You are on page 1of 6

TUGAS MANAJEMEN AKUAKUTUR TAWAR

PEMBENIHAN IKAN TAWES (Puntius javanicus)

Oleh :
Nama : Lenggang Mamitu Krisdahasti
NIM : 15/379677/PN/14131)

DEPARTEMEN PERIKANAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS GADJAH MADA
2017
I. PENDAHULUAN

Kegiatan perikanan budidaya meliputi pembenihan dan pembesaran. Strategi


pengembangan usaha budidaya dapat diterapkan dengan memanfaatkan sumber daya alam secara
optimal untuk meningkatkan produksi ikan air tawar guna memenuhi kebutuhan pasar (
Rahmawati 2012). Komoditas ikan konsumsi yang dibudidayakan saat ini mengalami
peningkatan . namun masih terdapat jenis ikan konsumsi yang belum populer dan perlu untuk
dibudidayakan. Hal ini terjadi karena informasi potensi dan peluang budidayanya masih sangat
sedikit. Salah satu jenis komoditasnya yaitu ikan tawes (Puntius javanicus).
Ikan tawes (Puntius javanicus) atau dikenal dengan nama tawas atau lampam merupakan
salah satu ikan budidaya air tawar asli Indonesia. Selain itu ikan tawes memiliki keunggulan
yaitu dapat dibudidayakan diperairan payau serta merupakan salah satu ikan konsumsi ekonomis
yang harganya terjangkau oleh masyarakat. Ikan ini bersifat herbivore, pakan alami yang disukai
benih ikan tawes adalah plankton. Setelah dewasa ikan tawes lebih menyukai pakan alami berupa
lumut dan pucuk-pucuk ganggang muda. Selain itu, ikan tawes juga makan daun-daun tanaman
lain, misalnya daunkeladi, daun singkong, dan daun papaya (Dani et al.,2005)
Ikan tawes termasuk ke dalam family Cyprinidae seperti ikan mas dan ikan nilem. Bentuk
badan agak panjang dan pipih dengan punggung meninggi, kepala kecil, rahang meruncing,
mulut kecil terletak pada ujung hidung, sungut sangat kecil atau rudimeter. Di bawah garis rusuk
terdapat sisik 5 buah dan 3-3 buah diantara garis rusuk dan permulaan sirip perut. Ikan
tawes merupakan salah satu ikan asli Indonesia. Ikan tawes dalam habitat aslinya adalah ikan
yang berkembang biak di sungai, danau dan rawa-rawa dengan lokasi yang disukai adalah
perairan dengan air yang jernih dan terdapat banyak aliran air, mengingat ikan ini memiliki sifat
biologis yang membutuhkan banyak oksigen dan hidup di perairan tawar dengan suhu tropis 22-
28 C, serta ph 7 (Didik, 2015)
Ikan tawes merupakan salah satu ikan asli Indonesia terutama pulau Jawa. Hal ini juga
menyebabkan tawes memiliki nama ilmiah Puntius javanicus. Namun, berubah menjadi Puntius
gonionotus, dan terakhir berubah menjadi Barbonymus gonionotus. Ikan tawes memiliki nama
local tawes (Indonesia), taweh atau tawas, lampam Jawa (Melayu). Di Danau Sidendreng ikan
tawes disebut bale kandea (Amri dan Khairuman, 2008)

II. ISI

A. Pembenihan Ikan Tawes


Pemijahan ikan tawes pada wadah budidaya dapat dilakukan secara alami dengan
manipulasi lingkungan. Biasanya kolam pemijahan sekaligus digunakan untuk penetasan dan
pendederan larva. Tahapan pemijahannya meliputi antara lain pemilihan induk, persiapan kolam,
pelepasan induk, penetasan telur, pemungutan hasil dan pendederan.

A.1 Pemilihan Induk


Perbandingan induk ikan tawes jantan dan betina 2:1 dengan jantan 50 ekor dan betina 25
ekor, dan dipijahkan secara alami di bak pemijahan dan pemeliharaan. Meskipun ikan tawes
sudah diketahui bisa dipijahkan pada umur 6 bulan untuk jantan dan setahun untuk ikan betina,
namun sebaiknya mempergunakan induk yang berumur lebih dari sepuluh bulan untuk jantan
dan 14 bulan untuk betina. Induk jantan yang di pergunakan untuk pemijahan sebaiknya jangan
terlalu tua dan tidak terlalu sering dikawinkan, sebagai batas yang ideal maka sebaiknya induk
betina tidak lebih 6 kali perkawinan. Untuk mendapatkan benih yang berkualitas dan jumlah
yang banyak dalam pembenihan Tawes perlu dipilih induk yang baik dengan ciri-ciri :
a. Letak lubang dubur terletak relatif lebih dekat ke pangkal ekor
b. Kepala relatif lebih kecil dan meruncing
c. Sisik-sisiknya besar dan teratur
d. Pangkal ekor lebar dan kokoh
Pada umumnya ikan tawes jantan mulai dipijahkan pada umur kurang lebih 1 tahun, dan
induk tawes betina pada umur kurang lebih 1,5 tahun. Untuk mengetahui bahwa induk ikan
tawes telah matang kelamin dan siap untuk dipijahkan dengan tanda-tanda sebagai berikut :
Induk betina
- Perutnya mengembang kearah genetal (pelepasan) bila diraba lebih lembek
- Lubang dubur berwarna agak kemerah-merahan
- Tutup insang bila diraba lebih licin
- Bila perut diurut dari arah kepala ke anus akan keluar cairan kehitam-hitaman.
lnduk jantan
- Bila perut diurut dari arah kepala ke anus akan keluar cairan berwarna keputih-putihan
(sperma)
- Tutup insang bila diraba terasa kasar

A.2 Persiapan Kolam Pemijahan


- Kolam pemijahan ikan tawes sekaligus merupakan kolam penetasan dan kolam
pendederan. Sebelum dipergunakan untuk pemijahan, kolam dikeringkan.
- Perbaikan pematang dan dasar kolam dibuat saluran memanjang
(caren/kamalir) dari pemasukan air kearah pengeluaran air dengan lebar 40 cm dan
dalamnya 20-30 cm.

A.3 Pelepasan Induk


- Induk ikan tawes yang telah terpilih untuk dipijahkan kemudian diberok, pemberokan
dengan penempatan induk jantan dan betina secara terpisah selama 4-5 hari
- Setelah diberok kemudian induk ikan dimasukkan ke kolam pemijahan yang telah
dipersiapkan
- Pemasukan induk ke kolam pada saat air mencapai kurang lebih 20 cm
- Jumlah induk yang dilepas induk betina 25 ekor dan induk jantan 50 ekor
- Pada sore hari kurang lebih pukul 16.00 air yang masuk ke kolam diperbesar sehingga aliran
air lebih deras.
- Biasanya induk ikan tawes memijah pada pukul 19.00-22.00
- Induk yang akan memijah biasanya pada siang hari sudah mulai berkejar-kejaran di sekitar
tempat pemasukan air

A.4 Penetasan Telur


- Setelah induk ikan tawes bertelur, air yang masuk ke kolam diperkecil agar telur-telur tidak
terbawa arus, penetasan dilakukan di kolam pemijahan juga
- Pagi hari diperiksa bila ada telur-telur yang rnenumpuk di sekitar kolam atau bagian lahan
yang dangkal disebarkan dengan mengayun-ayunkan sapu lidi di dasar kolam
- Telur ikan tawes biasanya menetas semua setelah 2-3 hari
- Dari ikan hasil penetasan dipelihara di kolam tersebut selama kurang lebih 21 hari.
Penetasan dipengaruhi oleh faktor internal berupa kerja hormon dan volume kuning telur
serta faktor eksternal berupa suhu, oksigen terlarut dan intensitas cahaya (Affandi dan Tang, 2002
dalam Junior,2005). Peningkatan suhu, peningkatan intensitas cahaya dan atau penurunan tekanan
oksigen diduga dapat meningkatkan jumlah penetasan (Sumantadinata, 1981 dalam Junior,2005).
Faktor yang diduga menyebabkan rendahnya derajat penetasan adalah telur tidak berkembang
setelah dibuahi, perubahan kemampuan fisiologis telur saat embriogenesis, atau dapat pula
disebabkan karena kerusakan telur sampel saat dipindahkan ke akuarium..

A.5 Pemungutan Hasil Benih Ikan


- Panen dilakukan pada pagi hari
- Menyurutkan/mengeringkan kolam
- Setelah benih berada dikamalir/dicaren, benih ditangkap dengan menggunakan waring atau
seser
- Benih ditampung di hapa yang telah ditempatkan di saluran air mengalir dengan aliran
air tidak deras
- Benih lersebut selanjutnya dipelihara

A.6 Pendederan
- Mula-mula kolam dikeringkan selama 2-3 hari
- Perbaikan pematang, pembuatan caren/saluran
- Dasar kolam diolah dicangkul, kemudian dipupuk dengan Urea dan SP 36 10 gr/m2 dan
pupuk kandang 1 - 1,5 kg/m2 tergantung kesuburannya.
- Setelah kolam dipupuk kemudian diairi setinggi 2-3 cm dan dibiarkan 2-3 hari
- kemudian air kolam ditambah sedikit demi sedikit sampai kedalaman 50 cm
- Kemudian benih ditebar di kolam pendederan dengan padat tebar 10-20 ekor/m2
- Pemeliharaan dilakukan kurang lebih 3 minggu - 1 bulan.
- Selanjutnya dapat dipanen dan hasil benih dapat dijual atau ditebar lagi dikolam
pendederan II.
B. Manajemen Pakan
Manajemen pemberian pakan merupakan salah satu usaha yang dilakukan untuk
mendukung keberhasilan usaha budidaya, dengan manajemen pemberian pakan diharapkan agar
pakan yang diberikan dapat dimanfaatkan oleh ikan secara efektif dan efisien sehingga
menghasilkan pertumbuhan ikan yang optimal. Pada masa perawatan larva, selama 3 hari larva
tidak diberi pakan karena masih memiliki cadangan makanan berupa yolk sack atau kuning
telur.setelah cadangan makanan habis kemudian larva tawes diberi pakan buatan yang memiliki
kandungan protein tinggi. Pakan buatan yang diberikan pada larva tawes menggunakan kuning
telur ayam, dengan cara telur ayam direbus terlebih dahulu hingga matang, kemudian diambil
kuning telurnya, selanjutnya kuning telur dicampur dengan air dan kemudian disaring
menggunakan kassa atau kain untuk mengambil sari kuning telur. Pengambilan sari kuning telur
agar tidak terjadi penurunan kualitas air dan kekeruhan yang mengakibatkan ikan stress ( Didik,
2015). Pemberian pakan dilakukan selama 8 jam sekali. Ada pun pemberian pakan larva
menggunakan pakan alami berupa plankton seperti Daphnia spp. pada saat proses pendederan
dikolam tanah. Keunggulan dari pakan alami seperti ukuran sesuai dengan bukaan mulut benih
ikan, mudah dicerna oleh benih ikan, nilai nutrisi yang tinggi, kandungan asam amino esensial
dan asam lemak esensial Daphnia sp. hampir sama dengan Artemia sp. dan pemberian pakan
dilakuakan dengan menebar langsung kedalam kolam pemeliharaan pada pagi dan sore. Dan
metode pemberian pakan yang sosok untuk ikan tawas menurut Hanief et al. (2014) metode at
satiation bertujuan agar setiap pakan yang diberikan habis termakan oleh ikan, hal ini
menyebabkan pakan akan dapat dikonsumsi secara optimal dan mencegah menumpuknya sisa-
sisa pakan yang tak termakan oleh ikan sehingga diharapkan menghasikan pertumbuhan yang
optimal. Pembudidaya pada umumnya memberikan pakan pada ikan budidaya hanya menurut
kebiasaan, tanpa mengetahui tentang kebutuhan nutrisi masing-masing ikan budidaya, baik itu
kualitas, kuantitas dan waktu pemberian pakan yang tepat. menyebabkan pakan yang diberikan
kurang memberikan pertumbuhan yang optimal bagi ikan karena tidak sesuai dengan kebutuhan
ikan. Manajemen pemberian pakan mengharuskan pakan yang diberikan kepada ikan harus tepat
secara kualitas, kuantitas dan tepat waktu pemberiannya demi keberhasilan usaha budidaya.
Konsumsi pakan ikan dipengaruhi oleh sejumlah faktor diantaranya adalah ukuran tubuh, stadia,
ketersediaan pakan, laju pengosongan lambung, suhu air, aktifitas dan kesehatan tubuh ikan.
Wardhani et al. (2011) berpendapat bahwa pemilihan pakan untuk ikan air tawar tidak hanya
melibatkan kriteria nilai gizi dan efisiensi biaya saja namun juga harus mempertimbangkan
kriteria lainnya seperti kecernaan, kandungan racun dan ketersediannya

C. Kualitas Air
Kualitas air merupakan salah satu faktor luar yang mempengaruhi kehidupan dan
pertumbuhan ikan. Nilai kualitas air kolam pemeliharaan benih tawes optimum bagi
pertumbuhan ikan yaitu pada suhu 23-33 oC (Evi,2001). Suhu air mempengaruhi tingkat
metabolisme dalam tubuh ikan, semakin tinggi suhu maka tingkat metabolisme juga semakin
tinggi. Suhu air juga dapat berpengaruh secara tidak langsung terhadap biota air, suhu
mempengaruhi kelarutan oksigen di perairan. Semakin tinggi suhu maka tingkat kelarutan
oksigen semakin rendah (Kordi danTancung, 2007). Kadar oksigen terlarut optimumnya nya >4
ppm (Andrianto,2005); pH berkisar 6,7-8,6 (Evi,2001); dan ammonia < 1 ppm (Boyd,1979
dalam Hanief et al.,2014).

DAFTAR PUSTAKA
Amri dan Khairuman. 2008. Buku Pintar Budidaya 15 Ikan Konsumsi. Agromedia. Jakarta
Andrianto, T. T. 2005. Pedoman Praktis Budidaya Ikan Nila. Absolut, Yogyakarta,
Dani, Ning Praban, Agung Budiharjo, Dan Shanti Listyawati.2005. Komposisi Pakan Buatan
Untuk Meningkatkan Pertumbuhan dan Kandungan Protein Ikan Tawes (Puntius javanicus
Blkr.). BioSMART 7( 2) : 83-90.
Didik, Moch Arianti. 2015.Teknik Pemeliharaan Ikan Tawes. ADLN Perpustakaan Universitas
Airlangga. Jakarta.
Evi, R. 2001. Usaha Perikanan di Indonesia. Penerbit Mutiara Sumber Widya, Jakarta.
Hanief M.A.R, Subandiyono dan Pinandoyo. 2014. Pengaruh Frekuensi Pemberian Pakan
Terhadap Pertumbuhan Dan Kelangsungan Hidup Benih Tawes. Journal of Aquaculture
Management and Technology 3(4) : 67-74.
Hanief, Muhammad Ahda Rifqi, Subandiyono, Pinandoyo. Pengaruh Frekuensi Pemberian
Pakan Terhadap Pertumbuhan Dan Kelulushidupan Benih Tawes (Puntius javanicus).
Journal of Aquaculture Management and Technology 3(4): 67-74
Junior, M. Zairin , R. K. Sari dan M. Raswin.2005. Pemijahan Ikan Tawes Dengan Sistem Imbas
Menggunakan Ikan Mas Sebagai Pemicu. Jurnal Akuakultur Indonesia 4 (2): 103108
Kordi, K.M. G danTancung A. B. (2007). Pengelolaan Kualitas Air Dan Tanah Dalam Budidaya
Perairan. PT Rineka Cipta. Jakarta
Wardhani, L.K, M. Safrizal dan A. Chariri. 2011.Optimasi Komposisi Bahan Pakan pada Ikan
Air Tawar menggunakan metode multi-objective genetic algorithm. Seminar Nasional
Aplikasi Teknologi Informasi (SNATI) di Yogyakarta Tanggal 17-18 Juni 2011. pp. 112-
117.

You might also like