You are on page 1of 7

Anatomi vaskularisasi otak

Sirkulus willis
Sirkulusu willis adalah anyaman arteri yang menempati basis otak pada derah sekeliling
kiasma optikum dan kelenjer hipofise. Sirkulus ini disuplai oleh 2 arteri utama yakni a. carotis
interna dan arteri vetebralis.
Komponen utama sirkulus willlsi
1. A.serebri anterior (ACA) : mendarahi aspek medial lobus frontalis,termasuk
korteks motorik dan sensorik daerah ekstremitas inferior
2. A. komunikan anterior : tempat paling umum terjadinya aneurisma sirkulus
willsi,mengakibatkan hemianopia bitemporalis
3. A.cerebri media( ACM) : mendarahi aspek lateral hemisfer, termasuk daerah
batang badan-wajah-ekstremitas superior korteks motorik dan sensorik,serta daerah bicara broca
dan wernicke
4. A. cerebri posterior mendarahi lobus okspitalis.
5. A.komunikan posterior menghubungkan a.cerebri posterior dextra dan sinistra
1. Fisiologi regulasi dan penyesuaian peredaran darah serebral

Konsekuensi dari kedudukan otak dalamruang tertutup ialah bahwa volume otak
ditambah dengan volume likuor dan ditambah dengan volume darah harus merupakan angka
tetap (konstante). Inilah yang dikenal dengan hokum monro kellie. Hukum ini berimplikasi
bahwa perubhan volume salah satu unsure tersebut akan menyebabkan perubahan kompensatorik
terhadap unsure-unsur lain nya. Oleh karena pada umumnya volume otak dan volume likuor
selalu berubah karena bermacam-macam pengaruh, maka volume darah selalu menyesuaikan
diri. Faktor-faktor penyesuaian peredarah darah serebral dapat dibagi dalam instrinsik dan
ekstrinsik.

Faktor-faktor ekstrinsik
Berapa darah yang mengalir ke dalam suatu organ tergantung pada tekanan darah yang
menyiram organ tersebut dan tahana yang dimiliki organ tersebut. Tekanan yang menyiram
organ dikenal sebagai tekanan perfusi sedangkan tahanan yang bersangkutan dinamakan resitensi
jaringan.
Mengenai jumlah darah yang mengalir ke dalam otak (CBF), maka tekanan perfusinya
adalah sama dengan selisih antara tekanan darah arterial sistemik dan tekanan vena serebral.
Dalam keadaan normal tekanan vena serebral ialah 5mmHg, apabila resistensi intracranial besar
, maka CBF akan menurun. Sebaliknya CBF akan menjadi lebih besar jika resistensi intracranial
menurun. Dalam bentuk rumus maka:

CBF = Tekanan perfusi = tekanan darah sistemik 5mmHg


Resistensi intracranial X

Faktor ekstrinsik yang berpengaruh terhadapa sirkulasi serebral adalah :


a. Tekana darah sistemik
Karena tekana vena serebraal tidak berarti (hanya 5 mmHg) maka tekanan perfusi
ditentukan terutama oleh faktor ekstrinsik yang berupa tekanan darah sistemik. Tekanan ini
tergantung kepada kemampuan jantung untuk memompa sejumlah darah ke sirkulasi sistemik.
Kemampuan tersebut diukur dari output atau curah jantung.
Pada orang sehat, fluktuasi tekana darah sistemik tidak menimbulkan perubahan pada
CBF, oleh karena sirkulasi serebral mempunyai mekanisme untuk mengurus diri sendiri,
mekanisme ini dinamakan autoregulais serebral. Dengan mekanisme tersebut, tekanan darah
yang menurun sampai 50 mm Hg dibawah tekanan darah normal masih belum menurunkan CBF
. Pada penderita CVD autoregulasi itu terganggu, sehingga penurunan tekana darah kurang dari
50 mmHg sudah mengecilkan CBF. Hal ini dijumpai pada orang-orang dengan hipertensi
kronik,aterosklerosis,stenosis arteri-arteri serebral dan vetebrobasilaris.

b. Kemampuan jantung
Pada penyakit jantung kongestif output menurun. Tetapi CBF bisa tetap konstan berkat
autoregulasi serebral. Tetapi walaupun autoregulasi serebral masih berfungsi baik, jika output
kurang sekali sehingga ambang kritis tekanan darah dilewati, maka manifestasi CVD akan
bangkit pula.

c. Kualitas pembuluh darah karotikovetebral


CBF total tergantung terutama pada volume darah yang disampaikan ke otak melalui
arteri karotis interna dan vetebralis kedua sisi. Pada tekanan perfusi yang konstan kedaaan
keadaan lumen keempat arteri tersebut sangat menentukan.

d. Kualitas darah yang menetukan visikositas


Jumlah darah yang disampaikan kepada otak permenit tergantung juga pada
viskositasnya. Pada anemia CBF bertambah oleh karena viskositas darah menurun. Pada
polisitemia, viskositas darah melonjak sehingga dapat juga menurunkan CBF. Juga pada
leukemia dan dehidrasi berat (hemokonsentrasi) CBF dapat menurun sehingga membangkitkan
stroke.

Faktor-faktor ekstrinsik
a. Autoregulasi arteri serebral
Pembuluh serebral menyesuaikan lumennya pada ruang lingkupnya sedemikian rupa,
sehingga aliran darah tetap konstan,walaupun tekanan perfusi berubah-ubah. Pengaturan lumen
ini dinamakan autoregulasi. Konstriksi terjadi apabila tekanan intraluminal melonjak dan dilatasi
jika tekanan tersebut menurun. Reaksi dinding pembuluh darah terhadap fluktuasi tekanan
intraluminal sangat cepat yaitu dalam beberapa detik.
Autoregulasi tersebut bersifat regional. Jika suatu daerah otak iskemik maka tekanan
intralumenal di wilayah itu lebih rendah dari pada di daerah sehat yang berdampingan, sehingga
darah akan mengalir dari wilayah tekanan intraluminal tinggi ke wilayah intraluminal rendah.
Dengan demikian iskemi regional dapat terkompensasi

b. Faktor biokimia regional


Dalam lingkungan dengan CO2 tinggi, arteri serebral berdilatasi dan CBF bertambah,
karena resistensi vascular menurun. Jika kadar CO2 menurun, misalnya selama hiperventilasi ,
arteri serebral menyempit dan CBF cepat menurun. Reaksi konstriksi dan dilatasi itu terjadi
dalam bebrapa detik saja.

Gejala klinis
Gejala yang muncul bervariasi tergantung bagian otak yang terganggu
1. Gangguan pada pembuluh darah karotis
A. Gangguan pada arteri serebri media
Gangguan rasa di daerah muka atau wajah sesisi atau disertai gangguan
rasa di lengan dan tungkai sesisi
Dapat terjadi gangguan gerak / kelumpuhan dari tingkat ringan sampai
kelumpuhan total pada lengan dan tungkai sesisi (hemiparesis / hemiplegic)
Gangguan untuk berbicara (afasia)
Gangguan penglihatan dapat berupa kebutaan satu sisiatau separuh
lapangan pandangan (hemianopsia)
Mata selalu ,elirik kea rah satu sisi (deviation conjuged)
Kesadaran menurun
Tidak mengenal orang yang sebelumnya dikenalnya (prosopagnosia)
Mulut perot
Pelo (disartria)
Tak dapat membedakan antara kiri dan kanan
B. Gangguan arteri pada arteri serebri anterior
Kelumpuhan salah satu tungkai dan gangguan saraf perasa
Ngompol
Tidak sadar
Gangguan mengungkapkan rasa
Menirukan omongan orang lain (echolalia)
C. Gangguan arteri posterior
Kebutaan seluruh lapang pandang satu sisi atau separuh lapang pandang
pada kedua mata, bila bilateral disebut cortical blindness
Rasa nyeri spontan atau hilang nya rasa nyeri dan rasa getar pada separuh
sisi tubuh
Kesulitan memahami barang yang dilihat namun mengerti jika meraba
atau mendengarnya
Kehilangan kemampuan mengenai warna

2. Gangguan pembuluh darah vertebrobasilaris


Gangguan gerak bola mata hingga terjadi diplopia jalan menjadi
sepoyongan
Kehilanagn keseimbangan
Kedua kai lemah / hipotoni
Vertigo atau dizziness
Nistagmus
Muntah

PEMERIKSAAN FISIK
Skala Koma Glasgow (GCS).
Respon Membuka Mata (eye).
4 = Spontan.
3 = Terhadap bicara (suruh untuk membuka mata).
2 = Terhadap rangsang nyeri (tekan pada kuku jari).
1 = Tidak ada reaksi.

Respon bicara (verbal).


5 = Baik, tidak ada disorientasi (bicara biasa).
4 = Kacau (bicara ngacau).
3 = Tidak tepat (hanya kata-kata).
2 = Mengerang.
1 = Tidak ada tanggapan.

Respon gerakan (motorik).


6 = Mengikuti perintah.
5 = Melokalisir nyeri (mengetahui lokasi nyeri).
4 = Menjauhi nyeri (reaksi menghindar).
3 = Fleksi abnormal.
2 = Ekstensi abnormal.
1 = Tidak ada respon.

Pemeriksaan kekuatan otot

0 : tidak didaptkan sedikitpun kontraksi otot: lumpuh total


1 : terdapat sedikit kontraksi otot, namun tidak didapatkan gerakan pada persendian yang
harus digerakkan oleh otot tersebut
2: didaptkan gerakan , tapi gerakan ini tidak mampu melawan gaya berat
3: dapat mengadakan gerakan melawan gaya berat
4: disamping dapat melawan gaya berat ia dapat pula mengatasi sedikit tahanan yang
diberikan
5 : tidak ada kelumouha (normal)

REFLEKS PATOLOGIS
1. Refleks Babinski
Untuk membangkitkan refleks babinski, pasien disuruh berbaring dan istirahat dengan
tungkai diluruskan. Kita pegang pergengan kaki supaya kaki tetap pada tempatnya. Goresan yang
dilakukan harus dilakukan secara perllahan jangan sampai mengakibatkan nyeri, sebab hal ini
akan menimbulkan gerakan menarik kaki. Gpresan dilakukan pada telapak kaki bagian lateral,
mulai dari tumit menuju pangkal jari, jika reaksi positif, kita dapatkan gerakan dorsofleksi ibu
jari, yang dapat disertai dengan mekarnya jari-jari lain.
2. Refleks Chaddock
Rangsang diberikan dengan jalan menggoreskan bagian lateral maleolus. Jika positif
maka akan seperti babinski.
3. Refleks Gordon
Memencet/mencubit otot betis. Jika positif maka akan seperti babinski.
4. Refleks Oppenheim
Mengurut dengan kuat tibia dan otot tibialis anterior. Arah mengurut adalah kebawah
(distal). Jika positif maka akan seperti babinski.
5. Refleks Schaefer
Memencet (mencubit) tendon achilles. Jika positif maka akan seperti babinski.

You might also like