You are on page 1of 12

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dalam kehidupan ekonomi kita mengenal istilah perusahaan dan badan
usaha. Kedua istilah tersebut berbeda tetapi diberi pengertian sama. Artinya
sebagai suatu organisasi yang didalamnya deselenggarakan kerjasama antara
faktor produksi unuk menghasilkan barang atau jasa untuk melayani
kepentingan umum sekaligus kelangsungan usaha.
Pemilihan bentuk perusahaan merupakan masalah yang timbul pada saat
perusahan di dirikan. Pemilihan bentuk perusahaan perlu pertimbangan yang
matang untuk mencegah terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan. Dengan
bentuk yang jelas menurut hukum dapat diharapkan bahwa perusahaan akan
dapat dengantegas menentukan langkah-langkah yang harus dilakukan untuk
mencapai tujuan.
Pemerintah Indonesia mendirikan BUMN dan BUMD dengan dua
tujuan utama, yaitu tujuan yang bersifat ekonomi dan tujuan yang bersifat
sosial. Dalam tujuan yang bersifat ekonomi, BUMN dan BUMD dimaksudkan
untuk mengelola sektor-sektor bisnis strategis agar tidak dikuasai pihak-pihak
tertentu.

B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah pada makalah ini adalah:
1. Apa pengertian BUMD?
2. Apa dasar hukum BUMD?
BAB I
PEMBAHASAN

A. Pengertian BUMD dan dasar Hukum


Badan usaha milik negara yang dikelola oleh pemerintah daerah disebut
badan usaha milik daerah (BUMD). Perusahaan daerah adalah perusahaan yang
didirikan oleh pemerintah daerah yang modalnya sebagian besar / seluruhnya
adalah milik pemerintah daerah. Tujuan pendirian perusahaan daerah untuk
pengembangan dan pembangunan potensi ekonomi di daerah yang
bersangkutan. Contoh perusahaan daerah antara lain: perusahaan air minum
(PDAM) dan Bank Pembangunan Daerah (BPD). Badan Usaha Milik Daerah (
BUMD ) memiliki kedudukan sangat panting dan strategis dalam menunjang
pelaksanaan otonomi.
Oleh karena itu, BUMD perlu dioptimalkan pengelolaannya agar benar-
benar menjadi kekuatan ekonomi yang handal sehingga dapat berperan aktif,
baik dalam menjalankan fungsi dan tugasnya maupun sebagai kekuatan
perekonomian daerah. Laba dari BUMD diharapkan memberikan kontribusi
yang besar terhadap Pendapatan Asli Daerah. Otonomi daerah memberikan
konsekuensi yang cukup besar bagi peran Badan Usaha Milik Daerah ( BUMD
) dalam menopang Pendapatan Asli Daerah (PAD). Sesungguhnya usaha dan
kegiatan ekonomi daerah yang bersumber dari BUMD telah berjalan sejak lama
sebelum UU tentang otonomi daerah disahkan. Untuk mencapai sasaran tujuan
BUMD sebagai salah satu sarana PAD, perlu adanya upaya optimalisasi BUMD
yaitu dengan adanya peningkatan profesionalisasi baik dart segi manajemen.
sumber daya manusia maupun sarana dan prasarana yang memadai sehingga
memiliki kedudukan yang sejajar dengan kekuatan sektor perekonomian
lainnya.
B. Dasar Hukum BUMD
Dasar hukum pembentukan BUMD adalah berdasarkan UU No 5 tahun
1962 tetang perusahaan daerah. UU ini kemudian diperkuat oleh UU No 5 tahun
1974 tentang pokok-pokok pemerintahan daerah (Nota Keuangan RAPBN,
1997/1998).

C. Ciri-Ciri BUMD
Ciri-ciri BUMD adalah sebagai berikut:
1. Pemerintah memegang hak atas segala kekayaan dan usaha
2. Pemerintah berkedudukan sebagai pemegang saham dalam pemodalan
perusahaan
3. Pemerintah memiliki wewenang dan kekuasaan dalam menetapkan
kebijakan perusahaan
4. Pengawasan dilakukan alat pelengkap negara yang berwenang
5. Melayani kepentingan umum, selain mencari keuntungan
6. Sebagai stabillisator perekonomian dalam rangka menyejahterakan rakyat
7. Sebagai sumber pemasukan negara
8. Seluruh atau sebagian besar modalnya milik negara
9. Modalnya dapat berupa saham atau obligasi bagi perusahaan yang go public
10. Dapat menghimpun dana dari pihak lain, baik berupa bank maupun nonbank
11. Direksi bertanggung jawab penuh atas BUMN, dan mewakili BUMN di
pengadilan

D. Tujuan Didirikan BUMD


Tujuan Pendirian BUMD:
1. Memberikan sumbangsih pada perekonomian nasional dan penerimaan kas
negara
2. Mengejar dan mencari keuntungan
3. Pemenuhan hajat hidup orang banyak
4. Perintis kegiatan-kegiatan usaha
5. Memberikan bantuan dan perlindungan pada usaha kecil dan lemah
6. melaksanakan pembangunan daerah melalui pelayanan jasa kepada
masyarakat
7. penyelenggara kemanfaatan umum, dan peningkatan penghasilan
pemerintah daerah
Berdasarkan kategori sasarannya secara lebih detail, BUMD dibedakan
menjadi dua yaitu sebagai perusahaan daerah untuk melayani kepentingan
umum yang bergerak di bidang jasa dan bidang usaha. Tetapi, jelas dari kedua
sasaran tersebut tujuan pendirian BUMD adalah untuk meningkatkan PAD.

E. Fungsi
Pelaksana kebijakan pemerintah daerah dalam bidang ekonomi dan
pembangunan.
1. Pemupukan dana bagi pembiayaan pembangunan .
2. Penyusun kebijakan teknis administratif di bidang; investasi, promosi,
kerjasama investasi, pemberdayaan BUMD serta pelayanan perijinan
terpadu.

F. Peran
1. Mendorong peran serta masyarakat dalam bidang usaha .
2. Memenuhi barang dan jasa bagi kepentingan masyarakat .
3. Menjadi perintis kegiatan yang kurang diminati masyarakat.
Peran BUMD yang diharapkan cukup besar untuk menopang PAD ini
dalam kenyataannya jauh dari harapan. Peran dan kontribusi laba BUMD dalam
penerimaan PAD di daerah baik tingkat satu maupun tingkat dua masih sangat
kecil. Komposisi PAD rata-rata di seluruh Provinsi di Indonesia adalah 81,60
persen dari pajak daerah 9,64 persen dari retribusi daerah, 6,43 persen dari PAD
lain-lain, dan hanya 2,33 persen berasal dari laba BUMD. Peran dan kontribusi
laba BUMD untuk menopang PAD di seluruh provinsi di Indonesia yang
terbesar adalah Sulawesi Tenggara (14,14%), kemudian menyusul berturut-
turut Kalimantan Selatan (8,43%), Sulawesi Utara (5,15%), Bengkulu (4,93%),
NTB (4,25%), dan seterusnya hingga yang terkecil Jawa Timur (0,07%) (data
Nota Keuangan RAPBN tahun Anggaran 1999/2000). Melihat kinerja BUMD
di Jawa Timur (Jatim) yang menempati tempat paling buncit dari komposisi
laba BUMD untuk menopang PAD sungguh sangat menyedihkan. Dari 11
BUMD yang ada di Jatim hanya ada satu BUMD yang tergolong sangat sehat
yaitu Bank Jatim. Laba BUMD yang disetor dalam PAD tahun 2007 (Rp 89
miliar) sedangkan tahun 2008 (Rp 239,3 miliar). Jumlah tersebut memberikan
kontribusi 85 persen dari jumlah total laba 11 BUMD dalam PAD. Sedangkan
kinerja terparah BUMD di Jatim disumbangkan oleh PT Jatim Investmant
management (PT JIM). Tahun 2008, PT JIM tercatat menderita rugi bersih Rp
30 miliar. Pada tahun 2007 sumbangan PAD juga nol besar. Padahal, perusahan
yang berkantor di Jalan Tunjungan ini telah menghabiskan APBD Jatim hingga
Rp 40,3 miliar. Perlu juga dicatat bahwa selama tiga tahun terakhir (2007-
2009), Pemprov Jatim telah mengucurkan modal awal untuk 11 BUMD sebesar
Rp 715 miliar dari kewajiban setor modal sebesar Rp 2,2 triliun. Sedangkan
untuk tahun APBD 2010, anggaran modal untuk BUMD dialokasikaan di
kisaran Rp 86 milliar. Sebagai analogi uang sebesar Rp 715 miliar apabila
dimasukkan dalam SBI dengan suku bunga 10 persen pertahun maka Pemprov
Jatim sudah mendapatkan imbal hasil Rp 214.5 miliar.

G. Faktor Penyebab Buruk Performance BUMD


Kinerja BUMD yang buruk ini disebabkan oleh banyak faktor. Baik dari
dalam dan dari luar BUMD itu sendiri. Kita sudah sering mendengar bahwa
BUMD ini dikelola oleh orang-orang yang tidak cukup cakap. Banyak terjadi
penempatan direksi dan bahkan tenaga kerja yang kurang didasarkan pada
pertimbangan profesionalisme, skill, dan kompetensi. Bahkan, beberapa
penempatan di BUMD sebagai "tempat buangan" bagi pejabat yang tergeser
kedudukannya. Ketimpangan kompetensi ini mengakibatkan lemahnya
kemampuan manajemen perusahaan serta lemahnya kemampuan pelayanan dan
pemasaran sehingga sulit bersaing dengan perusahaan yang dikelola swasta
murni. Jumlah pegawai yang tidak berkualitas ini cukup memberikan beban
fixed operation head yang besar bagi neraca keuangan perusahaan. Kurang
adanya spesialisasi dan konsentrasi utama dalam bidang usaha perusahaan
daerah juga menyebabkan efesiensi yang rendah dan beban biaya operasional
yang ditanggung menjadi relatif lebih besar. Faktor internal lainnya adalah
kurangnya perhatian dan kemampuan atas pemeliharaan aset yang dimiliki yang
berakibat rendahnya produktivitas, mutu, serta ketepatan produksi.
Management asset yang acak adut dan neraca keuangan yang selalu negatif
mengakibatkan ketidakmampuan BUMD untuk menambah belanja modal
(pemberian alat baru, preventif, dan prediktif maintenance, dan lain-lain). Hal
ini mengakibatkan rata-rata kondisi mesin dan peralatan sudah tua serta
ketinggalan zaman dibandingkan usaha sejenis lainnya. Faktor eksternal yang
berpengaruh cukup besar adalah kurangnya koordinasi antar BUMD dalam
kaitannya dengan industri hulu dan hilir (Analisa Depkeu 1997).
Strategi Penyehatan BUMD
Untuk memperbaiki kinerja BUMD ada beberapa langkah yang bisa
dilakukan sebagai solusi praktis yaitu: Pertama, menempatkan orang-orang
yang profesional yang memiliki skill dan kompetensi sesuai bidang usaha
BUMD yang digarap. Selain itu peningkatan kompetensi dan profesionalisme
direksi beserta stafnya dalam menjalankan perusahaan sebagai usaha komersial
murni yang mengutamakan pertimbangan efesiensi dan pencapaian laba usaha
yang memadai. Direksi dan staff yang ditempatkan di BUMD haruslah orang-
orang yang mempunyai jiwa dan semangat wiraswasta/ entrepeneurship dalam
menjalankan operasional usaha. Kedua, pemberian wewenang dan
pendelegasian kebijakan yang lebih besar dan luas oleh pimpinan daerah kepada
BUMD dalam operasionalnya. BUMD tidak boleh dijadikan sapi perah atau
kereta politik bagi kepentingan birokrat maupun partai politik. Tujuan semata-
mata adalah tetap profit oriented untuk menambah PAD. Ketiga, mengatasi
kelemahan internal dengan penetapan kembali core bisnis, likuidasi unit usaha
yang selalu merugi. Memperbaiki sistem manajemen dengan cara memperluas
pangsa pasar dengan mempertahankan pasar lama dan mencari pasar baru,
mengadopsi teknik produksi baru yang lebih efesien dan efektif. Dan, yang
terakhir memperbaiki koordinasi antar BUMD dalam industri hulu dan hilir.
Memaksimumkan peluang eksternal berupa upaya kerja sama yang saling
menguntungkan dengan perusahaan sejenis atau yang ada keterkaitan. Bentuk
kerja sama bisa berupa joint venture atau bentuk kerja sama lainnya.
Tinjauan Peraturan Perundang-Undangan Tentang BUMD
UU No. 5 Tahun 1962 sudah tidak relevan dan kurang mampu mengakomodasi
penyelenggaraan BUMD dan justru membuka celah salah kelola dan
penyimpangan
Ketentuan UU No. 5 Tahun 1962 yang perlu direvisi:
1. Dasar dan tatacara pendirian BUMD
2. Bentuk BUMD yang memaksimalkan profit dan yang memaksimalkan
pelayanan public
3. Kerjasama dengan pihak ketiga
4. Mekanisme kepemilikan dan pengambilan keputusan BUMD
5. Pengangkatan dan kewenangan direksi
6. Perencanaan jangka panjang dan pendek perusahaan
7. Pertanggungjawaban dan pengawasan BUMD
8. Kepegawaian
9. Kebijakan manajemen peningkatan kinerja BUMD: restrukturisasi dll.

H. Contoh BUMD Sragen


1. PDAM Kabupaten Sragen
PDAM Kabupaten Sragen merupakan leading sector di bidang
penyediaan air bersih yang dimiliki oleh Pemerintah Kabupaten Sragen.
Seluruh pengelolaan dan penyediaan kebutuhan air bersih di kelola
dengan baik oleh PDAM Kabupaten Sragen. Sebagai Badan Usaha Milik
Daerah (BUMD), PDAM Kabupaten Sragen mempunyai target besar
dalam rangka mencapai MDGs 2015.
Target di tahun 2013 adalah mendapat sambungan baru sebanyak
6500 pelanggan. Dalam menyongsong target tersebut, pada akhir tahun
ini tepatnya bulan September sampai dengan Desember 2012 PDAM
Sragen melakukan evaluasi secara menyeluruh. Evaluasi yang dilakukan
adalah evaluasi di bidang teknik dan administratif. Evaluasi di bidang
teknik adalah dengan mencatat secara terperinci kapasitas debit air yang
dimiliki, evaluasi jaringan distribusi dan sebagainya. Oleh sebab itu pada
akhir tahun ini PDAM Sragen untuk sementara tidak melayani
pemasangan sambungan baru.
Pemasangan sambungan baru akan dilayani kembali di tahun
2013. Dengan dukungan dari berbagai pihak, baik dari internal maupun
eksternal, diharapkan target tersebut dapat tercapai dengan sukses.
Sehingga PDAM Sragen semakin menjadi leading sector di bidang
penyediaan dan pengelolaan air bersih di Kabupaten Sragen. (bams)
2. Bank Djoko Tingkir
3. BPR/ BPK
4. PD PAL
5. Bengkel Terpadu
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Badan usaha milik negara yang dikelola oleh pemerintah daerah disebut
badan usaha milik daerah (BUMD). Perusahaan daerah adalah perusahaan yang
didirikan oleh pemerintah daerah yang modalnya sebagian besar / seluruhnya
adalah milik pemerintah daerah.
Dasar hukum pembentukan BUMD adalah berdasarkan UU No 5 tahun
1962 tetang perusahaan daerah. UU ini kemudian diperkuat oleh UU No 5 tahun
1974 tentang pokok-pokok pemerintahan daerah (Nota Keuangan RAPBN,
1997/1998).
BUMD belum mampu memberikan kontribusi ke PAD pada sejumlah
daerah karena merugi atau daerah tidak memiliki BUMD
2. Peranan BUMD bagi Pemerintah Daerah tingkat Provinsi masih kecil.
Provinsi masih bertumpu pada pajak daerah dan retribusi
Perkembangan banyaknya jumlah perusahaan BUMD telah cukup meningkat
sejak awal Pelita I (122 buah menurut Biro Analisa Keuangan Daerah, 1997)
telah mencapai 613 buah pada tahun 1995 (BPS, 1997), namun tahun-tahun
belakangan ini cenderung agak menurun, yaitu 611 buah (1996) dan 607 buah
(1997).
Pertambahan kuantitas itu ternyata kurang disertai dengan peningkatan
kinerja BUMD secara umum dan secara keseluruhannya. Hal ini diantaranya
tercermin dari masih banyaknya permasalahan dan hambatan yang dihadapi
oleh BUMD, rendahnya kontribusi laba BUMD terhadap keuangan (PAD)
Pemerintah Daerah, serta relatif buruknya kondisi keuangan BUMD pada
umumnya, dan berbagai kelemahan lainnya. Dalam hubungan ini dapat
ditambahkan bahwa pada tahun 1997 dari jumlah BUMD yang ada yang berlaba
hanya 276 buah (45,5%) dan yang merugi sebanyak 331 buah (54,5%).
Kurang adanya spesialisasi dan konsentrasi utama dalam bidang usaha BUMD
menyebabkan efisiensi yang rendah dan beban biaya operasional yang harus
ditanggung menjadi relatif lebih besar. Sehingga disamping penghasilannya
relative rendah, maka dengan beban utang dan biaya operasional yang tinggi
berakibat laba usaha relatif rendah atau bahkan mengalami kerugian.

B. Saran
Demikian tugas makalah ini kami buat. Kami yakin bahwa tugas yang
saya buat ini masih jauh dari yang namanya kata memadai dan sempurna,
karenanya, arahan, kritikan, dan masukan dari kawan-kawan amat kami
perlukan demi kebaikan makalah ini.
DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, Rozali, Pelaksanaan Otonomi Luas dan Isu Federalisme Sebagai Suatu
Alternatif, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2000.

Andrews, Colin Mac & Ichlasul Amal (eds.), Hubungan Pusat Daerah Dalam
Pembangunan. PT Raja Grafindo Persada, Jakarta, 1993.

Anwar, M. Arsyad, et.al.(eds), Prospek Ekonomi Indonesia dan Sumber


Pembiayaan Pembangunan. Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta,
1992.

http://ensiklopedi.mitrasites.com/arti-bumd.html
TUGAS EKONOMI

Disusun Oleh:
Nama : Agnes Linda Rosa D
No : 02
Kelas : XII IPS 5

SMA NEGERI 3 SRAGEN


TAHUN PELAJARAN 2014 / 2015

You might also like