You are on page 1of 19

Bab II Tinjauan Pustaka

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Fisiografi Regional Jawa Barat

Berdasarkan morfologi dan struktur, Van Bemmelen (1949) membagi

fisiografi daerah Jawa Barat menjadi empat daerah, yaitu :

Gambar 2.1 Pembagian Fisiografi Jawa Barat (Van Bemmelen, 1949)

1. Zona Dataran Pantai Jakarta

Menempati bagian utara Jawa membentang barat-timur mulai dari Serang,

Jakarta, Subang, Indramayu hingga Cirebon.

2. Zona Bogor

Menempati bagian selatan Zona Dataran Pantai Jakarta, membentang

mulai dari Tangerang, Bogor, Purwakarta, Sumedang, Majalengka dan

Kuningan. Zona Bogor umumnya bermorfologi perbukitan yang

Fakultas Teknik Geologi Universitas Padjadjaran


Bab II Tinjauan Pustaka
5

memanjang barat-timur dengan lebar maksimum sekitar 40 km. Batuan

penyusun terdiri Akhir batuan sedimen Tersier dan batuan beku baik

intrusif maupun ekstrusif. Morfologi perbukitan terjal disusun oleh batuan

beku intrusif, seperti yang ditemukan di komplek Pegunungan

Sanggabuana, Purwakarta. Van Bemmelen (1949), menamakan morfologi

perbukitannya sebagai antiklinorium kuat yang disertai oleh pensesaran.

3. Zona Bandung

Letaknya di bagian selatan Zona Bogor, memiliki lebar antara 20 km

hingga 40 km, membentang mulai dari Pelabuhanratu, menerus ke timur

melalui Cianjur, Bandung hingga Kuningan.

Zona bandung terisi oleh endapan-endapan alluvial dan vulkanik muda

(kuater), namun di beberapa tempat merupakan campuran endapan tersier

dan kuarter. Pegunungan tersier itu antara lain: Pegunungan Bayah

berumur Eosen; Bukit di lembah Ci mandiri; Bukit-bukit Rajamandala

yang berumur Oligosen; Bukit-bukit Kabanaran.

Pegunungan itu telah tertoreh dan tererosi dengan kuat, sehingga

merupakan permukaan yang agak datar (peneplain). Peneplain it uterus

melandai ke barat ke Selat Sunda. Cekungan antar pegunungan di zona

Bandung antara lain depresi Cianjur-Sukabumi, depresi Bandung, depresi

Garut, dan depresi Citanduy.

4. Zona Pegunungan Selatan

Terletak di bagian selatan Zona Bandung. Pannekoek, (1946), menyatakan

bahwa akhir antara kedua zona fisiografi tersebut dapat diamati di Lembah

Cimandiri, Sukabumi. Zona Pegunungan Selatan terbentang mulai dari

Fakultas Teknik Geologi Universitas Padjadjaran


Bab II Tinjauan Pustaka
6

teluk Pelabuhan Ratu sampai Nusakambangan. Zona ini mempunyai lebar

50 km, namun di bagian timur menjadi sempit dengan lebar hanya

beberapa kilometer. Pegunungan Selatan telah mengalami perlipatan dan

pengangkatan pada zaman Miosen, dengan kemiringan lembah kea rah

Samudera Indonesia.

Pegunungan Selatan dapat dikatakan suatu plateau dengan permukaan

batuan endapan Miosen Atas, namun pada beberapa tempat permukaannya

tertoreh dengan kuat sehingga tidak merupakan plateau lagi. Sebagian

besar dari pegunungan selatan mempunyai dataran erosi yang letaknya

lebih rendah, disebut dataran Lengkong yang terletak di bagian baratnya

dan sepanjang hulu sungai Ci Kaso. Pada waktu pengangkatan

pegunungan selatan (pleistosen tengah) dataran Lengkong ikut terangkat

pula, sehingga batas Utara mencapai ketinggian 800 m dan bukitbukit

pesisir mencapai 400 m. di pegunungan selatan terdapat bagian-bagian

Plateau Jampang, Plateau Pangalengan dan Plateu Karangnunggal.

Daerah penelitian terletak pada perbatsan antara Zona Bandung dan Zona

Pegunungan Selatan.

2.2. Stratigrafi Regional Garut


Batuan tertua yang tersingkap di peta geologi regional Garut adalah lava

dan breksi andesit serta uf yang setempat teropilitkan. Sisipan

batugamping yang dijumpai menunujukan umur Oligosen Akhir hingga

bagian awal Miosen Tengah. Batuan-batuan tersebut termasuk dalam

Formasi JAmpang (Tomj). Pemropilitan tersebut akibat terobosan diorite

kuarsa (Tmdi) yang berumur akhir Miosen Tengah. Formasi Jampang

Fakultas Teknik Geologi Universitas Padjadjaran


Bab II Tinjauan Pustaka
7

ditindih tak selaras Formasi Bentang (Tmpb) yang berumur Miosen Akhir

hingga Pliosen Awal. Bagian bawah Formasi Bentang terdiri dari

konglomerat, batupasir tufan, sisipan lempung dengan lensa lignit dan

mengandung moluska. Bagian atas terdiri atas tuf kaca berbatuapung,

sisipan batupasir tuf kasar dan mengandung foram kecil.


Di bagian utara dijumpai lava dan breksi tuf yang bersusun andesait dan

mengandung fragmen batuapung. Diduga batuan gunungapi tersebut

termasuk dalam Formasi Beser (Tmb) yang berumur Miosen Akhir.

Hubungan dengan Formasi BEntang di daerah ini tidak jelas. Batua

gunungapi yang diduga berumur Pliosen (Tpv) menindih tidak selaras

Formasi Bentang, terdiri dari tuf hablur, tuf sela dan breksi tu andesit. Di

samping itu dijumpai pula batuan terobosan berupa andesit piorksen

(Tpap) dan andesit hornblende (Tpah). Batuan gunungapi tersebut ditindih

tidak selaras oleh batuan gunungapi yang lebih muda, diudga berumur Pli-

Plistosen (QTv), terdiri dari tuf habllur, breksi tuf berbatuapung, breksi

dan lava andesit. Batuan gunungapi Kuarter Tua menindih tidak selaras

batuan gunungapi Plio-Plistosen.


2.3. Geologi Daerah Kamojang
Kawah kamojang merupakan bagian dari kompleks gunungapi dengan

diameter sekitar 15 km. kerucut-kerucut muda terbentuk disisi timur dengan

aktivitas bergeser ke arah tenggara dari Gunung Masigit ke Gunung Guntur

(Healy, 1971, op. cit Mahon, 1976). Produk volkanik tua umumnya bersifat

andesitan, sedangkan produk volkanik muda bersifat basaltic (Hadian,

1970). Endapan permukaan sekitar kawah Kamojang berupa debu volkanik,

lapili dan endapan scoria (Miller, 1982).

Fakultas Teknik Geologi Universitas Padjadjaran


Bab II Tinjauan Pustaka
8

Berdasarkan sebaran produk dan genesa, daerah Kamojang ada tiga satuan

stratigrafi, yakni:
a) Satuan stratigarfi Pangkalan Purba diperkirakan sebagai satuan

yang paling tua menyebar mulai dari Gunung Jawa sampai Gunung

Masigit.
b) Satuan kerucut gunungapi generasi kedua yang menempati sisa

kawah purba terdiri atas Gunung Pogor, Gunung Cakra, Gunung

Gandapura dan Gunung Gajah.


c) Satuan stratigrafi kerucut parasit tersebar di sisi timur dan

baratdaya gunungapi purba terdiri atas Gunung Picung, Gunung

Guntur, Gunung Leuweungtiis, Gunung Putri, Gunung Sanggar dan

Gunung Cibatuipis.
Hubungan umur relative antara kerucut parasit yang satu dengan

kerucut parasit yang satu dengan kerucut parasit lainnya agak sulit

ditentukan, mengingat tidak adanya hubungan/kontak langsung

antara keduanya.
Komplek Gandapura-Guntur sangat dipengaruhi oleh gejala

amblesan dan patahan, terutama patahan yang berarah baratlaut-

tenggara dan utara-timurlaut (Healy, 1973b, op cit Healy, 1975).


Pengkajian gejala struktur geologi pada citra Landsat didekati

dengan penafsiran gejala kelurusan. Gejala ini sering berasosiasi

dengan sesar-sesar, walaupun tidak selalu dapat dibuktikan.

Kelurusan-kelurusan yang teramati di daerah Kamojang umumnya

berarah baratlaut-tenggara, sedangkan yang berarah baratdaya-

timurlaut dan utara-selatan hanya beberapa yang teramati. Dari

hasil pengkajian tampak bahwa pemunculan kegiatan volkanik-

Fakultas Teknik Geologi Universitas Padjadjaran


Bab II Tinjauan Pustaka
9

magmatik selalu berasosiasi dengan kelurusan atau perpotongan

kelurusan.
Gejala lain yang teramati di daerah Kamojang adalah gejala

melingkar. Beberapa jenis gejala melingkar dapat dibedakan

masing-masing: (a) kawah atau sisa kawah, (b) depresi atau

cekungan, (c) tonjolan atau kubah dan (d) gejala terpendam yang

tidak teramati dari topografi. Gejala melingkar di daerah Kamojang

terletak diantara dua kelurusan yang berpotongan dengan sudut <

90.
2.4. Dasar Teori Panasbumi
2.4.1. Definisi Panasbumi
Panasbumi merupakan penjelmaan suhu bumi yang telah ada sejak

bumi terbentuk. Panas itu sendiri bisa berasal dari bola gas pijar yang

terlepas dari matahari yang kemudian membentuk bumi, proses isotermis

bumi atau proses pembusukan mineral radioaktif (M. Alwar, 1981 Dalam

laporan skripsi Karakteristik Geokimia Panasbumi Daerah Gunung

Welirang oleh Ricki Fattah, 2010).


Panas Bumi adalah sumber energi panas yang terkandung di dalam

air panas, uap air, dan batuan bersama mineral ikutan dan gas lainnya yang

secara genetik semuanya tidak dapat dipisahkan dalam suatu sistem Panas

Bumi dan untuk pemanfaatannya diperlukan proses penambangan (Pasal 1

UU No.27 tahun 2003 tentang Panas Bumi).


Secara umum sebaran dari sumber panasbumi terdapat pada jalur

gunungapi, maka di dalam sistem hidrothermal sebagai sumber panas adalah

magma, sedangkan batuan penudungnya merupakan hasil erupsi dari

gunungapi, berupa bahan lepas (piroklastik) maupun berupa aliran lava.

2.4.2. Kaitan Geologi dan Panasbumi

Fakultas Teknik Geologi Universitas Padjadjaran


Bab II Tinjauan Pustaka
10

Sumberdaya panasbumi tidak mungkin dapat dipahami tanpa

mempelajari mekanisme pembentukan magma dan kegiatan vulkanisme.

Sistem panasbumi dengan suhu yang tinggi terletak pada tempat-tempat

tertentu, yaitu di sepanjang zona vulkanik punggungan pemekaran benua, di

atas zona subduksi, dan di daerah anomaly pelelehan dalam lempeng. Energi

panasbumi 50% ada di dalam magma, 43% di dalam batu kering panas (hot

dry rock), dan 7% di dalam sistem hidrotermal.


Berdasarkan penjelasan di atas, maka dengan sendirinya

pembentukan sumber panasbumi ini dikontrol oleh proses-proses geologi

yang telah atau sedang berlangsung di sepanjang jalur tersebut. Proses

geologi yang dimaksud bisa digolongkan sebagai berikut :

1. Kegiatan magma khususnya kegunungapian atau vulkanisme

berupa terobosan-terobosan batuan dan letusan gunungapi.

2. Proses pengangkatan yang menyebabkan terbentuknya sesar-

sesar mendatar dan sesar normal di sepanjang jalur gunungapi

tersebut.

Kedua aspek ini telah mendangkalkan sumber-sumber panas pada

jalur gunungapi yang telah terbentuk lebih dahulu, relatif terhadap daerah di

sekitarnya.
2.4.3. Konsep Panasbumi
Di alam, panasbumi membentuk suatu sistem tertentu yang disebut

dengan sistem panasbumi. Sistem hidrotermal merupakan bagian dari sistem

panasbumi yang merupakan sistem tata air, proses pemanasan serta kondisi

air yang terpanasi terkumpul. Konsentrasi panasbumi tersebut dicirikan oleh

anomali panasbumi positif pada suatu daerah, yang berarti pada daerah itu

Fakultas Teknik Geologi Universitas Padjadjaran


Bab II Tinjauan Pustaka
11

gradien temperatur jauh lebih besar dari gradien temperatur normal bumi

(UNOCAL, 1987 Dalam laporan skripsi Karakteristik Geokimia Panasbumi

Daerah Gunung Welirang oleh Ricki Fattah, 2010).


Sistem panasbumi merupakan daur hidrologi yang dalam

perjalanannya air berhubungan langsung dengan sumber panas yang

bertemperatur tinggi sehingga terbentuk airpanas atau uap panas, yang dapat

terperangkap pada suatu reservoir berupa batuan poros dengan permeabilitas

tinggi.
Prinsip dari pembentukan sistem panasbumi selalu memerlukan

sirkulasi air yang memadai. Daur hidrologi di daerah panasbumi dimulai

dari air hujan yang masuk ke dalam tanah, kemudian membentuk aquifer air,

yang terpanasi oleh sumber panas dalam bumi. Fluida panas ini naik ke

permukaan melalui retakan-retakan batuan membentuk sumber-sumber

airpanas dan keluar sebagai uap atau airpanas yang disemburkan.


Airtanah yang mengalami pemanasan akan keluar dengan dorongan

arus konveksi, melalui jalur-jalur struktur yang ada. Selama perjalanannya

menuju permukaan air tersebut akan berinteraksi dengan batuan sekitarnya

sehingga terbentuk batuan ubahan panasbumi.

Fakultas Teknik Geologi Universitas Padjadjaran


Bab II Tinjauan Pustaka
12

Gambar 2.3 Sketsa pembentukan airpanas dan uap serta hubungan antara suhu
airpanas dengan kedalaman (Mc. Donald, 1972 dalam laporan skripsi
Karakteristik Geokimia Panasbumi Daerah Gunung Welirang oleh Ricki Fattah,
2010)

Sumber panasbumi yang terbentuk di kulit bumi berlangsung dengan

suatu model sebagai berikut (Gambar 2.4):

1. Adanya sumber panasbumi, bisa berupa magma, atau sisa dari

lava yang dierupsikan (sisa aktif masa lalu), pergerakan sesar

aktif.

2. Persediaan air tanah yang cukup dan sirkulasinya dekat dengan

sumber panasbumi, agar terbentuk uap airpanas.

3. Adanya batuan porous sebagai batuan reservoir yang dapat

menyimpan sumber uap dan airpanas.

4. Adannya caps rock yang dapat menahan hilangnya uap dan

airpanas.

5. Panasnya harus mencapai suhu tertentu, biasanya di atas 1800C.

2.4.4. Manifestasi Panasbumi Di Permukaan


Berbeda dengan sistem minyak-gas, adanya suatu sumber daya

panasbumi di bawah permukaan sering kali ditunjukkan oleh adanya

manifestasi panasbumi di permukaan (Gambar 2.5), seperti mata air panas,

kubangan lumpur panas (mud pools), geyser dan manifestasi panasbumi

lainnya. Manifestasi panasbumi di permukaan diperkirakan terjadi karena

adanya perambatan panas dari bawah permukaan atau karena adanya

rekahan-rekahan yang memungkinkan fluida panasbumi (uap dan air panas)

mengalir ke permukaan.

Fakultas Teknik Geologi Universitas Padjadjaran


Bab II Tinjauan Pustaka
13

Gambar 2.4 Manifestasi panasbumi di permukaan


Berikut merupakan jenis-jenis manifestasi panasbumi di permukaan,

yaitu:
Tanah hangat (Warm Ground)
Adanya sumberdaya panasbumi di bawah permukaan dapat

ditunjukkan antara lain dari adanya tanah yang mempunyai temperatur

lebih tinggi dari temperatur tanah disekitarnya. Hal ini terjadi karena

adanya perpindahan panas secara konduksi dari batuan bawah permukaan

ke batuan permukaan.
Tanah hangat umumnya terjadi di atas tempat terdapatnya

sumberdaya panasbumi atau di daerah sekitarnya di mana terdapat

manifestasi panasbumi lainnya yang memancarkan panas lebih kuat,

misalnya di sekitar daerah dimana ada uap panas keluar dari tanah atau

steaming ground, atau di daerah sekitar kolam air panas.


Permukaan Tanah Beruap (Steaming Ground)
Di beberapa daerah terdapat tempat-tempat di mana uap panas

(steam) nampak keluar dari permukaan tanah. Jenis manifestasi

panasbumi ini disebut steaming ground. Diperkirakan uap panas tersebut

berasal dari suatu lapisan tipis dekat permukaan yang mengandung air

Fakultas Teknik Geologi Universitas Padjadjaran


Bab II Tinjauan Pustaka
14

panas yang mempunyai temperatur sama atau lebih besar dari titik

didihnya (boiling point).


Mata Air Panas (Hot Spring)
Mata air panas juga merupakan salah satu petunjuk adanya

sumberdaya panasbumi di bawah permukaan. Mata air panas ini

terbentuk karena adanya aliran air panas dari bawah permukaan melalui

rekahan-rekahan batuan sehingga menghasilkan air dengan temperatur

lebih besar dari 500 C.


Sifat air permukaan seringkali digunakan untuk memperkirakan

jenis reservoir dibawah permukaan, antara lain untuk:


Mata air panas yang bersifat asam biasanya merupakan

manifestasi permukaan dari suatu sistem panasbumi yang

didominasi uap.
Sedangkan mata air panas yang bersifat netral biasanya

merupakan manifestasi permukaan dari suatu sistem

panasbumi yang didominasi air. Mata air panas yang bersifat

netral, yang merupakan manifestasi permukaan dari sistem

dominasi air, umumnya jenuh dengan silika.


Apabila laju aliran air panas tidak terlalu besar umumnya di

sekitar mata air panas tersebut terbenntuk teras-teras silika

yang berwarna keperakan (silica sinter terraces atau sinter

platforms). Bila air panas banyak mengandung Carbonate

maka akan terbentuk teras-teras travertine (travertine terrace).


Namun di beberapa daerah, yaitu di kaki gunung, terdapat

mata air panas yang bersifat netral yang merupakan

manifestasi permukaan dari suatu sistem panasbumi dominasi

uap.
Kolam Air Panas (Hot Pools)

Fakultas Teknik Geologi Universitas Padjadjaran


Bab II Tinjauan Pustaka
15

Adanya kolam air panas di alam juga merupakan salah satu

petunjuk adanya sumberdaya panasbumi di bawah permukaan. Kolam air

panas ini terbentuk karena adanya aliran air panas dari bawah permukaan

melalui rekahan-rekahan batuan. Pada permukaan air terjadi penguapan

yang disebabkan karena adanya perpindahan panas dari permukaan air ke

atmosfer.
Kolam air panas dibedakan menjadi tiga jenis, yaitu:
Kolam air panas tenang (calm pools)
Kolam air panas mendidih (boiling pools)
Kolam air panas bergolak (ebuliant pools)
Telaga Air Panas (Hot Lakes)
Telaga air panas pada dasamya juga kolam air panas, tetapi lebih

tepat dikatakan telaga karena luasnya daerah permukaan air. Umumnya

istilah telaga dipakai bila luas permukaannya lebih dari 100 m2. Telaga

air panas sangat jarang terdapat dialam karena telaga air panas terjadi

akibat hydrothermal eruption yang sangat besar


Bila didalam telaga terjadi konveksi, temperatur pada umumnya

tidak berubah terhadap kedalaman. Telaga air panas dapat terjadi di

daerah dimana terdapat reservoar dominasi air ataupun didaerah dimana

terdapat reservoar dominasi uap. Semua telaga air panas yang

mempunyai temperatur didasar danau mendekati titik didih sangat

berbahaya dan merupakan tempat yang sangat memungkinkan untuk

tejadinya hydrothermal eruption.


Fumarole
Fumarole adalah lubang kecil yang memancarkan uap panas kering

(dry steam) atau uap panas yang mengandung butiran-butiran air (wet

steam).
Apabila uap tersebut mengandung gas H2S maka manifestasi

permukaan tersebut disebut solfatar. Fumarole yang

Fakultas Teknik Geologi Universitas Padjadjaran


Bab II Tinjauan Pustaka
16

memancarkan uap dengan kecepatan tinggi kadang-kadang

juga dijumpai di daerah tempat terdapatnya sistem dominasi

uap. Uap tersebut mungkin mengandung S02 yang hanya stabil

pada temperatur yang sangat tinggi (>5000 C).


Fumarole yang memancarkan uap dengan kandungan asam

boric tinggi umumnya disebut soffioni.


Hampir semua fumarole yang merupakan manifestasi permukaan

dari sistem dominasi air memancarkan uap panas basah. Temperatur uap

umumnya tidak lebih dari 1000 C. Fumarole jenis ini sering disebut

fumarole basah (wet fumarole).


Geyser
Geyser didefinisikan sebagai mata air panas yang menyembur ke

udara secara intermitent (pada selang waktu tak tentu) dengan ketinggian

air sangat beraneka ragam, yaitu dari kurang dari satu meter hingga

ratusan meter. Selang waktu penyemburan air (erupsi) juga beraneka

ragam, yaitu dari beberapa detik hingga beberapa hari. Lamanya air

menyembur ke pemukaan juga sangat beraneka ragam, yaitu dari

beberapa detik hingga beberapa jam. Geyser merupakan manifestasi

permukaan dari sistem dominasi air.


Kubangan Lumpur Panas (Mud Pools)
Kubangan lumpur panas juga merupakan salah satu manifestasi

panasbumi di permukaan. Kubangan lumpur panas umumnya

mengandung non-condensible gas (CO2) dengan sejumlah kecil uap

panas. Lumpur terdapat dalam keadaan cair karena kondensasi nap panas.

Sedangkan letupanletupan yang tejadi adalah karena pancaran C02.


Silika Sinter
Silika sinter adalah endapan silika di permukaan yang berwarna

keperakan. Umumnya dijumpai disekitar mata air panas dan lubang

Fakultas Teknik Geologi Universitas Padjadjaran


Bab II Tinjauan Pustaka
17

geyser yang menyemburkan air yang besifat netral. Apabila laju aliran air

panas tidak terlalu besar umumnya disekitar mata air panas tersebut

terbentuk teras-teras silika yang berwarna keperakan (silica sinter

teraces atau sinter platforms). Silika sinter merupakan manifestasi

pernukaan dari sistem panasbumi yang didominasi air.


Batuan Teralterasi
Alterasi hidrothermal merupakan proses yang terjadi akibat adanya

reaksi antara batuan asal dengan fluida panasbumi. Batuan hasil alterasi

hidrotermal tergantung pada beberapa faktor, tetapi yang utama adalah

temperatur, tekanan, jenis batuan asal, komposisi fuida (hususnya pH)

dan lamanya reaksi (Browne, 1984 dalam Nenny Miryani Saptadji, 20..).

Proses alterasi hidrotermal yang tejadi akibat adanya reaksi antara batuan

dengan air jenis klorida yang berasal dari reservoir panasbumi yang

terdapat jauh dibawah permukaan (deep chloride water) dapat

menyebabkan teriadinya pengendapan (misalnya kwarsa) dan pertukaran

elemen-elemen batuan dengan fluida, menghasilkan mineral-mineral

seperti Chlorite, adularia, epidote. Air yang bersifat asam, yang terdapat

pada kedalaman yang relatif dangkal dan elevasi yang relative tinggi

mengubah batuan asal menjadi mineral clay dan mineral-mineral lainnya

terlepas. Mineral hidrothernal yang dihasilkan di zona permukaan

biasanya adalah kaolin, alutlite, sulphur, residue silika dan gypsum.


2.4.5. Jenis Energi Dan Sistem Panasbumi
Energi panasbumi diklasifikasikan kedalam lima kategori antara lain

earth energy, hot dry rock energy, magma energy, geopressured energy, dan

hydrothermal energy. Dari semua energi tersebut, energi dari sistem

hidrotermal (hydrothermal system) yang paling banyak dimanfaatkan karena

Fakultas Teknik Geologi Universitas Padjadjaran


Bab II Tinjauan Pustaka
18

pada sistem hidrotermal, pori-pori batuan mengandung air atau uap, atau

keduanya, dan reservoir umumnya letaknya tidak terlalu dalam sehingga

masih ekonomis untuk diusahakan.


Berdasarkan pada jenis fluida produksi dan jenis kandungan fluida

utamanya, sistem hidrotermal dibedakan menjadi dua, yaitu sistem satu fasa

dan sistem dua fasa.


Pada sistem satu fasa, sistem umumnya berisi air yang mempunyai

temperatur 90 1800 C dan tidak terjadi pendidihan bahkan selama

eksploitasi. Contoh dari sistem ini adalah lapangan panasbumi di Tianjin

(Cina) dan Waiwera (Selandia Baru).


Ada dua jenis sistem dua fasa, yaitu:
Sistem dominasi uap atau vapour dominated system, yaitu sistem

panasbumi dimana sumur-sumurnya memproduksikan uap kering atau

uap basah karena rongga-rongga batuan reservoirnya sebagian besar

berisi uap panas. Dalam sistem dominasi uap, diperkirakan uap mengisi

rongga-rongga, saluran terbuka atau rekahan-rekahan, sedangkan air

mengisi pori-pori batuan. Karena jumlah air yang terkandung di dalam

pori-pori relatif sedikit, maka saturasi air mungkin sama atau hanya

sedikit lebih besar dari saturasi air konat (Swc) sehingga air terperangkap

dalam pori-pori batuan dan tidak bergerak.


Sistem dominasi air atau water dominated system yaitu sistem

panasbumi dimana sumur-sumurnya menghasilkan fluida dua fasa berupa

campuran uap air. Dalam sistem dominasi air, diperkirakan air mengisi

rongga-rongga, saluran terbuka atau rekahan-rekahan.


Dibandingkan dengan temperatur reservoir minyak, temperatur

reservoir panasbumi relatif sangat tinggi, bisa mencapai 350 0C. Berdasarkan

pada besarnya temperatur, Hochstein, 1990 (dalam Nenny Miryani

Fakultas Teknik Geologi Universitas Padjadjaran


Bab II Tinjauan Pustaka
19

Saptadji,Ph.D, Departemen Teknik Perminyakan) membedakan sistem

panasbumi menjadi tiga, yaitu:


1. Sistem reservoir bertemperatur rendah, yaitu sistem yang reservoirnya

mengandung fluida dengan temperatur lebih kecil dari 1250 C.


2. Sistem reservoir bertemperatur sedang, yaitu suatu sistem yang

reservoirnya mengandung fluida bertemperatur antara 1250 C dan 2250 C.


3. Sistem reservoir bertemperatur tinggi, yaitu suatu sistem yang

reservoirnya mengandung fluida bertemperatur diatas 2250 C.


Sistem panasbumi seringkali juga diklasifikasikan berdasarkan

entalpi fluida yaitu sistem entalpi rendah, sedang, dan tinggi. Kriteria yang

digunakan sebagai dasar klasifikasi pada kenyataannya tidak berdasarkan

pada harga entalpi, akan tetapi berdasarkan pada temperatur mengingat

entalpi adalah fungi dari temperatur. Pada Tabel 2.1 ditampilkan klasifikasi

sistem panasbumi yang biasa digunakan.

Tabel 2.2 Klasifikasi sistem panasbumi berdasarkan temperatur

2.4.6. Geokimia Fluida Panasbumi


Data kimia fluida panasbumi sangat berguna, antara lain untuk

memberikan perkiraan mengenai sistem panasbumi yang terdapat di bawah

permukaan (temperatur, reservoar, asal muasal air), serta untuk mengetahui

sifat fluida khususnya tentang korosifitasnya dan kecenderungannya untuk

membentuk endapan padat (scale) yang diperlukan untuk perencanaan

sistem pemipaan dan sistem pembangkit listrik.

Fakultas Teknik Geologi Universitas Padjadjaran


Bab II Tinjauan Pustaka
20

Kandungan kimia fluida panasbumi di suatu tempat berbeda dengan

ditempat lainnya, tidak hanya dari lapangan ke lapangan, tetapi juga dengan

yang diperoleh dari suatu tempat dan tempat lainnya meskipun keduanya

terdapat di lapangan yang sama. Konsentrasi ion yang berbeda-beda dapat

disebabkan karena banyak hal, antara lain:


Temperatur
Kandungan gas
Sumber air
Jenis batuan
Kondisi dan lamanya interaksi air batuan
Adanya pencampuran antara air dari satu sumber dengan air dari sumber

lainnya.
Berdasarkan perbedaan diatas, maka Keith Nicholson (1993)

membagi air panas menjadi beberapa jenis yaitu:


a) Air Panas Klorida
Air tipe ini merupakan ciri khas dari fluida panasbumi dalam (deep

geothermal fluid) yang mana termasuk ke dalam sistem panasbumi

bertemperatur tinggi. Air panas klorida memiliki kandungan Cl, Na, dan

K yang tinggi, Ca seringkali rendah, SiO2 cukup tinggi (tergantung

temperatur).
b) Air Panas Sulfat
Air panas sulfat biasanya terjadi di daerah panasbumi yang dikontrol oleh

kegiatan vulkanik aktif dimana uap terkondensasi menjadi air

permukaan. Air panas tipe ini memiliki ion SO4- yang tinggi, Cl- dan

HCO3- sangat rendah (terkadang 0), mengandung Na, K, Ca, Mg, Fe, dan

pH rendah (<2-3).
c) Air Panas Bikarbonat
Air panas bikarbonat merupakan hasil dari kondensasi uap air dan gas ke

dalam air bawah permukaan yang miskin oksigen, ditemukan di daerah

non-vulkanik dengan sistem bertemperatur tinggi. Kandungan ion

Fakultas Teknik Geologi Universitas Padjadjaran


Bab II Tinjauan Pustaka
21

utamanya adalah HCO3- dan memiliki pH mendekati netral sebagai hasil

dari reaksi air dengan batuan lokal. Di permukaan, air panas tipe ini

dicirikan oleh kehadiran endapan sinter karbonat atau travertine.


d) Air Panas Dilute Klorida-Bikarbonat
Air panas tipe ini dibentuk oleh interaksi air klorida dengan air tanah atau

air bikarbonat selama perjalanannya ke permukaan (lateral flow). Air

panas ini kemungkinan berada di daerah batas (margin) dari suatu sistem

panasbumi bertemperatur tinggi. Komposisi ion dari air panas ini

didominasi oleh ion klorida dan bikarbonat dalam jumlah yang

bervariatif serta memiliki pH 6-8.


2.4.7. Geothermometer
Geothermometer merupakan suatu metoda yang umum digunakan

dalam eksplorasi geokimia untuk memprediksi temperatur reservoar atau

temperatur sumber air bawah permukaan. Media yang digunakan dalam

metode ini dapat berupa ion-ion atau senyawa yang larut dalam air (solute

geothermometer), gas-gas, maupun isotop.


Berdasarkan pengamatan di lapangan, manifestasi permukaan yang

ditemukan hanya berupa air panas, maka untuk menginterpretasi temperatur

reservoar dilakukan terhadap ion-ion atau senyawa yang larut dalam air

(solute geothermometer). Pada metode solute geothermometer terdapat

asumsi-asumsi yang digunakan, yaitu:

Konsentrasi elemen-elemen atau spesies-spesies yang digunakan hanya

dikontrol oleh temperatur pada saat reaksi mineral dengan fluida.

Terdapat mineral dan atau spesies terlarut yang berlimpah di dalam

sistem batuan dan fluida sehingga memungkinkan terjadinya reaksi

yang seketika.

Fakultas Teknik Geologi Universitas Padjadjaran


Bab II Tinjauan Pustaka
22

Reaksi mencapai kesetimbangan di dalam reservoar.

Setelah reaksi di dalam reservoar, fluida akan mencapai permukaan

dengan kecepatan alir yang memungkinkan tidak terjadinya

kesetimbangan kembali (reequilibriation) dalam perjalannya menuju

permukaan atau tidak terjadi reaksi di dekat permukaan.

Tidak terjadi pencampuran (mixing) dan pelarutan (dilution) pada fluida

yang meninggalkan reservoar menuju permukaan atau setelah di

permukaan (sebagai manifestasi permukaan)

Tidak semua sampel air panas dapat digunakan untuk

geothermometer. Kriteria sampel air panas yang dapat digunakan untuk

metode geothermometer adalah:

Mata air harus memiliki kecepatan aliran yang tinggi (>5 L/detik).

Temperatur mata air harus mendidih atau hampir mendidih ( >900 C).

pH mendekati neral.

2.4.8. Komposisi Isotop Stabil


Kandungan isotop stabil Oksigen-18 ( 18O) dan Hidrogen-2

(D/Deuterim) dalam air panas dapat digunakan untuk mengetahui asal air

panas dan proses yang berlangsung di bawah permukaan. Kandungan D

dalam air panas umumnya sama dengan dalam air meteorik lokal,

sedangkan 18O dalam air panas umumnya lebih positif dibandingkan

dengan air meteorik lokal (Keith Nicholson, 1993). Meskipun demikian,

adanya pencampuran dengan air magmatik, proses boiling dan lainnya dapat

mengakibatkan kandungan isotop stabil D dan 18O berubah.

Fakultas Teknik Geologi Universitas Padjadjaran

You might also like