You are on page 1of 3

Diagnosis Keperawatan Terkait Aspek Keamanan

Bahaya Lingkungan

Elvira Primananda Putri, 1606878543

Setelah data melewati tahap pengkajian, data ditinjau apakah ada yang dapat
menyebabkan ancaman keamanan. Dengan mengidentifikasi karakteristik definisi dari data
yang ada dapat mempermudah pengambilan diagnosis. Proses diagnosis membutuhkan
identifikasi akurat dari karakteristik definisi dan faktor resiko. Faktor resiko ini dapat menjadi
dasar dalam menentukan terapi yang akan dilakukan. Bermacam diagnosis keperawatan yang
berhubungan dengan keamanan lingkungan diantaranya, infeksi, cedera fisik, perilaku
kekerasan, bahaya lingkungan, proses pertahanan tubuh, dan termoregulasi. Dalam LTM ini
akan dibahas diagnosis keperawatan bahaya lingkungan.

Bahaya merupakan sumber potensi kerusakan atau situasi yang dapat menimbulkan
kerugian. Bahaya dapat diartikan sebagai potensi dari rangkaian sebuah kejadian untuk
muncul dan menimbulkan kerusakan ataupun kerugian. Bahaya dapat terjadi dimana saja baik
di tempat kerja atau di lingkungan, namun bahaya hanya akan menimbulkan efek jika terjadi
suatu kontak (Ratnasari, 2009). Dalam diagnosis keperawatan bahaya lingkungan terbagi
menjadi 3 macam yaitu, kontaminasi, resiko kontaminasi, dan resiko keracunan.

Kontaminasi merupakan keadaan dimana paparan kontaminan yang berasal dari


lingkungan dapat menyebabkan gangguan kesehatan. Kontaminasi dapat terjadi di makanan
yaitu pencampuran bahan makanan dengan mahkluk hidup atau zat berbahaya yang dapat
meracuni orang yang mengkonsumsinya. Sedangkan kontaminasi silang adalah perpindahan
bakteri atau zat berbahaya dari benda satu ke bahan pangan, misalnya talenan yang tidak
bersih dapat mengkontaminasi makanan. Contoh zat kontaminan yaitu, pestisida yang dapat
menyebabkan masalah dermatologi, gastrointestinal, neurological, paru-paru dan ginjal.
Faktor penyebab kontaminasi terbagi menjadi faktor eksternal dan faktor internal. Faktor
eksternal diantaranya, lantai berkarpet, kontaminasi kimia dari makanan, palutan atmosfer,
radiasi, kurangnya personal hygiene dan tidak tercukupinya ventilasi ruangan. Sedangkan
faktor internal yang menyebabkan kontaminasi diantaranya, umur, paparan kontaminan,
kurangnya nutrisi, dan merokok (NANDA,2015). Hasil akhir yang diharapkan pada kasus
kontaminasi adalah pengendalian resiko komunitas, keamanan lingkungan rumah, dan
keparahan gejala (NOC, 2012).

Resiko keracunan dapat diartikan keadaan paparan obat atau produk berbahaya yang
pada dosis tertentu dapat menyebabkan masalah kesehatan. Resiko dapat diartikan sebagai
peluang munculnya suatu kejadian yang dapat menimbulkan efek terhadap suatu objek.
Sedangkan menurut WHO keracunan adalah kondisi yang mengikuti masuknya suatu zat
psikoaktif yang menggangu kesadaran, kognisi, persepsi, perilaku, fungsi dan respon
psikologis. Bahan sumber penyebab keracunan antara lain, bahan kimia umum seperti
pestisida, gas (metana, nitrogen, karbon monoksida, dan klor), golongan logam timbal, agen
biologi (sengatan lebah), racun yang berasal dari bakteri, dan racun yang dihasilkan
tumbuhan. Hasil akhir yang diharapkan dalam kasus keracunan adalah keamanan lingkungan
rumah, perilaku keamanan individu, dan keparahan cedera fisik.

Tanda dan gejala terjadi keracunan mirip dengan tanda dan gejala suatu penyakit
seperti, kejang, stroke, luka bakar di sekitar mulut, muntah, mulut berbuih, sulit bernafas, dan
kebingungan. Faktor resiko dari resiko keracunan terbagi menjadi faktor internal dan
eksternal. Faktor internal diantaranya, perubahan fungsi kognitif, gangguan emosional,
tindakan pencegahan keracunan yang kurang, pengetahuan tentang farmakologi yang kurang
dan kurangnya pengetahuan untuk menghindari keracunan. Faktor eksternal yaitu, akses ke
produk berbahaya, akses terhadap produk terlarang dan akses untuk memiliki banyak
persediaan produk farmasi (NANDA, 2015). Usaha untuk mencegah terjadinya keracunan
antara lain adalah dengan menggunakan wadah tertutup untuk obat-obat, kosmetika, dan
produk lain yang memiliki potensi bahaya, bila akan menggunakan bahan kimia (pestisida)
selalu gunakan alat pelindung diri, seperti masker dan sarung tangan, mencuci tangan dengan
sabun setelah menggunakan bahan kimia, dan jangan pernah mengkonsumsi tanaman dan
jenis ikan yang belum diketahui keamananya jika dikonsumsi.

Daftar Pustaka :

Nanda Intenasional (2015). Diagnosisi Keperawatan 2015-2017. EGC: Jakarta.

POM. (2010). Pencegahan Keracunan Secara Umum. POM: Jakarta

Ratnasari, S. T.(2009). Analisis Resiko. Universitas Indonesia: Jakarta

You might also like