Professional Documents
Culture Documents
Pengertian Sedimentologi
Sejarah Sedimentologi
Aplikasi Sedimentologi
Pengertian Sedimentologi
Lingkungan pengendapan
Secara umum lingkungan pengendapan dibedakan dalam tiga
bagian yaitu: Lingkungan Pengendapan Darat, Transisi dan Laut.
Ketiga lingkungan pengendapan ini, dimana batuan yang
dibedakannya masing-masing mempunyai sifat dan ciri-ciri
tertentu
Pengertian Sedimentologi
Pengangkutan (transportasi)
Media transportasi dapat berupa air, angin maupun es, namun
yang memiliki peranan yang paling besar dalam sedimentasi
adalah media air.
Pengendapan
Kompaksi
Kompaksi terjadi karena adanya gaya berat/gravitasi dari
material-material sedimen sendiri, sehingga volume menjadi
berkurang dan cairan yang mengisi pori-pori akan bermigrasi
ke atas
Diagenesis
Diagenesis adalah perubahan yang terjadi setelah
pengendapan berlangsung, baik tekstur maupun komposisi
mineral sedimen yang disebabkan oleh kimia dan fisika
Pengertian Sedimentologi
Sejarah Sedimentologi
Aplikasi Sedimentologi
Sejarah Sedimentologi
Tulisan tertua yang mengungkapkan berbagai bentuk spekulasi tentang
proses sedimentasi alami dapat ditemukan dalam karya orang-orang Yunani
kuno (Krynine, 1960).
Studi sayatan tipis kemudian lebih banyak dikembangkan oleh para ahli
petrologi batuan beku, khususnya para ahli petrologi Jerman seperti
Rosenbusch dan Zirkel.
Sebaliknya, teknik itu justru agak diabaikan oleh para ahli yang
menggeluti batuan sedimen. Hal itu mungkin terjadi karena generasi ahli
sedimen saat itu lebih terdidik sebagai ahli stratigrafi, bukan ahli
petrologi sedimen atau ahli sedimentologi. Namun, masih ada beberapa
orang yang dapat dipandang sebagai pengecualian, misalnya Lucien Cayeux
dari Perancis. Studi sayatan tipis batuan sedimen, yang pernah
ditinggalkan, kini ini kembali mendapat perhatian yang cukup serius
dari kalangan
Pada akhir abad 19 serta awal abad 20, para ahli petrologi sedimen
lebih banyak menujukan perhatian pada pemelajaran mineralogi sedimen,
khususnya mineral berat (BJ > 2,85).
Studi mineral berat umumnya dilakukan oleh para ahli Eropa. Hasil
penelitian Illing (1916), yang menunjukkan bahwa endapan sedimen dalam
cekungan tertentu cenderung mengandung kumpulan mineral berat tertentu,
telah mendorong munculnya apa yang disebut sebagai korelasi mineral
berat (heavy-mineral correlation). Kegunaan mineral berat sebagai
alat korelasi dan penerapannya dalam korelasi bawah permukaan dalam
kegiatan eksplorasi migas telah menambah daya tariknya.
Makin lama pemelajaran mineral berat makin kurang diminati para ahli
sedimen. Hal itu terjadi karena:
(1) timbulnya keraguan akan kesahihan korelasi yang didasarkan pada
kehadiran mineral berat seperti yang diajukan oleh Sidowski dan
Weyl;
(2) adanya perkembangan baru, yakni pemakaian mikrofosil dan well logs
sebagai alat korelasi bawah permukaan. Agaknya sebab kedua itulah
yang mengakhiri era studi mineral berat.
Pada 1919, thesis master C. K. Wentworth yang berjudul A Field and
Laboratory Study of Cobble Abrasion diterbitkan dalam Journal of
Geology.
Wentworth, yang pada waktu itu merupakan mahasiswa pasca sarjana pada
University of Iowa, mengembangkan satu rancangan baru untuk meneliti
material sedimen. Dia juga mampu mendefinisikan kebundaran sebagai
suatu sifat fisik partikel sedimen yang dapat diukur.
Metoda 14C, yang dikembangkan oleh Libby, dapat diterapkan pada endapan
resen. Metoda 40K/40Ar terbukti dapat diterapkan pada glaukonit, felspar
autigen, mineral lempung, dan silvit yang ditemukan dalam endapan tua.
Analisis isotop dapat digunakan untuk menentukan temperatur purba.
Metoda Ureyberdasar-kan nisbah 16O/18O yang merupakan fungsi dari
temperaturdapat dipakai untuk menaksir temperatur pembentukan cangkang
fosil yang ada dalam endapan bahari.
Berbagai kajian teoritis dan eksperimental tentang stabilitas mineral
pada berbagai kondisi oksidasi-reduksi (Eh) dan pH dilakukan oleh
Garrels dan beberapa ahli lain (lihat Garrels & Christ, 1965).
Penelitian aspek-aspek geokimia sedimen banyak menambah pengertian kita
tentang endapan sedimen. Buku-buku yang membahas tentang topik-topik
geokimia sedimen antara lain adalah Geochemistry of Sediments karya
Degens (1965) dan Principles of Chemical Sedimentology karya Berner
(1971).
Bentuk dan dimensi endapan pasir merupakan salah satu hal yang banyak
menarik perhatian para ahli dan telah dijadikan tema simposium pada
1960 (Peterson & Osmond, 1961). Demikian pula dengan morfologi
terumbu modern dan purba (lihat, misalnya, Reef Issue pada Bullentin
AAPG vol. 34, no. 2).
Kecenderungan untuk mempelajari struktur sedimen mendorong para ahli
untuk memahami cara pembentukannya. Karena banyak diantara struktur
sedimen itu terbentuk oleh arus, maka studi hidrodinamika proses
pembentukan sedimen dan struktur sedimen kemudian mendapat perhatian
khusus.
Sejarah Sedimentologi
Aplikasi Sedimentologi
Kaitan Sedimentologi dengan ilmu-ilmu lain
Sejarah Sedimentologi
Aplikasi Sedimentologi
Aplikasi Sedimentologi
Partikel Sedimen