Professional Documents
Culture Documents
)(
Artinya:
Dia-lah yang menciptakan kamu dari tanah kemudian dari setetes mani, sesudah itu dari
segumpal darah, kemudian dilahirkannya kamu sebagai seorang anak, kemudian (kamu
dibiarkan hidup) supaya kamu sampai kepada masa (dewasa), kemudian (dibiarkan kamu
hidup lagi) sampai tua, di antara kamu ada yang diwafatkan sebelum itu. (kami perbuat
demikian) supaya kamu sampai kepada ajal yang ditentukan dan supaya kamu
memahami(nya).
Islam merupakan agama yang sangat memperdulikan pendidikan anak dalam
kandungan, hal tersebut dibuktikan dengan hal-hal sebagai berikut:
- Diberikannya hak istimewa terhadap ibu yang sedang hamil selama bulan Ramadhan. Jika
merasa khawatir apabila diteruskan berpuasa akan membahayakan kondisi janin dalam
kandungan, maka puasa tersebut dapat diganti dengan membayar kifarat.
- Islam memerintahkan kepada suami yang telah menceraikan istrinya untuk tetap memberikan
nafkah kepada janin yang dikandung.1
1
Erin. Ratna, 2012, Manusia Dalam Perspektif Psikologi Islam, Dept 2 Litbang Kesppi.
Pendengar Doa.(QS. Ali Imran (3);38 ). Kata anak yang baik mengandung makna
jadikanlah anak kami yang shaleh, berakhlaq mulia, dan beradab agar sempurna nikmat
dunia dan akheratnya.
Doa Nabi Ibrahim yang tercantum dalam Al-Qur'an surat As Shaafaat :100 dan An Nahl :
78.
3. Mengajak Berbicara
Indera pendengaran selesai pembentukan pada minggu ke 24.
Indera pendengaran dibantu oleh air ketuban yang merupakan penghantar suara yang
baik.
janin akan mulai mendengar suara aliran darah melalui plasenta, suara denyut jantung
dan suara udara dalam usus.
janin akan bereaksi terhadap suara-suara keras, bahkan bisa membuat janin terkejut
melompat.
mengajak janin berbicara dengan mengelus-elus perut dengan perkataan yang baik,
biasanya respon janin dengan tendangan ke arah perut sang ibu.
4. Menjaga Perilaku.
akhlak orang tua sangat berpengaruh terhadap akhlak anak-anaknya kelak2
2
Qumi. Laila, 2011, Stimulasi Kecerdasan Spiritual Anak Pada Periode Pendidikan Pranatal Dalam
Perspektif Islam, Salatiga : Stain Salatiga.
Para ibu hendaklah menyusukan anak-anaknya selama dua tahun penuh yaitu bagi yang
ingin menyempurnakan penyusuan. Dan kewajiban ayah memberi makan dan pakaian
kepada para ibu dengan cara yang maruf. Seseorang tidak dibebani melainkan menurut
kadar kesanggupannya. Janganlah seorang ibu menderita kesengsaraan karena anaknya,
dan seorang ayah karena anaknya, dan waris pun berkewajiban demikian. Apabila keduanya
ingin menyapih (sebelum 2 tahun) dengan kerelaan keduanya dan permusyawaratan, maka
tidak ada dosa atas keduanya. Dan jika kamu ingin anakmu disusukan oleh orang lain, maka
tidak ada dosa bagimu apabila kamu memberikan pembayaran menurut yang patut.
Bertakwalah kamu kepada Allah dan ketahuilah bahwa Allah Maha Melihat apa yang kamu
kerjakan.
Artinya:
berkata anas; bersabda Nabi saw; anak itu pada hari ketujuh dari lahirnya disembilihkan
aqiqah dan diberi nama serta dicukur rambutnya, kemudian setelah umur enam tahun dididik
beradab, setelah Sembilan tahun dipisah tempat tidurnya, bila telah umur 13 tahun dipukul
karena meninggalkan sembahyang. Setelah umur 16 tahun dikawinkan oleh orang tuanya
(ayahnya), ayahnya berjabat tangan dan mengatakan; saya telah mendidik kamu, mengajar
dan mengawinkan kamu. Saya memohon kepada Tuhan agar dijauhkan dari fitnahmu di
dunia dan siksamu di akhirat.
2. MASA KANAK-KANAK (THUFULAH): 2-7 tahun
- perkembangan fisik: anak bertambah kuat dan mulai ingin banyak belajar (stronger,
longer and learner)
- perkembangan kognitif: mulai berpikir dan ingin tahu alasan sebab akibat
- perkembangan emosional dan social: 2-5 tahun mulai mengatur perasaan, teman sangat
penting.
- Perkembangan Bahasa: usian 2 tahun menyebutkan puluhan kata dan usia 5 thun mapu
bercerita.
- Perkembangan sensorik dan motorik: usia 2 tahun naik tangga, menendang bola,
memegang pensil dll. Usia 5 tahun memakai dan melepas pakaian sendiri.
- masa untuk memberikan dasar-dasar Tauhid
- tauhid adalah ilmu tentang keesaan Allah dan pembuktiannya (berkaitan dengan akidah)
- masa untuk menanamkan pondasi
- pada tahap 0-7 tahun, anak disebut sebagai tuan atau master dari orangtuanya. Anak
bermain secara penuh karena anak belum siap untuk dididik melalui instruksi formal
namun bukan berarti anak tidak mampu menangkap dan mengerti apapun. Anak belajar
dari observasi dan imitasi sehingga pengaruh lingkungan sangat besar
- Impresi yang didapat pada masa kanak-kanak sangat sulit untuk dihapus sehingga bila
sejak dini diajarkan maka anak akan selalu dekat dengan agamanya
- Tugas Perkembangan:
a) pertumbuhan potensi-potensi indera psikologis, seperti pendengaran, penglihatan, dan
hati nurani. (QS. Al-Nahl : 78)
b) mempersiapkan diri dengan cara membiasakan hidup yang baik, seperti dalam
berbicara, makan, bergaul, dan penyesuaian diri dengan lingkungan, serta berperilaku.
Pembiasaan ini terutama pada aspek-aspek afektif;
c) pengenalan aspek-aspek doktrinal agama, terutama yang berkaitan dengan aqidah
/keimanan.
- Pengajaran yang di ajarkan kepada anak :
a) usia 3 tahun, ajarkan ia mengucapkan la illaha illallah muhammadar rasulullah
b) usia 4 tahun, ajarkan mengucapkan sallalahu ala muhammadin wa ala ali Muhammad
c) usia 5 tahun, bila ia sudah dapat membedakan antara tangan kanan dan tangan kiri.
Ajak anak ia menghadap kiblat dan ajarkan sujud
d) usia 6 tahun, ajarkan anak shalat dan ajarkan ruku dan sujud.
e) Usia 7 tahun, ajarkan anak untuk mencuci muka dan tangannya kemudian ajak untuk
shalat
f) Ini akan berlanjut hingga mencapai usia 9 tahun, kemudian ia harus diajarkan ritual
sesungguhnya untuk berdoa dan shalat
Al-Alqami dalam kitab Tuhfatul Ahwadzi dalam syarah Al-Jamiush Shaghir berkata
Hendaklah mengajarkan mereka hal-hal yg diperlukan mengenai shalat di antaranya
tentang syarat-syarat dan rukun shalat. Dan memerintahkan mereka utk mengerjakan shalat
setelah belajar. Dia katakan juga bahwa Diperintah-kannya memukul itu hanyalah
terhadap yg telah berumur sepuluh tahun krn saat itu ia telah mampu menahan derita
pukulan pada umumnya. Dan yang dimaksud dgn memukul itu pukulan yang tidak
membahayakan dan hendaknya menghindari wajah dalam memukul.
3
Fauzil. Adhim, 1996, Mendidik Anak Menuju Taklif, Yogyakarta : Pustaka Pelajar.