You are on page 1of 30

SEDIMENTOLOGI

Pengertian Sedimentologi

Sejarah Sedimentologi

Kaitan Sedimentologi dengan ilmu- ilmu lain

Aplikasi Sedimentologi
Pengertian Sedimentologi

Sedimentologi adalah ilmu yang


mempelajari sedimen atau endapan
(Wadell, 1932).

Sedimen atau endapan pada umumnya


diartikan sebagai hasil dari proses
pelapukan terhadap suatu tubuh
batuan,yang kemudian mengalami erosi,
tertansportasi oleh air, angin, dll,
dan pada akhirnya terendapkan atau
tersedimentasikan.
Pengertian Sedimentologi

Sedimentologi adalah studi tentang


proses-proses pembentukan,
transportasi dan pengendapan material
yang terakumulasi sebagai sedimen di
dalam lingkungan kontinen dan laut
hingga membentuk batuan sedimen.
Pengertian Sedimentologi

Sedimentologi adalah ilmu yang mempelajari


pembentukan lapisan tanah karena
pengendapan tanah yang mengalami
perpindahan dari tempat lain.

Sedimentologi adalah salah satu cabang dari


ilmu geologi yang membahas secara khusus
batuan sedimen atau mempelajari batuan
sedimen/ endapan-endapan dengan segala
prosesnya.
Pengertian Sedimentologi

Sedimentasi adalah suatu proses pengendapan


material yang ditransport oleh media
air,angin, es, atau gletser di suatu
cekungan.

Sedangkan batuan sedimen adalah suatu batuan


yang terbentuk dari hasil proses sedimentasi,
baik secara mekanik maupun secara kimia dan
organik
Pengertian Sedimentologi
Secara mekanik : Terbentuk dari akumulasi mineral-mineral
dan fragmen-fragmen batuan

1. Sumber material batuan sedimen


2. Lingkungan pengendapan
3. Pengangkutan (transportasi)
4. Pengendapan
5. Kompaksi
6. Lithifikasi dan Sementasi
7. Replacement dan Rekristalisasi
8. Diagenesis
Pengertian Sedimentologi
Sumber material batuan sedimen
Sifat dan komposisi batuan sedimen sangat dipengaruhi
oleh material-material asalnya.

Komposisi mineral-mineral batuan sedimen dapat


menentukan waktu dan jarak transportasi, tergantung
dari prosentasi mineral-mineral stabil dan nonstabil

Lingkungan pengendapan
Secara umum lingkungan pengendapan dibedakan dalam tiga
bagian yaitu: Lingkungan Pengendapan Darat, Transisi dan Laut.
Ketiga lingkungan pengendapan ini, dimana batuan yang
dibedakannya masing-masing mempunyai sifat dan ciri-ciri
tertentu
Pengertian Sedimentologi

Pengangkutan (transportasi)
Media transportasi dapat berupa air, angin maupun es, namun
yang memiliki peranan yang paling besar dalam sedimentasi
adalah media air.

Selama transportasi berlangsung, terjadi perubahan terutama


sifat fisik material-material sedimen seperti ukuran bentuk
dan roundness.

Dengan adanya pemilahan dan pengikisan terhadap butir-butir


sedimen akan memberi berbagai macam bentuk dan sifat
terhadap batuan sedimen
Pengertian Sedimentologi

Pengendapan

Pengendapan terjadi bilamana arus/gaya mulai menurun


hingga berada di bawah titik daya angkutnya.

Ini biasa terjadi pada cekungan-cekungan, laut, muara sungai,


dll
Pengertian Sedimentologi

Kompaksi
Kompaksi terjadi karena adanya gaya berat/gravitasi dari
material-material sedimen sendiri, sehingga volume menjadi
berkurang dan cairan yang mengisi pori-pori akan bermigrasi
ke atas

Lithifikasi dan Sementasi

Bila kompaksi meningkat terus menerus akan terjadi


pengerasan terhadap material-material sedimen. Sehingga
meningkat ke proses pembatuan (lithifikasi), yang disertai
dengan sementasi dimana material-material semen terikat
oleh unsur-unsur/mineral yang mengisi pori-pori antara butir
sedimen
Pengertian Sedimentologi

Replacement dan Rekristalisasi


Proses replacement adalah proses penggantian mineral oleh
pelarutan-pelarutan kimia hingga terjadi mineral baru.

Rekristalisasi adalah perubahan atau pengkristalan kembali


mineral-mineral dalam batuan sedimen, akibat pengaruh
temperatur dan tekanan yang relatif rendah

Diagenesis
Diagenesis adalah perubahan yang terjadi setelah
pengendapan berlangsung, baik tekstur maupun komposisi
mineral sedimen yang disebabkan oleh kimia dan fisika
Pengertian Sedimentologi

Secara Kimia dan Organik

Terbentuk oleh proses-proses kimia dan


kegiatan organisme atau akumulasi dari sisa
skeleton organisme. Sedimen kimia dan
organik dapat terjadi pada kondisi darat,
transisi, dan lautan, seperti halnya dengan
sedimen mekanik
Pengertian Sedimentologi

Sejarah Sedimentologi

Kaitan Sedimentologi dengan ilmu- ilmu lain

Aplikasi Sedimentologi
Sejarah Sedimentologi
Tulisan tertua yang mengungkapkan berbagai bentuk spekulasi tentang
proses sedimentasi alami dapat ditemukan dalam karya orang-orang Yunani
kuno (Krynine, 1960).

Pembelajaran batuan sedimen pada mulanya merupakan pembelajaran


stratigrafi, berupa penelitian lapangan yang dilakukan untuk mengetahui
geometri umum (ketebalan dan penyebaran) tubuh sedimen.

Salah satu buah pikiran penting dalam per-kembangan stratigrafi


dipersembahkan oleh William Smith (1815), seorang insinyur dan surveyor
otodidak, melalui karyanya: peta geologi Inggris.

Peta itu disusun berdasarkan hasil penelitian Smith selama bertahun-


tahun dengan menempuh perjalanan sejauh 11.000 mil. Itulah tulisan
pertama yang berhasil merekam penyebaran dan urut-urutan batuan sedimen
di suatu daerah. Sumbangan pemikiran penting dari Smith adalah
penggunaan fosil untuk korelasi. Dari penjelasan di atas kita dapat
memaklumi bahwa sedimentologi berakar pada stratigrafi.

Para ahli stratigrafi masa lalu banyak menyumbangkan tenaga dan


pikirannya dalam mengembangkan pengetahuan tentang sedimen. Pemikiran-
pemikiran tersebut sebagian diwujudkan dalam bentuk tulisan, misalnya
dalam buku Principles of Stratigraphy karya Grabau (1913) dan Treatise
of Sedimentation karya Twenhofel (1928).
Pemelajaran sedimen sebagai disiplin tersendiri, terpisah dari
stratigrafi, dimulai dengan terbitnya surat terbuka Henry Clifton Sorby
(1879) kepada Presiden Geological Society of London yang berjudul On
the structure and origin of limestones.

Sorby memperkenalkan studi sayatan tipis sebagai salah satu teknik


penelitian batuan sedimen. Teknik itu kemudian digunakan sebagai salah
satu teknik paling mendasar dalam penelitian petrologi, baik penelitian
petrologi batuan sedimen, maupun penelitian petrologi batuan beku dan
batuan metamorf.

Studi sayatan tipis kemudian lebih banyak dikembangkan oleh para ahli
petrologi batuan beku, khususnya para ahli petrologi Jerman seperti
Rosenbusch dan Zirkel.

Sebaliknya, teknik itu justru agak diabaikan oleh para ahli yang
menggeluti batuan sedimen. Hal itu mungkin terjadi karena generasi ahli
sedimen saat itu lebih terdidik sebagai ahli stratigrafi, bukan ahli
petrologi sedimen atau ahli sedimentologi. Namun, masih ada beberapa
orang yang dapat dipandang sebagai pengecualian, misalnya Lucien Cayeux
dari Perancis. Studi sayatan tipis batuan sedimen, yang pernah
ditinggalkan, kini ini kembali mendapat perhatian yang cukup serius
dari kalangan
Pada akhir abad 19 serta awal abad 20, para ahli petrologi sedimen
lebih banyak menujukan perhatian pada pemelajaran mineralogi sedimen,
khususnya mineral berat (BJ > 2,85).

Studi mineral berat umumnya dilakukan oleh para ahli Eropa. Hasil
penelitian Illing (1916), yang menunjukkan bahwa endapan sedimen dalam
cekungan tertentu cenderung mengandung kumpulan mineral berat tertentu,
telah mendorong munculnya apa yang disebut sebagai korelasi mineral
berat (heavy-mineral correlation). Kegunaan mineral berat sebagai
alat korelasi dan penerapannya dalam korelasi bawah permukaan dalam
kegiatan eksplorasi migas telah menambah daya tariknya.

Puncak fasa perkembangan studi mineral berat ditandai dengan terbitnya


Principles of Sedimentary Petrography karya Milner (1922). Buku itu
pernah dijadikan rujukan oleh para ahli yang ingin mempelajari mineral
detritus dalam pasir.

Makin lama pemelajaran mineral berat makin kurang diminati para ahli
sedimen. Hal itu terjadi karena:
(1) timbulnya keraguan akan kesahihan korelasi yang didasarkan pada
kehadiran mineral berat seperti yang diajukan oleh Sidowski dan
Weyl;
(2) adanya perkembangan baru, yakni pemakaian mikrofosil dan well logs
sebagai alat korelasi bawah permukaan. Agaknya sebab kedua itulah
yang mengakhiri era studi mineral berat.
Pada 1919, thesis master C. K. Wentworth yang berjudul A Field and
Laboratory Study of Cobble Abrasion diterbitkan dalam Journal of
Geology.

Wentworth, yang pada waktu itu merupakan mahasiswa pasca sarjana pada
University of Iowa, mengembangkan satu rancangan baru untuk meneliti
material sedimen. Dia juga mampu mendefinisikan kebundaran sebagai
suatu sifat fisik partikel sedimen yang dapat diukur.

Kuantifikasi sifat itu mampu menggantikan penilaian subjektif yang


sebelum-nya digunakan oleh para ahli sedimentologi dalam menentukan
kebundaran.

Lebih jauh lagi, kuantifikasi memicu munculnya data kuantitatif serta


memungkinkan dilakukannya studi laboratorium terhadap proses
sedimentasi, misalnya abrasi kerakal.

Dengan demikian, Wentworth membawa sedimentologi untuk memasuki era


pengukuran dan percobaan terkontrol.
Lahirnya geokimia sebagai cabang ilmu geologi baru menyebabkan
munculnya metoda dan data observasi baru mengenai berbagai hal yang
banyak menarik perhatian para ahli sedimentologi.

Sebagian besar penelitian geokimia pada mulanya diarahkan pada


penelitian kuantitatif untuk mengetahui penyebaran unsur-unsur kimia di
alam, termasuk penyebarannya dalam batuan sedimen. Lambat laun data
tersebut menuntun para ahli untuk memahami apa yang disebut sebagai
siklus geokimia (geochemical cycle) serta penemuan hukum-hukum yang
mengontrol penyebaran unsur dan proses-proses yang menyebabkan
timbulnya pola penyebaran unsur seperti itu.

Baru-baru ini, kimia nuklir (nuclear chemistry) menyumbangkan sebuah


jam dan termometer yang pada gilirannya membuka era penelitian baru
terhadap sedimen.

Unsur-unsur radioaktif, khususnya 14C dan 40K, memungkinkan dilakukannya


metoda penanggalan langsung terhadap batuan sedimen tertentu.

Metoda 14C, yang dikembangkan oleh Libby, dapat diterapkan pada endapan
resen. Metoda 40K/40Ar terbukti dapat diterapkan pada glaukonit, felspar
autigen, mineral lempung, dan silvit yang ditemukan dalam endapan tua.
Analisis isotop dapat digunakan untuk menentukan temperatur purba.
Metoda Ureyberdasar-kan nisbah 16O/18O yang merupakan fungsi dari
temperaturdapat dipakai untuk menaksir temperatur pembentukan cangkang
fosil yang ada dalam endapan bahari.
Berbagai kajian teoritis dan eksperimental tentang stabilitas mineral
pada berbagai kondisi oksidasi-reduksi (Eh) dan pH dilakukan oleh
Garrels dan beberapa ahli lain (lihat Garrels & Christ, 1965).
Penelitian aspek-aspek geokimia sedimen banyak menambah pengertian kita
tentang endapan sedimen. Buku-buku yang membahas tentang topik-topik
geokimia sedimen antara lain adalah Geochemistry of Sediments karya
Degens (1965) dan Principles of Chemical Sedimentology karya Berner
(1971).

Gambaran tiga dimensional untuk mempelajari sedimen resen mendorong


orang untuk meninjau lebih jauh geometri dan penampang vertikal
sedimen, baik sedimen resen maupun sedimen purba.

Bentuk dan dimensi endapan pasir merupakan salah satu hal yang banyak
menarik perhatian para ahli dan telah dijadikan tema simposium pada
1960 (Peterson & Osmond, 1961). Demikian pula dengan morfologi
terumbu modern dan purba (lihat, misalnya, Reef Issue pada Bullentin
AAPG vol. 34, no. 2).
Kecenderungan untuk mempelajari struktur sedimen mendorong para ahli
untuk memahami cara pembentukannya. Karena banyak diantara struktur
sedimen itu terbentuk oleh arus, maka studi hidrodinamika proses
pembentukan sedimen dan struktur sedimen kemudian mendapat perhatian
khusus.

Hal inilah yang mendorong terbitnya Primary Sedimentary Structures and


Their Hydrodynamic Interpretation (disunting oleh Middleton, 1965)
serta sejumlah makalah penting yang disusun oleh Allen (1969, 1970,
1971) dan beberapa ahli lain.

Ketertarikan pada geometri, urut-urutan vertikal, dan struktur sedimen


menyebabkan terjadinya perubahan besar dalam penelitian sedimen, yakni
penekanan kembali pentingnya studi mineralogi dan tekstur sedimen serta
pengembangan studi struktur sedimen, geometri, dan urut-urutan
vertikal. Penelitian sedimen yang dipandang sebagai bentuk fusi dari
stratigrafi dan petrologi sedimen ini disebut sedimentologi (Doeglas,
1951).

Lahirnya sedimentologi telah menyebabkan bertambah luasnya ruang


lingkup studi sedimen: dari hanya sekedar studi lingkungan pengendapan
menjadi studi cekungan.
Sejarah Sedimentologi

Tahapan perkembangan Sedimentologi


1. Tahap studi endapan sedimen sebagai satuan stratigrafi

2. Pengumpulan data batuan sedimen dan formulasi tafsiran-


tafsiran tentatif

3. Lahirnya petrografi sedimen sebagai disiplin ilmu baru


dengan penekanan pada studi sayatan tipis sedimen purba
dan analisis laboratorium mengenai tekstur dan mineralogi
sedimen lepas.

4. Studi tiga dimensi sedimen serta analisis lingkungan


berdasarkan geometri, penampang vertikal dan struktur
sedimen. Perkembangan ini meliputi studi lapangan dan
laboratorium sehingga lebih tepat disebut sedimentologi
Pengertian Sedimentologi

Sejarah Sedimentologi

Kaitan Sedimentologi dengan ilmu- ilmu lain

Aplikasi Sedimentologi
Kaitan Sedimentologi dengan ilmu-ilmu lain

Triangular diagram that shows the relationship between sedimentology


and the fundamental sciences (Selley, 2000)
Pengertian Sedimentologi

Sejarah Sedimentologi

Kaitan Sedimentologi dengan ilmu- ilmu lain

Aplikasi Sedimentologi
Aplikasi Sedimentologi

Sumber : (Selley, 2000)


NILAI EKONOMIS DARI SEDIMEN

Menurut data statistik yang ada saat ini, sekitar 8590%


produk mineral tahunan berasal dari mineral sedimenter dan
endapan bijih (Goldschmidt, 1937).
Kenyataan itu sudah cukup menjadi alasan untuk mempelajari
sedimentologi.

Sedimen memiliki nilai ekonomis karena beberapa hal:

Merupakan wadah tempat dimana bahan bakar fosil (migas)


serta air terkandung.

Merupakan material bahan bakar, misalnya batubara dan


serpih minyak (oil shale).

Merupakan material baku industri keramik, semen portland,


serta bahan bangunan.

Material tempat dimana mineral logam dan non-logam


terakumulasi.
NILAI EKONOMIS DARI SEDIMEN

Sedimentologi perlu dipahami karena pemahaman tentang proses-


proses pembentukan, pergerakan, dan pengendapan sedimen
sangat penting artinya dalam dunia rekayasa dan geomorfologi,
terutama untuk memahami dan mengantisipasi fenomena erosi
pantai, pembuatan pelabuhan, manajemen dataran banjir, dan
erosi tanah.

Jadi, tidak salah bila dikatakan bahwa untuk menjadi ahli


geologi-ekonomi, seseorang pertama-tama harus menjadi ahli
sedimentologi.
Pertemuan-2 & 3

Partikel Sedimen

Jenis Partikel Sedimen

Bentuk Partikel Sedimen; Sphericity dan Roundness

Tekstur permukaan sediment permukaan

Ukuran dan Sebaran partikel sedimen

Bahan penyusun partikel sedimen


TERIMA KASIH

You might also like