You are on page 1of 24

BAGIAN PERTAMA

HASIL PEMBINAAN KELUARGA

BAB I
LATAR BELAKANG KELUARGA BINAAN

1.1. Data Demografi 3 (tiga) Keluarga Binaan


Ketiga keluarga binaan bertempat tinggal di Dusun Katung, Desa Katung,
Kecamatan Kintamani, Kabupaten Bangli. Desa Katung hanya terdiri dari 1
banjar yaitu Banjar Katung dengan jumlah penduduk sekitar 1543 jiwa (357
Kepala Keluarga) yang mendiami wilayah seluas 280 hektar. Sebanyak
12,32% atau 44 Kepala Keluarga (KK) tergolong ke dalam rumah tangga
miskin. Daerah ini masuk dalam wilayah kerja Puskesmas Kintamani VI.
Mata pencaharian penduduk desa sebagian besar (90 %) berprofesi sebagai
petani di perkebunan dengan jenis produk pertanian yang menjadi komoditas
utama desa ini adalah jeruk serta sebagian kecilnya berupa sayur mayur, kopi
dan cabai.
1.1.1. Keluarga I Nengah Payu
Keluarga Bapak I Nengah Payu merupakan sebuah cerminan keluarga
kecil bahagia sejahtera yang telah merasa cukup dengan memiliki satu
orang anak. Keluarga ini merupakan nuclear family yang terdiri dari ayah,
ibu dan satu orang putri. Di usia senjanya ini beliau hanya tinggal bersama
istrinya. Putri satu-satunya dari keluarga ini telah menikah dengan seorang
pemuda di lingkungan Desa Katung dan dikaruniai dua orang anak laki
laki. Sejak menikah, anak perempuan keluarga ini sudah tidak tinggal
bersama kedua orang tuanya. Keluarga ini beragama Hindu. Dalam
kehidupan sehari-hari, pengambilan keputusan berada di tangan KK. KK
merupakan seorang buruh tani di perkebunan jeruk milik warga, sementara
istri KK merupakan seorang ibu rumah tangga yang sesekali ikut suaminya
bekerja sebagai buruh tani.

Tabel 1. Susunan Keluarga I Nengah Payu


Hubungan
No Nama JK Umur Pendidikan Pekerjaan
dgn KK
1. I Nengah Payu L 65 th Tamat SD KK Buruh Tani
2. Nengah Asih P 60 th Tidak Tamat Istri KK Ibu Rumah

1
Tangga/Buruh
SD
Tani
Ibu Rumah
3. Wayan Parni P 29 Tamat SD Anak KK
Tangga

a b

c
Gambar 1. Sistem Kekerabatan I Nengah Payu

Keterangan :

Laki-laki
a. I Nengah Payu Kepala Keluarga
b. Nengah Asih Istri Kepala Keluarga
Perempuan
c. Wayan Parni Anak Pertama Kepala Keluarga

1.1.2. Keluarga Dewa Gede Putra Jaya


Keluarga Bapak Dewa Gede Putra Jaya terdiri dari Ayah, Ibu, dan tiga
orang anak perempuan. Keluarga ini merupakan nuclear family. Saat ini
hanya istri dan anak ketiga mereka yang masih berusia 4 tahun yang
tinggal serumah. Keluarga ini beragama Hindu. Dalam kehidupan sehari-
hari, pengambilan keputusan berada di tangan KK. Anak pertama dan
kedua telah menikah. Anak perempuan pertama merupakan tamatan SD
dan sudah menikah dengan pemuda yang berasal dari Desa Katung dang
tinggal di sebelah rumah orang tuanya. Anak perempuan kedua pasangan
ini pendidikannya tidak tamat SMP dan baru saja menikah 3 bulan yang
lalu dan tinggal di Payangan. Putri ketiga mereka saat ini masih berusia 4
tahun dan belum bersekolah. KK bekerja sebagai supir truk pengangkut
pasir. Sedangkan istrinya merupakan seorang ibu rumah tangga yang
sesekali mengambil pekerjaan sebagai buruh untuk menurunkan pasir.

Tabel 2. Susunan Keluarga Dewa Gede Putra Jaya


Hubungan
No Nama JK Umur Pendidikan Pekerjaan
dgn KK
1. Dewa Gede Putra L 43 th Tamat SD KK Supir Truk
Jaya Pengangkut

2
Pasir
Ibu Rumah
Dewa Ayu Tangga/Buruh
2. P 41 th Tamat SD Istri KK
Mariani Menurunkan
Pasir
Dewa Ayu Ibu Rumah
3. P 24 th Tamat SD Anak KK
Dewantari Tangga
Ibu Rumah
4. Dewa Ayu Sintia P 22 th Tamat SD Anak KK
Tangga
Dewa Ayu Sinta Belum
5. P 4 th Anak KK -
Dewi Bersekolah

a b

c d e
Gambar 2. Sistem Kekerabatan Dewa Gede Putra Jaya

Keterangan :

Laki-laki
a. Dewa Gede Putra Jaya Kepala Keluarga
Perempuan
b. Dewa Ayu Mariani Istri Kepala Keluarga
c. Dewa Ayu Dewantari Anak Pertama Kepala Keluarga
d. Dewa Ayu Sintia Anak Kedua Kepala Keluarga
e. Dewa Ayu Sinta Dewi Anak Ketiga Kepala Keluarga

1.1.3. Keluarga I Ketut Cari


Bapak I Ketut Cari memiliki seorang istri dan 2 anak. Keluarga I Ketut
Cari terdiri dari ayah, ibu dan dua anak laki-laki. Anak pertama bapak I
Ketut Cari yang pertama telah menikah secara nyentana dengan seorang
gadis di Desa Katung. Anak kedua bekerja sebagai buruh tani. Bapak I
Nyoman Wandra tinggal serumah dengan istri dan anak keduanya.
Keluarga ini merupakan nuclear family. Keputusan yang diambil dalam
keluarga ini berada di tangan KK. Sehari-hari Bapak Ketut Cari bekerja
sebagai buruh tani di perkebunan jeruk milik warga sedangkan istrinya
seharian berada di rumah sebagai ibu rumah tangga.

Tabel 3. Susunan Keluarga I Ketut Cari

3
Hubungan
No Nama JK Umur Pendidikan Pekerjaan
dgn KK
Tidak Tamat
1. I Ketut Cari L 45 th KK Buruh Tani
SD
Tidak Tamat Ibu Rumah
2. Nengah Sueni P 43 th Istri KK
SD Tangga
Buruh
3. Gede Darmayasa P 27 th Tamat SD Anak KK Pengangkut
Pasir
4. Nengah Suartana P 23 th Tamat SD Anak KK Buruh Tani

a b

Gambar 3. cSistem Kekerabatan I Ketut


d Cari

Keterangan :

Laki-laki
a. IPerempuan
Ketut Cari Kepala Keluarga
b. Nengah Sueni Istri Kepala Keluarga
c. Gede Darmayasa Anak Pertama Kepala Keluarga
d. Nengah Suada Anak Kedua Kepala Keluarga

1.2. Status Sosial Ekonomi dan Kondisi Tempat Tinggal Keluarga Binaan
1.2.1 Keluarga I Nengah Payu
Keluarga Bapak Nengah Payu tergolong kedalam keluarga ekonomi
rendah ditinjau dari pekerjaan dan pendapatan keluarga. Bapak Nengah
Payu yang bekerja sebagai buruh tani mendapat penghasilan sekitar
Rp.60.000 dalam 1 hari. Dalam satu bulan pekerjaan menjadi buruh
tidaklah menentu, tergantung permintaan dari pemilik kebun jeruk. Rata-
rata Bapak Nengah Payu bekerja sebanyak 3 kali dalam seminggu dan
mendapatkan penghasilan sebesar Rp. 720.000 dari hasil menjadi buruh.
Untuk membantu perekonomian keluarganya, Ibu Nengah Asih juga
terkadang menerima pekerjaan sebagai buruh tani dengan penghasilan Rp
50.000/hari. Apabila digabungkan rata-rata pendapatan keluarga ini selama
1 bulan sebesar Rp 1.300.000. Untuk pemenuhan kebutuhan makan
seharihari Keluarga Bapak Nengah Payu memperoleh beras Raskin

4
seharga Rp 25.000. Setiap hari beliau menghabiskan Rp 10.000 untuk
biaya makan sehari-hari. Untuk keperluan sembako keluarga ini
mengeluarkan biaya sebesar Rp 100.000/bulan. Sedangkan untuk
memasak dan kebutuhan MCK keluarga tersebut sudah menggunakan air
yang berasal dari PDAM dan membayar Rp 10.000/m3 pemakaian air.
Sehingga untuk konsumsi air keluarga tersebut menghabiskan biaya
sebesar Rp 50.000/bulan. Sedangkan untuk biaya listrik beliau sudah
menggunakan listrik pulsa dengan pengeluaran sebesar Rp. 50.000. Bapak
Nengah Payu merupakan seorang perokok dengan rata-rata konsumsi
rokok sebanyak 1 bungkus dalam 2 hari, sehingga dalam 1 bulan
pengeluaran keluarga untuk rokok sebesar Rp 75.000. Untuk biaya
kesehatan Keluarga Bapak Nengah Payu lebih memilih untuk datang
berobat ke bidan atau perawat di desa dengan biaya pengobatan sebesar Rp
30.000 setiap datang. Keluarga ini tidak memiliki jaminan kesehatan.
Dalam 1 bulan kira-kira keluarga ini mengeluarkan uang sebesar Rp
100.000 untuk biaya kesehatan. Untuk kegiatan yang berhubungan dengan
kerohanian, Keluarga Bapak Nengah Payu membuat banten/sesajen sendiri
untuk keperluan persembahyangan di rumahnya setiap hari. Untuk hari
raya setiap bulan seperti purnama dan tilem banten juga dibuat sendiri
dengan biaya keperluan banten Rp 35.000 tiap hari raya. Untuk kegiatan
sosial seperti upacara agama yang terkait pura desa ataupun banjar,
keluarga Bapak Nengah Payu serta istri harus membawa beras 2 kg, gula
1 kg, jajan, dan kelapa dengan rata-rata pengeluaran untuk kegiatan sosial
sebesar Rp 40.000 tiap kegiatan. Disamping itu keluarga ini harus
membayar iuran Rp 100.000 tiap bulan untuk biaya perbaikan wantilan
Untuk kepemilikan barang berharga keluarga ini memiliki 1 buah televisi
dan 1 buah sepeda motor. Untuk kondisi tempat tinggal dapat dikatakan
cukup memprihatinkan. Lahan yang ditempati keluarga Bapak Nengah
Payu saat ini bukanlah tanah miliknya sendiri melainkan pinjaman dari
sahabatnya dengan harga yang sangat murah. Satu pekarangan terdiri atas
merajan yang sederhana, bangunan utama dan dapur. Bangunan utama
merupakan bangunan semi permanen dengan dinding terbuat dari bedeg

5
dan beratap seng yang terdiri atas 1 kamar tidur dan 1 ruang tamu yang
menjadi satu dengan tempat metanding. Dapur merupakan bangunan
permanen berdinding batako dan beratap genteng dengan 2 buah jendela
sebagai ventilasi yang terletak di seberang bangunan utama. Keluarga ini
belum memiliki kamar mandi.
1.2.2 Keluarga Dewa Gede Putra Jaya
Keluarga Bapak Dewa Gede Putra Jaya merupakan keluarga dengan sosial
ekonomi yang kurang. Penghasilan yang didapatkan Bapak Dewa Gede
Putra Jaya sendiri sebagai supir truk pengangkut pasir tidak mencukupi
kebutuhan untuk seluruh anggota keluarganya. Setiap bulannya Bapak
Dewa Gede Putra Jaya berpenghasilan Rp 2.400.000. Pendapatnya ini
sebagian diberikan kepada kedua orang tuanya yang sudah tidak mampu
bekerja lagi dan sebagian digunakan untuk biaya makan sehari-hari
keluarganya. Pendapatan keluarga ini juga dibantu oleh penghasilan
istrinya sebagai buruh pengangkut pasir, kira-kira sebesar Rp 500.000 per
bulan. Menurut pendapat istrinya, untuk makan sehari saja keluarganya
harus mengeluarkan uang sekitar Rp 25.000. Ditambah lagi dengan biaya
jajan di warung untuk anaknya yang masih berusia 4 tahun sekitar Rp
5.000/hari. Sedangkan untuk memasak dan kebutuhan MCK keluarga ini
menghabiskan biaya untuk membeli air sebesar Rp 150.000/bulan.
Sedangkan untuk biaya listrik beliau sudah menggunakan listrik pulsa
dengan pengeluaran sebesar Rp. 50.000/bulan. Disamping itu keluarga ini
harus membayar iuran Rp 100.000 tiap bulan untuk biaya perbaikan
wantilan. Untuk kegiatan keagamaan dan kegiatan sosial biaya yang
dikeluarkan sekitar Rp 50.000 setiap kegiatan. Selain itu keluarga ini
menyisihkan uang Rp 50.000/bulan untuk biaya pendidikan anak
ketiganya kelak. Biaya kesehatan tidak dianggarkan secara khusus karena
keluarga ini sudah memiliki jaminan kesehatan JKBM sehingga apabila
sakit keluarga ini langsung pergi berobat ke puskesmas. Untuk
kepemilikan barang berharga keluarga ini memiliki 1 buah televisi, 1 buah
sepeda motor dan 1 buah radio. Rumah keluarga Bapak Dewa Gede Putra
Jaya dapat dikatakan sudah cukup layak untuk ditempati oleh 3 orang.
Rumah Bapak Dewa Gede Putra Jaya memiliki luas 1,5 are. Rumah ini

6
terdiri dari bangunan utama dan dapur. Bangunan utama berdidnding
batako dan sudah bertegel. Sedangkan dapur terbuat dari bahan semi
permanen berdinding triplek dengan alas tanah yang belum berkeramik.
Lingkungan sekitar rumah sangat berdebu dan terdapat kotoran ayam dan
bebek peliharaan mereka yang terecer di halaman rumah.
1.2.3 Keluarga I Ketut Cari
Keadaan sosial ekonomi keluarga Bapak I Ketut Cari mungkin tidak jauh
berbeda dengan keluarga Bapak I Nengah Payu. Sebagai buruh tani
dengan pendapatan yang tidak menentu, Bapak I Ketut Cari memperoleh
penghasilan sebesar Rp 1.500.000 perbulannya. Anak kedua mereka ikut
membantu perekonomian keluarga dengan bekerja sebagai buruh tani
dengan penghasilan yang sama. untuk makan sehari saja keluarganya harus
mengeluarkan uang sekitar Rp 20.000. Biaya untuk membeli air sebesar
Rp 150.000/bulan dan biaya listrik menggunakan listrik pulsa dengan
pengeluaran sebesar Rp. 50.000/bulan. Sama dengan keluarga sebelumnya,
keluarga ini harus membayar iuran Rp 100.000 tiap bulan untuk biaya
perbaikan wantilan. Untuk kegiatan keagamaan dan kegiatan sosial biaya
yang dikeluarkan sekitar Rp 40.000 setiap kegiatan. Bapak Ketut Cari dan
anaknya merupakan seorang perokok berat dengan rata-rata konsumsi
rokok sebanyak 1 bungkus dalam sehari, sehingga dalam 1 bulan
pengeluaran keluarga untuk rokok sebesar Rp 600.000. Apabila sakit
keluarga ini langsung pergi berobat ke puskesmas dengan menggunakan
jaminan kesehatan JKBM. Untuk keadaan rumah, rumah keluarga Bapak I
Ketut Cari sudah lebih baik jika dibandingkan dengan rumah keluarga
Bapak I Nengah Payu. Rumah tersebut berdinding batako, walaupun
lantainya belum berkeramik. Sudah terdapat ventilasi untuk pertukaran
udara serta terdapat jendela untuk memungkinkan sinar matahari masuk ke
dalam rumah. Tempat memasak (perapian) terletak terpisah dengan kamar
tidur dan keluarga ini telah memiliki jamban. Keadaan lingkungan sekitar
rumah terlihat bersih. Namun untuk kebersihan seprai sangat kurang,
dimana seprai tidak pernah diganti dan sangat jarang dicuci. Kepemilikan
barang berharga yang lain, keluarga ini memiliki 1 buah televisi serta 1
buah motor milik keluarga besar yang dipakai bersama.

7
1.3 Rumusan Masalah Kesehatan pada Masing-masing Keluarga Binaan
1.3.1 Keluarga I Nengah Payu
Masalah kesehatan yang dimiliki oleh Keluarga Bapak Nengah Payu
adalah Tension Type Headache yang dialami oleh istrinya. Ibu Nengah
Asih mengatakan sering mengalami pusing, terutama saat banyak pikiran
dan setelah bekerja. Pusing ini dirasakan seperti kepalanya ditekan oleh
benda yang berat dan dirasakan di kedua sisi kepalanya. Rasa pusing ini
sering muncul sehingga dikatakan sangat mengganggu aktivitasnya sehari-
hari saat bekerja di kebun maupun di rumah. Ibu Nengah mengatakan tidak
memiliki riwayat muntah maupun mual karena pusingnya ini. Riwayat
tekanan darah tinggi disangkal, tekanan darah Ibu Nengah Asih selalu
berkisar di 130/90 mmHg. Jika pusingnya ini kambuh, Ibu Nengah Asih
biasanya langsung pergi ke bidan/mantri di Desa Katung untuk disuntik
dan mendapatkan obat. Ibu Nengah tidak memiliki riwayat penyakit
sistemik apapun. Keluarga Bapak Nengah Payu belum memiliki kartu
jaminan kesehatan sehingga uang yang digunakan untuk pengobatan
berasal dari uang pribadi.
1.3.2 Keluarga Dewa Gede Putra Jaya
Masalah kesehatan keluarga Bapak I Ketut Cari adalah ektima yang
dialami oleh putri ketiga mereka, Dewa Ayu Sinta Dewi. Pada kedua
tungkai anaknya tersebut, banyak terdapat luka-luka dengan lapisan
berwarna coklat kehitaman. Awalnya luka tersebut hanya dirasakan gatal,
dan kemudian sering digaruk. Bapak Dewa mengatakan bahwa anaknya
tersebut memang sering bermain di halaman rumah dan kebun tanpa
menggunakan alas kaki serta jarang mau mencuci kaki setelah bermain.
Ibu Dewa Ayu Mariani mengaku sudah sering memperingatkan anaknya
tersebut, namun karena kurangnya pengawasan saat kedua orangtuanya
bekerja, akhirnya anak mereka sering lupa untuk mencuci kakinya. Bapak
Dewa Gede Putra Jaya sudah sempat membawa kedua anaknya ini untuk
berobat ke Pustu Desa Katung dan dikatakan sudah mendapatkan
pengobatan berupa salep. Namun keluhan ini tidak kunjung membaik.

8
Keluarga Bapak Dewa Gede Putra Jaya sudah memiliki kartu jaminan
kesehatan bali mandara (JKBM).
1.3.3 Keluarga I Ketut Cari
Berdasarkan hasil penelusuran didapatkan bahwa dalam keluarga ini tidak
sedang ditemukan masalah kesehatan yang sangat berarti seperti penyakit
yang sangat berat maupun penyakit menahun lainnya. Dalam beberapa
bulan terakhir ini anggota keluarga seringkali hanya mengalami penyakit
flu, batuk maupun demam biasa karena perubahan cuaca yang cukup
beragam. Namun demikian saya merasa terdapat masalah lain yang
berpotensi mengganggu kesehatan Bapak I Ketut Cari, yaitu kebiasaan
merokok. Walaupun kebiasaaan merokok ini tidak digolongkan ke dalam
kelompok yang sangat berat, namun kebiasaan Bapak Ketut Cari yang
gemar merokok dapat menggangu kesehatan paru-parunya sendiri dan
untuk istri dan anaknya. Demikian pula kebiasaan menggosok gigi tidak
teratur berpotensi menyebabkan penyakit gigi dan mulut, kebiasaan
mencuci tangan yang kurang baik juga berpotensi untuk menimbulkan
terjadi penyakit yang terkait dengan pencernaan.

9
BAB II
KEGIATAN DAN HASIL PEMBINAAN PADA KELUARGA BINAAN

Jika membandingkan data demografi dari ketiga keluarga binaan, terlihat bahwa
rata-rata pendidikannya adalah hanyalah sampai di tingkat SD. Hal ini tentunya
merupakan salah satu faktor yang sangat mempengaruhi tingkat pengetahuan dan
pemahaman mereka terhadap perilaku hidup bersih dan sehat, selain faktor
lingkungan yang dingin serta akses ke sumber air yang cukup jauh, yang
menyebabkan hampir sebagian besar masyarakat mandi hanya 1 kali sehari dan
jarang mencuci tangan dengan sabun. Sehingga dalam Pelatihan Pra Dokter (PPD)
Unud Ke-74 di Desa Katung ini, menjadi sebuah kesempatan bagi mahasiswa
untuk dapat melakukan penyuluhan dan praktek secara langsung mengenai
perilaku hidup bersih dan sehat ke ketiga keluarga binaan.
Mulai dari cara cuci tangan yang benar dengan menggunakan sabun, mandi
minimal 2 kali sehari dengan sabun, menggosok gigi yang benar saat pagi setelah
makan dan malam hari sebelum tidur, memotong kuku jari, hingga cara untuk
membersihkan telinga secara benar dan rutin. Selain itu juga ikut langsung
membantu membersihkan lingkungan sekitar, membuang sampah pada tempatnya
sekaligus memberitahukan teknik pemilahan sampah organik dan non-organik.
Selain masalah pendidikan, hal terpenting yang menjadi penyebab masalah
kesehatan ini adalah masalah ekonomi. Tingkat ekonomi yang masih rendah
menjadi penyulit bagi keluarga binaan untuk menjaga kesehatan diri dan
kebersihan lingkungan. Masih diperlukannya pembenahan struktur rumah, seperti
pengadaan jamban dan ventilasi udara dalam rangka peningkatan kualitas
kesehatan lingkungan yang berpengaruh terhadap kesehatan individu.

2.1 Promosi Kesehatan dan Partisipasi Keluarga


2.1.1 Keluarga Bapak I Nengah Payu
Tabel 4. Rincian Kegiatan di Keluarga I Nengah Payu
No. Tanggal Kegiatan
1. 4 Agustus 2015 Perkenalan dengan keluarga binaan dan
identifikasi masalah kesehatan dan perilaku
hidup sehat
2. 8 Agustus 2015 Promosi kesehatan tentang TTH dan bahaya
merokok
3. 14 Agustus Pemberian informasi mengenai jamban sehat

10
2015 dan persyaratan pembuatan kartu jaminan
kesehatan
4. 20 Agustus Promosi kesehatan tentang perilaku hidup
2015 bersih dan sehat meliputi praktek bersama cara
cuci tangan pakai sabun, cara menggosok gigi
dengan benar dan mengantar keluarga ke kantor
desa untuk mengurus persyaratan JKBM
5. 25 Agustus Pemberian sembako dan sabun cuci tangan
2015 kepada keluarga Bapak I Nengah Payu

Partisipasi keluarga Bapak I Nengah Payu saat dilakukan promosi kesehatan


sangat antusias sekali. Hal tersebut dapat terlihat pada saat dilakukan promosi
kesehatan mengenai penyakit TTH yang diderita istrinya, keluarga ini sangat
memperhatikan materi yang diberikan dan banyak bertanya mengenai penyakit
tersebut. Selain itu Bapak Nengah Payu juga banyak bertanya mengenai
keuntungan memiliki jamban karena menurutnya memiliki kamar mandi
bukanlah prioritas utama karena lungkungan tempat tinggalnya kesulitan
memperoleh air. Disamping itu setelah mendengar penjelasan mengenai
persyaratan JKBM keluarga ini bersedia mendaftarkan diri untuk jaminan
kesehatan ini.
Hasil kegiatan yang meliputi berbagai promosi kesehatan yang dilakukan
selama kegiatan PPD ini, dimana selama kegiatan keluarga Bapak I Nengah
Payu cukup antusias menerima edukasi dari mahasiswa PPD. Didapatkan hasil
telah terjadi peningkatan pengetahuan dari keluarga binaan ini mengenai
penyakit TTH dan dan pentingnya jamban sehat. Promosi Kesehatan Pola
Hidup Bersih dan Sehat yang meliputi cara mencuci tangan pakai sabun
dengan benar, menggosok gigi dengan benar, serta kebersihan diri dilakukan
cukup merubah pola hidup bersih dan sehat dari keluarga ini. Dimana setelah
mendapatkan edukasi tersebut telah merubah kebiasaan hidupnya yaitu
kegiatan menyikat gigi yang sebelumnya hanya dilakukan sebanyak 1 kali
yaitu saat setelah mandi di pagi hari, saat ini menjadi 2 kali sehari pada pagi
dan sebelum tidur. Mandi dikatakan hanya sekali sehari karena cuaca dingin.
Cuci tangan yang sebelumnya dilakukan hanya saat setelah makan dengan
menggunakan sabun, saat ini kegiatan cuci tangan pakai sabun dilakukan saat

11
sebelum dan setelah makan, sesudah BAB, dan setiap menghidangkan
makanan. Kegiatan ini dilakukan dengan air yang ditampung dalam dua ember
yang berisi air bersih dan sabun. Buang air besar (BAB) dan buang air kecil
(BAK) tidak lagi dilakukan sembarangan melainkan meminjam di tetangga
atau pergi ke sungai. Dari keluarga sudah ada niat untuk membangun jamban
untuk keluarga dalam waktu dekat. Pakaian diganti setiap 1-2 kali sehari.
Untuk memasak, bahan makanan dicuci menggunakan air sebelum dimasak.
Air minum dimasak terlebih dahulu sebelum diminum. Sedangkan promosi
kesehatan tentang bahaya merokok difokuskan pada Bapak I Nengah Payu.
Setelah diberikan penjelasan tentang bahaya merokok beliau bisa menerima
dan berusaha untuk mengurangi kebiasaan merokoknya. Untuk kesehatan
lingkungan disarankan pada keluarga untuk lebih menjaga kebersihan dan
mengelola sampah dengan baik untuk mengurangi populasi lalat. Keluarga
binaan ini memiliki dapur yang masih menggunakan tungku dan kayu bakar
yang asapnya tidak baik untuk kesehatan dan ventilasi ruangan yang kurang.
Jadi perlu ditekankan untuk membuat cerobong asap dan lebih sering
membuka jendela sehingga udara dan sinar matahari dapat masuk ke dalam
rumah.
2.1.2 Keluarga Bapak Dewa Gede Putra Jaya
Tabel 5. Rincian Kegiatan di Keluarga Dewa Gede Putra Jaya
No. Tanggal Kegiatan
1. 5 Agustus 2014 Perkenalan dengan keluarga binaan dan
identifikasi masalah kesehatan dan perilaku
hidup sehat
2. 10 Agustus Mengantar anak Bapak Dewa Gede Putra Jaya
2014 ke Pustu untuk mendapatkan pengobatan dan
melakukan promosi kesehatan mengenai cara
merawat luka yang baik
3. 15 Agustus Promosi kesehatan mengenai penanganan
2015 pertama pada penyakit-penyakit pada anak
yang sering muncul seperti demam, batuk dan
diare.
4. 23 Agustus Promosi kesehatan tentang perilaku hidup
2015 bersih dan sehat meliputi praktek bersama cara

12
cuci tangan pakai sabun, cara menggosok gigi
dengan benar dan pemberian informasi
mengenai kebersihan diri
5. 26 Agustus Pemberian sembako, buku tulis dan sabun cuci
2015 tangan kepada keluarga Bapak Dewa Gede
Putra Jaya

Partisipasi keluarga Bapak Dewa Gede Putra Jaya saat dilakukan promosi
kesehatan sangat antusias. Hal tersebut dapat terlihat pada saat dilakukan
praktek cuci tangan pakai sabun dan menggosok gigi anak Bapak Dewa Gede
Putra Jaya sangat bersemangat untuk mempraktekkannya. Selain itu Ibu Dewa
Ayu Mariani dengan seksama memperhatikan dan banyak bertanya mengenai
materi cara perawatan luka yang baik dan penanganan pertama pada penyakit
yang sering muncul pada anak.
Dari hasil berbagai promosi kesehatan yang dilakukan selama kegiatan
PPD ini, dimana selama kegiatan keluarga Dewa Gede Putra Jaya cukup
antusias menerima edukasi dari mahasiswa PPD. Didapatkan hasil telah terjadi
peningkatan pengetahuan dari keluarga binaan ini. Pada keluarga ini terdapat
penderita ektima yang diderita oleh kepala keluarganya maka promosi
kesehatan diutamakan pada penyakit tersebut. Promosi Kesehatan Pengetahuan
tentang ektima, terutama faktor risiko, perawatan, komplikasi dan
pencegahannya. Setelah mendapatkan pengetahuan tersebut, keluarga ini dapat
mengerti dan mengetahui tentang penyakit Ektima. Promosi Kesehatan PHBS
dilakukan pada semua keluarga dan cukup merubah pola hidup bersih dan sehat
dari keluarga ini. Setelah diberikan edukasi pada keluarga binaan Bapak Dewa
Gede Putra Jaya kegiatan mandi yang sebelumnya hanya dilakukan sebanyak 1
kali sehari saat ini dilakukan 1-2 kali sehari. Sikat gigi yang biasanya
dilakukan saat setelah mandi, saat ini menjadi 2 kali sehari pada pagi dan
sebelum tidur. Pakaian selalu diganti setiap hari sebanyak 1-2 x. Mencuci
tangan dilakukan pada wadah yang berisi air. BAB dan BAK dilakukan di
jamban pribadi. Untuk memasak, bahan makanan dicuci menggunakan air
sebelum dimasak. Air minum dimasak terlebih dahulu sebelum diminum.
Untuk keperluan makanan sehari-hari biasanya berupa nasi dan sayur sayuran.
Kadang-kadang disertai daging atau tempe yang cukup untuk menunjang status

13
gizi dari keluarga ini. Untuk kesehatan lingkungan disarankan pada keluarga
untuk lebih menjaga kebersihan, membuat ventilasi setiap kamar dalam
rumahnya, dan mengelola sampah dengan baik untuk mengurangi populasi
lalat.
2.1.3 Keluarga Bapak I Ketut Cari
Tabel 6. Rincian Kegiatan di Keluarga I Ketut Cari
No. Tanggal Kegiatan
1. 6 Agustus 2015 Perkenalan dengan keluarga binaan dan
identifikasi masalah kesehatan dan perilaku
hidup sehat
2. 12 Agustus Promosi kesehatan tentang bahaya merokok
2015 untuk kesehatan

3. 16 Agustus Promosi kesehatan tentang perilaku hidup


2015 bersih dan sehat meliputi praktek bersama cara
cuci tangan pakai sabun, cara menggosok gigi
dengan benar dan pemberian informasi
mengenai kebersihan diri
4. 24 Agustus Pemberian sembako dan sabun cuci tangan
2015 kepada keluarga Bapak I Ketut Cari

Partisipasi keluarga Bapak I Ketut Cari saat dilakukan promosi kesehatan


sangat antusias sekali. Hal tersebut dapat terlihat pada saat dilakukan promosi
kesehatan mengenai bahaya merokok bagi kesehatan. Bapak Ketut Cari
sesungguhnya sudah lama ingin berhenti merokok namun dikatakan masih
sangat sulit. Sehingga setelah diberikan penjelasan ini Bapak Nengah Payu
berjanji akan berusaha lebih kuat agar dirinya dapat berhenti merokok.
Hasil kegiatan promosi kesehatan yang dilakukan selama kegiatan PPD
ini, dimana selama kegiatan keluarga Bapak I Ketut Cari cukup antusias
menerima edukasi dari mahasiswa PPD. Didapatkan hasil telah terjadi
peningkatan pengetahuan dari keluarga binaan ini. Promosi kesehatan secara
umum yang meliputi bahaya merokok. Bapak I Ketut Cari mulai berusaha
untuk mengurangi merokok. Promosi Kesehatan PHBS dilakukan pada semua
keluarga dan cukup merubah pola hidup bersih dan sehat dari keluarga ini.
Prilaku hidup bersih dan sehat keluarga Bapak I Ketut Cari yang tergolong

14
kurang, dimana kebiasaan untuk kebiasaan cuci tangan yang sebelumnya
sangat jarang dilakukan, saat ini di keluarga tersebut kegiatan cuci tangan pakai
sabun. Untuk mencuci pakaian biasanya dilakukan 1x seminggu menggunakan
deterjen. Untuk memasak, bahan makanan dicuci menggunakan air sebelum
dimasak. Air minum dimasak terlebih dahulu sebelum diminum. Untuk
kesehatan lingkungan disarankan pada keluarga untuk lebih menjaga
kebersihan dan mengelola sampah dengan baik untuk mengurangi populasi
lalat. Keluarga binaan ini memiliki dapur yang masih menggunakan tungku dan
kayu bakar yang asapnya tidak baik untuk kesehatan dan ventilasi ruangan
yang kurang. Jadi perlu ditekankan untuk membuat cerobong asap dan lebih
sering membuka jendela sehingga udara dan sinar matahari dapat masuk ke
dalam rumah.

15
BAB III
PENANGGULANGAN PENYAKIT PADA KELUARGA BINAAN (KASUS)

3.1 Latar Belakang Kasus


Ektima merupakan infeksi pioderma pada kulit dengan karakteristik berbentuk
krusta disertai ulserasi. Etiologi dari ektima adalah infeksi Streptococcus B
hemolyticus. Infeksi ini biasanya diawali pada lesi yang disebabkan karena trauma
pada kulit, misalnya ekskoriasi atau gigitan serangga. Lokasi terjadinya ektima
yang relatif sering adalah pada tungkai bawah, karena pada tempat ini rentan
terjadi trauma kulit. Lesi pada ektima awalnya mirip dengan impetigo, berupa
vesikel atau pustul. Kemudian langsung ditutupi oleh krusta yang lebih keras dan
tebal daripada krusta pada impetigo, dan ketika dikerok akan nampak lesi
punched out berupa ulkus yang dalam dan biasanya berisi pus.
Salah satu faktor predisposisi yang dapat menyebabkan timbulnya penyakit
ini adalah sanitasi yang buruk. Sanitasi yang buruk ini dijumpai pada keluarga
Bapak Dewa Gede Putra Jaya dan kebanyakan keluarga di Desa Katung.
Disamping kurangnya pengetahuan akan sanitasi yang baik, keterbatasan air juga
menjadi kendala untuk menjaga kebersihan diri dan lingkungan. Selain itu
penanganan ektima sering kali tidak benar, seperti pada penanganan pada anak
Bapak Dewa Gede Putra Jaya. Sehingga diperlukan KIE yang tepat untuk
mengatasi kasus ektima ini. Oleh karena beberapa alasan tadi, maka kasus yang
diangkat dalam laporan ini adalah kasus ektima.

Identitas Pasien
Nama : Dewa Ayu Sinta Dewi
Umur : 4 Tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Pekerjaan :-
Status Perkawinan : Belum Kawin
Riwayat Keluarga : Anak Penderita

Riwayat Penyakit
Dewa Ayu Sinta Dewi mengeluh gatal-gatal pada kaki setelah bermain di halaman
rumah yang penuh tanah dan rumput tanpa menggunakan alas kaki. Keluhan ini
sudah sejak lama dialami pada kedua kakinya, yakni sudah sekitar 2 bulan yang
lalu. Akibat rasa gatal ini, ia sering menggaruk kedua kaki hingga kulitnya

16
mengelupas. Namun karena kurangnya pengetahuan dan pengawasan dari orang
tua, akhirnya ia tetap saja bermain diluar tanpa alas kaki dan jarang untuk
mencuci kaki dan tangan selepas bermain diluar. Lama kelamaan luka akibat
garukan tersebut menjadi berwarna coklat kehitaman dan bernanah. Bapak Dewa
Gede Putra Jaya pernah mengantar anaknya ini untuk berobat ke Pustu Desa
Katung. Oleh bidan yang ada di Pustu tersebut, kedua kakinya diobati
menggunakan salep yang dioleskan langsung ke luka. Namun luka coklat
kehitaman tersebut dikatakan tetap tidak mau menghilang. Tidak ada anggota
keluarga lain yang menderita hal yang sama. Riwayat penyakit penurunan
imunitas dalam keluarga disangkal. Bapak Dewa Gede Putra Jaya dan Ibu Dewa
Ayu Mariani mengatakan kurang mengerti tentang penyakit Ektima. Termasuk
cara untuk mengobati dan untuk mencegahnya.

3.2 Analisis Situasi Keluarga Kasus


3.2.1 Aspek Lingkungan Fisik Keluarga Binaan
Keluarga Bapak Dewa Gede Putra Jaya tinggal bersama dalam 1 rumah
permanen dengan luas tanah sekitar 20x10 meter. Di sebelah rumah Bapak
Dewa Gede Putra Jaya adalah rumah anak beserta menantunya. Dinding
rumah tersebut terbuat dari batako, dengan lantai sudah bertegel. Rumah
ini terdiri dari 1 kamar tidur dan 1 ruang tamu yang juga dipergunakan
sebagai ruang tidur. Rumah tersebut memiliki 2 jendela dan 1 pintu.
Keadaan di dalam rumah ini dapat dikatakan cukup baik dengan adanya
ventilasi sebagai tempat pertukaran udara. Dapur rumah ini terletak
terpisah dengan rumah. Bangunan dapur merupakan bangunan semi
permanen berdinding kayu, beratap seng dengan jendela kawat. Dapur ini
menggunakan perapian dengan kayu bakar untuk memasak. Keluarga ini
telah memiliki kamar mandi dengan jamban pribadi Untuk sumber air
keluarga ini sudah membuat tempat penampungan air hujan untuk
digunakan sehari hari dan setiap bulannya juga membeli air dari
distributor air sebanyak 3 jirigen yang ditampung dalam drum karena di
sekitar wilayah rumahnya belum ada sumber air dan juga belum ada air
yang dialiri oleh PDAM.
3.2.2 Aspek Sosial Ekonomi Keluarga Binaan

17
Keadaan sosial ekonomi keluarga Bapak Dewa Gede Putra Jaya mungkin
sedikit lebih baik dibandingkan dengan dua keluarga binaan lainnya.
Sebagai supir truk pengangkut pasir, Bapak Dewa Gede Putra Jaya
memperoleh penghasilan sebesar Rp 2.400.000 per bulannya. Sedangkan
sang istri bekerja sebagai buruh menurunkan pasir memiliki penghasilan
sebesar Rp 500.000 setiap bulannya. Setiap bulannya Bapak Dewa Gede
Putra Jaya harus mengeluarkan uang paling sedikit Rp 1.500.000 untuk
biaya makan sehari-hari. Keluarga ini mengeluarkan biaya untuk membeli
air dari distributor air sebesar Rp 150.000 per per bulannya karena tidak
ada mata air ataupun sumber PDAM di lingkungan rumah mereka dan
mereka juga membuat tempat penampungan air hujan, sedangkan untuk
listrik rata-rata setiap bulan menghabiskan Rp 50.000 s/d Rp 100.000.
Keluarga Bapak Dewa Gede Putra Jaya masih belum memiliki alokasi
dana untuk kesehatan. Namun, keluarga ini sudah memiliki kartu jaminan
kesehatan bali mandara (JKBM).
3.2.3 Aspek Sosial Budaya Keluarga Binaan
Aspek sosial budaya pada keluarga ini sangat baik. Apabila terdapat
masalah dalam keluarga, Bapak Dewa Gede Putra Jaya mengatakan
biasanya masalah tersebut dibicarakan bersama dengan mengambil asas
musyawarah mufakat. Semua keputusan masih diputuskan oleh kepala
keluarga, sedangkan apabila ada kegiatan budaya seperti kegiatan upacara
agama dan ngayah di lingkungan desa, kepala keluarga biasanya ikut
melaksanakan kegiatan budaya tersebut.
3.2.4 Aspek Sosial Psikologis Keluarga Binaan
Aspek sosial psikologis pada keluarga ini sangat baik. Hal tersebut dapat
terlihat dari hubungan yang rukun dalam keluarga tersebut. Berdasarkan
hasil pengamatan setiap dilakukan kunjungan, saya disambut dengan baik
oleh mereka. Mereka juga saling bahu membahu dalam mengatur semua
urusan rumah tangga. Selain itu, hubungan dengan tetangga sekitar juga
nampak harmonis. Terlihat dari pada setiap kunjungan, tetangga sekitarnya
biasanya berkunjung sore hari ke rumahnya untuk mengobrol bersama.
3.2.5 Aspek Pendidikan Keluarga Binaan

18
Aspek pendidikan keluarga Bapak Dewa Gede Putra Jaya sangat berperan
penting dalam terjadinya penyakit ektima. Rendahnya tingkat pendidikan
Bapak Dewa Gede Putra Jaya dan Ibu Dewa Ayu Mariani yang hanya
tamat SD, membuat pengertian akan arti pentingnya kebersihan diri dan
lingkungan juga rendah. Kurangnya kesadaran kedua orang tua terhadap
kebersihan diri, secara tidak langsung membuat anak-anaknya juga
cenderung tidak memperhatikan kebersihan diri mereka.

3.3 Rumusan Masalah Dan Solusi Kasus


3.3.1 Status Kesehatan Anggota Keluarga Kasus
a. Status Gizi
Status gizi anak Bapak Dewa Gede Putra Jaya yang menderita ektima
berada dalam batas normal. Dewa Ayu Sinta Dewi memiliki tinggi badan
88 cm dengan berat badan 16 kg, didapatkan BMI sebesar 20,66 kg/m2.
b. Kelahiran
Dewa Ayu Sinta Dewi merupakan anak ketiga Bapak Dewa Gede Putra
Jaya. Ia lahir secara normal di RSUD Bangli. Sejak lahir sampai saat ini ia
hanya pernah menderita sakit ringan seperti demam, pilek, batuk, gatal-
gatal pada kulit serta diare dan belum pernah mengalami masalah
kesehatan yang serius. Anggota keluarga Bapak Dewa Gede Putra Jaya
yang lain juga dikatakan semuanya lahir dengan normal dan sampai saat
ini dikatakan tidak ada yang pernah mengalami masalah kesehatan yang
bersifat serius.
c. Kematian
Keluarga bapak Dewa Gede Putra Jaya dikatakan tidak ada yang pernah
mengalami penyakit serius yang menyebabkan kematian.
d. Kesakitan
Dalam 2 bulan terakhir, hanya masalah kulit ini yang dialami putri Bapak
Dewa Gede Putra Jaya. Dimana ia mengalami ektima, yaitu suatu penyakit
infeksi yang menyerang kulit. Dalam keluarga Bapak Dewa Gede Putra
Jaya ini tidak ada yang menderita penyakit derajat berat yang
membutuhkan pengobatan lama maupun opname di rumah sakit. Tidak ada
juga keluarga dari Bapak Dewa Gede Putra Jaya dalam beberapa bulan

19
terakhir ini yang mengalami kecelakaan saat bekerja maupun kecelakaan
lalu lintas yang memerlukan perawatan di Puskesmas atau Rumah Sakit.
Dan jika terdapat anggota keluarga yang mengalami sakit mereka akan
mencari pengobatan ke Pustu dan Puskesmas Kintamani.
e. Latar Belakang Penyakit
Adapun faktor resiko yang melatarbelakangi menderita penyakit ektima,
secara garis besar dapat di bagi menjadi 3, yaitu faktor lingkungan, faktor
agen, dan faktor host. Faktor lingkungan sangat berperan dalam penularan
penyakit seperti ektima karena lingkungan yang kurang baik, misalnya
halaman yang kotor akan menjadi reservoir atau tempat baik dalam
menularkan penyakit. Kemudian faktor agen atau penyebab, dalam hal ini
bakteri Streptococcus B hemolyticus, dimana semakin tinggi tingkat
paparan terhadap bakteri ini di lingkungan yang tidak bersih maka akan
semakin tinggi pula kemungkinan seseorang terinfeksi bakteri ini.
Terutama bagi usia anak-anak yang gemar bermain di luar rumah, yang
membuat kedua anak Bapak Dewa Gede Putra Jaya semakin sering
terpapar oleh agen ektima. Sementara itu, faktor host juga sangat
berpengaruh dalam penularan penyakit ini, dimana yang sangat memegang
peranan penting adalah pola hidup yang tidak bersih dan tidak sehat. Host
dalam kasus ini didapatkan jarang mencuci tangan dan kaki, tidak mencuci
menggunakan sabun, tidak mandi karena keterbatasan air.
3.3.2 Solusi Masalah Kesehatan di Keluarga Binaan
Sesuai dengan tujuan dari PPD ini agar kita dapat menangani masalah
kesehatan secara komprehensif dengan pendekatan holistik, maka
kedokteran keluarga merupakan metode yang efektif untuk mengatasinya.
Solusi yang dilakukan pada kasus ini sesuai dengan ciri kedokteran
keluarga adalah:
a. Personal
Berdasarkan gejala klinik yang dialami pasien maka pasien dapat
disimpulkan menderita ektima. Selain penggunaan obat, pola hidup bersih
dan sehat sangatlah penting untuk pencegahan agar ektima tidak terjadi
kembali. Perlu diberikan KIE kepada keluarganya dan penderita mengenai

20
apa itu ektima, gejala gejala, dan yang terpenting adalah apa yang harus
dihindari dan apa yang harus dilakukan agar tidak terjadi ektima. Pada
kasus ini, KIE yang diberikan antara lain adalah pentingnya menjaga
kebersihan diri sendiri dan lingkungan sekitar. Hal yang paling sederhana
adalah mencuci kaki dan tangan dengan benar setelah beraktifitas di luar
rumah dengan menggunakan sabun.
b. Koordinatif dan kolaboratif
Solusi yang diberikan juga harus bersifat koordinatif dan kolaboratif yaitu
penanganan ini seharusnya dilakukan bersama-sama keluarga dan tenaga
kesehatan yang ada disana. Kepada keluarga juga diberikan pengetahuan
tentang penyakit ini sehingga dapat mengetahui faktor apa saja yang yang
mempengaruhi munculnya ektima, sehingga anggota keluarga yang lain
dapat lebih memberikan pengawasan kepada anak mereka. Selain itu untuk
kedua orang tua dapat memberikan contoh kepada anak-anaknya mengenai
hal-hal apa saja yang harus dilakukan untuk mencegah ektima, seperti
mencuci kaki dan tangan, sehingga dapat diikuti oleh anak-anaknya dan
menjadi sebuah kebiasaan. Kepada pihak tenaga kesehatan setempat dapat
diinformasikan agar melakukan kunjungan ke rumah penderita secara
berkala untuk memantau pola hidup bersih dan sehat pasien beserta
keluarganya.
c. Paripurna
Paripurna artinya suatu penyakit itu harus diperhatikan secara menyeluruh.
Penyebab terjadinya ektima pada penderita karena kurangnya kebersihan
diri dan lingkungan yang mungkin disebabkan oleh seringnya anak-anak
ini bermain diluar rumah tanpa menggunakan alas kaki dan rendahnya
kesadaran untuk mencuci tangan dan kaki setelah bermain. Maka dari itu,
sangat penting adanya edukasi mengenai cara pencegahan penyakit yang
diderita.
Pencegahan Primer
- Memberikan informasi mengenai penyakit ektima, penyebab dan
gejala serta penanganan dan komplikasinya.

21
- Menganjurkan menggunakan alas kaki serta memakai celana panjang
ketika bermain di rerumputan.
- Memberikan edukasi mengenai pentingnya menjaga kebersihan diri
dengan menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat seperti waktu dan
cara yang tepat untuk mencuci tangan dan kaki, mandi secara teratur
dan menggosok gigi.
Pencegahan Sekunder
- Mengajak penderita untuk berobat ke Puskesmas untuk mendapatkan
pengobatan yang tepat.
- Memberikan informasi lanjutan mengenai untuk perawatan luka yang
baik saat penderita di rumah.
- Menyarankan kepada keluarga agar ikut serta memeriksakan diri ke
pusat-pusat pelayanan kesehatan agar dapat mendeteksi lebih dini
penyakit yang mungkin diderita.
Pencegahan Tersier
- Menjelaskan kepada keluarga mengenai tanda-tanda yang harus
diwaspadai apabila terjadi komplikasi infeksi yang menyebar hingga
ke seluruh tubuh seperti demam yang tinggi sehingga segera
mendapatkan penanganan secara cepat dan tepat.
d. Berkesinambungan
Berkesinambungan disini berarti solusi yang diberikan hendaknya
dilakukan secara terus menerus dengan melihat perkembangan penderita
dari hari ke hari. Hal ini sudah dilakukan mahasiswa PPD dengan
mengunjungi penderita secar rutin untuk mengetahui perkembangan
penyakitnya. Selain itu mahasiswa juga telah menginformasikan Bidan
Desa di Pustu Desa Katung sebagai petugas medis terdekat tentang
penatalaksanaan yang seharusnya diberikan kepada pasien.
e. Mengutamakan Pencegahan
Yang dapat dilakukan adalah memberikan pengertian mengenai pola hidup
bersih dan sehat, yakni selalu menjaga kebersihan diri dan lingkungan. Hal
ini penting agar penyakit infeksi seperti ektima dapat dicegah.
f. Menimbang keluarga, masyarakat dan lingkungan

22
Menimbang keluarga, masyarakat dan juga lingkungan adalah juga hal
yang penting karena penderita adalah makhluk sosial yang tidak bisa lepas
dari orang lain. Poin ini dapat membantu proses pengobatan sehingga
penderita teratur kontrol ke dokter dan mencegah ektima untuk timbul
kembali. Yang dapat dikerjakan adalah dengan memberikan pengertian,
terutama kepada pihak keluarga tentang apa itu ektima, gejala, pengobatan
yang harus dijalani, serta apa yang harus dihindari dan apa yang harus
dilakukan oleh penderita. Juga dijelaskan kepada pihak keluarga
pentingnya dukungan mereka dalam segala aspek untuk kesembuhan
penderita.

23
BAB IV
SIMPULAN DAN SARAN

4.1. Simpulan
1. Keluarga binaan penulis memiliki lingkungan fisik rumah dan keadaan
ekonomi beragam, dengan prilaku hidup bersih dan sehat yang masih
kurang tetapi terjalin hubungan yang harmonis baik dalam lingkungan
keluarga ataupun masyarakat sekitarnya.
2. Tingkat pendidikan dan pengetahuan penderita dan keluarga tentang
penyakit serta penanganannya masih sangat kurang, sehingga
penanganan untuk ektima masih belum sesuai. Langkah pencegahan yang
masih minim juga dapat memungkinkan penyakit ini muncul kembali.
3. Selama kegiatan PPD ini, yang telah penulis lakukan adalah
mempraktekkan teori kedokteran keluarga, yaitu dengan memberikan
KIE dan motivasi baik kepada pihak penderita dan juga keluarganya
tentang penyakit yang dihadapi. Juga disampaikan untuk menghentikan
kebiasaan-kebiasaan buruk yang dapat mengganggu kesehatan.

4.2. Saran
1. Seluruh anggota keluarga hendaknya turut mendukung proses pengobatan
penderita, mulai dari memberikan contoh dari orang tua ke anak sehingga
akan menjadi kebiasaan sampai ke pengawasan yang dilakukan oleh
orang tua kepada anak-anaknya.
2. Membiasakan diri untuk disiplin menjaga kebersihan diri dan lingkungan,
menerapkan pola hidup bersih dan sehat, menjaga kesehatan diri dengan
mengonsumsi makanan bergizi dan seimbang, istirahat yang cukup, serta
olahraga secara teratur demi mendukung proses pencegahan penyakit.

24

You might also like