You are on page 1of 3

Menetapkan kelembagaan yang menjadi wahana untuk mempertemukan

kebutuhan pelaku usaha dengan pemerintah Kota Depok.

Kelembagaan pelaksanaan CSR Kota Depok harus dibentuk atas dasar independen, dan tidak
bisa dipengaruhi untuk alasan apapun. Kelembagaan ini diusulkan berbentuk Tim Koordinasi
CSR yang mempunyai fungsi: koordinasi, konsultasi, kesepakatan dan monitoring evaluasi.

Sebagai lembaga yang independen, sebaiknya Tim Koordinasi CSR dipimpin oleh bagian
ekonomi sekretariat daerah, dengan anggota OPD, pelaku usaha, dan akademisi. Yang
masing-masing harus mempunyai cara berfikir setara untuk bekerja bersama-sama secara
kemitraan.

Pemerintah Kota Depok dalam hal ini mempunyai peran dan fungsi fasilitasi yaitu
memberikan fasilitasi pada pelaku usaha dalam; 1) menyediakan list program dan kegiatan
pembangunan Kota Depok sesuai arah dan strategi pembangunan Kota Depok agar sinergi
dan terpadu dengan program CSR dari pelaku usaha, 2) menyediakan fasilitas lokasi (tanah)
untk pembangunan fisik seperti taman kota, lokasi failitas pendidikan dan lain sebagainya, 3)
memberikan fasilitasi untuk perijinan dalam pembangunan sarana dan prasarana fisik, dan
lain sebagainya.

Pelaku usaha mempunyai peran untuk memilih program dan kegiatan pembangunan Kota
Depok sesuai dengan program CSR yang telah ditetapkan oleh perusahaan dimaksud. Dalam
hal ini perusahaan dihimbau untuk memiliki divisi atau bagian atau seksi yang mengurusi
CSR, agar bisa disinergikan dengan program kegiatan CSR Kota Depok.

Struktur organisasi

Adapun struktur organisasi yang diusulkan adalah sebagai berikut:

Ketua Tim : Bagian Ekonomi Sekretariat Daerah Kota Depok

Wakil Ketua : Pelaku usaha atau asosiasi pengusaha

Sekretaris : Akademisi

Anggota : Pelaku usaha, OPD teknis, dan akademisi.

Pendanaan

Sumber-sumber pendanaan untuk biaya operasional tim koordinasi CSR akan dibahas dan
disepakati oleh tim koordinasi dalam pertemuan rapat mereka. Pendanaan ini harus bisa
dipertanggungjawabkan dan bersumber dari sumber-sumber keuangan yang tidak mengikat.

Sistem kerja

Bentuk kerjasama merupakan kemitraan dimana pihak pemerintah kota berlaku sebagai
fasilitator dan pihak pelaku usaha berlaku sebagai pelaksana program CSR. Pelaku usaha bisa
memberikan program kegiatan CSR dalam bentuk pembangunan sarana dan prasarana baik
fisik maupun lingkungan, yang dibuat atas dasar kesepakatan yang dilakukan. Untuk kegiatan
yang berupa pemberdayaan masyarakat, pihak pelaku usaha bebas menentukan mitra yang
akan diajak kerjasama menyelenggarakan pemberdayaan apakah LSM, pemerintah kota atau
akademisi. Dalam hal ini kerjasama tersebut melibatkan OPD yang mempunyai tugas dan
fungsi dalam bidang pembangunan yang bersangkutan.

Payung Hukum

Agar lembaga ini memiliki payung hukum, maka diperlukan Surat Keputusan Walikota yang
menetapkan Tim Koordinasi ini.

Bentuk Kesepakatan (MoU)

Kesepakatan tentang bentuk atau pilihan program pembangunan yang akan dilaksanakan
melalui CSR oleh pelaku usaha, dipillih oleh pelaku usaha sendiri sesuai dengan kebutuhan
dan kemampuan perusahaan untuk mendanai dan melaksanakan CSR tersebut. Apabila
pilihan program kegiatan pembangunan, dipilih oleh lebih dari satu pelaku usaha, maka
dilakukan proses kesepakatan diantara pelaku usaha untuk menyepakati siapa berbuat apa,
termasuk penentuan timeline dan dana yang diperlukan.

Sebelum menandatangani MoU, pelaku usaha memiliki hak untuk menentukan sendiri
pilihan-pilihan yang ditetapkan sesuai dengan usulan program dan kegiatan yang dibuat oleh
OPD teknis. Termasuk didalamnya adalah usulan perubahan apabila pelaku usaha
mempunyai ide lain untuk melaksanakan kegiatan tersebut, misalnya lokasi, mitra yang
diajak kerjasama dan lain sebagainya.

Penandatanganan MoU dilakukan antara pelaku usaha dengan Walikota Depok, sebagai
pihak yang memayungi kegiatan ini, atas usulan dari Tim Koordinasi CSR. Dalam hal ini
harus jelas OPD yang terlibat dalam kerjasama yang dilakukan, artinya yang menandatangani
MoU walikota tetapi OPD yang memberikan fasilitasi adalah OPD yang menangani kegiatan
pembangunan terpilih. Misalnya, kegiatan pemberdayaan anak-anak untuk hidup sehat, maka
OPD yang melakukan fasilitasi adalah Dinas Kesehatan.

Standard Operational Procedures Pelaksanaan Kegiatan Pembangunan Kota


Depok melalui kegiatan CSR.
Tujuan Standard Operational Procedures (SOP) adalah untuk memudahkan
pelaksanaan kerjasama pembangunan Kota Depok yang sinergis baik bagi pemerintah
Kota Depok, pelaku usaha maupun Tim Koordinasi CSR.
Tim Koordinasi CSR, Agar pelaksanaan program CSR dapat berjalan dengan terpadu
dan sinergi sesuai dengan skala prioritas program dan tidak terpisah-pisah (parsial),
maka perlu dibentuk tim Koordinasi CSR.
Tim Koordinasi CSR merupakan institusi independen yang mempunyai kekuatan
hukum.

Tugas dan Fungsi

Pemerintah Kota Depok melalui OPD-OPD mempersiapkan daftar program kegiatan


pembangunan dengan rincian: kegiatan, target dan sasaran, lokasi, waktu pelaksanaan,
dan pendanaan serta peluang bagi pelaku usaha untuk memilih sesuai kegiatan CSR
yang telah mereka tetapkan. Rincian kegiatan pembangunan Kota Depok yang
diajukan meliputi kegiatan di bidang ekonomi, sosial termasuk kesehatan dan
pendidikan serta lingkungan
Pelaku usaha disarankan untuk memiliki divisi CSR yang menyusun rancangan CSR
yang akan dilakukan di Kota Depok. Rancangan CSR yang sudah dibuat oleh pelaku
usaha digunakan sebagai dasar untuk memilih untuk membantu kegiatan
pembangunan kota Depok.

Pendanaan

Pendanaan untuk kegiatan CSR disepakati antara pelaku usaha dengan Pemerintah Kota
Depok, dengan prinsip keterbukaan, akuntabel dan bertanggungjawab.

Bentuk Kerjasama

Bentuk kerjasama merupakan kemitraan dimana pihak pemerintah kota berlaku sebagai
fasilitator dan pihak pelaku usaha berlaku sebagai pelaksana program CSR. Pelaku usaha bisa
memberikan program kegiatan CSR dalam bentuk pembangunan sarana dan prasarana baik
fisik maupun lingkungan, yang dibuat atas dasar kesepakatan yang dilakukan.

Program Kegiatan

Program kegiatan diusulkan oleh keduabelah pihak baik Pemerintah Kota Depok maupun
Pelaku usaha untuk saling disinergikan dan dipilih menjadi program kegiatan CSR di Kota
Depok.

Pelaku usaha dapat memilih melakukan satu program kegiatan yang dipilih secara utuh atau
hanya sebagian sesuai dengan kemampuan mereka.

Monitoring dan Evaluasi

Monitoring dan evaluasi dilakukan sekali setiap tahun yaitu monitoring pada bulan keenam
dan evaluasi pada bulan terakhir pelaksanaan program kegiatan pembangunan.

Pelaporan

Pelaporan hasil kegiatan diperlukan untuk menjadi bahan dalam perencanaan program
kegiatan selanjutnya dan sebagai database pembangunan Kota Depok

Rincian kegiatan pembangunan Kota Depok, harus dipersiapkan oleh OPD yang
bertanggungjawab, untuk bisa ditawarkan kepada pelaku usaha, dengan catatan bahwa
kegiatan pembangunan tersebut belum ada sumber pendanaan atau ada sumber
pendanaan tetapi tidak mencukupi. Pembuatan program kegiatan pembangunan ini
seyogyanya juga tidak menyalahi aturan dan kebijakan yang berlaku.
List program CSR hendaknya selalu di up date oleh Tim Koordinasi CSR dan wakil
dari OPD secara berkala, 6 bulanan atau satu tahunan.
List ini disosialisasikan di berbagai forum pelaku usaha dan dalam website pemkot
Depok
Perlu payung hukum untuk memperkuat kerjasama pelaksanaan CSR di kota Depok

You might also like