You are on page 1of 26

Proposal Penelitian Tugas Akhir

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Energi adalah kebutuhan yang sangat penting bagi manusia dalam memenuhi segala
aktivitasnya. Seiring dengan kemajuan jaman dan pertumbuhan industri, maka kebutuhan energi
semakin meningkat. Di Indonesia, sumber energi yang paling dominan adalah minyak dan gas
bumi. Namun, produksi sumber energi ini tidak dapat diperbarui dan semakin menipis
keberadaannya. Maka dari itu perlu dikembangkannya energi alternatif lain untuk menggantikan
energi tersebut. Indonesia memiliki potensi energi alternatif lain yang dikenal sebagai panas
bumi atau geothermal. Bahkan 40% sumber panas bumi dunia berada di Indonesia.

Energi geothermal (panas bumi) tampaknya menjadi sumber energi alternatif yang
menarik karena harga minyak yang selalu berfluktuasi dan keprihatinan terhadap peningkatan
polusi lingkungan, termasuk pemanasan global. Sejak harga minyak telah mencapai puncaknya,
banyak muncul upaya untuk menemukan sumber energi alternatif. Penggunaan energi panas
bumi ditemukan lebih kompetitif dibandingan dengan energi fosil konvensional lainya. Selain
itu, proses pemanfaatannya relatif sederhana, sehingga energi yang dibutuhkan lebih murah.

Sumber energi panas bumi berasal dari air panas yang berada di lapisan tanah dangkal
dan batuan panas yang berada pada beberapa mil di bawah permukaan bumi dan yang lebih
dalam lagi yang mempunyai temperatur yang sangat tinggi yang berada di kerak bumi yang
disebut dengan magma. Penyelidikan mengenai geokimia airpanas pada dasarnya merupakan
sebuah tahapan penelitian tehadap suatu lapangan panas bumi untuk selanjutnya dapat
dikembangkan menjadi sebuah kesimpulan ekonomis dari suatu lapangan panas bumi.

PT Pertamina Geothermal Energy (PT PGE) merupakan salah satu perusahaan yang
memegang peranan dalam pengembangan panasbumi di Indonesia dengan hak pengelolaan 15
WKP, tiga diantaranya dikerjasamakan dengan mitra asing, yang merupakan jumlah hak
kepemilikan WKP terbanyak di Indonesia.

1|Page
Proposal Penelitian Tugas Akhir

Seiring dengan meningkatnya kebutuhan energi, maka pengembangan panasbumi sebagai


salah satu energi alternatif perlu ditingkatkan untuk dapat memenuhi kebutuhan energi tersebut.
PT Pertamina Geothermal Energy sebagai perusahaan nasional yang mendominasi
pengembangan energi panasbumi harus dapat meningkatkan produktivitas salah satunya dengan
cara pengembangan lapangan dan eksplorasi. Analisis data geokimia merupakan proses yang
penting dalam pengembangan panasbumi, karena hasil dari analisis yang dilakukan akan
digunakan baik pada tahap prospeksi, pemboran, produksi maupun tahap perencanaan dan
konstruksi.

Berdasarkan pemaparan diatas, maka penulis tertarik untuk meneliti mengenai panasbumi
lebih lanjut khususnya mengenai PEMODELAN GEOKIMIA RESERVOIR PADA
LAPANGAN X DAERAH Y sebagai topik Tugas Akhir.

1.2 Maksud dan Tujuan

Maksud dari penelitian ini adalah syarat utama untuk menyelesaikan program studi
Sarjana (S1) Teknik Geologi di Fakultas Teknik Geologi Universitas Padjadjaran, serta untuk
mempelajari aplikasi kajian ilmu panasbumi dan geokimia.

Adapun tujuan dari penelitian ini, yaitu:

Mengetahui kondisi geologi bawah permukaan daerah lapangan panasbumi menggunakan


metode geokimia dan korelasi dengan data pemboran.
Menentukan reaksi yang terjadi selama fluida bergerak didalam reservoir.
Menentukan top of reservoir menggunakan metode geokimia.
Mendapatkan model panasbumi tentatif dari reservoir panasbumi di daerah penelitian.
Mengetahui zona prospek panasbumi daerah penelitian.
Mengetahui faktor-faktor yang perlu dipertimbangkan dalam penentuan lokasi sumur
produksi.

2|Page
Proposal Penelitian Tugas Akhir

1.3 Manfaat Penelitian

Mengingat data geokimia merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam studi

panasbumi, maka adanya penelitian mengenai karakteristik panasbumi berdasarkan data

geokimia ini diharapkan dapat mendukung proses pengembangan dan eksplorasi lapangan

panasbumi yang pada akhirnya akan mampu untuk mendukung peningkatan produktivitas energi

panasbumi sebagai energy alternatif. Penelitian ini juga diharapkan dapat sangat bermanfaat bagi

masyarakat pada umumnya dan bagi penulis pada khususnya.

1.4 Waktu dan Tempat Penelitian

Lokasi Penelitian berada di PT Pertamina Geothermal Energy. Kegiatan Tugas Akhir


ini diajukan untuk dilaksanakan selama kurang lebih dua bulan pada interval waktu bulan Januari
2016 sampai dengan bulan Maret 2016, atau sesuai waktu yang dijadwalkan perusahaan.

3|Page
Proposal Penelitian Tugas Akhir

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Teori Dasar Panasbumi

2.1.1 Definisi Panasbumi

Panas Bumi adalah sumber energi panas yang terkandung di dalam air panas, uap air, dan
batuan bersama mineral ikutan dan gas lainya yang secara genetik semuanya tidak dapat
dipisahkan dalam suatu sistem Panas Bumi dan untuk pemanfaatannya diperlukan proses
penambangan (Pasal 1 UU No. 27 tahun 2003 tentang Panas Bumi). Energi panasbumi
merupakan energi panas yang tersimpan dalam batuan di bawah permukaan bumi dan fluida
yang terkandung di dalamnya. Secara umum sebaran dari sumber panasbumi terdapat pada jalur
gunungapi atau vulkanisme.

2.1.2 Kaitan Geologi dan Panasbumi

Untuk memahami sumberdaya panasbumi lebih mendalam, terlebih dahulu harus


mempelajari keadaan dan sejarah geologi, yaitu tepatnya mekanisme pembentukan magma dan
kegiatan vulkanisme yang terjadi. Sistem panasbumi dengan suhu yang tinggi terletak pada
tempat-tempat tertentu, yaitu di sepanjang zona vulkanik punggungan pemekaran benua, di atas
zona subduksi, dan di daerah anomali pelelehan dalam lempeng. Energi panasbumi 50% ada di
dalam magma, 43% di dalam batu kering panas (hot dry rock), dan 7% di dalam sistem
hidrotermal.

Berdasarkan penjelasan di atas, maka pembentukan sumber panasbumi ini dikontrol oleh
proses-proses geologi yang telah atau sedang berlangsung di sepanjang jalur tersebut. Proses
geologi yang dimaksud dapat digolongkan sebagai berikut:

1. Kegiatan magma khususnya kegunungapian atau vulkanisme berupa


terobosan-terobosan batuan dan letusan gunungapi.

4|Page
Proposal Penelitian Tugas Akhir

2. Proses pengangkatan yang menyebabkan terbentuknya sesar-sesar mendatar


dan sesar normal di sepanjang jalur gunungapi tersebut.

Kedua aspek ini telah mendangkalkan sumber-sumber panas pada jalur gunungapi yang
telah terbentuk lebih dahulu, relatif terhadap daerah di sekitarnya.

2.1.3 Konsep Panas Bumi

Panasbumi di alam membentuk suatu sistem tertentu yang disebut dengan sistem
panasbumi. Sistem hidrotermal merupakan bagian dari sistem panasbumi. Sistem hidrotermal
merupakan sistem tata air, proses pemanasan, serta kondisi air yang terpanasi terkumpul.
Konsentrasi panasbumi tersebut dicirikan oleh anomali panasbumi positif pada suatu daerah,
yang berarti pada daerah itu gradien temperatur jauh lebih besar dari gradien temperatur normal
bumi. Sistem panasbumi hidrotermal terbentuk sebagai hasil perpindahan panas dari suatu
sumber panas ke sekelilingnya yang terjadi secara konduksi dan konveksi. Perpindahan panas
secara konduksi terjadi melalui batuan, sedangkan perpindahan panas secara konveksi terjadi
karena adanya kontak antara air dengan suatu sumber panas. Perpindahan panas secara konveksi
terjadi karena gaya apung (buoyancy). Akibat gaya gravitasi, maka air selalu memiliki
kecenderungan bergerak ke bawah. Namun, apabila air tersebut mengalami kontak dengan suatu
sumber panas, maka akan terjadi perpindahan panas, sehingga temperatur air menjadi lebih
tinggi dan air menjadi lebih ringan. Keadaan ini menyebabkan air yang lebih panas bergerak ke
atas dan air yang lebih dingin bergerak ke bawah, sehingga terjadi sirkulasi air atau arus
konveksi.

Sistem panasbumi di Indonesia didominasi oleh sistem panasbumi hidrotermal yang


merupakan daur hidrologi yang dalam perjalanannya air berhubungan langsung dengan sumber
panas yang bertemperatur tinggi, sehingga terbentuk airpanas atau uap panas yang dapat
terperangkap pada suatu reservoir berupa batuan poros dengan permeabilitas tinggi. Sistem
hidrotermal di Indonesia mempunyai temperatur tinggi (>225C), hanya beberapa diantaranya
yang mempunyai temperatur sedang (150-225C).

5|Page
Proposal Penelitian Tugas Akhir

Prinsip pembentukan sistem panasbumi selalu memerlukan sirkulasi air yang memadai.
Daur hidrologi di daerah panasbumi dimulai dari air hujan yang masuk ke dalam tanah dan
kemudian membentuk akuifer air yang terpanasi oleh sumber panas dalam bumi. Fluida panas ini
lalu naik ke permukaan melalui retakan-retakan batuan yang membentuk sumber-sumber
airpanas dan keluar sebagai uap atau airpanas yang disemburkan.

Airtanah yang mengalami pemanasan akan keluar dengan dorongan arus konveksi
melalui jalur-jalur struktur yang ada. Selama perjalanannya menuju permukaan, air tersebut akan
berinteraksi dengan batuan sekitarnya, sehingga terbentuk batuan ubahan panasbumi.

Gambar 2.1.3 Sketsa pembentukan airpanas dan uap serta hubungan antara suhu airpanas
dengan kedalaman (Mc. Donald, 1972, dalam buku Nenny Miryani Saptadji, 2000).

Sumber panasbumi yang terbentuk di kulit bumi berlangsung dengan suatu model sebagai
berikut (Gambar 2.3):

1. Adanya sumber panasbumi, bisa berupa magma, atau sisa dari lava yang
dierupsikan (sisa aktif masa lalu), pergerakan sesar aktif.
2. Persediaan air tanah yang cukup dan sirkulasinya dekat dengan sumber

6|Page
Proposal Penelitian Tugas Akhir

panasbumi agar terbentuk uap airpanas.


3. Adanya batuan porous sebagai batuan reservoir yang dapat menyimpan
sumber uap dan airpanas.
4. Adanya capsrock yang dapat menahan hilangnya uap dan airpanas.
5. Panasnya harus mencapai suhu tertentu, biasanya di atas 180C.

2.1.4 Komponen Sistem Panasbumi

Sistem panasbumi yang terbentuk di kulit bumi memiliki 5 komponen utama yaitu :
1. Sumber panas Pembentukan sumber panasbumi memerlukan panas asal yang akan
membentuk perputaran (cycle) fluida hidrothermal dalam bentuk perbandingan uap dan
airpanas. Massa panas ini dapat berupa :
Massa panas padat, berupa berbagai macam batuan yang bersifat pembawa atau
penghantar panas (matriks batuan) hasil kontak yang berasal dari aktivitas volkanik,
seperti batuan ekstrusif maupun batuan inrusif.
Massa panas cair, dapat sebagai fluida pembawa atau penghantar panas (out flow dan
down flow sumber panasbumi yang berkaitan dengan proses kontaminasi air tanah) dari
daur panasbumi dan pengaruh struktur geologi (penekanan) sistem hidrologi yang
terjebak pada perlapisan batuan.
Massa panas mineral radioaktif, timbul dari decay mineral-mineral radioaktif yang
terdapat dibagian pluton.
Reaksi kimia (eksotermik).
2. Fluida
Fluida berfungsi sebagai media penyimpan panas dan mengalirkan panas dari sumber panas
ke permukaan bumi.Manifestasi adanya aliran panas tesebut di permukaan bumi dapat berupa
mata air, fumarol, solfatara maupun mud volcano.Interaksi antara fluida hidrotermal dengan
batuan mengakibatkan perubahan komposisi batuan.Hasil dari ubahan (alterasi) hidrotermal
tersebut tergantung pada beberapa faktor, yaitu suhu, tekanan, jenis batuan asal, komposisi
fluida atau tingkat keasaman fluida, dan lamanya interaksi antara fluida panasbumi

7|Page
Proposal Penelitian Tugas Akhir

denganbatuan asal (Browne, 1984).Fluida yang berasal langsung dari reservoir panasbumi
berupa air klorida, yaitu air atau fluida panasbumi yang mempunyai kandungan anion utama
berupa klorida, bersifat netral atau sedikit asam (dipengaruhi oleh jumlah CO2 terlarut).
3. Batuan reservoir
Batuan reservoir yaitu sebagai batuan yang bertindak sebagai tempat terakumulasinya fluida
panasbumi (uap, airpanas).Zona ini tersusun oleh batuan yang bersifat permeabel.Reservoir
panasbumi yang produktif harus memiliki porositas dan permeabilitas yang tinggi,
mempunyai geometri yang besar, suhu tinggi, dan kandungan fluida yang cukup.
4. Batuan Penudung
Batuan penudung (cap rock) merupakan zona yang tidak lolos atau kedap air (impermeable)
atau permeabilitas rendah yang disusun oleh berbagai jenis batuan dan berada di atas batuan
reservoir, berfungsi mencegah konveksi fluida reservoir yang panas ke luar
permukaan..Dimana batuan ini bertindak sebagai perangkap sumber-sumber panasbumi uap
dan air panas. Pada umumnya pengaruh ubahan hidrothermal cukup intensif berlangsung
pada zona ini, sehingga sangat penting untuk menginterpretasikan sifat-sifat fisik tertentu,
seperti densitas dan daya hantar listrik atau kemagnetan. Zona ini tidak selalu terbentuk oleh
tekstur batuan kedap air tetapi dapat pula oleh pengaruh ubahan hidrothermal atau disebut
sebagai tertudung sendiri oleh aktivitasnya,akibat dari pengersikan maupun pengisian
mineral silika atau mineral lempungan.
5. Permeabilitas
Permeabilitas berkurang karena pengendapan atau pembentukan mineral hidrotermal, akan
tetapi aktivitas tektonik membantu untuk membuka kembali rekahan-rekahan yang menjadi
jalan bagi fluida panasbumi (zona permeabel) (Utami dan Browne, 1999).

2.1.5 Manifestasi Panasbumi di Permukaan

Adanya suatu sumber daya panasbumi di bawah permukaan sering kali ditunjukkan oleh
adanya manifestasi panasbumi di permukaan (geothermal surface manifestation) (Gambar 2.1.5).
Adanya Manifestasi di permukaan diperkirakan terjadi karena perambatan panas dari bawah

8|Page
Proposal Penelitian Tugas Akhir

permukaan atau karena adanya rekahan-rekahan yang memungkinkan fluida panasbumi (uap dan
air panas) mengalir ke permukaan.

Gambar 2.1.5 Manifestasi panasbumi di permukaan (Saptadji, 2000).

Adapun jenis-jenis manifestasi panasbumi di permukaan,yaitu:

1. Tanah hangat (warm ground)


Adanya sumberdaya panasbumi di bawah permukaaan dapat ditunjukkan dari
adanya tanah yang mempunyai temperatur lebih tinggi dari temperatur disekitarnya. Hal
ini terjadi karena adanya perpisahan panas secara konduksi dari batuan bawah permukaan
ke batuan permukaan. Tanah hangat umumnya terjadi di atas tempat terdapatnya
sumberdaya panasbumi atau di daerah sekitarnya, dimana terdapat manifestasi panasbumi
lainnya yang memancarkan panas lebih kuat, misalnya di sekitar daerah dimana ada uap
panas keluar dari tanah atau steaming ground, atau di daerah sekitar kolam air panas.

2. Permukaan tanah beruap (steaming ground)


Di beberapa daerah terdapat tempat-tempat dimana uap panas (steam) nampak
keluar dari permukaan tanah. Jenis manifestasi panasbumi ini disebut steaming ground.
Diperkirakan uap panas tersebut berasal dari suatu lapisan tipis dekat permukaan yang

9|Page
Proposal Penelitian Tugas Akhir

mengandung airpanas yang mempunyai temperatur sama atau lebih besar dari titik
didihnya (boiling point).

3. Mata air panas (hot spring)


Mata air panas terbentuk karena adanya aliran air panas dari bawah permukaan
melalui rekahan-rekahan batuan, sehingga menghasilkan air dengan temperatur lebih
besar dari 50C.
Sifat air permukaan seringkali digunakan untuk memperkirakan jenis reservoir di
bawah permukaan, anatara lain untuk:
a. Mata air panas yang bersifat asam biasanya merupakan manifestasi permukaan
dari suatu sistem panasbumi yang didominasi uap.
b. Mata air panas yang bersifat netral biasanya merupakan manifestasi permukaan
dari suatu sistem panasbumi yang didominasi air permukaan dari sistem dominasi
air, umumnya jenuh dengan silika.
c. Apabila laju aliran air panas tidak terlalu besar, umumnya di sekitar mata air
panas tersebut membentuk teras-teras silika yang berwarna keperakan (silica
sinter terraces atau sinter platforms). Bila air panas banyak mengandung
karbonat, maka akan terbentuk teras-teras travertine (travertine terrace).
d. Namun, di beberapa daerah, yaitu di kaki gunung, terdapat mata air panas yang
bersifat netral yang merupakan manifestasi permukaan dari suatu sistem
panasbumi dominasi uap.

4. Kolam air panas (hot pools)

Kolam air panas terbentuk karena adanya aliran air panas dari bawah permukaan
melalui rekahan-rekahan batuan. Pada permukaan air terjadi penguapan yang disebabkan
karena adanya perpindahan panas dari permukaan ke atmosfer. Kolam air panas
dibedakan menjadi tiga jenis, yaitu kolam air panas tenang (calm pools), kolam air panas
mendidih (boiling pools), dan kolam air panas bergolak (ebuliant pools).

10 | P a g e
Proposal Penelitian Tugas Akhir

5. Telaga air panas (hot lakes)


Telaga air panas merupakan juga merupakan kolam air panas, namun memiliki
ukuran yang lebih luas, yaitu lebih dari 100m2. Telaga air panas sangat jarang terdapat di
alam karena telaga air panas terjadi akibat hydrothermal eruption yang sangat besar.
Bila di dalam telaga terjadi konveksi, temperatur pada umumnya tidak berubah
terhadap kedalaman. Telaga air panas dapat terjadi di daerah dimana terdapat reservoar
dominasi uap. Semua telaga air panas yang mempunyai temperatur di dasar danau
mendekati titik didih sangat berbahaya dan merupakan tempat yang sangat
memungkinkan untuk terjadinya hydrothermal eruption.

6. Fumarol

Fumarol adalah lubang kecil yang memancarkan uap panas kering (dry steam)
atau uap panas yang mengandung butiran-butiran air (wet steam).

a. Apabila uap tersebut mengandung gas H2S, maka manifestasi permukaan tersebut
disebut solfatar. Fumarol yang memancarkan uap dengan kecepatan tinggi
kadang-kadang juga dijumpai di daerah tempat terdapatnya sistem dominasi uap.
Uap tersebut mungkin mengandung SO2 yang hanya stabil pada temperatur yang
sangat tinggi (>500C).
b. Fumarol yang memancarkan uap dengan kandungan asam boric tinggi umumnya
disebut soffioni.

Hampir semua fumarol yang merupakan manifestasi permukaan dari sistem


dominasi air memancarkan uap panas basah. Temperatur uap umumnya tidak lebih dari
100C. Fumarol jenis ini sering disebut fumarol basah (wet fumarole).

7. Geyser
Geyser merupakan manifestasi dari sistem dominasi air. Geyser dapat
didefinisikan sebagai mata air panas yang menyembur ke udara secara intermittent (pada

11 | P a g e
Proposal Penelitian Tugas Akhir

selang waktu tak tentu) dengan ketinggian air yang sangat beraneka ragam, yaitu kurang
dari satu meter hingga ratusan meter. Selang waktu penyemburan air (erupsi) juga
beraneka ragam, yaitu dari beberapa detik hingga beberapa hari. Lamanya air menyembur
ke permukaan yaitu dari beberapa detik hingga beberapa jam.

8. Kubangan lumpur panas (mud pools)

Kubangan lumpur panas umumnya mengandung non-condensible gas (CO2)


dengan sejumlah kecil uap panas. Lumpur terdapat dalam keadaan cair karena kondensasi
nap panas. Sedangkan, letupan-letupan yang terjadi adalah karena pancaran CO2.

9. Silika sinter

Silika sinter adalah endapan silika di permukaan yang berwarna keperakan.


Umumnya dijumpai di sekitar mata air panas dan lubang geyser yang menyemburkan air
yang bersifat netral. Apabila laju aliran air panas tidak terlalu besar, umumnya di sekitar
mata air panas tersebut terbentuk teras-teras silika yang berwarna keperakan (silica sinter
terraces atau sinter platforms). Silika sinter merupakan manifestasi permukaan dari
sistem panasbumi yang didominasi air.

10. Batuan teralterasi


Alterasi hidrotermal merupakan proses yang terjadi akibat adanya reaksi antara
batuan asal dengan fluida panasbumi. Batuan hasil hidrotermal tergantung pada beberapa
faktor, tetapi yang utama adalah temperatur, tekanan, jenis batuan asal, komposisi fluida
(khususnya pH) dan lamanya reaksi (Browne, 1984 dalam Nenny Miryani Saptadji,
2000). Proses alterasi hidrotermal yang terjadi akibat adanya reaksi antara batuan dengan
air jenis klorida yang berasal dari reservoir panasbumi yang terdapat jauh di bawah
permukaan (deep chloride water) dapat menyebabkan terjadinya pengendapan (misalnya

12 | P a g e
Proposal Penelitian Tugas Akhir

kuarsa) dan pertukaran elemen-elemen batuan dengan fluida, menghasilkan mineral-


mineral, seperti chlorite, adularia, dan epidot. Air yang bersifat asam, yang terdapat pada
kedalaman yang relatif dangkal dan elevasi yang relatif tinggi mengubah batuan asal
menjadi mineral clay dan mineral-mineral lainnya terlepas. Mineral hidrotermal yang
dihasilkan di zona permukaan biasanya adalah kaolin, alutlite, sulphur residue silika, dan
gipsum.

2.1.6 Jenis Energi dan Sistem Panasbumi

Energi panasbumi diklasifikasikan ke dalam lima kategori, yaitu earth energy, hot dry
rock energy, magma energy, geopressured energy, dan hydrothermal energy. Dari kelima energi
tersebut, energi yang paling banyak dimanfaatkan adalah energi dari sistem hidrotermal
(hydrothermal system). Hal ini dikarenakan pori-pori batuan mengandung air atau uap, atau
keduanya, dan reservoir umumnya terletak tidak terlalu dalam, sehingga masih ekonomis untuk
diusahakan.

Berdasarkan pada jenis fluida produksi dan jenis kandungan fluida utamanya, sistem
hidrotermal dibedakan menjadi dua, yaitu sistem satu fasa dan sistem dua fasa (Nicholson,
1993).

Pada sistem satu fasa, sistem umumnya berisi air yang memiliki temperatur 90-180C
dan tidak terjadi pendidihan bahkan selama eksploitasi. Contoh dari sistem ini adalah lapangan
panasbumi di Tianjin (Cina) dan Waiwera (Selandia Baru).

Sistem dua fasa dapat merupakan sistem dominasi uap atau sistem dominasi air.

1. Sistem dominasi uap atau vapour dominated system, yaitu sistem panasbumi
dimana sumur-sumurnya memproduksikan uap kering atau uap basah karena rongga-
rongga batuan reservoirnya sebagian besar berisi uap panas. Dalam sistem dominasi uap,
diperkirakan uap mengisi rongga-rongga, saluran terbuka atau rekahan-rekahan,
sedangkan air mengisi pori-pori batuan. Oleh karena jumlah air yang terkandung di

13 | P a g e
Proposal Penelitian Tugas Akhir

dalam pori-pori relatif sedikit, maka saturasi air mungkin sama atau hanya sedikit lebih
besar dari saturasi air konat, sehingga air terperangkap dalam pori-pori batuan dan tidak
bergerak. Sistem dominasi uap merupakan sistem yang sangat jarang dijumpai. Reservoir
air panasnya umumnya terletak jauh di kedalaman di bawah reservoir dominasi uapnya.
2. Sistem dominasi air atau water dominated system, yaitu sistem panasbumi
dimana sumur-sumurnya menghasilkan fluida dua fasa berupa campuran uap air. Dalam
sistem ini, diperkirakan air mengisi rongga-rongga, saluran terbuka, atau rekahan-
rekahan. Sistem dominasi air merupakan sistem panasbumi yang umumnya terdapat di
dunia dimana reservoirnya memiliki kandungan air yang sangat dominan walaupun
boiling sering terjadi pada bagian atas reservoir membentuk lapisan penudung uap yang
memiliki temperatur dan tekanan tinggi.

Dibandingkan dengen temperatur reservoir minyak, temperatur reservoir panasbumi


relatif sangat tinggi, yaitu bisa mencapai 350C. Berdasarkan pada besarnya temperatur,
Hochstein, 1990 dalam Nenny Miryani Saptadji, 2000, membedakan sistem panasbumi menjadi
tiga, yaitu:

1. Sistem panasbumi bertemperatur rendah, yaitu sistem yang reservoirnya


mengandung fluida dengan temperatur lebih kecil dari 125C.
2. Sistem panasbumi bertemperatur sedang, yaitu sistem yang reservoirnya
mengandung fluida dengan temperatur antara 125-225C.
3. Sistem panasbumi bertemperatur tinggi, yaitu sistem yang reservoirnya
mengandung fluida dengan temperatur di atas 225C.

Sistem panasbumi seringkali juga diklasifikasikan berdasarkam entalpi fluida, yaitu


sistem entalpi rendah, sedang, dan tinggi. Kriteria yang digunakan sebagai dasar klasifikasi pada
kenyataannya tidak berdasarkan pada harga entalpi, akan tetapi berdasarkan pada temperatur
mengingat entalpi adalah fungsi dari temperatur. Pada tabel di bawah ini (Tabel 2.1) ditunjukkan
klasifikasi sistem panasbumi yang biasa digunakan.

14 | P a g e
Proposal Penelitian Tugas Akhir

Tabel 2.1.6 Klasifikasi sistem panasbumi berdasarkan temperatur.

2.1.7 Geokimia Fluida Panasbumi

Data kimia fluida panasbumi sangat berguna, antara lain untuk memberikan perkiraan
mengenai sistem panasbumi yang terdapat di bawah permukaan (temperature, reservoir, dan asal
muasal air), serta untuk mengetahui sifat fluida, khususnya tentang korosifitasnya dan
kecenderungannya untuk membentuk endapan padat (scale) yang diperlukan untuk perencanaan
sistem pemipaan dan sistem pembangkit listrik.

Kandungan kimia fluida panasbumi di suatu tempat berbeda dengan tempat lainnya,
meskipun kedua tempat tersebut terdapat di lapangan yang sama. Konsentrasi ion yang berbeda-
beda dapat disebabkan karena banyak hal, antara lain:

Temperatur
Kandungan gas
Sumber air
Jenis batuan
Kondisi dan lamnya interasksi air batuan
Adanya pencampuran antara air dari satu sumber dengan air dari sumber lainnya

Berdasarkan perbedaan di atas, maka Keith Nicholson (1993) membagi air panas menjadi
beberapa jenis, yaitu:

a. Air panas klorida

15 | P a g e
Proposal Penelitian Tugas Akhir

Air tipe ini merupakan ciri khas dari fluida panasbumi dalam (deep geothermal
fluid) yang mana termasuk ke dalam sistem panasbumi bertemperatur tinggi. Air panas
klorida memiliki kandungan Cl, Na, dan K yang tinggi, Ca seringkali rendah, dan SiO 2
cukup tinggi (tergantung temperatur).

b. Air panas sulfat


Air tipe ini biasa terjadi di daerah panasbumi yang dikontrol oleh kegiatan
vulkanik aktif dimana uap terkondensasi menjadi air permukaan. Air panas sulfat
memiliki ion SO4- yang tinggi, Cl- dan HCO3- yang sangat rendah (terkadang 0),
mengandung Na, K, Ca, Mg, Fe, dan pH rendah (<2-3).

c. Air panas bikarbonat


Air panas bikarbonat merupakan air panas hasil dari kondesasi uap air dan gas ke
dalam air bawah permukaan yang sedikit oksigen. Air tipe ini ditemukan di daerah
nonvulkanik dengan sistem bertemperatur tinggi. Kandungan ion utamanya adalah HCO3-
dan memiliki pH mendekati netral sebagai hasil dari reaksi air dengan batuan lokal. Di
permukaan, air panas tipe ini dicirikan oleh kehadiran endapan sinter karbonat atau
travertine.
d. Air panas dilute klorida-bikarbonat
Air panas tipe ini dibentuk oleh interaksi air klorida dengan air tanah atau air
bikarbonat selama perjalanannya ke permukaan (lateral flow). Air panas ini kemungkinan
berada di daerah batas (margin) dari suatu sistem panasbumi bertemperatur tinggi.
Komposisi ion didominasi oleh ion klorida dan bikarbonat dalam jumlah yang bervariatif
serta memiliki pH 6-8.

2.1.7.1 Sifat Kimia Air Panas

Dari kimia air, dapat diinterpretasikan juga sifat kimia masing-masing mata air panas
yang membantu untuk mengetahui asal reservoir, kemungkinan terjadinya percampuran dengan

16 | P a g e
Proposal Penelitian Tugas Akhir

air laut atau air tanah, aliran fluida panasbumi, tipe batuan, pemanasan uap, daerah permeabel
(zona upflow), bahkan mendelineasi daerah potensi panasbumi (Nicholson, 1993).

a. Golongan Netral
Silika (SIO2)
Pada umumnya konsentrasi SIO2 dalam fluida panasbumi adalah kurang dari
700mg/L dan di beberapa tempat 100-300 mg/L.
Ammonia (NH3)
Dalam suatu manifestasi panasbumi, ammonia dapat dijumpai dalam bentuk gas
(NH3) dan dalam bentuk larutan (NH4). Rasio NH4/B yang tinggi menjadi indikasi
adanya pemanasan uap dari fluida yang terdapat di permukaan.
Boron (B)
Pada umumnya, konsentrasi B pada air panas sebesar 10-50 mg/L, namun
konsentrasi tinggi dapat terjadi hingga 800-1000 mg/L karena adanya asosiasi fluida
dengan batuan sedimen yang kaya akan unsur-unsur organik. Pada interaksi dengan
batuan beku, konsentrasi B akan lebih tinggi bila berinteraksi dengan batuan andesitik
ataupun riolitik dibandingkan dengan batuan basaltik. Rasio Cl/B digunakan sebagai
kesamaan sumber reservoir.

b. Golongan Kation
Sodium dan Potasium (Na dan K)
Na merupakan kation utama dan K merupakan unsur kation setelah Na dalam
fluida panasbumi. Rasio Na/K yang kurang dari 15 merupakan indikasi bahwa fluida
yang berada di permukaan mengalami transportasi dalam waktu yang cepat. Hal ini
dimungkinkan oleh kehadiran struktur sebagai media trasnportasi fluida menuju
pertemuan (zona upflow). Rasio Na/K yang tinggi mengindikasikan dari lateral flow,
reaksi dekat permukaan, dan conductive cooling.
Litium (Li)
Konsentrasi unsur ini memiliki hubungan terbalik dengan migrasi fluida menuju
permukaan dan aliran lateral. Konsentrasi ini di permukaan umumnya kurang dari 20

17 | P a g e
Proposal Penelitian Tugas Akhir

mg/L. Namun, apabila batuan sekitarnya merupakan batuan beku, maka akan
memberikan konsentrasi yang lebih rendah. Untuk batuan andesitik dan riolitik akan
diindikasikan dengan konsentrasi Li berkisar 1-10 mg/L. Di dekat permukaan, Li
akan berasosiasi dengan Cl, kuarsa (SIO4), dan mineral lempung yang menyebabkan
unsur Li akan berkurang, sehingga rasio B/Li akan meningkat seiring dengan jauhnya
transportasi fluida panasbumi.
Kalsium (Ca)
Konsentrasi Ca akan rendah pada temperatur tinggi (<50 mg/L). Rasio Na/Ca
dapat mengindikasikan zona upflow, dengan rasio yang tinggi berarti fluida yang
termanifestasikan di permukaan merupakan fluida langsung yang berasal dari
reservoir.

Magnesium (Mg)
Dalam fluida panasbumi yang sangat tinggi, Mg akan didapati dalam konsentrasi
yang sangat rendah, yaitu berkisar pada 0,01-0,1 mg/L. Bila konsentrasi Mg tinggi,
maka mengindikasikan bahwa telah terjadi reaksi pencucian Mg dari batuan sekitar
atau adanya pelarutan dengan air tanah yang relatif memiliki konsentrasi Mg tinggi.
Rasio yang rendah dari Cl/Mg (<10 mg/L) mengindikasikan adanya proses
pencampuran fluida panasbumi dengan air laut. Sedangkan, rasio Mg/Ca yang rendah
atau rasio Na/Mg yang tinggi dapat menjadi indikasi zona upflow.

c. Golongan Anion
Fluor (F)
Kadar F dalam fluida panasbumi umumnya adalah kurang dari 10 mg/L. Hal ini
dipengaruhi oleh reaksi antara fluida dengan batuan. Konsentrasi F yang rendah
menjadi indikasi temperatur tinggi dan umumnya akan berasosiasi dengan kandungan
kalsium (Ca) yang tinggi. Konsentrasi F yang tinggi umumnya terdapat pada area
batuan vulkanik, seperti pumis dan obsidian.

18 | P a g e
Proposal Penelitian Tugas Akhir

Klorida (Cl)
Konsentrasi yang tinggi dari Cl mengindikasikan bahwa air panas yang ada
merupakan suatu manifestasi dengan pencampuran dan pendinginan konduktif yang
minimal. Namun, apabila konsentrasi Cl rendah, maka hal tersebut merupakan
karakteristik dari proses pencampuran (dilusi) dengan air tanah.
Bikarbonat (HCO3)
Reaksi dari fluida reservoir dengan batuan disampingnya menyebabkan
terbentuknya HCO3, dimana konsentrasinya dipengaruhi oleh permeabilitas dan aliran
lateral. Oleh karena itu, konsentrasi upflow cenderung memiliki konsentrasi HCO3
yang rendah, sehingga rasio HCO3/SO4 akan dapat digunakan untuk mengetahui arah
aliran. Aliran yang jauh dari zona upflow akan memiliki kesempatan yang lebih untuk
berinteraksi dengan batuan samping dan oleh karenanya dapat menyebabkan
konsentrasi HCO3 meningkat dan akan kehilangan H2S, sehingga rasio HCO3/SO4
yang tinggi akan menjadi indikasi aliran lateral yang menjauhi zona upflow atau
dengan kata lain indikasi manifestasi outflow.
Sulfat (SO4)
Konsentrasi SO4 biasanya rendah untuk fluida panasbumi yang berada di reservoir
(<50 mg/L) dan akan meningkat seiring dengan meningkatnya proses oksidasi H2S.
Apabila konsentrasi SO4 tinggi pada manifestasi permukaan, maka hal tersebut
merupakan hasil dari kondensasi uap air di permukaan.

2.1.8 Geothermometer

Geothermometer merupakan suatu metoda yang umum digunakan dalam eksplorasi


geokimia untuk memprediksi temperatur reservoir. Media yang digunakan dalam metode ini
dapat berupa ion-ion atau senyawa yang larut dalam air (solute geothermometer), gas-gas,
maupun isotop (Nicholson, 1993).

Pada metode solute geothermometer terdapat beberapa asumsi yang digunakan, yaitu:

Konsentrasi elemen-elemen atau spesies-spesies yang digunakan hanya

19 | P a g e
Proposal Penelitian Tugas Akhir

dikontrol oleh temperatur pada saat reaksi mineral dengan fluida.


Terdapat mineral dan atau spesies terlarut yang berlimpah di dalam sistem
batuan dan fluida, sehingga memungkinkan terjadinya reaksi yang seketika.
Reaksi mencapai kesetimbangan di dalam reservoir.
Setelah reaksi di dalam reservoir, fluida akan mencapai permukaan dengan
kecepatan alir yang memungkinkan tidak terjadinya kesetimbangan kembali
(reequilibriation) dalam perjalanannya menuju permukaan atau tidak terjadi reaksi di
dekat permukaan.
Tidak terjadi pencampuran (mixing) dan pelarutan (dilution) pada fluida yang
meninggalkan reservoir menuju permukaan atau setelah di permukaan (sebagai
manifestasi permukaan).

20 | P a g e
Proposal Penelitian Tugas Akhir

BAB III

METODE PENELITIAN
Pada penelitian ini diperlukan proses identifikasi dan deskripsi untuk mengetahui kondisi
daerah penelitian dan analisis geokimia di laboratorium untuk mengetahui informasi mengenai
karakteristik kimia fluida panasbumi dan tipe air panas untuk diolah menjadi pemodelan
geokimia.

3.1 Langkah-Langkah Penelitian

Berdasarkan jenis pekerjaannya, maka dapatlah dikatakan bahwa penelitian ini dilakukan
melalui tiga tahap yaitu tahap persiapan, tahap penelitian lapangan, dan tahap penelitian
laboratorium.

3.1.1 Tahap Persiapan

` Tahap persiapan meliputi pengurusan perizinan, studi literatur daerah penelitian yang
telah ditetapkan oleh pihak PT Pertamina Geothermal Energy, perumusan masalah dan
pembatasan masalah. Studi literatur dilakukan dengan mengumpulkan serta mempelajari data-
data sekunder maupun teori yang sesuai dengan bidang kajian yang akan diambil. Perumusan
masalah adalah menentukan masalah yang akan diangkat untuk penelitian sesuai dengan bidang
kajian. Pembatasan masalah diperlukan agar penelitian yang dilakukan tidak keluar dari pokok
masalah yang ditentukan. Tahap persiapan dilakukan sebelum terjun ke lapangan agar peneliti
mempunyai gambaran tentang daerah yang akan diteliti serta kegiatan yang akan dilakukan
selama di lapangan.

3.1.2 Tahap Penelitian dan Analisis Data

Pada tahap ini merupakan tahap dimana peneliti melakukan pengolahan data sekunder
yang telah diberikan oleh perusahaan dan dianalisis oleh peneliti untuk mendapatkan hasil dari
pemodelan geokimia reservoir lapangan tersebut.

21 | P a g e
Proposal Penelitian Tugas Akhir

3.1.3 Tahap Analisis Laboratorium

Tahap ini merupakan tahap analisis data-data geokimia selama di lapangan yang
dilakukan di laboratorium. Hal-hal yang dilakukan antara lain ialah analisis penentuan tipe air
panas, interpretasi kondisi reservoir, interpretasi asal air panas, dan perhitungan geothermometer.
Dari contoh mataair panas yang diambil dari lapangan kemudian dianalisis pada laboratorium.
Hasil yang diperoleh nantinya berupa nilai dari kandungan unsur-unsur kimia dalam air panas.
Hasil tersebut akan membantu dalam pengolahan data, analisa data dan menentukan potensi yang
diperoleh dari mataair panas tersebut.

3.2 Penyusunan Laporan

Hasil penelitian ini akan diberikan dalam bentuk susunan laporan baik secara tertulis
maupun dengan acara presentasi di PT Pertamina Geothermal Energy, juga dalam bentuk laporan
Tugas Akhir (TA) yang akan di kolokiumkan di depan Dewan Dosen Penguji, Jurusan Teknik
Geologi, Fakultas Teknik Geologi, Universitas Padjadjaran, Bandung sebagai salah satu syarat
bagi mahasiswa untuk memperoleh gelar Sarjana Teknik Geologi.

22 | P a g e
Proposal Penelitian Tugas Akhir

3.3 Diagram Alir

Studi Literatur

Geologi Geokimia

Peta Data Foto Unsur anion dan


Geologi Pemboran Udara kation mata air
panasbumi

Peta penyebaran
manifestasi
Litologi Profil
batuan dan tekanan dan
tipe altrasi temperatur Geothermometer

Kedalaman Peta Peta arah


zona Kelurusan penyebaran fluida
reservoir Struktur

Model panasbumi
tentatif

Daerah prospek
panasbumi

Target lokasi
sumur produksi

23 | P a g e
Proposal Penelitian Tugas Akhir

3.4 Rencana Jadwal Penelitian

Penelitian ini direncanakan akan berjalan selama 3 bulan dengan kegiatan pengambilan
data diperkirakan akan berlangsung selama dua bulan dan dilaksanakan di PT Pertamina
Geothermal Energy. Rencana jadwal penelitian dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Januari 2016 Februari 2016 Maret 2016


Kegiatan
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
Tahap Persiapan
Analisis Laboratorium
Pengolahan dan Analisis Data
Penyusunan Laporan dan Konsultasi
Presentasi Laporan

24 | P a g e
Proposal Penelitian Tugas Akhir

BAB IV

PENUTUP

Demikian proposal tugas akhir ini saya ajukan dengan harapan dapat menjadi bahan
pertimbangan dalam pengajuan Program Tugas Akhir (TA) yang ditujukan kepada PT
Pertamina Geothermal Energy. Kesempatan yang diberikan tentunya tidak akan pernah disia-
siakan. Kesempatan tersebut akan dimanfaatkan seoptimal mungkin dan hasilnya akan disusun
sebaik-baiknya untuk PT Pertamina Geothermal Energy dan kalangan akademis, yaitu
Fakultas Teknik Geologi, Universitas Padjadjaran.

Semoga Tuhan Yang Maha Esa memberikan berkah dan kelancaran pada kegiatan ini
sehingga dapat berjalan dengan lancar dan memberikan manfaat bagi semua pihak. Atas
perhatian yang telah diberikan, saya ucapkan terima kasih.

Jatinangor, 25 Juni 2015

Mahasiswa Pemohon

Nisrina Zaida Ulfa


270110120012

25 | P a g e
Proposal Penelitian Tugas Akhir

DAFTAR PUSTAKA

Browne, P. & Ellis, A.J., 1970. Structural and Hydrological Factors Controlling the
Permeabilities of some hot-water Geothermal Fields. Academic Press New York
Corbett, G. J., and Leach, T. M.. 1998. Southwest Pacific Rim Gold-Copper Systems:
Structures, Alteration, and Mineralization: SEG Special publication number 6, USA,
236 p.
Dickson M dan Fanelli M. 2004. What is Geothermal Energy?. Istituto di Geoscienze e
Georisorse, CNR. Pisa: Italia
Dickson M. dan Fanelli M .1990. Small Geothermal Resources, A Guide to Development and
Utilization, UNITAR & UNDP Development and Utilisation.
Ellis, A.J. and Mahon, W.A.J., 1977. Chemistry and Geothermal System. Academic Press,
New York.
F. Simpson dan K. Bahr. 2005. Practical Magnetotellurics. Cambridge University Press:
Cambridge.

26 | P a g e

You might also like