Professional Documents
Culture Documents
DISUSUN OLEH
PEMBIMBING
1
Program Internsip Dokter Indonesia
2017
Berita acara ini ditulis dan disampaikan sesuai dengan yang sesungguhnya
Dokter Pendamping
2
Topik : Otitis Eksterna Difusa Otitis Eksterna Difusa
Obyektif Presentasi :
3
Bahan Tinjauan Pustaka Riset Kasus Audit
Bahasan :
Cara Diskusi Presentasi dan Email Pos
Membahas : Diskusi
Data Pasien : Nama : Tn. SOD Nomor Registrasi : 0029489
Tn. SOD datang dengan keluhan nyeri pada telinga kanan sejak 2 hari yang
lalu dan terus memberat . riwayat dikorek dengan menggunakan cotton bud sejak 2
hari yang lalu . Pasien juga mengeluhkan pendengaran pada telinga kanan terasa
menurun dan liang telinga kanan terasa gatal..
Hasil Pembelajaran :
1. Mendiagnosis otitis eksterna sesuai kompetensi sebagai dokter umum.
2. etiologi dan faktor yang menyebabkan otitis eksterna difusa
3. tatalaksana otitis eksterna difusa
4
Rangkuman Hasil Pembelajaran Portofolio
1. Subyektif
Os datang ke Poliklinik puskesmas kecamatan senen dengan keluhan nyeri telinga kanan
sejak 2 hari yang lalu. Nyeri telinga kanan dirasakan terus-menerus dan semakin berat bila
tertekan di bagian cuping telinga dan belakang telinga. Pasien juga mengeluhkan
pendengaran pada telinga kanan terasa menurun dan liang telinga kanan gatal. Pasien
mengatakan, 2 hari sebelumnya pasien mengorek telinganya menggunakan cotton bud terus
menerus untuk membersihkan telinganya.
Keluhan gatal semakin memberat. Pasien juga mengeluhkan demam sejak 1 hari yang lalu.
Tidak ada riwayat berenang sebelumnya. Tidak ada riwayat telinga berdenging. Tidak ada
keluhan pusing (perasaan berputar) ataupun sakit kepala.
5
2. Objektif
Pemeriksaan Fisik :
Kepala : Normocephali
Mata : Pupil bulat isokor, RC +/+ CA -/- SI -/-
Telinga : Normotia, sekret -/- nyeri tekan aurikula -/-
Hidung : Discharge -/-
Mulut dan Tenggorokan : Normoglossia, Sianosis -/- bibir kering -/-
Leher : JVP 5+0 cm, trakea ditengah, kelenjar tiroid tidak membesar
KGB : DBN
Thorax :
Paru:
Inspeksi : Gerakan dada simetris kanan dan kiri
Palpasi : Vocal fremitus simetris pada kedua lapang paru
Perkusi : Sonor di kedua lapang paru
Auskultasi : Suara nafas vesikuler +/+, wheezing -/-, rhonki -/-
Jantung:
Inspeksi : Pulsasi iktus cordis tidak terlihat jelas
Palpasi : Iktus cordis teraba di ICS IV 1 cm medial dari linea
midclavicularis sinistra, thrill (-)
Perkusi :-
Auskultasi : S1-S2 reguler, murmur (-), gallop (-)
Abdomen:
Inspeksi : Cembung, tidak terdapat pelebaran vena
Auskultasi : bising usus (+)
Palpasi : supel, nyeri tekan (-), nyeri tekan lepas (-), ballottement (-), hepar
dan lien tidak teraba
Perkusi : timpani, shifting dullness (-)
Genitalia : Tidak dilakukan
6
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Otitis eksterna adalah radang liang telinga akut maupun kronis yang disebabkan disebabkan
oleh infeksi bakteri, jamur dan virus. Faktor yang mempermudah radang telinga luar ialah pH di
liang telinga yang biasanya normal atau asam. Bila pH menjadi basa, proteksi terhadap infeksi
menurun. Pada keadaan udara yang hangat dan lembab, kuman dan jamur mudah tumbuh. 1 Faktor
lain penyebab otitis eksterna adalah trauma lokal dan alergi. Faktor ini menyebabkan
berkurangnya lapisan protektif yang menyebabkan edema dari epitel skuamosa. Keadaan ini
menimbulkan trauma lokal yang mengakibatkan bakteri masuk melalui kulit, inflasi dan
menimbulkan eksudat. Bakteri patogen pada otitis eksterna akut adalah pseudomonas (41%),
strepokokus (22%), stafilokokus aureus (15%) dan bakteroides (11%).2 Istilah otitis eksterna akut
meliputi adanya kondisi inflasi kulit dari liang telinga bagian luar. 3,4
Otitis eksterna ini merupakan suatu infeksi liang telinga bagian luar yang dapat menyebar
ke pinna, periaurikular, atau ke tulang temporal. Biasanya seluruh liang telinga terlibat, tetapi
pada furunkel liang telinga luar dapat dianggap pembentukan lokal otitis eksterna. Otitis eksterna
difusa merupakan tipe infeksi bakteri patogen yang paling umum disebabkan oleh pseudomonas,
stafilokokus dan proteus, atau jamur.5
Penyakit ini sering diumpai pada daerah-daerah yang panas dan lembab dan jarang pada
iklim-iklim sejuk dan kering. Patogenesis dari otitis eksterna sangat komplek dan sejak tahun
1844 banyak peneliti mengemukakan faktor pencetus dari penyakit ini seperti Branca (1953)
mengatakan bahwa berenang merupakan penyebab dan menimbulkan kekambuhan. Senturia dkk
(1984) menganggap bahwa keadaan panas, lembab dan trauma terhadap epitel dari liang telinga
luar merupakan faktor penting untuk terjadinya otitis eksterna. Howke dkk (1984) mengemukakan
pemaparan terhadap air dan penggunaan lidi kapas dapat menyebabkan terjadi otitis eksterna baik
yang akut maupun kronik.3,4
Umumnya penderita datang ke Rumah Sakit dengan keluhan rasa sakit pada telinga,
terutama bila daun telinga disentuh dan waktu mengunyah. Bila peradangan ini tidak diobati
secara adekuat, maka keluhan-keluhan seperti rasa sakit, gatal dan mungkin sekret yang berbau
akan menetap.3
7
2.1.2 Etiologi
Otitis eksterna terutama disebabkan oleh infeksi bakteri, adalah bakteri gram negatif
Pseudomonas aeruginosa (Bacillus pyocaneus), staphylococcus aureus, staphylococcus albus,
dan escherichia coli. Penyakit ini dapat juga disebabkan oleh jamur (10% otitis eksterna
disebabkan oleh jamur terutama jamur pityrosporum dan aspergilosis), alergi, dan virus
(misalnya: virus varisela zoster). Otitis eksterna dapat juga disebabkan oleh penyebaran luas dari
proses dermatologis yang bersifat non infeksi.1,7
2.1.3 Patofisiologi
Secara alami, sel-sel kulit yang mati, termasuk serumen, akan dibersihkan dan dikeluarkan
8
dari gendang telinga melalui liang telinga. Cotton bud (pembersih kapas telinga) dapat
mengganggu mekanisme pembersihan tersebut sehingga sel-sel kulit mati dan serumen akan
menumpuk di sekitar gendang telinga. Masalah ini juga diperberat oleh adanya susunan anatomis
berupa lekukan pada liang telinga. Keadaan diatas dapat menimbulkan timbunan air yang masuk
ke dalam liang telinga ketika mandi atau berenang. Kulit yang basah, lembab, hangat, dan gelap
pada liang telinga merupakan tempat yang baik bagi pertumbuhan bakteri dan jamur.1,7,8
Adanya faktor predisposisi otitis eksterna dapat menyebabkan berkurangnya lapisan protektif
yang menimbulkan edema epitel skuamosa. Keadaan ini menimbulkan trauma lokal yang
memudahkan bakteri masuk melalui kulit, terjadi inflamasi dan cairan eksudat. Rasa gatal
memicu terjadinya iritasi, berikutnya infeksi lalu terjadi pembengkakan dan akhirnya
menimbulkan rasa nyeri. Proses infeksi menyebabkan peningkatan suhu lalu menimbulkan
perubahan rasa nyaman dalam telinga. Selain itu, proses infeksi akan mengeluarkan cairan/nanah
yang bisa menumpuk dalam liang telinga (meatus akustikus eksterna) sehingga hantaran suara
akan terhalang dan terjadilah penurunan pendengaran. Infeksi pada liang telinga luar dapat
menyebar ke pinna, periaurikuler dan tulang temporal.4
9
kebanyakan penderita otitis eksterna akut, tanda peradangan diawali oleh rasa gatal disertai rasa
penuh dan rasa tidak enak pada telinga.3
Pendengaran berkurang atau hilang. Tuli konduktif ini dapat terjadi pada otitis eksterna
akut akibat sumbatan lumen kanalis telinga luar oleh edema kulit liang telinga, sekret serous atau
purulen, atau penebalan kulit progresif pada otitis eksterna lama. Selain itu, peredaman hantaran
suara dapat pula disebabkan tertutupnya lumen liang telinga oleh deskuamasi keratin, rambut,
serumen, debris, dan obat-obatan yang dimasukkan ke dalam telinga. Gangguan pendengaran
pada otitis eksterna sirkumskripta akibat bisul yang sudah besar dan menyumbat liang telinga.3
Selain gejala-gejala diatas otitis eksterna juga dapat memberikan gejala-gejala klinis berikut:
1. Tinnitus.
2. Discharge dan otore. Cairan (discharge) yang mengalir dari liang telinga (otore).
Kadangkadang pada otitis eksterna difus ditemukan sekret / cairan berwarna putih atau
kuning, atau nanah. Cairan tersebut berbau yang tidak menyenangkan. Tidak
bercampur dengan lendir (musin).
3. Demam.
4. Nyeri tekan pada tragus dan nyeri saat membuka mulut.
5. Infiltrat dan abses (bisul). Keduanya tampak pada otitis eksterna sirkumskripta. Bisul
menyebabkan rasa sakit berat. Ketika pecah, darah dan nanah dalam jumlah kecil bisa
bocor dari telinga.
6. Hiperemis dan udem (bengkak) pada liang telinga. Kulit liang telinga pada otitis
eksterna difus tampak hiperemis dan udem dengan batas yang tidak jelas. Bisa tidak
terjadi pembengkakan, pembengkakan ringan, atau pada kasus yang berat menjadi
bengkak yang benar-benar menutup liang telinga.3,7
1. Kulit MAE edema dan hiperemis merata sampai ke membran timpani dengan sekret pada
CAE. Jika terjadi edema CAE yang hebat, membran timpani dapat tidak tampak.
2. Nyeri tekan tragus (+)
10
3. Nyeri tarik auricula (+)
4. Adenopati regional yang nyeri tekan 1
Klasifikasi Subklasifikasi
Lokal ( Furunkulosis)
Trauma
Iritan
11
Alergi
Bakteri, fungal
Dermatitis Alergi
Dermatitis Atopik
Psoriasis
Invasif(Granula/Nekrotizing Maligna)
Penatalaksanaan
Otitis eksterna difusa harus diobati dalam keadaan dini sehingga dapat menghilangkan edema
yang menyumbat liang telinga. Terdapat 4 fundamental terapi otitis eksterna yaitu pembersihan,
pemberian antibiotik yang tepat, terapi terhadap nyeri dan inflamasi, dan pemberian edukasi
untuk mencegah terjadinya penyakit berulang. Selain itu juga dapat diberi antibiotik oral broad-
spectrum.10 Pengobatan antibiotik topikal dengan Aminoglikosida dikombinasikan dengan
antibiotik kedua dan steroid topikal (misalnya, neomycin-polymyxin B-hydrocortisone) yang
biasa digunakan sebagai persiapan topikal. Polimiksin B dan colistemethate merupakan antibiotik
yang paling efektif terhadap Pseudomonas dan harus menggunakan vehiculum hidroskopik
seperti glikol propilen yang telah diasamkan bahan kimia lain, seperti gentian violet 2% dan perak
12
nitrat 5% bersifat bakterisid dan bisa diberikan langsung ke kulit liang telinga.4
Antibiotik oral umumnya disediakan untuk pasien demam, imunosupresi, diabetes, adenopati,
atau infeksi yang membentang di luar saluran telinga. Mereka harus diberikan kepada individu
dengan selulitis di kulit wajah atau leher atau pada orang-orang di mana edema parah saluran
telinga membatasi penetrasi agen topikal. 9
Pasien harus diingatkan mengenai kemungkinan kekambuhan yang mungkin terjadi pada pasien,
terutama setelah berenang. Untuk menghindarinya pasien harus menjaga agar telinganya selalu
kering, Pasien juga harus diingatkan agar tidak menggaruk/membersihkan telinga dengan cotton
bud terlalu sering. 2
Komplikasi
20. Perikondritis
21. Selulitis
22. Dermatitis aurikularis 4
Prognosis
Otitis eksterna adalah suatu kondisi yang dapat diobati biasanya sembuh dengan cepat
dengan pengobatan yang tepat. Paling sering, otitis ekserna dapat dengan mudah diobati
dengan tetes telinga antibiotik. Otitis eksterna kronis yang mungkin memerlukan perawatan
lebih intensif. Otitis eksterna biasanya tidak memiliki komplikasi jangka panjang atau serius.5
13
DAFTAR PUSTAKA
1. Soepardie EA, Iskandar N, Bashirudin J, Restuti RD, editor. Buku Ajar Ilmu
Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala Leher. Jakarta: FK UI. 2010.
2. Oghalai, J.S. 2003. Otitis Eksterna. Di unduh dari: http://www.bcm.
tme.edu/oto/grand/101295.htm. Di Akses pada tanggal : 29 September 2011.
3. Abdullah, F. 2003. Uji Banding Klinis Pemakaian Larutan Burruwi Saring dengan
Salep Ichthyol (Ichthammol) pada Otitis Eksterna Akut. Di unduh dari:
http://www.usudigitallibrary.com. Di Akses pada tanggal : 30 September 2011.
4. Kotton, C. 2004. Otitis Eksterna. Di unduh dari: http://www.sav-ondrugs.
com/shop/templates/encyclopedia/ENCY/article/000622.asp. Di Akses pada tanggal :
28 September 2011.
5. Nussenbaum Brian, MD, FACS. External Ear, Malignant External Otitis. Available
from http://emedicine.medscape.com/article/845525-overview. Di Akses pada
tanggal : 28 September 2011.
6. Suardana, W. dkk. Pedoman Diagnosis dan Terapi Ilmu Penyakit Telinga, Hidung dan
Tenggorok RSUP Denpasar. Lab/UPF Telinga Hidung dan Tenggorok FK Unud.
Denpasar. 1992
7. Adam GL, Boies LR, Higler PA; Wijaya C: alih bahasa; Effendi H, Santoso K: editor.
Penyakit telinga luar dalam Buku Ajar Ilmu Panyakit THT. Edisi 6. Jakarta: EGC.
1997.78-84.
8. Susana. 2009. Nyeri Telinga. Di unduh dari: http://www.ssmedika.com/ index.php?
option=com_content&view=article&id=53:nyeritelinga&catid=38:telinga&Itemid=61.
Di Akses pada tanggal : 28 September 2011.
9. Ariel A Waitzman, MD, FRCSC Assistant Professor of Otolaryngology, Wayne State
University School of Medicine. Di unduh dari:
http://emedicine.medscape.com/article/994550-treatment#d7. Di akses pada tanggal 6
september 2017.
10. Rosen CA dan Johnson JT. Baileys head and neck surgery otolaringology.
Philadelphia : Lippincott William and Wilkins. 2014.
14