa sesuai dengan kondisi madrasah. Kegiatan
pengembengan diri dibawah bimbingan konselor, guru, atau tenaga kependidikan
yang dapat dilakukan dalam bentuk kegiatan ektrakurikuler.

Kegiatan pengembangan diri dilakukan antara lain melalui kegiatan pelayanan


konseling yang berkenaan dengan masalah diri pribadi dan kehidupan sosial, belajar,
dan pengembangan karier siswa serta kegiatan ektrakurikuler, seperti kepramukaan,
kelompok seni-budaya, kelompok tim olah raga, tim drumband dan kelompok
pencinta mata pelajaran. Pada satuan pendidikan khusus, pengembangan diri lebih

36
pada meningkatkan kecakapan hidup dan kemandirian sesuai dengan kebutuhan
khusus siswa.

Pengembangan diri bukan mata pelajaran. Penilaian kegiatan pengembangan diri


dilakukan secara kualitatif, tidak kuantitatif seperti mata pelajaran. Tahapan kegiatan
pengembangan diri dilakukan dengan cara:

a. Kegiatan Pelayanan Konseling


Kegiatan Pelayanan Konseling dilakukan meliputi :
1) Identifikasi
a) Daya dukung dan potensi
b) Minat dan bakat siswa
2) Pemetaan
a) Jenis layanan pengembangan diri
b) Petugas yang melayani
c) Siswa yang dilayani
3) Program pencinta pelajaran dilakukan dengan cara penyusunan program (SK
dan KD yang dikembangkan, Materi Pokok Indikator, kegiatan belajar,
pengalaman belajar, alokasi waktu, sumber belajar dan fasilitas).
4) Pelaksanaan (orientasi, pemantapan pengembangan).
5) Monitoring pelaksanaan.
6) Penilaian (terjadwal, terstruktur, kualitatif)
7) Analisa Hasil Penilaian (berbasis data, proporsional, realistis, valid,
transparan dan akuntable).
8) Pelaporan
a) Umum dan format raport
b) Rinci dalam buku laporan pengembangan diri

Jenis
Nilai-nilai yang
Pengembangan Strategi
ditanamkan
Diri
Kegiatan Demokratis, Disiplin, Latihan terprogram
Ekstrakurikuler: Kerja sama, Rasa (kepemimpinan,

37
Jenis
Nilai-nilai yang
Pengembangan Strategi
ditanamkan
Diri
1. Kepramukaan kebangsaan, Toleransi, berorganisas)
Peduli Sosial dan
lingkungan, Cinta damai,
Kerja keras
2. Olah raga Sportifitas, Menghargai Melalui latihan rutin
prestasi, Kerja keras, (antara lain: Futsal,
Cinta Damai, Disiplin, Tenis meja Catur,
Jujur Volly, Badminton)
Perlombaan Olah
raga tingkat gugus,
tingkat KKM,
tingkat kecamatan,
dan tingkat
kabupaten.
3. Iqro'/Juz'amma/A Demokratis, Disiplin, Latihan rutin
l-Qur'an dan Kerja sama, Rasa Iqro'/Juz'amma/ Al-
Hapalan Al- kebangsaan, Toleransi, Qur'an dan Hapalan
Quran Peduli Sosial dan Al-Quran
lingkungan, Cinta damai,
Kerja keras, Jujur, Cinta
tanah air, Semangat
Kebangsaan

b. Kegiatan Ekstra Kurikuler

Kegiatan Ekstra Kurikuler ini adalah kegiatan yang diprogramkan dan


direncanakan baik pada tingkat kelas maupun madrasah. Kegiatan ini bertujuan
memberikan wawasan tambahan pada anak tentang unsur-unsur baru dalam

38
kehidupan bermasyarakat yang penting untuk perkembangan anak. Kegiatan ini
antara lain :

1) Ekstra Kurikuler Wajib


Pendidikan dan Kegiatan Kepramukaan.
2) Ekstra Kurikuler Pilihan
a) Pesantren Kilat dan Kegiatan Bulan Ramadhan.
b) Pekan kreativitas dan olah raga antar madrasah (KKM/Gugus).
c) Peringatan hari-hari bersar nasional.
d) Peringatan hari-hari bersar Islam
e) Karya wisata, darmawisata, study tour.
f) Usaha Kesehatan Sekolah.

Adapun kegiatan Ekstra Kurikuler ini dilakukan sebagai berikut:

1. Kepemimpinan
Tenaga Memberikan
Bidang Pengembangan Jml. Siswa
Layanan
Pramuka 2 100
UKS 1 20
2. Seni
Tenaga Memberikan
Bidang Pengembangan Jml. Siswa
Layanan
Qiroat 1 30
Marawis 1 24

3. Olah Raga
Tenaga Memberikan
Bidang Pengembangan Jml. Siswa
Layanan

Futsal 1 20

39
Pengembangan potensi dan ekspresi diri sesuai dengan minat
Minat dalam pencinta mata pelajaran: ilmu pengetahuan alam,
matematika.
Minat dalam organisasi dan kepemimpinan (pramuka, UKS)
Adapun kegiatan dilakukan sebagai berikut:
Pencinta kelompok mata pelajaran
Tenaga yang
Mata Pelajaran Jml. Siswa
Memberikan Layanan
Matematika 1 5
IPA 1 5

Pencinta muatan lokal dan keterampilan


Tenaga yg
Mata Pelajaran Jml. Siswa
Memberikan Layanan
Bahasa Sunda/Pupuh 1 10
Keterampilan 1 20

c. Pembiasaan

Guna mengembangkan nilai-nilai religi, nilai-nilai sportipitas dan nilai-nilai


kehudupan berbangsa dan bernegara, pembentukan karakter siswa dilakukan
melalui kegiatan sebagai berikut:

1) Rutin

Adalah kegiatan yang dilakukan secara reguler, baik dikelas maupun di


sekolah..Kegiatan ini bertujuan untuk membiasakan anak mengerjakan
sesuatu dengan baik. Pembentukan karakter melalui pembiasaan dalam
kegiatan rutin di MIS Unwanul Falah adalah sebagai berikut:
a) Upacara bendera setiap hari Senin
b) Kegiatan Infaq setiap hari Jumat
c) Shalat Dhuhadi musholla setiap hari sebelummasuk ke ruang kelas

40
d) Membaca/menghafal surat-surat pendek dalam Al-quran sebelum
dimulai kegiatan pembelajaran
e) Berdoa sebulum dan sesuadah belajar.
f) Pemeriksaan kerapihanberpakaian sebelum masuk kelas
g) Pemeriksaan kebersihan kuku dan gigisetiap hari Senin pertama setiap
bulan
h) Membersihkan kelas serta halaman dan sesudah belajar
i) Berbaris dimuka kelas sebelum masuk kelas

2) Spontan

Adalah kegiatan yang dapat dilakukan kapan saja, dimana saja, tanpa
dibatasi oleh ruang. Kegiatan ini bertujuan untuk memberikan pendidikan
pada saat itu juga, terutama dalam disiplin dan sopan santun dan kebiasaan
baik yang lain.
a) Membiasakan memberi salam
b) Membiasakan membuang sampah pada tempatnya
c) Meminta maaf dan saling memaafkan
d) Membantu temannya yang kena musibah
e) Berbicara dengan sopan.
f) Melerai pertengkaran.

3) Keteladanan

Kegiatan keteladanan adalah kegiatan yang dapat dilakukan kapan saja dan
dimana saja yang lebih mengutamakan pemberian contoh dari guru dan
pengelola pendidikan yang lain kepada peserta didik. Kegiatan ini bertujuan
memberikan contoh tentang kebiasaan yang baik. Kegiatan ini dilakukan
dalam bentuk :
a) Memberikan contoh berpakaian bersih dan rapi
b) Memberi contoh memuji hasil kerja yang baik
c) Memberi contoh datang tepat waktu dalam segala hal
d) Memberi contoh tidak merokok di lingkungan madrasah

41
4) Pengembangan Potensi dan Ekspresi Diri

Pengembangan potensi dan ekspresi diri sesuai dengan minat dan bakat guna
meningkatkan kecerdasan intra personal, ekstra personal, kinestika, spasial,
bahasa, matematika, musika, (multiple intlegensi).
a) Bidang seni
b) Bidang olah raga
c) Pramuka merupakan ektrakurikuler wajib
4. Ketuntasan Belajar

Kriteria ketuntasan belajar minimal untuk kompetensi pada katagori KI-3 dan
KI-4 adalah B- (2,67) .Untuk KD pada KI-1 dan KI-2. ketuntasan seorang peserta
didik dilakukan dengan memperhatikan aspek sikap pada K-1 dan KI-2 untuk
mata pelajaran, yakni jika profil sikap peserta didik secara umum berada pada
katagori baik (B) menurut standar yang ditetapkan MIS Unwanul Falah untuk
kelas 1-6 ketuntasan belajar setiap indikator yang dikembangkan sebagai suatu
pencapaian hasil belajar dari suatu kompetensi dasar berkisar antara 0-100%.
Kriteria ideal ketuntasan untuk masing-masing indikator 75%. Madrasah harus
menentukan kriteria ketuntasan minimal dengan mempertimbangkan tingkat
kemampuan rata-rata siswa serta kemampuan sumber daya pendukung dalam
penyelenggaraan pembelajaran.Madrasah secara bertahap dan berkelanjutan selalu
mengusahakan peningkatan kriteria ketuntasan belajar untuk mencapai kriteria
ketuntasan ideal.

Ketuntasan belajar setiap mata pelajaran disesuaiakan dengan kompleksitas,


esensial, intak siswa dan sarana dan prasarana. Adapun standar hasil
belajar/SKBM MIS Unwanul Falah tahun pelajaran 2017/2018 adalah sebagai
berikut:
Tabel 4: Standar Hasil Belajar/SKBM

No. Mata Pelajaran Kelas Rata-


rata
A. Mata Pelajaran I II III IV V VI
Pendidikan Agama
1.
Islam

42
No. Mata Pelajaran Kelas Rata-
rata
A. Mata Pelajaran I II III IV V VI
a. Quran Hadits 2,67 2,67 2,67 2,67 2,67 2,67 B
b. Akidah-Akhlak 2,67 2,67 2,67 2,67 2,67 2,67 B
c. Fiqih 2,67 2,67 2,67 2,67 2,67 2,67 B
d. Sejarah
Kebudayaan - - 2,67 2,67 2,67 2,67 B
Islam
Pendidikan
2. 2,67 2,67 2,67 2,67 2,67 2,67 B
Kewarganegaraan
3. Bahasa Indonesia 2,67 2,67 62 2,67 2,67 2,67 B
4. Bahasa Arab - - 2,67 2,67 2,67 2,67 B
5. Matematika 2,67 2,67 2,67 2,67 2,67 2,67 B
Ilmu Pengetahuan B
6. - - - 2,67 2,67 2,67
Alam
Ilmi Pengetahuan B
7. - - - 2,67 2,67 2,67
Sosial
Seni Budaya dan
8. 2,67 2,67 2,67 2,67 2,67 2,67 B
Keterampilan/SBDP
Pendidikan Jasmani,
9. olahraga dan 2,67 2,67 2,67 2,67 2,67 2,67 B
kesehatan
B. Muatan Lokal
a. Bahasa Sunda 2,67 2,67 2,67 2,67 2,67 2,67 B
b. Bahasa Inggris - - - - - 2,67 B
C. Ekstrakurikuler
Wajib
Pramuka B B B B B B B

5. Kenaikan Kelas dan Kelulusan

a. Kenaikan kelas
Kenaikan kelas dilaksanakan pada setiap akhir tahun pelajaran, kriteria
kenaikan kelas MIS Unwanul Falah sebagai berikut:

43
1) Peserta didik sudah menyelesaikan seluruh program pembelajaran dengan
kriteria ketuntasan minimal pada semua indikator, Kompetensi Dasar,
dari semua tema.
2) Kehadiran peserta didik minimal 75%.
3) Prilaku/sikap dengan kriteria baik

b. Kelulusan
Sesuai dengan ketentuan PP 19/2005 pasal 72 ayat (1), siswa dinyatakan lulus
dari MIS Unwanul Falah setelah:
1) Siswa menyelesaikan seluruh program pembelajaran dengan kriteria
ketuntasan minimal pada semua indikator, Hasil Belajar, Kompetensi Inti
dan Kompetensi Dasar pada semua mata pelajaran.
2) Memperoleh nilai minimal baik pada penilaian akhir untuk seluruh mata
pelajaran kelompok mata pelajaran agama dan ahlak mulia, kelompok
kwarganegaraan dan kepribadian, kelompok mata ajaran estetika dan
kelompok mata pelajaran jasmani, olah raga dan kesehatan.
3) Persentasi kehadiran minimal 75%.
4) Lulus ujian madrasah
5) Lulus ujian US/M
6. Pendidikan karakter pada mata pelajaran
Peta nilai pendidikan budaya dan karakter bangsa berdasarkan mata
pelajaran. Berikut adalah gambaran keterkaitan antara mata pelajaran dengan
nilai yang dapat dikembangkan untuk pendidikan budaya dan karakter bangsa.
INDIKATOR
NILAI
Kelas 1 -3 Kelas 4 6
1. PENDIDIKAN Semangat
KEWARGANEGARAAN kebangsaan
(PKn) Cinta tanah air
MenghargaiPrestasi
Bersahabat
Komunikatif
Cinta Damai
Senangmembaca
Peduli social

44
INDIKATOR
NILAI
Kelas 1 -3 Kelas 4 6
Peduli lingkungan,
Religius
Jujur
Toleran
Disiplin
Kerja keras
Kreatif
Mandiri
Demokratis
Rasa ingin tahu
Percaya
Respek
Bertanggung jawab
2. BAHASA INDONESIA Religius
Jujur
Toleransi
Disiplin
Kerja Keras
Kreatif
Mandiri
Demokratis
Rasa InginTahu
Semangat
Kebangsaan
Cinta TanahAir
MenghargaiPrestasi
Bersahabat/
Komunikatif
Terbuka

3. MATEMATIKA Teliti
Tekun
Kerja keras
Rasa ingin tahu
Pantang menyerah
4. IPS Religius
Toleransi
Disiplin

45
INDIKATOR
NILAI
Kelas 1 -3 Kelas 4 6
Kreatif
Demokratis
Rasa ingin tahu
Semangat
kebangsaan
Menghargai prestasi
Bersahabat
Senang membaca
Peduli lingkungan
5. IPA Peduli kesehatan
Nilai intelektual
Religius
Empati
Mandiri
Disiplin
Toleransi
Hati-hati
Bersahabat/
komunikasi
Peduli social
Tanggung jawab
Peduli lingkungan
Nilai susila
Kerja keras
Rasa ingin tahu
Senang membaca
Estetika
Kreatif
Teliti
Percaya diri
Menghargai prestasi
Pantang menyerah
Terbuka
Jujur
Cinta damai
Objektif
Hemat

46
Deskripsi Nilai Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa

NILAI DESKRIPSI
1. Religius Sikap dan perilaku yang patuh dalam melaksanakan
ajaran agama yang dianutnya, toleran terhadap
pelaksanaan ibadah agama lain, dan hidup rukun
dengan pemeluk agama lain.
2. Jujur Perilaku yang didasarkan pada upaya menjadikan
dirinya sebagai orang yang selalu dapat dipercaya
dalam perkataan, tindakan, dan pekerjaan
3. Toleransi Sikap dan tindakan yang menghargai perbedaan
agama, suku, etnis, pendapat, sikap, dan tindakan
orang lain yang berbeda dari dirinya.
4. Disiplin Tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan
patuh pada berbagai ketentuan dan peraturan.
5. Kerja Keras Perilaku yang menunjukkan upaya sungguh-sungguh
dalam mengatasi berbagai hambatan belajar dan
tugas, serta menyelesaikan tugas dengan sebaik-
baiknya
6. Kreatif Berpikir dan melakukan sesuatu untuk menghasilkan
cara atau hasil baru dari sesuatu yang telah dimiliki.
7. Mandiri Sikap dan perilaku yang tidak mudah tergantung
pada orang lain dalam menyelesaikan tugas-tugas.
8. Demokratis Cara berfikir, bersikap, dan bertindak yang menilai
sama hak dan kewajiban dirinya dan orang lain.
9. Rasa Ingin Tahu Sikap dan tindakan yang selalu berupaya untuk
mengetahui lebih mendalam dan meluas dari sesuatu
yang dipelajarinya, dilihat, dan didengar.
10. Semangat Cara berpikir, bertindak, dan berwawasan yang
Kebangsaan menempatkan kepentingan bangsa dan negara di
ataskepentingan diri dan kelompoknya. Cara berfikir,

47
NILAI DESKRIPSI
bersikap, dan berbuat yang menunjukkan kesetiaan,
kepedulian, dan penghargaan yang tinggiterhadap
bahasa, lingkungan fisik, sosial, budaya,ekonomi,
dan politik bangsa.
11. Cinta Tanah Air Cara berfikir, bersikap, dan berbuat yang
menunjukkan kesetiaan, kepedulian, dan
penghargaan yang tinggi terhadap bahasa,
lingkungan fisik, sosial, budaya, ekonomi, dan politik
bangsa.
12. Menghargai Sikap dan tindakan yang mendorong dirinya untuk
Prestasi menghasilkan sesuatu yang berguna bagi masyarakat,
dan mengakui, serta menghormati keberhasilan orang
lain.
13. Bersahabat/ Tindakan yang memperlihatkan rasa senang
Komuniktif berbicara, bergaul, dan bekerja sama dengan orang
lain.
14. Cinta Damai Sikap, perkataan, dan tindakan yang menyebabkan
orang lain merasa senang dan aman atas kehadiran
dirinya.
15. Gemar Membaca Kebiasaan menyediakan waktu untuk membaca
berbagai bacaan yang memberikan kebajikan bagi
dirinya
16. Peduli Sikap dan tindakan yang selalu berupaya mencegah
Lingkungan kerusakan pada lingkungan alam di sekitarnya, dan
Mengembangkan upaya-upaya untuk memperbaiki
kerusakan alam yang sudah terjadi.
17. Peduli Sosial Sikap dan tindakan yang selalu ingin memberi
bantuan pada orang lain dan masyarakat yang
membutuhkan

48
NILAI DESKRIPSI
18. Tanggung-jawab Sikap dan perilaku seseorang untuk melaksanakan
tugas dan kewajibannya, yang seharusnya dia
lakukan, terhadap diri sendiri, masyarakat,
lingkungan (alam, sosial dan budaya), negara dan
Tuhan Yang Maha Esa.

7. Pendidikan Kecakapan Hidup


a. Kurikulum untuk MIS Unwanul Falah memasukkan pendidikan kecakapan
hidup, yang mencakup kecakapan pribadi, kecakapan sosial, kecakapan
akademik dan/atau kecakapan vokasional.
b. Pendidikan kecakapan hidup dapat merupakan bagian integral dari pendidikan
semua mata pelajaran dan/atau berupa paket/modul yang direncanakan secara
khusus.
c. Pendidikan kecakapan hidup dapat diperoleh peserta didik dari satuan
pendidikan yang bersangkutan dan/atau dari satuan pendidikan formal lain
dan/atau nonformal.
8. Pendidikan Berbasis Keunggulan Lokal Dan Global
a. Pendidikan Berbasis Keunggulan Lokal

Kabupaten Bogor memiliki kekhasan debagai daerah industri dan pariwisata,


maka untuk menyikapi tantangan yang dihadapi saat ini serta melestarikan
keunggulan lokal Kabupaten Bogor, peserta didik dituntut memiliki
kemampuan pendidikan berwawasan lokal diantaranya:
1) Seni budaya sunda dilatih kepada peserta didik melalui kegiatan
ekstrakurikuler
2) Bahasa sunda sebagai bahasa ibu dijadikan mata pelajaran tersendiri
dalam kegiatan ekstrakurikuler.
3) Kabupaten Bogor sebagai Kabupaten religius, maka diwajiibkan bagi
peserta didik mampu membaca dan menulis AlQuran

b. Pendidikan Berbasis Keunggulan Global

49
Menyikapi tantangan era globalisasi yang semakin deras arus informasi
semakin cepat dan persaingan semakin kuat, maka dipersiapkan sejak dini
berbagai kegiatan yang menunjang diantaranya:
1) Pembelajaran bahasa inggris di kelas 6, baik intrakurikuler maupun
ekstrakurikuler
2) Pembelajaran komputer dan pengenalan Internet
3) Peningkatan Pemahaman arti dan kajian Al-Quran

50
BAB IV
PENGATURAN BEBAN BELAJAR

Berdasarkan Permendikbud nomor 61 tahun 2014, Beban belajar diatur dalam


Sistem Paket atau Sistem Kredit Semester. Dan Beban belajar Tambahan.

1) Sistem Paket
Beban belajar dengan sistem paket sebagaimana diatur dalam struktur kurikulum
setiap satuan pendidikan merupakan pengaturan alokasi waktu untuk setiap mata
pelajaran yang terdapat pada semester gasal dan genap dalam satu tahun ajaran.
Beban belajar pada sistem paket terdiri atan pembelajaran tatap muka,penugasan
terstruktur dan kegiatan mandiri. Di Madrasah Ibtidaiyah, beban belajar penugasan
terstruktur dan kegiatan mandiri maksimal 40 % dari alokasi waktu setiap mata
pelajaran.
a. Pembelajaran tatap muka, kegiatan pembelajaran yang berupa proses interaksi
langsung antara pendidik dengan peserta didik.
b. Penugasan terstruktur, kegiatan pembelajaran berupa pendalaman materi untuk
peserta didik, dirancang guru untuk mencapai kompetensi, waktu penyelesaian
ditentukan oleh guru. Dalam kegiatan ini tidak terjadi interaksi langsung antara
pendidik dengan peserta didik.
c. Kegiatan mandiri,kegiatan pembelajaran berupa pendalaman materi untuk
peserta didik, dirancang guru untuk mencapai kompetensi. Waktu penyelesaian
ditentukan oleh peserta didik dan tidak terjadi interaksi langsung antara pendidik
dengan peserta didik.
2) Sistem Kredit Semester (SKS )
Sistem Kredit Semester ( SKS ) di Madrasah Ibtidaiyah Unwanul Falah tidak
dilaksanakan, sebab Sistem Kredit Semester (SKS) dapat diselenggarakan pada
tingkat Madrasah Tsanawiyah, Madrasah Aliyah yang terakreditasi A dari BAN-SM.

B. Beban Belajar Tambahan


Madrasah Ibtidaiyah atau Satuan pendidikan boleh menambah beban belajar
berdasarkan pertimbangan kebutuhan belajar peserta didik dan/atau kebutuhan
akademik, sosial, budaya, dan faktor lain yang dianggap penting oleh satuan

51
pendidikan dan/atau daerah, atas beban pemerintah daerah atau satuan pendidikan
yang menetapkannya. Di Madrasah Ibtidaiyah Unwanul Falah beban belajar
tambahan ini berupa mata pelajaran Muatan Lokal yaitu Mata pelajaran :
1. Baca Tulis Al-Quran
2. Dll.

Beban belajar merupakan keseluruhan kegiatan yang harus diikuti peserta didik
dalam satu minggu, satu semester, dan satu tahun pembelajaran.

Beban belajar di Madrasah Ibtidaiyah Unwanul Falah dinyatakan dalam jam


pembelajaran per minggu.

a. Beban belajar satu minggu Kelas I adalah 34 jam pembelajaran.


b. Beban belajar satu minggu Kelas II adalah 34 jam pembelajaran.
c. Beban belajar satu minggu Kelas III adalah 36 jam pembelajaran.
d. Beban belajar satu minggu Kelas IV, V, dan VI adalah 43 jam pembelajaran.

2. Beban belajar di Kelas I, II, III, IV, dan V dalam satu semester paling sedikit 18
minggu dan paling banyak 20 minggu.

3. Beban belajar di kelas VI pada semester ganjil paling sedikit 18 minggu dan paling
banyak 20 minggu.

4. Beban belajar di kelas VI pada semester genap paling sedikit 14 minggu dan paling
banyak 16 minggu.

5. Beban belajar dalam satu tahun pelajaran paling sedikit 36 minggu dan paling banyak
40 minggu.
Sistem pembelajaran yang digunakan di Madrasah Ibtidaiyah Unwanul Falah
menggunakan sistem paket sesuai permendikbud nomor 61 tahun 2014, dengan ;
1. satu jam tatap muka = 35 Menit

2. Jam Masuk dimulai pada jam 07.15 Wib. dan berakhir pada jam 12.30 Wib.

3. Alokasi waktu kegiatan penugasan terstruktur dan Penugasan mandiri


maksimal 40 % dari jumlah jam tatap muka dengan rincian sebagai berikut :

52
BAB V
KALENDER PENDIDIKAN

Kalender pendidikan adalah pengaturan waktu untuk kegiatan pembelajaran


peserta didik selama satu tahun ajaran yang mencakup permulaan tahun pelajaran,
minggu efektif belajar, waktu pembelajaran efektif dan hari libur.
Setiap permulaan tahun pelajaran, tim penyusun program di Madrasah menyusun
kalender pendidikan untuk mengatur waktu kegiatan pembelajaran, minggu efektif
belajar, waktu pembelajaran efektif dan hari libur. Pengaturan waktu belajar di
madrasah mengacu kepada Standar isi dan disesuaikan dengan karakteristik
madrasah, kebutuhan perserta didik dan masyarakat, serta kalender pendidikan yang
diterbitkan oleh Kementerian Agama Kantor Wilayah Propinsi Jawa Barat.
Beberapa aspek penting yang menjadi pertimbangan dalam menyusun kalender
pendidikan sebagai berikut :
a. permulaan tahun pelajaran adalah waktu dimulainya kegiatan pembelajaran pada
awal tahun pelajaran pada setiap satuan pendidikan. Permulaan tahun pelajaran
telah ditetapkan oleh Pemerintah yaitu bulan Juli setiap tahun dan berakhir pada
bulan Juni tahun berikutnya.
b. Minggu efektif belajar adalah jumlah minggu kegiatan pembelajaran untuk
setiap tahun pelajaran. Madrasah dapat mengalokasikan lamanya minggu efektif
belajar sesuai dengan keadaan dan kebutuhannya.
c. Waktu pembelajaran efektif adalah jumlah jam pembelajaran untuk setiap
minggu, meliputi jumlah jam pembelajaran untuk seluruh matapelajaran
termasuk muatan lokal, ditambah jumlah jam untuk kegiatan pengembangan diri
dan jumlah jam untuk kegiatan lain yang dianggap penting oleh satuan
pendidikan.
d. Waktu libur adalah waktu yang ditetapkan untuk tidak diadakan kegiatan
pembelajaran terjadwal. Hari libur Madrasah ditetapkan berdasarkan Keputusan
Kementerian Agama dan/atau Kementerian Pendidikan Nasional. Dalam hal
yang terkait dengan hari raya keagamaan, Kepala Daerah Tingkat

53
Kabupaten/Kota, dan/atau organisasi penyelenggara pendidikan dapat
menetapkan hari libur khusus.
e. Waktu libur dapat berbentuk jeda tengah semester, jeda antar semester, libur
akhir tahun pelajaran, hari libur keagamaan, hari libur umum termasuk hari-hari
besar nasional, dan hari libur khusus.
f. Libur jeda tengah semester, jeda antarsemester, libur akhir tahun pelajaran
digunakan untuk penyiapan kegiatan dan administrasi akhir dan awal tahun.
g. Madrasah-madrasah pada daerah tertentu yang memerlukan libur keagamaan
lebih panjang dapat mengatur hari libur keagamaan sendiri tanpa mengurangi
jumlah minggu efektif belajar dan waktu pembelajaran efektif.
h. Bagi Madrasah yang memerlukan kegiatan khusus dapat mengalokasikan waktu
secara khusus tanpa mengurangi jumlah minggu efektif belajar dan waktu
pembelajaran efektif.
i. Hari libur umum/nasional atau penetapan hari serentak untuk setiap jenjang dan
jenis pendidikan disesuaikan dengan Peraturan Pemerintah
Pusat/Provinsi/Kabupaten/Kota
Kalender Pendidikan Madrasah Ibtidaiyah Unwanul Falah disusun dengan
berpedoman kepada kalender Pendidikan yang diterbitkan oleh Kementerian Agama
Kantor Wilayah Propinsi Jawa Barat yang disesuaikan dengan program Madrasah

Tabel :
Analisis Hari Efektif Belajar Semester I dan Semester II

Hari
Smt Bulan Tidak
Minggu Libur Efektif Jumlah
Efektif
Juli 2017 5 13 - 13 31
Agustus 2017 4 1 - 26 31
I
September 2017 4 2 6 18 30
Oktober 2017 5 - - 26 31

54
Hari
Smt Bulan Tidak
Minggu Libur Efektif Jumlah
Efektif
November 2017 4 - - 26 30
Desember 2017 5 13 12 1 31
Jumlah 27 29 18 110 184

Hari
Smt Bulan Tidak
Minggu Libur Efektif Jumlah
Efektif
Januari 2018 4 1 - 26 31
Pebuari 2018 4 1 - 23 28
Maret 2018 4 2 5 20 31
II
April 2018 5 1 1 23 30
Mei 2018 4 5 14 8 31
Juni 2018 4 21 1 4 30
Jumlah 25 44 21 104 181

Tabel
Alokasi waktu minggu efektif belajar, Waktu libur, dan kegiatan lainnya

NO KEGIATAN ALOKASI WAKTU KETERANGAN


1 Minggu Efektif belajar Minggu Efektif = 34 Digunakan untuk
reguler tahun Minggu kegiatan pembelajaran
pelajaran 2017/2018 efektif
2 Minggu efektif Mingu Efektif = 18
semester ganjil tahun Minggu
pelajaran 2017/2018
3 Minggu efektif Minggu Efektif = 16
semester genap tahun
pelajaran 2017/2018
4 Jedah tengah semester Jedah tengah semester 25 s/d 30 September
ganjil ganjil 25-30 PTS Semester Ganjil
September 2017

Jedah tengah semester Jedah semester genap 26 s/d 31 Maret PTS


genap 26 s/d 31 Maret 2018

55
NO KEGIATAN ALOKASI WAKTU KETERANGAN
5 Jedah antar semester Jedah semester ganjil 4 s/d 9 Desember 2017
4 s/d 9 Desember PAS
2017
Tanggal 16 Desember
2017 Pembagian Buku
Raport

Jeda semester genap 21 s/d 31 Mei 2018 PAT


21 s/d 31 Mei 2018
7 Juni 2018 Pembagian
Raport

6 Libur semester dan 18 s/d 30 Desember Tanggal 18 s/d 30


akhir tahun ajaran 2017 Libur Semester Desember 2017 Libur
Semester

8 s/d 30 Juni 2018 8 s/d 30 Juni 2018 Libur


libur akhir Tahun akhir tahun
ajaran

7 Hari libur Keagamaan Hari libur Keagamaan 1 September 2017 Hari


31 Hari Raya Idul Adha

21 September 2017
Tahun Baru Hijrah

1 Desember 2017
Maulud Nabi
Muhammad SAW

25 Desember 2017 Hari


Raya Natal

16 Pebuari 2018 Tahun


baru Imlek

17 Maret 2018 hari raya


nyepi

30 Maret 2018 Wafat Isa


Almasih

14 Mei Kenaikan Isa


Almasih

56
NO KEGIATAN ALOKASI WAKTU KETERANGAN
13 April 2018 Isro Miroj
Nabi Muhammad SAW

10 Mei 2018 Kenaikan


Isa Al Masih

14 s/d 16 Mei 2018 Libur


awal Ramadhon

29 Mei 2018 hari raya


waisak

15 s/d 16 Juni libur hari


raya idul Fitri
8 Hari Libur Umum/ 3 hari 17 Agustus 2017 Hari
Nasional Kemerdekaan RI

1 Jauari 2018 Tahun


Baru 2017 M

1 Mei 2017 Hari Buruh


Nasional
9 Hari libur Khusus Maksimal 1 minggu Untuk Madrasah yang
mempunyai kekhususan
tertentu
10 Kegiatan Khusus Maksimal 3 minggu Digunakan untuk
Madrasah kegiatan yang
diprogramkan secara
khusus oleh madrasah
tampa mengurangi hari
efektif belajar dan waktu
pembelajaran efektif

57
BAB V
PENUTUP

Dengan telah selesainya penyusunan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan


(KTSP) ini, maka MI Unwanul Falah telah memiliki acuan untuk menyelenggarakan
kegiatan pembelajaran pada tahun pelajaran 2017/2018. Dengan demikian tahun
2017/2018 ini, MI Unwanul Falah secara utuh dapat melaksanakan KTSP.
Harapan kami, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang kami susun
ini telah memenuhi syarat sehingga seluruh kegiatan yang kami rencanakan dapat
berjalan dengan lancar. Kami juga sangat mengharapkan dukungan dari semua pihak,
khususnya para guru, karyawan, peserta didik, dan orang tua murid agar proses
pembelajaran dapat berjalan dengan maksimal. Semoga Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan (KTSP) ini dapat menjadi sarana bagi madrasah untuk meningkatkan
kualitas peserta didik secara komprehensif.

Bogor, Juli 2017

58
DAFTAR REFERENSI

Badan Standar Nasional Pendidikan. 2006. Panduan Penyusunan Kurikulum


Tingkat Satuan Pendidikan Jenjang Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta :
Depdiknas.
Depdiknas. 2006. Permendiknas Nomor 22/2006 tentang Standar Isi untuk Satuan
Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta: Depdiknas.
. 2006. Permendiknas Nomor 23/2006 tentang Standar Kompetensi
Lulusanuntuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta: Depdiknas.
. 2006. Permendiknas Nomor 24/2006 tentang Pelaksanaan Permendiknas
Nomor 22/2006 tentang Standar Isi untuk Satuan Pendidikan Dasar
danMenengah dan Permendiknas Nomor 23/2006 tentang Standar
KomptensiLulusan untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta:
Depdiknas.
Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan.
Undang-Undang RI Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional

59

You might also like