You are on page 1of 15

MAKALAH

Pandangan Para Paus tentang Ilmu Pengetahuan (Sains)

DISUSUN OLEH:

NAMA : ALBERTINA DOROSARIO DE FATIMA


NPM : 1615400007

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS


UNIVERSITAS PEMBANGUNAN PANCA BUDI
MEDAN
2017/2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmatNYA
sehingga makalah ini dapat tersusun hingga selesai .Tidak lupa penulis juga
mengucapkan banyak terimakasih atas bantuan dari pihak yang telah berkontribusi
dengan memberikan sumbangan baik materi mau pun pikirannya.

Dan harapan penulis semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan


dan pengalaman bagi para pembaca. Untuk kedepannya dapat memperbaiki
bentuk maupun menambah is imakalah agar menjadi lebih baik lagi.

Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami, penulis


yakin masih banyak kekurangan dalam makalah ini, Oleh Karena itu penulis
sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi
kesempurnaan makalah ini.

MEDAN, 19 JULI 2017


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latarbelakang ................................................................................................1

1.2 Rumusanmasalah ...........................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Pandangan Para Paus tentang IlmuPengetahuan (Sains). .......................... 3


1. Pandangan Paus Leo XIII (1810-1903) ............................................... 4
2. Pandangan Paus Pius XII (1939-1958) ................................................ 5
3. Pandangan St. PausYohanes Paulus II (1920-2005) ............................ 6
4. PandanganPausBenediktus XVI (2005-2013) ......................................8

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan ..................................................................................................10

3.2 Saran ............................................................................................................11

DaftarPustaka ........................................................................................................ 12
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Menurut catatan sejarah,filsafat bermula di Yunani. Bangsa yunani mulai
mempergunakan akal ketika mempertanyakan mitos yang berkembang
dimasyarakat sekitar abad VI SM. Perkembangan pemikiran ini menandakan
usaha manusia untuk mempergunakan akal dalam memahami segala sesuatu.
Disamping menempatkan filsafat sebagai sumber pengetahuan,barat juga
menjadikan agam sebagai pedoman hidup,meskipun memang harus diakui bahwa
hubungan filsafat dengan agama mengalami pasang surut.
Pada abad pertengahan,dunia barat didominasi oleh dogmetisme gereja
(agama), tetapi abad modern seakan terjadi pembalasan terhadap agama. Peran
agama dimasa modern digantikan ilmu-ilmu positif. Akibatnya, Barat mengalami
kekerigan spriritualisme. Namun selanjutnya, Barat kembali melirik kepada
peranan agama agar kehidupan mereka kembali memiliki makna. Filsafat dan
agama secara umum merupakan pengetahuan. Jika agama merupakan
pengetahuan yang berasal dari wahyu, filsafat sendiri adalah hasil pemikiran
manusia.
Dasar-dasar agama merupakan pokok-pokok kepercayaan ataupun konsep
tentang ketuhanan, alam, manusia, baik burung, hidup dan mati, dunia dan akhirat
dan lain-lain. Sedangkan filsafat adalah system kebenaran tentang agama sebagai
hasil berfikir secara radikal, sistematis dan universal.

1
1.2 Rumusan Masalah
Adapun hal-hal yang akan dibahas dalam masalah ini adalah :
1. Pandangan Para Paus tentang Ilmu Pengetahuan (Sains).
2. Pandangan Paus Leo XIII (1810-1903
3. Pandangan Paus Pius XII (1939-1958)
4. Pandangan St. Paus Yohanes Paulus II (1920-2005)
5. Pandangan Paus Benediktus XVI (2005-2013)

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1Pandangan Para Paus tentang Ilmu Pengetahuan (Sains)

Meskipun sejumlah orang berpandangan bahwa Gereja adalah anti sains,


namun faktanya tidak demikian. Sejarah mencatat betapa banyak ahli sains
Katolik yang menyumbangkan penelitian mereka yang memberikan dasar bagi
ilmu pengetahuan sampai sekarang. Sebut saja, tokoh-tokoh sains seperti Rene
Descartes (dalam geometrik analit), Blaise Pascal (penemu mesin hidrolik, teori
probabilitas dalam matematika), Gregor Mendel seorang imam Agustinian
(penemu teori modern genetika), Louis Pasteur (penemu mikrobiologi, vaksin
untuk rabies dan anthrax), Copernicus yang mempelopori penelitian tentang
kemungkinan bumi mengelilingi matahari dst, termasuk banyaknya para imam
Jesuit yang secara khusus terlibat dalam pencapaian pengembangan ilmu sains
dalam berbagai bidang. Kebanyakan orang yang berpandangan bahwa Gereja
Katolik anti-sains, adalah karena mereka hanya berfokus pada kasus Galileo.
Namun sejujurnya, dalam kasus inipun, sesungguhnya Gereja Katolik tidak anti
sains, dan karena itu meminta Galileo untuk membuktikan argumennya dengan
standar sains pada saat itu.

3
Selanjutnya tentang hal Galileo, dapat dibaca di artikel ini. Nah, maka
Gereja Katolik tidak anti ilmu pengetahuan/ sains. Beberapa kutipan pengajaran
para Paus tentang ilmu pengetahuan adalah sebagai berikut:

1. Paus Leo XIII (1810-1903)

Gereja dan para pastornya tidak menentang ilmu pengetahuan yang sejati dan
solid, entah itu ilmu pengetahuan manusiawi ataupun ilahi, tetapi bahwa mereka
merangkulnya, mendorongnya dan memajukannya dengan dedikasi sepenuh
mungkin. (Ut Mysticam, March 14, 1891, dalam pendirian kembali Vatican
Observatory).

4
2. Paus Pius XII (1939-1958)

Ilmu pengetahuan sejati menemukan Allah dalam derajat yang terus


bertambah- seperti seakan-akan Allah sedang menanti di belakang setiap pintu
yang dibukakan oleh ilmu pengetahuan (Address to the Pontifical Academy of
Sciences, November 22, 1951, 2)

. Filosofi dan ilmu pengetahuan berkembang dengan analogi dan


metoda yang kompatibel, dengan mengambil keuntungan dari elemen-elemen
empiris dan masuk akal dengan tolok ukur yang berbeda dan bekerjasama
bersama dalam kesatuan yang selaras menuju penyingkapan kebenaran Ilmu
pengetahuan, yang menemukan Sang Pencipta dalam jalannya, filosofi, dan lebih
lagi, wahyu, dalam kerjasama yang selaras, sebab semua dari ketiganya adalah
alat-alat kebenaran, seperti berkas-berkas sinar dari matahari yang sama,
mengkontemplasikan hakekat, menyatakan garis-garis besarnya, menggambarkan
detail dari Sang Pencipta yang sama. (Audience granted to the Plenary Session of
the Academy and to the Study Week on The Question of Microseisms)

5
3. St. Paus Yohanes Paulus II (1920-2005)

St. Paus Yohanes Paulus II mengajarkan adanya hubungan yang tak


terpisahkan antara iman dan akal budi, antara Theologi dan filosofi.

Iman dan akal budi adalah seperti dua sayap yang atasnya roh manusia
naik menuju kontemplasi kebenaran; dan Allah telah menempatkan di dalam hati
manusia keinginan untuk mengenali kebenaran dengan kata lain, mengenali
dirinya sendiri- sehingga dengan mengenali dan mengasihi Allah, baik para pria
dan wanita juga dapat mendekati kepenuhan kebenaran tentang diri mereka
sendiri (lih. Kel 33:18; Mzm 27:8-9; 63:2-3; Yoh 14:8; 1Yoh 3:2- Fides et
Ratio,1)

Ilmu pengetahuan dapat memurnikan agama dari kesalahan dan tahyul;


agama dapat memurnikan ilmu pengetahuan dari pemberhalaan dan kemutlakan
yang salah. Masing-masing dapat memperoleh dari yang lain, dunia yang lebih
luas, dunia di mana keduanya dapat mencapai puncaknya. (Surat kepada Rev.
George V. Coyne., SJ, Direktur dari the Vatican Observatory)

Namun demikian, St. Paus Yohanes Paulus II juga memperingatkan kita akan
ancaman scientism:

6
[Scientism] adalah pandangan filosofis yang menolak untuk menerima
validitas dari bentuk-bentuk ilmu pengetahuan yang lain daripada ilmu
pengetahuan positif (positive science); dan [pandangan ini] membuang
pengetahuan religius, theologis, etis dan estetis ke ranah fantasi semata. Di masa
lalu, ide serupa muncul di positivism dan neo-positivism, yang menganggap
pernyataan-pernyataan metafisik sebagai sesuatu yang tidak berarti. Penilaian
epistemologi -cabang ilmu filosofi yang meneliti asal usul, kodrat, cara dan
batasan-batasan ilmu pengetahuan manusia- yang kritis telah menampik klaim
tersebut, tetapi sekarang kita lihat hal ini hidup kembali dalam nama samaran
scientism, yang membuang nilai-nilai [kebajikan] sebagai produk emosi dan
menolak pengertian being/ keberadaan, agar melapangkan jalan menuju
faktualitas -keadaan faktual- yang murni dan sederhana. Karena itu, ilmu
pengetahuan diposisikan untuk mendominasi semua aspek kehidupan manusia
melalui kemajuan teknologi

Sayangnya,scientism menyerahkan segala yang berkenaan dengan


pertanyaan tentang arti kehidupan ke ranah hal imajiner dan tidak rasional. Tidak
kalah mengecewakan adalah caranya yang olehnya pandangan ini mendekati
masalah filosofi, yang jika tidak diabaikan, ditundukkan pada analisa yang
didasari oleh analogi-analogi yang superfisial, yang kekurangan semua dasar akal
budi. Ini mengarahkan kepada pemiskinan pemikiran manusia, yang tidak lagi
membahas pertanyaan-pertanyaan tertinggi yang manusia, telah selalu
merenungkannya secara terus menerus sejak mulai adanya waktu. Dan karena
ilmu pengetahuan tidak meninggalkan ruang bagi kritik yang diberikan oleh
penilaian etis, mentalitas sains telah berhasil mengarahkan banyak orang untuk
berpikir bahwa jika sesuatu itu secara teknis mungkin terjadi, maka sesuatu itu
dapat diterima secara moral. (Fides et Ratio, 88)

7
4. Paus Benediktus XVI (2005-2013)

5.

Paus Benediktus XVI lebih lanjut juga menjelaskan tentang pandangan


Gereja Katolik tentang sains:

[Tradisi Katolik] telah selalu menolak prinsip fideism, yaitu keinginan


untuk percaya tanpa akal budi . Memang, meskipun merupakan sebuah misteri,
Tuhan tidak ngawur/ (absurd) Kalau, dalam mengkontemplasikan misteri, akal
budi melihat hanya kegelapan, ini bukan berarti bahwa misteri tidak mengandung
terang, tetapi karena [misteri itu] mengandung terlalu banyak terang. Seperti
ketika kita menatang mata kita langsung ke matahari, kita hanya dapat melihat
bayangan -siapa yang dapat berkata bahwa matahari tidak terang? Iman
memperbolehkan kita memandang sang matahari itu, yaitu Tuhan, sebab iman
menyambut wahyu-Nya dalam sejarah. Tuhan telah mencari manusia dan
membuat Diri-Nya dapat dikenal, dengan membawa Diri-Nya ke dalam
keterbatasan akal budi manusia

Hubungan yang benar antara ilmu pengetahuan dan iman juga adalah
berdasarkan interaksi yang berdayaguna antara pemahaman dan kepercayaan.
Penelitian ilmiah mengarahkan kepada pengetahuan akankebenaran-kebenaran
baru tentang manusia dan kosmos. Kebaikan sejati manusia, yang dapat dicapai

8
melalui iman, menunjukkan arah yang harus diikuti oleh jalan penyingkapannya.
Oleh karena itu, adalah penting untuk mendorong, misalnya, penelitian yang
melayani kehidupan dan yang berusaha memerangi penyakit. Penyelidikan
rahasia-rahasia planet kita dan alam semesta juga penting untuk alasan ini, dalam
pengetahuan bahwa manusia ditempatkan di puncak penciptaan, bukan untuk
mengeksploitasinya tanpa perasaan, tetapi untuk melindungi dan menjadikannya
dapat dihuni.

Dengan cara ini, iman tidak bertentangan dengan ilmu pengetahuan tetapi
bekerjasama dengannya, dengan menawarkan kriteria fundamental untuk
memastikan bahwa ilmu memajukan kebaikan universal, dan hanya meminta
bahwa ilmu pengetahuan berhenti dari inisiatif-inisiatif itu yang, bertentangan
dengan rencana awal Tuhan, dapat menghasilkan akibat-akibat yang menentang
manusia itu sendiri. Alasan lainnya yang masuk akal untuk dipercaya adalah ini:
jika ilmu pengetahuan adalah rekan pendukung yang bernilai bagi iman dalam
pemahaman kita akan rencana Tuhan bagi alam semesta, iman juga mengarahkan
kemajuan ilmu pengetahuan menuju kebaikan dan kebenaran tentang manusia,
yang setia kepada rencana awal itu. (General Audience, Nov 21, 2012)

9
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Gereja dan para pastornya tidak menentang ilmu pengetahuan yang sejati
dan solid,maka Gereja Katolik tidak anti ilmu pengetahuan/ sains. Hubungan
yang benar antara ilmu pengetahuan dan iman juga adalah berdasarkan interaksi
yang berdayaguna antara pemahaman dan kepercayaan.Ilmu pengetahuan dapat
memurnikan agama dari kesalahan dan tahyul; agama dapat memurnikan ilmu
pengetahuan dari pemberhalaan dan kemutlakan yang salah.Kebaikan sejati
manusia, yang dapat dicapai melalui iman, menunjukkan arah yang harus diikuti
oleh jalan penyingkapannya. Oleh karena itu, adalah penting untuk mendorong,
misalnya, penelitian yang melayani kehidupan dan yang berusaha memerangi
penyakit. Penyelidikan rahasia-rahasia planet kita dan alam semesta juga penting
untuk alasan ini, dalam pengetahuan bahwa manusia ditempatkan di puncak
penciptaan, bukan untuk mengeksploitasinya tanpa perasaan, tetapi untuk
melindungi9 dan menjadikannya dapat dihuni.

Penelitian ilmiah mengarahkan kepada pengetahuan akan kebenaran-


kebenaran baru tentang manusia dan kosmos. Dengan cara ini, iman tidak
bertentangan dengan ilmu pengetahuan tetapi bekerjasama dengannya, dengan
menawarkan kriteria fundamental untuk memastikan bahwa ilmu memajukan
kebaikan universal, dan hanya meminta bahwa ilmu pengetahuan berhenti dari
inisiatif-inisiatif itu yang, bertentangan dengan rencana awal Tuhan, dapat
menghasilkan akibat-akibat yang menentang manusia itu sendiri. Alasan lainnya
yang masuk akal untuk dipercaya adalah ini: jika ilmu pengetahuan adalah rekan
pendukung yang bernilai bagi iman dalam pemahaman kita akan rencana Tuhan
bagi alam semesta, iman juga mengarahkan kemajuan ilmu pengetahuan menuju
kebaikan dan kebenaran tentang manusia, yang setia kepada rencana awal itu.

10
3.2 Saran

Demikianlah makalah ini saya susun, penulis menyadari tentunya makalah ini
masih banyak keasalahan dan kekurangan. Untuk itu diharapkan kritik dan saran
yang membangun. Selanjutnya diharapkan makalah ini bermanfaat bagi kita
semua.

11
DAFTAR PUSTAKA

http://www.katolisitas.org/pandangan-para-paus-tentang-ilmu-pengetahuan-sains/

12

You might also like