You are on page 1of 7

PT.

PENGEMBANGAN PARIWISATA BALI (PERSERO) ATAU BALI TOURISM


DEVELOPMENT CORPORATION (BTDC) MEMANDANG TANGGUNG JAWAB
SOSIAL PERUSAHAAN / CORPORATE
SOCIAL RESPONSIBILITY (CSR) SEBAGAI BAGIAN INTEGRAL BUDAYA PERU
SAHAAN ATAU SUATU BUDAYA YANG BERUSAHA MENJANGKAU DAN
SECARA AKTIF MELIBATKAN PARA STAKEHOLDER, TERUTAMA LINGKUNGAN
MASYARAKAT DIMANA PERUSAHAAN BEROPERASI. NAMUN, PERUSAHAAN
MEMASTIKAN KESEIMBANGAN ANTARA LABA USAHA DENGAN JUMLAH
DANA YANG DIKEMBALIKAN PADA MASYARAKAT SEBAGAI BAGIAN
TANGGUNG JAWAB SOSIAL PERUSAHAAN.

PKBL (Program Kemitraan dan Bina Lingkungan)

1. 1. Deskripsi PKBL

Program Kemitraan Usaha Kecil dan Program Bina Lingkungan yang selanjutanya disebut
PKBL adalah merupakan salah satu bentuk tanggung jawab sosial Badan Usaha Milik Negara
(BUMN) kepada masyarakat.

Sumber Dana Program Kemitraan berasal dari:

1. Penyisihan laba setelah pajak BUMN Pembina;


2. Jasa Administrasi pinjaman/marjin/bagi hasil, bunga deposito dan/atau jasa giro dari
dana Program Kemitraan;
3. Pelimpahan dana Program Kemitraan dari BUMN lain, jika ada;
4. Penyaluran dana dari BUMN Pembina lain.

Sumber Dana Program Bina Lingkungan berasal dari:

1. Penyisihan laba setelah pajak BUMN Pembina;


2. Hasil bunga deposito dan/atau jasa giro dari dana Program Bina Lingkungan.

Usaha yang berhak memperoleh bantuan dana pembinaan PKBL adalah usaha kecil yang
memiliki aseest atau kekayaan bersih maksimal Rp 200 juta (diluar tanah dan bangunan) .dan
memiliki omzet atau hasil penjualan maksimal Rp 1 milyar setahun, memiliki ijin usaha serta
berpotensi untuk dikembangkan

1. 2. Bentuk Program Kemitraan :

1. Pemberian pinjaman dalam bentuk modal kerja dan/atau pembelian Aktiva Tetap
Produktif UKM (Usaha Kecil Menengah).
2. Pinjaman khusus bagi UKM yang telah menjadi binaan yang bersifat pinjaman
tambahan dalam rangka memenuhi pesanan dari rekanan usaha UKM Binaan.
3. Program pendampingan dalam rangka peningkatan kapasitas (capacity building)
UKM binaan dalam bentuk bantuan pendidikan/pelatihan, pemagangan, dan promosi.
4. Capacity Building diberikan di bidang produksi & pengolahan, pemasaran, SDM, dan
teknologi. Dana capacity building bersifat hibah dan hanya dapat diberikan kepada
UKM yang telah menjadi Mitra Binaan BUMN yang bersangkutan.
PKBL dilaksanakan dengan dasar Undang-undang Nomor 19 Tahun 2003 tentang BUMN
serta Peraturan Menteri BUMN Nomor Per-05/MBU/2007 yang menyatakan maksud dan
tujuan BUMN tidak hanya mengejar keuntungan, melainkan turut aktif memberikan
bimbingan dan bantuan kepada pengusaha golongan ekonomi lemah, koperasi dan
masyarakat.

Program Kemitraan bertujuan meningkatkan kemampuan usaha kecil agar menjadi tangguh
dan mandiri melalui dukungan terhadap modal serta pelatihan SDM yang profesional dan
terampil agar dapat mendukung pemasaran dan kelanjutan usaha di masa depan.

Bina Lingkungan digunakan untuk meningkatkan kualitas hidup masyarakat Indonesia


melalui pengembangan sarana dan prasarana umum. Selama ini, Program Bina Lingkungan
sudah diselenggarakan dalam bentuk : Bantuan Pendidikan, Bantuan Pelatihan, Bantuan,
Sarana Ibadah, Bantuan Kesehatan, Bantuan Sarana dan Prasarana Umum, Bantuan
Pelestarian Lingkungan dan Bantuan BUMN Peduli

3. Jenis Usaha yang Dibina

Usaha yang dapat dibina adalah usaha yang produktif di semua sektor ekonomi (industri,
perdagangan, pertanian/perkebunan, perikanan, jasa lainnya) dengan ketentuan :

1. Memiliki kriteria sebagai usaha kecil (termasuk usaha mikro), yaitu memiliki
kekayaan bersih maksimal Rp 200 juta (tidak termasuk tanah dan bangunan tempat
usaha) atau memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp.1 milyar;
2. Milik Warga Negara Indonesia;
3. Berdiri sendiri, bukan merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan yang
dimiliki, dikuasai, atau berafiliasi baik langsung maupun tidak langsung dengan usaha
menengah atau usaha besar;
4. Berbentuk usaha orang perseorangan, badan usaha yang tidak berbadan hukum atau
badan usaha yang berbadan hukum, termasuk koperasi;
5. Mempunyai potensi dan prospek usaha untuk dikembangkan;
6. Telah melakukan kegiatan usaha minimal 1 (satu) tahun;
7. Belum memenuhi persyaratan perbankan (non bankable).

4. Unit PKBL

Sebagai Badan Usaha Milik Negara PT. Pengembangan Pariwisata Bali (Persero) yang
berkedudukan dan berkantor pusat di Nusa Dua Bali melalui Surat Keputusan Menteri
Keuangan tentang Pedoman Pembinaan Pengusaha Ekonomi Lemah dan Koperasi tanggal 11
Nopember 1989 sebagaimana dirubah dengan Surat Keputusan Menteri Keuangan
No.306/KMK.013/1991 tanggal 20 Maret 1991 dan dirubah lagi dengan Surat Keputusan
Menteri Keuangan No.368/KMK.013/1991 tanggal 19 April 1991 berkewajiban
melaksanakan kebijaksanaan Pemerintah melalui penyisihan bagian labanya untuk
pembinaan Pengusaha Kecil dan Koperasi. Sesuai hasil Keputusan RUPS tanggal 27 Agustus
1991 maka PT Pengembangan Pariwisata Bali (Persero) menyisihkan labanya serta
mengangkat Pejabat Pembina Pengusaha Ekonomi Lemah dan Koperasi dengan surat
Keputusan Direksi No.Kep/Dir/12/I/1992 tanggal 30 Januari 1992. Adapun maksud dan
tujuan berdirinya unit PKBL adalah dalam rangka meningkatkan kegiatan perekonomian,
pemerataan pembangunan, perluasan lapangan kerja serta meningkatkan taraf hidup
masyarakat.
Penyaluran dana untuk Pengusaha Kecil dan Koperasi telah dilaksanakan sejak tahun 1992,
sampai saat ini telah dibina sebanyak 1.058 Unit Usaha Kecil dan Koperasi yang tersebar
pada 9 (sembilan) Kabupaten/Kota di Propinsi Bali, terbagi dalam 8 (delapan) sektor antara
lain : 329 Unit Sektor Industri, 366 Unit Sektor Perdagangan, 13 Unit Sektor Pertanian, 96
Unit Sektor Peternakan, 3 Unit Sektor Perkebunan, 6 Unit Sektor Perikanan, 237 Unit Sektor
Jasa, serta 8 Unit Sektor Lainnya. Dari 1.058 Unit Usaha Kecil dan Koperasi yang telah
selesai dibina sebanyak 385 Unit Usaha.

1. 5. Kebijakan Manajemen Dalam Bidang PKBL

1. Sasaran Pembinaan

Sasaran yang ingin dicapai dalam pembinaan adalah meningkatkan kemampuan


kewirausahaan dan manajerial serta memberikan pinjaman permodalan, peningkatan
kemampuan produksi, pemasaran dan lain lain sehingga usaha kecil yang dibina dapat
menjadi usaha yang tangguh dan mandiri yang pada gilirannya nanti diharapkan dapat
berkembang menjadi usaha menengah dan besar.

1. Wewenang Pengeluaran Dana PKBL

b.1 Kegiatan PKBL dimulai dari perencanaan yaitu penyusunan Rencana Kegiatan dan
Anggaran Pembinaan (RKAP) dan selanjutnya disetujui dalam RUPS.

b.2 RKAP yang sudah disetujui dalam RUPS dapat dilakukan penyaluran dana.

b.3 Apabila dalam Tahun anggaran PKBL masih tersedia (belum tersalurkan) maka
saldo dana tersebut menjadi sumber dana tahun berikutnya.

b.4 Penyaluran dana PKBL kepada calon mitra binaan harus memenuhi persyaratan
dan kriteria yang ditetapkan dalam SOP PKBL.

1. 6. Kegiatan Pembinaan Program Kemitraan dan Bina Lingkungan

1. Jenis Pembinaan Program Kemitraan

Kegiatan Utama PKBL adalah sebagai berikut :

a.1 Menyiapkan dan menyalurkan dana Program Kemitraan dan Bina Lingkungan
kepada masyarakat

a.2 Melakukan pemantauan dan pembinaan terhadap Mitra Binaan

a.3 Mengadministrasikan kegiatan pembinaan

a.4 Melaksanakan pembukuan atas aktivitas PKBL

a.5 Membuat pelaporan berkala atas aktivitas keuangan PKBL

Kegiatan dan penggunaan dana Program Kemitraan ditujukan untuk mendorong pertumbuhan
ekonomi kerakyatan serta terciptanya pemerataan pembangunan melalui perluasan lapangan
kerja, kesempatan berusaha dan pemberdayaan masyarakat, serta meningkatkan kondisi
sosial masyarakat dan lingkungan sekitarnya melalui Program Kemitraan BUMN dengan
usaha kecil dan program Bina Lingkungan.

1. Jenis Pembinaan yang diberikan PT. Pengembangan Pariwisata Bali (Persero), kepada
mitra binaan adalah :

b.1 Pinjaman modal kerja untuk peningkatan modal kerja Pengusaha kecil dan
Koperasi.

b.2 Mengadakan pendidikan dan pelatihan manajemen UKM dengan melibatkan


seluruh calon Mitra Binaan dari 9 (sembilan) Kabupaten di Propinsi Bali, untuk
meningkatkan sumber daya manusia Mitra Binaan.

b.3 Promosi hasil produk Mitra Binaan melalui pameran pameran untuk
meningkatkan hasil penjualan Mitra Binaan.

b.4 Mengadakan monitoring serta tatap muka langsung dengan Mitra Binaan yang
bermasalah / macet dengan melibatkan Dinas Koperasi setempat. Antisipasi permasalahan
dilakukan dengan rescheduling dan rekondisioning terhadap Piutang Mitra Binaan, melalui
Adendum surat perjanjian sebelumnya.

1. 7. Kriteria usaha yang dibina Program Kemitraan

1. Usaha Mitra Binaan memperoleh Rekomendari dari Dinas Koperasi & UKM
Kabupaten / Kota Setempat.
2. Pengusaha yang mengajukan pinjaman mempunyai Tempat Tinggal Tetap (Tidak
Menyewa).
3. Telah melakukan kegiatan usaha dan mempunyai prospek untuk dikembangkan.
4. Usaha sudah berjalan minimal 1 (satu) tahun dan mempunyai Surat Perizinan.
5. Menyediakan jaminan yang cukup berupa Sertifikat Tanah atau BPKB (Mobil max :
berumur dibawah 5 th atau Sepeda Motor max berumur dibawah 3 th).
6. Tidak sedang dibina BUMN atau Pembina yang lain.
7. Memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp. 200.000.000,- (dua ratus juta rupiah),
tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha.
8. Memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp. 1.000.000.000,- (satu milyar
rupiah).

1. 8. Status Dana Pembinaan dan Bantuan

1. Bantuan dana pengembangan Program Kemitraan dan Bina Lingkungan yang


diberikan oleh PT. Pengembangan Pariwisata Bali (Persero) untuk pengembangan
Usaha Kecil dan Koperasi dalam bentuk pinjaman dan hibah.
1. Pinjaman

b.1 Untuk memenuhi kebutuhan modal kerja atau investasi dalam rangka
pengembangan usaha.
b.2 Jangka waktu pembinaan paling lama 2.5 (dua setengah) tahun sesuai dengan
kemampuan usaha dengan tingkat suku bunga pinjaman antara 6% per tahun (Peraturan
Menteri Negara BUMN Nomor : Per-05/BUMN/07 tanggal 27 April 2007)

1. Hibah

Hibah tidak diberikan dalam bentuk uang tunai melainkan diberikan dalam bentuk kegiatan
yang diharapkan dapat meningkatkan usaha para mitra binaan berupa bantuan pendidikan,
pelatihan / pemagangan, dan promosi / pameran.

1. 9. Prosedur Pengelolaan Dana Program Kemitraan dan Bina Lingkungan

Perusahaan dalam pengelolaan dana program kemitraan berdasarkan Surat Keputusan


Menteri Badan Usaha Milik Negara Nomor : KEP 236/MBU/2003 tanggal 17 Juni 2003,
SE Nomor: 433/MBU 2003 tanggal 16 Nopember 2003 yang diperbaharui dengan Peraturan
Menteri BUMN Nomor : Per-05/BUMN/2007 tanggal 27 April 2007 dan SE-
04/MBU.S/2007 tentang penerapan Pedoman Akuntansi Program Kemitraan dan Bina
Lingkungan.

Penyaluran dana wailayah binaan PT. Pengembangan Pariwisata Bali (Persero) meliputi
seluruh Kabupaten kota di Provinsi Bali yaitu :

1. Kabupaten Bandung
2. Kabupaten Bangli
3. Kabupaten Buleleng
4. Kota Denpasar
5. Kabupaten Gianyar
6. Kabupaten Jembrana
7. Kabupaten Karangasem
8. Kabupaten Klungkung
9. Kabupaten Tabanan

Adapun prosedur penyalurannya adalah sebagai berikut :

Pinjaman yang disalurkan melalui Program Kemitraan diarahkan kepada Usaha Kecil yang
secara teknis perbankan belum memenuhi persyaratan untuk memperoleh pinjaman (belum
bankable). Kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan dalam rangka penyaluran pinjaman tersebut
adalah sebagai berikut:

1. Penerima dan Evaluasi Proposal

Calon Mitra Binaan yang ingin mendapat pinjaman Program Kemitraan untuk pengembangan
usahanya, harus menyampaikan proposal kepada BUMN Pembina atau BUMN Penyalur atau
Lembaga Penyalur yang memuat sekurang-kurangnya data sebagai berikut :

a.1 Nama dan alamat unit usaha;

a.2 Nama dan alamat pemilik/pengurus unit usaha;

a.3 Bukti Identitas diri pemilik/pengurus;


a.4 Bidang usaha;

a.5 Izin usaha atau surat keterangan usaha dari pihak yang berwenang;

a.6 Perkembangan kinerja usaha (arus kas, perhitungan pendapatan/ beban dan neraca
atau data yang menunjukkan keadaan keuangan serta hasil usaha); dan

a.7 Rencana usaha dan kebutuhan dana.

BUMN Pembina atau BUMN Penyalur atau Lembaga Penyalur akan melakukan evaluasi dan
seleksi atas permohonan yang diajukan oleh Calon Mitra Binaan, baik melalui penelahaan
terhadap proposal tersebut maupun melalui survey ke lokasi usaha. Setelah dilakukan
evaluasi maupun survey, maka BUMN pembina atau BUMN Penyalur atau Lembaga
Penyalur akan memberikan keputusan berdasarkan kriteria-kriteria yang telah ditetapkan.

Dalam menyalurkan pinjaman, BUMN Pembina atau BUMN Penyalur atau Lembaga
Penyalur tidak semata-mata bertindak pasif dengan hanya menunggu proposal dari Calon
Mitra Binaan. BUMN Pembina atau BUMN Penyalur atau Lembaga Penyalur juga dapat
melakukan tindakan aktif melalui survey ke sentra-sentra usaha kecil, pendekatan kepada
koperasi, kelompok tani, dan usaha-usaha kecil lainnya

1. Penyalur Pinjaman

Apabila Proposal dari Calon Mitra Binaan telah disetujui, maka Unit PKBL menyalurkan
pinjaman kepada Mitra Binaan. Penyaluran pinjaman tersebut dituangkan dalam suatu surat
perjanjian/kontrak yang sekurang-kurangnya memuat:

b.1 Nama dan alamat BUMN Pembina atau BUMN Penyalur atau Lembaga Penyalur
dan Mitra Binaan;

b.2 Hak dan kewajiban BUMN Pembina atau BUMN Penyalur atau Lembaga Penyalur
dan Mitra Binaan;

b.3 Jumlah pinjaman dan peruntukannya

b.4 Syarat-syarat pinjaman (jangka waktu pinjaman, jadual angsuran pokok dan jasa
administrasi pinjaman).

3. Monitoring Penagihan Pinjaman dan Penyelesaian Piutang Bermasalah Mitra Binaan

Setelah pinjaman disalurkan, maka BUMN Pembina atau BUMN Penyalur atau Lembaga
Penyalur memonitor pemenuhan kewajiban Mitra Binaan. Apabila terdapat pembayaran yang
belum diketahui, maka pembayaran tersebut diakui sebagai Hutang sampai dengan
diketahuinya Mitra Binaan yang melakukan pembayaran.

Pinjaman dana Program Kemitraan dinilai kualitasnya berdasarkan pada ketepatan waktu
pembayaran kembali pokok pinjaman dan jasa administrasi pinjamandan Mitra Binaan.
Penggolongan kualitas pinjaman, sesuai ketentuan yang berlaku adalah sebagai berikut :

c.1 Lancar
Apabila pembayaran angsuran pokok dan jasa administrasi pinjaman dilakukan tepat waktu
atau terjadi keterlambatan pembayaran angsuran pokok dan/atau jasa administrasi pinjaman
selambat-lambatnya 30 (tiga puluh) hari dari tanggal jatuh tempo pembayaran angsuran,
sesuai dengan perjanjian yang telah disetujui bersama;

c.2 Kurang Lancar

Apabila terjadi keterlambatan pembayaran angsuran pokok dan/atau jasa administrasi


pinjaman yang telah melampaui 30 (tiga puluh) hari dan belum melampaui 180 (seratus
delapan puluh) hari dari tanggal jatuh tempo pembayaran angsuran, sesuai dengan perjanjian
yang telah disetujui bersama.

c.3 Diragukan

Apabila terjadi keterlambatan pembayaran angsuran pokok dan/atau administrasi


pinjamanyang telah melampaui 180 (seratus delapan puluh) dan belum melampaui 270 (dua
ratus tujuh puluh) hari dari tanggal jatuh tempo pembayaran angsuran, sesuai dengan
perjanjian yang telah disetujui bersama.

c.4 Macet

Apabila terjadi keterlambatan pembayaran angsuran pokok dan/atau jasa administrasi


pinjaman yang telah melampaui 270 (dua ratus tujuh puluh) hari dari tanggal jatuh tempo
pembayaran angsuran, sesuai dengan perjanjian yang telah disetujui bersama

You might also like