You are on page 1of 12

PROCEEDING, SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-8

Academia-Industry Linkage
15-16 OKTOBER 2015; GRHA SABHA PRAMANA

DISTRIBUSI AREA, VOLUME, SERTA KARAKTERISTIK MINERALOGI DAN


GEOKIMIA ENDAPAN TEFRA JATUHAN DARI ERUPSI GUNUNG KELUD
TAHUN 2014

Astiti Anggorowati*, Agung Harijoko


Jurusan Teknik Geologi Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada
*corresponding author : astiti.anggorowati@gmail.com

ABSTRAK
Gunung Kelud yang terletak di Kabupaten Kediri, Kabupaten Malang, Kabupaten Blitar, Provinsi
Jawa Timur pada tanggal 13 Januari pukul 22.50 WIB mengalami erupsi eksplosif. Erupsi ini
menghasilkan banyak endapan tefra jatuhan yang tersebar luas dan mempengaruhi kehidupan
masyarakat sekitar Kelud. Mitigasi bencana perlu dilakukan untuk mengurangi kerugian dari erupsi
tersebut. Peran geologis dalam mitigasi bencana tesebut adalah dengan mengungkap perilaku
Gunung Kelud yang tercermin dalam produk erupsinya. Oleh karena itu, endapan tefra jatuhan baru
dari erupsi Februari 2014 Gunung Kelud menjadi topik yang menarik untuk dilakukan penelitian.
Penelitian yang dilakukan bertujuan untuk mengetahui daerah persebaran tefra jatuhan, tipe erupsi,
estimasi volume tefra jatuhan, dan komposisi secara mineralogi dan geokimia tefra letusan Februari
2014 Gunung Kelud. Metode penelitian yang digunakan yaitu studi literatur, pengolahan digital data
lapangan menggunakan software ArcGIS, Global Mapper, CorelDraw, dan Ashcalc, analisis
mineralogi tefra dengan metode granulometri lalu dianalisis dengan mikroskop binokuler, polarisator,
dan scanning electron microscope, dan analisis geokimia tefra dengan analisis x-ray fluoressence.
Hasil penelitian menunjukkan persebaran tefra jatuhan yang dibuat dalam bentuk peta isopach dan
isomass memiliki bentuk yang tidak jauh berbeda yaitu relatif ke arah barat dengan volume tefra
jatuhan yang dihasilkan sebesar 10,06 x 109 m3. Tipe erupsi Gunung Kelud Februari 2014 merupakan
tipe freatoplini. Tefra jatuhan secara mineralogi berkomposisi pumis terang, pumis gelap, litik,
plagioklas, dan piroksen, sedangkan secara geokimia, magma yang menghasilkan tefra tersebut
bersifat andesit basaltik.

I. PENDAHULUAN II) pada tanggal 2 Februari 2014, aktivitasnya


terus meningkat relatif cepat hingga
Gunung Kelud merupakan salah satu gunung dinyatakan meletus pada tanggal 13 Februari
api aktif yang ada di Indonesia, yaitu berada di 2014 tepatnya pukul 22.50 WIB.
perbatasan Kabupaten Kediri, Kabupaten
Malang, dan Kabupaten Blitar, Provinsi Jawa Balai Penelitian dan Observasi Laut
Timur. Posisi Gunung Kelud ini lebih dekat mempublikasikan hasil pengamatan satelit
dengan Kota Kediri, yaitu berjarak sekitar 36 Suomi NPP-VIIRS yang melintasi Gunung Kelud
km. Gunung ini terletak di antara gunung api pada tanggal 14 Februari pukul 00:30 WIB,
tua Wilis, Anjasmoro, Arjuno-Welirang, Kawi- Satelit Cloud-Aerosol Lidar and Infrared
Butak (Gambar 1). Pathfinder Satellite Observation (CALIPSO)
pada pukul 01:10 WIB, dan Satelit Aqua
Pada tangal 13 Februari 2014 lalu, Gunung MODIS. Rekaman menunjukkan Gunung Kelud
Kelud dinyatakan meletus oleh Pusat menghasilkan abu vulkanik dengan ketinggian
Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi mencapai 20 km dengan puncak hampir 30 km
(PVMBG). PVMBG menyatakan bahwa letusan (Gambar 2A). Rekaman satelit Aqua MODIS
tersebut merupakan letusan terdahsyat dalam menunjukkan persebaran abu vulkanik Kelud
catatan sejarah erupi Kelud, bahkan melebihi meliputi sepanjang Pulau Jawa hingga
erupsi tahun 1990. Waktu erupsi Gunung ini Samudera Hindia (Gambar 2B). Hal tersebut
relatif singkat, karena sejak dinaikkan membuktikan dahsyatnya energi letusan dan
statusnya dari Normal menjadi Waspada (level banyaknya material yang dilontarkan Gunung
778
PROCEEDING, SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-8
Academia-Industry Linkage
15-16 OKTOBER 2015; GRHA SABHA PRAMANA

Kelud, dan tentu saja produk letusan tersebut II. SAMPEL DAN METODE
mempengaruhi khalayak yang tinggal di sekitar PENELITIAN
Gunung Kelud, terutama yang telah bertempat Rumusan rumusan masalah yang muncul
tinggal di bawah naungannya selama ini. dapat dijawab dengan metode sebagai berikut.
Masyarakat Kediri, Blitar, dan Malang adalah 1. Persebaran Tefra Jatuhan
masyarakat yang terkena dampak letusan
Persebaran tefra jatuhan didapatkan dengan
paling besar, terutama berkaitan dengan
membuat peta isopach dan peta isomass. Data
kerugian material, sementara untuk korban yang diperlukan adalah data koordinat,
jiwa akibat letusannya sendiri dilaporkan tidak
ketebalan, massa, dan area tiap lokasi
ada. Tidak ada yang bisa mencegah gunung api
pengukuran yang berjumlah 50 lokasi. Data
yang sedang meletus, karena ia hanya tersebut diolah dengan menggunakan
melakukan penyeimbangan. Apa yang dapat
software ArcGIS dan CorelDraw.
kita lakukan adalah melakukan persiapan
menghadapi konsekuensi penyeimbangan 2. Volume Tefra Jatuhan
tersebut, dengan mitigasi. Volume tefra jatuhan didapatkan dengan
mengolah kembali peta isomass. Setiap kontur
Penelitian erupsi 2014 Gunung Kelud perlu
dalam peta isomass diukur luasannya dengan
dilakukan untuk mengurangi kerugian material
menggunakan software Global Mapper. Data
dan hilangnya nyawa masyarakat yang tinggal
nilai kontur dan luas area kontur dimasukkan
di sekitar Gunung Kelud bila letusan terjadi
ke software online AshCalc dalam web
lagi nanti. Penelitian tersebut merupakan
vhub.org dengan metode Weibull.
bagian dari mitigasi bencana. Mengetahui
perilaku Gunung Kelud merupakan langkah 3. Tipe Erupsi
awal dari mitigasi bencana tersebut. Cara Tipe erupsi didapatkan dengan mengolah
mengetahui perilaku Gunung Kelud adalah kembali peta isopach. Kontur 0,01 ketebalan
dengan meneliti produk letusannya, karena maksimal (0,01Tmax) dalam peta isopach
produk inilah yang menjadi cermin apa yang diukur luasannya (D) dengan software Global
terjadi pada Kelud. Mapper. Sampel yang dilewati kontur 0,1
ketebalan maksimal (0,1Tmax) dalam peta
Berdasarkan hal tersebut, maka dapat
isopach (F) diayak dan ditimbang (analisis
dirumuskan suatu masalah mengenai erupsi
granulometri). Data granulometri yang
Gunung Kelud tahun 2014 lalu, yaitu :
dibutuhkan dari sampel adalah data massa
Bagaimanakah daerah persebaran tefra sampel dengan ukuran butir lebih halus dari 1
yang dihasilkan Gunung Kelud pada erupsi mm. Data luas area (D) dan data granulometri
Februari 2014? sampel (F) diplotkan dalam diagram F vs D
Berapa volume tefra yang dihasilkan Walker 1973b untuk mendapatkan tipe erupsi
Gunung Kelud pada erupsi Februari 2014? 4. Karakteristik Mineralogi dan Geokimia
Apa tipe erupsi dari letusan Gunung Kelud Sampel yang dianalisis karakteristik mineralogi
Februari 2014? dan geokimianya terlebih dahulu dilakukan
Bagaimanakah karakteristik tefra yang analisis granulometri untuk mendapatkan
dihasilkan Gunung Kelud pada erupsi klasifikasi berdasarkan ukuran butirnya.
Februari 2014 secara mineralogi dan Analisis karakteristik mineralogi dilakukan
geokimia? pada sampel tefra jatuhan yang berukuran 0,5
16 mm (<1), sedangkan analisis
karakteristik geokimia dilakukan pada sampel
tefra jatuhan pumis yang berukuran >16 mm
(<-4).
779
PROCEEDING, SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-8
Academia-Industry Linkage
15-16 OKTOBER 2015; GRHA SABHA PRAMANA

Analisis mineralogi bertujuan untuk menjadi acuan pembuatan peta isopach


mengetahui komposisi dari tefra jatuhan. terbatas hanya di daratan saja dengan arah
Sampel tefra jatuhan >0,5 mm dianalisis sebelah barat dari pusat erupsi dengan jarak
komposisinya dengan metode point counting paling jauh sekitar 300 km dari pusat erupsi.
di bawah pengamatan mikroskop binokuler. Sampel hanya diambil di daratan saja karena
Sampel tefra >16 mm berupa sampel pumis tidak memungkinkan untuk mengambil sampel
dan litik dianalisis komposisinya dari sayatan tefra jatuhan yang telah berada di laut.
tipis yang diamati menggunakan mikroskop Padahal, pada citra satelit persebaran abu
polarisator. vulkanik arah barat daya ini dimulai dari abu
vulkanik yang berada di Samudra Hindia. Jadi,
Analisis geokimia bertujuan untuk mengetahui
walaupun menunjukkan hasil yang tampak
sifat magma yang menghasilkan tefra. Sampel
berbeda, sebenarnya hasil persebaran abu
pumis yang berukuran >16 mm dianalisis X-
vulkanik pada peta isopach tidak salah, karena
Ray Fluoressence (XRF) untuk mendapatkan
memang masih dalam area persebaran abu
nilai persentase oksida SiO2, Na2O, dan K2O.
vulkanik citra satelit.
Nilai ketiga oksida tersebut diplotkan dalam
diagram silika vs alkali untuk mendapatkan 2. Volume Tefra Jatuhan
sifat magma. Dari peta isomass, data diolah kembali dengan
Global Mapper sehingga mendapatkan hasil
III. DATA DAN INTERPRETASI pada Tabel 1.
1. Persebaran Tefra Jatuhan
Hasil pengolahan peta isomass
Data yang diperoleh dari lapangan yang
menggunakan software AshCalc dengan
berupa koordinat, ketebalan, area, dan massa
yang telah diolah menggunakan software
input data mass/area dan sqrt area
ArcGIS dan Coreldraw adalah pada Gambar 4. mendapatkan hasil perkiraan volume tefra
jatuhan sebagai berikut.
Berdasarkan hasil dari isomass (4A) dan
isopach (4B) diketahui bahwa keduanya Dalam software Ashcalc, volume tefra dapat
memiliki bentuk yang mirip yaitu berbentuk diketahui dengan menggunakan 3 jenis
kipas dengan arah persebaran relatif ke arah metode, yaitu eksponensial, Power law, dan
barat. Weibull. Dalam penelitian ini, penulis
menggunakan metode Weibull. Alasan
Perbandingan persebaran abu vulkanik pemilihan metode ini adalah karena dalam
berdasarkan citra satelit Aqua Modis dan metode Weibull tidak perlu menentukan batas
isopach sekilas menunjukkan perbedaan arah. proksimal dan distal persebaran tefra, serta
Persebaran berdasarkan citra satelit juga dapat memperkirakan variasi tingkat
menunjukkan arah relatif barat daya, penipisan ketebalan lapisan tefra. Metode
sedangkan persebaran abu vulkanik Weibull menggabungkan keuntungan dari
berdasarkan peta isopach menunjukkan arah metode eksponensial dan metode Power law.
relatif barat. Namun bila disebandingkan
(Gambar 5.), persebaran abu vulkanik pada Perhitungan volume menggunakan peta
peta isopach masih berada dalam area isomass dengan metode Weibull dalam
persebaran abu vulkanik pada citra satelit. software Ashcalc mendapatkan hasil yaitu
Pada citra satelit, memang arah utama abu sebesar 10,06 km3 atau 10,06 x 109 m3.
vulkanik relatif arah barat daya, namun abu Umumnya, bila sudah mendapatkan data
vulkanik dari pusat erupsi juga ada yang ketinggian abu vulkanik dan volume tefra,
menuju ke arah barat. Perbedaan tersebut maka tingkat eksplosivitas erupsi juga akan
dapat terjadi akibat pengambilan data sampel. ditentukan. Namun pada penelitian ini tidak
Pengambilan data sampel tefra jatuhan yang dapat ditentukan nilai eksplosivitas erupsinya.
780
PROCEEDING, SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-8
Academia-Industry Linkage
15-16 OKTOBER 2015; GRHA SABHA PRAMANA

Nilai volume tefra yang telah diketahui plinian yang berasosiasi dengan letusan
tersebut tidak bisa diplotkan pada tabel VEI freatomagmatik. Letusan freatoplini
Newhall dan Shall (1982 dalam Pyle, 2000) menghasilkan kolom erupsi dan volume tefra
untuk menentukan tingkat eksplosivitas erupsi, seperti pada letusan plinian, namun penyebab
karena nilai tersebut hanya merupakan nilai letusan ini adalah akibat kontak magma
volume tefra jatuhan saja. Nilai volume yang dengan air eksternal seperti pada letusan
dapat diplotkan dalam tabel VEI dari Newhall freatomagmatik.
dan Shall merupakan volume dari total tefra,
4. Karakteristik Mineralogi dan Geokimia
baik yang berupa jatuhan, aliran, maupun
Karakteristik tefra jatuhan Gunung Kelud
seruakan, sementara masalah penelitian telah
meliputi komposisi mineralogi dan geokimia.
dibatasi hanya pada tefra jatuhan saja.
Mineralogi tefra jatuhan diketahui dengan dua
3. Tipe Erupsi metode yaitu granulometri menggunakan
Penentuan tipe erupsi Gunung Kelud letusan point counting di bawah mikroskop binokuler
2014 dilakukan penulis dengan menggunakan untuk mendapatkan komposisi butirannya dan
peta isopach dengan menggunakan Global sayatan tipis di bawah mikroskop polarisator
Mapper dan data granulometri. Hasil untuk mendapatkan komposisi fragmennya.
pengolahan peta isopach dengan Global
1. Mineralogi
Mapper adalah pada Tabel 2.
Mikroskop Binokuler
Tipe erupsi Gunung Kelud dapat diketahui Karakteristik umum yang dihasilkan dari
menggunakan pengeplotan nilai F dan D pada analisis di bawah mikroskop binokuler yaitu
diagram Walker (1973b dalam Cas dan Wright, tefra jatuhan Gunung Kelud memiliki
1988). Data kontur tertinggi dari peta isopach komposisi butir berupa pumis terang, pumis
Gunung Kelud telah diketahui yaitu sebesar 40 gelap, litik, piroksen, dan plagioklas. Pumis
mm, sehingga data F dan D dapat diketahui terang merupakan komposisi yang
yaitu dari data berat butir tefra jatuhan yang mendominasi butiran tefra Gunung Kelud
berukuran <1 mm pada lokasi yang dilewati dengan jumlah 54,2% pada KLTA 12, 49,5%
kontur 4 mm dan nilai luas area kontur 0,4 pada KLTA 13, 58,5% pada KLTA 15A, dan 65%
mm (Gambar 8). pada KLTA 26.
Dari pengukuran luas area kontur 0,4 mm Dari histogram (Gambar 10) terlihat bahwa
menggunakan software Global Mapper, semakin halus ukuran butirnya, jumlah pumis
didapatkan nilai 30.992 km2 (lihat tabel 2). akan berkurang, sedangkan jumlah kristal akan
Gambar 7 menunjukkan lokasi pengambilan bertambah. Kristal plagioklas dan piroksen
sampel yang dekat dengan kontur 4 mm semakin melimpah pada ukuran butir tefra
adalah KLTA 40. Data massa butir tefra yang yang lebih halus, sementara litik sama sekali
berukuran <1 mm pada KLTA 40 adalah 72,44 tidak ditemukan pada ukuran butir tefra yang
gram dari total massa sampel yang diayak halus. Fakta tersebut menandakan bahwa
yaitu 76,09 gram, sehingga persentase massa magma mendingin terlalu cepat sehingga
tefra <1 mm adalah (72,44/76,09) x 100% = kristal yang mampu terbentuk hanya
95%. berukuran halus. Kristal halus ini densitasnya
rendah sehingga akan mudah diangkut oleh
Berdasarkan hasil tersebut nilai F dan D telah
angin dan lebih tersebar luas. Pumis memang
diketahui, sehingga dapat diplotkan pada
berdensitas rendah pula karena tersusun dari
diagram Walker 1973. Pengeplotan F dan D
gelembung-gelembung magma yang
menunjukkan hasil tipe erupsi Gunung Kelud
terfragmentasi, namun ukuran yang kasar
Februari 2014 yaitu freatoplini (Gambar 9).
membuat kristal plagioklas dan piroksen yang
Tipe letusan freatoplini merupakan letusan
berukuran halus lebih tersebar daripada pumis.
781
PROCEEDING, SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-8
Academia-Industry Linkage
15-16 OKTOBER 2015; GRHA SABHA PRAMANA

Karakter khusus dibahas dengan menganalisis perbedaan bentuk piroksen tersebut karena
tiap komposisi butiran. Komposisi pertama tingkat resistensi yang berbeda dari mineral
yaitu pumis. Pumis yang terdapat pada piroksen itu sendiri. Piroksen yang lebih
sampel-sampel tersebut dibagi menjadi dua resisten akan memiliki bentuk yang utuh.
macam, yaitu pumis terang dan pumis gelap. Fakta lain yaitu pada piroksen yang tidak rata
Kehadiran pumis yang berwarna beda ini ini ketika disentuh dengan ujung jarum akan
mengindikasikan perbedaan magma yang menempel walaupun tidak semua sisi bisa
membentuknya. Fakta lain yaitu pumis gelap menempel. Piroksen berbentuk tidak rata ini
hanya dijumpai pada lokasi pengambilan mengandung unsur Fe yang menempel di
sampel yang dekat dengan pusat erupsi. Hal permukaannya. Piroksen yang berbentuk utuh
tersebut disebabkan karena berat jenis pumis dominan tidak mengandung unsur Fe di
gelap yang lebih besar daripada pumis terang, permukaannya, karena hanya sedikit yang
sehingga hanya terdistribusi di dekat pusat menempel pada ujung jarum.
erupsi saja.
Komposisi keempat yaitu plagioklas. Plagioklas
Komposisi kedua yaitu litik. Litik yang terdapat yang menyusun butiran tefra jatuhan Gunung
pada butiran tefra jatuhan Gunung Kelud Kelud memiliki 3 bentuk, yaitu tabular,
terdiri dari dua jenis litik, yaitu litik yang monoklin, dan tidak rata. Ketiga bentuk
berasal dari kubah 2007 (accessory) dan litik plagioklas tersebut memiliki kesamaan yaitu
yang bukan dari kubah 2007 (accidental). Litik berwarna putih keabuan, namun untuk
tersebut diselimuti oleh abu vulkanik. Di plagioklas berbentuk tidak rata beberapa butir
bawah mikroskop binokuler, litik yang berasal memiliki warna bening yang tidak dominan.
dari kubah 2007 memiliki kenampakan Plagioklas merupakan mineral yang
berwarna abu-abu dan permukaannya mendominasi butiran dengan ukuran butir 0,5
berbentuk anguler, komposisi yang tampak 1 mm (1).
adalah plagioklas dan piroksen, sedangkan
a. Mikroskop Polarisator
massa dasarnya tidak tampak komposisinya.
Empat sampel batuan telah disayat dan
Litik yang bukan berasal dari kubah 2007
merupakan litik berjenis plutonik, karena diamati di bawah mikroskop polarisator.
Sampel yang diamati merupakan fragmen
tersusun atas kristal-kristal, tanpa massa dasar.
dalam tefra. Keempat sampel tersebut yaitu
Litik ini tersusun atas kristal yang berwarna
hitam dan putih. Penulis tidak membahas sampel pumis KLTA 26, pumis KLT 1A, pumis
lebih lanjut tentang litik non kubah 2007 ini KLT 2, dan litik KLT 1B. Hasil pengamatan
keempat sampel adalah pada gambar 11A.
karena sudah di luar batasan masalah yang
dibahas. Analisis sayatan tipis pada tahun 2009 telah
Komposisi ketiga yaitu piroksen. Piroksen dilakukan oleh Zaennudin pada kubah lava
2007 Gunung Kelud. Pada penelitian ini
dalam butiran yang menyusun tefra jatuhan
Gunung Kelud memiliki warna hijau gelap analisis sayatan tipis dilakukan pada sampel
kekuningan. Keyakinan pengidentifikasian terpilih berupa sampel pumis terang, litik, dan
pumis berlapis. Pumis pada pengambilan
mineral piroksen ini juga didukung oleh hasil
sampel tahap pertama (KLTA 26) dan pumis
analisis sayatan tipis di bawah mikroskop
polarisator. Piroksen tersebut memiliki dua pada pengambilan sampel tahap kedua (KLT
bentuk, yaitu bentuk yang masih utuh berupa 1A) tidak memiliki perbedaan komposisi.
kristal hexagonal dan yang berbentuk tidak Keduanya memiliki komposisi berupa
plagioklas, piroksen, dan didominasi gelas
rata. Bentuk piroksen yang tidak rata
kemungkinan karena hancur saat dilontarkan vulkanik. Litik pada endapan tefra B (KLT-1B)
atau saat jatuh ke permukaan bumi. Penyebab setelah dibandingkan dengan hasil dari
mineralogi kubah lava 2007 (Gambar 11B)
782
PROCEEDING, SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-8
Academia-Industry Linkage
15-16 OKTOBER 2015; GRHA SABHA PRAMANA

ternyata memiliki kesamaan, yaitu memiliki erupsi Gunung Kelud 2014 yang luas
komposisi berupa massa dasar mikrolit menunjukkan erupsi yang dahsyat, didukung
plagioklas dan gelas vulkanik, serta fenokris dengan hasil estimasi volume yang mencapai
berupa piroksen, mineral opak, dan jutaan meter kubik material yang dilontarkan
didominasi oleh plagioklas. Massa dasar tidak dan disebarkan ke sepanjang Pulau Jawa.
mendominasi komposisi litik yaitu hanya Letusan yang dahsyat ini merupakan tipe
sekitar 20%, selebihnya merupakan fenokris. letusan freatoplini, yang didukung adanya
Hal tersebut membuktikan bahwa litik KLT-1B penemuan singkapan endapan piroklastik
dalam endapan tefra B merupakan litik hasil seruakan yang bersifat basah yang berada di
hancuran kubah lava. bawah endapan piroklastik jatuhan. Hal
tersebut menandakan sebelum letusan
Pumis berlapis (KLT 2) merupakan perpaduan
magmatik (plini) terjadi letusan Gunung Kelud
antara pumis terang dan pumis gelap. Di
2014 diawali dengan letusan basah
bawah mikroskop binokular penyebab
(freatomagmatik). Hasil penelitian
perbedaan warna ini tidak akan nampak,
karakteristik mineralogi menunjukkan adanya
namun di bawah mikroskop polarisator
magma mingling yang dibuktikan adanya
perbedaan ini dapat terungkap. Warna terang
pumis berlapis. Kemungkinan magma mingling
dan gelap pada pumis ini disebabkan oleh
ini terjadi karena adanya injeksi magma basa
perbedaan warna massa dasar dari pumis.
ke dapur magma Gunung Kelud. Injeksi
Pumis terang memiliki komposisi fenokris
magma basa inilah kemungkinan penyebab
berupa plagioklas, piroksen, mineral opak, dan
naiknya magma Kelud ke permukaan dan
massa dasar berupa gelas vulkanik yang
berkontak dengan air tanah di sekitar kawah.
berwarna bening, sedangkan pumis gelap
memiliki fenokris yang sama dengan pumis V. KESIMPULAN
terang, namun bermassa dasar gelas vulkanik
yang berwarna kecoklatan. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan,
maka dapat ditarik suatu kesimpulan sebagai
2. Geokimia berikut.
Komposisi geokimia tefra jatuhan diwakili
1. Persebaran tefra jatuhan yang dibuat
dengan pengolahan sampel pumis dengan
analisis XRF. Hasil XRF pumis didapatkan dalam bentuk peta isopach dan isomass
persentase oksida utama SiO2 dan alkali. memiliki bentuk yang tidak jauh berbeda
Kedua komponen oksida tersebut diplotkan ke yaitu relatif ke arah barat, namun masih
diagram silika vs alkali Peccerillo dan Taylor berada dalam area persebaran abu
yang telah dibuat oleh Wirakusumah (1991) vulkanik yang tampak pada citra satelit
dan dimodifikasi oleh Zaennudin (2008) yang relatif berarah barat daya.
sebagai berikut. Hasil yang ditunjukkan produk 2. Volume tefra jatuhan dihasilkan melalui
erupsi 2014 berasal dari magma yang memiliki pengolahan data dari kontur isomass
komposisi andesit basaltik, masih sama seperti adalah sebesar 10,06 km3 atau 10,06 x 109
pada erupsi-erupsi sebelumnya. m3.
3. Tipe erupsi Gunung Kelud pada Februari
IV. DISKUSI
2014 merupakan tipe freatoplini.
Berdasarkan hasil penelitian keempat hal 4. Karakter tefra jatuhan Gunung Kelud
dalam tefra Gunung Kelud, yaitu area erupsi Februari 2014 secara mineralogi
persebaran, volume, tipe erupsi, dan yaitu berkomposisi pumis terang, pumis
karakteristik mineralogi dan geokimia,
gelap, litik, plagioklas, dan piroksen,
menunjukkan suatu kecocokan dan antar hasil
dengan pumis terang sebagai komposisi
saling mendukung. Persebaran abu vulkanik
yang mendominasi. Secara geokimia, tefra
783
PROCEEDING, SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-8
Academia-Industry Linkage
15-16 OKTOBER 2015; GRHA SABHA PRAMANA

jatuhan Gunung Kelud erupsi Februari Idrus, S.T., M.T., Dr. I Wayan Warmada, S.T.,
2014 tidak mengalami perubahan karena M.Eng., Dr. Esti Handini, S.T., M.Sc., Haryo Edi
masih bersifat andesit basaltik, sama Wibowo, S.T., M.Sc., Bapak Akhmad
seperti produk erupsi pra 2014. Zaennudin, Fitrah Fajar, Raja Susatio, Silsilia,
S.T. atas bantuan pengambilan data,
VI. ACKNOWLEDGEMENT pengolahan data, analisis data, diskusi, dan
review penulisan.
Ucapan terimakasih penulis ucapkan kepada
Dr. Agung Harijoko, S.T., M.Eng., Dr. Arifudin

DAFTAR PUSTAKA
Balai Penelitian dan Observasi Laut, 2014, Sebaran Abu Vulkanik Letusan Gunung Kelud dari Citra
Satelit : http://www.bpol.litbang.kkp.go.id/news/455/Sebaran-Abu-Vulkanik-Letusan-Gunung-Kelud-
dari-Citra-Satelit/ (diakses 20 Januari 2015 Pukul 15.20 WIB)
Cas, R.A.F. dan Wright, J.V., 1988, Volcanic Successions Modern and Ancient, Unwin Hyman, London.
528 h.
Daggitt, M.L., Pyle, D.M., dan Mather, T.A., 2014, Ashcalc : https://vhub.org/resources/ashcalc.
Fisher, R.V. dan Schmincke, H.U., 1984, Pyroclastic Rocks, Springer-Verlag, New York. 472 h.
Folk, R.L., dan Ward, W.C., 1957, Brazoz River Bar : A Study in The Significance of Grain Size
Parameters, Journal of Sedimentary Petrology, Vol. 17 No. 1, h. 3-26.
Kerr, P.F., 1977, Optical Mineralogy, 4th Ed, McGraw-Hill Inc, USA. 491 h.
McPhie, J., Doyle, M., dan Allen, R., 1993, Volcanic Textures : A Guide to The Interpretation of
Textures in Volcanic Rocks, University of Tasmania, Tasmania. 196 h.
Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi, 2014, Aktivitas Gunung Kelud :
http://www.vsi.esdm.go.id/index.php/gunungapi/aktivitas-gunungapi?start=50 (diakses 20 Januari
2014 Pukul 15.30 WIB)
Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi, 2014, Gunung Kelud :
http://www.vsi.esdm.go.id/index.php/gunungapi/data-dasar-gunungapi/538-g-kelud?start=1
(diakses 21 Januari 2015 Pukul 11.44 WIB)
Zaennudin, A., 2008, Kubah Lava Sebagai Salah Satu Ciri Hasil Letusan Gunung Kelud, Bulletin
Vulkanologi dan Bencana Geologi, Volume 3 Nomor 2, Agustus 2008, 19 29
Zaennudin, A., 2009, Prakiraan Bahaya Erupsi Gunung Kelud, Bulletin Vulkanologi dan Bencana
Geologi, Volume 4 Nomor 2, Agustus 2009, 1 17.

784
PROCEEDING, SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-8
Academia-Industry Linkage
15-16 OKTOBER 2015; GRHA SABHA PRAMANA

TABEL

Tabel 1. Data area kontur isomass

Massa/Area Luas Kontur Akar Luas Kontur


(gr/m2) (km2) (km)

5,7 57,708 7,596578

4,9 108,73 10,42737

4,0 223,96 14,96529

2,5 486,82 22,064

1,8 665,46 25,79651

0,7 1277,9 35,74773

0,3 3651,7 60,4293

0,2 5477,6 74,01081

Tabel 2. Data area kontur isopach

Ketebalan Luas Kontur


(mm) (km2)
40 49,995

35 124,78

20 266,12

16 651,6

10 916,95

3 4499,1

2 7648,6

1 13469

0,4 30992

785
PROCEEDING, SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-8
Academia-Industry Linkage
15-16 OKTOBER 2015; GRHA SABHA PRAMANA

GAMBAR

Gambar 1. Lokasi Gunung Kelud

Gambar 2. Rekaman citra satelit NPP-CALIPSO (A) dan Aqua Modis (B)

786
PROCEEDING, SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-8
Academia-Industry Linkage
15-16 OKTOBER 2015; GRHA SABHA PRAMANA

Gambar 4. Peta Isomass (A) dan Isopach (B) Gunung Kelud erupsi Februari 2014

Gambar 5. Persebaran tefra jatuhan berdasarkan peta isopach dibandingkan dengan citra satelit

Gambar 6. Hasil perhitungan volume tefra jatuhan menggunakan AshCalc

787
PROCEEDING, SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-8
Academia-Industry Linkage
15-16 OKTOBER 2015; GRHA SABHA PRAMANA

Gambar 8. Penentuan nilai F dan D dari peta isopach Gunung Kelud

Gambar 9. Plot nilai D dan F pada diagram tipe erupsi (modifikasi Walker, 1973b dalam Cas dan
Wright, 1988)

Gambar 10. Histogram komposisi tefra jatuhan


788
PROCEEDING, SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-8
Academia-Industry Linkage
15-16 OKTOBER 2015; GRHA SABHA PRAMANA

Gambar 11. Sayatan tipis sampel fragmen tefra hasil letusan Februari 2014 (A) dibandingkan dengan
sayatan tipis kubah lava 2007 (B)

Gambar 12. Plot data geokimia silika vs potasium produk Kelud erupsi Februari 2014

789

You might also like