Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2
Gambar 2. Permukaan artikular sendi lutut. A. Ekstensi B. Fleksi C. Tampak
depan (fleksi) (Sumber: Drake R, Vogl W, Mitchell A. Grays Anatomy for
Students; 2005)
3
Gambar 3. Membran sinovial dan bursa sendi lutut (Sumber: Drake R, Vogl
W, Mitchell A. Grays Anatomy for Students; 2005)
Membran fibrosa dari sendi lutut sangat luas, sebagian terbentuk dan
diperkuat oleh tendon dari otot sekelilingnya. Secara umum, membran
fibrosa menutupi rongga sendi dan regio interkondiler:1
Pada sisi medial dari sendi lutut, membran fibrosa bergabung dengan
ligamen kolateral tibia dan berikatan dengan permukaan internal ke
meniskus media.
Pada sisi lateral, permukaan eksternal dari membran fibrosa dipisahkan
oleh celah dari ligamen kolateral fibula dan permukaan internal dari
membran fibrosa tidak menempel pada meniskus lateral.
Pada sisi anterior, membran fibrosa menempel pada margin patela dan
diperkuat oleh perluasan tendon dari otot vastus lateralis dan vastus
medialis, yang akan bergabung dengan tendon quadricep femoris pada
bagian atas dan ligamen patela pada bagian bawah.
4
Gambar 4. Membran fibrosa kapsul sendi lutut A. Tampakan anterior B.
Tampakan posterior (Sumber: Drake R, Vogl W, Mitchell A. Grays Anatomy for
Students; 2005)
B. Ligamen
Ligamen mayor yang berhubungan dengan sendi lutut adalah ligamen
patela, ligamen kolateral tibia (medial) dan fibula (lateral), dan ligamen
krusiatum anterior dan posterior.1
5
C. Peredaran Darah dan Inervasi
Peredaran darah ke sendi lutut terutama oleh cabang desenden dan
genikular dari arteri femoral, popliteal, dan femoral sirkumfleks lateral pada
paha (tungkai atas) dan arteri fibularis sirkumfleksa dan cabang recurrent
dari arteri tibialis anterior pada tungkai bawah. Pembuluh darah ini
membentuk jarinagan anastomosis di sekitar sendi. Sendi lutut dipersarafi
oleh cabang dari saraf obturator, femoral, tibia, dan fibularis komunis.1
6
Gambar 7. Pertumbuhan tulang pada masa kanak-kanak (Sumber: Salter R.
Textbook of Disorders and Injuries of the Muskuloskeletal System. Edisi ketiga;
1999)
Kartilago artikular
Kartilago artikular pada tulang panjang merupakan satu-satunya
lempeng pertumbuhan untuk epifisis, sedangkan pada tulang pendek,
kartilago artikular merupakan satu-satunya lempeng pertumbuhan untuk
seluruh tulang.1
Kartilago lempeng epifisis
Lempeng epifisis merupakan lempeng pertumbuhan untuk metafisis
dan diafisis pada tulang panjang. Pada tempat pertumbuhan ini,
keseimbangan konstan dijaga antara 2 proses berikut (1) pertumbuhan
interstisial dari sel-sel kartilago pada lempeng pertumbuhan (2) kalsifikasi,
kematian dan penggantian pada permukaan metafisis oleh tulang melalui
proses osifikasi endokondral. Empat zona pada lempeng epifisis dapat
dibedakan, sebagai berikut:1
The zone of resting cartilage melekatkan lempeng epifisis kepada epifisis,
terdiri dari kondrosit imatur, juga pembuluh darah yang rapuh, yang
berpenetrasi dari epifisis dan memberikan nutrisi bagi seluruh lempeng
7
The zone of young proliferating cartilage merupakan tempat pertumbuhan
interstisial dari sel kartilago yang paling aktif, yang tersusun secara
vertikal.
The zone of maturing cartilage terjadi pembesaran secara progresif dan
maturasi dari sel kartilago saat mencapai metafisis. Kondrosit ini memiliki
glikogen dalam sitoplasma dan memproduksi fosfatase untuk proses
kalsifikasi matriks di sekitarnya.
The zone of calcifying cartilage tipis dan kondrositnya telah mati sebagai
akibat kalsifikasi matriks.
8
B. Proses Remodelling Tulang
Ketika tulang bertumbuh secara longitudinal, daerah metafisis yang
sedang aktif mengalami remodelling secara berkelanjutan. Hal ini dapat
terjadi akibat deposisi tulang oleh osteoblas bersamaan dengan resorpsi
tulang oleh osteoklas pada sisi yang berlawanan.1
Selain itu, proses remodelling tulang dapat terjadi akibat stress
fisik. Tulang terdisposisi pada bagian yang mendapat stress fisik, dan
teresoprsi pada bagian yang kurang mendapat stress fisik. Fenomena ini
dikenal dengan nama Hukum Wolf.1
9
Gambar 9. Deformitas varus dan valgus (Sumber: Salter R. Textbook of
Disorders and Injuries of the Muskuloskeletal System. Edisi ketiga; 1999)
Genu varum adalah angulasi tulang dimana segmen distal dari sendi
lutut menuju garis tengah.3 Genu valgum adalah angulasi tulang dimana
segmen distal dari sendi lutut menjauhi garis tengah.3
Gambar 10. Genu varum (A) dan Genu valgum (B) (Sumber: Sass P, Hassan
G. Lower Extremity Abnormalities in Children. American Family Physician 2003;
68(3): 461-468)
10
2.4 EPIDEMIOLOGI
Genu valgum fisiologis biasanya terjadi pada tahun kedua dan ketiga
kehidupan.2,5 Penyebab sindroma, seperti exostoses multipel herediter,
sindroma Down, dan displasia skeletal, seringkali terjadi pada pasien
berusia 3-10 tahun.5 Genu valgum idiopatik pada remaja mungkin
diturunkan dalam keluarga atau dapat terjadi sporadik.5 Penyebab tersering
genu valgum adalah osteodistrofi renal.5
Pada negara dimana malnutrisi umum terjadi dan akses terhadap
bantuan medis terbatas, insidensi keseluruhan terjadinya genu valgum dan
varum lebih tinggi.4,5 Walaupun polio sebagian besar sudah tereradikasi,
penyakit infeksi lain dan trauma yang tidak ditangani dengan baik (atau
tidak ditangani sama sekali) menyebabkan kerusakan fiseal menjadi
penyebab tersering dari deformitas klinis berkelanjutan yang dapat
menyebabkan kelumpuhan.4,15
11
Gambar 11. Perkembangan sudut tibiofemoral selama pertumbuhan
(Sumber: Hensinger R. Angular Deformities of The Lower Limbs in Children. The
Iowa Orthopaedic Journal 2007; 9: 16-24)
12
palsy dan polio juga dapat menyebabkan defomitas rotasional dan valgus
karena pita iliotibial yang kuat, menjadi deformitas valgus.2
2.7 PATOFISIOLOGI
Alignment normal artinya adalah panjang ekstremitas bagian bawah
sama (satu dengan lainnya) dan aksis mekanik (pusat gravitasi) membagi
lutut ke dalam 2 bagian sama besar ketika pasien berdiri dengan patella
menghadap ke depan.4 Posisi ini memberikan tekanan yang relatif seimbang
pada kompartemen medial dan lateral.4
13
2.8 EVALUASI KLINIS
A. Anamnesis
Evaluasi klinis genu varum dan genu valgum dimulai dengan
wawancara medis (anamnesis). Seringkali pasien mengeluhkan adanya nyeri
lutut.5 Riwayat penyakit keluarga dan deskripsi mengenai awitan dan
perjalanan penyakit dari deformitas, penting dalam menentukan etiologi.2,9
Riwayat keluarga penting untuk mengetahui adanya penyakit yang
diturunkan seperti sindrom marfan, osteogensis imprefekta, dan
sebagainya.9,5 Seorang anak yang asimptomatik atau dengan perjalanan
penyakit yang cepat perlu dicurigai adanya kondisi yang lebih serius seperti
gangguan neurologis, kelainan kongenital, tumor, atau infeksi.2
B. Pemeriksaan Fisik
Bayi yang normal biasanya berdiri dengan kedua kaki terpisah, dan
lemak subkutan dapat menutupi angulasi varus fisiologis awal.4 Torsi tibia
interna seringkali ada bersama dengan genu varum fisiologis, dan
menambah tampakan genu varum ketika berdiri atau berjalan.8,4 Pes planus
dan torsi tibia eksterna juga mungkin ada bersama genu valgum dan
menambah tampakan genu valgum.8,4
Dalam melakukan pemeriksaan fisik, pakaian harus dilepaskan,
sehingga kedua ekstremitas bawah dapat dievaluasi dengan baik.3 Penilaian
dilakukan baik dalam posisi berdiri, berjalan, ataupun berbaring terlentang
(supine) pada meja pemeriksaan. Pada posisi berdiri, besarnya angulasi dari
lutut dapat dinilai dengan dua cara:3,4
Sudut femoral-tibial: sudut diantara paha dengan tungkai bawah
Pengukuran jarak antara penanda tulang:
o Jarak interkondilar (genu varum): jarak antara kondilus femoral
medial pada lutut.
o Jarak intermaleolar (genu valgum): jarak diantara kedua medial
maleolus pada pergelangan kaki
14
Anak harus diperhatikan cara berjalannya, dengan perhatian tertuju
pada lutut ketika fase melangkah untuk menentukan adanya pembentukan
sudut ke lateral (lateral thrust) atau medial (medial thrust).2 Anak dengan
varus atau valgus fisiologis pada lutut umumnya tidak terjadi pembentukan
sudut. Namun begitu, pada kondisi patologis, pembentukan sudut biasanya
menunjukkan kelemahan ligamen-ligamen lutut.2 Kelemahan ligamen
meningkatkan potensi untuk bertambahnya keparahan deformitas.2 Pada
posisi prone/ supine, dapat dinilai rotasi pinggul interna dan eksterna (torsi
femoral) dan aksis paha-kaki (torsi tibia).4
Pada pemeriksaan fisik, diperiksa juga adanya diskrepansi panjang
ekstremitas, dengan pengukuran true length dan apparent length.9
C. Pemeriksaan Penunjang6
Untuk genu varum dan genu valgum, dilakukan radiografi
Anteroposterior (AP) pinggul hingga pergelangan kaki (full length) posisi
berdiri. Aksis mekanis dan anatomis dari ekstremitas bagian bawah diukur.
Pada anak dengan genu varum, sudut metafisis-diafisis juga diukur.
Ketika melakukan pemeriksaan radiologis foto AP untuk mengukur
sudut tibiofemoral, tungkai bawah harus berada pada posisi netral; rotasi
15
eksternal akan mengurangi deformitas valgus dan rotasi interna akan
meningkatkan deformitas valgus.
D. Penatalaksanaan 6,10,11
Genu varum dan genu valgum fisiologis biasanya akan membaik
secara spontan dan penatalaksanaan hanya berupa observasi. Informasikan
kepada orang tua pasien perkembangan yang diharapkan dan komunikasian
penemuan dan rekomendasi kepada dokter keluarga. Observasi
berkelanjutan dapat dilakukan dengan pemeriksaan anak secara berkala. Jika
alignment tulang tidak sesuai dengan yang diharapkan, anak dapat kembali
direevaluasi.
Anak dengan kondisi yang tidak sesuai dengan pola fisiologis
harus dievaluasi lebih lanjut. Penatalaksaan terdiri dari menetapkan kausa
dasar dan rencana tatalaksana. Setelah diagnosis diputuskan, penatalaksaan
terdiri dari observasi dengan pemeriksaan klinis dan radiografi berulang,
orthosis, dan berbagai tindakan bedah, seperti realignment osteotomy,
hemiepiphyseodesis, dan lainnya.
16
BAB III
KESIMPULAN
17
DAFTAR PUSTAKA
18