Professional Documents
Culture Documents
Secara individu, pengaruh proses menua dapat menimbulkan berbagai masalah fisik
baik secara fisik-biologik, mental maupun sosial ekonomis. Dengan semakin lanjut usia
seseorang, mereka akan mengalami kemunduran terutama di bidang kemampuan fisik, yang
dapat mengakibatkan penurunan pada peranan-peranan sosialnya. Hal ini mengkibatkan pula
timbulnya gangguan di dalam hal mencukupi kebutuhan hidupnya sehingga dapat
meningkatkan ketergantunga yang memerlukan bantuan orang lain.
Lanjut usia tidak saja di tandai dengan kenunduran fisik, tetapi dapat pula
berpengaruh terhadap kondisi mental. Semakin lanjut seseorang, kesibukan sosialnya akan
semakin berkurang hal mana akan dapat mengakibatkan berkurangnya integrasi dengan
lingkungannya. Hal ini dapat memberikan dampak pada kebahagiaan seseorang (Stanley,
2007).
Masalah masalah pada lanjut usia di kategorikan ke dalam empat besar penderitaan
lanjut usia yaitu imobilisasi, ketidakstabilan, gangguan mental, dan inkontinensia.
Imobilisasi dapat disebabkan karena alasan psikologis dan fisik. Alasan psikologis
diantaranya apatis, depresi, dan kebingungan. Setelah faktor psikologis, masalah fisik akan
terjadi sehingga memperburuk kondisi imobilisasi tersebut dan menyebabkan komplikasi
sekunder (Watson, 2003). Faktor fisik yang menyebabkan imobilisasi mencakup fraktur
ekstremitas, nyeri pada pergerakan artrithis, paralis dan penyakit serebrovaskular, penyakit
kardiovaskular yang menimbulkan kelelahan yang ekstrim selama latihan, sehingga terjadi
ketidakseimbangan. Selain itu penyakit seperti parkinson dengan gejala tomor dan
ketidakmampuan untuk berjalan merupakan penyebab imobilisasi.
Masalah yang nyata dari ketidakstabilan adalah jatuh karena kejadian ini sering
dialami oleh lanjut usia dimana wanita yang jatuh, dua kali lebih sering dibanding pria
(Watson, 2003).
Inkontinensia lebih banyak diderita oleh perempuan dari pada laki-laki. Wanita yang
melahirkan anak dengan otot dasar panggul yang lemas, menjadi penyebab inkontinensia.
Pada laki-laki, penyebab umumnya adalah pembesaran kelenjar prostat dan diperlukan
prosedur bedah untuk menangani kondisi tersebut (Watson, 2003). Insiden inkontinensia
biasanya meningkat pada lanjut usia yang kehilangan kontrol berkemih dan defekasi. Hal ini
berhubungan dengan faktor akibat penuaan dan faktor nutrisi seperti yang telah di jelaskan
diatas adalah efek dari imobilisasi (Darmojo, 2000).
Gangguan mental merupakan yang sering terjadi sehubungan dengan terjadinya
kemerosotan daya ingat. Beberapa kasus ini berhubungan dengan penyakit penyakit yang
merusak jaringan otak, sehingga kebanyakan masalah turunnya daya ingat lanjut usia
bukanlah sebagai akibat langsung proses penuaan tetapi karena penyakit. Sebagian besar
lanjut usia memerlukan perawatan karena menderita gangguan mental. Depresi dan demensia
adalah masalah utama yang terjadi pada lansia.
Depresi
Depresi dan Lanjut Usia sebagai tahap akhir siklus perkembangan manusia. Masa
dimana semua orang berharap akan menjalani hidup dengan tenang, damai, serta menikmati
masa pensiun bersama anak dan cucu tercinta dengan penuh kasih sayang. Pada kenyataanya
tidak semua lanjut usia mendapatkannya. Berbagai persoalan hidup yang menimpa
lanjut usia sepanjang hayatnya seperti: kemiskinan, kegagalan yang beruntun, stress
yang berkepanjangan, ataupun konflik dengan keluarga atau anak, atau kondisi
lain seperti tidak memiliki keturunan yang bisa merawatnya dan lain sebagainya.
Pengertian Depresi
Depresi adalah gangguan alam perasaan (mood) yang ditandai dengan kemurungan
dan kesedihan yang mendalam dan berkelanjutan sehingga hilangnya kegairahan hidup, tidak
mengalami gangguan dalam menilai realitas (Reality Testing Ability, masih baik), kepribadian
tetap utuh atau tidak mengalami keretakan kepribadian (Splitting of personality),
perilaku dapat terganggu tetapi dalam batas-batas normal (Hawari Dadang, 2006).
Depresi merupakan suatu gangguan keadaan tonus perasaan yang secara
umum ditandai oleh rasa kesedihan, apatis, pesimisme, dan kesepian yang
mengganggu aktivitas sosial dalam sehari-hari. Depresi biasanya terjadi pada saat stress yang
dialami oleh seseorang tidak kunjung reda, sebagian besar diantara kita pernah merasa sedih
atau jengkel, kehidupan yang penuh masalah, kekecewaan, kehilangan dan frustasi yang
dengan mudah menimbulkan ketidakbahagiaan dan keputusasaan. Namun secara umum
perasaan demikian itu cukup normal dan merupakan reaksi sehat yang berlangsung cukup
singkat dan mudah dihalau (Gred Wilkinson, 1995 dalam
http://www.psikologo.infogue.com).
Depresi merupakan satu masa terganggunya fungsi manusia yang berkaitan dengan
alam perasaan yang sedih dan gejala penyertanya (Kaplan, 1998). Depresi adalah suatu jenis
alam perasaan atau emosi yang disertai komponen psikologis: rasa susah, sedih, putus asa,
dan tidak bahagia, komponen somatik: anoreksia, konstipasi, kulit lembab dan tekanan darah
menurun (www.ilmikeperawatan.com).
Penyebab Depresi
Sejumlah faktor pencetus depresi pada lansia menurut Kompas (2008), antara lain
faktor biologik, psikologik, stres kronis, penggunaan obat.
Faktor biologik misalnya faktor genetik, perubahan struktural otak, faktor risiko vaskular,
kelemahan fisik.
faktor psikologik pencetus depresi pada lansia, yaitu tipe kepribadian, relasi interpersonal.
Peristiwa kehidupan seperti berduka, kehilangan orang dicintai, kesulitan ekonomi dan
perubahan situasi, stres kronis dan penggunaan obat-obatan tertentu
Klasifikasi Depresi
Disorders) yaitu :
- Gangguan siklotimik depresi dan hipomanik saat ini atau baru saja berlalu (secara
- Depresi postpartum
3. Gangguan depresi akibat kondisi medik umum dan gangguan depresi akibat zat.
(Amir, 2005).
Tindakan Keperawatan:
Pemberian Terapi
Pemberian obat antidepresan,), terapi sulih hormon dan Transcranial Magnetic
Stimulation (TMS).
Terapi kejang listrik (ECT)
Sementara terapi psikosial bertujuan mengatasi masalah psikoedukatif, yaitu
mengatasi kepribadian maladaptif, distorsi pola berpikir, mekanisme koping yang
tidak efektif, hambatan relasi interpersonal. Terapi ini juga dilakukan untuk
mengatasi masalah sosiokultural, seperti keterbatasan dukungan dari keluarga,
kendala terkait faktor kultural, perubahan peran sosial. (Kompas, 2008)
Demensia
Daftar Pustaka
Amir. 2005. Diagnosis Dan Penatalaksanaan Depresi Pasca Stroke. Jakarta: Cermin Dunia
Kedokteran
Kaplan, H. (1998), Ilmu Kedokteran Jiwa darurat. Jakarta: Widya Medika.
Kompas. (2008), Waspadai Depresi pada Lansia. Dikutip tanggal 1 April 2016
http://www.wordpress.com.
Gambaran Pengetahuan Keluarga Tentang Depresi pada Lansia. (2009), dikutip Tanggal 1
April 2016, http://www.psikologi.infogue.com.
Syamsuddin. (2009), Depresi pada Lansia. Dikutip tanggal 1 April 2016.
http://www.medinux.blogspot.com.
http://www.ilmukeperawatan.com.