Professional Documents
Culture Documents
MANGGARSARI, S. Kep
0806334054
MANGGARSARI, S. Kep
0806334054
Nama : Manggarsari
NPM : 0806334054
Tanda Tangan :
ii
DEWAN PENGUJI
Ditetapkan di : Jakarta
iii
Puji dan syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga Karya Ilmiah Akhir Ners yang
berjudul Asuhan Keperawatan Kolostomi pada Ny. R dengan Kanker Kolorektal
di Lantai 5 Bedah RSPAD Gatot Soebroto ini dapat saya selesaikan. Penulisan ini
dilakukan dalam rangka memenuhi tugas akhir Mata Ajar Karya Ilmiah Akhir
Ners Program Profesi Ners di Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia.
Saya menyadari bahwa terdapat banyak hambatan dan kesulitan yang dialami
selama proses pembuatan Karya Ilmiah Akhir Ners ini, namun dengan bantuan
dan bimbingan dari berbagai pihak, akhirnya penyusunan laporan ilmiah akhir ini
dapat berjalan dengan baik. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini saya ingin
mengucapkan terima kasih kepada:
1. Ibu Riri Maria S.Kp., MANP selaku koordinator mata ajar Karya Ilmiah
Akhir Ners
2. Bapak Masfuri S.Kp., MN selaku pembimbing dalam mata ajar KKMP
Peminatan KMB serta penulisan Karya Ilmiah Akhir Ners yang senantiasa
memberikan bimbingan, masukan, motivasi serta membantu saya dalam
menelaah permasalahan terkait kasus yang dikelola, memberikan arahan
dalam menentukan evidence based practice yang tepat dan sesuai, dan
segala hal lain yang terjadi dalam proses penyusunan karya ilmiah ini
berlangsung;
3. Ibu Ns. Merri Silaban S.Kep selaku kepala ruangan lantai 5 Bedah RSPAD
Gatot Soebroto, beserta kakak-kakak perawat yang telah banyak
membimbing dan memberikan suatu lingkungan pembelajaran yang baik
kepada saya dan kelompok selama praktik di lantai 5 Bedah;
4. Bapak dan Ibu saya, kedua kakak kandung, kakak ipar dan keponakan
kecil saya, serta adik asuh saya yang telah tiada, yang telah memberikan
dukungan baik secara materi maupun motivasi serta mendoakan demi
kelancaran penyelesaian penelitian ini;
5. Teman-teman kelompok peminatan bedah, di lantai 5 bedah RSPAD Gatot
Soebroto yang selama kurang lebih sembilan minggu bersama-sama
iv
Peneliti
Nama : Manggarsari
NPM : 0806334054
Fakultas : Ilmu Keperawatan
Jenis karya : Karya Ilmiah Akhir Ners (KIA-N)
Dibuat di : Depok
Pada tanggal : 5 Juli 2013
Yang menyatakan
(Manggarsari)
vi
Nama : Manggarsari
Program studi : Ilmu Keperawatan
Judul : Asuhan Keperawatan Kolostomi pada Ny. R dengan Kanker
Kolorektal di Lantai 5 Bedah RSPAD Gatot Soebroto
Name : Manggarsari
Study Program: Nursing
Title : Nursing Care of Colostomy for Mrs. R with Colorectal Cancer
Case in Surgical Ward 5th Floor RSPAD Gatot Soebroto
Colostomy is one of the surgical procedures that can be done in colorectal cancer
patient, which can cause complication and changing in self concept. This paper
was made to identify things that must be concerned by nurse in caring colostomy
patient. Based on the application to a patient, Mrs. R, the result indicated that
when caring colostomy patient, it is important to know well and concern about
how and when to change colostomy pouch, clean stoma and peristomal skin,
observing stoma, and doing colostomy irrigation. Educating what kind of dietary
management and their activity need are also important to be done by patient with
stoma.
ix Universitas Indonesia
x Universitas Indonesia
xi Universitas Indonesia
1 Universitas Indonesia
Kolostomi merupakan pembuatan stoma atau lubang pada kolon atau usus
besar (Smeltzer & Bare, 2002). Indonesian Ostomy Association (INOA)
mengatakan bahwa jumlah kasus yang menggunakan stoma terus meningkat,
dan penyebab tersering di Indonesia sendiri adalah karena keganasan
(Indonesian Ostomy Association, 2010). Kurnia (2012) memaparkan, sekitar
100.00 orang yang dilakukan indikasi pemasangan stoma pada umumnya
disebabkan oleh kanker kolorektal, kanker kandung kemih, kolitis ulseratif,
penyait Crohn, diverticulitis, obstruksi, inkontinensia urin dan fekal, dan
trauma. Indikasi pemasangan kolostomi pada neonatus dan dewasa tentu
berbeda. Lukong, Jabo, dan Mfuh (2012) melakukan penelitian terhadap 38
neonatus, dan indikasi pemasangan kolostomi yang ditemukan adalah karena
malformasi anorektal (97,4%) dan atresia kolon (2,6%).
Universitas Indonesia
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam merawat klien dengan kolostomi
ialah terkait perubahan pada eliminasi BAB klien, meliputi perubahan
konsistensi serta frekuensi BAB klien. Klien akan merasakan adanya
perubahan tersebut, dan disinilah fungsi perawat sebagai edukator untuk
menjelaskan perubahan-perubahan tersebut agar klien dapat menerima dengan
baik. Edukasi yang diberikan tidak hanya berupa cara perawatan kolostomi,
namun juga meliputi apa yang harus dilakukan klien terkait dietnya agar
pengeluaran fesesnya tidak mengganggu kegiatannya. Selain sebagai edukator,
fungsi care giver juga dapat dijalankan terkait mengembalikan pola eliminasi
BAB klien seperti sedia kala, salah satunya dengan irigasi kolostomi. Irigasi
kolostomi merupakan sebuah tindakan dimana sejumlah cairan dimasukkan
melalui stoma untuk mengosongkan usus besar. Irigasi dapat mengosongkan
kolon dari gas, mukus, dan feses sehingga klien dapat beraktivitas dengan
nyaman sesudahnya (Smeltzer & Bare, 2002). Karya ilmiah ini akan
membahas mengenai asuhan keperawatan pada pasien dengan kolostomi
khususnya pada penderita kanker kolorektal.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Potter & Perry (2005) memaparkan bahwa faktor resiko yang terdapat pada
lingkungan internal individu dalam masyarakat meliputi faktor genetik,
fisiologis, usia, gaya hidup, kebiasaan dan perilaku makan, kebiasaan olahraga
dan aktivitas, dan stres emosional. Faktor resiko kanker kolorektal lebih sering
terdapat pada gaya hidup masyarakat di perkotaan, diantaranya ialah obesitas,
diet tinggi lemak, konsumsi daging merah, konsumsi makanan olahan,
kurangnya konsumsi buah dan sayur, konsumsi alkohol, merokok dan
kurangnya olahraga secara teratur dan terukur (Newton, 2009). Kota yang
memiliki jumlah penduduk dan tingkat aktivitas yang tinggi, masyarakat di
dalamnya akan memiliki faktor resiko lebih dibandingkan desa. Seiring
dengan bertambahnya penduduk di kota, bertambah pula kendaraan, sehingga
dulu orang bisa jalan beberapa kilometer dalam sehari namun saat ini orang
akan lebih memilih naik kendaraan. Dari segi perilaku makan, dulu orang
5 Universitas Indonesia
Nancy Milio (1981) dalam Allender & Spradley (2001) memaparkan sebuah
framework dalam memandang pola atau gaya hidup masyarakat yang kurang
sehat. Milio mengatakan pola-pola perilaku populasi dan individu yang
membentuk populasi adalah hasil seleksi kebiasaan dari pilihan yang terbatas.
Milio berpendapat, pemerintah dan kebijakan kelembagaan, seharusnya
menetapkan berbagai pilihan sehat kepada mayarakat untuk akhirnya
masyarakat membuat pilihan pribadi. Hal ini lebih menekankan pada faktor-
faktor penentu kesehatan masyarakat dan mencoba untuk mempengaruhi
masyarakat melalui kebijakan publik.
Universitas Indonesia
Mutasi gen dipercaya menjadi salah satu etiologi dari kanker kolorektal
yang dapat diturunkan, yang biasa disebut sebagai Inherited Familial
Colorectal Cancer Syndromes. Sindrom ini terdiri dari dua tipe, yakni
Familial Adenomatous Polyposis (FAP) dan Hereditary Nonpolyposis
Cancer Colorectal Cancer (HNPCC). FAP memiliki karakteristik
berupa kecenderungan dalam pertumbuhan polip kolon secara multipel
(bahkan ratusan). Sembilan puluh persen dari pasien yang memiliki
FAP yang belum mendapat perawatan akan mengalami kanker
kolorektal pada usia 45 tahun (Zhang, 2008). Hereditary Nonpolyposis
Cancer Colorectal Cancer atau HNPCC menurut Black (2009) dapat
menyebabkan kanker kolorektal karena adanya lesi atau luka pada
kolon. Berbeda dengan FAP, biasanya individu dengan HNPCC dapat
mengalami kanker kolon pada usia 20 tahun, dengan rerata kejadian
pada usia 48 tahun (mendapat diagnosa kanker kolorektal).
Universitas Indonesia
2.2.3 Patofisiologi
Keberadaan sel kanker pada seseorang tidak hanya berasal dari efek
karsinogen seseorang, baik yang didapat dari luar ataupun dari dalam
tubuh manusia itu sendiri. Kanker kolorektal khususnya, memiliki
hubungan terhadap kondisi feses dari individu, serta riwayat penyakit
yang diderita, dimana kondisi tersebut merupakan dampak dari faktor
resiko yang ada pada individu seperti yang telah dijelaskan sebelumnya.
Kanker pada kolon dan rektum dapat diawali dengan adanya riwayat
polip pada individu. Polip merupakan massa dari jaringan yang
Universitas Indonesia
menonjol pada lumen usus (Smeltzer & Bare, 2002). Polip yang tidak
diatasi atau dilakukan intervensi, dapat berubah menjadi maligna. Polip
yang telah berubah menjadi ganas tersebut akan menyerang dan
menghancurkan sel yang normal dan meluas di jaringan sekitarnya.
Manusia pada dasarnya memiliki zat karsinogen atau zat pemicu kanker
pada tubuh. Efek karsinogen akan semakin meningkat apabila mendapat
penyebab kanker dari luar. Zat karsinogen juga berpotensi untuk
menyebabkan proliferasi sel kanker. Corwin (2001) menyatakan,
kurangnya asupan antioksidan dengan minimnya konsumsi buah dan
sayuran yang mengandung antioksidan (seperti vitamin E, vitamin C,
dan beta karoten) dapat mengurangi perlindungan sel terhadap efek
karsinogen. Buah dan sayuran yang segar memiliki enzim aktif yang
dapat memelihara dan meningkatkan pertumbuhan sel yang sehat.
Kondisi feses yang kurang baik juga dapat memicu terjadinya kanker
kolon. Aktivitas atau olahraga yang kurang teratur dan terukur dapat
mengakibatkan feses menjadi lebih lama berada di kolon atau rektum,
terlebih jika individu melakukan diet rendah serat. Kondisi ini dapat
mengakibatkan toksin yang terdapat dalam feses mencetuskan
pertumbuhan sel kanker (Corwin, 2001). Feses yang mengandung
banyak lemak juga dapat memicu sel kanker. Tingginya lemak dalam
feses diakibatkan oleh konsumsi tinggi lemak seperti daging. Feses
yang mengandung banyak lemak dapat mengubah flora dalam feses
menjadi bakteri Clostrida & Bakteriodes yang mempunyai enzim 7-alfa
dehidrosilase yang mencerna asam menjadi asam Deoxycholi dan
Lithocholic (yang bersifat karsinogenik) meningkat dalam feses.
Universitas Indonesia
hingga feses berdarah. Apabila massa kanker ini tidak dideteksi sejak
dini dan dibiarkan, maka besar kemungkinan sel kanker akan
melakukan metastasis. Metastasis pada sel kanker kolorektal terdiri dari
penyebaran langsung, penyebaran limfogen, dan hematogen. Proses
patofisiologi serta metastasis sel kanker dapat dilihat pada bagan 2.1
berikut.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Keterangan:
Tumor Primer (T)
- T0: Tidak ada bukti tumor primer
- T1: Tumor < 2 cm dalam dimensi terbesarnya
- T2: Tumor > 2 cm tetap tidak > 5 cm dalam dimensi terbesarnya
- T3: Tumor > 5 cm dalam dimensi terbesarnya
Nodus Limfe Regional (N)
- N0: Tidak ada metastasis nodus limfe regional
- N1: Metastasis ke nodus limfe yang dapat digerakkan
Metastasis Jauh (M)
- M0: Tidak ada metastasis yang jauh
- M1: Metastasis jauh
Universitas Indonesia
Seseorang yang mendapat terapi radiasi harus menjaga agar kulit pada
area yang di radiasi tidak terkena dengan air karena dapat merusak kulit
tersebut. Reaksi tidak langsung antara molekul air dengan ion pada
sinar radiasi akan menjadi tidak stabil. Elektron yang mengelilingi atom
hidrogen dan oksigen akan terpental keluar dari orbitnya, membuat
molekul OH kekurangan elektron, menjadi OH- dan atom hidrogen
menjadi kelebihan elektron (H+) (Tjokronagoro, 2004). Ion ini bersifat
tidak stabil dan berubah menjadi H radikal dan OH radikal. Ion-ion
radikal ini bersifat menyebabkan kerusakan pada inti sel yang berujung
pada kematian sel.
Universitas Indonesia
2.3 Kolostomi
2.3.1 Definisi
Kolostomi adalah pembuatan stoma atau lubang pada kolon atau usus
besar (Smeltzer & Bare, 2002). Melville & Baker (2010) mengatakan
kolostomi merupakan tindakan pembedahan untuk membuka jalan usus
besar ke dinding abdomen anterior. Akhir atau ujung dari usus besar
yang dikeluarkan pada abdomen disebut sebagai stoma. Stoma itu
sendiri berasal dari bahasa Yunani yang berarti mulut. Stoma bersifat
basah, mengkilat dan permukaannya berwarna merah, seperti membran
mukosa pada oral. Stoma tidak memiliki ujung syaraf sehingga tidak
Universitas Indonesia
terlalu sensitif terhadap sentuhan ataupun nyeri. Akan tetapi stoma kaya
akan pembuluh darah dan mungkin dapat berdarah jika dilakukan
pengusapan. Hal ini termasuk normal, hanya perlu diwaspadai jika
darah yang keluar terus menerus dan dalam jumlah banyak.
Universitas Indonesia
b End Stoma
End stoma merupakan jenis kolostomi yang dibuat dengan
memotong usus dan mengeluarkan ujung usus proksimal ke
permukaan abdomen sebagai stoma tunggal. Usus bagian distal
akan diangkat atau dijahit dan ditinggalkan dalam rongga
abdomen. Gambar 2.2 menunjukkan gambar dari end stoma.
d Tube Caecostomies
Stoma pada Tube Caecostomies bukan merupakan stoma dari
kolon, karena kolon tidak dikeluarkan hingga ke permukaan
Universitas Indonesia
Rasa gatal, panas dan seperti terbakar pada area penempelan kantong
kolostomi mengindikasikan adanya lecet, ruam ataupun infeksi pada
kulit (WOCN, 2008). Hal terpenting dalam pencegahan infeksi pada
kulit adalah dengan melakukan perawatan kulit peristomal dengan
baik. Pemasangan kantong kolostomi yang sesuai dengan stoma
merupakan pencegahan utama terjadinya iritasi dan infeksi pada kulit.
Skin barrier (dalam bentuk salep ataupun bedak) dapat diberikan pada
area peristomal 30 detik sebelum kantong kolostomi ditempelkan
pada kulit (Smeltzer & Bare, 2002).
seperti telur, keju, ikan, bawang, dan kubis (Canada Care Medical,
n.d).
Universitas Indonesia
a Retraksi Stoma
Retraksi merupakan kondisi dimana stoma tertarik ke dalam
abdomen. Retraksi dapat terjadi bila kolon tidak segera aktif pasca
pembedahan kolostomi. Bertambahnya berat badan juga
memungkinkan untuk terjadinya retraksi. Tipe kantong kolostoma
harus disesuaikan agar pas dengan bentuk stoma setelah terjadi
retraksi. Retraksi belum menjadi sebuah komplikasi berat dari
stoma jika retraksi stoma ke dalam abdomen < 5 cm dari batas
permukaan abdomen. Gambar berikut merupakan contoh dari
retraksi stoma.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
f Stenosis
Stenosis merupakan penyempitan atau konstriksi pada ujung
stoma. Hal ini dapat terjadi akibat adanya pembentukan jaringan
scar di sekitar stoma yang menyebabkan stoma berangsur
terhimpit dan menyempit. Gambar 2.10 menunjukkan stoma yang
mengalami stenosis.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
b Diet Nutrisi
Pasien dengan kolostomi tidak dapat mengontrol pengeluaran
feses dan flatus, oleh karena itu edukasi terkait nutrisi perlu
diberikan kepada pasien agar terhindar dari gangguan odor
ataupun konsistensi feses yang tidak normal. Beberapa hal yang
perlu diperhatikan terkait nutrisi pada pasien dengan kolostomi
ialah (Canada Care Medical, n.d; Gutman, 2011) :
Mengurangi makanan yang menimbulkan bau, yaitu kubis,
kol, keju, telur, ikan, kacang polong, bawang, jengkol, pete
Mengurangi makanan yang mengandung gas seperti dengan
brokoli, kubis, bawang, timun, jagung dan lobak, serta makan
secara perlahan dengan mulut tertutup untuk meminimalkan
udara yang masuk ke dalam sistem pencernaan.
Menambah makanan yang mengandung potassium seperti
pisang, daging (non lemak), jeruk, tomat, kentang jika
mengalami diare. Kurangi konsumsi keju, selai kacang, dan
susu.
Mengatasi konstipasi (jika terjadi) dengan menambah
makanan tinggi serat
Makan tiga kali sehari penting untuk meningkatkan aktivitas
usus dan mencegah produksi gas
Gangguan pada pencernaan dapat juga berasal dari tekanan
emosional, stress, atau kurangnya aktivitas fisik
c Toleransi Aktivitas
Individu dengan kolostomi dapat beraktivitas sebagaimana
individu lainnya. Hanya saja dalam pemilihan jenis olahraga,
hindari olahraga yang membutuhkan kontak fisik yang keras yang
Universitas Indonesia
d Support Sosial
Individu yang baru memiliki stoma biasanya akan ragu dan
bertanya, bagaimana mereka dapat hidup dengan stoma pada
tubuhnya, apakah mereka masih dapat menjalin hubungan dengan
keluarga, relasi ataupun partner kerja, serta apa yang akan terjadi
bila tiba-tiba kantong kolostomi yang sedang terpasang robek
(Burch, 2013). Ketidakyakinan ini dapat diantisipasi dengan
adanya kehadiran perawat spesialis ataupun support group (Ferrer
et al, 2010 dalam Burch, 2013). Berbagi pada orang yang
dipercaya, teman, keluarga, perawat, guru spiritual, serta orang
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
3.1.2 Anamnesa
1. Keluhan Utama
Klien mengatakan tidak nafsu makan, mual (+), muntah (-), klien
merasa berat badannya menurun. Klien mengatakan kulit di area
selangkangan menghitam dan kering, terkadang nyeri di area
tersebut. Klien juga mengeluhkan dirinya sering bolak-balik ke
kamar mandi untuk BAK, klien bingung mengapa ia menjadi sering
BAK. Klien mengeluhkan sering BAB tiba-tiba dengan waktu yang
tak teratur melalui lubang kolostominya. Klien saat ini sedang
mendapat terapi radiasi hari ke-20 dan kemoterapi oral hari pertama.
31 Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
3. Eliminasi
Pola BAB 4-5x sehari, tertampung dalam kantong kolostomi pada
kuadran kiri bawah abdomen, flatus (+). Karakter feses coklat muda,
konsistensi (saat pengkajian) lunak, namun klien mengatakan
konsistensi kadang tidak tentu, kadang cair, kadang lunak. Kantong
kolostomi diganti hampir setiap ada feses karena klien merasa tidak
nyaman. Klien merasa masih belum terbiasa dengan pola BAB saat
ini, klien ingin frekuensi BAB seperti orang normal, 1-2x sehari.
Klien mengatakan malu terkadang flatusnya keluar tiba-tiba.
Kantong kolostomi yang dimiliki klien terdapat 3 jenis, salah satunya
adalah buatan klien sendiri dengan menggunakan plastik bening,
dibuat lubang sesuai ukuran stoma (40-45mm), kemudian diberi
double-tip untuk merekatkan ke abdomen. Kondisi stoma: pink
kemerahan, lembap, stoma menonjol 0,5 cm, tidak terjadi iritasi
pada kulit sekitar stoma. Kulit peristomal tampak kering sedikit
kehitaman, tidak ada kemerahan, tidak ada benjolan, tidak ada
bentukan jaringan scar. Luka pada kulit di pinggir stoma 0,3 cm,
pus (-), darah (-).
4. Makanan/Cairan
Diet yang diberikan adalah diet Makan Biasa (MB) pantang pedas
1700 kkal/hari. Klien mengatakan jika tidak sedang mual ia dapat
Universitas Indonesia
5. Hygiene
Klien mandi 2x sehari di kamar mandi, namun hanya mengelap
badan (karena area selangkangan dan lateral kanan abdomen tidak
boleh dibasuh air). Klien menggunakan pembalut karena terkadang
keluar cairan dan lendir dari anusnya. Klien menggosok gigi setiap
mandi pagi dan sebelum tidur, serta mengganti pakaiannya setiap
hari.
6. Neurosensori
Klien tidak mengeluhkan sakit kepala, status mental baik, kesadaran
compus mentis, orientasi waktu, tempat dan orang: baik, klien
kooperatif, memori saat ini dan masa lalu baik, penggunaan alat
bantu baca (-), lensa kontak (-), alat bantu dengar (-), pupil isokor,
reaksi pupil 2mm/2mm.
7. Nyeri
Klien mengeluhkan nyeri pada area selangkangan, dengan skala 2-3.
Biasanya terasa lebih sakit di malam hari, menyebabkan klien
terbangun dini hari. Klien terlihat mengerutkan muka saat nyeri
datang. Klien tampak berjalan perlahan dan mengangkang, dan
melindungi area yang sakit saat berbaring di tempat tidur.
Universitas Indonesia
8. Pernapasan
Klien tidak mengeluhkan sesak, tidak ada riwayat merokok. Klien
tidak sedang batuk, bunyi napas vesikuler, wheezing (-), ronki (-),
krekels (-), RR:18x/menit, tidak ada penggunaan otot bantu napas,
klien asianosis.
9. Keamanan
Klien tidak memiliki riwayat alergi, suhu badan 36C, integritas kulit
baik, hanya pada bokong, perut dan selangkangan tampak kering,
dan kehitaman. Kulit pada area selangkangan tampak mengelupas
dan kemerahan.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
BAK
- BAK 5-6x sehari
DO:
- Klien mendapat terapi radiasi di area
abdomen bawah, hari ke 20
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
3. Nyeri Akut
Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan 5 x 24 jam klien
menunjukkan tanda-tanda:
- Skala nyeri berkurang menjadi 0-1 pada area selangkangan, skala 0-1
pada luka di pinggiran stoma
- Klien dapat melakukan teknik relaksasi tarik napas dalam dengan baik
dan benar
Intervensi mandiri:
- Observasi dan catat lokasi nyeri, berat (skala 0-10), frekuensi dan
presipitasi nyeri. Rasional: Membantu membedakan penyebab nyeri dan
memeberikan informasi tentang kemajuan/perbaikan luka, terjadinya
komplikasi, dan keefektifan intervensi.
- Ciptakan lingkungan yang kondusif untuk relaksasi dengan meredupkan
lampu, mengurangi tingkat kebisingan, membatasi pengunjung, anjurkan
klien untuk istirahat dengan posisi yang nyaman menurut klien. Rasional:
Memberikan rasa nyaman pada klien.
- Anjurkan menggunakan teknik relaksasi latihan napas dalam. Rasional:
Menggunakan istirahat, memusatkan kembali perhatian dapat
meningkatkan koping
4. Inkontinensia Alvi
Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan 5 x 24 jam klien
menunjukkan tanda-tanda:
- Pengeluaran feses dapat dikendalikan, 1-2x sehari
- Terbentuknya kebiasaan defekasi rutin yang teratur
Intervensi mandiri:
- Kaji pola BAB klien setiap hari. Rasional: mengetahui pola eleminasi
klien serta respon klien
- Edukasi dan demonstrasi cara irigasi kolostomi sederhana. Rasional:
mengajarkan cara melakukan irigasi sederhana, agar klien dapat melakukan
irigasi meskipun tidak berada di RS
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Tanggal 20 Mei 2013 pkl 15.45 Tanggal 22 Mei 2013 pkl 08.40 Tanggal 23 Mei 2013 pkl 15.45
Implementasi: Implementasi: Implementasi:
a. Mengkaji asupan makanan hari ini a. Mengkaji asupan makanan hari ini a. Mengkaji asupan makanan hari ini
b. Mengkaji adanya mual/muntah b. Mengkaji adanya mual/muntah b. Memotivasi klien meningkatkan asupan makanan
c. Memotivasi klien meningkatkan asupan makanan, c. Memotivasi klien meningkatkan asupan makanan c. Menimbang BB & menghutung IMT
dengan menambah lauk yang klien sukai di luar d. Memotivasi keluarga (suami klien) untuk d. Memberi reinforcement positif atas penambahan
pantangan diet klien membantu klien meningkatkan asupan makanan BB klien
d. Menimbang BB & menghutung IMT dengan menyediakan makanan yang disukai klien Evaluasi:
e. Kolaborasi ahli gizi dan menemani klien saat makan S: klien mengatakan tidak mual hari ini, sarapan dan
Evaluasi: Evaluasi: makan siang habis satu porsi, klien minum susu
S: klien mengatakan tidak mual hari ini, sarapan dan S: klien mengatakan tidak mual dan muntah hari ini, yang diberikan ahli gizi tadi pagi. Klien
makan siang habis satu porsi, plus jeruk satu buah sarapan habis satu porsi mengatakan senang BBnya bertambah (setelah
O: klien tempak kurus, lemas (-), lemah (-). BB: 43kg, O: klien tempak kurus, lemas (-), lemah (-). IMT dilakukan pengukuran)
TB: 160cm, IMT: 16,80kg/m2. Diet makan hari ini terakhir (20 Mei 2013): 16,80kg/m2 O: klien tempak kurus, lemas (-), lemah (-). BB:
dinaikkan oleh ahli gizi menjadi dari 1700 kkal A: Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan 44kg, TB: 160cm, IMT: 17,19 kg/m2
menjadi 2100 kkal ditambah susu protein 26 masih terjadi: IMT belum mencapai target (17,0 A: Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari
g/hari kg/m2) kebutuhan teratasi: IMT sudah mencapai target
A: Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan P: Motivasi asupan makanan cemilan, kamis (17,0 kg/m2)
masih terjadi: IMT belum mencapai target (17,0 23/5/2013 timbang BB dan hitung IMT, P: Motivasi asupan makanan cemilan, sabtu 25 Mei
kg/m2) kolaborasi anti emetik pukul 18.00 2013 (sebelum pulang) timbang BB kembali,
P: Motivasi asupan makanan cemilan, kamis motivasi meningkatkan BB di rumah hingga 48-
23/5/2013 timbang BB dan hitung IMT, kolaborasi 56 kg (IMT 18,75-21,88 kg/m2)
anti emetik pukul 18.00
Universitas Indonesia
Tanggal 20 Mei 2013 pkl 15.45 Tanggal 22 Mei 2013 pkl 08.30 Tanggal 23 Mei 2013 pkl 15.45
Implementasi: Implementasi: Implementasi:
a. Mengobservasi kondisi kulit di sekitar stoma dan a. Mengobservasi kondisi kulit di sekitar stoma dan a. Mengobservasi kondisi kulit di sekitar stoma
di area selangkangan di area selangkangan b. Memberikan reinforcement positif atas
b. Memberikan reinforcement positif atas b. Mengingatkan klien untuk menjaga area sekitar kemampuan klien menjaga kelembapan kulit
kemampuan klien menjaga kelembapan kulit di stoma agar tetap kering, terutama saat akan dengan mengoleskan salep bila kering
area abdomen, dan menjaga kulit peristomal tetap menempelkan kantong kolostomi c. Mengingatkan kembali kepada klien menjaga
kering Kolaborasi: Membantu mengoleskan salep kebersihan tangan dan kuku serta tidak
Kolaborasi: Membantu mengoleskan salep radiocare pada kulit yang kehitaman di area menggaruk area yang gatal pada luka dan
radiocare pada kulit yang kehitaman di area abdomen dan bokong, dan salep molederm pada sekitarnya
abdomen dan bokong, dan salep molederm pada selangkangan Evaluasi:
selangkangan dan luka di pinggir stoma Evaluasi: S: Klien mengatakan luka di pinggiran stoma sedikit
Evaluasi: S: Klien mengatakan agak nyeri pada luka di pinggir sakit skala 1-2, kulit di selangkangan sudah tidak
S: Klien mengatakan luka di pinggiran stoma sedikit stoma skala 2, kulit di selangkangan juga agak terasa nyeri
sakit skala 1-2, kulit di selangkangan juga agak sakit namun sudah berkurang dibanding O: luka pada kulit di pinggir stoma 0,3 cm, pus (-),
sakit namun sudah berkurang dibanding sebelumnya darah (-), berwarna pink kemerahan,.
sebelumnya O: luka pada kulit di pinggir stoma 0,3 cm, pus (-), Reepitelisasi kulit selangkangan sudah baik.
O: luka pada kulit di pinggir stoma 0,3 cm, pus (-), darah (-), berwarna pink kemerahan,. Kulit Kulit pada abdomen kehitaman, tidak kering.
darah (-), berwarna pink kemerahan,. Kulit di abdomen lembap, kulit di selangkangan tidak ada A: Kerusakan integritas kulit masih terjadi
selangkangan tidak ada kemerahan, deskuamosa (- kemerahan, deskuamosa (-), tidak kering P: bantu perawatan kulit, terutama observasi luka di
), tidak kering, tampak epitalisasi A: Kerusakan integritas kulit masih terjadi pinggiran stoma, nebacetin dioleskan setiap pagi
A: Kerusakan integritas kulit masih terjadi P: bantu perawatan kulit, terutama pada luka di pada luka di pinggir stoma dengan tetap menajga
P: bantu perawatan kulit, followup salep yang sudah pinggiran stoma (nebacetin dioleskan setiap pagi kulit peristomal tetap kering sebelum kantong
diresepkan pada luka di pinggir stoma) kolostomi ditempelkan. Sabtu, 25 Mei 2013
diskusi kembali cara perawatan stoma yang telah
didiskusikan pada pendkes sebelumnya (evaluasi
kognitif dan motorik sebelum pulang)
Universitas Indonesia
Tanggal 20 Mei 2013 pkl 17.20 Tanggal 22 Mei 2013 pkl 10.45 Tanggal 23 Mei 2013 pkl 17.20
Implementasi: Implementasi: Implementasi:
a. Mengkaji pola BAB klien hari a. Mengkaji pola BAB 24 jam terakhir, mendengarkan BU dalam 1 menit a Mengkaji pola BAB klien hari ini
ini c. Menjelaskan tentang tujuan irigasi kolostomi, prosedur secara singkat serta b Mengevaluasi kembali perasaan klien
b. Menanyakan kembali perasaan efek yang dirasakan, menanyakan kembali kesediaan klien terkait pola BABnya
dan keinginan klien terhadap e. Menyiapkan klien dan mendekatkan alat, memasang pengalas c Menghitung BU dalam satu menit
pola BAB f. Menggunakan sarung tangan & melakukan stoma tuse d Menjelaskan tindak lanjut terapi irigasi
c. Menghitung BU dalam satu g. Melakukan proses irigasi kolostomi sederhana, alat: plabot NaCl 500cc berisi kolostomi
menit air hangat, kateter folley, selang infus, bengkok, alas, tiang infus, spuit 50cc Evaluasi:
d. Membuat kontrak & i. Mengkaji kondisi klien 30 menit setelah irigasi dilakukan S: klien mengatakan ingin melanjutkan
menjelaskan tentang tujuan dan Evaluasi: irigasi kolostomi kemarin karena
prosedur irigasi kolostomi S: Klien mengatakan belum BAB dari kemarin malam. Klien mengatakan ingin merasa lebih enak setelahnya, hari ini
sederhana sekali pola BABnya teratur, 1-2x sehari. Klien mengatakan tidak nyaman klien sudah BAB 1x, BAB sudah
Evaluasi: dengan posisi duduk. Klien mengatakan agak nyeri pada saat dilakukan stoma lancar, konsistensi lunak
S: Klien mengatakan ingin BAB tuse. Klien mengatakan merasa nyaman saat air hangat dimasukkan ke dalam O: tidak ada feses pada kantong
hanya 1-2x/hari, klien stoma. 30 menit setelah proses selesai, klien mengatakan ingin lagi dilakukan kolostomi, BU:5x/menit, kondisi
mengatakan BAB hari ini baru irigasi kolostomi, karena feses padat telah berhasil keluar dari stoma dan stoma pink kemerahan, tidak
1x dengan konsistensi lunak, klien sudah mengganti kantong dengan yang baru mengerut, hanya seperti mundur dari
klien setuju untuk irigasi hari O: BU 3x/menit (lemah), terdapat tahanan saat dilakukan stoma tuse dengan sebelumnya (menonjol <0,3 cm).
rabu pagi kelingking 4cm, air langsung mengalir keluar saat dialirkan melalui kateter A: Inkontinensia alvi masih terjadi,
O: tidak ada feses pada kantong folley, air juga mengalir kembali saat dimasukkan dengan spuit 50cc, feses (- intervensi irigasi kolostomi tidak
kolostomi, BU:4x/menit, klien ), lendir (-), flatus (-). 20 menit kemudian tampak ada feses padat keluar dari dilanjutkan
tampak antusias mendengar stoma, tertampung di kantong yang baru diganti. Klien terlihat senang dan P: Cek kondisi stoma, laporkan dokter
tentang irigasi kolostomi antusias. terkait kondisi stoma yang sedikit
A: Inkontinensia alvi masih terjadi A: Inkontinensia alvi masih terjadi: pola BAB klien belum normal tertarik ke dalam
P: Irigasi kolostomi sederhana hari P: Tunda irigasi kolon selanjutnya, kolaborasi dokter terkait respon klien dan
rabu (22/5/2013) rencana tindak lanjut. Motivasi klien banyak konsumsi buah dan sayur
Universitas Indonesia
46 Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Etiologi kanker kolorektal pada Ny. R meliputi adanya riwayat polip yang
terdapat pada anal, klien dulu sering mengeluhkan sulit BAB, konsistensi
feses yang selalu padat. Klien juga tidak suka mengkonsumsi sayuran, namun
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Ny. R mengganti kantong kolostominya hampir setiap ada keluaran feses, jika
dalam sehari ia BAB 4-5 kali, ia bisa mengganti kantong kolostominya
sebanyak 3 kali. Hal ini sudah sesuai dengan teori, bahwa kantong kolostomi
Universitas Indonesia
harus dikosongkan atau diganti jika sudah 1/3 atau 1/2 penuh (Truven Health
Analytics, 2012). Penggantian kantong kolostomi disertai dengan
membersihkan stoma. Stoma cukup dibersihkan dengan air, hindari
penggunaan sabun karena dapat mengiritasi (Truven Health Anaytics, 2012).
Klien dalam hal ini sudah diberikan edukasi terkait cara membersihkan stoma,
klien juga tidak menggunakan sabun saat membersihkan stoma. Klien juga
telah mempertahankan kulit di sekitar stoma agar tidak terlalu lembap atau
basah.
Ny. R kini telah melewati satu bulan pasca pembedahan kolostomi. Truven
Health Analytics (2012) menyampaikan bahwa komplikasi stoma paling
banyak muncul pada tahun pertama pasca pembedahan. Oleh karena itu Ny. R
diberikan edukasi terkait kondisi stoma sehat dan tidak sehat diberikan kepada
Ny. R & keluarga agar pasien dapat membantu mengidentifikasi sendiri
kondisi stomanya. Evaluasi dari pemberian edukasi ini ialah, Ny. R dapat
memahami dan menyebutkan kembali tanda stoma yang sehat dan tidak sehat
& dibekali media leaflet (disertai gambar) untuk dibawa pulang. Kondisi
stoma Ny. R sendiri saat ini baik, berwarna pink kemerahan, lembap dan
mengkilat, tidak mengerut, menonjol <5 cm, produksi feses (+), flatus (+),
tidak ada perdarahan. Hal ini sesuai dengan ciri stoma sehat yang disampaikan
oleh Borwel (2011), dimana stoma yang normal akan terlihat merah atau pink
terang, lembap, tidak mengerut dan tampak seperti membran mukosa oral.
Ny. R mengeluhkan terkait pola BAB nya dan menginginkan hanya 1 sampai
2 kali BAB dalam sehari seperti individu lainnya. Dalam hal ini perawat harus
membantu klien dalam mengembalikan pola eliminasinya yaitu dengan cara
irigasi kolostomi. Klien saat dilakukan irigasi kolostomi sedang dalam kondisi
belum BAB sejak 1 hari yang lalu (BU 3x/menit, lemah). Klien merasa tidak
nyaman pada perutnya. Saat dilakukan stoma tuse terdapat tahanan di dalam
kolon. Irigasi dilakukan sama seperti yang seharusnya, yakni dengan
memasukkan sejumlah air dengan suhu yang sama dengan tubuh (hangat)
(Putri, 2011).
Universitas Indonesia
Alat yang dapat digunakan untuk proses irigasi kolostomi meliputi kontainer
atau wadah untuk air hangat yang akan dialirkan, tube (selang untuk
mengalirkan cairan), cone dan plastic sleeve (Burch, 2013). Namun pada
prakteknya, irigasi dilakukan secara sederhana dengan memodifikasi alat.
Kontainer yang digunakan diganti dengan plabot NaCl 500cc kosong,
kemudian selang yang digunakan diganti dengan selang infus dan foley kateter
(disambungkan dan difiksasi dengan plester), kemudian plastic sleeve tidak
digunakan karena aliran dari stoma langsung dialirkan ke bengkok besar.
Kelemahan lainnya ialah posisi klien seharusnya duduk, agar nanti cairan
irigasi dapat mudah keluar dari kolon dan stoma, namun karena klien tidak
nyaman duduk maka irigasi dilakukan sambil berbaring dan posisi klien agak
miring ke kiri.
Air hangat yang dimasukkan 100cc dengan selang yang telah masukkan ke
dalam stoma sejauh 7-8cm. Air tampak langsung mengalir dari stoma ke
bengkok, feses (-), lendir (-). flatus (-). Kemudian air dicoba dimasukkan
kembali dengan menggunakan spuit 50 cc langsung ke dalam stoma, hal yang
sama tetap terjadi. Irigasi kemudian dihentikan karena dirasakan belum efektif
dan klien merasa tidak nyaman. Stoma pun dibersihkan, begitu dengan kulit di
sekitarnya, kemudian kantong kolostomi yang baru dipasang. Alat pun
dibersihkan dan dibereskan.
Universitas Indonesia
5.1 Kesimpulan
5.2 Saran
Bagi Penulis diharapkan dapat:
1 Meningkatkan kemampuan dan ketrampilan dalam pemberian asuhan
keperawatan pada klien dengan kolostomi, terutama dengan etiologi
kanker kolorektal
2 Senantiasa meningkatkan semangat belajar dan critical thingking
sehingga dapat terus mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan
menerapkan inovasi di bidang keperawatan
Bagi masyarakat perkotaan diharapkan dapat:
1 Meningkatkan pengetahuan mengenai kanker kolorektal meliputi definisi,
faktor risiko, manifestasi klinis, dan komplikasinya
2 Meningkatkan pengetahuan mengenai kolostomi meliputi definisi, jenis,
cara perawatan dan komplikasinya
53 Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Allender, J., and Spradley, B. (2001). Community Health Nursing Concepts and
Practice. Philadelphia: Lippincot.
Anna, L., K. (2011). Dunia masih perang melawan kanker. 16 Juni 2013.
http://health.kompas.com/read/2011/02/04/09424894/Dunia.Masih.Perang.
Melawan.Kanker
Black, J.M. & Hawks, J.H. (2009) Medicalsurgical nursing. Clinical
management for positive outcomes. 8th edition. St. Louis : Saunders, an
imprint of Elsevier, Inc.
Borwell, B. (2011). Stoma management and palliative care. Journal of Community
Nursing: 25(4), 4-10. http://search.proquest.com/docview/873626096?
accountid=25704
Burch, J. (2013). Care of patients with a stoma. Nursing Standard: 27(32): 49-56.
9 Juni 2013. http://search.proquest.com/docview/1346147256?
accountid=25704
Canada Care Medical. (n.d). Colostomy care. 20 Mei 2013. http://
www.canadacaremedical.com/ostomy/ColostomyCare.php
Corwin, E. J. (2001). Handbook of pathophysiology. (Pendit, B. U., Penerjemah).
Philadelphia: Lippincott-Raven Publisher. (Buku asli diterbitkan 1996)
Eucomed Medical Technology. (2012). Access to ostomy supplies and innovation:
guiding principles for European payers. 28 Juni 2013. http://
www.medtecheurope.org/uploads/Modules/Publications/ostomy-
background-paper.pdf
Gutman, N. (2011). Colostomy guide. 20 Mei 2013.http://www.ostomy.org/
ostomy_info/pubs/ColostomyGuide.pdf
Hampton, S. (2007). Care of a colostomy. Journal of Community Nursing: 21(9),
20-24. 9 Juni 2013. http://search.proquest.com/docview/208558362?
accountid=25704
Indonesian Ostomy Association. (2009). Informasi organisasi Indonesian ostomy
association. 27 Juni 2013). http://indonesianostomate.blogspot.com/
2009/01/ info-organisasi.html
55 Universitas Indonesia
Kurnia, D., A. (2012). Kolostomi, manajemen dan kualitas hidup untuk pasien. 27
Juni 2013. http://kesehatan.kompasiana.com/medis/2012/12/21/kolostomi-
manajemen-dan-kualitas-hidup-untuk-pasien-512846.html.
Kartika, U. (2013). Kanker usus besar diprediksi meningkat. 16 Juni 2013.
http://health.kompas.com/read/2013/06/04/07514418/Kanker.Usus.Besar.
Diprediksi.Meningkat
Lukong, C., Jabo, B., & Mfuh, A. (2012). Colostomy in neonates under local
anaesthesia: Indications, technique and outcome. African Journal of
Paediatric Surgery: 9 (2). 176-180. 27 Juni 2013.http://dx.doi.org/
10.4103/0189-6725.99412
Nainggolan, S., A. & Asrizal. (2012). Edukasi kemampuan keluarga dalam
perawatan stoma pasien kolostomi di RSUP H Adam Malik Medan. Jurnal
Keperawatan USU: 2 (1). 35-41. 27 Juni 2013. http://jurnal.usu.ac.id/
index.php/jkk/article/ download/197/150
Newton, S. (2009). Oncology nursing advisor comprehensive guide to clinical
practice. St. Louis: Mosby.
Potter, Patricia A., Perry, Anne Grifin. (2005). Buku ajar Fundamental
Keperawatan: Konsep, Proses, dan Praktik. Edisi ke-4. Penerjemah:
Yasmin Asih. Jakarta: EGC
Putri, R., H. (2011). Irigasi kolostomi. 25 Juni 2013. http://www.perawatluka.
com/irigasi-kolostomi/
Rahmianti, D. (2013). Bahaya kanker kolorektal. 16 Juni 2013. http://www.
readersdigest.co.id/sehat/info.medis/bahaya.kanker.kolorektal/005/001/166
RS Dharmais. (n.d). Kanker kolorektal (usus besar dan rektum). 16 Juni 2013.
http://www.dharmais.co.id/index.php/kanker-kolon.html
Ruddon, R., W. (2007). Cancer biology. 4th ed. New York: Oxford Iniversity
Press, Inc.
Simanjuntak, P & Nurhidayah R., E. (2007). Kemampuan self care dan gambaran
diri pasien kolostomi di RSUP H. Adam Malik Medan. Jurnal
Keperawatan Rufaidah Sumatera Utara: 2 (2). 65-69. 20 Mei 2013.
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/21173/1/ruf-nov2007-
2%20%284%29.pdf
Universitas Indonesia
Smeltzer & Bare. (2002). Buku ajar keperawatan medical bedah. (Penerjemah:
Waluyo, A.). Jakarta: EGC
Sudoyo, W. A., dkk. (2006). Ilmu penyakit dalam. Edisi IV. Jakarta : Pusat
penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam FK UI
Proyeksi Penduduk 2000 - 2025. (n.d). Urbanisasi. 3 Juli 2013. http://www.
datastatistikindonesia.com/proyeksi/index.php?option=com_content&task
=view&id=923&Itemid=939
The President Post Indonesia. (2013). Masalah urbanisasi: laju urbanisasi
semakin rentan. 3 Juli 2013. http://thepresidentpostindonesia.com/p=2242
Tjokronagoro, S., M. (2004, 24 April). Peranan radioterapi dalam
penanggulangan penyakit kanker. Pidato Pengukuhan Jabatan Guru Besar
Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada.
Truven Health Analytics. (2012). Colostomy care. 20 Mei 2013. http://www.
drugs.com/cg/colostomy-care.html
WOCN Society. (2008). Basic ostomy skin care. 20 Mei 2013. http://www.
ostomy.org/ostomy_info/wocn/wocn_basic_ostomy_skin_care.pdf
Zhang, Y. (2008). Encyclopedia of global health. (vol.1-4). Thousand Oaks, CA:
SAGE Publications, Inc. doi: 104135/9781412963855
Universitas Indonesia
OLEH:
MANGGARSARI, S.Kep
NPM. 0806334054
V. MEDIA
1. Alat dan bahan irigasi kolostomi sederhana
2. Leaflet
- Melakukan demonstrasi
irigasi kolostomi
3. Penutup - Mengevaluasi subjektif - Menjawab
(5 menit) dan objektif - Memperhatikan dan
- Menyimpulkan bersama- mendengarkan
sama - Memperhatikan dan
- Mengucapkan terima kasih mendengarkan
- Mengucapkan salam - Menjawab salam
penutup
VIII. SUMBER
BIODATA DIRI
Nama : Manggarsari
Tempat & Tanggal Lahir : Madiun, 8 Oktober 1990
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat rumah : Jl. Kelapa Sawit I Rt.01/10 No.6 UKS Matraman
Jaktim 13120
HP/ Email : 08159214515/ kelapabunga@gmail.com
Riwayat Pendidikan :
1. Lulus TK Santi Bhakti Jakarta tahun 1996
2. Lulus SD Negeri Kincir 03 Jakarta tahun 2002
3. Lulus SMP Negeri 7 Jakarta tahun 2005
4. Lulus SMA Negeri 31 Jakarta tahun 2008
5. Lulus Sarjana Keperawatan FIK UI Depok tahun 2012