Professional Documents
Culture Documents
IV
KRITIK IBNU TAIMIYAH TERHADAP FILSAFAT, LOGIKA, ILMU KALAM
DAN TARJIHNYA TERHADAP USLUB AL-KITAB DAN AS-SUNNAH
Berikut ini kami ketengahkan penjelasan dan kritik Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah
terhadap filsafat, logika, ilmu kalam dan tarjihnya terhadap uslub Al-Kitab dan As-
Sunnah.
Beliau rahimahullah telah memperlakukan filsafat, logika, dan ilmu kalam dengan
penuh kritik terinci. Beliau menegaskan keutamaan uslub-uslub (metodologi) Al-Kitab
dan As-Sunnah di atas ilmu pengetahuan ini, dikuatkan dengan hujjah (argumen dan
dalil). Agar kita juga dapat memprediksi sejauh mana pentingnya ilmu ini, kita harus
mengenal terlebih dahulu unsur-unsur yang difungsikan sebagai kekuatan luhur dalam
dunia Islam. Perlu pula kita kenal hal-hal lain sebagai kontrol terhadap ide-ide serta
perumpamaan yang dianggap penting oleh Ibnu Taimiyah.
1
Mu'tazillah adalah kelompok yang menempatkan (kedudukan) akal diatas wahyu. Mereka menghukumi wahyu (Al-
Qur'an dan As-Sunnah) dengan timbangan akal. Jika seolah-olah ada pententangan antara wahyu dan akal, maka
mereka mengutamakan akal dan menolak wahyu baik dengan cara menolak keseluruhan atau mentakwil dan
menyimpangkan makna dari ayat Al Qur'an dan sabda Rasulullah . Setiap Mu'tazillah adalah Jahmiyah (nisbat
kepada pendirinya, Jahm bin Sofwan, mulhid, kafir), yaitu setiap kelompok yang menolak Asma (nama) atau Shifat
Allah yang telah ditetapkan oleh Al-Qur'an dan As-Sunnah, walaupun hanya mengingkari satu saja. Para ulama
bahkan Imam yang empat, Imam Abu Hanifah, Imam Malik, Imam Syafi'iy, Imam Ahmad dan Ulama-Ulama Salaf
yang lain menhukumi kafirnya Jahmiyah. Untuk menghukumi perseorangannya (tunjuk hidung) tentunya setelah
Iqamatul hujjah, terpenuhi syarat- syaratnya dan hilang mawani'-mawani' (penghalang-penghalang)-nya dan
dilakukan oleh ulama. (Penjelasan Ustadz Aris dalam Aqidah Imam yang Empat).
2
Thabaqat Al-Umam, hal. 47. (biwashithoti (melalui) kitab 'Syaikhul Islam Ibnu Taymiyyah' karya Syaikh Abul
Hasan Ali An Nadwi)* *saya beri kode 'A' untuk penyingkatan dalam catatan kaki selanjutnya insyaallah).
-1-
Rahasia-rahasia tersebut hanya terkandung dalam buku-buku karya para filosof
dan penelitinya, seperti Plato dan tokoh-tokoh yang lain. Buku-buku karya Aristoteles
telah mencapai keajaiban di tengah-tengah dunia Islam karena kandungan ilmu
pengetahuan dan penelaahannya yang lebih banyak dari yang lain. Hal itu mungkin
muncul sebelum munculnya para penerjemah yang pada umumnya dari kalangan
orang-orang Nasrani Nistor dan Ya'qub serta dari kalangan filosof Jundisabur dan
Hiran. Adakalanya karena kepribadian mereka sendiri atau kerena masa Aristoteles,
dalam buku tersebut disebutkan nama-nama yang lain. Mungkin juga karena buku-
bukunya sudah memuat pembahasan para filosof kuno dengan pembukuan dan
penyusunan yang sudah sistematis. Dengan demikian, terjadi keserupaan filsafat
Yunani dan filsafat kuno dan hal yang mendorongnya, serta rumusan filsafat dan
tanda-tandanya dalam dunia Islam. Di antara kejahatan bagi dunia Islam, para filosof
Yunani tidak mendapat bagian kecuali orang yang tidak mengetahui semua itu untuk
mengkaji agama-agama samawi dan hakikat kebenarannya.4 Dia sebagai motivator
gerakan Maddiyah (gerakan yang mengatakkan bahwa tak ada yang maujud kecuali
benda). Dia juga termasuk tokoh pendukung hal tersebut. Berikut ini uraian secara
rinci.
-2-
muncul. Ilmu-ilmu Islam yang tengah ada di kalangan dunia Islam dan disebut
sebagai bendera pembawa filsafat Yunani mulai terkena pengaruh dan kebesaran
Aristoteles. Aristoteles dilihatnya di atas segala kritikan dan kenyataan yang ada.
Kehausan dan ketakjuban terhadap kepribadian Aristoteles semakin hari semakin
bertambah di kalangan para filosof. Hampir saja Aristoteles di tempatkan pada posisi
yang penuh kesucian dan kebesaran dalam dunia filsafat. Setiap generasi setelahnya
selalu mengatakan bahwa Aristoteles berdiri di atas kesucian dan keagungan.
Mengenai Aristoteles dan plato, Abu Nashr Al-Farabi (Wafat tahun 339 H/950 M)
berkata:
"Kedua filosof ini adalah pencipta filsafat, asal usulnya, sekaligus
penyempurnaannya. Mereka juga terpercaya mengenai sedikit dan banyaknya
fisafat."6
Abu Ali Sina (Wafat tahun 428) adalah orang yang paling mengakui kebesaran
Aristoteles dan penguasaan terhadap filsafat Al-Farabi. Beliau mengatakan dalam
sebuah kitabnya Asy-Syifa': "Tiada Aristoteles sejak zaman dahulu melainkan
keputusan dan penelitian yang dikemukakannya tidak lagi memerlukan tambahan
sedikitpun."7
Tiada satu batas pun Ibnu Rusydi dalam menghormati Aristoteles, sehingga
beliau hampir saja menuhankan Aristoteles. Ibnu Rusydi telah menyusun kata-kata
yang menunjukkan bahwa Aristoteles di atas kedudukan manusia sempurna, baik akal
ataupun kebesarannya. Seandainya saja Ibnu Rusydi mengatakan bahwa Tuhan itu
lebih dari satu, niscaya dia akan menjadikan Aristoteles sebagai tuhan dari tuhan-
tuhan tersebut.8
Pada abad VII H tampaklah kepribadian Nashiruddin Ath-Thusi (wafat tahun 672
H) di tengah-tengah filsafat. Hal itu dapat diketahui karena majlis ta'lim tentang
filsafat menyandang nama Muhaqqiq Ath-Thusi. Pada waktu itu dunia Islam
tercengang dan mengalami kakacauan karena bangkitnya orang-orang Tatar dan
hancurmya Baghdad. Dunia Islam mengalami kemerosotan ilmu pengetahuan secara
total. Perlu diketahui bahwa Nashiruddin Ath-Thusi adalah pembawa bendera Ilmu
pengetahuan dan filsafat Yunani, termasuk orang dekat Ghulaku Khan, sekaligus
sebagai penasihatnya. Kegiatan belajar-mengajar serta buku-buku yang diajarkannya
sudah diurus oleh para muridnya terutama Quthbuddin Asy-Syairazi yang dikenal
dengan nama Quthbuddin Ar-Razi. Atas jasa merekalah, sistem belajar-mengajar
yang khas telah ditemukan di Iran. Filsafat dan logika sebagai sentralnya. Sebenarnya
Nashiruddin Ath-Thusi sudah menjalin hubungan dengan majlis ta'lim yang menyebut
Aristoteles sebagai contoh, dan penelitiannya sebagai titik akhir. Beliau tidak
menerima filsafat Aristoteles yang bertentangan dengan Imam Ar-Razi. Beliau
membuang jiwa-jiwa baru dalam filsafatnya.
Kritik terhadap filsafat dan Logika Serta Pengaruh Ibnu Taimiyah Dalam .C
Hal Tersebut
Sepuluh tahun sebelum Nashirudin Ath-Thusi wafat, filsafat dan logika telah
mencapai kemenangan dan keemasan karena pengaruh Nashiruddin Ath-Thusi
bersama murid-muridnya yang mahir. Pada masa itu puncak kepandaian dan standar
kemuliaan seseorang dipandang dari segi kajian dan dan diskusinya mengenai kedua
hal tersebut. Tidak ada seorang pun yang berani membantah, apalagi menentangnya.
Para ilmuan hadits dan fiqih tiada yang menguasai permasalahan ini. Mayoritas
mereka berfatwa dengan menghormati filsafat dan logika. Seluruh dunia Islam hidup
6
Kumpulan pendapat dari kedua filosof itu. A
7
Cuplikan dari makalah Al-Allamah Syubli An-Nu'mani, , "Bainal Islam wa Filsafatil Yunani", yang sudah tersebar
luas dalam majalah An-Nadwah, Jus I: dinukil dari kitab Asy-Syifa'. A
8
Buku sejarah filosof Islam Timur dan Barat, Lutfi Jum'ah, hal. 155. A
-3-
di bawah penelitiannya. Saat terjadi pertemuan antara dunia Islam dan filsafat Yunani
terjadilah keragu-raguan, bahkan telah dijumpai adanya keingkaran terhadap hakekat
sesuatu. Adapun hal-hal yang jauh darinya dan mustahil akan terjadi pertemuan
antara keduanya, maka terjadilah suatu kelemahan di dalamnya.
Berperang melawan hal ini merupakan keperluan menuju kritikan yang jelas
serta uraian ilmiyah tentang kebebasan berfilsafat dan berfikir serta menyingkirkan
obyek-obyek yang lemah menurut ilmu pengetahuan. Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah
telah memenuhi kebutuhan pada masa ini. Beliau selalu memberikan kritik terhadap
filsafat Yanani. Penelitiannya ilmiyah, dikuatkan dalil-dalil. Beliau menentang
Aristoteles secara ilmiyah dari satu sisi ke sisi yang lain. Beliau membantah segala
sesuatu yang disebutkan oleh para filosof tentang kepribadian seseorang diatas
manusia yang berkualitas dan selalu tidak membutuhkan kritikan dan sanggahan.
Untuk mencapai tingkatan amaliyah yang tinggi ini dan untuk mengetahui
standar kritikan, arahan, analisa serta asas-asas yang bertentangan dengannya kita
kembalikan pada kitab-kitabnya. Kita ambil intisari serta kutipan-kutipan yang sudah
mulai tampak arah pandangan dan metode pemikirannya ke tempat-tempat yang
berbeda.
9
Ar-Raddu 'Ala Bakri, hal. 143. A
10
Tafsiru Suratil Ikhlas, hal. 57. A
11
Ar-Raddu 'Alal Mantiqiyyin, hal. 134. A
-4-
Hal penting yang ditentang oleh Ibnu Taimiyah mengenai Filsafat Yunani adalah
sisi ketuhanan. Beliau menegaskan kelemahan dan kekurangan filsafat Yunani dalam
menemukan rahasia ketuhanan dan sedikitnya bagian filsafat dalam hal tersebut.
Berkali-kali beliau menegaskan bahwa filosof selalu gagal, binasa, dan tidak akan tahu
hal itu. Beliau yakin bahwa hal itu tidak ada dalam lapangan filsafat Yunani. Tiada
pula pendapat para filosof Yunani ataupun obyek pembahasan mereka. Mereka
berlebihan dalam menerjuni obyek ini. Mereka menciptakan metode untuk menghina
kondisi kaum muslimin dan menertawakannya. Ibnu Taimiyah berkata:
"Mengenai ilmu alam, para filosof memiliki mutiara dan pembahasan secara
detail, berbeda dengan masalah ketuhanan. Mereka adalah sebodoh-bodoh dan
sejauh-jauh manusia dalam mengetahui hal-hal yang benar. Komentar Aristoteles,
guru mereka, masih terlalu sedikit dan banyak kesalahan."12
Di tempat lain beliau (Ibnu Taimiyah) mengakui kajian mereka tentang ilmu
alam. Akan tetapi, beliau juga meyebut kekrisisan mereka mengenai ketuhanan. Ibnu
Taimiyah berkata:
"Para filosof telah tertipu dalam megetahui dan mengenal Allah . Mengenai para
malaikat, kitab-kitab, serta rasul-rasul-Nya, mereka tidak mengenal sama sekali.
Mereka tidak memperbincangkan ada tidaknya. Hanya para filosof modern yang mau
memperbincangkan hal itu dan mereka adalah orang-orang yang mau memeluk
agama."13
Berkata Ibnu Taimiyah, "Sesungguhnya para pengabdi filsafat Yunani dan
prinsip-prinsipnya telah mengakui bahwa dirinya tidak memiliki sarana-sarana atau
prinsip-prinsip untuk menghasilkan ilmu ini (Ilmu Ketuhanan). Mereka menjelaskan
bahwa untuk mencapai keyakinan dalam hal tersebut masih merasa kesulitan." Ibnu
Taimiyah berkata:
"Sebenarnya para pengabdi filsafat telah menjelaskan bahwa tidak ada satu pun
cara untuk meyakini ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan ketuhanan. Dalam ilmu
tersebut hanya dibicarakan hal yang lebih pantas dan layak. Tiada sesuatu pun dalam
hal ini yang dimiliki mereka melainkan sangkaan belaka. Sesungguhya persangkaan
itu tidak sedikit pun berguna untuk mencapai kebenaran." 14
12
Ma'arijul Wushul, hal. 186. A
13
Tafsir Suratil Ikhlas, hal. 57. A
14
Naqdhul Mantiq, hal. 187. A
-5-
bukanlah orang yang dekat dengannya. Orang-orang kafir dari kalangan Yahudi dan
Nasrani lebih mengenal hal-hal yang berkaitan dengan ketuhanan daripada mereka.
Maksud saya, bukanlah ajaran (wahyu) yang hanya dilakukan oleh nabi-nabi yang
tidak dapat dijangkau orang lain. Hal ini bukanlah pengetahuannya, bukan pula
pengetahuan orang-orang selainnya. Yang aku maksudkan hanyalah ilmu-ilmu
metafisis yang telah diuraikan oleh para rasul kepada umatnya berdasarkan dalil-dalil
metafisis juga. Misalnya, tentang Tuhan dan keesaan-Nya, nama-nama dan sifat-
sifat-Nya, kenabian dan tempat kembali, serta kemaslahatan amal perbuatan yang
memberikan dorongan pelakunya sukses di akhirat. Sebagian besar dari hal itu tidak
mereka singgung. Di samping itu, tidak ada ilmu pengetahuan mereka yang menjadi
dalil mengenai hal itu. Adapun hal-hal yang hanya diketahui para rasul, lalu mereka
menginformasikannya (alam ghaib), hal itu merupakan masalah yang lebih besar
daripada memprioritaskannya atas filsafat. Tujuan membahas ilmu metafisis adalah
menyingkirkan misi yang diajarkan oleh para nabi. Hal itu menempati martabat yang
15
"tinggi
15
Ar-Ra'du 'Alal-Manthiqiyyin, hal. 394-395. A
16
Tafsir Suratil Ikhlas, hal. 60 - 359. A
-6-
Bangsa Yunani adalah Pemuja Bintang-Bintang dan Berhala .H
Dari sejarah Yunani kuno, tampaklah bahwa Yunani memberikan banyak
sumbangan mengenai ilmu-ilmu alam dan matematika. Selama beribu-ribu tahun
kepemimpinan dunia dikuasai oleh akal pikirannya. Mereka memuja bintang-bintang
dan patung-patung di sepanjang sejarah mereka. Mereka dikuasai banyak khayalan
dan angan-angan yang indah. Sejarah modern telah membuang tabir antara patung-
patung di negara Yunani dan pemuja-pemujanya. Kini sudah tidak lagi dapat dihitung
orang yang meragukan bahwa Yunani kuno telah roboh di bawah sinar berhala-
berhala serta di bawah penyembahan bintang-bintang, terutama bintang-bintang
Haikal. Filsafat Yunani sampai ke dunia Islam melalui penerjemahan buku-buku
filsafat, lalu berpindah ke Eropa. Di sana filsafat hanya dibubuhi dengan keimanan
para filosof terhadap berhala dan bintang-bintang ini. Para filosof Yunani
memindahkan ideologi agama dan pendapat mereka yang selalu menyekutukan Allah
menuju istilah-istilah filsafat yang membingungkan. Hal itu dikenal para filosof Islam
yang sebenarnya belum pernah menelaah sejarah agama bangsa Yunani sebagaimana
menelaah hakikat ilmu pengetahuan. Hal ini mereka jadikan media belajar dan
lapangan berpikir. Mereka mencurahkan segala kesungguhan mereka untuk
menetapkan hal tersebut. Di antara hal-hal yang menunjukkan keintelekan dari
kecemerlangan Ibnu Taimiyah, beliau telah berhasil membuka tirai ini beberapa abad
:yang lalu. Beliau berkata
Para filosof Yunani adalah orang-orang yang paling besar peranannya dalam"
menyekutukan Allah . Mereka melakukan pemujaan terhadap bintang-bintang dan
berhala-berhala. Oleh sebab itu, besar semangat mereka dalam mempelajari ilmu
astronomi dan perbintangan dalam rangka pemujaan terhadapnya. Mereka
17
".membangun Haikal-Haikal dalam rangka pemujaan terhadapnya
:Di tempat lain Ibnu Taimiyah berkata
Oleh karena itu, para filosof Yunani, baik kuno ataupun modern "
menginstruksikan kepada pengikutnya untuk berideologi politeisme (menyekutukan
Tuhan). Para filosof Yunani kuno menyebut bintang-bintang sebagai tuhan-tuhan kecil
dan memujanya dengan berbagai macam cara. Dalam agama Islam mereka juga
tidak melarang syirik (menyekutukan Tuhan) dan tidak mengharuskan tauhid
(mengesakan-Nya). Bahkan, mereka membuka jalan kemusyrikan dan
18
".menginstruksikannya atau tidak mengharuskan ajaran tauhid
17
Tafsir Suratil Ikhlas, hal. 60 359. A
18
Naqdhul Mantiq, hal. 177. A
-7-
19
".Yunani yang lain
Aristoteles Sangat Jauh Dari Hakikat Agama .J
Menurut Ibnu Taimiyah, sebab-sebab terjadinya perbedaan antara filosof Yunani
kuno dan modern, para filosof Yunani kuno bersepakat bahwa di suatu negara
terdapat para nabi yang diutus untuk membenahi negara tersebut lalu mereka (para
filosof Yunani kuno) mau mengkaji filsafat agama. Adapun Aristoteles berbeda
pendapat dalam hal itu. Dia memperbincangkan hal itu sebagaimana dikisahkan
:sebagian ahli sejarah berikut ini
Menurut kisah-kisah yang dihimpun para ahli sejarah, sebab-sebab terjadinya "
hal tersebut, bahwa para filosof terdahulu seperti Pithagoras, Socrates, dan Plato
berpindah menuju tanah air para nabi di Syam (Syria). Mereka mengenal kisah
Luqman Al-Hakim dan para sahabat Dawud dan Sulaiman yang hidup di masa
setelahnya. Adapun Aristoteles tidak pergi ke sana (tanah air para nabi ). Oleh
karena itu, dia tidak memiliki ilmu pengetahuan tentang ajaran para nabi , kecuali
sedikit sekali. Akibatnya, dia memproduksi ajaran-ajaran yang kemudian dijadikan
20
".kaidah yang diikuti oleh semua pengikutnya
Dan celakanya lagi, di antaranya, bahwa filsafat Aristoteles telah meluas di
kalangan dunia Islam. Di masa modern ini filsafatnya dikenal sebagai filsafat Yunani.
:Al-Imam berkata
Filsafat ini adalah filsafat yang dianut oleh Al-Farabi, Ibnu Sina, Ibnu Rusydi, "
dan As-Suhrawardi (Syihabuddin Yahya Ibnu Habsy) serta filsafat para pengembara.
21
".Filsafat itu diambil dari Aristoteles (yang mereka sebut sebagai guru pertama)
-8-
Islam yang mengingkari karunia Allah berupa sunnah-sunnah Nabi Muhammad
yang dianugerahkan kepada mereka. Mereka tidak mau mengambil manfaat dari
cahaya petunjuk yang telah mereka terima. Bahkan, mereka hendak menutupi sinar
tersebut dan beralih menjadi tempat yang tiada cahaya sedikit pun. Ibnu Taimiyah
:berkata
Menurut para ahli ilmu pengetahuan keimanan, para filosof Islam di masa "
modern ini adalah sebodoh-bodoh manusia. Di kalangan mereka terdapat masalah-
masalah yang tidak diragukan lagi bahwa hal-hal tersebut menyesatkan anak-anak
cerdas. Mereka memaksa anak-anak untuk mengikuti cara-cara orang sebelumnya
yang sesat dan melaksanakan aturan-aturannya. Sesungguhnya telah datang kepada
mereka hal-hal yang memenuhi hati sanubari, lisan dan telinga, seperti cahaya,
petunjuk, dan penjelasan (Al-Qur'an dan As Sunnah, ed.). Mereka laksana orang
yang hendak memadamkan sinar matahari dengan meniup cakrawala atau laksana
24
".orang yang menutupi sinarnya dengan mantel
Dia mendapat ilmu tanpa belajar. Dia menamakannya kekuatan suci atau .1
.kekuatan berdasarkan dugaan
Dia mengkhayal dalam hatinya tentang apa yang diketahuinya. Lalu dia yakin .2
24
Ar-Raddu 'Alal-Bakri, hal. 168. A
25
An-Nubuwwaat, hal. 22. A
-9-
bahwa dalam dirinya terdapat gambaran sinar. Dia pun dapat mendengar bahwa
dalam dirinya terdapat suara-suara. Sebagaimana orang tidur bermimpi, ia merasa
adanya gambaran-gambaran pembicaraan dan pendengaran atas pembicaraan
mereka. Hal itu hanya berada pada dirinya sendiri, tidak pada yang lain. Dengan
demikian, semua hal itu hanya dapat dilihat dan didengar oleh Nabi, tidak oleh
yang lain. Dia hanyalah melihat dan mendengar bisikan-bisikan dari dalam
.hatinya. Demikian juga hal-hal yang mereka lewati
Dia memiliki suatu kekuatan yang dipergunakan untuk benda-benda antik di dunia .3
dengan cara memperbarui hal-hal yang asing. Menurut mereka, hal itu adalah
bukti-bukti para nabi. Menurut mereka, di dunia ini tidak ada satu pun hal yang
baru melainkan kekuatan jiwa, milik, atau tabiat seseorang. Menurut para filosof,
semua hal yang dihasilkan dalam hati para nabi hanya timbul dari otak seseorang
.yang kemudian direalisasikan dengan perbuatan
Tatkala mendengar sabda para nabi yang hendak mengkompromikan hal
tersebut dengan pernyataan-pernyataan mereka (para filosof), mereka mengambil
sabda-sabda para nabi itu lalu meletakkannya sesuai dengan maksud dan tujuan
mereka. Mereka menamakan arti-arti tersebut sebagai kata-kata yang dikutip dari
para nabi. Mereka membahas dan menyebutkan kitab-kitab yang berisikan kata-kata
yang dikutip dari para nabi. Oleh karena itu, dia dikira orang yang tidak mengenal
kehendak para nabi. Mereka hendak menyebutkan maksud mereka sesuai dengan
apa yang dimaksudkan oleh para nabi. Jadilah hal itu sebagai masalah yang
melingkar. Hal ini terdapat dalam perkataan Ibnu Sina dan orang yang mengutip
26
".pembicaraannya
26
An-Nubuwwaat, hal. 168. A
- 10 -
Kepada-Nyalah naik perkataan-perkataan yang baik27 dan amal yang shalih "
.dinaikkan-Nya.28" (Fathir: 10)
:Firman Allah
".Apakah kamu merasa aman terhadap Allah yang dilangit." (Al-Mulk: 16)"
Kesalahan Merata Ulama Ahli Kalam dan Filosof serta Sisi-Sisi Kelemahan .O
Mereka
Ibnu Taimiyah berkeyakinan bahwa semua ulama ahli kalam dan filosof hanya
melakukan satu kesalahan. Batas pekerjaan mereka hanyalah satu dari perbedaan
yang dijumpai di antara mereka. Kesalahan dan kelemahan masing-masing ialah
mereka berusaha berpegang teguh kepada dugaan dalam menghasilkan sesuatu yang
27
Sebagian ahli tafsir mengatakan bahwa perkataan yang baik itu ialah Kalimat Tauhid yaitu "Laa ilaa ha illallah":
dan ada pula yang mengatakan dzikir kepada Allah dan ada pula yang mengatakan semua perkataan yang baik
yang diucapkan karena Allah. (Terjemah Al-Qur'an Depag bekerjasama dengan Lembaga Wakaf dan Dakwah Saudi
Arabia).
28
Maksudnya ialah bahwa perkataan yanga baik dan amal yang baik itu dinaikkan untuk diterima dan diberi-Nya
pahala. (Terjemah Al-Qur'an Depag bekerjasama dengan Lembaga Wakaf dan Dakwah Saudi Arabia) .
29
An-Nubuwwaat, hal. 148. A
30
An-Nubuwwaat, hal. 148. A
31
An-Nubuwwaat, hal. 240. A
- 11 -
tidak berhasil. Hanya berdasarkan dugaan ataupun terkaan, mereka membahas
kedua masalah, yaitu masalah fitrah dan kenabian. Oleh karena itu, dalam
.realisasinya hal tersebut lebih besar bahayanya daripada manfaatnya
- 12 -
dikemukakan. Mereka telah terbiasa menganalisis suatu masalah secara detail.
Apabila dalil yang mereka kemukakan terlalu sedikit atau telah jelas, jiwanya tidak
akan merasa puas. Sebagai contoh, kadang-kadang dipergunakan metode
pembahasan menurut konsep logika dan pada saat lain disesuaikan dengan
tradisinya. Bukan karena pengetahuan mengenai hal-hal yang dicarinya selalu sesuai
dengan hal tersebut secara mutlak. Di antara manusia ada seseorang yang apabila
mengetahui hal-hal yang hanya mungkin diketahui oleh para cendekiawan akan
menjadikan keistimewaan mereka dalam ilmu pengetahuan. Ia wajib mengetahui hal-
hal yang tersembunyi secara detail. Metode inilah yang diambilnya dalam
33
".melangkah
Perbedaan Mendasar Antara Al-Qur'an dan Filsafat Tentang Dzat dan Sifat .T
Allah
Ibnu Taimiyah telah memberi isyarat penting mengenai posisi ilmu pengetahuan
saat memperbincangkan perbedaan yang mendasar antara Al-Qur'an dan filsafat
:mengenai Dzat dan sifat Allah . Ibnu Taimiyah berkata
Al-Qur'an telah menetapkan sifat-sifat Allah secara jelas dan rinci serta "
meniadakan perumpamaan sifat-sifat-Nya. Itulah metode para rasul yang membawa
penetapan (itsbat) secara rinci serta meniadakan (nafyuw) hal-hal yang global. Akan
tetapi, musuh-musuh para rasul meniadakannya secara rinci dan menetapkan adanya
36
".secara global
- 13 -
aturan-aturan filsafat Yunani, baik di dalam atau di luar negeri Yunani, adalah ter-
halangnya pergaulan dalam kehidupan praktis dengan Allah . Hal itu terjadi karena
hubungan yang hakiki dan praktis dapat tumbuh dari sikap simpati. Dalam hal ini
hanya diperlukan nama-nama, sifat, dan perbuatan Allah . Pada suatu saat filsafat
.menentang hal tersebut
Menurut rasio, sejarah dunia merupakan bukti bahwa manusia, baik berdasarkan
rasa simpati atau kelembutan hati, tidak dapat dihubungkan dengan kebodohan
seseorang yang tidak sedikit pun dapat mengenal sifat-sifat dan perbuatan Allah . Di
antara hal-hal yang tidak disangsikan lagi, rasa cinta dan takut, mengharap,
memohon; semua itu senantiasa memerlukan kepada sifat-sifat. Hal tersebut tidak
ditemukan dalam filsafat Yunani. Dari semua itu, para ilmuwan sejarah tentang etika
dan agama bersepakat bahwa filsafat Yunani tidak saja dangkal dan lemah mengenai
Dzat Allah , tetapi juga dalam masalah agama. Ia tidak menunjukkan tanda-tanda
.yang aplikatif dan mendalam
Kebenaran hal tersebut ditegaskan oleh Ibnu Taimiyah. Beliau berkata,
"Sesungguhnya beratus-ratus ribu peniadaan sifat-sifat dan perbuatan Allah tidak
dapat menempati posisi yang satu tentang penetapan adanya hal tersebut. Pada
prinsipnya, tidak mengakui hal tersebut saja seseorang tidak dapat menempati
dengan kuat dasar-dasar agama dan kehidupan. Filsafat Yunani di wilayah barat dan
agama Budha di wilayah timur gagal membangun sosial dan kemanusiaan yang
berdiri tegak atas dasar fikrah Tuhan. Apabila faham yang memuja berhala masuk
secara sembunyi-sembunyi ke salah satu dan kedua filsafat, maka penyimpangan-
penyimpangan akan merajalela di daerah-daerah yang lain. Peristiwa tersebut terjadi
karena mayoritas mereka (orang-orang yang terhalang peribadatan dan keimanan
mereka kepada Allah ) tidak suka terhadap filsafat dengan segala tekanannya
terhadap kepastian akal dan pendapat-pendapat filsafat yang lain tanpa memberikan
".sedikit pun kasih sayang dan ilmu pengetahuan kepada hati dan akal
- 14 -
muslim telah terbuai oleh tipu daya logika yang sebenarnya lebih besar jika
dibandingkan dengan filsafat. Mereka bersepakat tentang dalil-dalil yang logis serta
bukti-bukti yang pasti. Buku-buku mantiq ini mendapatkan kebebasan untuk beredar
pada abad III sebagaimana dikemukakan Said Al-Qurthubi. Pada abad V muncullah
Hujjatul Islam Imam Al-Ghazali. Beliau sangat memperhatikan ilmu mantiq. Beliau
mengatakan bahwa ilmu tersebut merupakan mukadimah dari berbagai macam ilmu.
Beliau berkata dalam mukadimah kitab besarnya, Al-Mustashfa: "Ilmu mantiq
merupakan mukadimah ilmu-ilmu pengetahuan yang lain. Barangsiapa tidak
menguasainya, ia tidak bisa dipertanggungjawabkan ilmu pengetahuannya." 38 Dalam
:kitabnya yang lain, Maqashidul Falasifah, Imam Al-Ghazali berkata
Adapun hal-hal yang logis, sebagian besar sesuai dengan jalan yang benar. "
Sedikit sekali yang salah berdasarkan kebiasaan-kebiasaan tanpa memandang
maksud dan tujuan tertentu. Tujuan hal tersebut adalah mencurahkan cara-cara
39
".mencari dalil. Itulah di antara hal-hal yang selalu diikuti oleh para analis
Pada abad VII lahirlah seorang filosof dan hakim terkenal, Ibnu Rusyd. Beliau
adalah salah seorang yang menghormati ilmu mantiq. Bahkan, telah mempercayainya
bahwa ilmu mantiq adalah kunci kebahagiaan seseorang, sekaligus standar utama.
Menurut beliau, mustahil manusia dapat sampai pada hakikat Tuhan tanpa
:menggunakan ilmu mantiq. Hal ini diperbincangkan oleh salah seorang penerjemah
Ibnu Rusyd adalah orang yang tergila-gila kepada ilmu logika milik Aristoteles. "
Dia berkata, "Sesungguhnya Aristoteles adalah sumber kebahagiaan bagi manusia.
Kebahagiaan seseorang sesuai dengan pengalamannya terhadap mantiq. Mantiq
adalah sarana mengoptimalisasi cara-cara yang sulit untuk mencapai hakikat yang
tidak dapat dicapai orang-orang awam. Hal tersebut hanya dapat dicapai orang-orang
40
".tertentu berkat adanya mantiq
Para ilmuwan Muslim telah meresmikan ilmu mantiq Yunani ini dengan penuh
kehormatan. Mereka takut terhadap tuntutan-tuntutan, latar belakang munculnya,
serta kelengkapan ilmu tersebut. Adapun filsafat benar-benar telah diambil dengan
kritikan dan pembahasan setelah selang waktu lama sampai pada batas puncaknya.
Akan tetapi, ilmu mantiq tidak akan dapat dicapai oleh seseorang (seperti halnya kita
ketahui) hanya dengan perhitungan ilmu dan penjelasan. Di sana tidak terdapat kitab
.besar yang membahas hal ini secara rinci dan penuh realita
- 15 -
berkata, "Hati sanubari dapat terjaga dari kesalahan berpikir." Ini sebagaimana
benda-benda sebagai ukuran rambut, nahwu dan sharaf sebagai ukuran kata-kata
Arab, baik yang tersusun atau tidak, dan alat-alat pengatur waktu sebagai ukurannya.
Akan tetapi, bukan itu maksudnya. Ilmu-ilmu logika dapat mengetahui sebab-sebab
penemuan yang telah diciptakan oleh Allah untuk semua manusia, maka janganlah
kamu mengikuti ukuran buatan orang tertentu. Ilmu-ilmu logika tidak pernah diikuti
oleh seseorang kecuali orang Arab. Karena sudah menjadi tradisi mereka, mereka
hanya mau mengenal hal-hal yang berdasarkan keputusan, kecuali hendak
mengetahui ukuran, takaran, timbangan, serta tetumbuhan. Biasanya ukuran
senantiasa memerlukan hal itu. Takaran dan timbangan tertentu sudah merupakan
.hal yang umum
Sebenarnya umat-umat sebelum mereka mengenal hakikat sesuatu (filsafat)
tanpa buku-buku ini. Pada umumnya orang-orang setelah mereka juga dapat
mengenal filsafat tanpa melalui buku-buku karya mereka. Bahkan, mayoritas umat
manusia telah dapat mengetahui hakikat sesuatu tanpa melalui proses belajar mereka
dengan menelaah buku karya Arisioteles. Di saat mereka mau bertafakur tentang
dirinya sendiri, mereka pasti dapat menemukan jatidirinya tanpa suatu proses yang
42
.berarti
42
Ar-Raddu 'Alal Manthiqiyyin, hal. 27-28. A
43
Ar-Raddu 'Alal Manthiqiyyin, hal. 31. A
44
Naqdhul Manthiq, hal. 155. A
- 16 -
Pengaruh Mantiq Terhadap Akal dan Daya Ungkap .Y
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah berpendapat bahwa ilmu mantiq adalah peluka
seseorang. Ilmu tersebut menghilangkan kreativitas dan kehalusan dalam berbicara
dan berpikir. Tidak disangsikan lagi, orang-orang yang memelihara kaidah-kaidah
mantiq dan metodologinya mendorong kelemahan dalam berbicara dan mengikat
penjelasan, memperpanjang pembicaraan, dan berpikir yang menyimpang. Contoh
hal tersebut telah dijelaskan dalam matan-matan kitab karya para ulama terkemuka
:dan kitab tentang metode belajar yang telah lalu. Imam Ibnu Taimiyah berkata
Para cendekiawan muslim tidak menyukai cara-cara yang dilakukan oleh ahli"
mantiq. Mereka menjelaskan hal-hal yang ada di dalamnya seperti ketidakcakapan,
kegagapan dalam berbicara, dan kelemahan otak dalam berpikir. Mereka juga
menjelaskan bahwa hal tersebut lebih condong menghancurkan otak dan lisan
45
".daripada menguatkannya
:Di tempat lain Ibnu Taimiyah berkata
Saat telah tercukupi akal dan gambarannya, cukuplah ibarat-ibaratnya; dan"
saat telah sempit pemikiran dan penggambarannya, tetaplah pemiliknya laksana
orang yang tertahan pikiran dan lisannya. Sebagaimana yang dialami para ahli mantiq
Yunani, kamu akan mendapatinya termasuk orang-orang yang tersempit ilmu
pengetahuan dan uraiannya serta terlemah gambaran dan pandangannya. Oleh
karena itu, di antara mereka ada yang cerdas. Apabila mengamalkan ilmu dan meniti
jalan yang dilakukan para ahli mantiq, dia akan memanjangkan dan meyempitkan
penjelasannya (perkataan-perkataan yang tidak memahamkan) serta menyulitkan
dan mematikan pikiran. Adapun tujuannya adalah menjelaskan hal-hal yang masih
kabur dan janggal. Hal tersebut menjerumuskan kita ke dalam hal-hal yang
mengelabuhi kenyataan. Mudah-mudahan Allah menyelamatkan orang yang tidak
46
".meniti jalan mereka
Sebagian Pengecualian .Z
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah tidak menutup kedua matanya terhadap sebagian
orang yang dalam ilmu pengetahuan Yunani telah sampai tingkatan imam
(pemimpin). Meskipun beliau tidak begitu suka dan cinta terhadap ilmu pengetahuan
ini, beliau tetap tidak mau mengurangi keelokan pena, keindahan tulisan, serta etika
yang luhur. Sebagai contoh, Ibnu Sina dalam kasidahnya tentang jiwa. 47 Kasidah
tersebut merupakan contoh luhur bagi jiwa bangsa Arab. Buku-bukunya tersusun
dengan indah dan mempesona, berbeda dengan buku para filosof. Ibnu Taimiyah
berpendapat bahwa hal itu disebabkan oleh etika orang Arab menurut konsepsi Islam
serta melimpahnya ilmu pengetahuan tentang Islam. Tidak diragukan lagi, masa
:hidup Ibnu Sina semasa dengan peristiwa itu. Ibnu Taimiyah berkata
Barangsiapa indah dan jelas perkataannya, sebagaimana perkataan Ibnu Sina"
dan yang lain, maka tentu dia tidak mengambil faedah dari pendapat dan
pembicaraan kaum muslimin. Kalau dia mengikuti jalan orang kuno dan enggan
mengikuti hal-hal yang telah dipelajarinya dari kaum muslimin, niscaya pemikiran dan
48
".pembicaraannya menyerupai pemikiran dan pembicaran mereka
- 17 -
:tentang mantiq. Ibnu Taimiyah berkata
Pada dasarnya kebenaran yang bermanfaat tidaklah memerlukan mantiq. Hal- "
hal yang memerlukan mantiq tidaklah berguna sedikit pun melainkan mengetahui
adat kebiasaan, cara-cara serta kesalahan mereka." 49 Di tempat lain Ibnu Taimiyah
:berkata
Sesungguhnya aku senantiasa mengajarkan bahwa ilmu mantiq Yunani tidaklah "
diperlukan oleh orang-orang pintar dan tidaklah bermanfaat bagi orang-orang
50
".awam
- 18 -
emas. Bila dalam perkataanmu tidak ada daya keseimbangan, maka perkataan itu
telah kelewat batas dan lemah. Daya keseimbangan tersebut zhalim. Karena tidak
mau menerima kebenaran yang seharusnya diterima, maka orang yang
melakukannya juga seorang yang zhalim. Jika tidak mau menimbang dan
menjelaskannya, dia mendapat predikat orang yang bodoh. Bahkan, dikatakan zhalim
dan bodoh. Akan tetapi, dia menolak kebenaran yang dimiliki oleh jiwa. Tiada pula
52
".jalan lainnya. Maka, tidak akan sukses melainkan memakai jalan tersebut
Lebih baik bagiku memetik pernyataan Ibnu Khaldun (termasuk ulama di bidang
kritik dan sejarah). Beliau memberi pengertian jiwa sebagian tokoh dunia yang dapat
membantu mereka sampai pada hakikat. Dia menyerupakan ide dan pendapat mereka
dalam satu obyek. Ibnu Taimiyah memperbincangkan keterbatasan rasio dan
:kelemahannya untuk menembus hakikat alam ghaib dan agama seraya berkata
Sebenarnya rasio adalah daya keseimbangan yang normal. Keputusan- "
keputusannya berupa keyakinan yang tidak dapat dipungkiri. Akan tetapi, kamu tidak
diperkenankan rnengukur keesaan Allah dan hari akhir dengan rasio atau mengukur
hakikat kenabian, sifat Tuhan, dan segala sesuatu yang di belakang realitas. ltu
merupakan harapan yang rnustahil terjadi. Sebagai contoh, ada seorang pria melihat
neraca emas, lalu dia ingin menimbang gunung dengan neraca tersebut. Ini tidak
menunjukkan bahwa ukuran hukum-hukum tadi tidak benar. Akan tetapi, rasio tidak
dapat berkembang, ia tidak dapat menguasai Allah dan sifat-sifat-Nya. Itu hanyalah
53
.sebagian kecil dari segala yang ada
Kritik Secara Rinci terhadap Ilmu Mantiq serta Ijtihad dan .DD
Tambahan Ibnu Taimiyah
Ibnu Taimiyah belum merasa puas hanya mengarahkan kritikannya secara global
dan penghasilan pokok terhadap pelajaran mantiq. Bahkan, beliau mendapatkan
rahasia mantiq dengan penuh kritikan, ijtihad, dan perhitungan secara ilmiah. Ibnu
Taimiyah telah membuang sebagian besar prinsipnya (prinsip mantiq), mengkritiknya
dari arah rasio dan perbidangan secara khusus, menetapkan kelemahan dan
kekurangan berdasarkan ketentuan-ketentuan aslinya, dan membawa ketentuan-
ketentuan yang lebih baik yang berbeda permasalahan dan sistematikanya. Syaikhul
Islam Ibnu Taimiyah juga memperhatikan keputusan qiyas berdasar logika
Aristoteles. Beliau mengira bahwa keputusan adalah jalan sederhana yang lebih
bertanggung jawab dan lebih mudah untuk mencari ilmu pengetahuan dan keyakinan.
Ini sebagaimana Imam Ibnu Taimiyah mengemukakan berbagai macam analisa baru
tentang mantiq dan filsafat, bahkan menambahnya. Al-'Allamah As-Sayyid Sulaiman
An-Nadawi memberikan kata sambutan dalam kitab Ar-Raddu 'Alal Manthiqiyyin sebagai
:ikrar bantuan dan kebesarannya dalam hal ini. Beliau berkata
Apa yang dikatakan penyusun kitab ini tentang hakikat ketentuan, jenis, "
keputusan dan kepastian, hakikat illat, qiyas, istiqra' (keputusan), dan mencari dalil
dengan bukti-bukti yang telah masyhur cukup dengan satu mukadimah dalam qiyas
dan pembahasan-pembahasan lain yang telah diuraikan dengan jelas sekaligus
dengan bukti-bukti yang lengkap. Apa yang dikatakannya tentang illat dan kepastian
juga dikatakan Hume dalam buku-buku filsafatnya serta buku-bukunya yang memuat
masalah-masalah prinsip yang menimbulkan kesalahpahaman dan menyesatkan para
pembangkangnya. Banyak hal dalam kitab ini yang telah masyhur, tetapi merupakan
54
".kelangkaan dalam kitab lain yang tak seorang pun mendahuluinya
52
Naqdhul Manthiq, hal. 163.
53
Muqaddimatu Ibnu Khaldun, hal. 385. A
54
Mukadimahtur Raddi 'Alal Manthiqiyyin, hal. Qaf. A
- 19 -
Setelah orang-orang menelaah hasil-hasil yang dicapai Ibnu Taimiyah dalam
rangka mengarahkan tujuannya kepada ilmu pengetahuan Yunani, maka timbullah
kekhawatiran beliau terhadap mereka, seandainya mereka mengatakan,
"Sesungguhnya ilmu-ilmu dari Yunani adalah rahasia ilmu terdahulu yang diberikan
untuk memberantas dan membersihkan kelemahan rasio karena beberapa hal di
dalamnya berhasil mengantarkan ke puncak kesempurnaan dan kemajuan. Oleh
karena itu, hal tersebut sunyi dari kesalahan. Jika ada salah seorang dari ulama Salaf
mengkritik atau menentangnya, itu hanyalah faktor malu yang menyia-nyiakan
waku." Akan tetapi, Ibnu Taimiyah tidak mau mengakui pernyataan ini; Syaikhul
Islam berkata, "Sesungguhnya ilmu pengetahuan selalu membahas hal-hal yang
rasional, tidak berdiri atas fikrah dan materi pelajaran. Tiada kebaikan yang diperoleh
hanya dengan taklid. Orang-orang mengutipnya tidak berdasarkan wahyu atau ilham,
tetapi berdasarkan rasio. Oleh karena itu, para pemikir dari masa ke masa selalu
memperolehnya dengan penuh kritikan dan keseimbangan berdasarkan standar rasio
serta membuang segala sesuatu yang bertentangan dengannya." Ibnu Taimiyah
dikomentari sebagian tokoh di bidang ilmu mantiq dalam kitab Ar-Raddu 'Alal
Manthiqiyyin "Inilah ilmu pengetahuan yang tergilap oleh hati yang masanya lebih
lama dari seribu tahun dan diterima oleh para tokoh." Ibnu Taimiyah menentangnya
:seraya berkata
Biarkanlah, urusannya demikian. Ilmu pengetahuan ini hanya membahas yang "
rasional. Tidak boleh seseorang bertaklid dalam hal sebut. Hal itu hanya dapat
diketahui dengan rasio. Kamu tidak membenarkan kutipannya. Seseorang tidak boleh
membicarakannya melainkan berdasar rasio. Jika rasio yang normal memutuskan
bahwa itu tidak sah, tidak boleh ditentangnya. Para ahli di bidang itu tidak mengakui
bahwa hal tersebut dikutip dari orang yang membenarkannya, tetapi dikutip
berdasarkan rasio murni. Dalam hal tersebut harus ada pemeriksaan yang mengarah
55
".ke hal-hal yang didatangkan oleh rasio secara jelas
55
Ar-Raddu 'Alal Manthiqiyyin, hal. 208. A
- 20 -
berpegang teguh kepada ilmu-ilmu Yunani. Majlis ta'lim kita dewasa ini telah
berpegang teguh kepada penjelasan serta keterkaitannya dengan kitab-kitab ulama
dari wilayah Timur. Hal itu laksana ikatan kuat dan uraian puncak mengenai
.pemikiran dan analisa
Tidak disangsikan lagi bahwa aktivitas ijtihad telah didirikan oleh Ibnu Taimiyah.
Kritiknya terhadap filsafat dan mantiq atau penilaiannya berdasarkan konsep ilmu
pengetahuan dalam lapangan taklid dan kejumudan berpikir, seperti sinar menara
diatas lautan dan ajaran-ajaran yang telah jelas metodenya. Ibnu Taimiyah telah
56
.membuka pintu ijtihad dan berpikir tentang hal-hal yang baru
(.Segala puji bagi Allah, yang dengan nikmat-Nya segala kebaikan menjadi sempurna )
Siapa pun yang hendak menyimak makalah ini hendaknya berkenan memaafkan
penyusunnya karena dia membawakan makalah ini dari sumber buku terjemah dan dia tidak
mendalami filsafat secara khusus sehingga banyak kalimat dalam teks yang susah difahami
dan dia tidak bisa menyajikannya dengan mudah untuk difahami oleh pembaca. Penyusunnya
berharap ada saudaranya yang mau mebantu untuk menambahkan penjelasan serta
mengkritik jika terdapat kesalahan dalam tulisan ini. Wallahu A'lam bishawwab. Sesungguhnya
hanya Allah-lah yang layak dimintai pertolongan dan kepada-Nya harus bertawakal. Kalau pun
di dalam makalah ini ada yang benar, maka itu datangnya dari Allah yang memberikan taufiq
dan inayah, dan sekiranya ada yang salah, maka itu datang dari saya dan dari syetan,
.sedangkan Allah dan Rasul-Nya terlepas dari kesalahan itu
Sholawat dan Sallam semoga senantiasa tercurah kepada Nabi Muhammad Shollalohu
Alaihi wa Sallam, keluarganya dan orang orang yang senantiasa berjalan di atas sunnah
.beliau sampai hari kiamat
Risalah ini diperbanyak atas bantuan dari seorang hamba Allah, semoga Allah menerima amalnya dan
mengganti untuknya dengan yang lebih baik.
56
Disalin dari kitab Rijalun al Fakir ad Du'at fil Islam Al Juz al khos Bi Hayati Syaikhul Al Hafidz Ahmad Ibnu Taimiyah,
Karya Syaikh Abul Hasan Ali An-Nadawi penerbit Darul Qollam. Edisi Indonesia dengan judul Syaikhul Islam Ibnu
Taimiyah Penerbit Pustaka Mantiq, dengan beberapa penjelasan tambahan, catatan kaki, dan koreksi kata dan tanda
baca agar lebih mudah difahami. Oleh Abu Abdillah Al Lampungi, Yogyakarta, 16 Syafar 1428.
- 21 -