Professional Documents
Culture Documents
077
Ind
p
ISBN 978-602-416-253-5
1. Judul I. HEALTH STATISTICS
ii
TIM PENYUSUN
Pengarah
dr. Untung Suseno Sutarjo, M.Kes
Sekretaris Jenderal Kemenkes RI
Ketua
Dr. drh. Didik Budijanto, M.Kes
Kepala Pusat Data dan Informasi
Editor
drg. Rudy Kurniawan, M.Kes
Yudianto, SKM, M.Si
Boga Hardhana, S.Si, MM
drg. Titi Aryati Soenardi, M.Kes
Anggota
Cecep Slamet Budiono, SKM, MSc.PH; Nuning Kurniasih, S.Si.Apt, Msi;
Evida V. Manullang, S.Si, MKM; Wardah, SKM, MKM; dr. Fetty Ismandari, M.Epid;
Marlina Indah Susanti, SKM, M.Epid; Supriyono Pangribowo, SKM, MKM;
Annisa Harpini, SKM, MKM; Khairani SKM, MKM; Ratri Aprianda, SKM, MKM;
Eka Satriani Sakti, SKM; dr. Yoeyoen Aryantin Indrayani; Reno Mardina, SKM;
Erwin Susetyoaji, SKM, M.Kes; Hira Ahmad Habibi, S.Sn; Dian Mulya Sari, S.Ds;
B. B. Sigit; Sinin; Hellena Maslinda
Kontributor
Kementerian Dalam Negeri; Badan Pusat Statistik; Badan Kependudukan dan Keluarga
Berencana Nasional; Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan;
Biro Perencanaan dan Anggaran; Biro Keuangan dan BMN; Biro Kepegawaian; Pusat Pembiayaan
dan Jaminan Kesehatan; Pusat Krisis Kesehatan; Pusat Kesehatan Haji; Setditjen. Kesehatan
Masyarakat; Dit. Kesehatan Keluarga; Dit. Kesehatan Lingkungan; Dit. Kesehatan Kerja dan
Olahraga; Dit. Gizi Masyarakat; Setditjen. Pencegahan dan Pengendalian Penyakit; Dit.
Surveilans dan Karantina Kesehatan; Dit. Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular
Langsung; Dit. Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tular Vektor dan Zoonotik; Setditjen.
Pelayanan Kesehatan; Dit. Pelayanan Kesehatan Primer; Dit. Pelayanan Kesehatan Rujukan; Dit.
Pelayanan Kesehatan Tradisional; Setditjen. Kefarmasian dan Alat Kesehatan; Set. Badan
Penelitian dan Pengembangan Kesehatan; Set Badan Pengembangan dan Pemberdayaan
Sumber Daya Manusia Kesehatan; Pusat Perencanaan dan Pendayagunaan Sumber Daya
Manusia kesehatan; Pusat Pendidikan Sumber Daya Manusia Kesehatan; Konsil Kedokteran
Indonesia; Majelis Tenaga Kesehatan Indonesia
iii
KATA PENGANTAR
SEKRETARIS JENDERAL KEMENTERIAN KESEHATAN RI
Profil Kesehatan Indonesia 2016 ini menyajikan data dan informasi tentang Demografi,
Sarana Kesehatan, Tenaga Kesehatan, Pembiayaan Kesehatan, Kesehatan Keluarga, serta
Pengendalian Penyakit dan Kesehatan Lingkungan. Data dan informasi yang ditampilkan
pada Profil Kesehatan Indonesia dapat membantu dalam membandingkan capaian
pembangunan kesehatan antara satu provinsi dengan provinsi lainnya, mengukur capaian
pembangunan kesehatan di Indonesia, serta sebagai dasar untuk perencanaan program
pembangunan kesehatan selanjutnya.
Selain dalam bentuk cetakan, Buku Profil Kesehatan ini tersedia dalam bentuk soft copy
yang dapat diunduh melalui website www.kemkes.go.id. Semoga publikasi ini dapat berguna
bagi semua pihak, baik pemerintah, organisasi profesi, akademisi, sektor swasta, dan
masyarakat serta berkontribusi secara positif bagi pembangunan kesehatan di Indonesia.
Kritik dan saran kami harapkan sebagai penyempurnaan profil yang akan datang.
iv
KATA SAMBUTAN
MENTERI KESEHATAN RI
Saya menyambut gembira atas terbitnya Profil Kesehatan Indonesia 2016 sebagai publikasi
data dan informasi kesehatan yang komprehensif. Publikasi seperti ini diharapkan dapat
digunakan sebagai landasan dalam pengambilan keputusan dalam setiap proses manajemen
kesehatan. Profil Kesehatan ini juga merupakan pemenuhan hak terhadap akses informasi
dan edukasi tentang kesehatan yang seimbang dan bertanggung jawab. Saya berharap
upaya peningkatan kualitas Profil Kesehatan Indonesia terus dilakukan, baik ketepatan
waktu, validitas, kelengkapan, dan konsistensi data, serta kecepatan penerbitan Profil
Kesehatan Indonesia ini sehingga pemanfaatannya akan lebih optimal. Pada kesempatan ini
pula saya mengajak kepada semua pihak untuk saling bersinergi dalam menyelenggarakan
pembangunan kesehatan guna tercapainya sasaran pembangunan kesehatan yang berbasis
data.
v
iv
Akhir kata saya sampaikan penghargaan dan terima kasih kepada semua pihak yang
berkontribusi, khususnya pengelola data di pusat, daerah, dan lintas sektor dalam
penyusunan Profil Kesehatan 2016 ini.
vi
DAFTAR GAMBAR
BAB I. DEMOGRAFI
GAMBAR 1.1 JUMLAH PENDUDUK INDONESIA (DALAM JUTAAN) MENURUT JENIS
KELAMIN TAHUN 2012 2016 .................................................................................... 2
GAMBAR 1.8 PERSENTASE PENDUDUK MISKIN MENURUT PROVINSI TAHUN 2016 ....... 9
GAMBAR 1.12 ANGKA MELEK HURUF (DALAM PERSEN) MENURUT PROVINSI TAHUN
2016 ....................................................................................................................................... 15
GAMBAR 1.13 PERSENTASE ANGKA PARTISIPASI SEKOLAH TAHUN 2013 - 2016 ................ 16
vii
BAB II. SARANA KESEHATAN
GAMBAR 2.1 JUMLAH PUSKESMAS TAHUN 2012 2016 ........................................................... 26
GAMBAR 2.2 RASIO PUSKESMAS PER KECAMATAN DI INDONESIA TAHUN 2012 2016
................................................................................................................................................... 27
GAMBAR 2.4 JUMLAH PUSKESMAS RAWAT INAP DAN NON RAWAT INAP TAHUN
2012 2016 ........................................................................................................................ 29
GAMBAR 2.18 JUMLAH PESERTA DIDIK DIPLOMA III DAN IV POLTEKKES DI INDONESIA
TAHUN 2016 ....................................................................................................................... 46
viii
BAB III. SUMBER DAYA MANUSIA KESEHATAN
GAMBAR 3.1 REKAPITULASI SUMBER DAYA MANUSIA KESEHATAN DI INDONESIA
TAHUN 2016 ....................................................................................................................... 50
GAMBAR 3.10 JUMLAH DOKTER SPESIALIS DAN DOKTER GIGI SPESIALIS DI RUMAH
SAKIT DI INDONESIA TAHUN 2016 ............................................................................. 59
ix
GAMBAR 3.17 RASIO BIDAN TERHADAP 100.000 PENDUDUK DI INDONESIA TAHUN
2016 ....................................................................................................................................... 66
GAMBAR 3.18 JUMLAH DOKTER UMUM, DOKTER GIGI, DOKTER SPESIALIS, DAN
DOKTER GIGI SPESIALIS YANG MEMILIKI STR PER 31 DESEMBER 2016 ..... 67
GAMBAR 3.22 JUMLAH DOKTER SPESIALIS, DOKTER GIGI SPESIALIS, DOKTER UMUM,
DOKTER GIGI, DAN BIDAN SEBAGAI PEGAWAI TIDAK TETAP AKTIF
MENURUT KRITERIA WILAYAH DI INDONESIAPER 31 DESEMBER TAHUN
2016 ....................................................................................................................................... 72
x
GAMBAR 4.7 GAMBARAN JUMLAH PESERTA BPJS KESEHATAN MENURUT JENIS DAN
PERSENTASE PENAMBAHANNYA TAHUN 205 - 2016 ........................................ 89
GAMBAR 4.8 JUMLAH KEPESERTAAN BPJS KESEHATAN MENURUT PROVINSI PER 31
DESEMBER 2016 (DALAM RIBUAN) ........................................................................... 89
GAMBAR 4.9 PERKEMBANGAN JUMLAH FASILITAS KESEHATAN TINGKAT PERTAMA
(FKTP) YANG BEKERJA SAMA DENGAN BPJS KESEHATAN TAHUN 2014 -
2016 ....................................................................................................................................... 90
GAMBAR 4.10 PROPORSI JENIS FASILITAS KESEHATAN TINGKAT PERTAMA (FKTP) YANG
BEKERJA SAMA DENGAN BPJS KESEHATAN PER 31 DESEMBER 2016 ......... 91
GAMBAR 4.11 GAMBARAN JUMLAH FASILITAS KESEHATAN TINGKAT PERTAMA (FKTP)
YANG BEKERJA SAMA DENGAN BPJS KESEHATAN DAN PERSENTASE
PENAMBAHANNYA MENURUT JENIS TAHUN 2014 - TAHUN 2016 .............. 91
GAMBAR 4.12 JUMLAH FASILITAS KESEHATAN TINGKAT PERTAMA (FKTP) YANG
BEKERJA SAMA DENGAN BPJS KESEHATAN MENURUT PROVINSI PER 31
DESEMBER 2016 ................................................................................................................ 92
GAMBAR 4.13 SEBARAN JUMLAH FKTP YANG BEKERJA SAMA DENGAN BPJS
KESEHATAN TAHUN 201 ................................................................................................ 93
GAMBAR 4.14 PERKEMBANGAN JUMLAH FASILITAS KESEHATAN RUJUKAN TINGKAT
LANJUTAN (FKRTL) YANG BEKERJA SAMA DENGAN BPJS KESEHATAN
TAHUN 2014 - 2016 ......................................................................................................... 93
GAMBAR 4.15 PROPORSI JENIS FASILITAS KESEHATAN RUJUKAN TINGKAT LANJUTAN
(FKRTL) YANG BEKERJA SAMA DENGAN BPJS KESEHATAN PER 31
DESEMBER 2016 ................................................................................................................ 94
GAMBAR 4.16 GAMBARAN JUMLAH FASILITAS KESEHATAN RUJUKAN TINGKAT LANJUT
(FKRTL) YANG BEKERJA SAMA DENGAN BPJS KESEHATAN DAN
PERSENTASE PENAMBAHANNYA MENURUT JENIS TAHUN 2014 - 2016 ... 94
GAMBAR 4.17 JUMLAH FASILITAS KESEHATAN RUJUKAN TINGKAT LANJUTAN (FKRTL)
YANG BEKERJASAMA DENGAN BPJS KESEHATAN PER 31 DESEMBER
2016 ....................................................................................................................................... 95
GAMBAR 4.18 SEBARAN JUMLAH FKRTL YANG BEKERJA SAMA DENGAN BPJS
KESEHATAN TAHUN 2016 ............................................................................................. 96
GAMBAR 4.19 ALOKASI ANGGARAN DAN REALISASI PENERIMA BANTUAN IURAN (PBI)
BPJS TAHUN 2014 2016 .............................................................................................. 96
xi
GAMBAR 5.4 CAKUPAN IMUNISASI TT5 PADA WANITA USIA SUBUR DI INDONESIA
TAHUN 2016 ....................................................................................................................... 108
GAMBAR 5.5 CAKUPAN IMUNISASI TT2+ PADA IBU HAMIL DI INDONESIA TAHUN 2016
................................................................................................................................................... 109
GAMBAR 5.7 CAKUPAN KUNJUNGAN NIFAS (KF3) DI INDONESIA TAHUN 2008 - 2016 .. 112
GAMBAR 5.12 CAKUPAN PESERTA KB AKTIF DI INDONESIA TAHUN 2016 .............................. 118
GAMBAR 5.13 PERSENTASE TEMPAT PELAYANAN KB DI INDONESIA TAHUN 2016 ........... 119
GAMBAR 5.15 TREN ANGKA KEMATIAN NEONATAL, BAYI, DAN BALITA TAHUN 1991
2015 ....................................................................................................................................... 124
GAMBAR 5.16 CAKUPAN KUNJUNGAN NEONATAL PERTAMA (KN1) MENURUT
PROVINSI TAHUN 2016 .................................................................................................. 126
GAMBAR 5.17 PERSENTASE CAKUPAN IMUNISASI CAMPAK PADA BAYI DI INDONESIA
TAHUN 2007 - 2016 ......................................................................................................... 128
GAMBAR 5.18 PERSENTASE CAKUPAN IMUNISASI CAMPAK PADA BAYI MENURUT
PROVINSI TAHUN 2016 .................................................................................................. 129
GAMBAR 5.19 CAKUPAN IMUNISASI DASAR LENGKAP PADA BAYI MENURUT PROVINSI
TAHUN 2016 ....................................................................................................................... 130
GAMBAR 5.20 ANGKA DROP OUT IMUNISASI DPT/HB1-CAMPAK PADA BAYI TAHUN
2007 - 2016 ......................................................................................................................... 131
GAMBAR 5.21 CAKUPAN DESA/KELURAHAN UCI MENURUT PROVINSI TAHUN 2016 ...... 132
xii
GAMBAR 5.23 CAKUPAN PUSKESMAS YANG MELAKSANAKAN PENJARINGAN
KESEHATAN PESERTA DIDIK KELAS VII DAN X MENURUT PROVINSI
TAHUN 2016 ....................................................................................................................... 135
GAMBAR 5.24 PERSENTASE PUSKESMAS YANG MELAKSANAKAN KEGIATAN
KESEHATAN REMAJA MENURUT PROVINSI TAHUN 2016 ............................. 137
GAMBAR 5.25 CAKUPAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF PADA BAYI UMUR 0 5 BULAN
MENURUT PROVINSI TAHUN 2016 ........................................................................... 139
GAMBAR 5.26 CAKUPAN PEMBERIAN KAPSUL VITAMIN A PADA BALITA (6 59 BULAN)
MENURUT PROVINSI TAHUN 2016 ........................................................................... 140
GAMBAR 5.27 PERSENTASE GIZI BURUK DAN KURANG PADA BALITA 0 59 BULAN
MENURUT PROVINSI DI INDONESIA TAHUN 2016 .............................................. 142
GAMBAR 5.28 PERSENTASE GIZI BURUK DAN KURANG PADA BALITA 0 23 BULAN
MENURUT PROVINSI DI INDONESIA TAHUN 2016 .............................................. 143
GAMBAR 5.29 PERSENTASE PENDEK PADA BALITA 0 59 BULAN MENURUT PROVINSI
DI INDONESIA TAHUN 2016 ......................................................................................... 144
GAMBAR 5.30 PERSENTASE BALITA PENDEK DAN SANGAT PENDEK BERUMUR 0 23
BULAN MENURUT PROVINSIDI INDONESIA TAHUN 2016 ............................... 145
GAMBAR 5.31 PERSENTASE BALITA KURUS DAN SANGAT KURUS BERUMUR 0 59
BULAN MENURUT PROVINSI DI INDONESIA TAHUN 2016 .............................. 146
GAMBAR 5.32 PERSENTASE BALITA KURUS DAN SANGAT KURUS BERUMUR 0 23
BULAN MENURUT PROVINSI DI INDONESIA TAHUN 2016 .............................. 147
GAMBAR 6.6 JUMLAH KASUS HIV POSITIF DAN AIDS YANG DILAPORKAN DI
INDONESIA SAMPAI TAHUN 2016 ............................................................................ 159
GAMBAR 6.7 PROPORSI KASUS BARU HIV POSITIF DAN AIDS MENURUT JENIS
KELAMIN DI INDONESIA TAHUN 2016 ..................................................................... 160
xiii
GAMBAR 6.8 PERSENTASE KASUS BARU HIV POSITIF DAN AIDS MENURUT KELOMPOK
UMUR TAHUN 2016 ........................................................................................................ 161
GAMBAR 6.9 PERSENTASE KASUS BARU HIV POSITIF DAN AIDS MENURUT FAKTOR
RISIKO DI INDONESIA TAHUN 2016 ........................................................................... 161
GAMBAR 6.10 JUMLAH KASUS AIDS MENURUT PEKERJAAN DI INDONESIA TAHUN 2016
................................................................................................................................................... 162
GAMBAR 6.11 ANGKA KEMATIAN AKIBAT AIDS YANG DILAPORKAN TAHUN 2004 -
2015 ....................................................................................................................................... 163
GAMBAR 6.13 ANGKA PREVALENSI DAN ANGKA PENEMUAN KASUS BARU KUSTA
(NCDR) TAHUN 2011 - 2016 ........................................................................................ 166
GAMBAR 6.14 PETA ELIMINASI KUSTA PROVINSI DI INDONESIA TAHUN 2005 DAN 2016
................................................................................................................................................... 167
GAMBAR 6.15 ANGKA CACAT TINGKAT 2 PENDERITA KUSTA BARU PER 1.000.000
PENDUDUK TAHUN 2012-2016 ................................................................................. 168
GAMBAR 6.16 ANGKA CACAT TINGKAT 2 KUSTA PER 1.000.000 PENDUDUK PER
PROVINSI TAHUN 2016 ................................................................................................. 168
GAMBAR 6.17 PROPORSI KUSTA MB DAN PROPORSI KUSTA PADA ANAK TAHUN 2012 -
2016 ....................................................................................................................................... 169
GAMBAR 6.22 SEBARAN KASUS DIFTERI MENURUT PROVINSI TAHUN 2016 ........................ 175
GAMBAR 6.23 PROPORSI KASUS DIFTERI MENURUT KELOMPOK UMUR DI INDONESIA
TAHUN 2016 ....................................................................................................................... 175
GAMBAR 6.24 PENCAPAIAN NON POLIO AFP RATE PER 100.000 ANAK USIA < 15
TAHUN MENURUT PROVINSI TAHUN 2016 ........................................................... 176
GAMBAR 6.25 NON POLIO AFP RATE PER 100.000 ANAK < 15 TAHUN DI INDONESIA
TAHUN 2016 ....................................................................................................................... 177
GAMBAR 6.26 PENCAPAIAN SPESIMEN ADEKUAT MENURUT PROVINSI TAHUN 2016 ... 178
xiv
GAMBAR 6.27 PERSENTASE SPESIMEN ADEKUAT AFP MENURUT PROVINSI TAHUN
2016 ....................................................................................................................................... 178
GAMBAR 6.30 CASE FATALITY RATE DEMAM BERDARAH DENGUE MENURUT PROVINSI
TAHUN 2016 ....................................................................................................................... 181
GAMBAR 6.32 ANGKA BEBAS JENTIK DI INDONESIA TAHUN 2010-2015 ................................ 182
GAMBAR 6.33 JUMLAH KASUS CHIKUNGUNYA DI INDONESIA TAHUN 2010-2016 ............ 183
GAMBAR 6.34 JUMLAH KASUS KRONIS FILARIASIS DI INDONESIA TAHUN 2010 2016 ... 184
GAMBAR 6.35 CAKUPAN POPM FILARIASIS TAHUN 2010 2016 .............................................. 186
GAMBAR 6.37 ANGKA KESAKITAN MALARIA (ANNUAL PARACITE INCIDENCE /API) PER
1.000 PENDUDUK BERISIKO TAHUN 2009-2016 .................................................. 187
GAMBAR 6.41 SITUASI RABIES DI INDONESIA TAHUN 2009 2016 .......................................... 191
GAMBAR 6.42 SITUASI LEPTOSPIROSIS DI INDONESIA TAHUN 2009 2016 ......................... 193
GAMBAR 6.43 JUMLAH KASUS DAN KEMATIAN ANTRAKS DI INDONESIA TAHUN 2009-
2015 ....................................................................................................................................... 194
GAMBAR 6.44 JUMLAH KASUS, KEMATIAN, DAN CASE FATALITY RATE (CFR) FLU
BURUNG DI INDONESIA TAHUN 2005-2016 .......................................................... 195
xv
GAMBAR 6.47 PERSENTASE DESA/KELURAHAN YANG MELAKSANAKAN POSBINDU PTM
MENURUT PROVINSI S.D. TAHUN 2016 .................................................................. 201
GAMBAR 6.50 PERSENTASE PEMERIKSAAN IVA MENURUT PROVINSI S.D. TAHUN 2016
................................................................................................................................................... 204
GAMBAR 6.53 PERSENTASE KEJADIAN BENCANA ALAM DI INDONESIA TAHUN 2016 ...... 206
GAMBAR 6.55 PERSENTASE KEJADIAN BENCANA SOSIAL DI INDONESIA TAHUN 2016 .... 207
GAMBAR 6.56 JUMLAH KEJADIAN BENCANA MENURUT PROVINSI TAHUN 2016 .............. 208
GAMBAR 6.59 JEMAAH HAJI INDONESIA MENURUT KELOMPOK UMUR TAHUN 2016 .... 214
GAMBAR 7.4 PERSENTASE RUMAH TANGGA DENGAN AKSES AIR MINUM LAYAK
TAHUN 2016 ....................................................................................................................... 228
xvi
GAMBAR 7.5 PERSENTASE SARANA AIR MINUM YANG DILAKUKAN PENGAWASAN
TAHUN 2016 ....................................................................................................................... 229
GAMBAR 7.10 PERSENTASE RUMAH TANGGA YANG MENEMPATI RUMAH LAYAK HUNI
MENURUT PROVINSI TAHUN 2016 ........................................................................... 240
xvii
DAFTAR TABEL
TABEL 1.3 PENDUDUK USIA 15 TAHUN KEATAS MENURUT JENIS KEGIATAN UTAMA
2013 2016 (JUTA ORANG) ......................................................................................... 12
****
xviii
DAFTAR LAMPIRAN
BAB I. DEMOGRAFI
Lampiran 1.1 Pembagian Wilayah Administrasi Pemerintahan Menurut Provinsi
Tahun 2015 .........................................................................................................................
Lampiran 1.2 Estimasi Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin dan Rasio Jenis
Kelamin Menurut Provinsi Tahun 2016 ...................................................................
Lampiran 1.3 Estimasi Jumlah Penduduk Indonesia Menurut Kelompok Umur dan
Jenis Kelamin Tahun 2016 ............................................................................................
Lampiran 1.4 Estimasi Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin, Luas Wilayah dan
Kepadatan Penduduk Menurut Provinsi Tahun 2016 ........................................
Lampiran 1.5 Estimasi Jumlah Lahir Hidup, Jumlah Bayi (0 Tahun), Jumlah Batita (0 - 2
Tahun), Jumlah Anak Balita (1 - 4 Tahun), dan Jumlah Balita (0 - 4 Tahun)
Menurut Provinsi Tahun 2016 .....................................................................................
Lampiran 1.6 Estimasi Jumlah Penduduk Menurut Penduduk Usia Muda, Usia
Produktif dan Usia Non Produktif Menurut Jenis Kelamin Provinsi Tahun
2016 .......................................................................................................................................
Lampiran 1.7 Estimasi Jumlah Wanita Usia Subur (15 - 49 Tahun), WUS Imunisasi (15 -
39 Tahun), Ibu Hamil, Ibu Bersalin Dan Ibu Nifas Menurut Provinsi
Tahun 2016 .........................................................................................................................
Lampiran 1.8 Estimasi Jumlah Anak Pra Sekolah, Jumlah Anak Usia Kelas 1
SD/Setingkat, dan Jumlah Anak Usia SD/Setingkat Menurut Provinsi
Tahun 2016 .........................................................................................................................
Lampiran 1.9 Jumlah Penduduk Miskin, Persentase Penduduk Miskin dan Garis
Kemiskinan Tahun 2000 2016 ...................................................................................
Lampiran 1.10 Garis Kemiskinan, Jumlah, dan Persentase Penduduk Miskin Menurut
Provinsi dan Tipe Daerah Tahun 2016 .....................................................................
Lampiran 1.11 Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) dan Indeks Keparahan Kemiskinan
(P2) Menurut Provinsi Tahun 2016 ...........................................................................
Lampiran 1.12 Indeks Gini Menurut Provinsi Tahun 2012 2016 ..............................................
Lampiran 1.13 Persentase Rata-Rata Pengeluaran Perkapita Sebulan Menurut
Kelompok Barang dan daerah Tempat Tinggal Tahun 2016 ...........................
Lampiran 1.14 Persentase Rata-Rata Pengeluaran Bukan Makanan Perkapita Perbulan
Tahun 2016 .........................................................................................................................
Lampiran 1.15 Jumlah Pengangguran dan Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT)
Penduduk Usia 15 Tahun Keatas Menurut Provinsi Tahun 2016 ..................
xix
Lampiran 1.16 Rata-Rata Lama Sekolah Penduduk Berumur 15 tahun Keatas Menurut
Provinsi dan Jenis Kelamin Tahun 2016 ..................................................................
Lampiran 1.17 Angka Melek Huruf (Persentase Penduduk Umur 15 tahun Keatas Yang
Melek Huruf) Menurut Provinsi dan Jenis Kelamin Tahun 2012 2016 ....
Lampiran 1.18 Angka Partisipasi Sekolah (APS) Menurut Provinsi Tahun 2013 2016 ....
Lampiran 1.19 Angka Partisipasi Sekolah (APS) Menurut Provinsi dan Jenis Kelamin
Tahun 2016 .........................................................................................................................
Lampiran 1.20 Angka Partisipasi Kasar (APK) Pendidikan Menurut Provinsi Tahun 2013
2016 ....................................................................................................................................
Lampiran 1.21 Angka Partisipasi Kasar (APK) Pendidikan Menurut Provinsi dan Jenis
Kelamin Tahun 2016 ........................................................................................................
Lampiran 1.22 Angka Partisipasi Murni (APM) Pendidikan Menurut Provinsi Tahun
2013 2016 ........................................................................................................................
Lampiran 1.23 Indeks Pembangunan manusia dan Peringkat Tahun 2012 2016 .............
Lampiran 1.24 Indeks Pembangunan Manusia dan Komponen Menurut Provinsi Tahun
2015 2016 ........................................................................................................................
xx
Lampiran 2.11 Jumlah Tempat Tidur Di Rmah Sakit Menurut Kelas Perawatan Dan
Provinsi Tahun 2016 ........................................................................................................
Lampiran 2.12 Akreditasi Rumah Sakit Di Indonesia Tahun 2016 ...............................................
Lampiran 2.13 Jumlah Program Studi Diploma IV Institusi Politeknik Kesehatan
(POLTEKES) Sampai Dengan Desember Tahun 2016 ..........................................
Lampiran 2.14 Jumlah Peserta Didik Program Diploma IV Poltekkes Berdasarkan Jenis
Tenaga Kesehatan Tahun 2016 ...................................................................................
Lampiran 2.15 Jumlah Jurusan/Program Studi Diploma III Institusi Politeknik Kesehatan
(POLTEKKES) Menurut Jurusan Dan Provinsi Tahun 2016 ...............................
Lampiran 2.16 Jumlah Peserta Didik Program Diploma III Poltekkes Berdasarkan Jenis
Tenaga Kesehatan Tahun 2016 ...................................................................................
Lampiran 2.17 Jumlah Peserta Didik Diploma III Pltekkes Menurut Jenis Tenaga
Kesehatan Tahun Ajaran 2014/2015 Sampai Dengan 2016/2017 ...............
Lampiran 2.18 Jumlah Sarana Produksi Bidang Kefarmasian Dan Alat Kesehatan
Menurut Provinsi Tahun 2015 ....................................................................................
Lampiran 2.19 Jumlah Sarana Distribusi Bidang Kefarmasian Dan Alat Kesehatan
Menurut Provinsi Tahun 2015 Tahun 2015 ...........................................................
Lampiran 2.20 Persentase Puskesmas Yang Menyediakan Obat Dan Vaksin Menurut
Item Obat Triwulan IV Tahun 2016 ...........................................................................
Lampiran 2.21 Persentase Instalasi Farmasi Kabupaten/Kota (IFK) Yang Melakukan
Manajemen Pengelolaan Obat Dan Vaksin Sesuai Standar Triwulan IV
Tahun 2016 .........................................................................................................................
xxi
Lampiran 3.7 Persentase Rumah Sakit Kabupaten/Kota Kelas C yang Memiliki 4
Dokter spesialis Dasar dan 3 Dokter Spesialis Penunjang Menurut
Provinsi Tahun 2016 ........................................................................................................
Lampiran 3.8 Jumlah Sumber Daya Manusia Kesehatan di daerah Tertinggal, dan
Tertular Menurut Jenis Tenaga dan Provinsi Tahun 2016 ...............................
Lampiran 3.9 Jumlah Dokter Umum, Dokter Spesialis, Dokter Gigi, dan Dokter Gigi
Spesialis yang Memiliki Surat Tanda Registrasi Menurut Provinsi Sampai
dengan 31 Desember Tahun 2016 ............................................................................
Lampiran 3.10 Jumlah Penerbitan Surat Tanda Registrasi Tenaga Kesehatan Menurut
Provinsi Tahun 2016 ........................................................................................................
Lampiran 3.11 Jumlah Penerbitan Surat Tanda Registrasi Baru Tenaga Kesehatan
Menurut Provinsi Tahun 2016 .....................................................................................
Lampiran 3.12 Jumlah Dokter Umum Sebagai Pegawai Tidak Tetap (PTT) Aktif Menurut
Kriteria Wilayah dan Provinsi Per 31 Desember 2016 .......................................
Lampiran 3.13 Jumlah Dokter Gigi Sebagai Pegawai Tidak Tetap (PTT) Aktif Menurut
Kriteria Wilayah dan Provinsi Per 31 Desember 2016 .......................................
Lampiran 3.14 Jumlah Dokter Spesialis dan Dokter Gigi Spesalis Sebagai Pegawai tidak
Tetap (PTT) Aktif Menurut Kriteria Wilayah dan Provinsi Per 31
Desember 2016 .................................................................................................................
Lampiran 3.15 Jumlah Bidan Sebagai Pegawai tidak Tetap (PTT) Aktif Menurut Kriteria
Wilayah dan Provinsi Per Desember 2016 .............................................................
Lampiran 3.16 Jumlah Peserta Penugasan Khusus ResidenDokter Spesialis Menurut
Provinsi Tahun 2016 ........................................................................................................
Lampiran 3.17 Jumlah Lulusan Program Studi Diploma III Poltekes Menurut Jenis
Jenis Tenaga Kesehatan Tahun 2014 2016 .........................................................
Lampiran 3.18 Jumlah Lulusan Program Studi Diploma III Poltekkes Menurut Jenis
Program Studi Tahun 2016 ...........................................................................................
Lampiran 3.19 Jumlah Lulusan Program Diploma IV Poltekkes Menurut Jenis tenaga
Kesehatan Tahun 2016 ...................................................................................................
Lampiran 3.20 Jumlah Dokter Peserta Internship Menurut Bulan Pemberangkatan dan
Provinsi Tahun 2016 ........................................................................................................
Lampiran 3.21 Jumlah Kabupaten/Kota dan Puskesmas Penempatan Nusantara sehat
Menurut Periode Sampai Dengan Tahun 2016 ....................................................
Lampiran 3.22 Penempatan Nusantara Sehat Menurut Kabupaten/Kota dan Puskesmas
Tahun 2016 .........................................................................................................................
Lampiran 3.23 Jumlah Penempatan Tenaga Kerja Kesehatan Pada Tim Nusantara Sehat
(Periode I Sampai Dengan Periode V) Menurut Provinsi Hingga Tahun
2016 .......................................................................................................................................
xxii
Lampiran 3.24 Permohonan Rekomendasi Pangajuan/Perpanjangan RPTKA dan Imta
Bagi SDMK WNA Tahun 2014 2016 .......................................................................
xxiii
Lampiran 5.9 Jumlah dan Persentase PUS Bukan Peserta KB (UNMET NEED) Tahun
2016 .......................................................................................................................................
Lampiran 5.10 Cakupan Imunisasi TT Pada Wanita Usia Subur Menurut Provinsi Tahun
2016 .......................................................................................................................................
Lampiran 5.11 Cakupan Imunisasi TT Pada Ibu Hamil Menurut Provinsi Tahun 2016 .......
Lampiran 5.12 Persentase Puskesmas Menyelenggarakan Pelayanan Kesehatan Santun
Lansia Menurut Provinsi Tahun 2016 .......................................................................
Lampiran 5.13 Cakupan Kunjungan Neonatal Menurut Provinsi Tahun 2016 .......................
Lampiran 5.14 Cakupan Imunisasi Dasar Pada Bayi Menurut Provinsi Tahun 2016 ...........
Lampiran 5.15 Drop Out Rate Cakupan Imunisasi DPT/HB (1)- Campak dan Cakupan
Imunisasi DPT/HB (1)- DPT/HB (3) Pada Bayi Menurut Provinsi Tahun
2014 2016 ........................................................................................................................
Lampiran 5.16 Cakupan Desa/Kelurahan Universal Child Imunization (UCI) Menurut
Provinsi Tahun 2014 2016 .........................................................................................
Lampiran 5.17 Cakupan Imunisasi Anak Sekolah Menurut Provinsi Tahun 2016 .................
Lampiran 5.18 Cakupan Puskesmas Yang Melaksanakan Penjaringan Kesehatan Peserta
Didik Kelas I Menurut Provinsi Tahun 2016 ...........................................................
Lampiran 5.19 Cakupan Puskesmas Yang Melaksanakan Penjaringan Kesehatan Peserta
Didik Kelas VII dan X Menurut Provinsi Tahun 2016 ..........................................
Lampiran 5.20 Persentase Puskesmas Menyelenggarakan Kegiatan Kesehatan Remaja
Menurut Provinsi Tahun 2016 ....................................................................................
Lampiran 5.21 Persentase Bayi Baru lahir Mendapat Inisiasi Menyusui Dini (IMD) dan
Bayi Mendapat ASI Eksklusif Menurut Provinsi Tahun 2016 ..........................
Lampiran 5.22 Persentase Balita Umur 6 59 Bulan Mendapat Vitamin A dan Balita
Ditimbang 4 Kali Dalam Enam Bulan Terakhir Menurut Provinsi Tahun
2016 .......................................................................................................................................
Lampiran 5.23 Persentase Balita Usia 0 23 Bulan Menurut Status Gizi Dengan Indeks
BB/U Menurut Provinsi Tahun 2015 2016 ..........................................................
Lampiran 5.24 Persentase Balita Usia 0 59 Bulan Menurut Status Gizi Dengan Indeks
BB/U Menurut Provinsi Tahun 2015 2016 ..........................................................
Lampiran 5.25 Persentase Balita Usia 0 23 Bulan Menueur Status Gizi Dengan Indeks
TB/U Menurut Provinsi Tahun 2015 2016 ..........................................................
Lampiran 5.26 Persentase Balita Usia 0 59 Bulan Menurut Status Gizi Dengan Indeks
TB/U Menurut Provinsi Tahun 2015 2016 ..........................................................
Lampiran 5.27 Persentase Balita Usia 0 23 Bulan Menurut Status Gizi Dengan Indeks
BB/TB Menurut Provinsi Tahun 2015 2016 ........................................................
Lampiran 5.28 Persentase Balita Usia 0 59 Bulan Menurut Status Gizi Dengan Indeks
BB/TB Menurut Provinsi Tahun 2015 2016 ........................................................
xxiv
Lampiran 5.29 Persentase Balita Kurus dan Ibu Hamil Risiko KEK Mendapat Makanan
Tambahan Menurut Provinsi Tahun 2016 ..............................................................
Lampiran 5.30 Persentase Remaja Putri dan Ibu Hamil Mendapat Tablet Tambah Darah
(TTD) Menurut Provinsi Tahun 2016 ........................................................................
Lampiran 5.31 Persentase Ibu Hamil Menurut Konsumsi Energi, Protein, Karbohidrat,
dan Protein Terhadap Standar Kecukupan Gizi Tahun 2016 ..........................
Lampiran 5.32 Persentase Ibu Hamil Dengan Kecukupan Energi dan Protein Menurut
Provinsi Tahun 2016 ........................................................................................................
xxv
Lampiran 6.15 Jumlah Kasus Baru Kusta dan Case Detection Rate (CDR) Per 100.000
Penduduk Menurut Provinsi dan Jenis Kelamin Tahun 2016 .........................
Lampiran 6.16 Proporsi Kecacatan Kusta dan Kasus Kusta Pada Anak 0 14 Tahun
menurut Provinsi Tahun 2016 .....................................................................................
Lampiran 6.17 Jumlah Kasus Kusta Yang Tercatat dan Angka Prevalensi Per 10.000
Penduduk Menurut Provinsi dan Jenis Kelamin Tahun 2016 .........................
Lampiran 6.18 Jumlah Kasus Tetanus Neonatorium dan Faktor Risiko Menurut Provinsi
Tahun 2016 .........................................................................................................................
Lampiran 6.19 Jumlah Kasus, Meninggal, dan Incidence Rate (IR) Campak menurut
Provinsi Tahun 2016 ........................................................................................................
Lampiran 6.20 Jumlah Kasus Campak dan Kasus Campak Yang Divaksinasi Menurut
Kelompok Umur Dan Provinsi Tahun 2016 ............................................................
Lampiran 6.21 Frekuensi KLB dan Jumlah Kasus Pada KLB Campak Menurut Provinsi
Tahun 2016 .........................................................................................................................
Lampiran 6.22 KLB Campak Berdasarkan Konfirmasi Laboratorium Menurut Provinsi
Tahun 2016 .........................................................................................................................
Lampiran 6.23 Jumlah Kasus Difteri Menurut Kelompok Umur dan Provinsi Tahun 2016
...................................................................................................................................................
Lampiran 6.24 Non Polio AFP Rate Per 100.000 Penduduk Usia < 15 Tahun dan
Persentase Spesimen Adekuat Menurut Provinsi Tahun 2016 ......................
Lampiran 6.25 Jumlah Kasus, Angka Kesakitan Malaria Per 1.000 Penduduk, Jumlah
Kab/Kota Yang Mencapai Eliminasi Malaria dan API <1 Menurut Provinsi
Tahun 2016 .........................................................................................................................
Lampiran 6.26 Annual Parasite Insidence (API) Malaria Menurut Provinsi Tahun 2013
2016 .......................................................................................................................................
Lampiran 6.27 Jumlah Penderita, Incidence Rate Per 100.000 Penduduk, Kasus
Meninggal, dan Case Fatality Rate (%) Demam Berdarah Dengue
(DBD/DHF) Menurut Provinsi Tahun 2016 .............................................................
Lampiran 6.28 Jumlah Kabupaten/Kota Yang Terjangkit Demam Berdarah Dengue
Menurut Provinsi Tahun 2014 2016 .....................................................................
Lampiran 6.29 Situasi Rabies Menurut Provinsi di Indonesia Tahun 2014 2016 ..............
Lampiran 6.30 Jumlah Kasus, Meninggal, dan Case Fatality Rate (CFR) Leptospirosis
Menurut Provinsi Tahun 2014 2016 .....................................................................
Lampiran 6.31 Jumlah Kabupaten/Kota Yang Melakukan Pengendalian Vektor Terpadu
Menurut Provinsi Tahun 2016 ....................................................................................
Lampiran 6.32 Jumlah Puskesmas Yang Melaksanakan Pengendalian Terpadu (PANDU)
PTM Menurut Provinsi Sampai Dengan Tahun 2016 .........................................
Lampiran 6.33 Jumlah Desa Yang Melaksanakan Pos Pembinaan Terpadu (POSBINDU)
Menurut Provinsi Sampai Dengan Tahun 2016 ...................................................
xxvi
Lampiran 6.34 Jumlah Kabupaten/Kota Yang Mempunyai Peraturan Kawasan Tanpa
Rokok (KTR) dan Melaksanakannya Menurut Provinsi Sampai Dengan
Tahun 2016 ..........................................................................................................................
Lampiran 6.35 Rekapitulasi Deteksi Dini Kanker Serviks dan Payudara Menurut Provinsi
Sampai Dengan Tahun 2016 ........................................................................................
Lampiran 6.36 Jumlah Kejadian Bencana Menurut Jenis Bencana dan Bulan Kejadian
Tahun 2016 .........................................................................................................................
Lampiran 6.37 Jumlah dan Korban Bencana Menurut Jenis Bencana Tahun 2016 .............
Lampiran 6.38 Jumlah dan Korban Bencana Menurut Provinsi Tahun 2016 .........................
Lampiran 6.39 Capaian Pemeriksaan Pertama Jamaah haji Menurut Provinsi Tempat
Pemeriksaan Tahun 2016 ..............................................................................................
Lampiran 6.40 Penyakit Terbanyak Rawat Jalan Kloter Haji Tahun 2016 ................................
Lampiran 6.41 Jumlah Jemaah Haji Wafat di Arab Saudi Berdasarkan Penyebab
Penyakit Tahun 2016 ......................................................................................................
***
xxvii
DAFTAR ISI
BAB I DEMOGRAFI
A. KEADAAN PENDUDUK ................................................................................................................................... 1
B. KEADAAN EKONOMI ...................................................................................................................................... 7
C. KEADAAN PENDIDIKAN ................................................................................................................................ 13
D. INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) ............................................................................................ 18
xxviii
D. JUMLAH LULUSAN POLITEKNIK KESEHATAN ....................................................................................... 69
E. PENDAYAGUNAAN TENAGA KESEHATAN ............................................................................................ 71
1. Tenaga Kesehatan dengan Status Pegawai Tidak Tetap (PTT) ............................................ 71
2. Tenaga Kesehatan dengan Status Penugasan Khusus ............................................................ 72
3. Tenaga Kesehatan Warga Negara Asing (TK-WNA) ................................................................. 77
xxix
2. Campak ...................................................................................................................................................... 171
3. Difteri ......................................................................................................................................................... 174
4. Polio dan AFP (Acute Flaccid Paralysis/Lumpuh Layu Akut) ................................................ 176
C. PENYAKIT TULAR VEKTOR DAN ZOONOSIS .......................................................................................... 179
1. Demam Berdarah Dengue (DBD) .................................................................................................... 179
2. Chikungunya ............................................................................................................................................ 183
3. Filariasis ..................................................................................................................................................... 184
4. Malaria........................................................................................................................................................ 186
5. Rabies ......................................................................................................................................................... 190
6. Leptospirosis ........................................................................................................................................... 192
7. Antraks ...................................................................................................................................................... 193
8. Flu Burung ................................................................................................................................................. 194
9. Pengendalian Vektor Terpadu ......................................................................................................... 196
D. PENYAKIT TIDAK MENULAR ........................................................................................................................ 198
1. Meningkatkan Upaya Pengendalian PTM di Puskesmas ....................................................... 199
2. Pos Pembinaan Terpadu Penyakit Tidak Menular (Posbindu PTM) ................................. 200
3. Pengendaliam Konsumsi Hasil Tembakau ................................................................................... 202
4. Deteksi Dini Kanker Serviks dan Payudara .................................................................................. 204
E. DAMPAK KESEHATAN AKIBAT BENCANA .............................................................................................. 205
F. PELAYANAN KESEHATAN HAJI ................................................................................................................... 211
1. Pemeriksaan Kesehatan Jemaah Haji ........................................................................................... 212
2. Kondisi Jemaah Haji Indonesia ........................................................................................................ 213
3. Rawat Jalan, Rujukan, dan Jemaah Wafat .................................................................................. 215
xxx
BAB I DEMOGRAFI
Secara geografis Indonesia terletak di antara dua benua, Benua Asia dan Australia, di
antara dua samudera, Samudera Hindia dan Samudera Pasifik. Secara astronomis Indonesia
terletak antara 6o Lintang Utara sampai 11o Lintang Selatan dan 95o sampai 141o Bujur Timur
yang meliputi rangkaian pulau antara Sabang sampai Merauke. Data yang bersumber dari
Badan Informasi Geospasial, Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia
dengan jumlah pulau sebanyak 13.466, luas daratan sebesar 1.922.570 km2 dan luas perairan
sebesar 3.257.483 km2.
Berdasarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 56 Tahun 2015 tentang Kode
dan Data Wilayah Administrasi Pemerintahan, secara administratif wilayah Indonesia terbagi
atas 34 provinsi, 514 kabupaten/kota (416 kabupaten dan 98 kota), 7.160 kecamatan, 8.430
kelurahan dan 74.754 desa. Jumlah provinsi bertambah satu dari tahun 2013, yaitu Provinsi
Kalimantan Utara. Provinsi Kalimantan Utara merupakan pemekaran dari Provinsi
Kalimantan Timur, dengan 5 kabupaten/kota yaitu Kabupaten Malinau, Bulungan, Tana
Tidung, Nunukan dan Kota Tarakan. Pembagian wilayah administrasi pemerintahan menurut
provinsi pada tahun 2016 dapat dilihat pada Lampiran 1.1.
Pada bab ini akan diulas mengenai keadaan penduduk, ekonomi, pendidikan dan
Indeks Pembangunan Manusia (IPM).
A. KEADAAN PENDUDUK
Hasil estimasi jumlah penduduk Indonesia pada tahun 2016 sebesar 258.704.986
jiwa, yang terdiri atas 129.988.690 jiwa penduduk laki-laki dan 128.716.296 jiwa penduduk
perempuan. Angka tersebut merupakan hasil perhitungan yang dilakukan oleh Pusat Data
dan Informasi Kementerian Kesehatan dengan bimbingan dari Badan Pusat Statistik (BPS)
dengan menggunakan metode geometrik. Metode ini menggunakan prinsip bahwa
parameter dasar demografi yaitu parameter fertilitas, mortalitas, dan migrasi per tahun
tumbuh konstan.
Gambar 1.1 memperlihatkan peningkatan jumlah penduduk di Indonesia tahun 2012
hingga 2016. Dari tahun 2012-2014 pertumbuhan penduduk per tahun terus meningkat, dari
3,59 juta per tahun menjadi 3,70 juta per tahun. Tahun 2016 pertumbuhan penduduk sedikit
Bab I DEMOGRAFI 1
menurun dari tahun 2015 menjadi 3,24 juta per tahun. Rasio jenis kelamin pada tahun 2016
adalah 101, yang artinya terdapat 101 laki-laki diantara 100 perempuan.
GAMBAR 1.1
JUMLAH PENDUDUK INDONESIA (DALAM JUTAAN) MENURUT JENIS KELAMIN
TAHUN 2012 2016
300,00 4,00
3,65 3,70
3,59
3,34 3,24 3,50
250,00
( Pertumbuhan Penduduk )
200,00
( Jumlah Penduduk )
2,50
150,00 2,00
125,06 126,92 128,37 129,99
123,22
1,50
100,00 121,55 123,36 125,20 127,09 128,72
1,00
50,00
0,50
- -
2012 2013 2014 2015 2016
Pada Gambar 1.2, berdasarkan hasil estimasi, jumlah penduduk paling banyak di
Indonesia terdapat di Provinsi Jawa Barat dengan jumlah penduduk sebesar 47.379.389 jiwa,
sedangkan jumlah penduduk paling sedikit terdapat di Kalimantan Utara dengan jumlah
penduduk sebesar 666.333 jiwa.
Sumber: Pusat Data dan Informasi, Kemenkes RI, 2016, Hasil Estimasi Data Penduduk Sasaran Program
Pembangunan Kesehatan Tahun 2015-2019
Dari gambar berikut ini tampak pulau Jawa merupakan wilayah yang memiliki
populasi penduduk Indonesia paling banyak. Penduduk yang paling sedikit berada di wilayah
timur Indonesia yakni Maluku dan Papua.
GAMBAR 1.3
PERSENTASE PERSEBARAN PENDUDUK INDONESIA TAHUN 2016
Lainnya 5,53
Papua 1,59
Maluku 1,12
Sulawesi 7,33 Jawa
Kalimantan
Sumatera
Sulawesi
Sumatera 21,69
Jawa 56,70 Maluku
Papua
Lainnya
Kalimantan 6,04
Sumber: Pusat Data dan Informasi, Kemenkes RI, 2016, Hasil Estimasi Data Penduduk Sasaran
Program Pembangunan Kesehatan Tahun 2015-2019
Bab I DEMOGRAFI 3
Struktur umur penduduk menurut jenis kelamin dapat digambarkan dalam bentuk
piramida penduduk. Berdasarkan estimasi jumlah penduduk, dapat disusun sebuah piramida
penduduk tahun 2016. Dasar piramida menunjukkan jumlah penduduk, badan piramida
bagian kiri menunjukkan banyaknya penduduk laki-laki dan badan piramida bagian kanan
menunjukkan jumlah penduduk perempuan. Piramida tersebut merupakan gambaran
struktur penduduk yang terdiri dari struktur penduduk muda, dewasa, dan tua. Struktur
penduduk ini menjadi dasar bagi kebijakan kependudukan, sosial, budaya, dan ekonomi.
GAMBAR 1.4
PIRAMIDA PENDUDUK INDONESIA TAHUN 2016
75+
70-74
65-69
60-64
55-59
50-54
45-49
40-44
35-39
30-34
25-29
20-24
15-19
10-14
5-9
0-4
15.000.000 10.000.000 5.000.000 0 5.000.000 10.000.000 15.000.000
Perempuan Laki-laki
Sumber: Pusat Data dan Informasi, Kemenkes RI, 2016, Hasil Estimasi Data Penduduk Sasaran
Program Pembangunan Kesehatan Tahun 2015-2019
Sumber: Pusat Data dan Informasi, Kemenkes RI, 2016, Hasil Estimasi Data Penduduk Sasaran
Program Pembangunan Kesehatan Tahun 2015-2019
Pada Gambar 1.5 terlihat bahwa kepadatan penduduk di Indonesia belum merata.
Kepadatan penduduk tertinggi terdapat di Pulau Jawa yaitu Provinsi DKI Jakarta sebesar
15.478,12 jiwa per km2. Kepadatan penduduk terendah terdapat di Provinsi Kalimantan
Utara sebesar 8,83 jiwa per km2. Kondisi ini tidak jauh berbeda dengan kondisi tahun
sebelumnya. Dalam rangka pemerataan penduduk pemerintah melaksanakan beberapa cara,
antara lain: (1) transmigrasi atau program memindahkan penduduk dari tempat yang padat
ke tempat yang jarang penduduknya; (2) pemerataan lapangan kerja dengan
mengembangkan industri, terutama untuk provinsi yang berada di luar Pulau Jawa; (3)
pengendalian jumlah penduduk dengan menurunkan jumlah kelahiran melalui program
keluarga berencana atau penundaan umur pernikahan pertama.
Indikator penting terkait distribusi penduduk menurut umur yang sering digunakan
untuk mengetahui produktivitas penduduk yaitu Angka Beban Tanggungan (ABT) atau
Dependency Ratio. Angka Beban Tanggungan (ABT) adalah angka yang menyatakan
perbandingan antara banyaknya orang berumur tidak produktif (belum produktif/umur di
bawah 15 tahun dan tidak produktif lagi/umur 65 tahun ke atas) dengan yang berumur
produktif (umur 1564 tahun). Angka ini dapat digunakan sebagai indikator yang secara
kasar dapat menunjukkan keadaan ekonomi suatu negara. Semakin tinggi persentase
dependency ratio menunjukkan semakin tinggi beban yang harus ditanggung penduduk yang
produktif untuk membiayai hidup penduduk yang belum produktif dan tidak produktif lagi.
Sedangkan persentase dependency ratio yang semakin rendah menunjukkan semakin
rendahnya beban yang ditanggung penduduk yang produktif untuk membiayai penduduk
yang belum produktif dan tidak produktif lagi.
Bab I DEMOGRAFI 5
Angka Beban Tanggungan penduduk Indonesia pada tahun 2016 sebesar 48,36. Hal ini
berarti bahwa 100 penduduk Indonesia yang produktif, di samping menanggung dirinya
sendiri, juga menanggung 48 orang yang tidak produktif.
Penduduk sebagai determinan pembangunan perlu mendapat perhatian yang serius.
Program pembangunan, termasuk pembangunan di bidang kesehatan, harus didasarkan
pada dinamika kependudukan. Upaya pembangunan di bidang kesehatan tercermin dalam
program kesehatan melalui upaya promotif, preventif, kuratif maupun rehabilitatif.
Pembangunan kesehatan merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan derajat
kesehatan masyarakat. Pencapaian derajat kesehatan yang optimal bukan hanya menjadi
tanggung jawab dari sektor kesehatan saja, namun sektor terkait lainnya seperti sektor
pendidikan, ekonomi, sosial dan pemerintahan juga memiliki peranan yang cukup besar.
Kesehatan merupakan hak semua penduduk, sehingga ditetapkan target dan sasaran
pembangunan kesehatan. Tabel 1.1 memperlihatkan data penduduk sasaran program
pembangunan kesehatan tahun 2016 menurut jenis kelamin.
Data penduduk sasaran program pembangunan kesehatan diperlukan bagi pengelola
program terutama untuk menyusun perencanaan serta evaluasi hasil pencapaian upaya
kesehatan yang telah dilaksanakan. Data penduduk sasaran program pembangunan
kesehatan tahun 2016 menurut provinsi terdapat pada Lampiran 1.5, 1.6, 1.7 dan 1.8.
TABEL 1.1
PENDUDUK SASARAN PROGRAM PEMBANGUNAN KESEHATAN
DI INDONESIA TAHUN 2016
Kelompok Jenis Kelamin
No Sasaran Program Jumlah
Umur/Formula Laki-Laki Perempuan
1 Lahir Hidup - - - 4.867.813
2 Bayi 0 Tahun 2.435.848 2.334.596 4.770.444
3 Batita (di Bawah Tiga Tahun) 0 2 Tahun 7.314.055 7.019.460 14.333.515
4 Anak Balita 1 4 Tahun 9.785.782 9.404.084 19.189.866
5 Balita (di Bawah Lima Tahun) 0 4 Tahun 12.221.630 11.738.680 23.960.310
6 Pra Sekolah 5 6 Tahun 4.911.455 4.691.718 9.603.173
7 Anak Usia Kelas 1 SD/Setingkat 7 Tahun 2.397.183 2.279.486 4.676.669
8 Anak Usia SD/Setingkat 7 12 Tahun 14.141.268 13.433.460 27.574.728
9 Penduduk Usia Muda < 15 Tahun 35.863.014 34.233.847 70.096.861
10 Penduduk Usia Produktif 15 64 Tahun 87.650.697 86.724.311 174.375.008
11 Penduduk Usia Non Produktif 65 Tahun 6.474.979 7.758.138 14.233.117
12 Penduduk Usia Lanjut 60 Tahun 10.722.224 11.908.658 22.630.882
13 Penduduk Usia Lanjut Risiko Tinggi 70 Tahun 3.694.220 4.796.136 8.490.356
14 Wanita Usia Subur (WUS) 15 49 Tahun - 69.739.202 69.739.202
15 Wanita Usia Subur Imunisasi 15 39 Tahun - 52.172.843 52.172.843
16 Ibu Hamil 1,1 X lahir hidup - 5.354.594 5.354.594
17 Ibu Bersalin/Nifas 1,05 X lahir hidup - 5.111.204 5.111.204
Sumber: Pusat Data dan Informasi, Kemenkes RI, 2016, Hasil Estimasi Data Penduduk Sasaran
Program Pembangunan Kesehatan Tahun 2015-2019
GAMBAR 1.6
PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA TAHUN 2013 2016
(DALAM PERSEN)
6
5 5,56
5,01 4,88 5,02
4
0
2013 2014 2015 2016
Bab I DEMOGRAFI 7
dipahami sebagai ketidakmampuan ekonomi penduduk untuk memenuhi kebutuhan dasar
makanan maupun non makanan yang diukur dari pengeluaran. Distribusi pendapatan
merupakan ukuran kemiskinan relatif. Namun karena data pendapatan sulit diperoleh,
pengukuran distribusi pendapatan menggunakan pendekatan data pengeluaran.
Pengukuran kemiskinan dilakukan dengan cara menetapkan nilai standar kebutuhan
minimum, baik untuk makanan maupun untuk non makanan yang harus dipenuhi seseorang
untuk hidup secara layak. Nilai standar kebutuhan minimum tersebut digunakan sebagai
garis pembatas untuk memisahkan antara penduduk miskin dan tidak miskin. Garis
pembatas tersebut yang sering disebut dengan garis kemiskinan. Penduduk dengan tingkat
pengeluaran per kapita per bulan kurang dari atau di bawah garis kemiskinan dikategorikan
miskin. Gambar 1.7 menunjukkan peningkatan garis kemiskinan di Indonesia tahun 2012-
2016. Batas kemiskinan atau tingkat pengeluaran per kapita per bulan tahun 2016 sebesar
Rp 361.990,-
GAMBAR 1.7
GARIS KEMISKINAN DI INDONESIA
TAHUN 2012 2016
400.000 361.990
344.809
350.000 312.328
292.951
300.000 259.520
Rp/kapita/bulan
250.000
200.000
150.000
100.000
50.000
-
2012 2013 2014 2015 2016
BPS mengukur kemiskinan pada bulan Maret dan September. Kondisi September
2016 jumlah penduduk miskin di Indonesia sebesar 27,76 juta orang (10,70%) berkurang 0,24
juta orang dibandingkan kondisi Maret 2016 yang sebesar 28 juta orang (10,86%). Beberapa
faktor yang mempengaruhi kondisi Maret-September 2016 yaitu laju inflasi umum
cenderung rendah, perbaikan penghasilan petani, dan harga eceran beberapa komoditas
bahan pokok mengalami penurunan.
Jumlah penduduk miskin di daerah perkotaan mengalami peningkatan sedangkan
jumlah penduduk miskin di daerah perdesaan mengalami penurunan. Selama periode Maret
2016-September 2016, penduduk miskin di daerah perkotaan meningkat sekitar 0,15 juta
orang, sementara di daerah perdesaan menurun sekitar 0,39 juta orang.
GAMBAR 1.8
PERSENTASE PENDUDUK MISKIN MENURUT PROVINSI TAHUN 2016
Indonesia 10,70
Papua 28,40
Papua Barat 24,88
Nusa Tenggara Timur 22,01
Maluku 19,26
Gorontalo 17,63
Bengkulu 17,03
Aceh 16,43
Nusa Tenggara Barat 16,02
Sulawesi Tengah 14,09
Lampung 13,86
Sumatera Selatan 13,39
Jawa Tengah 13,19
DI Yogyakarta 13,10
Sulawesi Tenggara 12,77
Jawa Timur 11,85
Sulawesi Barat 11,19
Sumatera Utara 10,27
Sulawesi Selatan 9,24
Jawa Barat 8,77
Jambi 8,37
Sulawesi Utara 8,20
Kalimantan Barat 8,00
Riau 7,67
Sumatera Barat 7,14
Kalimantan Utara 6,99
Maluku Utara 6,41
Kalimantan Timur 6,00
Kep. Riau 5,84
Kalimantan Tengah 5,36
Banten 5,36
Kep. Bangka Belitung 5,04
Kalimantan Selatan 4,52
Bali 4,15
DKI Jakarta 3,75
0 5 10 15 20 25 30
Persebaran jumlah dan proporsi penduduk miskin berdasarkan kelompok pulau tahun
2013-2016 pada tabel di bawah ini memperlihatkan persentase penduduk miskin terbesar di
Pulau Jawa dan Pulau Sumatera. Permasalahan kemiskinan merupakan permasalahan yang
kompleks dan bersifat multi dimensional, oleh karena itu, upaya pengentasan kemiskinan
harus dilakukan secara komprehensif, mencakup berbagai aspek kehidupan masyarakat, dan
dilaksanakan secara terpadu.
Bab I DEMOGRAFI 9
TABEL 1.2
PERSEBARAN JUMLAH DAN PROPORSI PENDUDUK MISKIN
MENURUT KELOMPOK BESAR PULAU DI INDONESIA TAHUN 2013 2016
2013 2014 2015 2016
No Kelompok Pulau Jumlah Jumlah Jumlah Jumlah
% % % %
(ribu) (ribu) (ribu) (ribu)
1 Sumatera 6.190,1 21,7 6.070,4 21,9 6.309,1 22,1 6.214,9 22,4
Maluku dan
6 1.700,5 6,0 1.481,4 5,3 1.524,2 5,3 1.546,7 5,6
Papua
Indonesia 28.553,9 100,0 27.727,8 100,0 28.513,6 100,0 27.764,3 100,0
GAMBAR 1.9
PERSENTASE RATA-RATA PENGELUARAN PER KAPITA PER BULAN
MENURUT KELOMPOK BARANG
TAHUN 2016
Makanan
Makanan dan Minuman Jadi 14,14
Padi-padian 6,82
Rokok 6,72
Sayur-sayuran 3,65
Ikan/udang/cumi/kerang 3,55
Telur dan Susu 2,96
Daging 2,17
Buah-buahan 2,04
Bahan minuman 1,69
Minyak dan kelapa 1,34
Kacang-kacangan 1,09
Konsumsi lainnya 1,00
Bumbu-bumbuan 0,97
Umbi-umbian 0,53
Bukan Makanan
Perumahan dan fasilitas rumah tangga 26,60
Aneka Barang dan jasa 12,91
Barang tahan lama 4,75
Pakaian, alas kaki dan tutup kepala 3,05
Pajak, pungutan dan asuransi 2,28
Keperluan pesta dan upacara/kenduri 1,72
0 5 10 15 20 25 30
Sumber: Pengeluaran Untuk konsumsi Penduduk Indonesia, Badan Pusat Statistik, 2016
Susenas Maret, 2016
Bab I DEMOGRAFI 11
pekerjaan/putus asa). Sedangkan kelompok bukan angkatan kerja terdiri dari penduduk
sedang bersekolah, mengurus rumah tangga dan lainnya.
Pada Tabel 1.3 menunjukkan keadaan ketenagakerjaan di Indonesia pada tahun
2013-2016. Pada periode Agustus 2013 hingga Agustus 2016 terjadi peningkatan jumlah
angkatan kerja dan penduduk yang bekerja. Sedangkan jumlah pengangguran terbuka
berfluktuasi yang dapat dilihat pada Tabel 1.3. Jumlah angkatan kerja di Indonesia pada
Agustus 2013 sebesar 120,17 juta orang, meningkat menjadi 125,44 juta orang pada Agustus
2016. Namun terjadi penurunan Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) dari 66,77% pada
Agustus 2013 menjadi 66,34% pada Agustus 2016. TPAK merupakan persentase jumlah
angkatan kerja terhadap jumlah penduduk usia kerja. Indikator ini mengindikasikan besarnya
penduduk usia kerja yang aktif secara ekonomi di suatu wilayah dan menunjukkan besaran
relatif suplai tenaga kerja yang tersedia untuk produksi barang dan jasa dalam suatu
perekonomian.
TABEL 1.3
PENDUDUK USIA 15 TAHUN KE ATAS MENURUT JENIS KEGIATAN UTAMA 2013-2016
(JUTA ORANG)
2013 2014 2015 2016
Angkatan Kerja
Februari Agustus Februari Agustus Februari Agustus Februari Agustus
Jumlah Angkatan
123,17 120,17 125,32 121,87 128,30 122,38 127,67 125,44
Kerja
Tingkat
Partisipasi
69,15 66,77 69,17 66,6 69,50 65,76 68,06 66,34
Angkatan Kerja
(%)
Jumlah penduduk
115,93 112,76 118,17 114,63 120,85 114,82 120,65 118,41
yang bekerja
Jumlah
pengangguran 7,25 7,41 7,15 7,24 7,45 7,56 7,02 7,03
terbuka
Tingkat
Pengangguran 5,88 6,17 5,7 5,94 5,81 6,18 5,50 5,61
Terbuka (%)
Sumber: Badan Pusat Statistik, 2016
Indonesia 5,61
Banten 8,92
Jawa Barat 8,89
Kalimantan Timur 7,95
Kepulauan Riau 7,69
Aceh 7,57
Papua Barat 7,46
Riau 7,43
Maluku 7,05
Sulawesi Utara 6,18
DKI Jakarta 6,12
Sumatera Utara 5,84
Kalimantan Selatan 5,45
Kalimantan Utara 5,23
Sumatera Barat 5,09
Kalimantan Tengah 4,82
Sulawesi Selatan 4,80
Jawa Tengah 4,63
Lampung 4,62
Sumatera Selatan 4,31
Kalimantan Barat 4,23
Jawa Timur 4,21
Maluku Utara 4,01
Jambi 4,00
Nusa Tenggara Barat 3,94
Papua 3,35
Sulawesi Barat 3,33
Bengkulu 3,30
Sulawesi Tengah 3,29
Nusa Tenggara Timur 3,25
Gorontalo 2,76
Sulawesi Tenggara 2,72
DI Yogyakarta 2,72
Kepulauan Bangka Belitung 2,60
Bali 1,89
0 2 4 6 8 10
C. KEADAAN PENDIDIKAN
Komponen pengukuran tingkat pembangunan manusia suatu negara yang cukup
berpengaruh yaitu komponen pendidikan. Perubahan yang terjadi secara terus menerus
Bab I DEMOGRAFI 13
pada perilaku masyarakat disebabkan oleh semakin meningkatnya tingkat pendidikan.
Pendidikan juga merupakan salah satu syarat mutlak pencapaian tujuan pembangunan
manusia, dan merupakan target pembangunan sekaligus sarana pembangunan nasional.
Pendidikan masyarakat dapat diukur dengan berbagai indikator, salah satu indikator yang
secara sensitif dapat mengukur tingkat pendidikan masyarakat yaitu rata-rata lama sekolah.
GAMBAR 1.11
RATA-RATA LAMA SEKOLAH PENDUDUK BERUMUR 15 TAHUN KE ATAS (DALAM TAHUN)
TAHUN 2012 - 2016
9
8
8,25 8,32 8,42
8,03 8,09
7
0
2012 2013 2014 2015 2016
GAMBAR 1.12
ANGKA MELEK HURUF (DALAM PERSEN) MENURUT PROVINSI TAHUN 2016
Indonesia 95,38
Pada Gambar 1.12, AMH secara nasional tahun 2016 sebesar 95,38%. Provinsi
Sulawesi Utara memiliki AMH tertinggi (99,79%) dan terendah di Provinsi Papua (71,02%).
Secara umum di 34 provinsi, AMH laki-laki lebih tinggi dari perempuan. Disparitas AMH
antara laki-laki dan perempuan berkisar antara 0,10% sampai dengan 12,12%, terendah di
Bab I DEMOGRAFI 15
Provinsi Gorontalo dan tertinggi di Provinsi Papua. Rincian AMH (persentase penduduk
berumur 15 tahun ke atas yang melek huruf) menurut provinsi dan jenis kelamin dapat
dilihat pada Lampiran 1.17.
Indikator angka partisipasi merupakan indikator pendidikan yang mengukur tingkat
partisipasi sekolah penduduk menurut kelompok umur sekolah atau jenjang pendidikan
tertentu. Ada tiga jenis indikator yang memberikan gambaran mengenai partisipasi sekolah
yaitu Angka Partisipasi Sekolah (APS), Angka Partisipasi Kasar (APK), dan Angka Partisipasi
Murni (APM).
APS merupakan persentase jumlah murid kelompok usia sekolah tertentu yang
bersekolah pada berbagai jenjang pendidikan dibagi dengan penduduk kelompok usia
sekolah yang sesuai. Indikator ini digunakan untuk mengetahui banyaknya anak usia sekolah
yang masih bersekolah di semua jenjang pendidikan. APS secara umum dikategorikan
menjadi 3 kelompok umur, yaitu 7-12 tahun mewakili umur setingkat SD, 13-15 tahun
mewakili umur setingkat SMP/MTs, 16-18 tahun mewakili umur setingkat SMA/SMK dan 19-
24 tahun mewakili umur setingkat perguruan tinggi. Semakin tinggi APS berarti semakin
banyak anak usia sekolah yang bersekolah.
GAMBAR 1.13
PERSENTASE ANGKA PARTISIPASI SEKOLAH TAHUN 2013 2016
120
80
70,31 70,61 70,83 7-12 tahun
63,84
60 13-15 tahun
16-18 tahun
40 19-24 tahun
22,82 22,95 23,93
20,14
20
0
2013 2014 2015 2016
Gambar 1.13 memperlihatkan APS tahun 2013 sampai dengan tahun 2016 untuk tiap
kelompok umur sekolah cenderung meningkat. Semakin tinggi kelompok umur maka tingkat
partisipasi sekolahnya semakin kecil, hal ini dimungkinkan pada kelompok umur 16-18 tahun
dan 19-24 tahun telah masuk dalam angkatan kerja dan bekerja. Peningkatan terbesar
terjadi pada kelompok umur 16-18 tahun atau kelompok umur SMA/sederajat, hal ini sejalan
dengan program wajib belajar 12 tahun. Peningkatan APS pada kelompok umur 7-12 tahun
dan 13-15 tahun juga terjadi dan sejalan dengan program wajib belajar 9 tahun yang
mendahului program wajib belajar 12 tahun. Rincian APS menurut provinsi dan kelompok
GAMBAR 1.14
PERSENTASE ANGKA PARTISIPASI KASAR PENDIDIKAN TAHUN 2013 2016
120 108,87 110,50 109,31
107,71
40
20
0
2013 2014 2015 2016
Bab I DEMOGRAFI 17
Indikator pendidikan lainnya yaitu Angka Partisipasi Murni (APM). APM merupakan
perbandingan antara jumlah siswa kelompok usia sekolah pada jenjang pendidikan tertentu
dengan penduduk usia sekolah yang sesuai dengan usianya, dinyatakan dalam persen.
Berbeda dengan APK, APM menggunakan batasan kelompok umur. Indikator APM ini
digunakan untuk mengetahui banyaknya anak usia sekolah yang bersekolah pada suatu
jenjang pendidikan yang sesuai dengan usianya. Semakin tinggi APM menandakan semakin
banyak anak usia sekolah yang bersekolah di suatu daerah. Jika dibandingkan APK, APM
merupakan indikator pendidikan yang lebih baik karena memperhitungkan juga partisipasi
penduduk kelompok usia standar di jenjang pendidikan yang sesuai dengan standar tersebut.
Pada Gambar 1.15, tahun 2016 nilai APM untuk SD/sederajat sebesar 96,82%,
SMP/sederajat sebesar 77,95% dan SMA/sederajat sebesar 59,95%. Kondisi ini terus
meningkat pada semua jenjang pendidikan dibandingkan beberapa tahun sebelumnya. Nilai
APM lebih mencerminkan kondisi partisipasi sekolah dibandingkan nilai APK. Rincian APM
menurut provinsi tahun 2013-2016 terdapat pada Lampiran 1.22.
GAMBAR 1.15
PERSENTASE ANGKA PARTISIPASI MURNI PENDIDIKAN TAHUN 2013 2016
120
40
20
0
2013 2014 2015 2016
GAMBAR 1.16
INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) INDONESIA TAHUN 1996 - 2016
80 73,81
71,17 71,76 72,27 72,77 73,29
67,7 68,69 69,57 70,08 70,59
70 64,3 65,8
68,9 69,55 70,18
60 66,53 67,09 67,7 68,31
Target
50 APBN: 70,1
69,40
40
30
20
10
0
1996 1999 2002 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016
Pertumbuhan IPM yang tinggi pada tahun 2016 didorong oleh peningkatan semua
indeks komponen pembentuknya. Indeks pendidikan merupakan komponen IPM yang
mengalami akselerasi paling tinggi. Pada tahun 2016, indeks pendidikan mencapai 61,83 atau
meningkat 0,83 poin dari tahun sebelumnya. Demikian halnya dengan indeks standar hidup
Bab I DEMOGRAFI 19
layak yang mengalami peningkatan 0,80 poin. Sementara itu indeks kesehatan yang diwakili
oleh angka harapan hidup saat lahir peningkatannya yang tidak terlalu signifikan.
GAMBAR 1.17
KOMPONEN INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA INDONESIA TAHUN 2015 - 2016
90
78,12 78,31
80
70,59 71,39
70
61,00 61,83
60
50
40
30
20
10
0
2015 2016 2015 2016 2015 2016
Indeks Kesehatan Indeks Pendidikan Indeks Standar Hidup Layak
Sumber: Laporan Bulanan Data Sosial Ekonomi Juli 2017, Badan Pusat Statistik, 2017
GAMBAR 1.18
INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA MENURUT PROVINSI TAHUN 2016
Indonesia 70,18
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90
***
Bab I DEMOGRAFI 21
BAB II SARANA KESEHATAN
GAMBAR 2.1
JUMLAH PUSKESMAS TAHUN 2012 2016
10.000
7.000
6.000
5.000
4.000
3.000
2.000
1.000
0
2012 2013 2014 2015 2016
Sejak tahun 2012 jumlah Puskesmas semakin meningkat, dari 9.510 unit menjadi
9.767 unit pada tahun 2016. Namun demikian, peningkatan jumlah Puskesmas tidak secara
langsung menggambarkan pemenuhan kebutuhan pelayanan kesehatan primer di suatu
wilayah. Pemenuhan kebutuhan pelayanan kesehatan primer dapat dilihat secara umum dari
rasio Puskesmas terhadap kecamatan. Rasio Puskesmas terhadap kecamatan pada tahun
2016 sebesar 1,36. Hal ini menggambarkan bahwa rasio ideal Puskesmas terhadap
kecamatan yaitu minimal 1 Puskesmas di 1 kecamatan, secara nasional sudah terpenuhi,
tetapi perlu diperhatikan distribusi dari Puskesmas tersebut di seluruh kecamatan.
Indonesia 1,36
Provinsi dengan rasio Puskesmas terhadap kecamatan tertinggi adalah Provinsi DKI
Jakarta sebesar 7,73 Puskesmas per kecamatan, sedangkan Papua Barat memiliki rasio
terendah sebesar 0,69 Puskesmas per kecamatan. Rasio Puskesmas per kecamatan tersebut
dapat menggambarkan kondisi aksesibilitas masyarakat terhadap pelayanan kesehatan
primer. Aksesibilitas masyarakat dipengaruhi oleh berbagai faktor di antaranya kondisi
geografis, luas wilayah, ketersediaan sarana dan prasarana dasar, dan kemajuan suatu
daerah. Sebagai contoh, dua provinsi dengan rasio terendah seluruhnya berada di wilayah
timur yaitu Papua Barat dan Papua. Hal ini dapat disebabkan karena wilayah kerja yang luas
dengan medan yang sulit serta keterbatasan sistem transportasi untuk menjangkau
pelayanan kesehatan.
GAMBAR 2.3
JUMLAH PUSKESMAS YANG MEMBERIKAN PELAYANAN SESUAI STANDAR DI INDONESIA
TAHUN 2016
Indonesia 2692
Berikut disajikan perkembangan jumlah Puskesmas rawat inap dan non rawat inap
dari tahun 2012 sampai dengan tahun 2016.
7000
6.358 6.338 6.353 6.358 6.356
6000
5000
Jumlah Puskesmas
4000
3.317 3.378 3.396 3.411
3.152
3000
2000
1000
0
2012 2013 2014 2015 2016
Puskesmas Rawat Inap Puskesmas Non Rawat Inap
Jumlah Puskesmas rawat inap selama lima tahun terakhir terus meningkat, yaitu
sebanyak 3.152 unit pada tahun 2012, lalu meningkat menjadi 3.411 unit pada tahun 2016.
Jumlah Puskesmas non rawat inap cenderung berfluktuasi. Hal ini dapat dilihat dari jumlah
Puskesmas non rawat inap pada tahun 2012 sebanyak 6.358 menurun menjadi 6.338 pada
tahun 2013 dan pada tahun 2016 meningkat menjadi 6.356. Gambaran lebih rinci tentang
jumlah dan jenis Puskesmas menurut provinsi terdapat pada Lampiran 2.1 dan Lampiran 2.4.
Dalam menjalankan fungsinya sebagai penyelenggara Upaya Kesehatan Masyarakat
(UKM), Puskesmas harus menyelenggarakan UKM esensial dalam rangka mendukung
pencapaian standar pelayanan minimal (SPM) kabupaten/kota bidang kesehatan. UKM
esensial meliputi pelayanan promosi kesehatan, pelayanan kesehatan lingkungan, pelayanan
kesehatan ibu, anak, keluarga berencana, pelayanan gizi, dan pelayanan pencegahan dan
pengendalian penyakit. Selain melaksanakan UKM esensial, Puskesmas juga melaksanakan
UKM pengembangan yang disesuaikan dengan prioritas masalah kesehatan, kekhususan
wilayah kerja dan potensi sumber daya yang tersedia di masing-masing Puskesmas. Sebagai
contoh UKM pengembangan yaitu Pelayanan Kesehatan Kerja, Pelayanan Kesehatan
Olahraga, dan Pelayanan Kesehatan Tradisional.
Pada indikator Renstra Kementerian Kesehatan Tahun 2015 - 2019, kesehatan kerja
memiliki target persentase Puskesmas yang menyelenggarakan kesehatan kerja dasar yaitu
Puskesmas yang telah melaksanakan program pelayanan kesehatan kerja di Puskesmas baik
pelayanan promotif atau preventif atau kuratif bagi pekerja di wilayah kerjanya. Target
tersebut dihitung berdasarkan Laporan Bulanan Kesehatan Pekerja (LBKP) di Puskesmas.
Puskesmas yang telah melaksanakan kesehatan kerja dasar pada tahun 2016 mencapai 3.511
Puskesmas. Target Puskesmas yang menyelenggarakan kesehatan kerja tahun 2016
sebanyak 50% yaitu sebanyak 4.884 Puskesmas. Dari hasil Laporan Bulanan Kesehatan
Pekerja (LBKP) dapat dilihat bahwa Puskesmas yang menyelenggarakan kesehatan kerja
dasar pada tahun 2016 tidak dapat tercapai (35,95%). Provinsi dengan jumlah Puskesmas
terbanyak yang telah menyelenggarakan kesehatan kerja dasar yaitu provinsi Jawa Timur
dan Jawa Tengah dengan jumlah masing-masing 661 dan 454 Puskesmas.
GAMBAR 2.6
JUMLAH PUSKESMAS YANG MELAKSANAKAN PELAYANAN KESEHATAN OLAHRAGA
DI INDONESIA TAHUN 2016
GAMBAR 2.8
PUSKESMAS YANG MENYELENGGARAKAN PELAYANAN KESEHATAN TRADISIONAL
DI INDONESIA TAHUN 2016
Lampung 351
Sulawesi Selatan 220
NTB 215
Aceh 198
DKI Jakarta 184
Jawa Tengah 176
Sumatera Selatan 173
Bali 168
Kalimantan Selatan 165
Maluku 159
Banten 147
Jawa Timur 135
Jawa Barat 132
Sulawesi Utara 117
Sumatera Utara 114
Bengkulu 100
Bangka Belitung 96
Kepri 96
Riau 90
Kalimantan Timur 89
Sulawesi Tenggara 87
Kalimantan Tengah 67
Sulawesi Tengah 64
Jambi 64
Sumatera Barat 64
Kalimantan Barat 61
DIY 54
Sulawesi Barat 32
Maluku Utara 28
Papua 22
Papua Barat 20
Gorontalo 19
NTT 17
Kalimantan Utara 0
0 100 200 300 400
Sumber: Ditjen Pelayanan Kesehatan, Kemenkes RI, 2017
TABEL 2.1
PERKEMBANGAN JUMLAH RUMAH SAKIT BERDASARKAN PENYELENGGARAAN
DI INDONESIA TAHUN 2013 2016
Pemerintah
1 Kementerian Kesehatan 33 33 33 33
2 Kepolisian 41 42 42 42
3 Tentara Nasional Indonesia 118 127 125 125
4 Kementerian Lain 3 7 8 13
Total 195 209 208 213
Perkembangan jumlah rumah sakit umum dan rumah sakit khusus dalam lima tahun
terakhir dapat dilihat pada gambar berikut.
GAMBAR 2.9
PERKEMBANGAN JUMLAH RUMAH SAKIT UMUM DAN RUMAH SAKIT KHUSUS
DI INDONESIA TAHUN 2013 2016
3.000
2.500
555
Jumlah Rumah Sakit
551 539
2.000 503
1.500
0
2013 2014 2015 2016
Tahun
Sumber: Ditjen Pelayanan Kesehatan, Kemenkes RI, 2017
Terdapat 19 (sembilan belas) jenis rumah sakit khusus yang dapat dilihat pada
Lampiran 2.9. Rumah Sakit Ibu dan Anak merupakan RSK terbanyak di Indonesia, yaitu
sebesar 66,67% dari 556 RSK. Setelah itu, Rumah Sakit Jiwa yang memiliki proporsi yaitu
7,93%.
GAMBAR 2.10
PERSENTASE RUMAH SAKIT MENURUT KELAS DI INDONESIA
TAHUN 2016
2,42
14,11
21,15
21,07
41,25
GAMBAR 2.11
RASIO JUMLAH TEMPAT TIDUR RUMAH SAKIT PER 1.000 PENDUDUK
DI INDONESIA TAHUN 2012 2016
1,4
1,12 1,21
1,2 1,12
1,07
Rasio Tempat Tidur RS
0,95
1,0
0,8
0,6
0,4
0,2
0,0
2012 2013 2014 2015 2016
Tahun
Sumber: Ditjen Pelayanan Kesehatan, Kemenkes RI, 2017
GAMBAR 2.12
RASIO TEMPAT TIDUR RUMAH SAKIT PER 1.000 PENDUDUK DI INDONESIA
TAHUN 2016
Indonesia 1,12
Rasio tempat tidur rumah sakit tertinggi terdapat di Provinsi DKI Jakarta sebesar 2,23,
Sulawesi Utara sebesar 2,05, dan DI Yogyakarta sebesar 1,80. Informasi lebih rinci tentang
rumah sakit menurut provinsi terdapat pada Lampiran 2.7, 2.8, 2.9, 2.10, 2.11 dan Lampiran
2.12.
Indonesia 33,12
Bali 69,09
DKI Jakarta 53,30
Lampung 52,94
Banten 47,09
Jawa Timur 45,95
Sumatera Selatan 41,18
Nusa Tenggara Timur 38,64
Sulawesi Tenggara 37,65
Kalimantan Timur 35,00
Kepulauan Bangka Belitung 35,00
DI Yogyakarta 34,40
Jawa Tengah 33,71
Bengkulu 32,31
Kepulauan Riau 32,26
Kalimantan Tengah 31,91
Maluku 29,63
Jambi 26,92
Gorontalo 26,19
Kalimantan Selatan 25,71
Kalimantan Barat 25,00
Nusa Tenggara Barat 25,00
Jawa Barat 24,20
Sumatera Utara 21,74
Sulawesi Tengah 19,35
Aceh 18,18
Riau 17,65
Sumatera Barat 15,38
Sulawesi Selatan 13,79
Papua Barat 12,50
Maluku Utara 10,53
Sulawesi Utara 10,00
Sulawesi Barat 8,33
Papua 2,50
Kalimantan Utara 0,00
0 10 20 30 40 50 60 70
Sumber: Ditjen Pelayanan Kesehatan, Kemenkes RI, 2017
500
400 454
300
200
210
100 165 158
112
0
UKOT Industri Industri PKRT Produksi IOT
Kosmetika Farmasi Alkes
Sarana Produksi
Sumber : Ditjen Kefarmasian dan Alat Kesehatan, Kemenkes RI, 2017
Sarana distribusi kefarmasian dan alat kesehatan yang dipantau jumlahnya oleh
Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan antara lain Pedagang Besar Farmasi
(PBF), Apotek, Toko Obat, dan Penyalur Alat Kesehatan (PAK). Jumlah sarana distribusi
kefarmasian dan alat kesehatan pada tahun 2015 sebesar 38.727 sarana. Jumlah tersebut
meningkat dibandingkan tahun 2014 yaitu sebesar 35.566 sarana. Gambar berikut
menyajikan jumlah sarana distribusi kefarmasian pada tahun 2015.
GAMBAR 2.15
JUMLAH SARANA DISTRIBUSI KEFARMASIAN DAN ALAT KESEHATAN DI INDONESIA
TAHUN 2015
30.000
25.000
25.339
20.000
Jumlah
15.000
10.000
5.000 8.599
2.742 2.047
0
Apotek Toko Obat Penyalur Alat Pedagang Besar
Kesehatan Farmasi
Sarana Produksi
Sumber : Ditjen Kefarmasian dan Alat Kesehatan, Kemenkes RI, 2017
GAMBAR 2.16
PERSENTASE INSTALASI FARMASI KABUPATEN/KOTA YANG MELAKUKAN
MANAJEMEN PENGELOLAAN OBAT DAN VAKSIN SESUAI STANDAR DI INDONESIA
TAHUN 2016
Indonesia 63,88
Pada gambar di atas dapat diketahui bahwa sebagian besar provinsi telah memenuhi
target 60% yaitu 24 provinsi (70,59%). Terdapat 10 provinsi yang belum mencapai target
Renstra 2016. Data dan informasi lebih rinci mengenai instalasi farmasi kabupaten/kota yang
telah melakukan manajemen pengelolaan obat dan vaksin sesuai standar menurut provinsi
terdapat pada Lampiran 2.21.
140 149
120
Jumlah Program Studi
100
80
79 DIII
60
DIV
40
32 34
20
25
14 1 15 19 15
5 6
0
Keperawatan Kefarmasian Kesehatan Gizi Keterapian Keteknisian
Masyarakat Fisik Medis
Program Studi
Sumber : Badan PPSDM Kesehatan, Kemenkes RI, 2017
2. Peserta Didik
Peserta didik jenjang Diploma III pada seluruh Poltekkes di Indonesia sampai dengan
Desember 2016 berjumlah 55.741 orang, sementara peserta didik jenjang Diploma IV
berjumlah 25.335 orang. Jumlah peserta didik terbesar berasal dari program studi
keperawatan, sebanyak 35.506 mahasiswa untuk jenjang Diploma III dan sebanyak 14.333
mahasiswa untuk jenjang Diploma IV.
40.000
35.506
35.000
30.000
25.000
Jumlah Peserta Didik
20.000
14.333
15.000
10.000 DIII
5.519 6.388
4.445 3.956 DIV
5.000 2.900 3.068
274 2.248 983 1.456
0
Program Studi
Sumber : Badan PPSDM Kesehatan, Kemenkes RI, 2017
Data dan informasi lebih rinci mengenai jumlah peserta didik di institusi Poltekkes
terdapat pada Lampiran 2.14 dan Lampiran 2.16.
***
Sumber Daya Manusia Kesehatan (SDMK) merupakan salah satu subsistem dalam
Sistem Kesehatan Nasional yang mempunyai peranan penting dalam mencapai tujuan
pembangunan kesehatan sebagai pelaksana upaya dan pelayanan kesehatan. Berdasarkan
Peraturan Presiden Nomor 72 Tahun 2012 tentang Sistem Kesehatan Nasional, sumber daya
manusia kesehatan adalah tenaga kesehatan (termasuk tenaga kesehatan strategis) dan
tenaga pendukung/penunjang kesehatan yang terlibat dan bekerja serta mengabdikan
dirinya dalam upaya dan manajemen kesehatan. Penyelenggaraan subsistem sumber daya
manusia kesehatan terdiri dari perencanaan, pengadaan, pendayagunaan, pembinaan, dan
pengawasan mutu sumber daya manusia kesehatan.
Menurut Keputusan Menteri Kesehatan Nomor HK.02.02/MENKES/52/2015 tentang
Rencana Strategis Kementerian Kesehatan 2015 2019, program kesehatan terdiri dari lima
program teknis dan empat program generik. Pengembangan dan pemberdayaan SDMK
merupakan salah satu program teknis sehingga memerlukan perhatian yang sama dengan
program program kesehatan lainnya.
Pada bab ini, akan dibahas mengenai SDMK terutama fokus kepada jumlah, rasio,
registrasi, jumlah lulusan, dan pendayagunaan tenaga kesehatan.
GAMBAR 3.1
REKAPITULASI SUMBER DAYA MANUSIA KESEHATAN DI INDONESIA TAHUN 2016
Tenaga Psikologi
Tenaga Kesehatan
Klinis; 1.333
Tradisional; 513
Tenaga Keterapian
Fisik; 6.044 Tenaga Keperawatan;
Tenaga Kesehatan 296.876
lain; 14.126
Tenaga Kesehatan
Lingkungan; 14.509
Tenaga Gizi; 18.232
Tenaga Penunjang
Tenaga Kesehatan Kesehatan; 264.703
Masyarakat; 22.949
Tenaga Keteknisian
Medis; 22.978
Tenaga Teknik
Biomedika; 32.447 Tenaga Medis;
103.700 Tenaga Kebidanan;
Tenaga Kefarmasian;
38.829 163.541
Sumber: Badan Pengembangan dan Pemberdayaan Sumber Daya Manusia Kesehatan, Kemenkes RI, 2017
(http://bppsdmk.kemkes.go.id)
GAMBAR 3.2
JUMLAH TENAGA MEDIS DI INDONESIA TAHUN 2016
Dokter Umum;
41.898
Dokter Spesialis;
48.367
Sumber : Badan Pengembangan dan Pemberdayaan Sumber Daya Manusia Kesehatan, Kemenkes RI, 2017
(http://bppsdmk.kemkes.go.id)
GAMBAR 3.3
JUMLAH SUMBER DAYA MANUSIA KESEHATAN DI PUSKESMAS DI INDONESIA
TAHUN 2016
Ahli Teknologi
Dokter Gigi; 6.618 Laboratorium Medik;
6.481
Tenaga Kesehatan
Lingkungan; 9.246
Tenaga Penunjang
Kesehatan; 52.071
Perawat; 98.864
Sumber : Badan Pengembangan dan Pemberdayaan Sumber Daya Manusia Kesehatan, Kemenkes RI, 2017
(http://bppsdmk.kemkes.go.id)
Total SDMK di puskesmas di Indonesia tahun 2016 adalah 341.536 orang yang terdiri
dari 289.465 orang tenaga kesehatan (84,75%) dan 52.071 orang tenaga penunjang
kesehatan (15,25%). Proporsi tenaga kesehatan di puskesmas terbanyak yaitu bidan
sebanyak 35,2% (120.091 orang), sedangkan proporsi tenaga kesehatan di puskesmas yang
paling sedikit yaitu ahli teknologi laboratorium klinik sebesar 1,9% (6.481 orang).
Jumlah dan jenis tenaga kesehatan puskesmas dihitung berdasarkan analisis beban
kerja dengan mempertimbangkan beberapa hal, yaitu jumlah pelayanan yang
diselenggarakan, jumlah penduduk dan persebarannya, karakteristik wilayah kerja, luas
wilayah kerja, ketersediaan fasilitas pelayanan kesehatan tingkat pertama lainnya di wilayah
kerjanya, dan pembagian waktu kerja.
Lebih
SUMATERA 42,63 31,06 21,01
Cukup
Kurang
KALIMANTAN 35,25 32,88 26,01
Sumber : Badan Pengembangan dan Pemberdayaan Sumber Daya Manusia Kesehatan, Kemenkes RI, 2017
(http://bppsdmk.kemkes.go.id) dan diolah oleh Pusat Data dan Informasi
GAMBAR 3.5
PERSENTASE PUSKESMAS DENGAN KECUKUPAN DOKTER GIGI DI INDONESIA
TAHUN 2016
Lebih
SUMATERA 11,09 41,14 42,47
Cukup
Kurang
KALIMANTAN 9,01 34,68 50,45
Sumber : Badan Pengembangan dan Pemberdayaan Sumber Daya Manusia Kesehatan, Kemenkes RI, 2017
(http://bppsdmk.kemkes.go.id) dan diolah oleh Pusat Data dan Informasi
Lebih
KALIMANTAN 66,44 5,63 22,07
Cukup
Kurang
SULAWESI 59,61 7,27 26,72
Sumber : Badan Pengembangan dan Pemberdayaan Sumber Daya Manusia Kesehatan, Kemenkes RI, 2017
(http://bppsdmk.kemkes.go.id) dan diolah oleh Pusat Data dan Informasi
Lebih
SUMATERA 83,17 2,53
9,00
Cukup
Kurang
KALIMANTAN 57,66 6,19 30,29
Sumber : Badan Pengembangan dan Pemberdayaan Sumber Daya Manusia Kesehatan, Kemenkes RI, 2017
(http://bppsdmk.kemkes.go.id) dan diolah oleh Pusat Data dan Informasi
e. Jumlah Puskesmas yang Memiliki Lima Jenis Tenaga Kesehatan Promotif dan Preventif
Sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 75 Tahun 2014 tentang Pusat
Kesehatan Masyarakat, bahwa tenaga kesehatan di puskesmas tidak hanya tenaga medis
tetapi juga tenaga promotif dan preventif untuk mendukung tugas puskesmas dalam
melaksanakan upaya kesehatan masyarakat. Dalam Rencana Strategis (Renstra)
Kementerian Kesehatan tahun 2015-2019, salah satu indikator dalam meningkatkan
ketersedian dan mutu SDMK sesuai dengan standar pelayanan kesehatan yaitu jumlah
puskesmas yang memiliki lima jenis tenaga kesehatan promotif dan preventif. Tenaga
kesehatan yang dimaksud adalah tenaga kesehatan lingkungan, tenaga kefarmasian, tenaga
gizi, tenaga kesehatan masyarakat, dan analis kesehatan.
GAMBAR 3.8
PERSENTASE PUSKESMAS YANG MEMILIKI LIMA JENIS TENAGA KESEHATAN PROMOTIF
DAN PREVENTIF MENURUT PROVINSI TAHUN 2016
Sumber : Badan Pengembangan dan Pemberdayaan Sumber Daya Manusia Kesehatan, Kemenkes RI, 2017
(http://bppsdmk.kemkes.go.id)
Tenaga Kesehatan
Tradisional; 47
Psikologi Klinis; 1.256 Perawat; 195.503
Kesehatan
Lingkungan; 3.792
Kesehatan
Masyarakat; 5.117
Keterapian Fisik;
5.465
Gizi; 8.068
Keteknisian Medis; Tenaga Penunjang
13.947 Kesehatan; 179.964
Teknik Biomedika;
24.535
Bidan;
Farmasi; 27.196 42.217
Tanaga Medis;
79.415
Sumber : Badan Pengembangan dan Pemberdayaan Sumber Daya Manusia Kesehatan, Kemenkes RI, 2017
(http://bppsdmk.kemkes.go.id)
Spesialis Dasar;
21.204
Spesialis Penunjang;
8.441
Sumber : Badan Pengembangan dan Pemberdayaan Sumber Daya Manusia Kesehatan, Kemenkes RI, 2017
(http://bppsdmk.kemkes.go.id)
Gorontalo 100,00
Kalimantan Utara 100,00
Bali 100,00
Kepulauan Bangka Belitung 100,00
Jawa Tengah 76,00
Kalimantan Timur 75,00
Papua 71,43
DI Yogyakarta 66,67
Jawa Timur 60,71
Banten 60,00
Jawa Barat 58,82
Sulawesi Barat 50,00
Sulawesi Selatan 50,00
Sulawesi Tengah 50,00
Lampung 50,00
Sumatera Utara 50,00
Nusa Tenggara Barat 44,44
Kalimantan Tengah 42,86
Riau 41,67
Papua Barat 40,00
Kepulauan Riau 40,00
Jambi 33,33
Kalimantan Barat 30,00
Aceh 28,57
Sulawesi Tenggara 25,00
Kalimantan Selatan 20,00
Sumatera Barat 20,00
Sumatera Selatan 18,18
Maluku Utara 0,00
Maluku 0,00
Sulawesi Utara 0,00
Nusa Tenggara Timur 0,00
Bengkulu 0,00
0,00 20,00 40,00 60,00 80,00 100,00 120,00
Sumber : Badan Pengembangan dan Pemberdayaan Sumber Daya Manusia Kesehatan, Kemenkes RI, 2017
(http://bppsdmk.kemkes.go.id)
GAMBAR 3.12
KABUPATEN/KOTA DAERAH TERTINGGAL, TERDEPAN, DAN TERLUAR (3T)
Daerah 3T
Sumber: Peraturan Presiden Nomor 131 Tahun 2015 dan Surat Direktorat Kawasan Khusus dan Daerah
Tertinggal, Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/BAPPENAS no 2421/Dt.7.2/04/2015
296.876
300.000
250.000
200.000
163.541 3T
150.000 Nasional
100.000
Sumber : Badan Pengembangan dan Pemberdayaan Sumber Daya Manusia Kesehatan, Kemenkes RI, 2017
(http://bppsdmk.kemkes.go.id)
INDONESIA 16,20
0,00 5,00 10,00 15,00 20,00 25,00 30,00 35,00 40,00 45,00
Sumber : Badan Pengembangan dan Pemberdayaan Sumber Daya Manusia Kesehatan, Kemenkes RI, 2017
(http://bppsdmk.kemkes.go.id) dan diolah oleh Pusat Data dan Informasi
Pada Gambar 3.16, diketahui bahwa rasio dokter terhadap 100.000 penduduk baik
secara nasional maupun provinsi masih jauh dari target rasio dokter pada tahun 2019 yaitu
45 per 100.000 penduduk. Secara nasional, rasio dokter di Indonesia sebesar 16,02 per
100.000 penduduk. Provinsi dengan rasio tertinggi yaitu DKI Jakarta (38,27 per 100.000
penduduk) dan provinsi dengan rasio terendah yaitu Lampung (10,44 per 100.000
penduduk).
INDONESIA 4,53
Sumber : Badan Pengembangan dan Pemberdayaan Sumber Daya Manusia Kesehatan, Kemenkes RI, 2017
(http://bppsdmk.kemkes.go.id) dan diolah oleh Pusat Data dan Informasi
Rasio dokter gigi di Indonesia pada tahun 2016 adalah 4,53 per 100.000 penduduk.
Angka ini masih jauh dari target rasio dokter gigi tahun 2019 yaitu 13 per 100.000
penduduk. Provinsi dengan rasio tertinggi yaitu DKI Jakarta sebesar 10,11 per 100.000
penduduk dan provinsi dengan rasio terendah yaitu Maluku sebesar 1,87 per 100.000
penduduk.
INDONESIA 114,75
Secara nasional, rasio perawat pada tahun 2016 adalah 114,75 per 100.000
penduduk. Hal ini masih jauh dari target tahun 2019 yaitu 180 per 100.000 penduduk.
Namun ada delapan provinsi dengan rasio perawat yang sudah memenuhi target tahun
2019 yaitu DKI Jakarta, Kalimantan Timur, Kepulauan Bangka Belitung, Aceh, Maluku,
Sulawesi Utara, Bengkulu, dan Jambi. Provinsi dengan rasio perawat terendah yaitu
Lampung sebesar 49,44 per 100.000 penduduk.
INDONESIA 63,22
Aceh 172,44
Bengkulu 162,27
Maluku Utara 144,02
Jambi 130,76
Sulawesi Tenggara 117,05
Sumatera Utara 108,76
Sumatera Barat 107,25
Sumatera Selatan 107,03
Sulawesi Barat 102,18
Riau 96,14
Gorontalo 90,20
Sulawesi Tengah 89,95
Bali 85,64
Kalimantan Timur 82,20
Kepulauan Bangka Belitung 81,68
Nusa Tenggara Timur 76,70
Kalimantan Tengah 73,13
Maluku 68,02
Sulawesi Selatan 67,10
Papua Barat 61,79
Nusa Tenggara Barat Target Tahun 2019:
60,58
Kepulauan Riau 57,64 120 bidan per 100.000
Papua 55,93 penduduk
Kalimantan Barat 55,58
Kalimantan Utara 54,63
Jawa Tengah 51,94
Kalimantan Selatan 51,46
Sulawesi Utara 48,59
Jawa Timur 46,39
Banten 44,28
DKI Jakarta 43,38
Lampung 42,03
DI Yogyakarta 40,53
Jawa Barat 37,21
0,00 40,00 80,00 120,00 160,00 200,00
Sumber : Badan Pengembangan dan Pemberdayaan Sumber Daya Manusia Kesehatan, Kemenkes RI, 2017
(http://bppsdmk.kemkes.go.id) dan diolah oleh Pusat Data dan Informasi
Rasio bidan di Indonesia pada tahun 2016 adalah sebesar 63,22 per 100.000
penduduk. Angka ini masih jauh dari target 2019 yaitu 120 per 100.000 penduduk. Ada
empat provinsi yang telah memenuhi target tahun 2019 yaitu Aceh, Bengkulu, Maluku
Utara, dan Jambi. Provinsi dengan rasio terendah yaitu Jawa Barat sebesar 37,21 per
100.000 penduduk.
GAMBAR 3.18
JUMLAH DOKTER UMUM, DOKTER GIGI, DOKTER SPESIALIS, DAN DOKTER GIGI SPESIALIS
YANG MEMILIKI STR PER 31 DESEMBER 2016
140.000
116.834
120.000
100.000
80.000
60.000
20.000
3.064
0
Dokter Umum Dokter Gigi Dokter Spesialis Dokter Gigi Spesialis
Jumlah tenaga dokter/dokter gigi yang telah memiliki STR per 31 Desember 2016
adalah 180.481 orang dengan jumlah terbanyak yaitu dokter umum (116.834 orang) dan
jumlah paling sedikit dokter gigi spesialis (3.064 orang). Dari jumlah dokter umum yang
memiliki STR ini, tidak semua bekerja sesuai fungsinya, yaitu di pelayanan medis. Hal ini
merupakan salah satu penyebab persebaran dokter yang kurang merata dan adanya
kekurangan dokter di fasilitas pelayanan kesehatan di beberapa provinsi. Rincian lengkap
Teknik Biomedika;
12.194
Kesehatan
Masyarakat; 17.294 Bidan; 78.788
GAMBAR 3.20
JUMLAH PENERBITAN STR BARU MENURUT RUMPUN TENAGA KESEHATAN TAHUN 2016
Tenaga Kesehatan
Tradisional; 0
Psikologi Klinis; 1.027
Keterapian Fisik;
2.017
Kesehatan
Lingkungan; 3.225
Gizi; 4.018 Perawat; 84.706
Keteknisian Medis;
6.953
Teknik Biomedika;
10.390
Kesehatan
Masyarakat; 16.139 Bidan; 74.326
Selain tenaga kesehatan di atas, Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 46 Tahun 2013
tentang Registrasi Tenaga Kesehatan Pasal 8 menyatakan bahwa tenaga kesehatan warga
negara asing atau tenaga kesehatan warga negara indonesia lulusan luar negeri yang akan
melakukan profesi atau vokasinya di Indonesia harus memiliki Sertifikat Kompetensi atau
pengakuan kompetensi dari institusi pendidikannya yang dilegalisasi oleh pejabat yang
berwenang dari negara asal. Tenaga kesehatan ini harus mengikuti evaluasi kompetensi dan
memiliki STR sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
10.000
8.000
Diploma III
6.000 Diploma IV
4.000
2.118
1.762
2.000 1.456
908
610 347 333 92
312 205
0
0
Keperawatan Kefarmasian Kesehatan Gizi Keterapian Keteknisian
Masyarakat Fisik Medis
Sumber : Badan Pengembangan dan Pemberdayaan Sumber Daya Manusia Kesehatan, Kemenkes RI, 2017
Pada tahun 2016, total jumlah lulusan Poltekkes sebanyak 20.315 orang yang terdiri
dari 18.749 orang lulusan Diploma III dan 1.566 orang lulusan Diploma IV. Proporsi lulusan
terbanyak adalah program studi keperawatan (62,9%) yang terdiri dari 12.172 orang lulusan
Diploma III dan 610 orang lulusan Diploma IV. Proporsi lulusan paling sedikit yaitu program
studi keterapian fisik (2,1%) dengan jumlah 333 orang lulusan Diploma III dan 92 orang
lulusan Diploma IV. Rincian lebih lengkap mengenai jumlah lulusan program Diploma III dan
Diploma IV Poltekkes dapat dilihat pada Lampiran 3.18 dan 3.19. Selain lulusan Poltekkes
yang dikelola oleh Kementerian Kesehatan, kebutuhan tenaga kesehatan juga dipenuhi oleh
lulusan sekolah tinggi ilmu kesehatan swasta. Data tersebut tidak termasuk data yang
disajikan dalam profil ini.
21.324
20.000
15.000
Biasa
11.362
9.443 Terpencil
10.000
Sangat Terpencil
5.000
730
6 17 0 54 564 20 370 304
0
Dokter Spesialis & Dokter Umum Dokter Gigi Bidan
Dokter Gigi Spesialis
Total tenaga kesehatan dengan status PTT pada tahun 2016 adalah 42.129 orang
dengan proporsi terbanyak yaitu bidan (95,3%). Dokter spesialis dan dokter gigi spesialis PTT
ditempatkan di daerah biasa dan terpencil. Dokter umum PTT dan dokter gigi PTT lebih
banyak ditempatkan di daerah terpencil dan sangat terpencil. Sedangkan bidan PTT
mayoritas ditempatkan di daerah dengan kriteria biasa. Rincian lebih lengkap mengenai
jumlah tenaga kesehatan dengan status PTT dapat dilihat pada Lampiran 3.12, 3.13, 3.14,
dan 3.15.
GAMBAR 3.23
JUMLAH RESIDEN DOKTER SPESIALIS BERDASARKAN REGIONAL WILAYAH
PADA TAHUN 2016
KALIMANTAN; 85
SUMATERA; 223
JAWA-BALI; 87
SULAWESI; 139
NUSA
TENGGARA-
MALUKU-PAPUA;
144
GAMBAR 3.24
JUMLAH DOKTER PESERTA INTERNSIP TAHUN 2016
NUSA
TENGGARA-
MALUKU-PAPUA;
823
KALIMANTAN;
833
SUMATERA; 2551
Pemberangkatan dokter peserta internsip dilakukan sebanyak empat kali dalam satu
tahun. Pada tahun 2016, jumlah dokter peserta internsip yang diberangkatkan pada bulan
Februari sebanyak 2.356 orang, bulan Mei sebanyak 2.289 orang, bulan September-Oktober
sebanyak 1.225 orang, dan bulan November sebanyak 3.518 orang. Secara regional,
Tenaga kesehatan dalam penugasan khusus berbasis tim dalam mendukung program
Nusantara Sehat minimal terdiri dari lima jenis tenaga kesehatan, yaitu dokter, perawat,
bidan, dan dua tenaga kesehatan lainnya (dokter gigi, tenaga gizi, tenaga kesehatan
lingkungan, ahli teknologi laboratorium medik, tenaga kefarmasian dan tenaga kesehatan
masyarakat). Masa penugasan khusus berbasis tim adalah dua tahun. Tim akan ditempatkan
di puskesmas terutama dengan kriteria sangat terpencil di wilayah DTPK dan/atau DBK.
Pemerintah daerah dapat memberdayakan tenaga kesehatan pasca penugasan khusus ini
berdasarkan kompetensi, standar ketenagaan, dan kebutuhan daerah sehingga tercapai
kemandirian pemenuhan tenaga kesehatan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
Nusantara Sehat
Sumber : Badan Pengembangan dan Pemberdayaan Sumber Daya Manusia Kesehatan, Kemenkes RI, 2017
Sampai dengan tahun 2016, telah dilaksanakan penugasan khusus berbasis tim
dengan lima periode keberangkatan. Periode pertama dan kedua dilaksanakan pada tahun
2015 dengan penempatan di 120 puskesmas. Periode ketiga sampai dengan kelima
dilaksanakan pada tahun 2016 dengan penempatan di 131 puskesmas. Total penempatan
sampai dengan tahun 2016 adalah 28 provinsi, 91 kabupaten/kota, dan 251 puskesmas.
Rincian lengkap mengenai penempatan Nusantara Sehat dapat dilihat di Lampiran 3.21 dan
3.22.
GAMBAR 3.26
JUMLAH PENEMPATAN TENAGA KESEHATAN PADA TIM NUSANTARA SEHAT TAHUN 2016
Dokter Umum; 44
Dokter Gigi; 45
Ahli Teknologi
Laboratorium
Medik; 139
Bidan; 252
Farmasi; 140
Perawat; 213
Kesehatan
Lingkungan; 191
Sumber : Badan Pengembangan dan Pemberdayaan Sumber Daya Manusia Kesehatan, Kemenkes RI, 2017
120
107
100
82
80
61
60
40
19
20 14
10 10
4 1 3
0 0 0 0 0
0
2014 2015 2016
Sumber : Badan Pengembangan dan Pemberdayaan Sumber Daya Manusia Kesehatan, Kemenkes RI, 2017
Tren permohonan rekomendasi pengajuan atau perpanjangan RPTKA dan IMTA bagi
SDMK WNA yang akan bekerja di Indonesia dalam lima jenis kegiatan mengalami penurunan
di tahun 2016. Pada tahun 2015 sejumlah 131 orang dengan rincian kegiatan
pendayagunaan meliputi bakti sosial kesehatan sebesar 10 orang dan manajerial sebesar
107 orang sedangkan di tahun 2016 sejumlah 86 orang dengan rincian kegiatan
pendayagunaan meliputi pelayanan kesehatan sebesar 1 orang dan manajerial sebesar 82
orang. Jika melihat rincian kegiatan tersebut dapat disimpulkan bahwa walaupun tren
pendayagunan SDMK WNA mengalami penurunan, akan tetapi permohonan
pendayagunaan SDMK WNA dalam kegiatan manajerial kesehatan masih dalam jumlah yang
besar.
Pendayagunaan SDMK WNA dalam kegiatan manajerial kesehatan banyak yang tidak
sesuai perijinannya yaitu dengan melakukan kegiatan pelayanan kesehatan. Sehubungan
dengan hal tersebut dipandang perlu dan penting sekali dilakukan kegiatan sosialisasi
peraturan-peraturan yang berkaitan dengan pendayagunaan SDMK WNA serta sinergitas
sektor kesehatan dan lintas sektor lainnya dalam perijinan maupun
pemantauan/pengawasan SDMK WNA di Indonesia. Rincian lengkap mengenai jumlah
permohonan rekomendasi pengajuan atau perpanjangan RPTKA dan IMTA bagi SDMK WNA
dapat dilihat di Lampiran 3.24.
***
Salah satu sub sistem dalam kesehatan nasional adalah sub sistem pembiayaan
kesehatan. Pembiayaan kesehatan sendiri merupakan besarnya dana yang harus disediakan
untuk menyelenggarakan dan atau memanfaatkan berbagai upaya kesehatan yang
diperlukan oleh perorangan, keluarga, kelompok, dan masyarakarat. Undang-Undang
Kesehatan Nomor 36 Tahun 2009 menyebutkan bahwa pembiayaan kesehatan bertujuan
untuk penyediaan pembiayaan kesehatan yang berkesinambungan dengan jumlah yang
mencukupi, teralokasi secara adil, dan termanfaatkan. Secara umum, sumber biaya
kesehatan dapat dibedakan menjadi pembiayaan yang bersumber dari anggaran pemerintah
dan pembiayaan yang bersumber dari anggaran masyarakat.
Di dalam bab ini akan dibahas mengenai alokasi dan realisasi anggaran kesehatan
baik di pusat maupun di daerah. Anggaran kesehatan adalah anggaran kesehatan yang
pembiayaannya bersumber dari anggaran pemerintah. Selain itu, juga dijelaskan lebih lanjut
mengenai Jaminan Kesehatan Nasional (JKN).
87,20 90
86,82
60.000.000
54.337.519,43
57.011.203 80
50.355.789,26
50.000.000 48.852.631
47.583.671
70
38.636.738,59 60
Persentase
40.000.000
35.415.569
33.293.456,48 50
30.919.269,94 30.656.595
30.000.000 26.962.235
25.274.803,99 40
22.496.458
20.000.000 30
20
10.000.000
10
0 0
2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016
alokasi anggaran realisasi anggaran persentase realisasi
Gambar 4.1 menunjukkan bahwa terdapat peningkatan alokasi dan realisasi anggaran
Kementerian Kesehatan dalam tujuh tahun terakhir. Pada tahun 2010 Kementerian
Kesehatan RI memiliki alokasi anggaran sebesar 25,27 trilyun rupiah dengan realisasi 22,49
trilyun rupiah dan persentase realisasi sebesar 89,01%, jumlah tersebut meningkat dari
tahun ke tahun, dan pada pada tahun 2016 menjadi 65,66 trilyun rupiah dengan realisasi
sebesar 57,01 trilyun rupiah dan persentase realisasi sebesar 86,82%. Akan tetapi untuk
persentase realisasi terus menurun dari 94,49% pada tahun 2014 menjadi 86,62% pada
tahun 2016.
GAMBAR 4.2
ALOKASI DAN REALISASI ANGGARAN KEMENTERIAN KESEHATAN RI
MENURUT UNIT ESELON I TAHUN 2016
96,20
35.000.000 100
90,62 85,40
29.614.670 90
83,73
30.000.000 28.489.864
Anggaran (dalam jutaan rupiah)
75,90
80
69,94
25.000.000 68,36
62,23 70
Persentase
18.511.935 60
20.000.000
15.809.750 50
15.000.000
40
10.000.000 30
5.911.059
4.580.563 4.041.080 20
3.251.823
5.000.000 105.000 3.476.545 1.048.692 2.638.851
2.722.837
1.642.252
10
95.148 733.493
0 0
Setjen Itjen Ditjen Dirjen Ditjen P2P Balitbangkes Badan Ditjen
Yankes Farmalkes PPSDMKes Kesmas
GAMBAR 4.3
PERSENTASE ANGGARAN KEMENTERIAN KESEHATAN RI
BERDASARKAN JENIS BELANJA
TAHUN 2016
BELANJA
BELANJA BARANG
BANSOS 41%
39%
BELANJA BELANJA
PEGAWAI MODAL
11% 9%
GAMBAR 4.4
REALISASI DANA DEKONSENTRASI KESEHATAN
MENURUT PROVINSI DI INDONESIA
TAHUN 2016
140.000 100
90
120.000
80
100.000 70
(dalam jutaan rupiah)
60
80.000
50
60.000
Persentase
40
40.000 30
20
20.000
10
0 0
GAMBAR 4.5
PERKEMBANGAN JUMLAH PESERTA BPJS KESEHATAN
TAHUN 2014 -2016
200.000.000
171.939.254
156.790.287
160.000.000
133.423.653
120.000.000
80.000.000
40.000.000
0
Tahun 2014 Tahun 2015 Tahun 2016
Jumlah Peserta (Jiwa)
Sumber : BPJS Kesehatan, 2017
GAMBAR 4.6
PROPORSI JUMLAH PESERTA BPJS KESEHATAN
PER 31 DESEMBER 2016
Bukan Pekerja
2,94%
Pekerja Bukan
Penerima
Upah
11,25%
Pekerja
Penerima
PBI APBN
Upah
52,98%
23,86%
PBI APBD
8,97%
Namun jika dilihat dari persentase penambahan dari tahun sebelumnya, jumlah
peserta BPJS Kesehatan yang persentase penambahannya terbesar yaitu pada segmen PBI
APBD sebesar 38,00% dan kemudian segmen peserta Pekerja Bukan Penerima Upah (PBPU)
sebesar 29,24%. Jumlah peserta BPJS Kesehatan dan persentase penambahannya tahun
2015 - 2016 menurut segmen peserta dapat dilihat pada Gambar 4.7.
87.828.613 91.099.279
38,00
% Penambahan
80.000.000 40,00
29,24
30,00
60.000.000
41.027.229 20,00
40.000.000 37.862.522
3,72 10,00
1,90 15.415.288 19.336.531
20.000.000 11.170.615 8,36 14.961.768 0,00
4.966.769 5.060.927
- -10,00
PBI APBN Bukan Pekerja PBI APBD Pekerja Pekerja Bukan
Penerima Upah Penerima Upah
2015 2016 % Penambahan
Jumlah peserta BPJS Kesehatan per 31 Desember 2016 adalah sebesar 66,46% dari
seluruh jumlah penduduk. Provinsi dengan jumlah kepesertaan tertinggi adalah Jawa Barat
sebanyak 28.842.790.000 orang. Sedangkan provinsi dengan jumlah kepesertaan terendah
adalah Kalimantan Utara sebanyak 47.154.000 orang. Data dan informasi lebih rinci
mengenai jumlah peserta BPJS Kesehatan menurut provinsi pada tahun 2016 disajikan pada
Lampiran 4.6.
GAMBAR 4.8
JUMLAH KEPESERTAAN BPJS KESEHATAN MENURUT PROVINSI
PER 31 DESEMBER 2016 (dalam ribuan)
Jawa Barat 28.842,79
Jawa Timur 23.101,49
Jawa Tengah 22.659,15
DKI Jakarta 13.305,33
Sumatera Utara 8.794,71
Banten 7.324,21
Sulawesi Selatan 6.617,88
Aceh 5.128,34
Lampung 5.084,49
Sumatera Selatan 4.220,22
Nusa Tenggara Timur 3.828,64
Sumatera Barat 3.622,56
Papua 3.449,78
Riau 3.395,63
Nusa Tenggara Barat 3.288,72
D I Yogyakarta 2.710,28
Kalimantan Barat 2.702,11
Kalimantan Timur 2.700,17
Bali 2.209,79
Sulawesi Tengah 1.892,61
Jambi 1.858,95
Kalimantan Selatan 1.757,25
Sulawesi Utara 1.726,93
Sulawesi Tenggara 1.582,28
Kalimantan Tengah 1.382,05
Bengkulu 1.277,29
Kepulauan Riau 1.277,10
Maluku 1.114,78
Gorontalo 1.101,90
Papua Barat 1.069,36
Sulawesi Barat 994,29
Kepulauan Bangka Belitung 815,03
Maluku Utara 631,62
Kalimantan Utara 471,54
0 5.000 10.000 15.000 20.000 25.000 30.000 35.000
GAMBAR 4.9
PERKEMBANGAN JUMLAH FASILITAS KESEHATAN TINGKAT PERTAMA (FKTP)
YANG BEKERJA SAMA DENGAN BPJS KESEHATAN
TAHUN 2014-2016
25.000
20.708
18.437 19.969
20.000
15.000
10.000
5.000
0
Tahun 2014 Tahun 2015 Tahun 2016
Proporsi jumlah FKTP tertinggi yang bekerja sama dengan BPJS Kesehatan pada tahun
2016 yaitu Puskesmas sebesar 47,39%, disusul kemudian oleh Dokter Praktik Perorangan
(DPP) sebesar 22,11 %, dan Klinik Pratama sebesar 18,74%. Sedangkan proporsi jumlah FKTP
terendah yaitu RS Tipe D Pratama sebesar 0,07%. Proporsi jumlah FKTP yang bekerjasama
dengan BPJS Kesehatan per 31 Desember 2016 menurut jenis FKTP dapat dilihat pada
Gambar 4.12.
DPP
22,11%
Jenis FKTP yang paling banyak bekerja sama dengan BPJS Kesehatan per 31 Desember
2016 adalah Puskesmas sebanyak 9.813, kemudian diikuti oleh Dokter Praktik Perorangan
(DPP) sebanyak 4.578, Klinik Pratama sejumlah 3.880, dan yang terendah adalah RS Tipe D
Pratama sebanyak 15. Jumlah FKTP tersebut ditambah dengan jumlah FKTP Gigi yaitu Dokter
Gigi Praktek Perorangan sebanyak 1.150. Namun jika dilihat dari persentase penambahan
dari tahun sebelumnya, FKTP yang persentase penambahannya terbesar ialah RS Tipe D
Pratama sebesar 50,00% dan kemudian Klinik Pratama sebesar 18,29%.
GAMBAR 4.11
GAMBARAN JUMLAH FASILITAS KESEHATAN TINGKAT PERTAMA (FKTP)
YANG BEKERJA SAMA DENGAN BPJS KESEHATAN DAN PERSENTASE PENAMBAHANNYA
MENURUT JENIS TAHUN 2014 2016
12.000 50,00 60
9.813
9.799 50
10.000
40
8.000
Jumlah FKTP
% Penambahan
30
18,29
6.000 20
4.441 4.578 3.880
0,14 0,17 10
4.000 -0,53 3.280
-2,22 0
3,08
2.000 720 704 1.148 1.150
571 568 -10
10 15
- -20
KLINIK TNI KLINIK POLRI PUSKESMAS PRAKTIK DOKTER KLINIK RS TIPE D
DOKTER GIGI PRAKTIK PRATAMA Pratama
PERORANGAN
GAMBAR 4.12
JUMLAH FASILITAS KESEHATAN TINGKAT PERTAMA (FKTP)
YANG BEKERJA SAMA DENGAN BPJS KESEHATAN MENURUT PROVINSI
PER 31 DESEMBER 2016
Gambar 4.13 memberikan gambaran mengenai sebaran jumlah FKTP yang bekerja
sama dengan BPJS Kesehatan pada tahun 2016. Gambaran distribusi jumlah FKTP ini dibagi
menjadi tiga kelompok. Ketiga kelompok tersebut yaitu (1) yang berwarna kuning ialah
provinsi yang jumlah FKTP yang bekerja sama dengan BPJS Kesehatannya berkisar di antara
GAMBAR 4.13
SEBARAN JUMLAH FKTP YANG BEKERJA SAMA DENGAN BPJS KESEHATAN
TAHUN 2016
106-986
986,1-1.867
1.867,1-2.749
Jumlah Fasilitas Kesehatan Rujukan Tingkat Lanjutan (FKRTL) yang bekerja sama
dengan BPJS Kesehatan per 31 Desember 2016 yaitu sebanyak 2.069 FKRTL. Bila
dibandingkan dengan tahun 2014, jumlah FKRTL yang bekerja sama dengan BPJS Kesehatan
meningkat sebesar 18.75% yaitu dari 1.681 FKRTL pada tahun 2014 menjadi 2.068 FKRTL
pada tahun 2016. FKRTL penerima rujukan wajib merujuk kembali peserta JKN disertai
jawaban dan tindak lanjut yang harus dilakukan jika secara medis peserta sudah dapat
dilayani di Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP) yang merujuk.
GAMBAR 4.14
PERKEMBANGAN JUMLAH FASILITAS KESEHATAN RUJUKAN TINGKAT LANJUTAN (FKRTL)
YANG BEKERJA SAMA DENGAN BPJS KESEHATAN
TAHUN 2014 -2016
2.500
2.068
2.000 1.847
1.681
1.500
Jumlah
1.000
500
0
Tahun 2014 Tahun 2015 Tahun 2016
RS KHUSUS
RS TNI/POLRI; JIWA; 1,72%
KLINIK
7,15%
UTAMA;
7,39% RS SWASTA;
43,17%
RS KHUSUS;
9,47%
RS
PEMERINTAH;
32,87%
Jenis FKRTL yang paling banyak bekerja sama dengan BPJS Kesehatan per 31
Desember 2016 adalah RS Swasta yaitu sebanyak 876 (43,17%), kemudian diikuti oleh RS
Pemerintah sebanyak 667 (32,87%), RS Khusus sejumlah 196 (9,47%), dan yang terendah
adalah RS Khusus Jiwa sebanyak 35 (1,72%). Namun jika dilihat dari persentase penambahan
dari tahun sebelumnya, FKRTL yang persentase penambahannya terbesar ialah Klinik Utama
sebesar 39,71%, kemudian RS Swasta sebesar 16,26%. Penambahan jumlah rumah sakit
swasta terbanyak terdapat di Provinsi Jawa Barat dan Jawa Timur, masing-masing sebanyak
27 dan 16 rumah sakit. Sedangkan penambahan klinik utama terbanyak ada di Jawa Barat,
Jawa Tengah, dan Sulawesi Selatan.
GAMBAR 4.16
GAMBARAN JUMLAH FASILITAS KESEHATAN RUJUKAN TINGKAT LANJUT (FKRTL)
YANG BEKERJA SAMA DENGAN BPJS KESEHATAN DAN PERSENTASE PENAMBAHANNYA
MENURUT JENIS TAHUN 2014 2016
1.000 45
39,71
900 876 40
800 758 35
667
700 649 30
% Penambahan
Jumlah FKRTL
600
25
500
16,26 20
400
15
300
150 196 10
200 166 3,84 145 145
95
100 4,40 1,40
5
34 35
- 0,00 0
KLINIK UTAMA RS SWASTA RS KHUSUS RS PEMERINTAH RS TNI/POLRI RS KHUSUS JIWA
2015 2016 % Penambahan
Sumber : BPJS Kesehatan, 2017
GAMBAR 4.17
JUMLAH FASILITAS KESEHATAN RUJUKAN TINGKAT LANJUTAN (FKRTL)
YANG BEKERJA SAMA DENGAN BPJS KESEHATAN
PER 31 DESEMBER 2016
Secara umum, terjadi peningkatan jumlah FKRTL yang bekerja sama dengan BPJS
Kesehatan sejak tahun 2014 hingga tahun 2016, yaitu meningkat sebanyak 22,04%. Pada
tahun 2014, terdapat 1.613 FKRTL dan jumlah ini meningkat menjadi 2.069 FKRTL pada
tahun 2016. Jika dilihat dari jenisnya, peningkatan jumlah terbanyak terdapat pada klinik
utama. Selain itu, pada tahun 2014 tidak terdapat klinik utama yang bekerja sama dengan
BPJS Kesehatan, namun pada tahun 2015 telah terdapat 95 klinik utama yang bekerja sama
GAMBAR 4.18
SEBARAN JUMLAH FKRTL YANG BEKERJA SAMA DENGAN BPJS KESEHATAN
TAHUN 2016
GAMBAR 4.19
ALOKASI ANGGARAN DAN REALISASI PENERIMA BANTUAN IURAN (PBI) BPJS
TAHUN 2014-2016
30
25,5 24,81
25
19,93 19,93 20,35 19,88
20
15
10
0
2014 2015 2016
Alokasi Realisasi
Keterangan : dalam trilyun rupiah
Sumber : BPJS Kesehatan, 2017
TABEL 4.1
SEPULUH KODE CBG'S TERBANYAK PADA TINGKAT LAYANAN RAWAT JALAN TINGKAT
LANJUT (RJTL) SAMPAI DENGAN 31 DESEMBER 2016
Tabel 4.1 menampilkan bahwa prosedur terapi fisik dan prosedur kecil muskulosketal
jumlah kasusnya menduduki peringkat kedua tertinggi namun pembiayaannya hanya
mencapai 531 milyar rupiah, sedangkan jumlah kasus prosedur dialisis memiliki peringkat
ketiga namun mempunyai jumlah pembiayaan terbesar yaitu sebesar 2,955 trilyun rupiah. Di
TABEL 4.2
SEPULUH KODE CBG'S TERBANYAK PADA TINGKAT LAYANAN RAWAT INAP TINGKAT
LANJUT (RITL) SAMPAI DENGAN 31 DESEMBER 2016
Tabel 4.2 menampilkan bahwa pada tahun 2016 operasi pembedahan caesar ringan
jumlah kasusnya menduduki peringkat tertinggi dengan pembiayaan mencapai 2,247 trilyun
rupiah, kemudian infeksi bakteri ringan menduduki peringkat jumlah kasus kedua dengan
pembiayaan sebesar 1,019 trilyun rupiah. Pada peringkat kesepuluh terdapat prosedur pada
kulit, jaringan bawah kulit, dan payudara ringan dengan 110.000 kasus dan pembiayaan
sebesar 435,81 milyar rupiah.
***
GAMBAR 5.1
ANGKA KEMATIAN IBU DI INDONESIA
TAHUN 1991 2015
400
350 390
359
300 334 305
307
250
200 228
150
100
50
0
1991 1997 2002 2007 2012 2015
Tahun
Sumber: BPS, SDKI 1991-2012
Selain elemen tindakan yang harus dipenuhi, pelayanan kesehatan ibu hamil juga
harus memenuhi frekuensi minimal di tiap trimester, yaitu satu kali pada trimester pertama
(usia kehamilan 0-12 minggu), satu kali pada trimester kedua (usia kehamilan 12-24 minggu),
dan dua kali pada trimester ketiga (usia kehamilan 24 minggu sampai persalinan). Standar
waktu pelayanan tersebut dianjurkan untuk menjamin perlindungan terhadap ibu hamil dan
atau janin berupa deteksi dini faktor risiko, pencegahan, dan penanganan dini komplikasi
kehamilan.
Penilaian terhadap pelaksanaan pelayanan kesehatan ibu hamil dapat dilakukan
dengan melihat cakupan K1 dan K4. Cakupan K1 adalah jumlah ibu hamil yang telah
memperoleh pelayanan antenatal pertama kali oleh tenaga kesehatan dibandingkan jumlah
sasaran ibu hamil di satu wilayah kerja pada kurun waktu satu tahun. Sedangkan cakupan K4
adalah jumlah ibu hamil yang telah memperoleh pelayanan antenatal sesuai dengan standar
paling sedikit empat kali sesuai jadwal yang dianjurkan di tiap trimester dibandingkan jumlah
sasaran ibu hamil di satu wilayah kerja pada kurun waktu satu tahun. Indikator tersebut
memperlihatkan akses pelayanan kesehatan terhadap ibu hamil dan tingkat kepatuhan ibu
hamil dalam memeriksakan kehamilannya ke tenaga kesehatan.
Capaian K4 dari tahun 2006 sampai dengan tahun 2016 disajikan pada gambar
berikut ini.
88,27 90,18
80 86,04
84,54 85,56 86,85 86,70 87,48 85,35
79,63 80,26
60
(%)
40
20
0
2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016
Gambar di atas menunjukkan terjadi penurunan cakupan K4, yaitu dari 86,85% pada
tahun 2013 menjadi 85,35%. Penurunan tersebut disebabkan karena beberapa faktor
sebagai berikut.
1. Pemeriksaan antenatal sudah berdasarkan kualitas pelayanan 10T.
2. Mobilitas di daerah perkotaan yang tinggi.
3. Penetapan sasaran ibu hamil yang terlalu tinggi di beberapa kab/kota.
4. Ada budaya masyarakat pada saat menjelang persalinan pulang ke kampung
halaman.
5. Pencatatan dan pelaporan masih belum optimal.
Meskipun terjadi penurunan pada tahun 2016, cakupan pelayanan kesehatan ibu
hamil K4 pada tahun 2016 telah memenuhi target Rencana Strategis (Renstra) Kementerian
Kesehatan sebesar 74%. Namun demikian, terdapat 9 provinsi yang belum mencapai target
tersebut yaitu Maluku Utara, Papua, Nusa Tenggara Timur, Papua Barat, Jambi, Maluku,
Sulawesi Barat, Sulawesi Tenggara, dan DI Yogyakarta.
Gambaran capaian kunjungan ibu hamil K4 pada tahun 2016 di 34 provinsi disajikan
pada gambar berikut ini.
Indonesia 85,35
Kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan pelayanan kesehatan ibu hamil tidak
hanya dari sisi akses. Kualitas pelayanan yang diberikan juga harus ditingkatkan, di antaranya
pemenuhan semua komponen pelayanan kesehatan ibu hamil harus diberikan saat
kunjungan. Dalam hal ketersediaan sarana kesehatan, hingga bulan Desember 2016,
terdapat 9.767 puskesmas. Keberadaan puskesmas secara ideal harus didukung dengan
aksesibilitas yang baik. Hal ini tentu saja sangat berkaitan dengan aspek geografis dan
kemudahan sarana dan prasarana transportasi. Dalam mendukung penjangkauan terhadap
masyarakat di wilayah kerjanya, puskesmas juga sudah menerapkan konsep satelit dengan
menyediakan puskesmas pembantu. Data dan informasi lebih rinci menurut provinsi
mengenai pelayanan kesehatan ibu hamil K1 dan K4 terdapat pada Lampiran 5.1.
Indonesia 4,79
Pada gambar di atas dapat diketahui bahwa Provinsi Jawa Timur, Kepulauan Bangka
Belitung, dan Bali, memiliki capaian imunisasi TT5 pada WUS tertinggi di Indonesia sebesar
23,97%, 4,23%, dan 3,69%. Sedangkan provinsi dengan capaian terendah yaitu Sulawesi
Utara dan Sumatera Utara sebesar 0,25%, dan Kalimantan Tengah sebesar 0,44%.
Indonesia 65,28
(%)
Pada gambar di atas dapat diketahui bahwa Provinsi Jawa Barat, Jambi, dan
Kepulauan Bangka Belitung memiliki capaian imunisasi TT2+ pada ibu hamil tertinggi di
Indonesia masing-masing sebesar 102,14%, 94,44%, dan 91,03%. Sedangkan provinsi dengan
capaian terendah yaitu Sumatera Utara sebesar 13,43%, Kalimantan Utara sebesar 15,03%
dan Papua sebesar 19,55%. Informasi lebih rinci mengenai imunisasi TT pada wanita usia
subur dan ibu hamil dapat dilihat pada Lampiran 5.12 dan Lampiran 5.13.
GAMBAR 5.6
CAKUPAN PERSALINAN DI FASILITAS PELAYANAN KESEHATAN
MENURUT PROVINSI TAHUN 2016
Indonesia 80,61
GAMBAR 5.7
CAKUPAN KUNJUNGAN NIFAS (KF3) DI INDONESIA
TAHUN 2008 2016
100,00
85,16 86,64 86,41
90,00 87,06
84,41
80,00
76,96
70,00 73,61
60,00
55,58
(%)
50,00
40,00
30,00
20,00
17,90
10,00
0,00
2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016
Indonesia 84,41
0 20 40 60 80 100
(%)
Sumber: Ditjen Kesehatan Masyarakat, Kemenkes RI, 2016
Indonesia 90,73
Gorontalo 100,00
Sulawesi Tenggara 100,00
Sulawesi Selatan 100,00
Kalimantan Utara 100,00
Kalimantan Timur 100,00
Kalimantan Selatan 100,00
Nusa Tenggara Barat 100,00
Bali 100,00
Banten 100,00
Jawa Timur 100,00
DI Yogyakarta 100,00
Jawa Tengah 100,00
Jawa Barat 100,00
DKI Jakarta 100,00
Kepulauan Riau 100,00
Kep. Bangka Belitung 100,00
Lampung 100,00
Jambi 100,00
Sumatera Barat 100,00
Sumatera Selatan 98,76
Sulawesi Tengah 98,41
Sulawesi Utara 96,79
Kalimantan Barat 96,22
Kalimantan Tengah 93,85
Bengkulu 93,33
Aceh 84,96
Sumatera Utara 82,31
Riau 79,84
Maluku 72,36
Nusa Tenggara Timur 60,65
Sulawesi Barat 51,06
Maluku Utara 48,03
Papua Barat 39,07
Papua 35,11
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 110
(%)
GAMBAR 5.10
PUSKESMAS MELAKSANAKAN PROGRAM PERENCANAAN PERSALINAN DAN PENCEGAHAN
KOMPLIKASI (P4K) MENURUT PROVINSI TAHUN 2016
Indonesia 89,75
6. Pelayanan Kontrasepsi
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 87 Tahun 2014 tentang
Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga, Keluarga Berencana,
dan Sistem Informasi Keluarga menyebutkan bahwa program keluarga berencana (KB)
adalah upaya mengatur kelahiran anak, jarak dan usia ideal melahirkan, mengatur
kehamilan, melalui promosi, perlindungan, dan bantuan sesuai dengan hak reproduksi untuk
mewujudkan keluarga yang berkualitas.
Dalam pelaksanaannya, sasaran pelaksanaan program KB yaitu Pasangan Usia Subur
(PUS). Pasangan Usia Subur (PUS) adalah pasangan suami-istri yang terikat dalam
perkawinan yang sah, yang istrinya berumur antara 15 sampai dengan 49 tahun.
KB merupakan salah satu strategi untuk mengurangi kematian ibu khususnya ibu
dengan kondisi 4T yaitu Terlalu muda melahirkan (di bawah usia 20 tahun), Terlalu sering
melahirkan, Terlalu dekat jarak melahirkan, dan Terlalu tua melahirkan (di atas usia 35
tahun). Selain itu, program KB juga bertujuan untuk meningkatkan kualitas keluarga agar
dapat timbul rasa aman, tentram, dan harapan masa depan yang lebih baik dalam
mewujudkan kesejahteraan lahir dan kebahagiaan batin.
KB juga merupakan salah satu cara yang paling efektif untuk meningkatkan
ketahanan keluarga, kesehatan, dan keselamatan ibu, anak, serta perempuan. Pelayanan KB
meliputi penyediaan informasi, pendidikan, dan cara-cara bagi keluarga untuk dapat
merencanakan kapan akan mempunyai anak, berapa jumlah anak, berapa tahun jarak usia
antara anak, serta kapan akan berhenti mempunyai anak.
Melalui tahapan konseling pelayanan KB, Pasangan Usia Subur (PUS) dapat
menentukan pilihan kontrasepsi sesuai dengan kondisi dan kebutuhannya berdasarkan
informasi yang telah mereka pahami, termasuk keuntungan dan kerugian, serta risiko
metode kontrasepsi dari petugas kesehatan. Untuk selanjutnya, diharapkan Pasangan Usia
Subur (PUS) menggunakan alat kontrasepsi tersebut dengan benar.
Pengertian Pasangan Usia Subur (PUS) Peserta KB dibagi menjadi dua yaitu Peserta
KB Aktif dan Peserta KB Baru. Peserta KB Aktif adalah Pasangan Usia Subur (PUS) yang saat
ini menggunakan salah satu alat kontrasepsi tanpa diselingi kehamilan. Peserta KB Baru
adalah Pasangan Usia Subur (PUS) yang baru pertama kali menggunakan alat/cara
kontrasepsi dan atau pasangan usia subur yang kembali menggunakan metode kontrasepsi
setelah melahirkan/keguguran.
40
(%) 23,17 22,81
20 11,37 11,20 10,61
7,23 4,78
1,73 0,18 3,23 3,54 0,64
0
KB Baru KB Aktif
Suntikan Pil Implan IUD Kondom MOW MOP
Sumber : Statistik Rutin Desember 2016, Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional, 2017
Peserta KB Baru dan KB Aktif menunjukkan pola yang sama dalam pemilihan jenis alat
kontrasepsi seperti yang disajikan pada gambar di atas. Sebagian besar Peserta KB Baru
maupun Peserta KB Aktif memilih suntikan dan pil sebagai alat kontrasepsi. Namun demikian
perlu diperhatikan tingkat efektifitas suntikan dan pil dalam pengendalian kehamilan
dibandingkan jenis kontrasepsi lainnya.
GAMBAR 5.12
CAKUPAN PESERTA KB AKTIF DI INDONESIA TAHUN 2016
Indonesia 74,80
Maluku Utara 87,03
Kep. Bangka Belitung 83,92
Sulawesi Utara 83,84
Papua Barat 81,01
Bali 80,98
Kepulauan Riau 79,83
Bengkulu 79,64
Gorontalo 79,28
Jawa Tengah 78,64
DI Yogyakarta 78,58
Sulawesi Tengah 78,24
Kalimantan Tengah 78,14
Jambi 78,09
Sumatera Selatan 77,65
Kalimantan Selatan 76,99
Jawa Timur 76,83
Aceh 76,26
Jawa Barat 74,88
Sulawesi Barat 74,77
Nusa Tenggara Barat 74,75
Banten 72,82
Sulawesi Selatan 72,30
Lampung 71,93
Sumatera Utara 71,63
Riau 71,62
Sulawesi Tenggara 71,55
Kalimantan Barat 70,86
Maluku 69,19
Kalimantan Timur 69,07
DKI Jakarta 67,46
Sumatera Barat 63,73
Nusa Tenggara Timur 63,24
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 110
(%)
Sumber: Statistik Rutin Desember 2016, Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional, 2017
GAMBAR 5.13
PERSENTASE TEMPAT PELAYANAN KB DI INDONESIA
TAHUN 2016
Jejaring
Lainnya; 12,15
Faskes KB
Pemerintah;
Faskes KB
16,66
Swasta; 5,77
Praktek
Praktek Bidan Dokter; 12,99
Mandiri;
52,43
Sumber : Statistik Rutin Desember 2016, Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana
Nasional, 2017
Dari sisi ketersediaan jenis tempat pelayanan KB menunjukkan bahwa sebagian besar
adalah praktek bidan mandiri. Fasilitas KB ini memiliki proporsi yang sangat besar (52,43%).
Sedangkan fasilitas KB milik pemerintah memiliki persentase sebesar 16,66%. Pemerintah
melalui BKKBN dan Kementerian Kesehatan bertanggungjawab terhadap semua jenis fasilitas
KB tersebut, tidak hanya kepada fasilitas KB milik pemerintah saja. Hal ini merupakan salah
satu tantangan yang dihadapi dalam implementasi program KB.
GAMBAR 5.14
PERSENTASE PUS BUKAN PESERTA KB (UNMET NEED) DI INDONESIA TAHUN 2016
Indonesia 12,77
Papua 31,09
Nusa Tenggara Timur 20,16
Sumatera Barat 18,54
Maluku 18,45
Kalimantan Timur 18,43
Sulawesi Tenggara 18,39
Riau 17,86
DKI Jakarta 16,93
Lampung 15,54
Kalimantan Barat 15,17
Sumatera Utara 14,86
Banten 14,48
Aceh 14,08
Sulawesi Selatan 13,66
Kalimantan Selatan 13,17
Jawa Barat 12,93
Nusa Tenggara Barat 12,78
Sulawesi Barat 12,46
Sulawesi Tengah 12,41
Kalimantan Tengah 11,92
Sumatera Selatan 11,78
Kepulauan Riau 11,67
Jambi 11,67
Bengkulu 11,59
Jawa Tengah 9,96
Gorontalo 9,77
Papua Barat 9,69
Jawa Timur 9,60
Sulawesi Utara 9,02
Kep. Bangka Belitung 8,71
DI Yogyakarta 8,01
Maluku Utara 7,90
Bali 5,69
0 5 10 15 20 25 30 35
(%)
Sumber: Statistik Rutin Desember 2016, Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional, 2017
B. KESEHATAN ANAK
Upaya pemeliharaan kesehatan anak ditujukan untuk mempersiapkan generasi akan
datang yang sehat, cerdas, dan berkualitas serta untuk menurunkan angka kematian anak.
Upaya pemeliharaan kesehatan anak dilakukan sejak janin masih dalam kandungan,
dilahirkan, setelah dilahirkan, dan sampai berusia 18 tahun.
Dengan upaya kesehatan anak antara lain diharapkan mampu menurunkan angka
kematian anak. Indikator angka kematian yang berhubungan dengan anak yakni Angka
Kematian Neonatal (AKN), Angka Kematian Bayi (AKB), dan Angka Kematian Balita (AKABA).
Perhatian terhadap upaya penurunan angka kematian neonatal (0-28 hari) menjadi penting
karena kematian neonatal memberi kontribusi terhadap 59% kematian bayi. Berdasarkan
hasil Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2012, angka Kematian
Neonatus (AKN) pada tahun 2012 sebesar 19 per 1.000 kelahiran hidup. Angka ini sama
dengan AKN berdasarkan SDKI tahun 2007 dan hanya menurun 1 poin dibanding SDKI tahun
2002-2003 yaitu 20 per 1.000 kelahiran hidup.
GAMBAR 5.15
TREN ANGKA KEMATIAN NEONATAL, BAYI, DAN BALITA
TAHUN 1991 2015
INDONESIA 91,14
2. Imunisasi
Dalam Undang - Undang Kesehatan Nomor 36 Tahun 2009 dinyatakan bahwa setiap
anak berhak memperoleh imunisasi dasar sesuai dengan ketentuan untuk mencegah
terjadinya penyakit yang dapat dihindari melalui imunisasi dan pemerintah wajib
memberikan imunisasi lengkap kepada setiap bayi dan anak. Penyelenggaraan imunisasi
tertuang dalam Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 42 Tahun 2013.
GAMBAR 5.17
PERSENTASE CAKUPAN IMUNISASI CAMPAK PADA BAYI DI INDONESIA
TAHUN 2007-2016
99,3
100 96,6 95,8 94,6
92,09 93,61 92,3 93,0
89,8 90,5
81,6 82,1
80
74,4
60
%
40
20
0
2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016
Cakupan Im. Campak Program Cakupan Im. campak Riskesdas Target WHO (90%)
Indonesia memiliki cakupan imunisasi campak program di atas 90% sejak tahun 2008.
Tahun 2016 sedikit meningkat dari tahun 2015, yaitu sebesar 93,0%. Menurut provinsi,
terdapat sebelas provinsi yang telah berhasil mencapai target 95%. Pada gambar di bawah
dapat diketahui bahwa seluruh bayi di Provinsi Sumatera Selatan, Jambi, Nusa Tenggara
Barat, dan Jawa Tengah telah mendapatkan imunisasi campak. Sedangkan provinsi dengan
cakupan terendah yaitu Kalimantan Utara sebesar 57,8%, Papua 63,5% dan Aceh 73,5%.
INDONESIA 93,0
INDONESIA 91,58
Pada gambar di atas dapat diketahui bahwa seluruh bayi di Provinsi Sumatera
Selatan, DKI Jakarta, Jawa Tengah, Jambi, dan Nusa Tenggara Barat telah mendapatkan
imunisasi dasar lengkap. Sedangkan provinsi dengan capaian terendah yaitu Kalimantan
Utara (56,08%), Papua (59,99%), dan Maluku (67,56%). Data dan informasi terkait imunisasi
dasar pada bayi yang dirinci menurut provinsi tahun 2016 terdapat pada Lampiran 5.14.
GAMBAR 5.20
ANGKA DROP OUT IMUNISASI DPT/HB1-CAMPAK PADA BAYI
TAHUN 2007-2016
10,0
9,0
8,0
7,0
6,0 6,0
5,3 5,2
5,0 4,6
4,4
4,0 3,6
3,3 2,9 2,9
3,0 2,4
2,0
1,0
0,0
2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016
GAMBAR 5.21
CAKUPAN DESA/KELURAHAN UCI MENURUT PROVINSI
TAHUN 2016
Indonesia 81,82
Bali 100,00
DI Yogyakarta 100,00
Jawa Tengah 99,93
DKI Jakarta 99,65
Lampung 96,49
Kepulauan Bangka Belitung 95,87
Sulawesi Selatan 94,26
Jambi 93,75
Kepulauan Riau 92,05
Jawa Barat 91,82
Nusa Tenggara Barat 90,68
Sumatera Selatan 90,45
Bengkulu 89,69
Gorontalo 89,48
Kalimantan Selatan 87,76
Jawa Timur 87,64
Sulawesi Tengah 83,26
Sulawesi Tenggara 82,74
Kalimantan Timur 80,62
Maluku Utara 80,18
Sulawesi Barat 79,08
Sumatera Utara 73,44
Sulawesi Utara 73,2
Sumatera Barat 72,28
Kalimantan Barat 69,89
Banten 68,41
Nusa Tenggara Timur 68,02
Kalimantan Tengah 65,59
Aceh 65,26
Riau 64,13
Maluku 61,83
Papua 61,59
Papua Barat 56,77
Kalimantan Utara 30,69
0 20 40 60 80 100 120
INDONESIA 73,54
Gorontalo 100,00
Sulawesi Tenggara 100,00
Bali 100,00
Jawa Timur 100,00
DI Yogyakarta 100,00
Jawa Tengah 100,00
Kepulauan Bangka Belitung 100,00
Lampung 100,00
Sumatera Barat 96,97
Sumatera Selatan 96,89
Kalimantan Selatan 96,09
Kalimantan Timur 95,98
Jawa Barat 95,90
Kepulauan Riau 95,89
Jambi 89,94
Kalimantan Utara 89,80
Aceh 84,37
Bengkulu 82,78
Kalimantan Tengah 81,54
Sulawesi Barat 72,34
Nusa Tenggara Barat 72,15
Riau 63,37
Sulawesi Tengah 58,20
Sumatera Utara 53,59
Sulawesi Utara 53,48
Banten 52,36
Sulawesi Selatan 47,77
Maluku 44,72 Target
Papua Barat 40,40 Renstra 2016:
Papua 32,06
55%
Kalimantan Barat 21,01
DKI Jakarta 12,94
Nusa Tenggara Timur 4,58
Maluku Utara
0,00 20,00 40,00 60,00 80,00 100,00 120,00
GAMBAR 5.23
CAKUPAN PUSKESMAS YANG MELAKSANAKAN PENJARINGAN KESEHATAN PESERTA DIDIK
KELAS VII DAN X MENURUT PROVINSI TAHUN 2016
Indonesia 65,14
Gorontalo 100,00
Sulawesi Tenggara 100,00
Jawa Timur 100,00
DI Yogyakarta 100,00
Jawa Tengah 100,00
DKI Jakarta 100,00
100,00
Bali 95,83
Sumatera Selatan 91,61
Sumatera Barat 89,39
Kepulauan Riau 80,82
Kalimantan Utara 79,59
Kalimantan Timur 75,86
Jambi 75,42
Sulawesi Barat 74,47
Lampung 70,89
Jawa Barat 65,43
Nusa Tenggara Barat 63,29
Kalimantan Tengah 60,51
Riau 56,79
Aceh 49,85
Kalimantan Selatan 48,26
Banten 45,49
Maluku 44,22
Sulawesi Tengah 43,92
Bengkulu 42,78
Sulawesi Utara 42,25
Sulawesi Selatan 41,29
Sumatera Utara 40,46
Papua Barat 25,17
Papua 23,41 Target
Kalimantan Barat 21,01 Renstra 2016 :
Nusa Tenggara Timur 4,58 40%
Maluku Utara
0,00 20,00 40,00 60,00 80,00 100,00 120,00
Dari Gambar 5.23 diketahui bahwa sebagian besar provinsi sudah memenuhi target
Renstra 2016 yang sebesar 40%, hanya empat provinsi yang belum mencapai target.
Terdapat tujuh provinsi dengan capaian 100%, yakni Sulawesi Tenggara, Gorontalo, Jawa
Timur, DI Yogyakarta, Jawa Tengah, DKI Jakarta dan Kepulauan Bangka Belitung. Capaian
terendah terdapat di Provinsi Nusa Tenggara Timur, Kalimantan Barat, Papua dan Papua
Barat. Sedangkan Provinsi Maluku Utara belum mengirimkan data.
Sulitnya memenuhi target Puskesmas yang melakukan penjaringan kesehatan peserta
didik kelas I, VII, dan X dapat disebabkan oleh beberapa masalah. Masalah utama yang sering
ditemukan di daerah yaitu kurangnya tenaga di Puskesmas dibandingkan dengan jumlah
GAMBAR 5.24
PERSENTASE PUSKESMAS MELAKSANAKAN KEGIATAN KESEHATAN REMAJA
MENURUT PROVINSI TAHUN 2016
Indonesia 45,57
Bali 100,00
DI Yogyakarta 100,00
Jawa Tengah 100,00
DKI Jakarta 100,00
Kepulauan Bangka Belitung 88,71
Lampung 76,71
Kepulauan Riau 73,97
Kalimantan Barat 59,66
Kalimantan Selatan 57,83
Maluku 56,78
Kalimantan Timur 56,32
Nusa Tenggara Barat 52,53
Sumatera Selatan 49,07
Bengkulu 48,33
Aceh 45,13
Sumatera Barat 42,42
Jawa Barat 41,05
Jambi 40,78
Jawa Timur 39,69
Kalimantan Utara 38,78
Banten 36,91
Riau 31,28
Sulawesi Tengah 25,93
Gorontalo 25,81
Sumatera Utara 23,47
Sulawesi Selatan 22,54
Sulawesi Utara 19,25 Target
Sulawesi Tenggara 18,22 Renstra 2016 :
Sulawesi Barat 18,09
30%
Papua 13,49
Kalimantan Tengah 12,31
Nusa Tenggara Timur 9,16
Papua Barat 3,97
Maluku Utara
C. Gizi
Pada subbab gizi ini akan dibahas upaya peningkatan gizi balita yaitu : pemberian ASI
eksklusif, cakupan pemberian kapsul vitamin A pada balita 6-59 bulan, penimbangan dan
status gizi balita serta gizi ibu hamil.
INDONESIA 54,0
Mengacu pada target renstra tahun 2016 yang sebesar 42%, maka secara nasional
cakupan pemberian ASI eksklusif pada bayi usia kurang dari enam bulan sebesar 54,0% telah
mencapai target. Menurut provinsi, cakupan ASI eksklusif pada bayi umur 0-5 bulan berkisar
antara 32,3% (Gorontalo) sampai 79,9% (Nusa Tenggara Timur). Dari 34 provinsi hanya tiga
provinsi yang belum mencapai target yaitu Gorontalo, Riau dan Kalimantan Tengah.
GAMBAR 5.26
CAKUPAN PEMBERIAN KAPSUL VITAMIN A PADA BALITA (6-59 BULAN)
MENURUT PROVINSI TAHUN 2016
INDONESIA 90,1
Gorontalo 95,0
DI Yogyakarta 94,5
Jawa Barat 94,4
Sumatera Barat 93,9
Aceh 93,5
Bengkulu 93,4
Kepulauan Riau 93,3
Kalimantan Utara 93,1
Jawa Tengah 92,9
Kalimantan Selatan 92,7
Sulawesi Tenggara 92,4
Bali 92,4
Sumatera Selatan 92,2
Nusa Tenggara Barat 91,9
Jawa Timur 91,9
Lampung 91,8
Kepulauan Bangka Belitung 91,6
Sulawesi Selatan 91,2
Riau 90,9
Kalimantan Timur 90,8
Jambi 90,3
Banten 90,2
DKI Jakarta 89,9
Nusa Tenggara Timur 89,7
Sulawesi Barat 89,4
Sumatera Utara 89,4
Sulawesi Tengah 89,0
Maluku Utara 88,9
Kalimantan Barat 88,6
Maluku 86,5
Sulawesi Utara 85,3
Kalimantan Tengah 84,5
Papua Barat 83,4
Papua 75,3
0 20 40 60 80 100
%
Sumber: Pemantauan Status Gizi 2016, Kemenkes RI
Hasil pengukuran status gizi PSG 2016 dengan indeks BB/U pada balita 0-23 bulan
mendapatkan persentase gizi buruk sebesar 3,1%, gizi kurang sebesar 11,8% dan gizi lebih
sebesar 1,5%. Dibandingkah hasil PSG 2015 juga relatif sama yaitu gizi buruk sebesar 3,2%,
gizi kurang sebesar 11,9% dan gizi lebih sebesar 1,6%. Provinsi dengan gizi buruk dan kurang
tertinggi tahun 2016 adalah Kalimantan Barat (24,5%) dan terendah Sulawesi Utara (5,7%).
Status gizi balita 0-59 bulan dengan indeks TB/U menunjukkan persentase balita
pendek dan sangat pendek. Hasil PSG 2016 mendapatkan persentase balita sangat pendek
sebesar 8,6% dan pendek sebesar 19,0%. Target persentase balita pendek dan sangat
pendek adalah kurang dari 20%. Provinsi dengan persentase balita pendek dan sangat
pendek terbesar adalah Sulawesi Barat (39,7%) dan terendah adalah Sumatera Selatan
(19,2%). Hanya Provinsi Sumatera Selatan dan Bali yang kurang dari 20%.
Sedangkan pada balita 0-23 bulan persentase sangat pendek sebesar 7,1% dan
pendek sebesar 14,6%. Provinsi dengan persentase balita pendek dan sangat pendek
terbesar adalah Kalimantan Barat (32,5%) dan terendah adalah Sumatera Selatan (14,2%).
Status gizi balita 0-59 bulan dengan indeks TB/BB menunjukkan persentase kurus dan
sangat kurus. Hasil PSG 2016 mendapatkan persentase balita 0-23 bulan yang sangat kurus
sebesar 3,1%, kurus sebesar 8,0% dan gemuk sebesar 4,3%. Provinsi dengan persentase
balita kurus dan sangat kurus terbesar adalah Maluku (22,2%) dan terendah adalah Bali
(5,5%).
Sedangkan pada balita 0-23 bulan persentase sangat kurus sebesar 3,7%, kurus
sebesar 8,9% dan gemuk sebesar 4,3%. Provinsi dengan persentase balita kurus dan sangat
kurus terbesar adalah Papua (16,5%) dan terendah adalah Aceh (14,4%).
Data mengenai status gizi balita dapat dilihat pada lampiran 5.23-5.28
Salah satu upaya untuk meningkatkan status gizi balita adalah kegiatan pemberian
makanan tambahan untuk balita kurus. Pemberian makanan tambahan diberikan pada balita
usia 6 bulan 0 hari sampai dengan 23 bulan 29 hari dengan status gizi kurus, diukur
berdasarkan indeks berat badan menurut tinggi badan sebesar minus 3 standar deviasi
***
60%
65 tahun
17,22 17,30 17,36 17,18 16,81
50% 55-64 tahun
25-34 tahun
20%
15,80 15,80 16,19 15,89 15,99
15-24 tahun
10%
8,21 7,92 7,10 8,59 9,04 0-14 tahun
0%
2012 2013 2014 2015 2016
Gambar 6.1. menunjukan proporsi kasus TB menurut kelompok umur. Pada Tahun
2016 kasus tuberkulosis terbanyak ditemukan pada kelompok umur 25-34 tahun yaitu
sebesar 18,07% diikuti kelompok umur 45-54 tahun sebesar 17,25% dan pada kelompok
umur 35-44 tahun sebesar 16,81%. Pada gambar diatas terlihat bahwa perbedaan proporsi
kasus tuberkulosis berdasarkan golongan umur dari tahun 2012 sampai dengan 2016 tidak
terjadi perubahan signifikan.
0
50
100
150
200
250
300
Bali 73
20
40
60
80
0
100
120
140
DI Yogyakarta 83
Riau 95
Jambi 96
Bengkulu 98
131
2008
Jawa Tengah 105
Kalimantan Barat 107
Lampung 110
127
2009
Kep. Bangka Belitung 110
Sumatera Selatan 114
Kalimantan Tengah
2011
Jawa Timur
CNR 2015
125
Sulawesi Barat 128
Kalimantan Timur 134 Tahun
138
Sulawesi Tengah
2012
137
GAMBAR 6.3
GAMBAR 6.2
CNR 2016
Sumatera Barat 140
Gorontalo
135
145
2013
2014
ANGKA NOTIFIKASI KASUS TUBERKULOSIS
Sulawesi Selatan
PER 100.000 PENDUDUK TAHUN 2008-2016
154
Sumatera Utara 161
Kepulauan Riau 175
Kalimantan Utara
129
183
2015
2016
Papua 260
ANGKA NOTIFIKASI SEMUA KASUS TUBERKULOSIS PER 100.000 PENDUDUK
INDONESIA 136
Gambar 6.5 berikut memperlihatkan besarnya angka notifikasi atau Case Notification
Provinsi dengan CNR semua kasus tuberkulosis tertinggi yaitu DKI Jakarta (269),
Papua (260) dan Maluku (209), dan Papua (223). Sedangkan CNR semua kasus tuberkulosis
terendah yaitu Provinsi Bali (73), DI Yogyakarta (83) dan Riau (95). Bila dibandingkan dengan
CNR semua kasus TB tahun 2015 terdapat 24 provinsi (71%) yang mengalami kenaikan CNR
dan 10 provinsi (29%) yang mengalami penurunan CNR.
GAMBAR 6.4
ANGKA KEBERHASILAN PENGOBATAN PASIEN TUBERKULOSIS
DI INDONESIA TAHUN 2008-2016
100
90
80 90 90 89 88 88 87 85
83 84
70
60
% 50
40
30
20
10
0
2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016
Pada Gambar 6.4 terlihat penurunan angka keberhasilan pengobatan semua kasus
tuberkulosis pada tahun 2013 dan 2015 dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Pada tahun
2016 angka keberhasilan pengobatan semua kasus tuberkulosis sebesar 85%. Angka
kesembuhan semua kasus yang harus dicapai minimal 85% sedangkan angka keberhasilan
pengobatan semua kasus minimal 90%.
INDONESIA 85,1
2. HIV/AIDS
HIV/AIDS merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh infeksi Human
Immunodeficiency Virus yang menyerang sistem kekebalan tubuh. Infeksi tersebut
GAMBAR 6.6
JUMLAH KASUS HIV POSITIF DAN AIDS YANG DILAPORKAN DI INDONESIA
SAMPAI TAHUN 2016
45.000
41.250
40.000
35.000 32.711
30.935
29.037
30.000
(Jumlah kasus)
Jumlah kasus baru HIV positif yang dilaporkan dari tahun ke tahun cenderung
meningkat dan pada tahun 2016 dilaporkan sebanyak 41.250 kasus.
GAMBAR 6.7
PROPORSI KASUS BARU HIV POSITIF DAN AIDS MENURUT JENIS KELAMIN
DI INDONESIA TAHUN 2016
Laki-laki
63,3% Laki-laki
67,9%
Penderita HIV positif pada laki-laki sebesar 63,3% dan pada perempuan sebesar
36,7%. Sedangkan penderita AIDS pada laki-laki sebesar 67,9% dan pada perempuan sebesar
31,5%.
Menurut kelompok umur, persentase kasus baru HIV positif dan AIDS tahun 2016
seperti digambarkan di bawah ini.
Penemuan Kasus HIV dan AIDS pada usia di bawah 4 tahun menandakan masih ada
penularan HIV dari ibu ke anak yang diharapkan akan terus menurun di tahun selanjutnya
sebagai upaya mencapai tujuan nasional dan global dalam rangka triple elimination (eliminasi
HIV, hepatitis B, dan sifilis) pada bayi. Proporsi terbesar kasus HIV dan AIDS masih pada
penduduk usia produktif (15-49 tahun), dimana kemungkinan penularan terjadi pada usia
remaja.
HIV dapat ditularkan melalui hubungan seks, tranfusi darah, penggunaan jarum
suntik bergantian dan penularan dari ibu ke anak (perinatal). Berikut ini disajikan persentase
kasus HIV positif dan AIDS menurut faktor risiko penularan yang dilaporkan pada tahun 2016.
GAMBAR 6.9
PERSENTASE KASUS HIV POSITIF DAN AIDS MENURUT FAKTOR RISIKO DI INDONESIA
TAHUN 2016
IDU Lain-lain Tak
Transfusi
Penasun Perinatal 2,6% 0,5%
0,2% diketahui
1,9% 3,8% 2,0%
Biseksual Homosek
Tak sual
Hetero 1,1%
diketahui 15,8%
25,6% seksual
35,5%
Hetero
Lain-lain
seksual
11,0%
74,0%
LSL
26,1%
GAMBAR 6.10
JUMLAH KASUS AIDS MENURUT PEKERJAAN
DI INDONESIA TAHUN 2016
Pada tahun 2016 AIDS dilaporkan bersamaan dengan penyakit penyerta terbanyak
adalah kandidiasis (280 kasus), tuberkulosis (194 kasus) dan diare (173 kasus).
10
9 8,22
8
7 6,13
6 6,78
(%) 5 4,12
5,20
4 4,86
2,95
3
2 1,16 1,11
1 1,66
0
2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016
3. Pneumonia
Pneumonia adalah infeksi akut yang mengenai jaringan paru-paru (alveoli) yang dapat
disebabkan oleh berbagai mikroorganisme seperti virus, jamur dan bakteri. Gejala penyakit
TABEL 6.1
PERKIRAAN PERSENTASE KASUS PNEUMONIA PADA BALITA MENURUT PROVINSI
DI INDONESIA TAHUN 2016
Perkiraan Perkiraan
No Provinsi No Provinsi
Kasus (%) Kasus (%)
1 Aceh 4,46 18 Nusa Tenggara Barat 6,38
2 Sumatera Utara 2,99 19 Nusa Tenggara Timur 4,28
3 Sumatera Barat 3,91 20 Kalimantan Barat 2,12
4 Riau 2,67 21 Kalimantan Tengah 4,37
5 Jambi 3,15 22 Kalimantan Selatan 5,53
6 Sumatera Selatan 3,61 23 Kalimantan Timur 2,86
7 Bengkulu 2,00 24 Sulawesi Utara 2,68
8 Lampung 2,23 25 Sulawesi Tengah 5,19
9 Kep. Bangka Belitung 6,05 26 Sulawesi Selatan 3,79
10 Kepulauan Riau 3,98 27 Sulawesi Tenggara 3,84
11 DKI Jakarta 4,24 28 Gorontalo 4,84
12 Jawa Barat 4,62 29 Sulawesi Barat 4,88
13 Jawa Tengah 3,61 30 Maluku 3,74
14 DI Yogyakarta 4,32 31 Maluku Utara 2,29
15 Jawa Timur 4,45 32 Papua Barat 2,88
16 Banten 4,12 33 Papua 2,80
17 Bali 2,05 INDONESIA 3,55
Sumber: Ditjen P2P, Kemenkes RI
Cakupan penemuan kasus pneumonia pada balita di Indonesia dapat dilihat pada
gambar di bawah ini.
100
90
80
70 63,45 65,27
60
(%) 50
40
29,47
26,26 25,91 23,98 24,46
30 23,00 23,42
20
10
0
2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016
Sampai dengan tahun 2014, angka cakupan penemuan pneumonia balita tidak
mengalami perkembangan berarti yaitu berkisar antara 20%-30%. Pada tahun 2015 terjadi
peningkatan menjadi 63,45% dan menjadi 65,27% pada tahun 2016. Peningkatan cakupan
pada tahun 2015 karena perubahan angka perkiraan kasus dari 10% menjadi 3,55%, selain
itu ada peningkatan dalam kelengkapan pelaporan dari 83,08% pada tahun 2014 menjadi
91,91% pada tahun 2015 dan 94,12% pada tahun 2016.
Sejak tahun 2015 indikator Renstra yang digunakan adalah persentase
kabupaten/kota yang 50% puskesmasnya melakukan pemeriksaan dan tatalaksana
pneumonia melalui program MTBS (Manajemen Terpadu Balita Sakit). Pada tahun 2015
tercapai 14,62% dari 513 kab/kota yang dilaporkan, sedangkan target sebesar 20%. Pada
tahun 2016 tercapai 28,07% dari target 30%. Belum tercapainya target disebabkan antara
lain belum tersosialisasinya penambahan variabel untuk mengukur indikator Renstra sampai
di tingkat puskesmas, sehingga banyak puskesmas tidakmelaporkan variabel tersebut. Selain
itu sosialisasi tata laksana standar juga belum merata ke seluruh puskesmas.
Angka kematian akibat pneumonia pada balita tahun 2016 sebesar 0,11% sedangkan
tahun 2015 sebesar 0,16%. Pada tahun 2016 Angka kematian akibat pneumonia pada
kelompok umur 1-4 sedikit lebih tinggi yaitu sebesar 0,13% dibandingkan pada kelompok
bayi yang sebesar 0,06%. Cakupan penemuan pneumonia dan kematiannya menurut provinsi
dan kelompok umur pada tahun 2016 dapat dilihat pada Lampiran 6.12 dan 6.13.
8
8,30
7,76
6 6,79 6,75 6,73 6,50
4
0
2011 2012 2013 2014 2015 2016
Angka prevalensi kusta per 10.000 penduduk
Angka penemuan kasus baru kusta per 100.000 penduduk
Sumber: Ditjen P2P, Kemenkes RI, 2017
GAMBAR 6.14
PETA ELIMINASI KUSTA PROVINSI DI INDONESIA
TAHUN 2015 DAN 2016
Di tahun 2016, terdapat penambahan provinsi yang mencapai eliminasi yaitu Provinsi
Aceh dan Provinsi Kalimantan Utara. Adapun 11 provinsi yang belum mencapai eliminasi
adalah Jawa Timur, Sulawesi Utara, Gorontalo, Sulawesi Tengah, Sulawesi Barat, Sulawesi
Tenggara, Sulawesi Selatan, Maluku, Maluku Utara, Papua, serta Papua Barat.
8
8,40 8,71
6
6,82 6,60
6,33
5,27
%
0
2011 2012 2013 2014 2015 2016
Sumber: Ditjen P2P, Kemenkes RI, 2017
Provinsi dengan angka cacat tingkat 2 tertinggi pada tahun 2016 adalah Maluku Utara
(13,49 per 1.000.000 penduduk), Sulawesi Selatan (13,25 per 1.000.000 penduduk) dan
Papua (11,85 per 1.000.000 penduduk). Tingginya angka cacat tingkat 2 menunjukkan
keterlambatan dalam penemuan kasus di lapangan.
GAMBAR 6.16
ANGKA CACAT TINGKAT 2 KUSTA PER 1.000.000 PENDUDUK
PER PROVINSI TAHUN 2016
INDONESIA 5,27
DI YOGYA 0,00
LAMPUNG 0,00
NUSA TENGGARA TIMUR 0,38
KEPULAUAN RIAU 0,49
KALIMANTAN TIMUR 0,57
BALI 0,71
SUMATERA BARAT 0,76
KALIMANTAN TENGAH 0,78
RIAU 1,08
BANGKA BELITUNG 1,43
DKI JAKARTA 1,46
KALIMANTAN BARAT 1,65
SUMATERA UTARA 2,20
NUSA TENGGARA BARAT 2,25
JAMBI 2,31
BENGKULU 2,62
KALIMANTAN UTARA 3,00
SUMATERA SELATAN 3,19
KALIMANTAN SELATAN 4,44
JAWA BARAT 4,50
SULAWESI BARAT 4,59
JAWA TENGAH 4,64
SULAWESI TENGAH 4,79
PAPUA BARAT 5,60
SULAWESI UTARA 6,16
SULAWESI TENGGARA 6,27
ACEH 7,26
BANTEN 9,01
GORONTALO 9,56
MALUKU 10,49
JAWA TIMUR 11,39
PAPUA 11,85
SULAWESI SELATAN 13,25
MALUKU UTARA 13,49
0 2 4 6 8 10 12 14 16 18 20
Angka cacat tingkat II kusta per 1.000.000 penduduk
GAMBAR 6.17
PROPORSI KUSTA MB DAN PROPORSI KUSTA PADA ANAK
TAHUN 2012-2016
100
90
80
82,69 83,44 83,48 84,55 84,19
70
60
(%) 50
40
30
20 10,78 11,88 11,12 11,22 11,43
10
0
2012 2013 2014 2015 2016
5. Diare
Penyakit diare merupakan penyakit endemis di Indonesia dan juga merupakan
penyakit potensial Kejadian Luar Biasa (KLB) yang sering disertai dengan kematian. Pada
tahun 2016 terjadi 3 kali KLB diare yang tersebar di 3 provinsi, 3 kabupaten, dengan jumlah
penderita 198 orang dan kematian 6 orang (CFR 3,04%).
Angka kematian (CFR) saat KLB diare diharapkan <1%. Pada tabel berikut dapat dilihat
rekapitulasi KLB diare dari tahun 2008 sampai dengan tahun 2016. Terlihat bahwa CFR saat
KLB masih cukup tinggi (>1%) kecuali pada tahun 2011 CFR pada saat KLB sebesar 0,40%,
sedangkan tahun 2016 CFR diare saat KLB meningkat menjadi 3,04%.
TABEL 6.3
REKAPITULASI KLB DIARE DI INDONESIA
TAHUN 2008 2016
Target cakupan pelayanan penderita diare yang datang ke sarana kesehatan dan
kader kesehatan adalah 10% dari perkiraan jumlah penderita diare (insidens diare dikali
jumlah penduduk di satu wilayah kerja dalam waktu satu tahun). Insidensi diare nasional
hasil Survei Morbiditas Diare tahun 2014 yaitu sebesar 270/1.000 penduduk, maka
diperkirakan jumlah penderita diare di fasilitas kesehatan pada tahun 2016 sebanyak
6.897.463 orang, sedangkan jumlah penderita diare yang dilaporkan ditangani di fasilitas
kesehatan adalah sebanyak 3.198.411 orang atau 46,4% dari target. Rincian menurut
provinsi dapat dilihat pada Lampiran 6.11.
GAMBAR 6.18
DISTRIBUSI KASUS TETANUS NEONATORUM PER PROVINSI
TAHUN 2016
Gambaran kasus menurut faktor risiko penolong persalinan, 25 atau 75,8% kasus
ditolong oleh penolong persalinan tradisional, misalnya dukun. Menurut cara perawatan tali
pusat terdapat 3 bayi yang dirawat menggunakan alkohol/iodium yang terkena penyakit ini.
Menurut alat yang digunakan untuk pemotongan tali pusat, terdapat 11 kasus (33,3%)
menggunakan gunting, 16 kasus (48,5%) menggunakan bambu, dan sisanya menggunakan
alat lain atau tidak diketahui. Menurut status imunisasi sebanyak 23 kasus (69,7%) terjadi
pada kelompok yang tidak diimunisasi. Rincian kasus tetanus neonatorum beserta
persentase kasus menurut faktor risiko dan provinsi dapat dilihat pada Lampiran 6.18.
2. Campak
Penyakit campak disebabkan oleh virus campak golongan Paramyxovirus. Penularan
dapat terjadi melalui udara yang telah terkontaminasi oleh droplet (ludah) orang yang telah
GAMBAR 6.19
DISTRIBUSI KASUS CAMPAK RUTIN DI INDONESIA
TAHUN 2016
Incidence Rate (IR) campak pada tahun 2016 sebesar 5,0 per 100.000 penduduk,
meningkat dibandingkan tahun 2015 yang sebesar 3,20 per 100.000 penduduk. Gambar 6.20
menyajikan IR campak menurut provinsi. Sebanyak 12 provinsi melaporkan tidak terjadi
kasus campak di daerahnya. Adapun Nusa Tenggara Barat, Bali, dan dan Sulawesi Selatan
merupakan provinsi dengan IR campak terendah. Sedangkan Jambi, Kepulauan Riau dan
Aceh merupakan provinsi dengan IR campak tertinggi.
Indonesia 5,0
Papua Barat 0,0
Maluku Utara 0,0
Maluku 0,0
Sulawesi Barat 0,0
Kalimantan Utara 0,0
Kalimantan Timur 0,0
Kalimantan Selatan 0,0
Nusa Tenggara Timur 0,0
Banten 0,0
DI Yogyakarta 0,0
Kep. Bangka Belitung 0,0
Riau 0,0
Nusa Tenggara Barat 0,1
Bali 0,1
Sulawesi Selatan 0,8
Jawa Barat 1,3
Sumatera Utara 1,3
Kalimantan Barat 1,4
Papua 2,1
DKI Jakarta 2,7
Sulawesi Tenggara 3,8
Bengkulu 5,1
Lampung 5,4
Jawa Tengah 6,0
Gorontalo 7,5
Jawa Timur 7,6
Sumatera Barat 9,1
Sumatera Selatan 9,8
Sulawesi Utara 9,9
Kalimantan Tengah 12,2
Sulawesi Tengah 23,8
Aceh 29,0
Kepulauan Riau 31,7
Jambi 34,0
0 5 10 15 20 25 30 35 40
Menurut kelompok umur, proporsi kasus campak terbesar terdapat pada kelompok
umur 5-9 tahun dan kelompok umur 1-4 tahun dengan proporsi masing-masing sebesar
31,6% dan 25,4%. Adapun dari 12.681 kasus campak ternyata hanya 4.466 (35,2%) yang
divaksinasi. Gambar 6.21 berikut memperlihatkan proporsi kasus campak per kelompok
umur. Rincian kasus campak per provinsi dapat dilihat pada Lampiran 6.19 dan 6.20.
<1 Tahun
7%
15 Tahun
19%
1-4 Tahun
25%
10-14 Tahun
17%
5-9 Tahun
32%
Campak dinyatakan sebagai KLB apabila terdapat 5 atau lebih kasus klinis dalam
waktu 4 minggu berturut-turut yang terjadi secara mengelompok dan dibuktikan adanya
hubungan epidemiologis. Pada tahun 2016, jumlah KLB campak yang terjadi sebanyak 129
KLB dengan jumlah kasus sebanyak 1.511 kasus. Angka tersebut lebih tinggi bila
dibandingkan dengan tahun 2015 dengan 68 KLB dan jumlah kasus sebanyak 831 kasus.
Frekuensi KLB campak tertinggi terjadi di Sumatera Barat sebanyak 33 kejadian KLB
dengan 495 kasus dan 1 orang meninggal. Frekuensi KLB campak tertinggi selanjutnya terjadi
di Provinsi Jambi sebanyak 27 KLB dengan jumlah 256 kasus campak dan Sumatera Selatan
14 KLB dengan 125 kasus campak. Tidak ada penderita yang meninggal dari kejadian KLB di
dua provinsi tersebut. Frekuensi dan jumlah kasus pada KLB campak menurut provinsi dapat
dilihat pada Lampiran 6.21.
3. Difteri
Penyakit difteri disebabkan oleh bakteri Corynebacterium diphtheriae yang
menyerang sistem pernapasan bagian atas. Penyakit difteri pada umumnya menyerang anak-
anak usia 1-10 tahun.
Jumlah kasus difteri pada tahun 2016 sebanyak 415 kasus dengan jumlah kasus
meninggal sebanyak 24 kasus sehingga CFR difteri yaitu sebesar 5,8%. Dari jumlah tersebut,
kasus tertinggi terjadi di Jawa Timur dengan 209 kasus dan Jawa Barat yaitu sebanyak 133
kasus. Dari seluruh kasus difteri, sebesar 51 % diantaranya tidak mendapatkan vaksinasi.
Gambaran kasus menurut kelompok umur pada tahun 2016 menunjukkan bahwa
59% kasus difteri terjadi pada kelompok umur 5-9 tahun dan 1-4 Tahun. Kelompok umur 15
tahun memiliki rentang usia yang lebih panjang dibanding kelompok umur lainnya sehingga
meskipun proporsinya besar, jika dihitung per umur tunggal, kelompok ini memiliki jumlah
kasus yang rendah. Rincian kasus difteri per provinsi dapat dilihat pada Lampiran 6. 23.
GAMBAR 6.23
PROPORSI KASUS DIFTERI MENURUT KELOMPOK UMUR
DI INDONESIA TAHUN 2016
<1 Tahun
2%
15 Tahun1-4 Tahun
28% 23%
10-14 Tahun
11%
5-9 Tahun
36%
GAMBAR 6.24
PENCAPAIAN NON POLIO AFP RATE PER 100.000 ANAK USIA < 15 TAHUN
MENURUT PROVINSI TAHUN 2016
No case/report
NP AFP rate < 1
NP AFP rate 1-1,99
NP AFP rate >=2
GAMBAR 6.25
NON POLIO AFP RATE PER 100.000 ANAK < 15 TAHUN
DI INDONESIA TAHUN 2016
Indonesia 1,96
Papua Barat
Gorontalo 5,43
Bali 3,24
DKI Jakarta 2,88
Lampung 2,74
Sulawesi Tengah 2,35
Sulawesi Utara 2,31
Jambi 2,20
Nusa Tenggara Timur 2,16
Kalimantan Tengah 2,13
Nusa Tenggara Barat 2,13
DI Yogyakarta 2,12
Banten 2,11
Sumatera Utara 2,11
Jawa Tengah 2,08
Jawa Timur 2,03
Jawa Barat 2,02
Sumatera Barat 2,00
Aceh 2,00
Kalimantan Barat 1,93
Sulawesi Tenggara 1,89
Sumatera Selatan 1,70
Kalimantan Selatan 1,67
Sulawesi Selatan 1,60
Kalimantan Timur 1,40
Bengkulu 1,27
Papua 0,90
Kepulauan Riau 0,77
Kep. Bangka Belitung 0,50
Kalimantan Utara 0,40
Riau 0,39
Maluku Utara 0,25
Sulawesi Barat 0,22
Maluku 0,17
Setiap kasus AFP yang ditemukan dalam kegiatan intensifikasi surveilans, akan
dilakukan pemeriksaan spesimen tinja untuk mengetahui ada tidaknya virus polio liar. Untuk
itu diperlukan spesimen adekuat yang sesuai dengan persyaratan yaitu diambil 14 hari
setelah kelumpuhan dan suhu spesimen 0C - 8C sampai di laboratorium.
No case/report
Adeq. Spec <60%
GAMBAR 6.27
PERSENTASE SPESIMEN ADEKUAT AFP
MENURUT PROVINSI TAHUN 2016
Indonesia 83,1
Papua Barat
Sumatera Utara 100,0
Kep. Bangka Belitung 100,0
Kalimantan Utara 100,0
Riau 100,0
Sulawesi Barat 100,0
Kalimantan Barat 96,4
Jawa Tengah 94,7
Sumatera Barat 93,7
Sulawesi Selatan 92,5
Banten 89,4
Jawa Barat 86,8
Kalimantan Timur 86,6
Lampung 85,7
Bengkulu 85,7
Jawa Timur 84,6
DI Yogyakarta 83,3
Sumatera Selatan 80,9
Sulawesi Utara 80,0
Kepulauan Riau 80,0
Gorontalo 78,9
Jambi 77,2
Sulawesi Tengah 75,0
Nusa Tenggara Timur 75,0
Kalimantan Tengah 75,0
Bali 74,2
Aceh 71,8
Sulawesi Tenggara 70,5
Kalimantan Selatan 65,0 Standar Spesimen Adekuat
Nusa Tenggara Barat 59,3
80%
Maluku 50,0
DKI Jakarta 40,0
Papua 33,3
Maluku Utara
- 20,0 40,0 60,0 80,0 100,0 120,0
GAMBAR 6.28
ANGKA KESAKITAN DEMAM BERDARAH DENGUE
PER 100.000 PENDUDUK TAHUN 2010-2016
100
90 78,85
80
65,70
70
60 50,75
45,85
IR DBD
50 37,27 39,80
40 27,67
30
20
10
0
2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016
Tahun
Sumber: Ditjen P2P, Kemenkes RI, 2017
INDONESIA 78,85
Bali 515,90
Kalimantan Timur 305,95
DKI Jakarta 198,71
DI Yogyakarta 167,89
Kalimantan Utara 158,33
Sulawesi Tenggara 123,34
Kalimantan Selatan 101,05
Kepulauan Riau 97,77
Bengkulu 91,66
Sulawesi Selatan 89,29
Sulawesi Utara 81,04
Sulawesi Tengah 79,20
Jawa Barat 77,31
Sumatera Barat 75,75
Sulawesi Barat 66,82
Kalimantan Tengah 65,05
Gorontalo 64,83
Riau 64,14
Jawa Timur 62,65
Sumatera Utara 61,11
Lampung 55,04
Nusa Tenggara Barat 52,80
Aceh 52,02
Banten 50,31
Sumatera Selatan 47,19
Jambi 44,90
Jawa Tengah 42,26
Papua 35,23
Kepulauan Bangka Belitung 34,95
Maluku Utara 25,04
Maluku 21,16
Nusa Tenggara Timur 19,51
Kalimantan Barat 12,09
Papua Barat 11,75
0 50 100 150 200 250 300 350 400 450 500 550
IR DBD
Sumber: Ditjen P2P, Kemenkes RI, 2017
INDONESIA 0,78
Maluku 5,79
Maluku Utara 2,69
Gorontalo 2,68
Jawa Tengah 1,48
Kalimantan Tengah 1,45
Jawa Timur 1,40
Kalimantan Barat 1,36
Bengkulu 1,26
Banten 1,16
Kalimantan Utara 1,04
Kepulauan Riau 1,01
Kalimantan Timur 0,96
Sulawesi Tenggara 0,96
Sulawesi Tengah 0,95
Riau 0,94
Nusa Tenggara Barat 0,93
Sulawesi Barat 0,92
Jambi 0,90
Sulawesi Utara 0,86
Aceh 0,79
Jawa Barat 0,74
Kalimantan Selatan 0,68
Sumatera Selatan 0,65
Kepulauan Bangka Belitung 0,61
Sumatera Utara 0,53
Sulawesi Selatan 0,53
Papua 0,53
Sumatera Barat 0,45
DI Yogyakarta 0,42
Lampung 0,33
Bali 0,29
Nusa Tenggara Timur 0,20
DKI Jakarta 0,07
Papua Barat 0,00
0 1 2 3 4 5 6
% CFR
Sumber: Ditjen P2P, Kemenkes RI, 2017
GAMBAR 6.31
JUMLAH KABUPATEN/KOTA TERJANGKIT DBD
DI INDONESIA TAHUN 2010-2016
600
300
200
100
0
2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016
Tahun
Sumber: Ditjen P2P Kemenkes RI, 2017
GAMBAR 6.32
ANGKA BEBAS JENTIK
DI INDONESIA TAHUN 2010-2015
100
90 80,2 80,1
79,3
76,2
80
67,6
70
60 54,2
% ABJ
50
40
24,1
30
20
10
0
2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016
Tahun
Sumber: Ditjen P2P, Kemenkes RI, 2017
2. Chikungunya
Demam chikungunya (demam chik) adalah suatu penyakit menular dengan gejala
utama demam mendadak, nyeri pada persendian, terutama pada sendi lutut, pergelangan,
jari kaki dan tangan serta tulang belakang, serta ruam pada kulit. Demam chik ditularkan
oleh nyamuk Aedes albopictus dan Aedes aegypty yang juga merupakan nyamuk penular
penyakit DBD.
Demam chik dijumpai terutama di daerah tropis/subtropis dan sering menimbulkan
epidemi. Beberapa faktor yang mempengaruhi munculnya demam chik yaitu rendahnya
status kekebalan kelompok masyarakat dan kepadatan populasi nyamuk penular karena
banyaknya tempat perindukan nyamuk yang biasanya terjadi pada musim penghujan.
Selama tahun 2016 terjadi demam chikungunya sebanyak 1.702 kasus di 20
kabupaten/kota dari 4 provinsi yaitu Jawa Barat (1 kabupaten/kota), Jawa Timur (13
kabupaten/kota), Sulawesi Tengah (5 kabupaten/kota), dan Bali (1 kabupaten/kota). Jumlah
kasus demam chikungunya terbanyak terjadi di Jawa Timur sebanyak 1.489 kasus.
GAMBAR 6.33
JUMLAH KASUS CHIKUNGUNYA DI INDONESIA
TAHUN 2010-2016
60.000
52.703
50.000
40.000
Jumlah Kasus
30.000
20.000 15.324
7.341
10.000
2.998 1.831 2.282 1.702
0
2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016
Tahun
Sumber: Ditjen P2P, Kemenkes RI, 2017
3. Filariasis
Filariasis adalah penyakit menular menahun yang disebabkan oleh parasit berupa
cacing filaria, yang terdiri dari tiga spesies yaitu Wuchereria bancrofti, Brugia malayi dan
Brugia timori. Penyakit ini menginfeksi jaringan limfe (getah bening). Filariasis menular
melalui gigitan nyamuk yang mengandung cacing filaria dalam tubuhnya. Dalam tubuh
manusia, cacing tersebut tumbuh menjadi cacing dewasa dan menetap di jaringan limfe
sehingga menyebabkan pembengkakan di kaki, tungkai, payudara, lengan dan organ genital.
Sebagai upaya untuk mengeliminasi filariasis pada tahun 2020 WHO menetapkan
kesepakatan global (The Global Goal of Elimination of Lymphatic Filariasis as a Public Health
problem by The Year 2020). Di dunia terdapat 1,3 miliar penduduk yang berisiko tertular
penyakit filariasis atau yang dikenal juga dengan penyakit kaki gajah yang berada pada lebih
dari 83 negara dan 60% kasus berada di Asia Tenggara. Di Indonesia, pada tahun 2016
terdapat 13.009 kasus filariasis. Grafik berikut menggambarkan peningkatan kasus filariasis
di Indonesia sejak tahun 2010.
GAMBAR 6.34
JUMLAH KASUS KRONIS FILARIASIS
DI INDONESIA TAHUN 2010 2016
16.000
14.000
14.932
8.000
6.000
4.000
2.000
0
2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016
Tahun
Sumber: Ditjen P2P, Kemenkes RI, 2017
50
39,4 37,7
40
30
20
10
0
2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016
Tahun
Sumber: Ditjen P2P, Kemenkes RI, 2017
4. Malaria
Malaria adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh parasit Plasmodium yang hidup
dan berkembang biak dalam sel darah merah manusia, ditularkan oleh nyamuk malaria
(Anopheles) betina, dapat menyerang semua orang baik laki-laki ataupun perempuan pada
semua golongan umur dari bayi, anak-anak dan orang dewasa.
Gambar 6.36 menunjukkan bahwa menurut tingkat endemisitas malaria tahun 2016,
sebanyak 48,1% kabupaten/kota sudah tersertifikasi bebas malaria, 32,2% kabupaten/kota
memiliki status endemis rendah (API<1), 11,7% kabupaten/kota memiliki status endemis
sedang (API 1-5), dan 8,0% kabupaten/kota memiliki status endemis tinggi (API>5).
GAMBAR 6.36
PROPORSI KABUPATEN/KOTA MENURUT TINGKAT ENDEMISITAS MALARIA TAHUN 2016
Endemis
Tinggi; 8,0
Endemis
Sedang; 11,7
Eliminasi;
48,1
Endemis
Rendah; 32,3
GAMBAR 6.37
ANGKA KESAKITAN MALARIA (ANNUAL PARACITE INCIDENCE /API)
PER 1.000 PENDUDUK BERISIKO TAHUN 2009-2016
3,0
2,5
1,96
2,0 1,8
API per 1.000 penduduk
1,75 1,69
1,38
1,5
0,99
1,0 0,85
0.84
0,5
0,0
2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016
Tahun
Papua merupakan provinsi dengan API tertinggi, yaitu 45,85 per 1.000 penduduk.
Angka ini sangat tinggi jika dibandingkan dengan provinsi lainnya. Empat provinsi dengan API
per 1.000 penduduk tertinggi lainnya, yaitu Papua Barat (10,20), Nusa Tenggara Timur (5,17),
Maluku (3,83), dan Maluku Utara (2,44). Sebanyak 83% kasus berasal dari Papua, Papua
Barat, dan Nusa Tenggara Timur. Angka kesakitan malaria menurut provinsi dapat dilihat
pada Gambar 6.38.
Secara nasional, sebesar 95% suspek malaria diperiksa secara laboratorium (Rapid
Diagnostic Test dan Mikroskop). Informasi lengkap mengenai jumlah kasus malaria dan jenis
tes sediaan darah menurut provinsi dapat dilihat pada Lampiran 6.25.
INDONESIA 0,84
Papua 45,85
Papua Barat 6,79
Nusa Tenggara Timur 5,41
Maluku 3,95
Maluku Utara 2,44
Bengkulu 1,45
Sulawesi Utara 0,72
Kalimantan Selatan 0,52
Sulawesi Tengah 0,49
Sulawesi Tenggara 0,44
Lampung 0,40
Kepulauan Riau 0,36
Kalimantan Timur 0,35
Sumatera Selatan 0,28
Sumatera Utara 0,27
Nusa Tenggara Barat 0,24
Kalimantan Tengah 0,19
Gorontalo 0,15
Jambi 0,14
Sumatera Barat 0,12
Sulawesi Selatan 0,12
Kep. Bangka Belitung 0,11
Sulawesi Barat 0,09
Kalimantan Barat 0,06
Aceh 0,05
Kalimantan Utara 0,03
Jawa Tengah 0,03
Riau 0,03
DI Yogyakarta 0,03
Jawa Timur 0,01
Jawa Barat 0,01
DKI Jakarta 0,01
Banten
Bali
0 5 10 15 20 25 30 35 40 45 50
Pada tahun 2016 terdapat 413 kabupaten/kota dengan API<1 per 1.000 penduduk,
sementara target Rencana Strategi Kementerian Kesehatan untuk angka kesakitan malaria
atau Annual Parasite Incidence (API) tahun 2016 adalah jumlah kabupaten/kota dengan
API<1 per 1.000 penduduk sebanyak 360 kabupaten/kota. Dengan demikian cakupan API
2016 mencapai target Renstra. Jumlah kabupaten/kota dengan API<1 per 1.000 penduduk
menurut provinsi dapat dilihat pada Gambar 6.39.
Jawa Timur 38
Jawa Tengah 35
Sumatera Utara 29
Jawa Barat 27
Sulawesi Selatan 24
Aceh 23
Sumatera Barat 18
Sulawesi Tenggara 16
Kalimantan Tengah 14
Kalimantan Barat 14
Sumatera Selatan 14
Sulawesi Utara 12
Lampung 12
Riau 12
Kalimantan Selatan 11
Jambi 11
Nusa Tenggara Barat 10
Sulawesi Tengah 9
Bali 9
Kalimantan Timur 8
Banten 8
Kep. Bangka Belitung 7
Sulawesi Barat 6
Gorontalo 6
Nusa Tenggara Timur 6
DKI Jakarta 6
Kepulauan Riau 6
Kalimantan Utara 5
DI Yogyakarta 5
Bengkulu 5
Maluku 3
Maluku Utara 2
Papua 1
Papua Barat 1
0 5 10 15 20 25 30 35 40 45 50
Jumlah Kab/kota dengan API<1
b. Pengobatan Malaria
Pengobatan malaria harus dilakukan secara efektif. Pemberian jenis obat harus benar
dan cara meminumnya harus tepat waktu yang sesuai dengan acuan program pengendalian
malaria. Pengobatan efektif adalah pemberian ACT (Artemicin-based Combination Therapy)
pada 24 jam pertama pasien panas dan obat harus diminum habis. Persentase ACT menurut
provinsi tahun 2016 dapat dilihat pada Gambar 6.40.
% ACT
Sumber: Ditjen P2P, Kemenkes RI, 2017
5. Rabies
Rabies merupakan penyakit mematikan baik pada manusia maupun hewan yang
disebabkan oleh infeksi virus (golongan Rhabdovirus) yang ditularkan melalui gigitan hewan
seperti anjing, kucing, kelelawar, kera, musang dan serigala yang di dalam tubuhnya
mengandung virus.
Tahun 2016 terdapat 24 provinsi tertular rabies dari 34 provinsi di Indonesia.
Sebanyak sepuluh provinsi lainnya dinyatakan bebas Rabies, lima diantaranya provinsi bebas
90.000 250
84.010 84.750
78.574 80.433
80.000
206 74.331
69.136 200
70.000
(Jumlah GHPR dan PET)
(kematian/Lyssa)
60.000 184 57.929
54.059 54.059
150
50.000
45.466
137 42.958 42.533
40.000
35.316 119 34.095 118 100
30.000
86
81
20.000
50
10.000
0 0
2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016
Kasus GHPR tahun 2016 paling banyak terjadi di Bali yaitu sebanyak 33.103 kasus,
diikuti oleh Sulawesi Utara sebanyak 4.135 kasus, dan NTT sebanyak 4.003 kasus. Jumlah
kasus tersebut menurun cukup jauh dibandingkan tahun sebelumnya. Sedangkan untuk
kematian akibat rabies (Lyssa) paling banyak terjadi di Sulawesi Utara sebanyak 21 kasus,
diikuti oleh Kalimantan Barat sebanyak 12 kasus, dan Sumatera Utara sebanyak 9 kasus.
Provinsi Sulawesi Utara merupakan provinsi dengan kematian akibat rabies tertinggi selama
tiga tahun terakhir, sedangkan provinsi Bali dengan kematian tertinggi kedua tahun 2015
dengan 15 kematian menurun drastis menjadi 5 kematian tahun 2016. Jumlah kasus GHPR,
kasus digigit yang diberi Vaksin Anti Rabies (VAR) dan kematian akibat rabies lebih lanjut
dapat dilihat pada tabel Lampiran 6.29.
TABEL 6.4
DISTRIBUSI KASUS LEPTOSPIROSIS DI 7 PROVINSI
DI INDONESIA TAHUN 2014 2016
Tahun
Provinsi
2014 2015 2016
DKI Jakarta 106 37 39
Jawa Barat 26 2 16
Jawa Tengah 198 149 164
DI Yogyakarta 154 144 114
Jawa Timur 61 3 468
Banten 0 31 32
Kalimantan Selatan 5 0 0
Total 550 366 833
Sumber: Ditjen P2P, Kemenkes RI, 2017
Angka kematian akibat leptospirosis tertinggi tahun 2016 terjadi di Banten dengan
CFR sebesar 21,88%. Walaupun jumlah kasus leptospirosis di Banten berjumlah 32 kasus,
namun 7 kasus diantaranya meninggal dunia. Sebaliknya, walaupun kasus leptospirosis di
Jawa Timur sangat tinggi (468 kasus), namun angka kematian akibat leptospirosis pada
provinsi tersebut rendah yaitu 2,56%. Gambaran jumlah kasus dan jumlah kematian akibat
leptospirosis selama delapan tahun terakhir dapat dilihat pada Gambar 6.42.
900 857 20
833
800 18
700 16
17,76
640
14
600
(Jumlah Kasus)
550
12
500 12,13
(CFR)
11,27 10
400 366
335 9,57 9,38 8
300 7,44
6,87 239 6
200 4
100 2
0 0
2009 2011 2012 2013 2014 2015 2016
Sejak tahun 2009 sampai dengan tahun 2016 terjadi fluktuasi jumlah kasus
leptospirosis. Jumlah kasus tertinggi terjadi pada tahun tahun 2011 lalu menurun sampai
dengan tahun 2015, kemudian meningkat drastis pada tahun 2016. Sementara itu, jumlah
kematian akibat leptospirosis bervariasi, namun cenderung tetap pada tahun 2013-2016.
Upaya yang telah dilaksanakan dalam pengendalian leptospirosis antara lain surat
edaran kewaspadaan leptospirosis setiap tahunnya; pengadaan Rapid Test Diagnostic (RDT)
sebagai buffer stock; mendistribusikan media KIE (Komunikasi, Informasi, Edukasi) seperti
buku petunjuk teknis, leaflet, poster, roll banner, dan lain-lain.
7. Antraks
Penyakit antraks disebabkan oleh kuman antraks (Bacillus anthracis). Kuman ini dapat
membentuk spora yang tahan terhadap perubahan lingkungan dan dapat bertahan hidup
dalam waktu yang lama didalam tanah, sehingga sulit dimusnahkan. Sumber penularan
antraks yaitu hewan peliharaan seperti sapi, kerbau, kambing dan domba yang terinfeksi
Bacillus anthracis.
Pada tahun 2016 dilaporkan terjadi sebanyak 52 kasus antraks dari 4 provinsi di
Indonesia dengan tidak ada kasus kematian (CFR=0%). Jumlah kasus ini melonjak drastis dari
kasus tahun 2015 yang berjumlah 3 kasus. Gambar 6.43 memperlihatkan kasus antraks
selama delapan tahun terakhir.
70
60
52
50 48
Jumlah Kasus
41
40
31
30
22
20 17
11
10
2 3 3
1 0 0 1 0
0 0
2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016
kasus meninggal
8. Flu Burung
Pengendalian flu burung (H5N1) yang dilakukan secara terpadu secara signifikan telah
berhasil menurunkan jumlah kasus konfirmasi flu burung di Indonesia pada tahun 2016.
Sejak munculnya penyakit flu burung pertama kali pada tahun 2005, jumlah kasus terus
menurun pada periode tahun 2006-2015 dari 55 kasus pada tahun 2006 menjadi 2 kasus
pada tahun 2015 dan tidak ditemukan kasus pada tahun 2016. Gambaran penurunan jumlah
kasus konfirmasi flu burung dapat dilihat pada Gambar 6.44 berikut ini.
60 100
100,00
55 100,00 100,00 100,00 100,00
90
81,82
50 88,10
45 80
83,33 83,33
65,00 42 77,78
70
40
37
Jumlah Kasus
60
%CFR
30 50
24
40
20 20
20
30
13 12
10 20
10 9 9 9
7
3 3 3 3 10
2 2 2 2
0 - 0
2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016
Sejak dilaporkan kasus pertama pada tahun 2005, penyebaran kasus flu burung
(H5N1) pada manusia telah terjadi secara sporadis di 15 provinsi di Indonesia, yaitu
Sumatera Utara, Sumatera Barat, Riau, Sumatera Selatan, Bengkulu, Lampung, DKI Jakarta,
Jawa Barat, Jawa Tengah, DIY, Jawa Timur, Banten, Bali, NTB, dan Sulawesi Selatan. Secara
kumulatif, jumlah kasus tertinggi ditemukan di Provinsi DKI Jakarta sebesar 53 kasus, Jawa
Barat sebesar 51 kasus, dan Banten sebesar 34 kasus.
Berdasarkan hasil penyelidikan epidemiologi yang dilakukan oleh tim terpadu (Ditjen
Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan serta Badan Penelitian dan
Pengembangan Kesehatan) terdapat beberapa hal yang mempengaruhi tingginya CFR pada
tahun 2014 yaitu:
1. Keterlambatan deteksi dini ;
2. Keterlambatan pemberian Oseltamivir;
3. Sifat virus yang mudah bermutasi;
4. Kurangnya kewaspadaan di masyarakat terhadap bahaya flu burung.
Sulawesi Selatan 22
Aceh 22
Jawa Tengah 21
Sumatera Utara 18
Sulawesi Tengah 10
Kalimantan Selatan 10
Kalimantan Tengah 10
Nusa Tenggara Timur 10
Lampung 9
Bengkulu 9
Sulawesi Tenggara 8
Kalimantan Timur 8
Nusa Tenggara Barat 8
Bali 8
Jawa Barat 8
Maluku Utara 7
Sumatera Selatan 7
Sulawesi Utara 6
Jawa Timur 6
DKI Jakarta 6
Kepulauan Bangka Belitung 6
Jambi 5
Gorontalo 4
Kepulauan Riau 4
Papua 3
Papua Barat 3
Sulawesi Barat 3
Kalimantan Barat 3
Banten 3
DI Yogyakarta 3
Sumatera Barat 3
Maluku 2
Kalimantan Utara 1
Riau 1
0 5 10 15 20 25
INDONESIA 48,87
INDONESIA 14,85
Bali 100,0
DKI Jakarta 100,0
Kep. Bangka Belitung 100,0
Kalimantan Timur 90,0
Lampung 86,7
DI Yogyakarta 80,0
Sulawesi Selatan 79,2
Sulawesi Utara 66,7
Nusa Tenggara Barat 60,0
Jawa Barat 59,3
Kalimantan Tengah 57,1
Kepulauan Riau 57,1
Aceh 52,2
Maluku Utara 50,0
Gorontalo 50,0
Banten 50,0
Bengkulu 50,0
Riau 50,0
Sulawesi Tengah 46,2
Kalimantan Selatan 46,2
Jambi 45,5
Sumatera Barat 42,1
Sumatera Selatan 41,2
Kalimantan Utara 40,0
Jawa Tengah 37,1
Sulawesi Barat 33,3
Papua Barat 30,8
Nusa Tenggara Timur 27,3
Sumatera Utara 21,2
Jawa Timur 18,4
Maluku 18,2
Kalimantan Barat 14,3
Sulawesi Tenggara 11,8
Papua 3,4
0 20 40 60 80 100
% Kab/Kota yang Mempunyai Peraturan KTR
Sumber: Ditjen P2P, Kemenkes RI, 2017
GAMBAR 6.49
PERSENTASE KABUPATEN/KOTA YANG MELAKSANAKAN KEBIJAKAN KTR
MINIMAL PADA 50% SEKOLAH
MENURUT PROVINSI S.D. TAHUN 2016
INDONESIA 21,2
Bali 100,0
DI Yogyakarta 100,0
DKI Jakarta 100,0
Sumatera Barat 42,1
Kalimantan Utara 40,0
Jambi 36,4
Sulawesi Barat 33,3
Gorontalo 33,3
Kalimantan Timur 30,0
Nusa Tenggara Barat 30,0
Jawa Barat 29,6
Kepulauan Riau 28,6
Kep. Bangka Belitung 28,6
Lampung 26,7
Banten 25,0
Sumatera Selatan 23,5
Kalimantan Selatan 23,1
Kalimantan Tengah 21,4
Kalimantan Barat 21,4
Maluku Utara 20,0
Sulawesi Utara 20,0
Bengkulu 20,0
Maluku 18,2
Sulawesi Selatan 16,7
Riau 16,7
Papua Barat 15,4
Sulawesi Tengah 15,4
Sulawesi Tenggara 11,8
Nusa Tenggara Timur 9,1
Aceh 8,7
Jawa Tengah 8,6
Papua 6,9
Sumatera Utara 6,1
Jawa Timur 5,3
0 20 40 60 80 100
% Kab/Kota Implementasi KTR min. pada 50% Sekolah
GAMBAR 6.50
PERSENTASE PEMERIKSAAN IVA
MENURUT PROVINSI S.D. TAHUN 2016
INDONESIA 5,15
Bali 19,57
DKI Jakarta 12,09
Nusa Tenggara Barat 11,42
DI Yogyakarta 7,71
Kalimantan Selatan 7,68
Sumatera Utara 7,58
Sulawesi Utara 7,54
Sumatera Barat 7,16
Jawa Timur 6,75
Kep. Bangka Belitung 6,65
Jawa Tengah 5,66
Kalimantan Timur 5,02
Lampung 4,68
Sulawesi Tengah 4,56
Kalimantan Utara 4,13
Jawa Barat 3,49
Kalimantan Barat 3,14
Kepulauan Riau 2,91
Kalimantan Tengah 2,84
Papua Barat 2,64
Sulawesi Selatan 2,60
Bengkulu 2,24
Riau 2,21
Aceh 1,78
Sulawesi Barat 1,49
Jambi 1,46
Maluku Utara 1,39
Sulawesi Tenggara 1,25
Maluku 1,22
Nusa Tenggara Timur 1,16
Sumatera Selatan 0,98
Banten 0,89
Gorontalo 0,68
Papua 0,68
0 5 10 15 20 25
% Pemeriksaan IVA
Sumber: Ditjen P2P, Kemenkes RI, 2017
Sejak tahun 2007-2016 sudah dilakukan 5,15% pemeriksaan IVA pada perempuan di
Indonesia. Cakupan pemeriksaan IVA tertinggi terdapat di Bali yaitu sebesar 19,57%, diikuti
oleh DKI Jakarta sebesar 12,09%, dan Nusa Tenggara Barat sebesar 11,42%. Pemeriksaan IVA
menurut provinsi sampai dengan tahun 2016 lebih lengkap dapat dilihat pada Lampiran 6.50.
GAMBAR 6.51
JUMLAH KEJADIAN BENCANA MENURUT JENIS PER BULAN DI INDONESIA
TAHUN 2016
80
75
70 67
65
62 62
60 57
56
53 54
50 46
45 46
43 41
40
36 34 37 36 34
33
30 27 30 30
30
27 21 19
20 17 21 20
11 14 15
9 13 12
10
3 2 3 3 2 4 3
0 0 1 1 1 1
Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Aug Sep Okt Nov Des
Pada grafik di atas dapat dilihat bahwa jumlah bencana alam terendah terjadi pada
bulan Agustus dan tertinggi di bulan Februari. Sedangkan jumlah bencana non alam terendah
Bencana
Non Alam Bencana
36% Alam
60%
Bencana alam merupakan bencana yang paling sering terjadi di Indonesia pada tahun
2016 dengan persentase 60%. Sisanya, sebanyak 36% merupakan bencana non alam, dan 4%
dari kejadian bencana termasuk kedalam bencana sosial.
GAMBAR 6.53
PERSENTASE KEJADIAN BENCANA ALAM DI INDONESIA
TAHUN 2016
Banjir dan
Gelombang Tanah
Pasang/ Longsor
Badai 3,5%
2,5%
Angin Puting
Beliung
15,0% Banjir
36,3%
Banjir
Bandang
9,5%
Tanah
Longsor Letusan
29,8% Gunung Api
0,5%
Gempa Bumi
3,0%
Bencana alam yang paling sering terjadi di Indonesia yaitu bencana banjir (36,3%),
diikuti oleh tanah longsor (29,8%), dan angin puting beliung (15%). Sedangkan bencana
gempa bumi dan tsunami, dan kekeringan, tidak terjadi pada tahun 2016.
Gagal Teknologi
9%
Kebakaran
20% Kebakaran
Hutan dan
Lahan
1%
KLB Keracunan
41% Kecelakaan
Transpor tasi
26%
Kecelakaan
KLB Penyakit Industri
1% 2%
Bencana non alam yang paling sering terjadi di Indonesia yaitu bencana KLB-
Keracunan (41%), diikuti oleh kecelakaan transportasi (26%), dan kebakaran (20%). Bencana
wabah penyakit (epidemi - pandemi) tidak terjadi pada tahun 2016.
GAMBAR 6.55
PERSENTASE KEJADIAN BENCANA SOSIAL DI INDONESIA
TAHUN 2016
Aksi Teror
dan Sabotase
33%
Konflik Sosial
atau
Kerusuhan
Sosial
67%
Konflik sosial atau kerusuhan sosial merupakan bencana sosial yang paling sering
terjadi di Indonesia tahun 2016, yaitu sebesar 67%. Sedangkan 33% bencana sosial terjadi
akibat aksi teror dan sabotase di masyarakat.
Jawa Barat merupakan provinsi yang terbanyak mengalami kejadian bencana di tahun
2016, yakni sebanyak 130 kejadian. Provinsi berikutnya yang mengalami kejadian bencana
terbanyak yaitu Provinsi Jawa Timur dengan 95 kejadian dan Provinsi Jawa Tengah dengan
85 kejadian bencana. Sedangkan provinsi yang paling sedikit mengalami bencana yaitu
Provinsi Kalimantan Tengah dan Sulawesi Barat (1 bencana) dan Kalimantan Selatan (2
bencana).
Banjir 26
Tanah Longsor 21
Banjir Bandang 18
Angin Puting Beliung 14
Banjir dan Tanah Longsor 11
Gelombang Pasang/Badai 8
Gempa Bumi 8
Letusan Gunung Api 2
Kecelakaan Transportasi 24
KLB - Keracunan 17
Kebakaran 11
Gagal Teknologi 9
Kecelakaan Industri 3 Bencana Alam
KLB - Penyakit 1 Bencana Non Alam
Kebakaran Hutan dan Lahan 1
Konflik Sosial/Kerusuhan Sosial 10 Bencana Sosial
Aksi Teror dan Sabotase 5
0 5 10 15 20 25 30
Bencana alam dengan jumlah provinsi terkena terbanyak yaitu bencana banjir,
dengan 26 provinsi terkena, kemudian bencana non alam kecelakaan transportasi dengan 24
provinsi, dan bencana alam tanah longsor dengan 21 provinsi.
TABEL 6.5
JUMLAH KEJADIAN BENCANA ALAM DAN JUMLAH KORBAN YANG DITIMBULKAN
TAHUN 2016
Jumlah
Jumlah
Jumlah Jumlah Korban Jumlah
Korban Jumlah
Bencana Alam Kejadian Korban Luka Korban
Luka Berat/ Pengungsi
Bencana Meninggal Ringan/ Hilang
Rawat Inap
Rawat Jalan
Banjir 145 42 566 4.435 3 143.805
Letusan Gunung Api 2 9 2 0 0 1.840
Gempa Bumi 12 107 456 755 0 92.699
Gempa Bumi dan Tsunami 0 0 0 0 0 0
Tanah Longsor 119 168 76 1.356 24 11.906
Banjir Bandang 38 81 480 44.854 27 16.704
Kekeringan 0 0 0 0 0 0
Angin Puting Beliung 60 20 50 97 0 1.150
Gelombang Pasang/Badai 10 4 6 3.230 2 1.737
Banjir dan Tanah Longsor 14 11 28 851 1 7.541
Jumlah 400 442 1.664 55.578 57 277.382
Sumber: Pusat Krisis Kesehatan, Kemenkes 2017
TABEL 6.6
JUMLAH KEJADIAN BENCANA NON ALAM DAN JUMLAH KORBAN YANG DITIMBULKAN
TAHUN 2016
Jumlah Jumlah
Korban Korban
Jumlah Jumlah Jumlah
Luka Luka Jumlah
Bencana Non Alam Kejadian Korban Korban
Berat/ Ringan/ Pengungsi
Bencana Meninggal Hilang
Rawat Rawat
Inap Jalan
Kecelakaan Industri 4 1 10 5 0 0
KLB - Penyakit 2 0 4 77 0 0
Gagal Teknologi 21 20 67 55 0 0
TABEL 6.7
JUMLAH KEJADIAN BENCANA SOSIAL DAN JUMLAH KORBAN YANG DITIMBULKAN
TAHUN 2016
Jumlah Jumlah
Korban Korban
Jumlah Jumlah Jumlah
Luka Luka Jumlah
Bencana Sosial Kejadian Korban Korban
Berat/ Ringan/ Pengungsi
Bencana Meninggal Hilang
Rawat Rawat
Inap Jalan
Konflik Sosial/Kerusuhan
16 13 91 1.808 0 5.391
Sosial
Jenis bencana sosial yang menimbulkan paling banyak korban luka berat/rawat inap,
korban luka ringan/rawat jalan, dan korban pengungsi, yaitu konflik sosial/kerusuhan sosial,
yakni sebanyak 91, 1.808, dan 5.391 orang. Sedangkan kedua jenis bencana sosial
mengakibatkan jumlah korban meninggal yang sama banyak, yaitu 13 orang. Selain itu,
kedua jenis bencana sosial baik konflik sosial/kerusuhan sosial maupun aksi teror dan
sabotase tidak menimbulkan korban hilang.
INDONESIA 65,68
0 20 40 60 80 100 120
%
GAMBAR 6.59
JEMAAH HAJI INDONESIA MENURUT KELOMPOK UMUR
TAHUN 2016
40 tahun
12%
61 tahun
28%
41-50 tahun
26%
51-60 tahun
34%
Hasil pemeriksaan kesehatan didapatkan jemaah haji dengan risiko tinggi cukup besar
yaitu sebanyak 104.030 orang (67,9%), terdiri dari umur >60 tahun sebanyak 8.530 orang
(8,2%), umur <60 tahun dengan penyakit sebanyak 50.231 orang (48,3%) dan usia >60 tahun
dengan penyakit sebanyak 45.269 orang (43,5%).
Hasil pemeriksaan kesehatan haji, selain menghasilkan informasi status kesehatan
(risiko tinggi/ non risiko tinggi) juga menghasilkan informasi status istithaah (kemampuan)
kesehatan haji. Status istithaah kesehatan haji dikelompokkan menjadi 4 kategori. Jemaah
haji tahun 2016 yang memenuhi syarat istithaah kesehatan jemaah haji sebesar 71,45%,
memenuhi syarat dengan pendampingan sebesar 28,5%, tidak memenuhi syarat sementara
sebesar 0,03%, dan tidak memenuhi syarat sebesar 0,006%. Status tersebut membantu
untuk menyusun pendekatan pembinaan dan kebutuhan sumber daya yang tepat.
Penetapan status istithaah kesehatan jemaah haji merupakan tahap penting sebagai dasar
pemberian/pengawasan intervensi yang diberikan mulai masa tunggu sampai dengan
pelaksanaan ibadah haji.
Memenuhi
syarat dengan
pendampingan
28,50%
Memenuhi
syarat
71,46%
TABEL 6.8
PELAYANAN KESEHATAN RUJUKAN JEMAAH HAJI INDONESIA DI ARAB SAUDI
TAHUN 2016
Daerah Kerja
Tempat Rujukan Total
Madinah Makkah Airport
***
Pelaku utama STBM adalah masyarakat yang didukung oleh pemerintah dan
berbagai pihak seperti LSM, swasta, perguruan tinggi, media dan organisasi sosial lainnya.
Dukungan yang diberikan meliputi pengembangan kapasitas, pengembangan pilihan
teknologi, memfasilitasi pengembangan mekanisme jejaring pemasaran, pengembangan
media, fasilitasi pemicuan, dan pertemuan-pertemuan pembelajaran antar pihak. Berbagai
dukungan tersebut telah terbukti mampu meningkatkan kemandirian masyarakat dalam
membangun sarana sanitasi sesuai kemampuan. STBM digunakan sebagai sarana
pemerintah dalam pencapaian akses sanitasi menuju universal access pada akhir tahun
2019.
Dalam Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 3 Tahun 2014, strategi penyelenggaraan
Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) meliputi 3 (tiga) komponen yang saling
mendukung satu dengan yang lain yang disebut dengan 3 Komponen Sanitasi Total yaitu:
1. penciptaan lingkungan yang kondusif (enabling environment);
2. peningkatan kebutuhan sanitasi (demand creation);
3. peningkatan penyediaan akses sanitasi (supply improvement);
Data dari Profil Nasional STBM sampai dengan awal tahun 2017, dari seluruh total
9.767 puskesmas di Indonesia tahun 2016, sebanyak 8.669 desa/kelurahan (88%) sudah
menjalankan program STBM, dan memiliki sumber daya manusia kesehatan khususnya
sanitarian sebanyak 8.594 orang, 1.621 orang (18,86%) diantaranya merupakan sanitarian
terlatih, dengan 69,20% fasilitator STBM aktif.
40000
35000
30000
25000
20000
15000
10000
5000
0
2012 2013 2014 2015 2016
Target Renstra 11000 16000 20000 25000 30000
Realisasi 11339 16228 20420 25262 33927
Pada tahun 2016 dari seluruh desa/kelurahan 80.314 yang ada di Indonesia,
sebanyak 76.073 desa/kelurahan yang telah mengentri datanya, jumlah desa/kelurahan
yang telah melaksanakan STBM adalah 42% atau mencapai 33.927 desa/kelurahan, angka
ini telah melebihi target Rencana Strategis (Renstra) Kementerian Kesehatan tahun 2016
yaitu 30.000 desa/kelurahan. Tren capaian total desa/kelurahan yang melaksanakan STBM
periode tahun 2012 sampai dengan tahun 2016 selalu melebih target Renstra yang
ditetapkan setiap tahunnya, secara rinci dapat dilihat pada Gambar 7.1.
Sedangkan untuk desa dengan SBS (Stop Buang Air Besar Sembarangan) atau ODF
(Open Defecation Free) yang sudah terverifikasi, mencapai 8.814 desa/kelurahan atau 26%
dari 33.927 desa/kelurahan dengan STBM. Dalam rangka mendukung pencapaian target
RPJMN termasuk Universal Access 2019, pada akhir tahun 2019 harus tercapai 100%
desa/kelurahan melaksanakan STBM, dan 50% desa/kelurahan STBM harus mencapai SBS/
ODF yang terverifikasi. SBS Terverifikasi adalah kondisi ketika setiap individu dalam suatu
komunitas tidak lagi melakukan perilaku buang air besar sembarangan yang berpotensi
menyebarkan penyakit dan sudah dipastikan melalui proses verifikasi.
Indonesia 42,24
DI Yogyakarta 96,35
Nusa Tenggara Barat 95,07
Kep. Bangka Belitung 80,62
Nusa Tenggara Timur 68,28
Jawa Timur 68,21
Sulawesi Barat 65,02
Riau 61,36
Jawa Tengah 60,88
Bali 55,59
Banten 54,22
Kalimantan Selatan 52,04
Sulawesi Selatan 51,94
Kalimantan Tengah 47,16
Sumatera Barat 45,65
Gorontalo 45,07
Sumatera Selatan 42,81
Lampung 41,17
Jawa Barat 40,45
Kepulauan Riau 36,23
Jambi 35,10
Bengkulu 35,00
Sulawesi Tengah 34,81
Sulawesi Tenggara 29,24
Kalimantan Barat 27,13
Aceh 22,62
Papua Barat 20,80
Kalimantan Timur 20,29
Maluku Utara 19,68
Sumatera Utara 18,45
Maluku 13,38
Kalimantan Utara * 13,36
DKI Jakarta 9,74
Sulawesi Utara 7,88
Papua 7,05
0 20 40 60 80 100
Sumber: Direktorat Jenderal Kesehatan Masyarakat, Kemenkes RI, 2017
Gambar 7.2 menjelaskan rata-rata capaian nasional tahun 2016 adalah 42,24%
meningkat dari rata-rata capaian tahun 2015 yaitu 32,91%. Provinsi dengan persentase
desa/kelurahan yang melaksanakan STBM tertinggi adalah DI Yogyakarta (96,35%), Nusa
Tenggara Barat (95,07%), dan Kep. Bangka Belitung (80,62%). Sedangkan provinsi dengan
persentase desa/kelurahan yang melaksanakan STBM terendah adalah Papua (7,05%),
Sulawesi Utara (7,88%) dan DKI Jakarta (9,74%). Dilihat dari jumlah, 5 (lima) provinsi dengan
realisasi desa/kelurahan yang melaksanakan STBM tertinggi yaitu Jawa Timur (5.797
desa/kelurahan), Jawa Tengah (5.222 desa/kelurahan), Jawa Barat (2.401 desa/kelurahan),
Nusa Tenggara Timur (2.230 desa/kelurahan), dan Sulawesi Selatan (1.570 desa/kelurahan).
Rincian lengkap tentang jumlah persentase desa yang melaksanakan STBM tahun 2014-2016
dapat dilihat pada Lampiran 7.1.
GAMBAR 7.3
PERSENTASE KABUPATEN/KOTA PENYELENGGARA TATANAN KAWASAN SEHAT
TAHUN 2016
Indonesia 68,09
Gorontalo 100,00
Sulawesi Selatan 100,00
Nusa Tenggara Barat 100,00
Bali 100,00
Jawa Timur 100,00
DI Yogyakarta 100,00
Jawa Tengah 100,00
Jawa Barat 100,00
DKI Jakarta 100,00
Kep. Bangka Belitung 100,00
Jambi 100,00
Sumatera Barat 100,00
Riau 91,67
Kalimantan Timur 90,00
Sumatera Selatan 82,35
Sulawesi Utara 80,00
Kalimantan Utara 80,00
Bengkulu 80,00
Kalimantan Selatan 76,92
Banten 75,00
Kepulauan Riau 71,43
Sulawesi Barat 66,67
Lampung 60,00
Kalimantan Barat 57,14
Sulawesi Tenggara 52,94
Sumatera Utara 51,52
Sulawesi Tengah 46,15
Nusa Tenggara Timur 31,82
Maluku 27,27
Aceh 26,09
Maluku Utara 20,00
Kalimantan Tengah 14,29
Papua 3,45
Papua Barat 0,00
0 20 40 60 80 100
Pada tahun 2016, dari total 514 jumlah kabupaten/kota yang menyelenggarakan
program TKS sebanyak 350 kabupaten/kota, angka ini belum mencapai target Rentra tahun
2016 sebanyak 356 kabupaten/kota. Gambar 7.3 menunjukkan provinsi yang seluruh
kabupaten/kotanya telah mencapai TKS 100% sebanyak 12 (dua belas) provinsi. Terdapat
satu provinsi yang kabupaten/kotanya belum menyelenggarakan Tatanan Kawasan Sehat
yaitu Papua Barat. Rincian lengkap tentang jumlah kabupaten/kota penyelenggara Tatanan
Kawasan Sehat tahun 2016 dapat dilihat pada Lampiran 7.2.
C. Air Minum
Salah satu target dalam tujuan pembangunan berkelanjutan (Sustainable
Development Goals/SDGs) pada sektor lingkungan hidup adalah memastikan masyarakat
mencapai akses universal air bersih dan sanitasi yang layak. Universal akses dalam sektor air
minum dan sanitasi diharapkan dapat tercapai pada tahun 2030. Air bersih adalah salah satu
jenis sumber daya berbasis air yang bermutu baik dan biasa dimanfaatkan oleh manusia
untuk dikonsumsi atau dalam melakukan aktivitas sehari-hari. Air minum merupakan air
yang dikonsumsi manusia dalam memenuhi kebutuhan cairan tubuh. Menurut Peraturan
Menteri Kesehatan Nomor 492/MENKES/PER/IV/2010 tentang Persyaratan Kualitas Air
Minum, air minum adalah air yang melalui proses pengolahan atau tanpa proses
pengolahan yang memenuhi syarat kesehatan dan dapat langsung diminum. Pada
Permenkes tersebut juga disebutkan bahwa penyelenggara air minum wajib menjamin air
minum yang diproduksinya aman bagi kesehatan. Dalam hal ini penyelenggara air minum
diantaranya adalah Badan Usaha Milik Negara (BUMN)/Badan Usaha Milik Daerah (BUMD),
koperasi, badan usaha swasta, usaha perorangan, kelompok masyarakat, dan/atau
individual yang menyelenggarakan penyediaan air minum.
Air minum yang aman (layak) bagi kesehatan adalah air minum yang memenuhi
persyaratan secara fisik, mikrobiologis, kimia, dan radioaktif. Secara fisik, air minum yang
sehat adalah tidak berbau, tidak berasa, tidak berwarna serta memiliki total zat padat
terlarut, kekeruhan, dan suhu sesuai ambang batas yang ditetapkan. Secara mikrobiologis,
air minum yang sehat harus bebas dari bakteri E.Coli dan total bakteri koliform. Secara
kimiawi, zat kimia yang terkandung dalam air minum seperti besi, aluminium, klor, arsen,
dan lainnya harus di bawah ambang batas yang ditentukan. Secara radioaktif, kadar gross
alpha activity tidak boleh melebihi 0,1 becquerel per liter (Bq/l) dan kadar gross beta
activity tidak boleh melebihi 1 Bq/l.
Kebutuhan air minum, tidak hanya dilihat dari kuantitasnya tetapi juga dari kualitas
air minum. Pemenuhan kebutuhan air minum di rumah tangga dapat diukur dari akses air
minum layak, beberapa faktor yang berpengaruh terhadap akses air minum layak
diantaranya adalah:
1. jenis sumber air utama yang digunakan untuk diminum;
2. jenis sumber air utama yang digunakan untuk memasak, mandi, dan mencuci;
3. jarak sumber air ke penampungan limbah/kotoran/tinja terdekat 10 meter.
Data dari Statistik Kesejahteraan Rakyat tahun 2016, Badan Pusat Statistik secara
nasional menunjukkan sumber air utama yang paling banyak digunakan rumah tangga untuk
minum adalah air kemasan (31,30%) dan sumur terlindung (21%), untuk memasak sumber
air utama yang digunakan yaitu sumur terlindung/tak terlindung (32,50%) dan sumur
bor/pompa (23,74%), sedangkan sumber air utama yang digunakan rumah tangga untuk
mandi, mencuci, dll, adalah air dari sumur terlindung/tak terlindung dan sumur bor/pompa
sebesar (28,85%).
Indonesia 16,02
Gorontalo 42,38
Sumatera Barat 41,00
Sulawesi Barat 39,33
Bengkulu 35,86
Maluku Utara 33,03
DI Yogyakarta 31,54
Kep. Bangka Belitung 30,79
Kalimantan Utara * 25,93
Sulawesi Utara 24,52
Jambi 21,64
Riau 20,74
Sulawesi Tengah 20,04
Kalimantan Tengah 18,37
Nusa Tenggara Barat 18,07
Kalimantan Selatan 17,39
Jawa Tengah 15,05
Kalimantan Timur 14,21
Sulawesi Tenggara 13,67
Jawa Barat 13,48
Kalimantan Barat 13,22
Nusa Tenggara Timur 12,81
Sulawesi Selatan 11,46
Kepulauan Riau 10,71
Banten 10,09
Jawa Timur 8,59 Target Renstra
Papua Barat 7,79 2016: 35%
Lampung 6,96
Sumatera Utara 6,14
Sumatera Selatan 6,04
DKI Jakarta 6,00
Aceh 5,83
Bali 2,79
0 20 40 60 80 100
Sumber: Direktorat Jenderal Kesehatan Masyarakat, Kemenkes RI, 2017
Pengawasan kualitas air minum diatur oleh Peraturan Menteri Kesehatan Nomor
736/MENKES/PER/VI/2010 tentang Tata Laksana dan Pengawasan Kualitas Air Minum,
dalam peraturan tersebut dijelaskan bahwa pengawasan internal dilakukan oleh
penyelenggara air minum komersial dan pengawasan eksternal dilakukan oleh Dinas
Kesehatan Kabupaten/Kota. Pengawas kualitas air minum internal adalah penyelenggara air
minum yang diawasi kualitas hasil produksinya secara eksternal oleh Dinas Kesehatan
Provinsi/Kabupaten/Kota dan KKP yang dibuktikan dengan jumlah sampel pengujian kualitas
GAMBAR 7.6
PERSENTASE RUMAH TANGGA YANG MEMILIKI AKSES TERHADAP SANITASI LAYAK
TAHUN 2016
INDONESIA 67,80
DKI Jakarta 91,13
Bali 89,33
DI Yogyakarta 85,78
Kep. Bangka Belitung 83,16
Kepulauan Riau 79,55
Kalimantan Timur 76,76
Sulawesi Selatan 76,51
Sulawesi Utara 75,27
Banten 73,42
Sumatera Utara 72,86
Riau 71,36
Jawa Tengah 70,66
Nusa Tenggara Barat 70,31
Sulawesi Tenggara 68,26
Jawa Timur 68,15
Maluku 66,81
Jambi 65,65
Sumatera Selatan 65,05
Maluku Utara 64,71
Kalimantan Utara 64,68
Papua Barat 64,55
Jawa Barat 63,79
Aceh 62,68
Kalimantan Selatan 60,89
Sulawesi Tengah 59,94
Gorontalo 59,85
Sulawesi Barat 59,81
Lampung 58,58
Sumatera Barat 53,24
Kalimantan Barat 52,06
Kalimantan Tengah 50,97
Bengkulu 49,75
Nusa Tenggara Timur 40,46
Papua 31,43
0 20 40 60 80 100
Sumber: Badan Pusat Statistik, Susenas Kor 2016
Pada Gambar 7.7 menunjukkan secara nasional persentase TTU yang telah
memenuhi syarat kesehatan pada tahun 2016 adalah mencapai 52,64%, pencapaian ini
telah melebihi target Renstra Kementerian Kesehatan 2016 yaitu 52%. Namun capaian
tersebut cenderung menurun dibandingkan capaian tahun 2015 (61,44%). Provinsi dengan
persentase tertinggi adalah Kalimantan Utara (89,47%), Kep. Bangka Belitung (88,53%), dan
Bengkulu (86,76%). Terdapat 8 (delapan) provinsi yang belum mencapai target 2016
diantaranya Sumatera Utara, Kepulauan Riau, Sulawesi Barat, Papua Barat, Jawa Timur,
Maluku Utara, Jawa Tengah, dan provinsi dengan persentase terendah adalah Lampung
(1,41%). Rincian lengkap tentang persentase TTU yang memenuhi syarat kesehatan tahun
2016 dapat dilihat pada Lampiran 7.6.
Indonesia 52,64
0,00
Kalimantan Utara 89,47
Kep. Bangka Belitung 88,53
Bengkulu 86,76
Sumatera Selatan 84,46
Nusa Tenggara Barat 83,68
Sulawesi Tengah 83,03
Sulawesi Selatan 82,65
DKI Jakarta 82,62
Sulawesi Tenggara 81,17
Banten 80,01
Kalimantan Timur 77,33
Sulawesi Utara 75,97
Bali 75,79
Kalimantan Tengah 75,47
DI. Yogyakarta 74,25
Jawa Barat 71,81
Riau 69,70
Kalimantan Selatan 69,14
Nusa Tenggara Timur 67,79
Gorontalo 67,39
Aceh 66,67
Papua 66,23
Jambi 64,46
Kalimantan Barat 62,50
Sumatera Barat 61,09
Maluku 58,93
Sumatera Utara 49,65 Target Renstra 2016
Kepulauan Riau 45,85 52%
Sulawesi Barat 41,79
Papua Barat 32,56
Jawa Timur 21,47
Maluku Utara 7,90
Jawa Tengah 2,98
Lampung 1,41
0 20 40 60 80 100
Masalah yang dihadapi dalam pelaksanaan upaya peningkatan jumlah TTU yang
memenuhi syarat diantaranya adalah anggaran daerah untuk program kesehatan lingkungan
masih rendah, belum semua daerah (kabupaten/kota termasuk puskesmas) memiliki
peralatan pengukuran parameter kualitas lingkungan yang sesuai, pendataan ulang di
daerah untuk akurasi data yang tercatat, tumpang tindih regulasi antar
kementerian/lembaga yang belum bersinergi, dan masih belum optimalnya koordinasi baik
Pelaksanaan kegiatan higiene sanitasi pangan merupakan salah satu aspek dalam
menjaga keamanan pangan yang harus dilaksanakan secara terstruktur dan terukur dengan
kegiatan, sasaran dan ukuran kinerja yang jelas, salah satunya dengan mewujudkan Tempat
Pengelolaan Makanan yang memenuhi syarat kesehatan. TPM siap saji yang terdiri dari
Rumah Makan/Restoran, Jasa Boga, Depot Air Minum, Sentra Makanan Jajanan, Kantin
Sekolah yang memenuhi syarat kesehatan adalah TPM yang memenuhi persyaratan higiene
sanitasi yang dibuktikan dengan sertifikat layak higiene sanitasi.
Indonesia 13,66
Gambar 7.8 menunjukkan bahwa persentase TPM yang memenuhi syarat kesehatan
secara nasional pada tahun 2016 adalah 13,66%, capaian ini meningkat dari sebelumnya
tahun 2015 (10,39%). Persentase ini belum memenuhi target Renstra Kementerian
Kesehatan 2016 untuk TPM memenuhi syarat kesehatan yaitu sebesar 14%. Provinsi dengan
persentase TPM yang memenuhi syarat kesehatan tertinggi adalah Kalimantan Utara
(33,68%), Sumatera Barat (33,05%), dan Maluku Utara (27,73%). Sedangkan provinsi dengan
Indonesia 17,36
Lampung 74,67
DI Yogyakarta 62,67
Kalimantan Utara 57,14
Bali 50,88
Sumatera Barat 50,00
Banten 47,42
Gorontalo 46,15
Kalimantan Timur 28,26
Riau 27,78
Kalimantan Tengah 23,81
Jambi 23,68
DKI Jakarta 21,47
Nusa Tenggara Barat 20,69
Sulawesi Selatan 19,28
Jawa Barat 16,62
Kalimantan Selatan 16,22
Kep. Bangka Belitung 15,38
Maluku Utara 15,00
Sulawesi Tenggara 12,90
Kepulauan Riau 10,71
Aceh 9,09
Maluku 7,41
Jawa Tengah 6,83
Sumatera Utara 4,84
Sumatera Selatan Target Renstra
2,99
2016: 15%
Sulawesi Utara 2,70
Kalimantan Barat 2,22
Jawa Timur 1,34
0 20 40 60 80 100
Cakupan Rumah Sakit yang melakukan pengelolaan limbah sesuai standar pada
tahun 2015 adalah sebesar 15,29%, pada Gambar 7.9 menunjukkan persentase rumah sakit
yang melakukan pengelolaan limbah medis sesuai standar pada tahun 2016 meningkat
menjadi 17,36% pada tahun 2016. Capaian ini telah melampaui Renstra 2016 yaitu sebesar
15%. Provinsi dengan presentase tertinggi adalah Provinsi Lampung (74,67%), DI Yogyakarta
(62,67%), dan Kalimantan Utara (57,14%). Sedangkan Provinsi dengan persentase terendah
adalah Jawa timur (1,34%), Kalimantan Barat (2,22%), dan Sulawesi Utara (2,70%). Ada 6
(enam) provinsi yaitu Papua, Papua Barat, Sulawesi Barat, Sulawesi Tengah, NTT, dan
Bengkulu yang belum melakukan pengelolaan limbah medis rumah sakit sesuai standar.
H. Perumahan
Rumah merupakan sebuah bangunan, tempat manusia tinggal dan melangsungkan
kehidupannya. Berdasarkan Undang-undang Nomor 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan
Pemukiman, perumahan adalah kelompok rumah yang berfungsi sebagai lingkungan tempat
tinggal atau lingkungan hunian yang dilengkapi dengan sarana dan prasarana lingkungan.
Dalam pengertian yang luas, rumah bukan hanya sebuah bangunan (struktural), melainkan
juga tempat kediaman yang memenuhi syarat-syarat kehidupan yang layak dan sehat,
dipandang dari berbagai segi kehidupan masyarakat. Rumah dapat dimengerti sebagai
tempat perlindungan, untuk menikmati kehidupan, beristirahat bersama keluarga. Rumah
yang layak harus menjamin kepentingan keluarga salah satunya menjamin kesehatan
keluarga.
Definisi perumahan (housing) menurut WHO (World Health Organitation) adalah
suatu struktur fisik di mana orang menggunakannya untuk tempat berlindung, di mana
lingkungan dari struktur tersebut termasuk juga semua fasilitas dan pelayanan yang
diperlukan, perlengkapan yang berguna untuk kesehatan jasmani, rohani, dan keadaan
sosial yang baik untuk keluarga dan individu. Rumah sehat merupakan salah satu sarana
untuk mencapai derajat kesehatan yang optimal.
Persyaratan rumah sehat yang tercantum dalam Residential Environment dari WHO
(1974) antara lain:
Salah satu Instrumen Penilaian Rumah Sehat mengacu pada Pedoman Teknis
Penilaian Rumah Sehat Departemen Kesehatan RI Tahun 2007, dengan pembagian bobot
penilaian meliputi bobot komponen rumah, bobot sarana sanitasi, serta bobot pada perilaku
penghuni. Sesuai dengan pedoman ini, secara umum rumah dikatakan sehat apabila
memenuhi kriteria sebagai berikut (1) memenuhi kebutuhan psikologis antara lain privasi
yang cukup, komunikasi yang sehat antar anggota keluarga dan penghuni rumah, adanya
ruangan khusus untuk istirahat (ruang tidur), bagi masing-masing penghuni, (2) memenuhi
persyaratan pencegahan penularan penyakit antar penghuni rumah dengan penyediaan air
bersih, pengelolaan tinja dan limbah rumah tangga, bebas vektor penyakit dan tikus,
kepadatan hunian yang tidak berlebihan, cukup sinar matahari pagi, terlindungnya
makanan dan minuman dari pencemaran, disamping pencahayaan dan penghawaan yang
cukup, dan (3) memenuhi persyaratan pencegahan terjadinya kecelakaan baik yang timbul
karena pengaruh luar dan dalam rumah, antara lain persyaratan garis sempadan jalan,
konstruksi bangunan rumah, bahaya kebakaran dan kecelakaan di dalam rumah.
Rumah layak huni mendukung terciptanya rumah yang sehat. Definisi rumah layak
huni menurut Badan Pusat Statistik 2015, adalah rumah yang memenuhi persyaratan
keselamatan, bangunan dan kecukupan minimum luas bangunan serta kesehatan
penghuninya. Penilaian rumah layak huni diperoleh melalui indikator komposit dari tujuh
indikator terkait yaitu;
1. Akses Air Layak.
2. Akses Sanitasi Layak.
3. Sufficient Living Area (Luas lantai per kapita > 7,2 m2).
4. Jenis Lantai.
5. Jenis Dinding.
6. Jenis Atap.
7. Penerangan Listrik.
Rumah yang dikategorikan layak huni, adalah rumah yang maksimum hanya
memiliki dua indikator pembentuk yang kurang baik dari tujuh indikator rumah layak huni.
Indikator rumah layak huni dapat mengetahui tingkat kesejahteraan masyarakat. Semakin
GAMBAR 7.10
PERSENTASE RUMAH TANGGA YANG MENEMPATI RUMAH LAYAK HUNI
MENURUT PROVINSI TAHUN 2016
Indonesia 93,93
0,00
DKI Jakarta 99,51
Bali 98,99
DI Yogyakarta 98,42
Kepulauan Riau 98,18
Kalimantan Utara 97,41
Kalimantan Timur 97,36
Kep. Bangka Belitung 97,31
Nusa Tenggara Barat 96,52
Jawa Barat 96,37
Riau 96,27
Jawa Timur 95,97
Jawa Tengah 95,94
Banten 95,33
Sulawesi Utara 94,81
Jambi 94,68
Kalimantan Selatan 94,33
Sulawesi Selatan 94,02
Sumatera Barat 93,10
Lampung 93,07
Sumatera Utara 92,87
Sumatera Selatan 92,23
Sulawesi Tenggara 91,90
Kalimantan Tengah 91,31
Gorontalo 91,16
Aceh 90,84
Bengkulu 90,65
Papua Barat 88,40
Kalimantan Barat 87,83
Maluku Utara 87,15
Sulawesi Tengah 86,67
Maluku 86,51
0 20 40 60 80 100
Gambar 7.10 menunjukan bahwa pada tahun 2016 capaian rumah tangga di
Indonesia yang telah menempati rumah layak huni 93,93%, meningkat dari tahun
sebelumnya tahun 2015 sebesar 92,80% rumah tangga. Provinsi dengan rumah layak huni
Indonesia 6,07
0,00
DI Yogyakarta 1,67
Jawa Tengah 1,86
Bali 1,90
Kepulauan Riau 2,02
Kep. Bangka Belitung 2,72
Jawa Timur 2,76
Lampung 3,07
Kalimantan Timur 4,21
Banten 4,44
Sulawesi Selatan 4,57
Riau 4,70
Jambi 5,36
Kalimantan Selatan 5,54
DKI Jakarta 5,74
Jawa Barat 6,36
Kalimantan Tengah 7,12
Sulawesi Tenggara 7,34
Kalimantan Barat 7,55
Kalimantan Utara 7,74
Nusa Tenggara Barat 7,83
Sulawesi Utara 8,34
Bengkulu 8,78
Sumatera Barat 8,84
Sumatera Utara 8,90
Maluku Utara 9,45
Sumatera Selatan 9,99
Aceh 10,25
Sulawesi Tengah 10,42
Gorontalo 11,69
Papua Barat 12,03
Sulawesi Barat 12,21
Maluku 12,62
Nusa Tenggara Timur 29,37
Papua 44,87
0 20 40 60 80 100
***
Badan Pusat Statistik. 2015. Indikator Perumahan dan Kesehatan Lingkungan Tahun 2015.
Jakarta: Badan Pusat Statistik.
Badan Pusat Statistik.2016. Buku 1 Pengeluaran Untuk Konsumsi Penduduk Indonesia,
Susenas Maret 2016, Jakarta: Badan Pusat Statistik RI.
Badan Pusat Statistik. 2016. Indikator Kesejahteraan Rakyat Tahun 2016. Jakarta: Badan
Pusat Statistik.
Badan Pusat Statistik. 2017. Produk Domestik Bruto Indonesia Menurut Pengeluaran 2012-
2017, Jakarta: Badan Pusat Statistik RI
Badan Pusat Statistik.2017. Laporan Bulanan Data Sosial Ekonomi, Juli 2017, Jakarta: Badan
Pusat Statistik RI
Direktorat Kesehatan Lingkungan, 2016. Roadmap STBM 2015-2019. Jakarta: Direktorat
Jenderal Kesehatan Masyarakat Kementerian Kesehatan RI.
Kementerian Dalam Negeri RI. 2015. Peraturan Menteri Dalam Negeri RI Nomor 56 Tahun
2015 Tentang Kode Dan Data Wilayah Administrasi Pemerintahan. Jakarta: Kementerian
Dalam Negeri RI.
Kementerian Kesehatan RI. 2003. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor
1098/MENKES/SK/VII/2003 tentang Persyaratan Higiene Sanitasi Rumah Makan dan
Restoran. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI.
Kementerian Kesehatan RI. 2004. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor
1204/MENKES/SK/X/2004 tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit. Jakarta:
Kementerian Kesehatan RI.
Kementerian Kesehatan RI. 2006. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor
1429/MENKES/SK/XII/2006 tentang Penyelenggaraan Kesehatan Lingkungan Sekolah.
Jakarta: Kementerian Kesehatan RI.
Kementerian Kesehatan RI. 2010. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 374 Tahun 2010
tentang Pengendalian Vektor. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI.
Kementerian Kesehatan RI. 2010. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 299 Tahun 2010
tentang Penyelenggaraan Program Internsip dan Penempatan Dokter Pasca Internsip.
Jakarta: Kementerian Kesehatan RI.
Kementerian Kesehatan RI. 2010. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor
736/MENKES/PER/VI/2010 tentang Tata Laksana dan Pengawasan Kualitas Air Minum.
Jakarta: Kementerian Kesehatan RI.
243
Kementerian Kesehatan RI. 2010. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 492 Tahun 2010
tentang Persyaratan Kualitas Air Minum. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI.
Kementerian Kesehatan RI. 2011. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor
889/MENKES/PER/V/2011 tentang Registrasi, Izin Praktik Dan Izin Kerja Tenaga Kefarmasian.
Jakarta: Kementerian Kesehatan RI.
Kementerian Kesehatan RI. 2012. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor
33/MENKES/PER/2012 tentang ASI. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI.
Kementerian Kesehatan RI. 2013. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 7 Tahun 2013
tentang Pedoman Pengangkatan dan Penempatan Dokter dan Bidan Sebagai Pegawai Tidak
Tetap. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI.
Kementerian Kesehatan RI. 2013. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 9 Tahun 2013
tentang Penugasan Khusus Tenaga Kesehatan. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI.
Kementerian Kesehatan RI. 2013. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 46 Tahun 2013
tentang Registrasi Tenaga Kesehatan. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI.
Kementerian Kesehatan RI. 2013. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 67 Tahun 2013
tentang Pendayagunaan Tenaga Kesehatan Warga Negara Asing. Jakarta: Kementerian
Kesehatan RI.
Kementerian Kesehatan RI. 2014. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 56 Tahun 2014
tentang Klasifikasi dan Perizinan Rumah Sakit. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI.
Kementerian Kesehatan RI. 2014. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 75 Tahun 2014
tentang Puskesmas. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI.
Kementerian Kesehatan RI. 2014. Estimasi dan Proyeksi HIV/AIDS di Indonesia Tahun 2011-
2016. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI.
Kementerian Kesehatan RI. 2014. Pedoman Nasional Pengendalian Tuberkulosis. Jakarta:
Kementerian Kesehatan RI.
Kementerian Kesehatan RI. 2014. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 3 Tahun 2014
tentang Sanitasi Total Berbasis Masyarakat. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI.
Kementerian Kesehatan RI. 2015. Rencana Strategis Kementerian Kesehatan Tahun 2015-
2019. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI.
Kementerian Kesehatan RI. 2015. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor
HK.02.02/MENKES/52/2015 tentang Rencana Strategis Kementerian Kesehatan 2015 2019.
Jakarta: Kementerian Kesehatan RI.
Kementerian Kesehatan RI. 2015. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 23 Tahun 2015
tentang Penugasan Khusus Tenaga Kesehatan Berbasis Tim (Team Based) dalam Mendukung
Program Nusantara Sehat. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI.
244
Kementerian Kesehatan RI. 2015. Survei Prevalensi Tuberkulosis 2013-2014. Jakarta:
Kementerian Kesehatan RI.
Kementerian Kesehatan RI. 2015. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 21 Tahun 2015
tentang Standar Kapsul Vitamin A bagi Bayi, Anak Balita dan Ibu Nifas. Jakarta: Kementerian
Kesehatan RI.
Kementerian Kesehatan RI. 2016. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 15 Tahun 2016
tentang Istithaah Kesehatan Jemaah Haji. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI.
Kementerian Kesehatan RI. 2017. Buku Saku Pemantauan Status Gizi Tahun 2016. Jakarta:
Kementerian Kesehatan RI.
Kementerian Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat. 2013. Keputusan Menteri
Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat Nomor 54 Tahun 2013 tentang Rencana
Pengembangan Tenaga Kesehatan Tahun 2011 2025. Jakarta: Kementerian Koordinator
Bidang Kesejahteraan Rakyat.
Konsil Kedokteran Indonesia. 2011. Peraturan Konsil Kedokteran Indonesia Nomor 6 tahun
2011 tentang Registrasi Dokter dan Dokter Gigi. Jakarta: Konsil Kedokteran Indonesia.
Konsil Kedokteran Indonesia. 2014. Peraturan Konsil Kedokteran Indonesia Nomor 21 Tahun
2014 Tentang Registrasi Dokter dan Dokter Gigi Peserta Program Pendidikan Dokter Spesialis
dan Dokter Gigi Spesialis. Jakarta: Konsil Kedokteran Indonesia.
Republik Indonesia. 2009. Undang Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan.
Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009, Nomor 144. Jakarta: Sekretariat Negara.
Republik Indonesia. 2012. Peraturan Presiden Nomor 72 Tahun 2012 tentang Sistem
Kesehatan Nasional. Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2012, Nomor 193. Jakarta:
Sekretariat Negara.
Republik Indonesia. 2014. Undang Undang Nomor 36 Tahun 2014 tentang Tenaga
Kesehatan. Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014, Nomor 298. Jakarta:
Sekretariat Negara.
Republik Indonesia. 2014. Peraturan Pemerintah Nomor 66 Tahun 2014 tentang Kesehatan
Lingkungan. Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014, Nomor 184. Jakarta:
Sekretariat Negara.
Republik Indonesia. 2015. Peraturan Presiden Nomor 131 Tahun 2015 tentang Penetapan
Daerah Tertinggal Tahun 2015 2019. Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015,
Nomor 259. Jakarta: Sekretariat Negara.
Republik Indonesia. 2015. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2015
tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional Tahun 2015-2019. Jakarta:
Sekretariat Negara.
World Health Organization. 2016. Global Tuberculosis Report 2016. Jenewa: WHO.
***
245
Lampiran 1.1
PEMBAGIAN WILAYAH ADMINISTRASI PEMERINTAHAN MENURUT PROVINSI TAHUN 2015
Pembagian Wilayah
No Provinsi
Kabupaten Kota Kabupaten + Kota Kecamatan Kelurahan Desa
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)
1 Aceh 18 5 23 289 0 6.474
2 Sumatera Utara 25 8 33 436 692 5.418
3 Sumatera Barat 12 7 19 179 245 880
4 Riau 10 2 12 163 243 1.592
5 Jambi 9 2 11 141 163 1.399
6 Sumatera Selatan 13 4 17 231 377 2.859
7 Bengkulu 9 1 10 128 172 1.341
8 Lampung 13 2 15 227 205 2.435
9 Kepulauan Bangka Belitung 6 1 7 47 78 309
10 Kepulauan Riau 5 2 7 70 141 275
11 DKI Jakarta 1 5 6 44 267 0
12 Jawa Barat 18 9 27 626 643 5.319
13 Jawa Tengah 29 6 35 573 750 7.809
14 DI Yogyakarta 4 1 5 78 46 392
15 Jawa Timur 29 9 38 664 777 7.724
16 Banten 4 4 8 155 313 1.238
17 Bali 8 1 9 57 80 636
18 Nusa Tenggara Barat 8 2 10 116 142 995
19 Nusa Tenggara Timur 21 1 22 306 318 2.995
20 Kalimantan Barat 12 2 14 174 99 1.977
21 Kalimantan Tengah 13 1 14 136 138 1.434
22 Kalimantan Selatan 11 2 13 152 143 1.866
23 Kalimantan Timur 7 3 10 103 196 836
24 Kalimantan Utara 4 1 5 50 35 447
25 Sulawesi Utara 11 4 15 167 332 1.505
26 Sulawesi Tengah 12 1 13 175 175 1.842
27 Sulawesi Selatan 21 3 24 306 785 2.253
28 Sulawesi Tenggara 15 2 17 212 377 1.846
29 Gorontalo 5 1 6 77 72 657
30 Sulawesi Barat 6 0 6 69 71 576
31 Maluku 9 2 11 118 33 1.198
32 Maluku Utara 8 2 10 115 117 1.064
33 Papua Barat 12 1 13 218 95 1.744
34 Papua 28 1 29 558 110 5.419
Indonesia 416 98 514 7.160 8.430 74.754
Sumber: Kementerian Dalam Negeri, 2015
Berdasarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 56 Tahun 2015
Lampiran 1.2
ESTIMASI JUMLAH PENDUDUK MENURUT JENIS KELAMIN DAN RASIO JENIS KELAMIN MENURUT PROVINSI TAHUN 2016
Kepadatan Penduduk
No Provinsi Laki-Laki Perempuan Total Luas Wilayah (Km2)*
(Jiwa per Km2)
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
Jumlah Lahir Jumlah Bayi (0 tahun) Jumlah Batita (0-2 tahun) Jumlah Anak Balita (1 - 4 tahun) Jumlah Balita (0 - 4 tahun)
No Provinsi
Hidup Laki-laki Perempuan Total Laki-laki Perempuan Total Laki-laki Perempuan Total Laki-laki Perempuan Total
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13) (14) (15)
1 Aceh 116.816 58.715 56.342 115.057 174.918 168.115 343.033 230.697 222.026 452.723 289.412 278.368 567.780
2 Sumatera Utara 312.707 155.852 149.925 305.777 469.829 452.959 922.788 632.869 611.387 1.244.256 788.721 761.312 1.550.033
3 Sumatera Barat 111.511 55.696 53.492 109.188 166.712 160.447 327.159 222.054 214.117 436.171 277.750 267.609 545.359
4 Riau 153.055 76.077 72.957 149.034 225.333 216.392 441.725 294.698 283.397 578.095 370.775 356.354 727.129
5 Jambi 66.758 33.104 31.716 64.820 99.117 95.085 194.202 131.962 126.753 258.715 165.066 158.469 323.535
6 Sumatera Selatan 164.623 81.749 78.555 160.304 245.676 236.535 482.211 328.672 317.025 645.697 410.421 395.580 806.001
7 Bengkulu 37.544 18.614 17.886 36.500 55.790 53.717 109.507 74.402 71.773 146.175 93.016 89.659 182.675
8 Lampung 157.908 78.529 75.429 153.958 238.127 229.137 467.264 322.961 311.336 634.297 401.490 386.765 788.255
9 Kep. Bangka Belitung 27.153 13.553 13.000 26.553 40.449 38.864 79.313 53.527 51.515 105.042 67.080 64.515 131.595
10 Kep. Riau 42.660 21.790 20.965 42.755 66.225 63.857 130.082 89.674 86.667 176.341 111.464 107.632 219.096
11 DKI Jakarta 176.609 91.252 87.622 178.874 279.717 268.960 548.677 384.881 370.667 755.548 476.133 458.289 934.422
12 Jawa Barat 887.073 447.014 427.526 874.540 1.340.096 1.282.910 2.623.006 1.785.777 1.711.490 3.497.267 2.232.791 2.139.016 4.371.807
13 Jawa Tengah 542.475 273.998 260.525 534.523 827.332 785.616 1.612.948 1.117.556 1.060.174 2.177.730 1.391.554 1.320.699 2.712.253
14 DI Yogyakarta 54.113 27.816 26.593 54.409 83.976 80.337 164.313 112.903 108.098 221.001 140.719 134.691 275.410
15 Jawa Timur 580.153 292.305 280.329 572.634 880.957 846.073 1.727.030 1.186.078 1.140.708 2.326.786 1.478.383 1.421.037 2.899.420
16 Banten 245.678 123.256 118.448 241.704 372.169 358.350 730.519 501.449 483.756 985.205 624.705 602.204 1.226.909
17 Bali 65.200 32.852 31.516 64.368 98.943 95.056 193.999 132.898 127.885 260.783 165.750 159.401 325.151
18 Nusa Tenggara Barat 105.728 51.647 49.620 101.267 153.952 148.378 302.330 204.748 197.845 402.593 256.395 247.465 503.860
19 Nusa Tenggara Timur 135.048 65.866 63.338 129.204 193.950 187.058 381.008 253.333 244.934 498.267 319.199 308.272 627.471
20 Kalimantan Barat 102.436 50.753 48.674 99.427 152.182 146.183 298.365 203.016 195.327 398.343 253.769 244.001 497.770
21 Kalimantan Tengah 53.595 26.181 25.234 51.415 77.637 75.008 152.645 101.934 98.686 200.620 128.115 123.920 252.035
22 Kalimantan Selatan 83.009 40.888 39.271 80.159 123.257 118.663 241.920 166.194 160.342 326.536 207.082 199.613 406.695
23 Kalimantan Timur 74.749 36.159 34.590 70.749 107.734 103.128 210.862 142.123 136.166 278.289 178.282 170.756 349.038
24 Kalimantan Utara 12.125 7.469 7.112 14.581 22.251 21.202 43.453 29.353 27.993 57.346 36.822 35.105 71.927
25 Sulawesi Utara 41.765 20.941 20.073 41.014 63.282 60.744 124.026 85.502 82.185 167.687 106.443 102.258 208.701
26 Sulawesi Tengah 63.226 30.992 29.726 60.718 92.098 88.545 180.643 121.707 117.253 238.960 152.699 146.979 299.678
27 Sulawesi Selatan 170.951 84.911 81.405 166.316 254.760 244.642 499.402 340.675 327.655 668.330 425.586 409.060 834.646
28 Sulawesi Tenggara 61.945 30.577 29.262 59.839 90.938 87.146 178.084 119.916 115.065 234.981 150.493 144.327 294.820
29 Gorontalo 23.644 11.586 11.101 22.687 34.270 32.911 67.181 44.993 43.285 88.278 56.579 54.386 110.965
30 Sulawesi Barat 32.215 15.520 14.936 30.456 45.493 43.952 89.445 59.051 57.230 116.281 74.571 72.166 146.737
31 Maluku 43.933 21.214 20.399 41.613 62.463 60.253 122.716 81.565 78.870 160.435 102.779 99.269 202.048
32 Maluku Utara 29.038 14.274 13.707 27.981 42.427 40.841 83.268 56.040 54.050 110.090 70.314 67.757 138.071
33 Papua Barat 21.318 10.312 9.955 20.267 30.240 29.291 59.531 39.122 38.005 77.127 49.434 47.960 97.394
34 Papua 71.052 34.386 33.367 67.753 101.755 99.105 200.860 133.452 130.419 263.871 167.838 163.786 331.624
Indonesia 4.867.813 2.435.848 2.334.596 4.770.444 7.314.055 7.019.460 14.333.515 9.785.782 9.404.084 19.189.866 12.221.630 11.738.680 23.960.310
Sumber: Pusat Data dan Informasi, Kemenkes RI, 2016
Lampiran 1.6
ESTIMASI JUMLAH PENDUDUK MENURUT PENDUDUK USIA MUDA, USIA PRODUKTIF DAN USIA NON PRODUKTIF,
JENIS KELAMIN, DAN PROVINSI TAHUN 2016
Jumlah Penduduk Usia Muda (<15 Tahun) Jumlah Penduduk Usia Produktif (15-64 Tahun) Jumlah Penduduk Usia Non Produktif (65+ Tahun) Angka
No Provinsi Beban Tanggungan
Laki-laki Perempuan Total Laki-laki Perempuan Total Laki-laki Perempuan Total (ABT)
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12)
1 Aceh 814.226 780.890 1.595.116 1.642.610 1.656.746 3.299.356 88.277 113.499 201.776 54,46
2 Sumatera Utara 2.290.502 2.195.106 4.485.608 4.494.280 4.539.617 9.033.897 252.544 330.862 583.406 56,11
3 Sumatera Barat 806.562 774.753 1.581.315 1.684.864 1.701.138 3.386.002 125.847 166.364 292.211 55,33
4 Riau 1.029.602 982.034 2.011.636 2.215.418 2.086.041 4.301.459 91.854 96.022 187.876 51,13
5 Jambi 488.349 473.177 961.526 1.208.938 1.149.480 2.358.418 67.648 71.334 138.982 46,66
6 Sumatera Selatan 1.197.130 1.142.445 2.339.575 2.783.725 2.681.212 5.464.937 166.285 190.104 356.389 49,33
7 Bengkulu 274.716 261.632 536.348 659.684 632.161 1.291.845 36.886 39.714 76.600 47,45
8 Lampung 1.176.505 1.121.198 2.297.703 2.826.542 2.668.030 5.494.572 202.647 210.219 412.866 49,33
9 Kep. Bangka Belitung 195.757 187.039 382.796 505.457 456.399 961.856 27.366 29.809 57.175 45,74
10 Kep. Riau 318.284 304.085 622.369 693.819 664.229 1.358.048 23.408 24.344 47.752 49,34
11 DKI Jakarta 1.306.745 1.247.190 2.553.935 3.664.443 3.659.948 7.324.391 188.495 210.807 399.302 40,32
12 Jawa Barat 6.522.018 6.210.095 12.732.113 16.329.470 15.835.946 32.165.416 1.159.773 1.322.087 2.481.860 47,30
13 Jawa Tengah 4.249.536 4.032.863 8.282.399 11.398.138 11.609.441 23.007.579 1.223.520 1.505.597 2.729.117 47,86
14 DI Yogyakarta 415.136 395.050 810.186 1.274.454 1.291.311 2.565.765 150.361 194.600 344.961 45,02
15 Jawa Timur 4.573.298 4.379.248 8.952.546 13.407.248 13.733.047 27.140.295 1.307.460 1.674.851 2.982.311 43,97
16 Banten 1.770.680 1.690.050 3.460.730 4.266.685 4.083.523 8.350.208 184.275 207.935 392.210 46,14
17 Bali 523.119 495.787 1.018.906 1.459.689 1.432.450 2.892.139 132.134 156.890 289.024 45,22
18 Nusa Tenggara Barat 746.262 715.539 1.461.801 1.517.829 1.674.396 3.192.225 111.659 130.477 242.136 53,38
19 Nusa Tenggara Timur 921.064 892.135 1.813.199 1.538.356 1.596.518 3.134.874 118.533 136.908 255.441 65,99
20 Kalimantan Barat 728.653 697.145 1.425.798 1.645.296 1.582.916 3.228.212 101.717 106.011 207.728 50,60
21 Kalimantan Tengah 367.381 351.202 718.583 925.300 827.293 1.752.593 39.593 39.423 79.016 45,51
22 Kalimantan Selatan 593.913 566.907 1.160.820 1.389.930 1.341.196 2.731.126 72.235 91.298 163.533 48,49
23 Kalimantan Timur 502.230 475.071 977.301 1.279.077 1.138.432 2.417.509 54.986 51.436 106.422 44,83
24 Kalimantan Utara 104.511 99.223 203.734 237.677 203.978 441.655 11.341 9.603 20.944 50,87
25 Sulawesi Utara 319.198 303.748 622.946 856.022 808.313 1.664.335 68.223 81.417 149.640 46,42
26 Sulawesi Tengah 430.370 409.566 839.936 995.545 950.157 1.945.702 66.237 69.840 136.077 50,16
27 Sulawesi Selatan 1.252.938 1.199.445 2.452.383 2.736.192 2.907.770 5.643.962 214.980 295.050 510.030 52,49
28 Sulawesi Tenggara 436.345 415.002 851.347 798.224 797.016 1.595.240 47.755 56.666 104.421 59,91
29 Gorontalo 165.394 157.958 323.352 388.378 388.217 776.595 22.710 28.108 50.818 48,18
30 Sulawesi Barat 210.682 201.154 411.836 420.326 420.885 841.211 24.444 28.987 53.431 55,31
31 Maluku 290.877 276.633 567.510 540.723 536.154 1.076.877 33.568 37.593 71.161 59,31
32 Maluku Utara 202.304 194.172 396.476 383.223 366.678 749.901 19.541 19.994 39.535 58,14
33 Papua Barat 141.106 134.411 275.517 318.900 279.538 598.438 10.562 8.845 19.407 49,28
34 Papua 497.621 471.894 969.515 1.164.235 1.024.135 2.188.370 28.115 21.444 49.559 46,57
Indonesia 35.863.014 34.233.847 70.096.861 87.650.697 86.724.311 174.375.008 6.474.979 7.758.138 14.233.117 48,36
Sumber: Pusat Data dan Informasi, Kemenkes RI, 2016
Lampiran 1.7
ESTIMASI JUMLAH WANITA USIA SUBUR (15 - 49 TAHUN), WUS IMUNISASI (15 - 39 TAHUN),
IBU HAMIL, IBU BERSALIN, DAN IBU NIFAS MENURUT PROVINSI TAHUN 2016
Jumlah Anak Prasekolah (5 - 6 tahun) Jumlah Anak Usia Kelas 1 SD/Setingkat (7 Tahun) Jumlah Anak Usia SD/Setingkat (7 - 12 Tahun)
No Provinsi
Laki-laki Perempuan Total Laki-laki Perempuan Total Laki-laki Perempuan Total
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11)
1 Aceh 114.218 110.055 224.273 55.413 52.764 108.177 313.747 299.429 613.176
2 Sumatera Utara 321.192 309.929 631.121 155.304 148.871 304.175 899.003 855.039 1.754.042
3 Sumatera Barat 111.134 106.865 217.999 54.147 51.939 106.086 316.850 303.554 620.404
4 Riau 142.516 136.403 278.919 67.088 63.140 130.228 392.167 370.939 763.106
5 Jambi 65.089 63.011 128.100 31.655 30.975 62.630 194.663 189.546 384.209
6 Sumatera Selatan 164.594 157.148 321.742 79.960 75.661 155.621 470.470 445.458 915.928
7 Bengkulu 37.097 35.360 72.457 18.334 17.283 35.617 109.381 103.162 212.543
8 Lampung 164.851 156.895 321.746 80.146 75.798 155.944 462.789 438.183 900.972
9 Kep. Bangka Belitung 26.315 25.155 51.470 12.962 12.343 25.305 77.288 73.509 150.797
10 Kep. Riau 45.162 43.441 88.603 21.775 20.684 42.459 124.825 118.066 242.891
11 DKI Jakarta 193.367 186.986 380.353 88.694 84.453 173.147 490.126 460.701 950.827
12 Jawa Barat 887.330 843.267 1.730.597 430.818 407.335 838.153 2.556.237 2.421.673 4.977.910
13 Jawa Tengah 572.536 538.859 1.111.395 284.647 269.265 553.912 1.712.967 1.628.318 3.341.285
14 DI Yogyakarta 57.008 54.333 111.341 27.473 26.071 53.544 163.203 154.449 317.652
15 Jawa Timur 610.066 584.015 1.194.081 307.849 293.755 601.604 1.862.783 1.778.266 3.641.049
16 Banten 251.522 240.141 491.663 120.198 113.709 233.907 681.298 645.399 1.326.697
17 Bali 68.704 65.043 133.747 35.562 33.344 68.906 217.630 204.499 422.129
18 Nusa Tenggara Barat 102.906 98.888 201.794 50.802 48.420 99.222 294.103 280.409 574.512
19 Nusa Tenggara Timur 123.679 120.145 243.824 60.827 60.579 121.406 362.597 353.377 715.974
20 Kalimantan Barat 100.254 95.928 196.182 48.287 45.955 94.242 283.280 269.737 553.017
21 Kalimantan Tengah 48.829 46.622 95.451 24.464 23.112 47.576 144.272 136.340 280.612
22 Kalimantan Selatan 84.326 81.289 165.615 39.874 37.668 77.542 230.415 217.702 448.117
23 Kalimantan Timur 68.586 64.845 133.431 32.882 30.821 63.703 193.173 180.990 374.163
24 Kalimantan Utara 14.413 13.691 28.104 6.910 6.507 13.417 40.361 38.132 78.493
25 Sulawesi Utara 43.042 40.548 83.590 20.751 20.039 40.790 127.272 121.168 248.440
26 Sulawesi Tengah 60.214 58.041 118.255 27.558 25.861 53.419 163.824 153.883 317.707
27 Sulawesi Selatan 169.931 162.995 332.926 82.525 79.377 161.902 493.775 471.627 965.402
28 Sulawesi Tenggara 60.928 57.997 118.925 30.559 28.870 59.429 172.590 163.019 335.609
29 Gorontalo 22.077 21.131 43.208 10.917 10.363 21.280 65.066 61.679 126.745
30 Sulawesi Barat 28.349 27.183 55.532 14.006 13.205 27.211 81.394 76.766 158.160
31 Maluku 39.472 37.526 76.998 19.276 18.020 37.296 111.877 105.095 216.972
32 Maluku Utara 27.449 26.500 53.949 13.547 12.947 26.494 79.799 76.272 156.071
33 Papua Barat 18.624 17.754 36.378 9.248 8.649 17.897 55.221 51.878 107.099
34 Papua 65.675 63.729 129.404 32.725 31.703 64.428 196.822 185.196 382.018
Indonesia 4.911.455 4.691.718 9.603.173 2.397.183 2.279.486 4.676.669 14.141.268 13.433.460 27.574.728
Sumber: Pusat Data dan Informasi, Kemenkes RI, 2016
Lampiran 1.9
JUMLAH PENDUDUK MISKIN, PERSENTASE PENDUDUK MISKIN DAN GARIS KEMISKINAN
TAHUN 2000 - 2016
Jumlah Penduduk Miskin (dalam Juta Orang) Persentase Penduduk Miskin Garis Kemiskinan (Rp/Kapita/Bulan)
No Tahun
Perkotaan Perdesaan Total Perkotaan Perdesaan Total Perkotaan Perdesaan
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10)
1 2000 12,31 26,43 38,74 14,6 22,38 19,14 91.632,00 73.648,00
2 2001 8,60 29,27 37,87 9,79 24,84 18,41 100.011,00 80.382,00
3 2002 13,32 25,08 38,39 14,46 21,1 18,2 130.499,00 96.512,00
4 2003 12,26 25,08 37,34 13,57 20,23 17,42 138.803,00 105.888,00
5 2004 11,37 24,78 36,15 12,13 20,11 16,66 143.455,00 108.725,00
6 2005 12,40 22,7 35,1 11,68 19,98 15,97 165.565,00 117.365,00
7 2006 14,49 24,81 39,3 13,47 21,81 17,75 174.290,00 130.584,00
8 2007 13,56 23,61 37,17 12,52 20,37 16,58 187.942,00 146.837,00
9 2008 12,77 22,19 34,96 11,65 18,93 15,42 204.895,99 161.830,79
10 2009 11,91 20,62 32,53 10,72 17,35 14,15 222.123,10 179.834,57
11 2010 11,10 19,93 31,02 9,87 16,56 13,33 232.989,00 192.353,83
12 Maret 2011 11,05 18,97 30,02 9,23 15,72 12,49 253.015,51 213.394,51
13 September 2011 10,95 18,94 29,89 9,09 15,59 12,36 263.593,84 223.180,69
14 Maret 2012 10,65 18,49 29,13 8,78 15,12 11,96 267.407,53 229.225,78
15 September 2012 10,51 18,09 28,59 8,6 14,7 11,66 277.381,99 240.441,35
16 Maret 2013 10,33 17,74 28,07 8,39 14,32 11,37 289.042,00 253.273,00
17 September 2013 10,63 17,92 28,55 8,52 14,42 11,47 308.626,00 275.779,00
18 Maret 2014 10,51 17,77 28,28 8,34 14,17 11,25 318.514,00 286.097,00
19 September 2014 10,36 17,37 27,73 8,16 13,76 10,96 326.853,00 296.681,00
20 Maret 2015 10,65 17,94 28,59 8,29 14,21 11,22 342.541,00 317.881,00
21 September 2015 10,62 17,89 28,51 8,22 14,09 11,13 356.378,00 333.034,00
22 Maret 2016 10,34 17,67 28,01 7,79 14,11 10,86 364.527,00 343.647,00
23 September 2016 10,49 17,28 27,76 7,73 13,96 10,70 372.114,00 350.420,00
Sumber : Badan Pusat Statistik, 2017
Lampiran 1.10
GARIS KEMISKINAN, JUMLAH DAN PERSENTASE PENDUDUK MISKIN MENURUT PROVINSI DAN TIPE DAERAH TAHUN 2016
Maret September
Perkotaan Perdesaan Total Perkotaan Perdesaan Total
Maret September
No Provinsi Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) * Indeks Keparahan Kemiskinan (P2)** Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) * Indeks Keparahan Kemiskinan (P2)**
Perkotaan Perdesaan Total Perkotaan Perdesaan Total Perkotaan Perdesaan Total Perkotaan Perdesaan Total
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13) (14)
1 Aceh 2,30 3,96 3,48 0,70 1,12 1,00 1,45 3,74 3,06 0,28 1,11 0,87
2 Sumatera Utara 1,75 1,79 1,77 0,47 0,52 0,50 1,62 2,30 1,96 0,42 0,70 0,56
3 Sumatera Barat 0,75 1,33 1,10 0,15 0,30 0,24 1,04 1,18 1,12 0,25 0,30 0,28
4 Riau 0,93 1,63 1,36 0,20 0,42 0,34 1,33 1,37 1,36 0,45 0,36 0,40
5 Jambi 2,10 1,19 1,47 0,55 0,29 0,37 2,41 0,97 1,42 0,71 0,21 0,36
6 Sumatera Selatan 1,79 2,14 2,02 0,37 0,46 0,43 1,89 2,00 1,96 0,47 0,49 0,48
7 Bengkulu 2,83 3,29 3,14 0,70 0,81 0,77 2,89 2,74 2,79 0,65 0,64 0,64
8 Lampung 1,86 2,91 2,63 0,48 0,79 0,70 1,29 2,16 1,92 0,27 0,46 0,41
9 Kep. Bangka Belitung 0,38 0,98 0,67 0,08 0,22 0,15 0,29 1,25 0,75 0,04 0,28 0,16
10 Kep. Riau 0,77 1,53 0,89 0,18 0,31 0,20 0,62 1,23 0,71 0,13 0,25 0,15
11 DKI Jakarta 0,46 *** 0,46 0,08 *** 0,08 0,43 *** 0,43 0,08 *** 0,08
12 Jawa Barat 1,17 2,20 1,49 0,26 0,62 0,37 1,08 1,77 1,28 0,24 0,37 0,28
13 Jawa Tengah 1,78 2,90 2,37 0,40 0,83 0,63 1,94 2,30 2,12 0,49 0,59 0,54
14 DI Yogyakarta 1,78 3,41 2,30 0,38 1,05 0,59 1,27 2,83 1,75 0,22 0,67 0,36
15 Jawa Timur 1,10 2,83 1,99 0,23 0,71 0,47 1,33 2,57 1,95 0,34 0,61 0,47
16 Banten 0,61 1,21 0,80 0,13 0,25 0,17 0,69 0,93 0,76 0,16 0,17 0,17
17 Bali 0,45 0,62 0,51 0,08 0,12 0,09 0,40 0,76 0,53 0,06 0,18 0,11
18 Nusa Tenggara Barat 3,14 2,90 3,00 0,78 0,77 0,77 3,03 2,31 2,63 0,78 0,55 0,65
19 Nusa Tenggara Timur 1,75 5,44 4,69 0,46 1,51 1,30 1,70 4,40 3,83 0,46 1,09 0,96
20 Kalimantan Barat 0,66 1,59 1,30 0,13 0,40 0,32 0,67 1,35 1,13 0,12 0,30 0,24
21 Kalimantan Tengah 0,54 1,03 0,86 0,10 0,25 0,20 0,68 0,63 0,65 0,17 0,14 0,15
22 Kalimantan Selatan 0,58 0,81 0,71 0,14 0,19 0,16 0,72 0,67 0,69 0,19 0,15 0,16
23 Kalimantan Timur 0,55 1,94 1,04 0,12 0,56 0,28 0,59 1,23 0,81 0,13 0,25 0,17
24 Kalimantan Utara 0,59 1,04 0,78 0,16 0,19 0,17 0,74 1,06 0,88 0,23 0,20 0,21
25 Sulawesi Utara 0,78 2,19 1,53 0,17 0,71 0,46 0,79 1,89 1,38 0,19 0,46 0,34
26 Sulawesi Tengah 1,89 3,01 2,72 0,53 0,79 0,73 1,93 2,40 2,28 0,56 0,56 0,56
27 Sulawesi Selatan 0,65 2,56 1,83 0,16 0,79 0,55 0,92 1,93 1,53 0,29 0,45 0,38
28 Sulawesi Tenggara 1,33 3,37 2,76 0,44 1,09 0,90 1,14 2,35 1,98 0,29 0,53 0,46
29 Gorontalo 0,90 5,93 4,12 0,20 2,18 1,47 0,72 3,95 2,79 0,14 0,94 0,65
30 Sulawesi Barat 0,90 2,22 1,95 0,14 0,57 0,48 1,69 1,90 1,85 0,40 0,45 0,44
31 Maluku 1,47 5,06 3,63 0,37 1,40 0,99 1,25 5,44 3,76 0,37 1,65 1,13
32 Maluku Utara 0,37 0,86 0,73 0,06 0,22 0,18 0,25 1,18 0,92 0,02 0,28 0,21
33 Papua Barat 0,86 11,19 7,21 0,19 4,46 2,82 1,30 9,51 6,28 0,36 3,44 2,23
34 Papua 0,88 12,39 9,37 0,22 5,60 4,19 0,79 9,82 7,44 0,20 3,53 2,65
Indonesia 1,19 2,74 1,94 0,27 0,79 0,53 1,21 2,32 1,74 0,29 0,59 0,44
Sumber : Badan Pusat Statistik, 2017
Catatan :
*) Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) merupakan ukuran rata-rata kesenjangan pengeluaran masing - masing penduduk miskin terhadap garis kemiskinan, Semakin tinggi nilai indeks, semakin jauh rata-rata pengeluaran penduduk dari garis kemiskinan.
**) Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) memberikan gambaran mengenai penyebaran pengeluaran diantara penduduk miskin, semakin tinggi nilai indeks, semakin tinggi ketimpangan pengeluaran diantara penduduk miskin.
***) DKI Jakarta tidak memiliki desa
Lampiran 1.12
INDEKS GINI MENURUT PROVINSI TAHUN 2012 - 2016
Persentase (%)
No Kelompok Barang
Perkotaan Perdesaan Perkotaan + Perdesaan
(1) (2) (3) (4) (5)
I Makanan
1 Padi-padian 4,98 10,04 6,82
2 Umbi-umbian 0,38 0,80 0,53
3 Ikan/udang/cumi/kerang 3,06 4,40 3,55
4 Daging 2,30 1,94 2,17
5 Telur dan Susu 3,06 2,79 2,96
6 Sayur-sayuran 3,01 4,75 3,65
7 Kacang-kacangan 0,97 1,30 1,09
8 Buah-buahan 2,05 2,02 2,04
9 Minyak dan kelapa 1,06 1,84 1,34
10 Bahan minuman 1,34 2,30 1,69
11 Bumbu-bumbuan 0,79 1,28 0,97
12 Konsumsi lainnya 0,89 1,19 1,00
13 Makanan dan Minuman Jadi 15,22 12,27 14,14
14 Rokok 5,45 8,91 6,72
Jumlah Makanan 44,57 55,83 48,68
II Bukan Makanan
1 Perumahan dan fasilitas rumah tangga 28,67 22,99 26,60
2 Aneka Barang dan jasa 14,45 10,23 12,91
3 Pakaian, alas kaki dan tutup kepala 3,01 3,12 3,05
4 Barang tahan lama 4,81 4,65 4,75
5 Pajak, pungutan dan asuransi 2,67 1,60 2,28
6 Keperluan pesta dan upacara/kenduri 1,81 1,58 1,72
Jumlah Bukan Makanan 55,43 44,17 51,32
Jumlah Makanan + Bukan Makanan 100,00 100,00 100,00
Sumber : Badan Pusat Statistik, 2016
Keterangan : Susenas, Maret 2016
Lampiran 1.14
PERSENTASE RATA-RATA PENGELUARAN BUKAN MAKANAN PER KAPITA PER BULAN TAHUN 2016
Februari Agustus
No Provinsi
Jumlah (1000 orang) TPT (%) Jumlah (1000 orang) TPT (%)
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
1 Aceh 181,8 8,13 170,9 7,57
2 Sumatera Utara 428,0 6,49 371,7 5,84
3 Sumatera Barat 149,7 5,81 125,9 5,09
4 Riau 176,9 5,94 222,0 7,43
5 Jambi 79,1 4,66 67,7 4,00
6 Sumatera Selatan 159,5 3,94 180,2 4,31
7 Bengkulu 38,3 3,84 32,9 3,30
8 Lampung 183,5 4,54 190,3 4,62
9 Kepulauan Bangka Belitung 42,4 6,17 18,3 2,60
10 Kepulauan Riau 82,5 9,03 71,6 7,69
11 DKI Jakarta 306,2 5,77 317,0 6,12
12 Jawa Barat 1.899,7 8,57 1.873,9 8,89
13 Jawa Tengah 752,5 4,20 801,3 4,63
14 DI Yogyakarta 59,0 2,81 57,0 2,72
15 Jawa Timur 849,3 4,14 839,3 4,21
16 Banten 452,1 7,95 498,6 8,92
17 Bali 50,4 2,12 46,5 1,89
18 Nusa Tenggara Barat 87,2 3,66 97,0 3,94
19 Nusa Tenggara Timur 87,7 3,59 76,6 3,25
20 Kalimantan Barat 110,8 4,58 100,9 4,23
21 Kalimantan Tengah 47,2 3,67 63,2 4,82
22 Kalimantan Selatan 74,4 3,63 113,3 5,45
23 Kalimantan Timur 146,2 8,86 136,7 7,95
24 Kalimantan Utara 11,2 3,92 15,1 5,23
25 Sulawesi Utara 92,6 7,82 73,2 6,18
26 Sulawesi Tengah 51,7 3,46 49,7 3,29
27 Sulawesi Selatan 193,0 5,11 186,3 4,80
28 Sulawesi Tenggara 45,8 3,78 34,1 2,72
29 Gorontalo 21,9 3,88 15,5 2,76
30 Sulawesi Barat 17,4 2,72 21,5 3,33
31 Maluku 51,2 6,98 52,4 7,05
32 Maluku Utara 18,2 3,43 21,0 4,01
33 Papua Barat 25,0 5,73 32,5 7,46
34 Papua 51,7 2,97 57,7 3,35
Indonesia 7.024,2 5,50 7.031,8 5,61
Sumber : Badan Pusat Statistik, 2017
Lampiran 1.16
RATA-RATA LAMA SEKOLAH PENDUDUK BERUMUR 15 TAHUN KE ATAS MENURUT PROVINSI DAN JENIS KELAMIN TAHUN 2016
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13) (14)
1 Aceh 99,90 97,56 79,71 32,95 99,73 98,24 83,91 34,96 99,82 97,89 81,82 33,94
2 Sumatera Utara 99,34 95,84 73,90 25,23 99,50 97,15 79,13 28,07 99,42 96,48 76,43 26,62
3 Sumatera Barat 99,32 94,67 78,66 31,70 99,54 97,86 86,31 37,87 99,43 96,17 82,62 34,71
4 Riau 98,75 92,89 75,27 25,76 99,01 96,33 76,13 26,65 98,87 94,62 75,68 26,18
5 Jambi 99,57 94,70 66,94 25,12 99,57 96,05 75,73 22,47 99,57 95,35 71,20 23,86
6 Sumatera Selatan 99,47 92,89 64,66 16,97 99,75 94,54 72,87 19,22 99,61 93,68 68,67 18,07
7 Bengkulu 99,61 96,31 76,68 29,57 99,78 97,62 80,28 28,24 99,70 96,96 78,37 28,93
8 Lampung 99,67 91,05 67,03 20,01 99,58 97,70 71,71 19,42 99,63 94,32 69,31 19,72
9 Kepulauan Bangka Belitung 99,29 91,98 64,27 12,71 99,22 92,09 68,70 15,05 99,25 92,03 66,35 13,81
10 Kepulauan Riau 99,12 98,72 82,54 16,75 99,53 98,84 81,57 20,35 99,33 98,78 82,04 18,58
11 DKI Jakarta 99,30 96,50 72,60 23,44 99,92 98,42 69,04 22,71 99,61 97,47 70,83 23,06
12 Jawa Barat 99,57 92,06 63,65 21,34 99,51 94,79 68,06 19,34 99,54 93,41 65,82 20,37
13 Jawa Tengah 99,57 94,65 68,09 19,88 99,59 96,17 67,80 23,31 99,58 95,41 67,95 21,59
14 DI Yogyakarta 100,00 99,78 86,04 51,66 99,66 99,46 88,40 48,22 99,84 99,62 87,20 49,95
15 Jawa Timur 99,48 96,07 69,81 21,87 99,44 97,38 71,29 23,49 99,46 96,69 70,54 22,67
16 Banten 99,23 94,54 63,54 19,43 99,65 96,62 70,66 22,11 99,43 95,59 67,00 20,74
17 Bali 99,62 97,77 83,95 27,02 99,08 97,33 79,47 23,60 99,35 97,55 81,98 25,36
18 Nusa Tenggara Barat 99,80 97,71 81,28 29,38 99,03 97,48 71,33 26,30 99,42 97,60 76,24 27,79
19 Nusa Tenggara Timur 98,35 91,80 73,25 28,92 98,12 97,50 75,94 24,59 98,24 94,60 74,56 26,75
20 Kalimantan Barat 98,10 91,41 65,33 27,08 98,69 92,88 68,91 22,30 98,39 92,12 67,16 24,75
21 Kalimantan Tengah 99,55 91,87 66,48 23,42 99,43 94,67 65,74 21,84 99,49 93,25 66,12 22,72
22 Kalimantan Selatan 99,69 91,44 66,80 20,49 99,24 92,94 69,02 23,35 99,48 92,21 67,91 21,89
23 Kalimantan Timur 99,56 97,92 81,68 29,06 99,53 98,45 79,78 28,68 99,54 98,18 80,81 28,88
24 Kalimantan Utara 98,46 94,42 72,07 16,69 98,43 93,23 77,59 22,09 98,45 93,79 74,72 19,07
25 Sulawesi Utara 99,15 93,23 67,15 20,48 99,57 96,59 78,73 25,47 99,36 94,89 72,57 22,82
26 Sulawesi Tengah 97,14 90,73 75,83 27,07 98,88 93,57 71,92 24,12 98,00 92,08 73,96 25,57
27 Sulawesi Selatan 99,02 91,15 68,27 29,92 99,23 94,54 72,10 33,06 99,12 92,85 70,09 31,48
28 Sulawesi Tenggara 99,24 91,44 73,63 26,85 99,32 96,46 71,59 31,89 99,28 93,94 72,67 29,31
29 Gorontalo 98,53 87,38 63,44 27,66 98,91 94,83 75,71 30,31 98,71 91,01 69,12 28,98
30 Sulawesi Barat 97,34 86,71 65,24 22,05 98,90 93,23 69,71 22,66 98,08 89,93 67,34 22,36
31 Maluku 99,26 96,09 77,98 39,00 99,54 97,12 78,44 35,93 99,39 96,60 78,19 37,51
32 Maluku Utara 99,06 96,37 75,86 29,05 99,24 97,43 75,28 34,93 99,14 96,90 75,58 31,75
33 Papua Barat 96,59 96,28 80,72 32,67 97,10 97,48 79,81 29,85 96,85 96,86 80,28 31,45
34 Papua 81,56 79,02 63,49 25,71 80,61 78,66 60,45 21,27 81,11 78,86 62,07 23,75
Indonesia 99,05 93,82 69,62 23,64 99,12 95,98 72,11 24,23 99,09 94,88 70,83 23,93
Sumber : Badan Pusat Statistik, 2016
Lampiran 1.20
ANGKA PARTISIPASI KASAR (APK) PENDIDIKAN MENURUT PROVINSI TAHUN 2013 - 2016
(1) (2) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13) (14) (13) (14)
1 Aceh 67,81 10 68,30 11 68,81 11 69,45 13 70,00 11
2 Sumatera Utara 67,74 11 68,36 10 68,87 10 69,51 10 70,00 11
3 Sumatera Barat 68,36 9 68,91 9 69,36 9 69,98 9 70,73 9
4 Riau 69,15 6 69,91 6 70,33 6 70,84 6 71,20 6
5 Jambi 66,94 17 67,76 17 68,24 17 68,89 17 69,62 15
6 Sumatera Selatan 65,79 22 66,16 23 66,75 23 67,46 23 68,24 22
7 Bengkulu 66,61 21 67,50 20 68,06 20 68,59 20 69,33 17
8 Lampung 64,87 25 65,73 26 66,42 26 66,95 25 67,65 23
9 Kepulauan Bangka Belitung 67,21 14 67,92 15 68,27 16 69,05 15 69,55 16
10 Kepulauan Riau 72,36 4 73,02 4 73,40 4 73,75 4 73,99 4
11 DKI Jakarta 77,53 1 78,08 1 78,39 1 78,99 1 79,60 1
12 Jawa Barat 67,32 12 68,25 12 68,80 12 69,50 11 70,05 10
13 Jawa Tengah 67,21 14 68,02 13 68,78 13 69,49 12 69,98 12
14 DI Yogyakarta 76,15 2 76,44 2 76,81 2 77,59 2 78,38 2
15 Jawa Timur 66,74 18 67,55 18 68,14 18 68,95 16 69,74 14
16 Banten 68,92 8 69,47 8 69,89 8 70,27 8 70,96 8
17 Bali 71,62 5 72,09 5 72,48 5 73,27 5 73,65 5
18 Nusa Tenggara Barat 62,98 29 63,76 30 64,31 30 65,19 30 65,81 29
19 Nusa Tenggara Timur 60,81 31 61,68 31 62,26 31 62,67 32 63,13 31
20 Kalimantan Barat 63,41 28 64,30 29 64,89 29 65,59 29 65,88 28
21 Kalimantan Tengah 66,66 20 67,41 21 67,77 21 68,53 21 69,13 20
22 Kalimantan Selatan 66,68 19 67,17 22 67,63 22 68,38 22 69,05 21
23 Kalimantan Timur 72,62 3 73,21 3 73,82 3 74,17 3 74,59 3
24 Kalimantan Utara - - 67,99 14 68,64 14 68,76 18 69,20 19
25 Sulawesi Utara 69,04 7 69,49 7 69,96 7 70,39 7 71,05 7
26 Sulawesi Tengah 65,00 24 65,79 25 66,43 25 66,76 26 67,47 25
27 Sulawesi Selatan 67,26 13 67,92 15 68,49 15 69,15 14 69,76 13
28 Sulawesi Tenggara 67,07 16 67,55 18 68,07 19 68,75 19 69,31 18
29 Gorontalo 64,16 26 64,70 28 65,17 28 65,86 28 66,29 27
30 Sulawesi Barat 61,01 30 61,53 32 62,24 32 62,96 31 63,60 30
31 Maluku 65,43 23 66,09 24 66,74 24 67,05 24 67,60 24
32 Maluku Utara 63,93 27 64,78 27 65,18 27 65,91 27 66,63 26
33 Papua Barat 60,30 32 60,91 33 61,28 33 61,73 33 62,21 32
34 Papua 55,55 33 56,25 34 56,75 34 57,25 34 58,05 33
Indonesia 67,70 68,31 68,90 69,55 70,18
Sumber : Badan Pusat Statistik, 2017
Lampiran 1.24
INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA DAN KOMPONEN MENURUT PROVINSI TAHUN 2015 - 2016
2015 2016 2015 2016 2015 2016 2015 2016 2015 2016 2015-2016
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13)
1 Aceh 69,50 69,51 13,73 13,89 8,77 8,86 8.533 8.768 69,45 70,00 0,79
2 Sumatera Utara 68,29 68,33 12,82 13,00 9,03 9,12 9.563 9.744 69,51 70,00 0,70
3 Sumatera Barat 68,66 68,73 13,60 13,79 8,42 8,59 9.804 10.126 69,98 70,73 1,07
4 Riau 70,93 70,97 12,74 12,86 8,49 8,59 10.364 10.465 70,84 71,20 0,51
5 Jambi 70,56 70,71 12,57 12,72 7,96 8,07 9.446 9.795 68,89 69,62 1,06
6 Sumatera Selatan 69,14 69,16 12,02 12,23 7,77 7,83 9.474 9.935 67,46 68,24 1,16
7 Bengkulu 68,50 68,56 13,18 13,38 8,29 8,37 9.123 9.492 68,59 69,33 1,08
8 Lampung 69,90 69,94 12,25 12,35 7,56 7,63 8.729 9.156 66,95 67,65 1,05
9 Kepulauan Bangka Belitung 69,88 69,92 11,60 11,71 7,46 7,62 11.781 11.960 69,05 69,55 0,72
10 Kepulauan Riau 69,41 69,45 12,60 12,66 9,65 9,67 13.177 13.359 73,75 73,99 0,33
11 DKI Jakarta 72,43 72,49 12,59 12,73 10,70 10,88 17.075 17.468 78,99 79,60 0,77
12 Jawa Barat 72,41 72,44 12,15 12,30 7,86 7,95 9.778 10.035 69,50 70,05 0,79
13 Jawa Tengah 73,96 74,02 12,38 12,45 7,03 7,15 9.930 10.153 69,49 69,98 0,71
14 DI Yogyakarta 74,68 74,71 15,03 15,23 9,00 9,12 12.684 13.229 77,59 78,38 1,02
15 Jawa Timur 70,68 70,74 12,66 12,98 7,14 7,23 10.383 10.715 68,95 69,74 1,15
16 Banten 69,43 69,46 12,35 12,70 8,27 8,37 11.261 11.469 70,27 70,96 0,98
17 Bali 71,35 71,41 12,97 13,04 8,26 8,36 13.078 13.279 73,27 73,65 0,52
18 Nusa Tenggara Barat 65,38 65,48 13,04 13,16 6,71 6,79 9.241 9.575 65,19 65,81 0,95
19 Nusa Tenggara Timur 65,96 66,04 12,84 12,97 6,93 7,02 7.003 7.122 62,67 63,13 0,73
20 Kalimantan Barat 69,87 69,90 12,25 12,37 6,93 6,98 8.279 8.348 65,59 65,88 0,44
21 Kalimantan Tengah 69,54 69,57 12,22 12,33 8,03 8,13 9.809 10.155 68,53 69,13 0,88
22 Kalimantan Selatan 67,80 67,92 12,21 12,29 7,76 7,89 10.891 11.307 68,38 69,05 0,98
23 Kalimantan Timur 73,65 73,68 13,18 13,35 9,15 9,24 11.229 11.355 74,17 74,59 0,57
24 Kalimantan Utara 72,16 72,43 12,54 12,59 8,36 8,49 8.354 8.434 68,76 69,20 0,64
25 Sulawesi Utara 70,99 71,02 12,43 12,55 8,88 8,96 9.729 10.148 70,39 71,05 0,94
26 Sulawesi Tengah 67,26 67,31 12,72 12,92 7,97 8,12 8.768 9.034 66,76 67,47 1,06
27 Sulawesi Selatan 69,80 69,82 12,99 13,16 7,64 7,75 9.992 10.281 69,15 69,76 0,88
28 Sulawesi Tenggara 70,44 70,46 13,07 13,24 8,18 8,32 8.697 8.871 68,75 69,31 0,81
29 Gorontalo 67,12 67,13 12,70 12,88 7,05 7,12 9.035 9.175 65,86 66,29 0,65
30 Sulawesi Barat 64,22 64,31 12,22 12,34 6,94 7,14 8.260 8.450 62,96 63,60 1,02
31 Maluku 65,31 65,35 13,56 13,73 9,16 9,27 8.026 8.215 67,05 67,60 0,82
32 Maluku Utara 67,44 67,51 13,10 13,45 8,37 8,52 7.423 7.545 65,91 66,63 1,09
33 Papua Barat 65,19 65,30 12,06 12,26 7,01 7,06 7.064 7.175 61,73 62,21 0,78
34 Papua 65,09 65,12 9,95 10,23 5,99 6,15 6.469 6.637 57,25 58,05 1,40
Indonesia 70,78 70,90 12,55 12,72 7,84 7,95 10.150 10.420 69,55 70,18 0,91
Sumber : Badan Pusat Statistik, 2017
Lampiran 2.1
JUMLAH PUSKESMAS
MENURUT PROVINSI TAHUN 2012 - 2016
Jumlah Puskesmas
No Provinsi
2012 2013 2014 2015 2016
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
1 Aceh 330 334 337 339 340
2 Sumatera Utara 555 570 570 571 571
3 Sumatera Barat 260 262 264 264 264
4 Riau 207 207 211 212 213
5 Jambi 176 176 176 176 183
6 Sumatera Selatan 317 319 321 322 322
7 Bengkulu 178 180 180 180 180
8 Lampung 276 280 290 291 292
9 Kepulauan Bangka Belitung 60 60 61 62 62
10 Kepulauan Riau 69 70 73 72 73
11 DKI Jakarta 340 340 340 340 340
12 Jawa Barat 1.046 1.050 1.050 1.050 1.050
13 Jawa Tengah 873 873 875 875 875
14 DI Yogyakarta 121 121 121 121 121
15 Jawa Timur 960 960 960 960 960
16 Banten 228 230 231 233 233
17 Bali 118 120 120 120 120
18 Nusa Tenggara Barat 157 158 158 158 158
19 Nusa Tenggara Timur 349 362 370 371 371
20 Kalimantan Barat 237 237 238 238 238
21 Kalimantan Tengah 190 194 195 195 195
22 Kalimantan Selatan 226 228 228 230 230
23 Kalimantan Timur 217 222 174 174 175
24 Kalimantan Utara - - 48 49 49
25 Sulawesi Utara 177 183 187 187 188
26 Sulawesi Tengah 176 183 184 189 189
27 Sulawesi Selatan 425 440 446 448 448
28 Sulawesi Tenggara 258 264 269 269 269
29 Gorontalo 87 91 93 93 93
30 Sulawesi Barat 91 92 94 94 94
31 Maluku 178 190 197 199 199
32 Maluku Utara 119 125 127 127 128
33 Papua Barat 128 143 149 151 151
34 Papua 381 391 394 394 393
Indonesia 9.510 9.655 9.731 9.754 9.767
Sumber: Pusat Data dan Informasi, Kemenkes RI, 2017
Lampiran 2.2
RASIO PUSKESMAS PER KECAMATAN
TAHUN 2016
% Puskesmas yang
Melaksanakan Kegiatan
Upaya Kesehatan % Upaya Kesehatan Upaya Kesehatan
No Provinsi Kesehatan Olahraga Pada
Kerja Kerja Olahraga
Kelompok Masyarakat
wilayah kerja
Tentara Semua RS
Kementerian Kementerian Pemerintahan Pemerintahan Pemerintahan
Kepolisian Nasional Swasta
Kesehatan Lain Provinsi Kabupaten Kota
Indonesia
No Provinsi
RS Khusus
RS Khusus
RS Khusus
RS Khusus
RS Khusus
RS Khusus
RS Khusus
RS Khusus
RS Khusus
RS Umum
RS Umum
RS Umum
RS Umum
RS Umum
RS Umum
RS Umum
RS Umum
RS Umum
Jumlah
Jumlah
Jumlah
Jumlah
Jumlah
Jumlah
Jumlah
Jumlah
Jumlah
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13) (14) (15) (16) (17) (18) (19) (20) (21) (22) (23) (24) (25) (26) (27) (28) (29)
1 Aceh 0 0 0 1 0 1 4 0 4 0 0 0 1 2 3 20 0 20 4 0 4 35 1 36 65 3 68
2 Sumatera Utara 1 0 1 2 0 2 7 0 7 1 0 1 1 3 4 26 0 26 7 0 7 130 17 147 175 20 195
3 Sumatera Barat 1 1 2 1 0 1 3 0 3 0 0 0 2 2 4 12 0 12 5 0 5 17 23 40 41 26 67
4 Riau 0 0 0 2 0 2 2 0 2 1 0 1 2 1 3 13 0 13 1 1 2 36 13 49 57 15 72
5 Jambi 0 0 0 1 0 1 1 0 1 0 0 0 1 1 2 11 0 11 1 0 1 13 5 18 28 6 34
6 Sumatera Selatan 1 1 2 1 0 1 3 0 3 0 0 0 0 3 3 16 0 16 5 1 6 22 12 34 48 17 65
7 Bengkulu 0 0 0 1 0 1 2 0 2 0 0 0 1 1 2 10 0 10 1 0 1 4 1 5 19 2 21
8 Lampung 0 0 0 1 0 1 1 0 1 0 0 0 1 1 2 10 0 10 3 0 3 30 17 47 46 18 64
9 Kepulauan Bangka Belitung 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 2 7 0 7 1 0 1 6 1 7 15 2 17
10 Kepulauan Riau 0 0 0 0 0 0 2 0 2 0 0 0 3 0 3 6 0 6 2 0 2 10 5 15 23 5 28
11 DKI Jakarta 3 7 10 2 0 2 7 3 10 4 0 4 22 1 23 0 0 0 5 1 6 85 50 135 128 62 190
12 Jawa Barat 1 4 5 4 0 4 9 0 9 0 0 0 2 2 4 33 0 33 8 2 10 197 66 263 254 74 328
13 Jawa Tengah 2 3 5 2 0 2 10 0 10 2 1 3 4 3 7 44 1 45 5 0 5 163 50 213 232 58 290
14 DI Yogyakarta 1 0 1 1 0 1 2 0 2 0 0 0 0 1 1 6 0 6 2 1 3 41 19 60 53 21 74
15 Jawa Timur 0 1 1 10 0 10 19 3 22 2 0 2 7 9 16 42 0 42 9 0 9 185 90 275 274 103 377
16 Banten 0 1 1 0 0 0 2 0 2 0 0 0 2 0 2 5 0 5 3 0 3 51 31 82 63 32 95
17 Bali 1 0 1 1 0 1 2 0 2 0 0 0 0 2 2 7 0 7 2 0 2 34 8 42 47 10 57
18 Nusa Tenggara Barat 0 0 0 1 0 1 1 0 1 0 0 0 2 1 3 9 0 9 1 0 1 12 1 13 26 2 28
19 Nusa Tenggara Timur 0 0 0 1 0 1 4 0 4 0 0 0 1 0 1 18 0 18 1 0 1 17 3 20 42 3 45
20 Kalimantan Barat 0 0 0 1 0 1 5 0 5 0 0 0 1 3 4 13 0 13 2 0 2 14 6 20 36 9 45
21 Kalimantan Tengah 0 0 0 1 0 1 1 0 1 0 0 0 2 1 3 12 0 12 2 0 2 2 0 2 20 1 21
22 Kalimantan Selatan 0 0 0 1 0 1 3 0 3 0 0 0 2 2 4 12 0 12 1 0 1 11 7 18 30 9 39
23 Kalimantan Timur 0 0 0 1 0 1 3 0 3 0 0 0 2 1 3 8 0 8 3 1 4 19 10 29 36 12 48
24 Kalimantan Utara 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 1 0 1 4 0 4 0 0 0 1 0 1 7 0 7
25 Sulawesi Utara 2 0 2 1 0 1 3 0 3 0 1 1 2 1 3 12 0 12 1 0 1 18 2 20 39 4 43
26 Sulawesi Tengah 0 0 0 1 0 1 1 0 1 0 0 0 0 0 0 15 0 15 2 1 3 6 7 13 25 8 33
27 Sulawesi Selatan 1 1 2 1 0 1 6 0 6 0 1 1 4 2 6 25 0 25 2 1 3 26 20 46 65 25 90
28 Sulawesi Tenggara 0 0 0 1 0 1 1 0 1 0 0 0 2 0 2 13 0 13 2 1 3 10 1 11 29 2 31
29 Gorontalo 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 6 0 6 2 0 2 3 1 4 12 1 13
30 Sulawesi Barat 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 7 0 7 0 0 0 2 1 3 10 1 11
31 Maluku 0 0 0 1 0 1 3 0 3 0 0 0 1 0 1 14 1 15 1 0 1 7 0 7 27 1 28
32 Maluku Utara 0 0 0 0 0 0 2 0 2 0 0 0 1 0 1 11 0 11 1 0 1 5 0 5 20 0 20
33 Papua Barat 0 0 0 0 0 0 3 0 3 0 0 0 0 0 0 7 0 7 2 0 2 4 0 4 16 0 16
34 Papua 0 0 0 1 0 1 6 0 6 0 0 0 2 1 3 23 1 24 0 0 0 6 1 7 38 3 41
Indonesia 14 19 33 42 0 42 119 6 125 10 3 13 75 45 120 477 3 480 87 10 97 1222 469 1691 2046 555 2601
Sumber: Ditjen. Pelayanan Kesehatan, Kemenkes RI, 2017
Keterangan : Rumah Sakit yang telah memiliki kode RS
Lampiran 2.8
JUMLAH RUMAH SAKIT UMUM DAN TEMPAT TIDUR
MENURUT PENGELOLA TAHUN 2013 - 2016
(1) (2) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12)
3 Tentara Nasional Indonesia 114 16.352 121 16.867 120 16.993 119 13.317
6 Pemerintah Kabupaten 446 66.755 456 71.290 466 74.722 477 79.033
1 Aceh 5.096.248 2 2,94 897 9 13,24 2.219 28 41,18 3.470 9 13,24 542 20 29,41 1.316 68 8.444 1,66
2 Sumatera Utara 14.102.911 2 1,03 1.159 28 14,36 6.046 83 42,56 8.411 28 14,36 1.917 54 27,69 3.512 195 21.045 1,49
3 Sumatera Barat 5.259.528 2 2,99 1.105 5 7,46 988 30 44,78 3.104 10 14,93 573 20 29,85 693 67 6.463 1,23
4 Riau 6.500.971 1 1,39 182 7 9,72 1.722 37 51,39 3.143 21 29,17 1.018 6 8,33 190 72 6.255 0,96
5 Jambi 3.458.926 0 0,00 0 4 11,76 1.005 20 58,82 2.029 6 17,65 410 4 11,76 216 34 3.660 1,06
6 Sumatera Selatan 8.160.901 3 4,62 1.412 5 7,69 1.033 31 47,69 5.118 15 23,08 1.076 11 16,92 613 65 9.252 1,13
7 Bengkulu 1.904.793 0 0,00 0 2 9,52 703 8 38,10 719 8 38,10 457 3 14,29 208 21 2.087 1,10
8 Lampung 8.205.141 0 0,00 0 5 7,81 1.488 39 60,94 3.668 16 25,00 1.045 4 6,25 154 64 6.355 0,77
9 Kepulauan Bangka Belitung 1.401.827 0 0,00 0 1 5,88 116 11 64,71 1.183 3 17,65 255 2 11,76 70 17 1.624 1,16
10 Kepulauan Riau 2.028.169 0 0,00 0 6 21,43 1.211 14 50,00 1.352 4 14,29 268 4 14,29 95 28 2.926 1,44
11 DKI Jakarta 10.277.628 15 7,89 5.339 58 30,53 10.739 54 28,42 3.724 27 14,21 853 36 18,95 2.274 190 22.929 2,23
12 Jawa Barat 47.379.389 9 2,74 2.719 55 16,77 13.338 151 46,04 14.581 52 15,85 3.069 61 18,60 3.946 328 37.653 0,79
13 Jawa Tengah 34.019.095 8 2,76 3.584 34 11,72 11.019 123 42,41 15.639 91 31,38 6.245 34 11,72 1.855 290 38.342 1,13
14 DI Yogyakarta 3.720.912 3 4,05 1.030 12 16,22 2.494 15 20,27 902 31 41,89 1.627 13 17,57 635 74 6.688 1,80
15 Jawa Timur 39.075.152 6 1,59 4.114 47 12,47 11.416 133 35,28 13.542 72 19,10 4.256 119 31,56 5.542 377 38.870 0,99
16 Banten 12.203.148 1 1,05 207 19 20,00 4.432 49 51,58 4.081 9 9,47 489 17 17,89 808 95 10.017 0,82
17 Bali 4.200.069 3 5,26 1.146 6 10,53 1.488 25 43,86 2.354 10 17,54 658 13 22,81 558 57 6.204 1,48
18 Nusa Tenggara Barat 4.896.162 0 0,00 0 3 10,71 610 14 50,00 1.739 10 35,71 798 1 3,57 52 28 3.199 0,65
19 Nusa Tenggara Timur 5.203.514 0 0,00 0 1 2,22 344 19 42,22 2.138 16 35,56 1.147 9 20,00 543 45 4.172 0,80
20 Kalimantan Barat 4.861.738 0 0,00 0 5 11,11 1.476 22 48,89 2.393 9 20,00 688 9 20,00 403 45 4.960 1,02
21 Kalimantan Tengah 2.550.192 0 0,00 0 3 14,29 713 7 33,33 694 9 42,86 454 2 9,52 101 21 1.962 0,77
22 Kalimantan Selatan 4.055.479 2 5,13 1.155 6 15,38 815 21 53,85 2.297 5 12,82 302 5 12,82 155 39 4.724 1,16
23 Kalimantan Timur 3.501.232 2 4,17 1.121 7 14,58 1.566 20 41,67 2.280 7 14,58 369 12 25,00 395 48 5.731 1,64
24 Kalimantan Utara 666.333 0 0,00 0 1 14,29 375 3 42,86 500 3 42,86 100 0 0,00 0 7 975 1,46
25 Sulawesi Utara 2.436.921 1 2,33 885 2 4,65 523 17 39,53 2.361 10 23,26 555 13 30,23 666 43 4.990 2,05
26 Sulawesi Tengah 2.921.715 0 0,00 0 3 9,09 1.075 15 45,45 1.974 7 21,21 392 8 24,24 346 33 3.787 1,30
27 Sulawesi Selatan 8.606.375 3 3,33 1.490 23 25,56 4.980 39 43,33 4.580 11 12,22 722 14 15,56 567 90 12.339 1,43
28 Sulawesi Tenggara 2.551.008 0 0,00 0 2 6,45 519 13 41,94 1.178 7 22,58 372 9 29,03 374 31 2.443 0,96
29 Gorontalo 1.150.765 0 0,00 0 2 15,38 605 4 30,77 454 4 30,77 292 3 23,08 153 13 1.504 1,31
30 Sulawesi Barat 1.306.478 0 0,00 0 0 0,00 0 5 45,45 661 0 0,00 0 6 54,55 348 11 1.009 0,77
31 Maluku 1.715.548 0 0,00 0 3 10,71 631 5 17,86 518 14 50,00 753 6 21,43 300 28 2.202 1,28
32 Maluku Utara 1.185.912 0 0,00 0 1 5,00 293 3 15,00 288 9 45,00 559 7 35,00 182 20 1.322 1,11
33 Papua Barat 893.362 0 0,00 0 0 0,00 0 5 31,25 724 5 31,25 302 6 37,50 336 16 1.362 1,52
34 Papua 3.207.444 0 0,00 0 2 4,88 473 10 24,39 2.047 10 24,39 585 19 46,34 703 41 3.808 1,19
Indonesia 258.704.986 63 2,42 27.545 367 14,11 86.455 1.073 41,25 113.846 548 21,07 33.148 550 21,15 28.309 2.601 289.303 1,12
Sumber: Ditjen. Pelayanan Kesehatan, Kemenkes RI, 2017
Ket : 1. Rumah Sakit yang telah memiliki kode RS
2. Estimasi Jumlah Penduduk 2015: BPS diolah Pusdatin
3. Rasio tempat tidur per 1.000 penduduk
Lampiran 2.11
JUMLAH TEMPAT TIDUR DI RUMAH SAKIT
MENURUT KELAS PERAWATAN DAN PROVINSI TAHUN 2016
Kelas Perawatan
Total Tempat Ruang Non Rawat Inap ***
No Provinsi VVIP VIP Kelas I Kelas II Kelas III Ruang Rawat Inap Lainnya**
Tidur*
Jumlah % Jumlah % Jumlah % Jumlah % Jumlah % Jumlah % Jumlah %
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13) (14) (15) (16) (17)
1 Aceh 9.404 154 1,64 517 5,50 1.021 10,86 1.290 13,72 4.298 45,70 1.164 12,38 960 10,21
2 Sumatera Utara 22.781 384 1,69 1.580 6,94 3.095 13,59 4.567 20,05 8.582 37,67 2.837 12,45 1.736 7,62
3 Sumatera Barat 7.082 129 1,82 496 7,00 932 13,16 1.279 18,06 2.773 39,16 854 12,06 619 8,74
4 Riau 6.929 191 2,76 556 8,02 830 11,98 1.065 15,37 2.500 36,08 1.113 16,06 674 9,73
5 Jambi 4.040 104 2,57 362 8,96 551 13,64 604 14,95 1.536 38,02 503 12,45 380 9,41
6 Sumatera Selatan 9.896 183 1,85 553 5,59 2.460 24,86 1.709 17,27 3.363 33,98 984 9,94 644 6,51
7 Bengkulu 2.392 36 1,51 172 7,19 230 9,62 425 17,77 880 36,79 344 14,38 305 12,75
8 Lampung 7.062 150 2,12 552 7,82 799 11,31 1.171 16,58 2.738 38,77 945 13,38 707 10,01
9 Bangka Belitung 1.827 27 1,48 86 4,71 214 11,71 348 19,05 715 39,14 234 12,81 203 11,11
10 Kepulauan Riau 3.282 31 0,94 193 5,88 306 9,32 584 17,79 1.296 39,49 516 15,72 356 10,85
11 DKI Jakarta 25.071 671 2,68 2.235 8,91 3.181 12,69 4.581 18,27 8.621 34,39 3.640 14,52 2.142 8,54
12 Jawa Barat 41.758 645 1,54 3.131 7,50 5.159 12,35 8.273 19,81 14.359 34,39 6.086 14,57 4.105 9,83
13 Jawa Tengah 42.162 819 1,94 4.278 10,15 5.244 12,44 6.924 16,42 15.318 36,33 5.759 13,66 3.820 9,06
14 DI Yogyakarta 7.338 158 2,15 750 10,22 656 8,94 1.304 17,77 2.891 39,40 929 12,66 650 8,86
15 Jawa Timur 42.505 659 1,55 3.400 8,00 5.319 12,51 7.884 18,55 15.630 36,77 5.978 14,06 3.635 8,55
16 Banten 11.249 138 1,23 839 7,46 1.442 12,82 2.376 21,12 3.596 31,97 1.626 14,45 1.232 10,95
17 Bali 6.992 171 2,45 1.117 15,98 794 11,36 895 12,80 2.239 32,02 988 14,13 788 11,27
18 Nusa Tenggara Barat 3.676 54 1,47 363 9,87 389 10,58 444 12,08 1.412 38,41 537 14,61 477 12,98
19 Nusa Tenggara Timur 4.710 42 0,89 268 5,69 400 8,49 706 14,99 2.186 46,41 570 12,10 538 11,42
20 Kalimantan Barat 5.536 36 0,65 295 5,33 565 10,21 897 16,20 2.356 42,56 811 14,65 576 10,40
21 Kalimantan Tengah 2.246 16 0,71 198 8,82 195 8,68 368 16,38 851 37,89 334 14,87 284 12,64
22 Kalimantan Selatan 5.216 105 2,01 489 9,38 650 12,46 841 16,12 1.914 36,69 725 13,90 492 9,43
23 Kalimantan Timur 6.373 107 1,68 555 8,71 807 12,66 1.089 17,09 2.426 38,07 747 11,72 642 10,07
24 Kalimantan Utara 1.092 14 1,28 48 4,40 107 9,80 231 21,15 397 36,36 178 16,30 117 10,71
25 Sulawesi Utara 5.491 84 1,53 260 4,74 558 10,16 1.069 19,47 2.292 41,74 727 13,24 501 9,12
26 Sulawesi Tengah 4.183 24 0,57 269 6,43 482 11,52 570 13,63 1.793 42,86 649 15,52 396 9,47
27 Sulawesi Selatan 13.667 319 2,33 1.297 9,49 1.817 13,29 2.113 15,46 4.942 36,16 1.851 13,54 1.328 9,72
28 Sulawesi Tenggara 2.818 23 0,82 196 6,96 277 9,83 354 12,56 1.225 43,47 368 13,06 375 13,31
29 Gorontalo 1.739 36 2,07 128 7,36 124 7,13 236 13,57 703 40,43 277 15,93 235 13,51
30 Sulawesi Barat 1.124 25 2,22 69 6,14 153 13,61 176 15,66 463 41,19 123 10,94 115 10,23
31 Maluku 2.485 22 0,89 128 5,15 234 9,42 316 12,72 1.282 51,59 220 8,85 283 11,39
32 Maluku Utara 1.503 40 2,66 149 9,91 172 11,44 219 14,57 544 36,19 198 13,17 181 12,04
33 Papua Barat 1.564 10 0,64 84 5,37 104 6,65 269 17,20 756 48,34 139 8,89 202 12,92
34 Papua 4.366 18 0,41 139 3,18 356 8,15 643 14,73 2.183 50,00 469 10,74 558 12,78
Indonesia 319.559 5.625 1,76 25.752 8,06 39.623 12,40 55.820 17,47 119.060 37,26 43.423 13,59 30.256 9,47
Sumber: Ditjen. Pelayanan Kesehatan, Kemenkes RI, 2016
Keterangan :
* Total tempat tidur mencakup VVIP, VIP, Kelas I, Kelas II, Kelas III, dan Tempat tidur di ruang rawat inap lainnya
** Tempat tidur di ruang rawat inap lainnya mencakup ICU, PICU, NICU, HCU, ICCU, Tempat tidur bayi baru lahir, dan tempat tidur ruang isolasi
*** Tempat tidur di ruang non rawat inap mencakup tempat tidur di IGD, Kamar Bersalin dan Ruang Operasi. Persentase terhadap total tempat tidur perawatan
Lampiran 2.12
AKREDITASI RUMAH SAKIT DI INDONESIA
TAHUN 2016
Jurusan/Program Studi
Radiodiagnostik
Okupasi Terapi
Terapi Wicara
Keperawatan
Keperawatan
Elektromedik
No Poltekkes Total
Akupunktur
Lingkungan
Fisioterapi
Kebidanan
Kesehatan
Kesehatan
Kesehatan
Prostetik
Promosi
Farmasi
Ortotik
Teknik
Teknik
Analis
Gizi
Gigi
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13) (14) (15) (16) (17) (18)
1 Aceh 1 1 1 - 1 - 1 - - - - - - - - 5
2 Medan 1 1 - - - - 1 - - - - - - - - 3
3 Padang - 1 - - 1 - 1 - - - - - - - - 3
4 Riau 1 1 - - - - - - - - - - - - - 2
5 Jambi 1 1 1 - - - - - - - - - - - - 3
6 Palembang 1 1 - - - - 1 - - - - - - - - 3
7 Bengkulu 1 1 - - - 1 1 - - - - - - - - 4
8 Tanjung Karang 1 2 - - 1 - - - - - - 1 - - - 5
9 Tanjung Pinang - - - - - - - - - - - - - - - 0
10 Pangkal Pinang - - - - - - - - - - - - - - - 0
11 Jakarta I - - - - - - - - - - - - - - 1 1
12 Jakarta II - - - - 1 - 1 - - - - - 1 1 - 4
13 Jakarta III - 1 - - - - - 1 - - - 1 - - - 3
14 Bandung 1 1 1 - 1 1 1 - - - - 1 - - - 7
15 Tasikmalaya 2 2 1 - - - - - - - - - - - - 5
16 Semarang 2 2 1 - 1 - 1 - - - - - - 1 - 8
17 Surakarta 1 1 - - - - - 1 1 1 1 - - - 1 7
18 DI Yogyakarta 1 1 1 - 1 - 1 - - - - 1 - - - 6
19 Surabaya 1 1 1 - 1 - - - - - - 1 1 - - 6
20 Malang 2 3 - - - - 1 - - - - - - - - 6
21 Banten 1 - - - - - - - - - - - - - - 1
22 Denpasar 1 1 - - 1 - 1 - - - - - - - - 4
23 Mataram 2 1 - - - - 1 - - - - 1 - - - 5
24 Kupang 1 1 - - - - - - - - - - - - - 2
25 Pontianak 2 1 - - 1 - 1 - - - - 1 - - - 6
26 Palangkaraya 1 1 - - - - 1 - - - - - - - - 3
27 Banjarmasin 1 1 1 - 1 - 1 - - - - 1 - - - 6
28 Kalimantan Timur 1 1 - - - - - - - - - - - - - 2
29 Manado 1 1 - - 1 - 1 - - - - - - - - 4
30 Palu 1 1 - - - - - - - - - - - - - 2
31 Makassar 1 1 1 1 1 - 1 1 - - - 1 - - - 8
32 Kendari - 1 - - - - 1 - - - - - - - - 2
33 Gorontalo 1 1 - - - - - - - - - - - - - 2
34 Mamuju - - - - - - - - - - - - - - - 0
35 Maluku - - - - - - - - - - - - - - - 0
36 Ternate 1 1 - - - - - - - - - - - - - 2
37 Jayapura 1 1 - - - - 1 - - - - - - - - 3
38 Sorong 1 1 - - - - - - - - - - - - - 2
Jumlah 34 36 9 1 13 2 19 3 1 1 1 9 2 2 2 135
Sumber : Badan PPSDM Kesehatan, Kemenkes RI, 2017
Catatan: - = tidak ada program studi di poltekkes
Lampiran 2.14
JUMLAH PESERTA DIDIK PROGRAM DIPLOMA IV POLTEKKES BERDASARKAN JENIS TENAGA KESEHATAN TAHUN 2016
Teknik Radio
Keperawatan
Keperawatan
Elektromedik
Akupunktur
Lingkungan
Fisioterapi
Kebidanan
Kesehatan
Diagnostik
Fisioterapi
Kesehatan
Kesehatan
Prostetik
Promosi
Farmasi
Okupasi
Ortotik
Profesi
Teknik
No Poltekkes Jumlah
Wicara
Terapi
Analis
Terapi
Gizi
Gigi
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13) (14) (15) (16) (17) (18) (19)
1 Aceh 146 147 161 - 154 - 274 - - - - - - - - - 882
2 Medan 110 175 - - - - 286 - - - - - - - - - 571
3 Padang - 262 - - 119 - 194 - - - - - - - - - 575
4 Riau 151 189 - - - - - - - - - - - - - - 340
5 Jambi 107 170 65 - - - - - - - - - - - - - 342
6 Palembang 130 115 - 215 - - 74 - - - - - - - - - 534
7 Bengkulu 156 167 - - - 50 159 - - - - - - - - - 532
8 Tanjung Karang 50 98 - - 48 - - - - - - - 50 - - - 246
9 Tanjung Pinang - - - - - - - - - - - - - - - - 0
10 Pangkal Pinang - - - - - - - - - - - - - - - - 0
11 Jakarta I - - - - - - - - - - - - - - - 72 72
12 Jakarta II - - - - 177 - 219 - - - - - - 299 327 - 1.022
13 Jakarta III - 167 - - - - - - 235 - - - 118 - - - 520
14 Bandung - - - - 148 42 155 - - - - - 173 - - - 518
15 Tasikmalaya - 334 134 - - - - - - - - - - - - - 468
16 Semarang 328 745 179 - 192 - 309 - - - - - - - 432 - 2.185
17 Surakarta 184 388 - - - - - 60 246 287 217 168 - - - 162 1.712
18 DI Yogyakarta 237 313 215 - 191 - 245 - - - - - 143 - - - 1.344
19 Surabaya 113 190 139 - 173 - - - - - - - 153 144 - - 912
20 Malang 474 892 - - - - 285 - - - - - - - - - 1.651
21 Banten 173 - - - - - - - - - - - - - - - 173
22 Denpasar 235 174 - - 103 - 186 - - - - - - - - - 698
23 Mataram 424 253 - - - - 247 - - - - - 253 - - - 1.177
24 Kupang - - - - - - - - - - - - - - - - 0
25 Pontianak 388 370 - - 193 - 231 - - - - - 281 - - - 1.463
26 Palangkaraya 124 124 - - - - 127 - - - - - - - - - 375
27 Banjarmasin 151 158 146 - 158 - 174 - - - - - 174 - - - 961
28 Kalimantan Timur 199 153 - - - - - - - - - - - - - - 352
29 Manado 334 249 - - 281 - 278 - - - - - - - - - 1.142
30 Palu - 228 - - - - - - - - - - - - - - 228
31 Makassar 242 142 249 59 219 - 209 - 243 - - - 149 - - - 1.512
32 Kendari - 277 - - - - 147 - - - - - 138 - - - 562
33 Gorontalo 467 510 - - - - - - - - - - - - - - 977
36 Ternate 121 119 - - - - - - - - - - - - - - 240
37 Jayapura 226 134 - - - - 157 - - - - - - - - - 517
38 Sorong 283 249 - - - - - - - - - - - - - - 532
Total 5.553 7.492 1.288 274 2.156 92 3.956 60 724 287 217 168 1.632 443 759 234 25.335
Sumber: Badan PPSDM Kesehatan, Kemenkes RI, 2017
Catatan: - = tidak ada program studi di poltekkes
Lampiran 2.15
JUMLAH JURUSAN/PROGRAM STUDI DIPLOMA III INSTITUSI POLITEKNIK KESEHATAN (POLTEKKES)
MENURUT JURUSAN DAN PROVINSI TAHUN 2016
Okupasi Terapi
Radiodiagnosti
Analis Farmasi
Terapi Wicara
Elektromedik
Keperawatan
Keperawatan
Akupunktur
Radioterapi
Lingkungan
Teknik Gigi
& Makanan
No Poltekkes Total
Fisioterapi
Kebidanan
Kesehatan
Kesehatan
Kesehatan
Informasi
Prostetik
Perekam
Farmasi
Ortotik
Teknik
Teknik
Analis
k dan
Jamu
Gigi
Gizi
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13) (14) (15) (16) (17) (18) (19) (20) (21)
1 Aceh 3 3 1 1 - - 1 1 - - - - - - - - - - 10
2 Medan 1 3 1 1 - - 1 1 - - - - 1 - - - - - 9
3 Padang 2 2 1 - - - 1 1 - - - - - - - - - - 7
4 Riau 1 1 - - - - - 1 - - - - - - - - - - 3
5 Jambi 1 1 1 - - - 1 - - - - - - - - - - - 4
6 Palembang 3 1 1 1 - - - 1 - - - - 1 - - - - - 8
7 Bengkulu 2 2 - - - - 1 1 - - - - 1 - - - - - 7
8 Tanjung Karang 2 2 1 1 - - 1 1 - - - - 1 - - - - - 9
9 Tanjung Pinang 1 1 - - - - 1 - - - - - - - - - - - 3
10 Pangkal Pinang 1 1 - 1 - - - 1 - - - - - - - - - - 4
11 Jakarta I 1 1 1 - - - - - - - - - - - - - - - 3
12 Jakarta II - 1 1 - 1 1 - - - - - 1 1 1 - - 7
13 Jakarta III 1 1 - - - - - - - - - - 1 - - - - - 3
14 Bandung 2 3 1 1 - - 1 1 - - - - 1 - - - - - 10
15 Tasikmalaya 2 2 1 1 - - - 2 - - - - - - - - - 2 10
16 Semarang 5 4 1 - - - 1 1 - - - - 1 - 2 - - 1 16
17 Surakarta 1 1 - - - 1 - - 1 1 1 1 - - - - 1 - 8
18 DI Yogyakarta 1 1 1 - - - 1 1 - - - - 1 - - - - - 6
19 Surabaya 4 3 1 - - - 2 1 - - - - 1 1 - - - - 13
20 Malang 3 3 - - - - - 1 - - - - - - - - - 1 8
21 Banten 1 1 - - - - - - - - - - 1 - - - - - 3
22 Denpasar 1 1 1 - - - 1 1 - - - - 1 - - - - - 6
23 Mataram 2 1 - - - - - 1 - - - - 1 - - - - - 5
24 Kupang 3 1 1 1 - - 1 1 - - - - 1 - - - - - 9
25 Pontianak 1 1 1 - - - 1 1 - - - - 1 - - - - - 6
26 Palangkaraya 1 1 - - - - - 1 - - - - - - - - - - 3
27 Banjarmasin 1 1 1 - - - 1 1 - - - - 1 - - - - - 6
28 Kalimantan Timur 1 2 - - - - - - - - - - 1 - - - - - 4
29 Manado 1 1 1 1 - - 1 1 - - - - 1 - - - - - 7
30 Palu 2 2 - - - - 1 1 - - - - - - - - - - 6
31 Makassar 2 1 1 - - - 1 1 1 - - - 1 - - - - - 8
32 Kendari 1 1 - - - - - 1 - - - - 1 - - - - - 4
33 Gorontalo 1 1 - - - - - 1 - - - - - - - - - - 3
34 Mamuju 1 1 - - - - 1 1 - - - - - - - - - - 4
35 Maluku 3 2 - - - - 1 1 - - - - 1 - - - - - 8
36 Ternate 1 1 - - - - 1 1 - - - - 1 - - - - - 5
37 Jayapura 7 4 - 1 - - 2 1 - - - - 1 - - - - - 16
38 Sorong 3 2 - - - - - 1 - - - - - - - - - - 6
Jumlah 70 61 18 11 1 1 25 32 2 1 1 1 22 2 3 1 1 4 257
Sumber: Badan PPSDM Kesehatan, Kemenkes RI, 2017
Catatan: - = tidak ada program studi di poltekkes
Lampiran 2.16
JUMLAH PESERTA DIDIK PROGRAM DIPLOMA III POLTEKKES BERDASARKAN JENIS TENAGA KESEHATAN TAHUN 2016
Teknik Radio
Keperawatan
Keperawatan
Elektromedik
Akupunktur
Farmasi dan
Teknik Gigi
Lingkungan
Kebidanan
Fisioterapi
Kesehatan
Diagnostik
Kesehatan
Kesehatan
Informasi
Perekam
Prostetik
Makanan
Okupasi
Farmasi
Ortotik
Teknik
No Poltekkes Jumlah
Terapi
Wicara
Analis
Analis
Terapi
Jamu
Gizi
Gigi
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13) (14) (15) (16) (17) (18) (19) (20) (21)
1 Aceh 783 519 316 259 - - 106 186 - - - - - - - - - - 2.169
2 Medan 347 761 321 293 - - 306 290 - - - - - 299 - - - - 2.617
3 Padang 621 507 247 - - - 281 259 - - - - - - - - - - 1.915
4 Riau 115 120 - - - - - 232 - - - - - - - - - - 467
5 Jambi 179 135 146 - - - 137 - - - - - - - - - - - 597
6 Palembang 694 229 203 - - - - 221 - - - - - 167 - - - - 1.514
7 Bengkulu 425 373 - - - - 244 235 - - - - - 251 - - - - 1.528
8 Tanjung Karang 104 181 51 49 - - 79 49 - - - - 32 98 - - - - 643
9 Tanjung Pinang 222 228 - - - - 197 - - - - - - - - - - - 647
10 Pangkal Pinang 100 97 - 97 - - - 89 - - - - - - - - - - 383
11 Jakarta I 239 235 202 - - - - - - - - - - - - - - 676
12 Jakarta II - - - 403 227 - 183 212 - - - - 231 - 182 121 - - 1.559
13 Jakarta III 592 425 - - - - - - - - - - - 239 - - - - 1.256
14 Bandung 601 590 176 179 - - 121 236 - - - - - 238 - - - - 2.141
15 Tasikmalaya 478 301 153 118 - - - 237 - - - - - - - - - 238 1.525
16 Semarang 1.501 625 238 - - - 274 171 - - - - - 261 358 - - 213 3.641
17 Surakarta 522 259 - - - 265 - - 263 217 167 138 - - - - 126 - 1.957
18 DI Yogyakarta 162 199 181 - - - 248 141 - - - - - 178 - - - - 1.109
19 Surabaya 790 482 149 - - - 327 102 - - - - - 148 - 152 - - 2.150
20 Malang 821 692 - - - - - 334 - - - - - - - - - 228 2.075
21 Banten 330 253 - - - - - - - - - - - 303 - - - - 886
22 Denpasar 335 176 158 - - - 103 146 - - - - - 152 - - - - 1.070
23 Mataram 434 177 - - - - - 144 - - - - - 250 - - - - 1.005
24 Kupang 898 353 186 259 - - 242 204 - - - - - 181 - - - - 2.323
25 Pontianak 354 246 324 - - 188 237 - - - - - 229 - - - - 1.578
26 Palangkaraya 268 272 - - - - 75 - - - - - - - - - - 615
27 Banjarmasin 115 156 122 - - 119 133 - - - - - 136 - - - - 781
28 Kalimantan Timur 450 268 - - - - - - - - - - 235 - - - - 953
29 Manado 334 246 197 205 - - 140 167 - - - - - 209 - - - - 1.498
30 Palu 496 474 - - - 209 155 - - - - - - - - - - 1.334
31 Makassar 861 287 199 390 - - 188 220 198 - - - - 193 - - - - 2.536
32 Kendari 328 306 - - - - - 178 - - - - - 138 - - - - 950
33 Gorontalo 445 429 - - - - - 128 - - - - - - - - - - 1.002
34 Mamuju 94 139 - - - - 80 130 - - - - - - - - - - 443
35 Maluku 1.073 574 - - - - 321 258 - - - - - 228 - - - - 2.454
36 Ternate 318 300 - - - - 136 123 - - - - - 139 - - - - 1.016
37 Jayapura 1.837 727 - 156 - - 216 141 - - - - - 235 - - - - 3.312
38 Sorong 792 538 - - - - - 86 - - - - - - - - - - 1.416
Total 19.058 12.879 3.569 2.408 227 265 4.445 5.519 461 217 167 138 263 4.507 540 273 126 679 55.741
Sumber: Badan PPSDM Kesehatan, Kemenkes RI, 2017
Catatan: - = tidak ada program studi di poltekkes
Lampiran 2.17
JUMLAH PESERTA DIDIK DIPLOMA III POLTEKKES MENURUT JENIS TENAGA KESEHATAN
TAHUN AJARAN 2014/2015 SAMPAI DENGAN 2016/2017
Produksi Perbekalan
Industri Obat Tradisional Usaha Kecil Obat
No Provinsi Industri Farmasi Produksi Alat Kesehatan Kesehatan dan Rumah Industri Kosmetika
(IOT) Tradisional (UKOT)
Tangga (PKRT)
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)
1 Aceh 0 0 9 0 0 0
2 Sumatera Utara 4 0 6 8 10 16
3 Sumatera Barat 1 0 19 0 1 4
4 Riau 0 0 0 0 0 0
5 Jambi 0 0 2 1 1 1
6 Sumatera Selatan 1 1 0 2 1 0
7 Bengkulu 0 0 0 0 0 0
8 Lampung 0 0 5 1 0 3
9 Kepulauan Bangka Belitung 0 0 0 0 0 0
10 Kepulauan Riau 0 0 4 3 3 0
11 DKI Jakarta 35 15 104 41 26 72
12 Jawa Barat 81 42 222 47 45 101
13 Jawa Tengah 21 21 59 14 23 51
14 DI Yogyakarta 1 1 24 3 2 12
15 Jawa Timur 42 16 226 24 27 92
16 Banten 24 13 68 13 24 66
17 Bali 0 1 10 0 1 24
18 Nusa Tenggara Barat 0 0 8 1 0 0
19 Nusa Tenggara Timur 0 0 0 0 0 0
20 Kalimantan Barat 0 0 7 0 0 1
21 Kalimantan Tengah 0 0 0 0 0 0
22 Kalimantan Selatan 0 1 13 0 1 7
23 Kalimantan Timur 0 0 0 0 0 0
24 Kalimantan Utara 0 0 0 0 0 0
25 Sulawesi Utara 0 0 8 0 0 0
26 Sulawesi Tengah 0 0 0 0 0 0
27 Sulawesi Selatan 0 1 33 0 0 3
28 Sulawesi Tenggara 0 0 0 0 0 0
29 Gorontalo 0 0 1 0 0 1
30 Sulawesi Barat 0 0 0 0 0 0
31 Maluku 0 0 0 0 0 0
32 Maluku Utara 0 0 0 0 0 0
33 Papua Barat 0 0 0 0 0 0
34 Papua 0 0 0 0 0 0
Indonesia 210 112 828 158 165 454
Sumber: Ditjen Kefarmasian dan Alat Kesehatan, Kemenkes RI, 2017
Lampiran 2.19
JUMLAH SARANA DISTRIBUSI
BIDANG KEFARMASIAN DAN ALAT KESEHATAN MENURUT PROVINSI TAHUN 2015
No Provinsi Pedagang Besar Farmasi Apotek Toko Obat Penyalur Alat Kesehatan (PAK)
Tenaga Keperawatan
Tenaga Kefarmasian
Dokter Gigi Spesialis
Tenaga Kebidanan
Tenaga Kesehatan
Tenaga Kesehatan
Tenaga Total
Dokter Spesialis
Tenaga Teknik
Dokter Umum
Tradisional
Tenaga Gizi
Dokter Gigi
No Provinsi Penunjang SDM
Biomedika
Jumlah
Kesehatan Kesehatan
lain
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13) (14) (15) (16) (17) (18) (19) (20) (21)
1 Aceh 1.316 1.602 20 301 50 10.466 8.788 1.220 2.790 959 609 423 849 1.259 0 3.491 34.143 6.559 40.702
2 Sumatera Utara 3.477 2.871 37 815 26 14.824 15.338 1.604 1.504 598 958 251 866 1.270 8 275 44.722 11.607 56.329
3 Sumatera Barat 944 1.037 18 387 18 7.617 5.641 1.095 431 398 565 154 1.081 1.061 0 19 20.466 6.286 26.752
4 Riau 1.332 1.340 37 362 36 8.107 6.250 1.082 543 254 409 183 591 881 1 32 21.440 7.075 28.515
5 Jambi 398 681 9 197 12 6.452 4.523 703 360 360 251 88 453 673 0 0 15.160 4.228 19.388
6 Sumatera Selatan 1.553 1.208 19 253 43 11.437 8.735 1.329 1.236 590 543 209 878 1.028 10 0 29.071 9.185 38.256
7 Bengkulu 191 422 7 109 8 3.600 3.091 407 924 146 309 29 129 375 0 19 9.766 2.522 12.288
8 Lampung 656 857 14 207 5 4.057 3.449 445 594 365 203 52 367 577 0 695 12.543 4.510 17.053
9 Kepulauan Bangka Belitung 187 403 4 84 9 2.896 1.145 327 176 132 158 52 222 337 0 28 6.160 2.941 9.101
10 Kepulauan Riau 391 407 14 93 6 2.786 1.169 324 121 94 107 45 166 304 0 13 6.040 2.605 8.645
11 DKI Jakarta 6.117 3.933 353 1.039 52 22.982 4.458 4.617 660 444 1.135 658 2.015 3.069 9 147 51.688 25.217 76.905
12 Jawa Barat 7.881 5.166 396 1.696 64 33.527 17.629 4.789 1.274 1.203 1.503 670 2.860 3.757 21 30 82.466 35.208 117.674
13 Jawa Tengah 5.533 4.450 163 1.101 118 35.773 17.670 4.558 1.003 1.313 1.816 947 2.885 4.298 2 513 82.143 31.729 113.872
14 DI Yogyakarta 1.107 847 131 283 42 6.353 1.508 1.078 199 214 364 199 728 912 0 0 13.965 5.898 19.863
15 Jawa Timur 5.882 4.539 167 1.473 671 33.377 18.126 4.609 1.071 1.285 1.845 552 2.001 3.690 30 230 79.548 36.755 116.303
16 Banten 2.679 1.491 112 478 27 8.973 5.404 1.303 489 263 466 307 1.062 1.111 0 146 24.311 9.355 33.666
17 Bali 1.075 1.144 29 389 8 6.764 3.597 738 270 395 431 72 491 791 0 4 16.198 7.852 24.050
18 Nusa Tenggara Barat 359 679 17 142 11 5.391 2.966 524 343 498 552 68 443 628 0 0 12.621 5.011 17.632
19 Nusa Tenggara Timur 354 647 1 169 8 6.583 3.991 725 749 663 555 103 606 727 3 803 16.687 5.443 22.130
20 Kalimantan Barat 504 664 23 142 14 5.433 2.702 693 444 366 441 84 570 623 0 1.467 14.170 4.881 19.051
21 Kalimantan Tengah 207 503 10 99 5 4.279 1.865 373 417 208 394 34 290 360 0 1.000 10.044 2.319 12.363
22 Kalimantan Selatan 924 718 12 192 19 4.553 2.087 622 727 330 405 52 726 541 0 1.764 13.672 3.335 17.007
23 Kalimantan Timur 694 1.004 34 283 8 7.254 2.878 892 224 263 331 99 344 720 0 0 15.028 7.024 22.052
24 Kalimantan Utara 82 165 7 47 3 1.184 364 97 192 48 54 17 51 102 0 139 2.552 596 3.148
25 Sulawesi Utara 764 916 3 96 10 4.802 1.184 474 313 375 350 94 303 127 0 379 10.190 3.257 13.447
26 Sulawesi Tengah 472 476 9 123 22 4.530 2.628 566 1.247 318 207 69 203 273 0 987 12.130 3.020 15.150
27 Sulawesi Selatan 2.160 1.516 45 681 11 12.448 5.775 1.483 1.416 821 945 302 1.045 1.391 0 180 30.219 7.506 37.725
28 Sulawesi Tenggara 235 395 3 152 12 4.325 2.986 579 1.093 486 651 62 277 322 0 260 11.838 2.398 14.236
29 Gorontalo 155 266 2 48 1 1.693 1.038 217 387 171 280 18 72 113 2 0 4.463 1.730 6.193
30 Sulawesi Barat 70 165 6 75 0 1.675 1.335 183 211 105 118 25 96 123 0 1 4.188 1.014 5.202
31 Maluku 150 206 3 32 5 3.475 1.167 212 301 294 342 25 63 113 0 21 6.409 1.397 7.806
32 Maluku Utara 111 258 4 39 2 2.049 1.708 271 498 108 270 31 60 176 2 0 5.587 1.451 7.038
33 Papua Barat 116 186 0 38 0 1.478 552 162 164 78 107 13 64 128 0 694 3.780 913 4.693
34 Papua 291 736 9 92 7 5.733 1.794 528 578 364 558 57 121 587 425 789 12.669 3.876 16.545
Indonesia 48.367 41.898 1.718 11.717 1.333 296.876 163.541 38.829 22.949 14.509 18.232 6.044 22.978 32.447 513 14.126 736.077 264.703 1.000.780
Sumber : Badan Pengembangan dan Pemberdayaan Sumber Daya Manusia Kesehatan, Kemenkes RI, 2017 (http://bppsdmk.kemkes.go.id)
Lampiran 3.2
JUMLAH SUMBER DAYA MANUSIA KESEHATAN DI PUSKESMAS
MENURUT JENIS TENAGA DAN PROVINSI TAHUN 2016
Persentase Puskesmas dengan Kecukupan Dokter Persentase Puskesmas dengan Kecukupan Dokter Gigi Persentase Puskesmas dengan Kecukupan Perawat Persentase Puskesmas dengan Kecukupan Bidan
No Provinsi
Cukup Kurang Lebih Cukup Kurang Lebih Cukup Kurang Lebih Cukup Kurang Lebih
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13) (14)
1 Aceh 27,73 13,86 53,98 38,35 53,39 3,83 4,42 22,71 68,44 4,42 12,09 79,06
2 Sumatera Utara 26,80 18,91 47,81 34,15 38,88 20,49 6,83 22,42 64,27 1,40 4,03 88,09
3 Sumatera Barat 37,88 25,00 37,12 64,77 21,21 14,02 8,71 29,55 61,74 0,38 0,76 98,86
4 Riau 24,06 8,02 65,57 54,72 22,64 20,28 4,25 7,08 86,32 1,89 7,08 88,68
5 Jambi 36,36 19,32 44,32 64,20 28,98 6,82 3,98 9,66 86,36 1,70 3,41 94,89
6 Sumatera Selatan 38,51 34,16 27,33 32,61 65,53 1,86 4,66 11,18 84,16 3,11 13,04 83,85
7 Bengkulu 44,44 31,11 24,44 33,33 64,44 2,22 6,11 16,67 77,22 2,78 7,22 90,00
8 Lampung 28,87 25,43 28,52 24,40 49,83 8,59 8,25 32,30 42,27 5,50 25,77 51,55
9 Kepulauan Bangka Belitung 24,19 6,45 67,74 56,45 24,19 17,74 0,00 3,23 95,16 0,00 4,84 93,55
10 Kepulauan Riau 11,11 9,72 45,83 38,89 16,67 11,11 0,00 4,17 62,50 1,39 5,56 59,72
11 DKI Jakarta 40,00 2,35 57,06 71,76 8,53 19,12 2,06 82,94 14,41 6,47 74,71 18,24
12 Jawa Barat 40,86 11,43 47,71 45,71 42,00 12,29 10,10 28,48 61,43 5,33 6,38 88,29
13 Jawa Tengah 41,60 17,71 40,34 58,17 35,20 6,29 11,66 30,97 57,03 2,97 9,26 87,43
14 DI Yogyakarta 29,75 7,44 55,37 66,12 4,13 22,31 17,36 28,93 46,28 5,79 19,01 67,77
15 Jawa Timur 40,21 27,92 31,46 57,29 25,00 17,29 7,81 17,40 74,38 3,33 6,88 89,38
16 Banten 26,61 31,33 41,20 39,91 37,34 21,89 9,87 31,33 57,94 4,72 6,01 88,41
17 Bali 15,83 3,33 80,83 29,17 0,83 70,00 7,50 5,00 87,50 0,83 1,67 97,50
18 Nusa Tenggara Barat 31,01 34,81 34,18 56,96 37,34 5,70 2,53 14,56 82,91 3,80 17,09 79,11
19 Nusa Tenggara Timur 30,73 50,40 9,97 25,88 62,53 2,70 3,50 32,35 55,26 2,96 36,39 51,75
20 Kalimantan Barat 41,84 34,31 18,41 27,62 65,27 1,67 8,37 26,36 59,83 6,69 27,62 60,25
21 Kalimantan Tengah 40,00 26,67 28,72 27,18 65,64 2,56 2,56 11,28 81,54 6,67 36,92 51,79
22 Kalimantan Selatan 24,78 27,39 40,87 32,61 53,04 7,39 6,96 29,57 56,52 5,22 35,22 52,61
23 Kalimantan Timur 27,01 14,94 58,05 59,20 14,37 26,44 4,60 14,37 81,03 6,32 13,79 79,89
24 Kalimantan Utara 20,00 16,00 36,00 22,00 34,00 16,00 2,00 36,00 34,00 6,00 52,00 14,00
25 Sulawesi Utara 18,72 26,20 47,59 19,25 73,26 0,00 4,28 25,13 63,10 3,74 52,94 35,83
26 Sulawesi Tengah 34,92 34,39 17,99 30,69 52,38 4,23 5,82 33,33 48,15 3,70 31,22 52,38
27 Sulawesi Selatan 34,60 34,15 27,23 45,09 31,70 19,20 8,93 26,56 60,49 12,72 27,90 55,36
28 Sulawesi Tenggara 34,94 49,44 8,92 34,57 57,25 1,49 6,32 24,54 62,45 6,69 30,86 55,76
29 Gorontalo 45,16 19,35 26,88 31,18 58,06 2,15 7,53 18,28 65,59 7,53 6,45 77,42
30 Sulawesi Barat 38,30 53,19 8,51 38,30 52,13 9,57 10,64 31,91 57,45 2,13 17,02 80,85
31 Maluku 10,05 77,39 1,51 6,03 82,91 0,00 6,53 22,11 60,30 5,53 59,30 24,12
32 Maluku Utara 38,58 45,67 15,75 9,45 87,40 3,15 13,39 26,77 59,84 3,94 17,32 78,74
33 Papua Barat 13,25 53,64 3,97 10,60 58,94 1,32 3,31 37,75 29,80 4,64 52,98 13,25
34 Papua 24,87 44,92 14,21 5,58 76,90 1,52 5,33 31,47 47,21 6,60 59,14 18,27
Indonesia 33,57 26,35 35,49 41,26 43,15 11,00 7,20 26,17 62,04 4,48 20,53 70,40
Sumber : Badan Pengembangan dan Pemberdayaan Sumber Daya Manusia Kesehatan, Kemenkes RI, 2016 (http://bppsdmk.kemkes.go.id)-(diolah oleh Pusat Data dan Informasi, Kemenkes RI)
Catatan: *dari 9756 puskesmas yang melaporkan data
Lampiran 3.4
JUMLAH PUSKESMAS YANG MEMILIKI LIMA JENIS TENAGA KESEHATAN PROMOTIF DAN PREVENTIF
MENURUT PROVINSI TAHUN 2016
Kesehatan Lingkungan
Kesehatan Masyarakat
Keteknisian Medis
Teknik Biomedika
Tenaga Kesehatan
Tenaga Kesehatan
Keterapian Fisik
Tenaga
Dokter Spesialis
Psikologi Klinis
Dokter Umum
Total SDM
Tradisional
Dokter Gigi
Dokter Gigi
No Provinsi Penunjang
Spesialis
Kesehatan
Perawat
Farmasi
Jumlah
Bidan
Kesehatan
lain
Gizi
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13) (14) (15) (16) (17) (18) (19) (20) (21)
1 Aceh 1.313 822 19 128 48 6.151 2.224 652 353 254 185 268 513 939 0 0 13.869 4.002 17.871
2 Sumatera Utara 3.459 1.558 30 295 18 7.936 2.314 947 271 140 338 209 468 892 0 0 18.875 7.508 26.383
3 Sumatera Barat 942 612 16 119 18 5.035 931 661 79 96 255 140 617 704 0 0 10.225 3.521 13.746
4 Riau 1.314 695 37 147 32 4.343 1.431 716 151 58 189 167 376 634 1 0 10.291 4.335 14.626
5 Jambi 394 338 9 58 12 3.495 774 390 53 84 110 84 188 411 0 0 6.400 2.271 8.671
6 Sumatera Selatan 1.543 759 19 136 38 5.841 1.923 850 183 139 250 194 562 779 10 0 13.226 5.898 19.124
7 Bengkulu 190 204 7 38 3 1.654 503 236 253 32 160 28 76 232 0 0 3.616 1.096 4.712
8 Lampung 638 425 13 62 5 1.945 766 252 53 84 61 50 142 367 0 0 4.863 3.086 7.949
9 Kepulauan Bangka Belitung 187 231 4 27 8 1.777 324 220 54 47 72 51 137 233 0 0 3.372 1.741 5.113
10 Kepulauan Riau 388 242 14 48 6 2.013 473 244 34 37 55 44 141 249 0 0 3.988 1.769 5.757
11 DKI Jakarta 6.112 2.604 353 562 50 21.219 2.825 3.943 575 213 924 650 1.769 2.823 9 0 44.631 21.271 65.902
12 Jawa Barat 7.873 3.221 388 880 60 24.557 4.606 3.718 310 287 711 657 1.958 3.068 0 0 52.294 26.752 79.046
13 Jawa Tengah 5.515 2.884 158 467 113 28.471 5.200 3.534 233 429 990 849 1.980 3.400 2 0 54.225 22.293 76.518
14 DI Yogyakarta 1.094 570 129 144 20 5.536 652 752 68 92 221 180 498 716 0 0 10.672 3.948 14.620
15 Jawa Timur 5.861 2.777 160 529 662 21.890 4.664 3.596 253 427 949 504 1.322 2.807 25 0 46.426 25.554 71.980
16 Banten 2.676 1.110 111 271 27 7.022 1.470 1.110 284 85 238 296 450 922 0 0 16.072 7.493 23.565
17 Bali 1.071 721 28 118 8 5.382 1.524 559 58 100 259 69 268 642 0 0 10.807 5.744 16.551
18 Nusa Tenggara Barat 354 364 17 30 11 2.590 559 306 132 56 142 63 220 389 0 0 5.233 2.576 7.809
19 Nusa Tenggara Timur 346 344 1 51 8 2.420 699 306 75 105 116 83 281 374 0 0 5.209 3.277 8.486
20 Kalimantan Barat 503 359 20 63 13 2.887 678 435 63 84 135 81 194 408 0 0 5.923 3.359 9.282
21 Kalimantan Tengah 205 201 9 30 5 2.007 486 203 25 36 149 33 142 246 0 0 3.777 1.162 4.939
22 Kalimantan Selatan 863 383 12 80 19 2.939 704 382 53 125 150 50 233 373 0 0 6.366 2.595 8.961
23 Kalimantan Timur 692 526 33 86 7 4.945 905 556 14 51 137 93 189 485 0 0 8.719 3.971 12.690
24 Kalimantan Utara 82 67 7 13 3 803 149 50 13 9 14 17 37 62 0 0 1.326 363 1.689
25 Sulawesi Utara 759 435 3 57 9 2.805 227 222 77 77 82 66 94 97 0 0 5.010 2.225 7.235
26 Sulawesi Tengah 443 262 9 47 21 2.980 905 355 358 115 99 68 103 228 0 0 5.993 1.304 7.297
27 Sulawesi Selatan 2.153 834 44 280 9 8.136 1.797 922 464 189 348 280 556 1.043 0 0 17.055 5.163 22.218
28 Sulawesi Tenggara 225 182 3 48 12 1.597 588 242 168 75 157 45 120 213 0 0 3.675 818 4.493
29 Gorontalo 151 138 1 15 1 923 253 130 57 27 79 17 42 93 0 0 1.927 889 2.816
30 Sulawesi Barat 70 68 6 19 0 698 303 83 54 17 29 19 46 73 0 0 1.485 325 1.810
31 Maluku 147 153 3 20 4 1.380 305 110 80 79 97 19 42 93 0 0 2.532 725 3.257
32 Maluku Utara 107 128 3 17 1 934 348 136 96 22 68 26 41 118 0 0 2.045 559 2.604
33 Papua Barat 113 105 0 15 0 676 195 83 30 21 23 11 58 84 0 0 1.414 536 1.950
34 Papua 284 396 9 55 5 2.516 512 295 93 100 276 54 84 338 0 0 5.017 1.835 6.852
Indonesia 48.067 24.718 1.675 4.955 1.256 195.503 42.217 27.196 5.117 3.792 8.068 5.465 13.947 24.535 47 0 406.558 179.964 586.522
Sumber : Badan Pengembangan dan Pemberdayaan Sumber Daya Manusia Kesehatan, Kemenkes RI, 2017 (http://bppsdmk.kemkes.go.id)
Lampiran 3.6
JUMLAH DOKTER SPESIALIS DAN DOKTER GIGI SPESIALIS DI RUMAH SAKIT
MENURUT PROVINSI TAHUN 2016
Tenaga Keperawatan
Tenaga Kefarmasian
Dokter Gigi Spesialis
Tenaga Kebidanan
Kabupaten/Kota Tenaga
Dokter Spesialis
Dokter Umum
Total SDM
Tenaga Gizi
Dokter Gigi
No Provinsi Daerah Tertinggal, Penunjang
Kesehatan
Jumlah
Terdepan, dan Kesehatan
Terluar
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13) (14) (15) (16) (17) (18) (19) (20) (21) (22)
1 Aceh 3 64 181 2 37 5 1.006 1.232 136 193 105 89 24 127 135 0 92 3.428 659 4.087
2 Sumatera Utara 5 149 185 1 31 2 1.726 1.652 134 158 44 163 23 48 105 0 66 4.487 875 5.362
3 Sumatera Barat 3 22 101 0 34 0 842 963 89 77 43 44 5 83 53 0 0 2.356 561 2.917
4 Riau 6 304 551 4 127 3 2.954 2.642 384 164 102 140 53 211 275 0 17 7.931 2.846 10.777
5 Sumatera Selatan 2 7 81 0 10 0 780 778 62 55 36 32 5 27 39 0 0 1.912 441 2.353
6 Bengkulu 1 2 17 0 10 3 271 477 21 45 13 18 2 1 23 0 0 903 221 1.124
7 Lampung 2 4 55 0 10 0 91 133 8 29 9 10 0 2 6 0 163 520 65 585
8 Kepulauan Riau 5 349 323 13 73 6 2.261 944 256 91 74 74 38 130 248 0 9 4.889 2.340 7.229
9 Jawa Timur 4 112 218 9 98 7 2.770 2.203 197 53 80 154 10 79 158 0 1 6.149 2.240 8.389
10 Banten 2 84 137 2 34 2 1.311 2.071 101 285 79 88 8 432 35 0 21 4.690 973 5.663
11 Nusa Tenggara Barat 8 159 451 10 113 7 3.942 2.552 333 231 377 424 34 299 369 0 0 9.301 3.283 12.584
12 Nusa Tenggara Timur 19 320 543 1 145 8 5.405 3.155 622 662 546 477 81 484 607 3 803 13.862 4.721 18.583
13 Kalimantan Barat 9 140 333 7 59 3 2.951 1.654 261 240 203 233 31 288 278 0 1.397 8.078 2.129 10.207
14 Kalimantan Tengah 1 6 27 0 3 0 242 143 17 8 8 17 2 13 21 0 0 507 111 618
15 Kalimantan Selatan 1 10 27 0 7 0 223 254 41 21 29 31 2 24 19 0 0 688 168 856
16 Kalimantan Timur 2 15 64 0 25 0 603 209 49 17 32 34 4 12 34 0 0 1.098 571 1.669
17 Kalimantan Utara 2 28 64 2 17 2 405 144 43 54 24 29 7 13 40 0 66 938 390 1.328
18 Sulawesi Utara 2 32 102 0 4 0 433 84 51 54 50 63 3 16 12 0 173 1.077 230 1.307
19 Sulawesi Tengah 9 125 163 0 46 5 1.710 1.265 244 519 140 78 20 106 137 0 598 5.156 1.343 6.499
20 Sulawesi Selatan 1 10 40 0 24 0 220 169 38 57 33 35 2 27 22 0 0 677 138 815
21 Sulawesi Tenggara 3 19 63 0 31 0 655 330 86 101 80 113 7 45 44 0 1 1.575 529 2.104
22 Gorontalo 3 22 87 1 12 0 639 462 81 161 61 119 2 17 41 0 0 1.705 487 2.192
23 Sulawesi Barat 2 25 50 2 28 0 572 499 46 101 37 38 3 23 41 0 1 1.466 249 1.715
24 Maluku 8 33 115 0 16 4 2.401 875 137 206 236 257 13 32 70 0 0 4.395 777 5.172
25 Maluku Utara 6 20 105 2 13 1 1.100 950 139 276 60 136 14 21 85 0 0 2.922 612 3.534
26 Papua Barat 7 23 45 0 3 0 564 175 43 47 33 51 1 20 33 0 268 1.306 290 1.596
27 Papua 27 249 648 9 75 7 4.926 1.428 454 530 299 499 46 101 528 425 789 11.013 3.493 14.506
Indonesia 143 2.333 4.776 65 1.085 65 41.003 27.443 4.073 4.435 2.833 3.446 440 2.681 3.458 428 4.465 103.029 30.742 133.771
Sumber : Badan Pengembangan dan Pemberdayaan Sumber Daya Manusia Kesehatan, Kemenkes RI, 2017 (http://bppsdmk.kemkes.go.id)
*berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 131 Tahun 2015 dan Surat Direktorat Kawasan Khusus dan Daerah Tertinggal, Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/BAPPENAS no 2421/Dt.7.2/04/2015
Lampiran 3.9
JUMLAH DOKTER UMUM, DOKTER SPESIALIS, DOKTER GIGI DAN DOKTER GIGI SPESIALIS YANG MEMILIKI SURAT TANDA REGISTRASI
MENURUT PROVINSI SAMPAI DENGAN 31 DESEMBER TAHUN 2016
Dokter Spesialis Dasar Dokter Spesialis Penunjang Dokter Gigi Spesialis Dasar
Dokter Umum
Spesialis Lain
Dokter Gigi
Spesialis Prostodonsia
Spesialis Anestesiologi
Spesialis Periodonsia
Spesialis Kedokteran
Spesialis Ortodonsia
Spesialis Konservasi
Spesialis Radiologi
Spesialis Radiologi
Spesialis Penyakit
Spesialis Penyakit
dan Maksilofasial
Spesialis Patologi
Spesialis Patologi
Kedokteran Gigi
Spesialis Bedah
No Provinsi Total
Spesialis Anak
Ginekologi
Gigi Anak
Anatomi
Dalam
Klinik
Mulut
Gigi
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13) (14) (15) (16) (17) (18) (19) (20) (21) (22)
1 Aceh 3.150 82 70 48 63 33 15 24 5 197 416 3 4 3 3 4 3 1 0 4.124
2 Sumatera Utara 8.911 264 281 166 280 107 41 102 45 709 1.805 15 14 6 42 8 6 1 4 12.807
3 Sumatera Barat 2.858 111 81 76 87 27 14 37 18 309 791 4 4 2 6 2 2 1 1 4.431
4 Riau 3.177 65 76 47 100 37 19 17 13 207 727 5 6 1 10 3 1 0 0 4.511
5 Jambi 1.346 33 26 25 37 15 8 8 7 74 228 1 1 0 3 1 0 0 0 1.813
6 Sumatera Selatan 2.922 152 109 76 167 35 15 15 24 252 445 3 6 1 4 3 2 0 0 4.231
7 Bengkulu 691 17 15 13 19 7 4 5 1 21 121 1 0 0 1 1 0 0 0 917
8 Lampung 2.197 50 46 44 56 20 23 15 8 101 263 4 1 0 3 2 3 0 0 2.836
9 Kepulauan Bangka Belitung 419 14 10 10 14 6 6 8 3 29 95 1 4 0 1 0 1 0 0 621
10 Kepulauan Riau 870 21 34 19 38 15 8 10 8 71 226 3 0 1 1 2 2 0 0 1.329
11 DKI Jakarta 17.493 622 709 373 823 418 253 180 82 2.894 5.380 105 230 78 217 134 95 36 3 30.125
12 Jawa Barat 18.182 462 625 334 546 294 198 182 71 1.768 4.303 90 95 34 135 61 82 11 10 27.483
13 Jawa Tengah 10.903 440 344 296 361 212 147 113 50 1.245 1.869 25 42 11 44 19 14 1 0 16.136
14 DI Yogyakarta 3.588 174 151 100 125 69 55 50 24 455 1.033 31 61 14 61 25 36 1 1 6.054
15 Jawa Timur 14.188 457 465 318 513 292 233 203 95 1.987 4.264 47 212 55 130 88 93 21 4 23.665
16 Banten 5.648 123 180 83 160 83 44 35 13 502 1.714 19 38 10 22 18 29 4 0 8.725
17 Bali 3.682 135 139 103 181 104 38 20 30 429 1.030 4 10 3 7 6 7 1 1 5.930
18 Nusa Tenggara Barat 1.108 25 21 19 31 12 7 10 2 77 196 1 1 1 2 3 3 1 0 1.520
19 Nusa Tenggara Timur 730 27 16 16 22 8 10 9 4 32 190 0 1 0 2 0 0 1 0 1.068
20 Kalimantan Barat 1.058 29 32 26 42 16 17 11 5 77 189 3 1 0 2 1 2 2 0 1.513
21 Kalimantan Tengah 653 22 12 14 21 9 10 14 2 45 115 2 0 3 1 0 2 0 0 925
22 Kalimantan Selatan 1.275 44 37 27 40 22 13 21 7 128 248 3 7 2 3 1 1 1 0 1.880
23 Kalimantan Timur 1.787 49 55 44 67 29 19 21 4 177 438 10 6 1 10 2 5 1 0 2.725
24 Kalimantan Utara 212 8 8 5 9 1 3 6 0 13 58 1 2 0 0 1 1 1 0 329
25 Sulawesi Utara 2.491 99 69 47 72 18 9 8 7 162 175 2 3 0 2 0 1 0 0 3.165
26 Sulawesi Tengah 603 18 16 19 20 6 11 7 2 62 120 1 1 0 0 0 1 0 0 887
27 Sulawesi Selatan 4.068 168 134 141 163 99 93 77 28 549 1.390 12 18 5 10 25 7 0 1 6.988
28 Sulawesi Tenggara 505 17 12 14 18 7 7 8 2 37 183 0 1 0 0 0 1 0 0 812
29 Gorontalo 298 15 12 9 9 6 4 4 0 29 45 2 1 0 0 0 1 0 0 435
30 Sulawesi Barat 127 5 9 4 5 1 1 3 0 12 70 1 1 2 0 1 0 0 0 242
31 Maluku 383 7 4 7 10 1 2 3 2 29 65 1 2 0 0 0 1 0 0 517
32 Maluku Utara 215 7 6 4 6 1 1 3 0 8 42 1 3 0 1 0 1 0 0 299
33 Papua Barat 257 8 5 9 12 2 4 3 0 7 40 0 0 0 0 1 0 0 0 348
34 Papua 839 14 29 24 19 6 3 9 1 45 95 2 1 2 0 0 0 1 0 1.090
Indonesia 116.834 3.784 3.838 2.560 4.136 2.018 1.335 1.241 563 12.739 28.369 403 777 235 723 412 403 86 25 180.481
Sumber: Sekretariat Konsil Kedokteran Indonesia, 2017
Lampiran 3.10
JUMLAH PENERBITAN SURAT TANDA REGISTRASI TENAGA KESEHATAN
MENURUT PROVINSI TAHUN 2016
Tenaga
Tenaga Kesehatan
Tenaga Keterapian Fisik Tenaga Keteknisian Medik Tenaga Teknik Biomedika Kesehatan
Masyarakat
Tradisional
Tenaga Kebidanan
Tradisional Komplementer
Teknisi Pelayanan Darah
Tenaga
Teknik Kardiovaskular
Kesehatan Masyarakat
Ortotis Prostetik
Fisikawan Medis
Okupasi Terapis
Penata Anestesi
Terapis Wicara
Klinis
Elektromedis
Rekam Medis
Akupunktur
Radiografer
Teknisi Gigi
Fisioterapi
Medik
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13) (14) (15) (16) (17) (18) (19) (20) (21) (22) (23) (24) (25) (26) (27)
1 Aceh 1.899 2.797 895 0 179 178 40 0 0 0 43 0 0 4 0 0 109 43 78 201 0 0 0 13 6.479
2 Sumatera Utara 7.259 8.534 705 0 145 198 178 0 0 0 83 0 0 80 0 44 220 128 66 582 2 0 0 4 18.228
3 Sumatera Barat 3.380 3.824 657 0 171 169 108 0 0 0 686 0 0 57 8 2 0 64 44 292 0 0 0 12 9.474
4 Riau 1.387 1.403 1.376 0 1 29 87 2 0 0 89 0 0 17 1 70 25 4 2 82 0 0 0 50 4.625
5 Jambi 2.113 2.165 99 0 102 103 50 0 0 0 10 0 0 6 6 7 165 18 14 284 0 0 0 3 5.145
6 Sumatera Selatan 2.826 3.210 1.016 0 247 164 134 3 0 0 87 0 0 20 3 5 192 92 5 339 0 0 0 13 8.356
7 Bengkulu 744 1.074 323 0 23 38 1 0 0 0 0 0 0 3 0 1 5 2 1 129 0 0 0 3 2.347
8 Lampung 1.787 2.817 96 0 110 80 1 0 0 0 3 0 0 1 8 2 60 134 0 158 1 0 0 6 5.264
9 Kepulauan Bangka Belitung 371 262 8 0 18 56 4 0 1 0 7 0 0 0 0 0 8 2 1 31 0 0 0 1 770
10 Kepulauan Riau 610 920 19 0 75 2 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 4 0 0 8 0 0 0 2 1.642
11 DKI Jakarta 6.205 4.273 336 0 283 427 368 63 41 1 154 8 7 146 134 39 266 304 564 832 48 15 0 280 14.794
12 Jawa Barat 10.591 8.470 667 0 178 251 136 18 34 0 608 0 0 134 3 252 125 164 13 1.032 0 0 0 143 22.819
13 Jawa Tengah 9.879 6.892 854 0 140 550 455 40 97 84 682 0 0 35 0 31 164 479 190 800 0 88 0 117 21.577
14 DI Yogyakarta 3.817 1.729 668 0 247 298 63 9 0 1 474 0 0 9 0 30 92 88 36 149 0 0 0 143 7.853
15 Jawa Timur 6.129 3.125 530 0 20 110 63 11 3 12 432 0 0 18 63 58 24 7 362 72 6 8 0 146 11.199
16 Banten 2.764 5.073 50 0 23 71 90 0 0 0 16 0 0 7 0 5 29 18 0 130 0 0 0 8 8.284
17 Bali 2.520 1.321 104 0 126 132 15 7 0 0 2 0 0 3 0 10 38 131 5 416 0 1 0 5 4.836
18 Nusa Tenggara Barat 1.276 1.464 174 0 190 78 10 2 0 0 44 0 0 0 0 1 86 7 25 186 1 0 0 3 3.547
19 Nusa Tenggara Timur 2.162 1.635 748 0 148 344 15 0 0 0 25 0 0 6 2 0 96 12 2 240 0 0 0 0 5.435
20 Kalimantan Barat 1.881 887 173 0 116 116 0 0 0 0 7 0 0 6 0 7 87 10 4 199 0 0 0 11 3.504
21 Kalimantan Tengah 1.600 1.032 68 0 33 159 3 0 0 1 4 0 0 3 0 0 50 16 1 270 0 0 0 6 3.246
22 Kalimantan Selatan 2.317 1.740 289 0 113 162 1 10 0 0 63 0 0 5 0 7 87 42 2 225 0 0 0 13 5.076
23 Kalimantan Timur 1.500 956 237 0 23 16 23 0 0 0 0 0 0 1 0 6 14 4 0 184 0 0 0 8 2.972
24 Kalimantan Utara 682 364 91 0 25 14 8 0 0 0 7 0 0 0 0 0 6 1 5 20 1 0 0 0 1.224
25 Sulawesi Utara 2.252 896 276 0 52 55 13 0 0 0 0 0 0 1 10 17 52 2 0 84 0 1 0 2 3.713
26 Sulawesi Tengah 2.752 1.719 849 0 280 69 27 0 0 0 2 0 0 2 0 0 25 3 17 78 0 0 0 2 5.825
27 Sulawesi Selatan 4.576 4.916 3.319 0 193 106 86 11 0 0 24 0 65 2 2 66 370 149 63 923 1 0 0 19 14.891
28 Sulawesi Tenggara 1.302 1.455 1.047 0 89 184 4 0 0 0 1 0 0 2 2 0 111 8 2 234 0 0 0 12 4.453
29 Gorontalo 536 96 378 0 7 106 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 3 2 0 4 0 0 0 0 1.133
30 Sulawesi Barat 797 1.040 100 0 49 66 4 0 0 0 0 0 2 0 0 0 4 1 8 27 0 0 0 2 2.100
31 Maluku 1.287 233 146 0 144 138 12 0 0 0 2 0 0 4 3 0 14 6 2 97 0 0 0 0 2.088
32 Maluku Utara 808 1.438 417 0 33 92 4 0 0 0 1 0 0 0 0 5 11 4 3 104 1 0 0 0 2.921
33 Papua Barat 599 341 1 0 8 51 2 0 0 0 0 0 0 0 0 0 3 4 1 6 0 0 0 0 1.016
34 Papua 1.189 687 578 0 131 87 1 1 0 0 1 0 0 0 1 0 5 6 1 130 0 0 0 0 2.818
Indonesia 91.797 78.788 17.294 0 3.722 4.699 2.007 177 176 99 3.557 8 74 573 246 666 2.550 1.955 1.517 8.548 61 113 0 1.027 219.654
Sumber : Majelis Tenaga Kesehatan Indonesia, 2017
Lampiran 3.11
JUMLAH PENERBITAN SURAT TANDA REGISTRASI BARU TENAGA KESEHATAN
MENURUT PROVINSI TAHUN 2016
Tenaga
Tenaga Kesehatan
Tenaga Keterapian Fisik Tenaga Keteknisian Medik Tenaga Teknik Biomedika Kesehatan
Masyarakat
Tradisional
Tradisional Komplementer
Tenaga Kebidanan
Ortotis Prostetik
Fisikawan Medis
Tenaga
Okupasi Terapis
Penata Anestesi
Terapis Wicara
Rekam Medis
Elektromedis
Akupunktur
Radiografer
Teknisi Gigi
No Provinsi Psikologi Total
Fisioterapi
Medik
Klinis
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13) (14) (15) (16) (17) (18) (19) (20) (21) (22) (23) (24) (25) (26) (27)
1 Aceh 1.859 2.668 879 0 179 178 38 0 0 0 43 0 0 4 0 0 109 43 78 201 0 0 0 13 6.292
2 Sumatera Utara 7.046 8.338 543 0 135 170 155 0 0 0 83 0 0 73 0 44 186 128 66 500 2 0 0 4 17.473
3 Sumatera Barat 3.225 3.824 657 0 171 169 108 0 0 0 686 0 0 57 8 2 0 64 44 292 0 0 0 12 9.319
4 Riau 1.383 1.356 1.376 0 1 29 87 2 0 0 89 0 0 17 1 70 25 4 2 82 0 0 0 50 4.574
5 Jambi 1.876 1.961 98 0 90 99 48 0 0 0 10 0 0 3 6 7 159 18 4 273 0 0 0 3 4.655
6 Sumatera Selatan 2.643 3.067 975 0 228 122 83 3 0 0 79 0 0 20 3 5 190 88 4 276 0 0 0 13 7.799
7 Bengkulu 744 1.072 323 0 23 38 1 0 0 0 0 0 0 3 0 1 5 2 1 128 0 0 0 3 2.344
8 Lampung 1.646 2.643 93 0 63 80 0 0 0 0 2 0 0 0 8 2 51 116 0 156 0 0 0 6 4.866
9 Kepulauan Bangka Belitung 345 193 6 0 15 56 4 0 1 0 7 0 0 0 0 0 7 2 0 28 0 0 0 1 665
10 Kepulauan Riau 606 896 18 0 75 1 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 4 0 0 8 0 0 0 2 1.612
11 DKI Jakarta 3.790 2.723 155 0 171 228 82 51 40 0 101 0 7 135 99 34 220 237 290 574 25 14 0 280 9.256
12 Jawa Barat 10.581 8.469 664 0 178 221 136 18 34 0 608 0 0 134 3 252 125 164 13 1.029 0 0 0 143 22.772
13 Jawa Tengah 9.564 6.740 838 0 139 527 455 32 97 82 446 0 0 35 0 31 164 367 190 799 0 60 0 117 20.683
14 DI Yogyakarta 3.760 1.647 605 0 136 233 63 7 0 0 335 0 0 8 0 30 92 88 0 27 0 0 0 143 7.174
15 Jawa Timur 3.582 2.377 366 0 12 60 42 10 3 1 411 0 0 5 55 58 21 4 101 63 4 5 0 146 7.326
16 Banten 2.761 5.073 50 0 23 70 90 0 0 0 16 0 0 7 0 5 29 18 0 130 0 0 0 8 8.280
17 Bali 2.442 1.152 36 0 89 86 15 7 0 0 0 0 0 3 0 10 34 105 4 370 0 1 0 5 4.359
18 Nusa Tenggara Barat 1.260 1.435 174 0 190 53 10 2 0 0 35 0 0 0 0 1 78 7 25 186 0 0 0 3 3.459
19 Nusa Tenggara Timur 2.162 1.635 748 0 148 344 15 0 0 0 25 0 0 6 2 0 96 12 2 240 0 0 0 0 5.435
20 Kalimantan Barat 1.881 887 173 0 116 116 0 0 0 0 7 0 0 6 0 7 87 10 4 199 0 0 0 11 3.504
21 Kalimantan Tengah 1.532 934 68 0 31 134 3 0 0 0 4 0 0 3 0 0 50 15 1 260 0 0 0 6 3.041
22 Kalimantan Selatan 2.310 1.728 285 0 88 110 0 10 0 0 63 0 0 5 0 7 86 42 2 213 0 0 0 13 4.962
23 Kalimantan Timur 1.500 956 237 0 23 16 23 0 0 0 0 0 0 1 0 6 14 4 0 184 0 0 0 8 2.972
24 Kalimantan Utara 679 358 91 0 25 14 8 0 0 0 7 0 0 0 0 0 6 1 4 20 1 0 0 0 1.214
25 Sulawesi Utara 2.092 866 265 0 34 42 10 0 0 0 0 0 0 1 10 17 23 2 0 52 0 1 0 2 3.417
26 Sulawesi Tengah 2.603 1.684 849 0 248 68 16 0 0 0 1 0 0 2 0 0 24 3 17 77 0 0 0 2 5.594
27 Sulawesi Selatan 4.461 4.456 3.086 0 193 97 86 11 0 0 24 0 65 2 2 55 370 149 43 820 1 0 0 19 13.940
28 Sulawesi Tenggara 1.225 1.381 947 0 83 166 3 0 0 0 1 0 0 2 1 0 110 8 2 143 0 0 0 12 4.084
29 Gorontalo 527 93 307 0 7 103 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 3 2 0 4 0 0 0 0 1.047
30 Sulawesi Barat 792 1.033 98 0 49 66 4 0 0 0 0 0 2 0 0 0 3 1 1 26 0 0 0 2 2.077
31 Maluku 1.244 221 133 0 90 94 12 0 0 0 1 0 0 4 3 0 14 6 2 47 0 0 0 0 1.871
32 Maluku Utara 807 1.438 417 0 33 92 4 0 0 0 1 0 0 0 0 5 11 4 2 104 1 0 0 0 2.919
33 Papua Barat 599 341 1 0 8 51 2 0 0 0 0 0 0 0 0 0 3 4 1 6 0 0 0 0 1.016
34 Papua 1.179 681 578 0 131 85 1 1 0 0 1 0 0 0 1 0 5 6 1 130 0 0 0 0 2.800
Indonesia 84.706 74.326 16.139 0 3.225 4.018 1.605 154 175 83 3.086 0 74 537 202 650 2.404 1.724 904 7.647 34 81 0 1.027 202.801
Sumber : Majelis Tenaga Kesehatan Indonesia, 2017
Lampiran 3.12
JUMLAH DOKTER UMUM SEBAGAI PEGAWAI TIDAK TETAP (PTT) AKTIF
MENURUT KRITERIA WILAYAH DAN PROVINSI PER 31 DESEMBER 2016
Jumlah Dokter Spesialis dan Dokter Gigi Spesialis Sebagai PTT Aktif
No Provinsi
Biasa Terpencil Sangat Terpencil Jumlah
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
1 Aceh 0 0 0 0
2 Sumatera Utara 2 0 0 2
3 Sumatera Barat 0 0 0 0
4 Riau 0 3 0 3
5 Jambi 0 0 0 0
6 Sumatera Selatan 0 0 0 0
7 Bengkulu 0 0 0 0
8 Lampung 2 1 0 3
9 Kepulauan Bangka Belitung 0 0 0 0
10 Kepulauan Riau 0 1 0 1
11 DKI Jakarta 0 0 0 0
12 Jawa Barat 0 0 0 0
13 Jawa Tengah 2 0 0 2
14 DI Yogyakarta 0 0 0 0
15 Jawa Timur 0 0 0 0
16 Banten 0 0 0 0
17 Bali 0 0 0 0
18 Nusa Tenggara Barat 0 0 0 0
19 Nusa Tenggara Timur 0 0 0 0
20 Kalimantan Barat 0 0 0 0
21 Kalimantan Tengah 0 0 0 0
22 Kalimantan Selatan 0 1 0 1
23 Kalimantan Timur 0 0 0 0
24 Kalimantan Utara 0 0 0 0
25 Sulawesi Utara 0 2 0 2
26 Sulawesi Tengah 0 1 0 1
27 Sulawesi Selatan 0 0 0 0
28 Sulawesi Tenggara 0 1 0 1
29 Gorontalo 0 0 0 0
30 Sulawesi Barat 0 0 0 0
31 Maluku 0 1 0 1
32 Maluku Utara 0 4 0 4
33 Papua Barat 0 2 0 2
34 Papua 0 0 0 0
Indonesia 6 17 0 23
Sumber: Biro Kepegawaian, Kemenkes RI, 2017
Lampiran 3.15
JUMLAH BIDAN SEBAGAI PEGAWAI TIDAK TETAP (PTT) AKTIF
MENURUT KRITERIA WILAYAH DAN PROVINSI PER 31 DESEMBER 2016
Program Studi
Analis Kesehatan
Ortetik Prostetik
Radiodiagnostik
dan Radioterapi
Okupasi Terapi
Teknik Elektro
Analis Farmasi
Terapi Wicara
Keperawatan
Keperawatan
Dan Makanan
Perekam dan
Akupunktur
Teknik Gigi
Lingkungan
Fisioterapi
Kebidanan
Kesehatan
Kesehatan
Informasi
Farmasi
Teknik
Medik
No Nama Poltekkes Total
Jamu
Gizi
Gigi
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13) (14) (15) (16) (17) (18) (19) (20) (21)
1 Aceh 231 168 68 - 91 - 50 115 - - - - - - - - - - 723
2 Medan 107 282 98 - 99 - 86 92 - - - - 91 - - - - - 855
3 Padang 186 199 115 - - - 64 67 - - - - - - - - - - 631
4 Riau 40 48 0 - - - - 75 - - - - - - - - - - 163
5 Jambi 93 140 45 - - - 41 - - - - - - - - - - - 319
6 Palembang 234 78 50 - 71 - - 44 - - - - 50 - - - - - 527
7 Bengkulu 134 112 0 - - - 61 69 - - - - 77 - - - - - 453
8 Tanjung Karang 161 117 39 - 36 - 58 38 - - - - 78 26 - - - - 553
9 Tanjung Pinang 101 78 0 - - - 73 - - - - - - - - - - - 252
10 Pangkal Pinang 40 38 0 - 34 - - 37 - - - - - - - - - - 149
11 Jakarta I 73 77 39 - - - - - - - - - - - - - - - 189
12 Jakarta II 0 0 0 68 90 - 48 62 - - - - - 30 63 - 69 - 430
13 Jakarta III 190 195 0 - - - - - - - - - 77 - - - - - 462
14 Bandung 196 177 52 - 54 - 79 77 - - - - 92 - - - - - 727
15 Tasikmalaya 207 115 46 - 43 - - 85 - - - - - - - 88 - - 584
16 Semarang 448 299 92 - - - 77 79 - - - - 76 - 161 54 - - 1.286
17 Surakarta 130 111 0 - - 73 - - 87 52 46 62 - - - - - 37 598
18 Yogyakarta 74 37 76 - - - 78 50 - - - - 85 - - - - - 400
19 Surabaya 306 184 77 - - - 138 34 - - - - 70 - - - 69 - 878
20 Malang 291 262 0 - - - - 114 - - - - - - - 47 - - 714
21 Banten 120 83 0 - - - - - - - - - 91 - - - - - 294
22 Denpasar 78 52 44 - - - 39 49 - - - - 46 - - - - - 308
23 Mataram 153 91 0 - - - - 34 - - - - 37 - - - - - 315
24 Kupang 259 120 55 - 75 - 81 83 - - - - 79 - - - - - 752
25 Pontianak 144 34 51 - - - 94 23 - - - - 43 - - - - - 389
26 Palangkaraya 89 97 0 - - - - 40 - - - - - - - - - - 226
27 Banjarmasin 76 79 40 - - - 35 36 - - - - 36 - - - - - 302
28 Kalimantan Timur 118 154 0 - - - - - - - - - 76 - - - - - 348
29 Manado 75 70 50 - 41 - 29 51 - - - - 84 - - - - - 400
30 Palu 126 107 0 - - - 58 49 - - - - - - - - - - 340
31 Makassar 287 92 104 - 94 - 86 88 86 - - - 88 - - - - - 925
32 Kendari 67 87 0 - - - - 57 - - - - 39 - - - - - 250
33 Gorontalo 142 144 0 - - - - 70 - - - - - - - - - - 356
34 Mamuju 28 64 0 - - - 27 36 - - - - - - - - - - 155
35 Maluku 296 128 0 - - - 61 65 - - - - 59 - - - - - 609
36 Ternate 96 110 0 - - - 45 34 - - - - 54 - - - - - 339
37 Jayapura 718 283 0 - 39 - 48 9 - - - - 46 - - - - - 1.143
38 Sorong 250 155 0 - - - - - - - - - - - - - - - 405
Total 6.364 4.667 1.141 68 767 73 1.456 1.762 173 52 46 62 1.474 56 224 189 138 37 18.749
Sumber : Badan Pengembangan dan Pemberdayaan Sumber Daya Manusia Kesehatan, Kemenkes RI, 2017
Catatan: - = tidak ada program studi di poltekkes
Lampiran 3.19
JUMLAH LULUSAN PRORAM DIPLOMA IV POLTEKKES
MENURUT JENIS TENAGA KESEHATAN TAHUN 2016
Analis Kesehatan
Ortotik Prostetik
Okupasi Terapi
Diagnostik dan
Terapi Wicara
Keperawatan
Keperawatan
Teknik Radio
Elektromedik
Akupunktur
Radioterapi
Lingkungan
Kebidanan
Fisioterapi
Kesehatan
Farmasi
Teknik
No Poltekkes Jumlah
Gizi
Gigi
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13) (14) (15) (16) (17)
1 Aceh - - - - - 30 - - - - - - - - 30
2 Medan - - - - - 53 - - - - - - - - 53
3 Padang - - - - - - - - - - - - - - 0
4 Riau - - - - - - - - - - - - - - 0
5 Jambi - - - - - - - - - - - - - - 0
6 Palembang - - - - - - - - - - - - - - 0
7 Bengkulu - - - - - 30 - - - - - - - - 30
8 Tanjung Karang - - - - - - - - - - - - - - 0
9 Tanjung Pinang - - - - - - - - - - - - - - 0
10 Pangkal Pinang - - - - - - - - - - - - - - 0
11 Jakarta I - - - - - - - - - - - - - 9 9
12 Jakarta II - - - - 41 33 - - - - - 65 36 - 175
13 Jakarta III - - - - - - 48 - - - - - - - 48
14 Bandung - - - - - - - - - - - - - - 0
15 Tasikmalaya - - - - - - - - - - - - - - 0
16 Semarang 20 157 38 - 165 38 - - - - - - 76 - 494
17 Surakarta 39 - - - - - 44 - - - - - - 19 102
18 Yogyakarta - - - - 40 - - - - - - - - - 40
19 Surabaya - - - - - - - - - - - - - - 0
20 Malang 40 36 - - - 69 - - - - - - - - 145
21 Banten - - - - - - - - - - - - - - 0
22 Denpasar - - - - - - - - - - - - - - 0
23 Mataram - - - - - - - - - - - - - - 0
24 Kupang - - - - - - - - - - - - - - 0
25 Pontianak 52 - - - 42 - - - - - - - - - 94
26 Palangkaraya - - - - - - - - - - - - - - 0
27 Banjarmasin - - - - 34 45 - - - - - - - - 79
28 Kalimantan Timur - - - - - - - - - - - - - - 0
29 Manado - - - - 25 14 - - - - - - - - 39
30 Palu 35 36 - - - - - - - - - - - - 71
31 Makassar - - - - - - - - - - - - - - 0
32 Kendari - - - - - - - - - - - - - - 0
33 Gorontalo 58 99 - - - - - - - - - - - - 157
34 Mamuju - - - - - - - - - - - - - - 0
35 Maluku - - - - - - - - - - - - - - 0
36 Ternate - - - - - - - - - - - - - - 0
37 Jayapura - - - - - - - - - - - - - - 0
38 Sorong - - - - - - - - - - - - - - 0
Total 244 328 38 0 347 312 92 0 0 0 0 65 112 28 1.566
Sumber : Badan Pengembangan dan Pemberdayaan Sumber Daya Manusia Kesehatan, Kemenkes RI, 2017
Catatan: - = tidak ada program studi di poltekkes
Lampiran 3.20
JUMLAH DOKTER PESERTA INTERNSHIP
MENURUT BULAN PEMBERANGKATAN DAN PROVINSI TAHUN 2016
Pemberangkatan
No Provinsi Jumlah
Februari Mei September-Oktober November
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
1 Aceh 0 112 101 81 294
2 Sumatera Utara 50 115 74 89 328
3 Sumatera Barat 85 79 0 163 327
4 Riau 77 54 0 144 275
5 Jambi 82 54 0 83 219
6 Sumatera Selatan 21 32 62 168 283
7 Bengkulu 125 25 0 80 230
8 Lampung 0 80 0 133 213
9 Kepulauan Bangka Belitung 35 0 15 128 178
10 Kepulauan Riau 0 96 0 108 204
11 DKI Jakarta 214 73 64 64 415
12 Jawa Barat 243 187 276 217 923
13 Jawa Tengah 0 348 86 350 784
14 DI Yogyakarta 44 87 0 121 252
15 Jawa Timur 444 290 150 456 1.340
16 Banten 107 49 0 59 215
17 Bali 0 28 38 246 312
18 Nusa Tenggara Barat 64 31 35 114 244
19 Nusa Tenggara Timur 134 28 32 71 265
20 Kalimantan Barat 42 44 59 62 207
21 Kalimantan Tengah 46 23 12 12 93
22 Kalimantan Selatan 95 34 0 81 210
23 Kalimantan Timur 42 48 35 140 265
24 Kalimantan Utara 0 20 22 16 58
25 Sulawesi Utara 28 38 15 53 134
26 Sulawesi Tengah 46 37 55 22 160
27 Sulawesi Selatan 142 130 0 115 387
28 Sulawesi Tenggara 38 35 15 17 105
29 Gorontalo 42 18 0 48 108
30 Sulawesi Barat 13 9 21 3 46
31 Maluku 32 29 25 8 94
32 Maluku Utara 4 14 0 22 40
33 Papua Barat 31 22 3 0 56
34 Papua 30 20 30 44 124
Indonesia 2.356 2.289 1.225 3.518 9.388
Sumber : Badan Pengembangan dan Pemberdayaan Sumber Daya Manusia Kesehatan, Kemenkes RI, 2017
Lampiran 3.21
JUMLAH KABUPATEN/KOTA DAN PUSKESMAS PENEMPATAN NUSANTARA SEHAT
MENURUT PERIODE SAMPAI DENGAN TAHUN 2016
Jumlah Tenaga
Ahli Teknologi
No Provinsi Kesehatan Kesehatan Total
Dokter Umum Dokter Gigi Perawat Bidan Farmasi Gizi Laboratorium
Masyarakat Lingkungan
Medik
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12)
1 Aceh 1 0 4 4 3 3 4 4 2 25
2 Sumatera Utara 4 5 12 15 11 7 11 11 6 82
3 Sumatera Barat 1 0 1 1 1 1 0 0 1 6
4 Riau 1 1 5 8 5 7 8 4 6 45
5 Jambi 0 1 2 2 1 0 2 1 1 10
6 Bengkulu 2 0 2 2 1 1 1 2 2 13
7 Lampung 0 5 7 9 6 7 5 9 3 51
8 Kepulauan Bangka Belitung 0 1 1 1 0 0 1 0 1 5
9 Kepulauan Riau 0 0 4 7 5 6 7 5 4 38
10 Jawa Barat 0 1 2 2 1 2 1 1 0 10
11 Jawa Timur 1 0 1 1 0 0 1 0 1 5
12 Nusa Tenggara Barat 0 0 1 1 0 0 1 1 1 5
13 Nusa Tenggara Timur 3 3 28 38 14 35 34 35 22 212
14 Kalimantan Barat 3 4 21 22 8 18 16 18 11 121
15 Kalimantan Tengah 2 0 2 2 1 2 2 1 1 13
16 Kalimantan Selatan 0 3 2 3 1 3 1 2 0 15
17 Kalimantan Timur 1 2 4 5 3 3 3 5 3 29
18 Kalimantan Utara 2 0 12 13 6 13 12 11 9 78
19 Sulawesi Utara 2 1 9 14 7 14 10 11 10 78
20 Sulawesi Tengah 3 2 8 9 4 3 5 8 6 48
21 Sulawesi Selatan 1 3 9 10 8 7 6 10 3 57
22 Sulawesi Tenggara 1 1 6 7 6 1 4 4 2 32
23 Gorontalo 1 1 2 4 4 1 1 3 3 20
24 Sulawesi Barat 3 3 7 7 7 6 3 5 2 43
25 Maluku 3 2 19 19 12 18 16 18 8 115
26 Maluku Utara 0 0 3 3 0 3 3 2 1 15
27 Papua Barat 4 5 16 16 11 11 14 12 9 98
28 Papua 5 1 23 27 14 20 19 22 21 152
Indonesia 44 45 213 252 140 192 191 205 139 1421
Sumber : Badan Pengembangan dan Pemberdayaan Sumber Daya Manusia Kesehatan, Kemenkes RI, 2017
Lampiran 3.24
PERMOHONAN REKOMENDASI PENGAJUAN/PERPANJANGAN
RPTKA DAN IMTA BAGI SDMK WNA TAHUN 2014-2016
5 Manajerial 10 107 82
Jumlah 94 131 86
Sumber : Badan Pengembangan dan Pemberdayaan Sumber Daya Manusia Kesehatan, Kemenkes RI, 2017
Catatan: *RPTKA = Rencana Penggunaan Tenaga Kerja Asing
**IMTA = Izin Mempekerjakan Tenaga Asing
Lampiran 4.1
ALOKASI DAN REALISASI ANGGARAN KEMENTERIAN KESEHATAN RI
MENURUT ESELON I TAHUN 2016
1 Sekretariat Jenderal 29.434.648.616.000 28.330.779.861.626 96,25 - - - 180.021.200.000 146.688.671.146 81,48 29.614.669.816.000 28.477.468.532.772 96,16
3 Ditjen Kesehatan Masyarakat 1.505.951.973.000 1.000.331.452.493 66,43 38.338.457.000 33.348.093.622 86,98 1.094.560.691.000 610.881.039.522 55,81 2.638.851.121.000 1.644.560.585.637 62,32
4 Ditjen Pelayanan Kesehatan 811.568.416.000 415.201.298.931 51,16 17.490.126.754.000 15.288.549.693.320 87,41 210.240.241.000 116.023.859.961 55,19 18.511.935.411.000 15.819.774.852.212 85,46
5 Ditjen Pengendalian dan Pencegahan Penyakit 3.086.277.739.000 2.368.333.020.051 76,74 1.131.794.388.000 893.476.581.294 78,94 362.490.623.000 214.735.720.696 59,24 4.580.562.750.000 3.476.545.322.041 75,90
6 Ditjen Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan 3.186.823.220.000 2.666.579.319.125 83,68 - - - 65.000.000.000 56.550.655.569 87,00 3.251.823.220.000 2.723.129.974.694 83,74
7 Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan 661.367.594.000 467.149.556.084 70,63 387.324.063.000 266.345.299.441 68,77 - - - 1.048.691.657.000 733.493.190.525 69,94
Kementerian Kesehatan 40.792.626.456.000 36.535.847.465.385 89,56 22.756.907.483.000 19.234.904.327.427 84,52 2.113.059.057.000 1.240.452.836.695 58,70 65.662.592.996.000 57.011.202.964.507 86,82
Unit Eselon I
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11)
A. BELANJA PEGAWAI
Anggaran 2.924.299.248.000 39.329.019.000 58.328.368.000 2.450.178.615.000 483.407.329.000 35.500.000.000 156.802.448.000 1.089.286.061.000 7.237.131.088.000
Realisasi 2.782.692.771.327 33.096.674.095 54.316.196.080 2.209.299.785.293 423.119.734.675 28.595.157.009 145.547.944.000 955.439.886.406 6.632.109.813.885
% 95,16 84,15 93,12 90,17 87,53 80,55 92,82 87,71 91,64
B. BELANJA BARANG
Anggaran 1.074.946.753.000 62.147.452.000 2.552.798.854.000 12.052.826.608.000 3.570.782.436.000 3.208.505.386.000 764.036.086.000 3.415.837.190.000 26.701.880.765.000
Realisasi 810.071.166.077 59.425.997.242 1.566.654.132.535 10.438.498.198.056 2.608.836.391.725 2.688.065.138.866 525.044.785.333 2.099.162.476.459 20.795.758.286.293
% 75,36 95,62 61,37 86,61 73,06 83,78 68,72 61,45 77,88
C. BELANJA MODAL
Anggaran 113.023.815.000 3.523.529.000 27.723.899.000 4.008.930.188.000 526.372.985.000 7.817.834.000 127.853.123.000 1.405.935.770.000 6.221.181.143.000
Realisasi 69.720.743.243 2.624.988.800 23.590.257.022 3.171.978.593.863 444.589.195.641 6.469.678.819 62.900.461.192 986.478.047.626 4.768.260.963.499
D. BELANJA BANSOS
TOTAL
Anggaran 29.614.669.816.000 105.000.000.000 2.638.851.121.000 18.511.935.411.000 4.580.562.750.000 3.251.823.220.000 1.048.691.657.000 5.911.059.021.000 65.662.592.996.000
Realisasi 28.477.468.532.772 95.147.660.137 1.644.560.585.637 15.819.776.577.212 3.476.545.322.041 2.723.129.974.694 733.493.190.525 4.041.080.410.491 57.010.264.874.028
Unit Eselon I
No Sumber Dana Bina Kefarmasian dan Badan PPSDM
Setjen Itjen Bina Gizi dan KIA BUK P2P Badan Litbangkes Total
Alkes Kesehatan
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11)
A. RUPIAH MURNI
Anggaran 29.594.544.490.000 105.000.000.000 2.578.267.784.000 7.531.951.431.000 3.849.427.184.000 3.128.360.252.000 1.040.635.448.000 5.301.268.970.000 53.129.455.559.000
Realisasi 28.476.756.273.013 95.147.660.137 1.596.378.311.033 6.250.096.290.728 2.777.791.749.919 2.600.969.198.206 726.338.384.337 3.528.759.694.297 46.052.237.561.670
% 96,22 90,62 61,92 82,98 72,16 83,14 69,80 66,56 86,68
B. PINJAMAN LUAR NEGERI
Anggaran - - - - - - -
Realisasi - - - - - - -
% - - -
C. RUPIAH MURNI PENDAMPING
Anggaran - - - - - - -
Realisasi - - - - - - -
% - - -
D. PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK
Anggaran 17.151.326.000 588.789.000 22.779.388.000 122.148.572.000 13.378.394.000 2.667.852.000 269.994.500.000 448.708.821.000
Realisasi 10.387.028.523 479.682.766 17.628.650.895 100.162.589.603 11.782.810.552 2.348.517.505 221.904.417.156 364.715.941.400
% 60,56 81,47 77,39 82,00 88,07 88,03 82,19 81,28
E. BADAN LAYANAN UMUM
Anggaran - - - 10.957.204.592.000 - - - 339.619.391.000 11.296.823.983.000
Realisasi - - - 9.542.025.423.906 - - - 290.239.678.420 9.832.265.102.326
% 87,08 - 85,46 87,04
F. HIBAH LANGSUNG LUAR NEGERI (HLL)
Anggaran 2.974.000.000 19.211.851.000 608.986.994.000 110.084.574.000 5.388.357.000 176.160.000 746.821.935.000
Realisasi 2.720.203.466 16.446.902.111 598.824.543.419 110.084.573.965 4.807.953.683 176.160.000 733.060.336.644
% 91,47 85,61 98,33 99,99 89,23 - 98,16
G. HIBAH LUAR NEGERI (HLN)
Anggaran - 40.782.698.000 - - - - - 40.782.698.000
Realisasi - 28.946.760.251 - - - - - 28.946.760.251
0,709780413522421
% - - 70,98
*100
TOTAL
Anggaran 29.614.669.816.000 105.000.000.000 2.638.851.122.000 18.511.935.411.000 4.580.562.750.000 3.251.823.220.000 1.048.691.657.000 5.911.059.021.000 65.662.592.996.000
Realisasi 28.489.863.505.002 95.147.660.137 1.642.251.656.161 15.809.750.365.529 3.476.778.882.941 2.722.836.582.723 733.494.855.525 4.041.082.846.489 57.010.264.874.028
% 96,20 90,62 62,23 85,40 75,90 83,73 69,94 68,36 86,82
Sumber : Biro Keuangan dan BMN, Kemenkes RI, 2017
Ket - : tidak ada alokasi anggaran
Lampiran 4.4
REALISASI DANA DEKONSENTRASI KESEHATAN
MENURUT PROVINSI TAHUN 2016
No Provinsi Total
RS Pemerintah RS Pemerintah RS Pemerintah RS Pemerintah
RS TNI/POLRI RS Khusus Jiwa RS Khusus RS Swasta Klinik Utama
Tipe A Tipe B Tipe C Tipe D
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12)
1 Aceh 1 7 14 5 5 1 2 24 5 64
2 Sumatera Utara 1 10 28 6 8 1 3 64 7 128
3 Sumatera Barat 1 2 16 1 4 1 5 18 3 51
4 Riau - 2 11 3 3 1 5 21 1 47
5 Jambi - 2 8 3 2 1 2 10 1 29
6 Sumatera Selatan 1 1 10 9 4 1 8 17 - 51
7 Bengkulu - 1 6 5 2 1 - 4 2 21
8 Lampung - 3 10 - 2 1 6 28 1 51
9 Kepulauan Bangka Belitung - - 6 2 - 1 1 6 5 21
10 Kepulauan Riau - 3 6 3 1 - 2 10 4 29
11 DKI Jakarta 4 6 5 19 10 3 23 45 12 127
12 Jawa Barat 1 22 18 5 13 2 34 160 28 283
13 Jawa Tengah 2 22 25 6 10 4 23 137 28 257
14 D I Yogyakarta 1 5 2 2 3 1 10 38 4 66
15 Jawa Timur 2 28 31 13 25 2 27 116 9 253
16 Banten - 5 4 1 2 - 13 42 5 72
17 Bali 1 6 3 - 3 1 4 25 4 47
18 Nusa Tenggara Barat - 2 8 2 2 1 1 11 1 28
19 Nusa Tenggara Timur - 1 12 7 3 - 2 17 1 43
20 Kalimantan Barat - 2 11 4 5 2 6 5 4 39
21 Kalimantan Tengah - 2 6 8 2 1 - 1 - 20
22 Kalimantan Selatan 1 3 11 1 4 1 4 3 4 32
23 Kalimantan Timur 1 4 10 - 4 1 2 10 3 35
24 Kalimantan Utara - 1 3 1 1 - - - 1 7
25 Sulawesi Utara 1 - 7 7 4 1 1 13 2 36
26 Sulawesi Tengah - 2 9 4 2 1 2 6 - 26
27 Sulawesi Selatan 1 9 18 2 7 1 9 21 11 79
28 Sulawesi Tenggara - 1 8 4 2 1 - 6 - 22
29 Gorontalo - 2 3 4 - - 1 3 1 14
30 Sulawesi Barat - - 4 3 - 1 - 1 - 9
31 Maluku - 1 3 11 4 1 - 5 3 28
32 Maluku Utara - 1 2 6 1 - - 4 - 14
33 Papua Barat - - 5 5 2 - - 2 - 14
34 Papua - 1 7 9 5 1 - 3 - 26
Total 19 157 330 161 145 35 196 876 150 2.069
Sumber : BPJS Kesehatan, Desember 2016
Lampiran 5.1
CAKUPAN KUNJUNGAN IBU HAMIL K1 DAN K4, PERSALINAN DITOLONG TENAGA KESEHATAN DI FASILITAS PELAYANAN KESEHATAN
DAN KUNJUNGAN NIFAS MENURUT PROVINSI TAHUN 2016
Peserta KB Aktif
No Provinsi Jumlah PUS
Jumlah %
(1) (2) (3) (4) (5)
1 Aceh 889.765 678.513 76,26
2 Sumatera Utara 2.284.821 1.636.590 71,63
3 Sumatera Barat 783.522 499.358 63,73
4 Riau 1.101.587 788.988 71,62
5 Jambi 698.301 545.297 78,09
6 Sumatera Selatan 1.650.420 1.281.575 77,65
7 Bengkulu 318.822 253.911 79,64
8 Lampung 1.754.104 1.261.744 71,93
9 Kepulauan Bangka Belitung 273.191 229.251 83,92
10 Kepulauan Riau 325.118 259.540 79,83
11 DKI Jakarta 2.031.956 1.370.787 67,46
12 Jawa Barat 9.521.667 7.129.900 74,88
13 Jawa Tengah 6.727.894 5.290.679 78,64
14 DI Yogyakarta 549.542 431.813 78,58
15 Jawa Timur 7.946.479 6.105.646 76,83
16 Banten 2.448.052 1.782.734 72,82
17 Bali 657.068 532.114 80,98
18 Nusa Tenggara Barat 1.069.086 799.120 74,75
19 Nusa Tenggara Timur 703.754 445.037 63,24
20 Kalimantan Barat 945.707 670.174 70,86
21 Kalimantan Tengah 471.776 368.652 78,14
22 Kalimantan Selatan 766.223 589.920 76,99
23 Kalimantan Timur 609.981 421.344 69,07
24 Sulawesi Utara 436.274 365.784 83,84
25 Sulawesi Tengah 529.095 413.944 78,24
26 Sulawesi Selatan 1.416.867 1.024.418 72,30
27 Sulawesi Tenggara 458.235 327.872 71,55
28 Gorontalo 219.640 174.132 79,28
29 Sulawesi Barat 216.025 161.532 74,77
30 Maluku 208.312 144.131 69,19
31 Maluku Utara 42.369 36.873 87,03
32 Papua Barat 73.535 59.573 81,01
33 Papua 407.502 225.716 55,39
Indonesia 48.536.690 36.306.662 74,80
Sumber: Statistik Rutin Desember 2016, Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional, 2017
Lampiran 5.4
PERSENTASE PESERTA KB BARU
MENURUT METODE KONTRASEPSI DAN PROVINSI TAHUN 2016
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13) (14) (15) (16) (17) (18)
1 Aceh 304.144 9.431 3,10 41.674 13,70 62.601 20,58 5.956 1,96 5.868 1,93 1.840 0,60 14 0,00 127.384
2 Sumatera Utara 36.482 40.032 109,73 100.581 275,70 119.723 328,17 19.930 54,63 56.952 156,11 11.087 30,39 2.176 5,96 350.481
3 Sumatera Barat 34.529 10.142 29,37 31.174 90,28 70.501 204,18 10.189 29,51 19.364 56,08 3.206 9,28 703 2,04 145.279
4 Riau 59.311 14.653 24,71 50.835 85,71 91.254 153,86 8.049 13,57 18.692 31,52 2.915 4,91 110 0,19 186.508
5 Jambi 109.219 2.515 2,30 24.615 22,54 48.049 43,99 3.841 3,52 9.486 8,69 1.141 1,04 17 0,02 89.664
6 Sumatera Selatan 518.562 18.432 3,55 77.745 14,99 126.839 24,46 7.081 1,37 36.233 6,99 2.096 0,40 278 0,05 268.704
7 Bengkulu 84.597 3.723 4,40 9.526 11,26 26.739 31,61 2.420 2,86 9.049 10,70 503 0,59 31 0,04 51.991
8 Lampung 1.306.954 11.456 0,88 81.165 6,21 152.300 11,65 18.904 1,45 38.005 2,91 2.087 0,16 227 0,02 304.144
9 Kepulauan Bangka Belitung 795.122 2.021 0,25 8.335 1,05 19.817 2,49 1.925 0,24 3.460 0,44 886 0,11 38 0,00 36.482
10 Kepulauan Riau 48.032 2.089 4,35 9.457 19,69 18.031 37,54 1.921 4,00 2.216 4,61 797 1,66 18 0,04 34.529
11 DKI Jakarta 127.384 38.130 29,93 119.701 93,97 269.978 211,94 56.288 44,19 27.447 21,55 5.683 4,46 1.335 1,05 518.562
12 Jawa Barat 350.481 38.861 11,09 367.432 104,84 689.315 196,68 97.145 27,72 96.896 27,65 16.407 4,68 898 0,26 1.306.954
13 Jawa Tengah 145.279 35.237 24,25 107.614 74,07 429.577 295,69 74.441 51,24 129.156 88,90 18.201 12,53 896 0,62 795.122
14 DI Yogyakarta 186.508 1.788 0,96 3.216 1,72 20.477 10,98 13.665 7,33 4.860 2,61 1.587 0,85 387 0,21 45.980
15 Jawa Timur 89.664 29.320 32,70 178.050 198,57 506.331 564,70 66.188 73,82 103.631 115,58 18.786 20,95 1.289 1,44 903.595
16 Banten 268.704 11.957 4,45 65.764 24,47 146.714 54,60 13.667 5,09 29.226 10,88 2.105 0,78 175 0,07 269.608
17 Bali 51.991 5.499 10,58 5.480 10,54 28.238 54,31 19.700 37,89 3.178 6,11 3.669 7,06 157 0,30 65.921
18 Nusa Tenggara Barat 45.980 2.920 6,35 11.567 25,16 79.416 172,72 12.536 27,26 26.412 57,44 1.180 2,57 263 0,57 134.294
19 Nusa Tenggara Timur 68.093 2.594 3,81 9.072 13,32 42.496 62,41 4.983 7,32 20.315 29,83 2.752 4,04 18 0,03 82.230
20 Kalimantan Barat 903.595 4.254 0,47 32.194 3,56 58.447 6,47 6.894 0,76 8.155 0,90 2.742 0,30 1.207 0,13 113.893
21 Kalimantan Tengah 197.997 1.600 0,81 15.987 8,07 35.365 17,86 1.043 0,53 4.464 2,25 799 0,40 53 0,03 59.311
22 Kalimantan Selatan 269.608 1.945 0,72 36.299 13,46 60.046 22,27 2.102 0,78 7.558 2,80 893 0,33 376 0,14 109.219
23 Kalimantan Timur 53.884 4.345 8,06 16.339 30,32 48.702 90,38 7.748 14,38 4.632 8,60 2.785 5,17 46 0,09 84.597
24 Sulawesi Utara 65.921 2.321 3,52 9.138 13,86 22.494 34,12 4.292 6,51 8.066 12,24 1.599 2,43 122 0,19 48.032
25 Sulawesi Tengah 26.916 2.032 7,55 21.294 79,11 29.265 108,73 4.952 18,40 8.713 32,37 1.765 6,56 72 0,27 68.093
26 Sulawesi Selatan 134.294 7.780 5,79 49.266 36,69 100.775 75,04 7.486 5,57 29.009 21,60 3.373 2,51 308 0,23 197.997
27 Sulawesi Tenggara 31.377 2.784 8,87 12.828 40,88 28.335 90,31 1.382 4,40 7.850 25,02 637 2,03 68 0,22 53.884
28 Gorontalo 82.230 479 0,58 5.976 7,27 12.028 14,63 2.278 2,77 5.324 6,47 738 0,90 93 0,11 26.916
29 Sulawesi Barat 113.893 674 0,59 9.892 8,69 16.791 14,74 624 0,55 2.922 2,57 392 0,34 82 0,07 31.377
30 Maluku 58.594 3.703 6,32 15.766 26,91 26.329 44,93 1.916 3,27 10.028 17,11 686 1,17 166 0,28 58.594
31 Maluku Utara 43.603 1.187 2,72 5.900 13,53 20.877 47,88 718 1,65 14.294 32,78 580 1,33 47 0,11 43.603
32 Papua Barat 35.397 723 2,04 3.155 8,91 8.137 22,99 568 1,60 1.837 5,19 384 1,08 7 0,02 14.811
33 Papua 14.811 3.998 26,99 7.042 47,55 17.679 119,36 732 4,94 4.628 31,25 1.230 8,30 88 0,59 35.397
Indonesia 6.663.156 318.625 4,78 ######### 23,17 3.433.666 51,53 481.564 7,23 757.926 11,37 115.531 1,73 11.765 0,18 6.663.156
Sumber: Statistik Rutin Desember 2016, Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional, 2017
Lampiran 5.5
PERSENTASE PESERTA KB AKTIF
MENURUT METODE KONTRASEPSI DAN PROVINSI TAHUN 2016
1 Aceh 889.765 678.513 76,26 56.483 8,32 242.222 35,70 319.109 47,03 25.040 3,69 26.515 3,91 8.999 1,33 145 0,02
2 Sumatera Utara 2.284.821 1.636.590 71,63 131.663 8,04 476.069 29,09 502.528 30,71 165.489 10,11 231.586 14,15 113.746 6,95 15.509 0,95
3 Sumatera Barat 783.522 499.358 63,73 25.172 5,04 78.305 15,68 245.904 49,24 50.661 10,15 76.219 15,26 19.984 4,00 3.113 0,62
4 Riau 1.101.587 788.988 71,62 38.157 4,84 241.936 30,66 358.013 45,38 53.492 6,78 82.218 10,42 13.514 1,71 1.658 0,21
5 Jambi 698.301 545.297 78,09 16.226 2,98 170.468 31,26 240.075 44,03 31.222 5,73 79.970 14,67 6.185 1,13 1.151 0,21
6 Sumatera Selatan 1.650.420 1.281.575 77,65 68.552 5,35 297.304 23,20 528.644 41,25 60.470 4,72 280.007 21,85 40.175 3,13 6.423 0,50
7 Bengkulu 318.822 253.911 79,64 6.627 2,61 37.887 14,92 151.928 59,84 13.345 5,26 38.653 15,22 4.483 1,77 988 0,39
8 Lampung 1.754.104 1.261.744 71,93 35.162 2,79 356.329 28,24 426.087 33,77 176.838 14,02 236.649 18,76 17.585 1,39 13.094 1,04
9 Kepulauan Bangka Belitung 273.191 229.251 83,92 7.479 3,26 66.577 29,04 115.491 50,38 10.915 4,76 23.348 10,18 4.941 2,16 500 0,22
10 Kepulauan Riau 325.118 259.540 79,83 18.393 7,09 85.787 33,05 105.425 40,62 22.138 8,53 19.531 7,53 7.091 2,73 1.175 0,45
11 DKI Jakarta 2.031.956 1.370.787 67,46 71.528 5,22 332.898 24,29 518.749 37,84 266.728 19,46 116.127 8,47 48.889 3,57 15.868 1,16
12 Jawa Barat 9.521.667 7.129.900 74,88 129.010 1,81 1.762.512 24,72 3.703.583 51,94 841.841 11,81 444.647 6,24 197.699 2,77 50.608 0,71
13 Jawa Tengah 6.727.894 5.290.679 78,64 135.403 2,56 704.044 13,31 2.963.642 56,02 478.157 9,04 667.103 12,61 294.931 5,57 47.399 0,90
14 DI Yogyakarta 549.542 431.813 78,58 28.970 6,71 48.806 11,30 190.714 44,17 107.241 24,84 31.254 7,24 20.900 4,84 3.928 0,91
15 Jawa Timur 7.946.479 6.105.646 76,83 112.508 1,84 1.201.986 19,69 3.037.467 49,75 772.615 12,65 664.162 10,88 289.368 4,74 27.540 0,45
16 Banten 2.448.052 1.782.734 72,82 60.627 3,40 408.527 22,92 937.931 52,61 139.718 7,84 191.364 10,73 29.102 1,63 15.465 0,87
17 Bali 657.068 532.114 80,98 20.356 3,83 53.343 10,02 202.489 38,05 215.508 40,50 15.815 2,97 21.486 4,04 3.117 0,59
18 Nusa Tenggara Barat 1.069.086 799.120 74,75 14.499 1,81 107.517 13,45 405.912 50,79 100.500 12,58 150.231 18,80 16.091 2,01 4.370 0,55
19 Nusa Tenggara Timur 703.754 445.037 63,24 7.893 1,77 45.747 10,28 221.261 49,72 44.891 10,09 94.999 21,35 27.753 6,24 2.493 0,56
20 Kalimantan Barat 945.707 670.174 70,86 17.227 2,57 233.109 34,78 300.427 44,83 46.864 6,99 53.968 8,05 13.615 2,03 4.964 0,74
21 Kalimantan Tengah 471.776 368.652 78,14 13.324 3,61 122.382 33,20 173.834 47,15 8.405 2,28 44.988 12,20 5.009 1,36 710 0,19
22 Kalimantan Selatan 766.223 589.920 76,99 13.059 2,21 264.630 44,86 245.444 41,61 11.214 1,90 45.913 7,78 7.121 1,21 2.539 0,43
23 Kalimantan Timur 609.981 421.344 69,07 13.328 3,16 134.984 32,04 187.767 44,56 46.256 10,98 26.332 6,25 11.274 2,68 1.403 0,33
24 Sulawesi Utara 436.274 365.784 83,84 13.313 3,64 82.440 22,54 144.262 39,44 37.753 10,32 77.946 21,31 9.059 2,48 1.011 0,28
25 Sulawesi Tengah 529.095 413.944 78,24 8.375 2,02 142.562 34,44 178.856 43,21 28.741 6,94 45.465 10,98 8.755 2,12 1.190 0,29
26 Sulawesi Selatan 1.416.867 1.024.418 72,30 42.318 4,13 292.426 28,55 480.337 46,89 46.154 4,51 139.944 13,66 21.124 2,06 2.115 0,21
27 Sulawesi Tenggara 458.235 327.872 71,55 15.576 4,75 105.722 32,24 141.961 43,30 9.253 2,82 47.198 14,40 6.393 1,95 1.769 0,54
28 Gorontalo 219.640 174.132 79,28 3.856 2,21 39.417 22,64 65.052 37,36 17.620 10,12 42.877 24,62 4.251 2,44 1.059 0,61
29 Sulawesi Barat 216.025 161.532 74,77 9.122 5,65 56.364 34,89 66.592 41,23 7.092 4,39 18.278 11,32 3.410 2,11 674 0,42
30 Maluku 208.312 144.131 69,19 7.691 5,34 34.197 23,73 70.461 48,89 7.158 4,97 19.741 13,70 3.888 2,70 995 0,69
31 Maluku Utara 42.369 36.873 87,03 1.580 4,28 7.807 21,17 17.184 46,60 1.475 4,00 7.435 20,16 845 2,29 547 1,48
32 Papua Barat 73.535 59.573 81,01 4.758 7,99 9.732 16,34 35.644 59,83 3.456 5,80 4.308 7,23 1.641 2,75 34 0,06
33 Papua 407.502 225.716 55,39 23.274 10,31 36.787 16,30 131.371 58,20 4.311 1,91 22.908 10,15 6.684 2,96 381 0,17
Indonesia 48.536.690 36.306.662 74,80 1.171.509 3,23 8.280.823 22,81 17.414.144 47,96 3.852.561 10,61 4.067.699 11,20 1.285.991 3,54 233.935 0,64
Sumber: Statistik Rutin Desember 2016, Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional, 2017
Lampiran 5.6
PERSENTASE PESERTA KB BARU
MENURUT TEMPAT PELAYANAN DAN PROVINSI TAHUN 2016
Tempat Pelayanan KB
No Provinsi Faskes KB Pemerintah Faskes KB Swasta Praktik Dokter Praktik Bidan Mandiri Jejaring Lainnya
Jumlah Peserta
Peserta % Peserta % Peserta % Peserta % Peserta %
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13)
1 Aceh 89.449 70,22 14.569 11,44 728 0,57 18.918 14,85 3.720 2,92 127.384
2 Sumatera Utara 255.456 72,89 50.252 14,34 2.179 0,62 31.340 8,94 11.254 3,21 350.481
3 Sumatera Barat 83.367 57,38 2.034 1,40 3.325 2,29 51.768 35,63 4.785 3,29 145.279
4 Riau 101.138 54,23 20.667 11,08 7.355 3,94 45.822 24,57 11.526 6,18 186.508
5 Jambi 35.188 39,24 3.062 3,41 2.390 2,67 23.899 26,65 25.125 28,02 89.664
6 Sumatera Selatan 183.887 68,43 26.203 9,75 2.318 0,86 47.084 17,52 9.212 3,43 268.704
7 Bengkulu 35.427 68,14 2.608 5,02 1.610 3,10 12.329 23,71 17 0,03 51.991
8 Lampung 191.040 62,81 7.524 2,47 3.739 1,23 64.328 21,15 37.513 12,33 304.144
9 Kepulauan Bangka Belitung 16.692 45,75 1.749 4,79 115 0,32 5.426 14,87 12.500 34,26 36.482
10 Kepulauan Riau 12.613 36,53 7.129 20,65 444 1,29 13.876 40,19 467 1,35 34.529
11 DKI Jakarta 168.106 32,42 39.634 7,64 50.447 9,73 259.665 50,07 710 0,14 518.562
12 Jawa Barat 727.056 55,63 145.167 11,11 15.206 1,16 373.664 28,59 45.861 3,51 1.306.954
13 Jawa Tengah 405.682 51,02 62.746 7,89 15.810 1,99 300.939 37,85 9.945 1,25 795.122
14 DI Yogyakarta 16.905 36,77 13.297 28,92 473 1,03 15.012 32,65 293 0,64 45.980
15 Jawa Timur 486.465 53,84 43.719 4,84 8.232 0,91 289.072 31,99 76.107 8,42 903.595
16 Banten 168.815 62,61 21.655 8,03 1.519 0,56 70.880 26,29 6.739 2,50 269.608
17 Bali 21.089 31,99 11.659 17,69 1.106 1,68 27.009 40,97 5.058 7,67 65.921
18 Nusa Tenggara Barat 122.684 91,35 5.531 4,12 314 0,23 5.653 4,21 112 0,08 134.294
19 Nusa Tenggara Timur 79.867 97,13 1.662 2,02 31 0,04 630 0,77 40 0,05 82.230
20 Kalimantan Barat 81.767 71,79 16.762 14,72 636 0,56 11.329 9,95 3.399 2,98 113.893
21 Kalimantan Tengah 42.343 71,39 8.690 14,65 365 0,62 7.658 12,91 255 0,43 59.311
22 Kalimantan Selatan 64.616 59,16 2.687 2,46 1.348 1,23 37.795 34,60 2.773 2,54 109.219
23 Kalimantan Timur 51.594 60,99 14.445 17,08 1.218 1,44 16.920 20,00 420 0,50 84.597
24 Sulawesi Utara 33.148 69,01 11.676 24,31 658 1,37 1.580 3,29 970 2,02 48.032
25 Sulawesi Tengah 58.449 85,84 3.566 5,24 384 0,56 5.449 8,00 245 0,36 68.093
26 Sulawesi Selatan 155.320 78,45 11.214 5,66 1.596 0,81 18.114 9,15 11.753 5,94 197.997
27 Sulawesi Tenggara 52.098 96,69 924 1,71 368 0,68 492 0,91 2 0,00 53.884
28 Gorontalo 23.189 86,15 1.650 6,13 42 0,16 1.499 5,57 536 1,99 26.916
29 Sulawesi Barat 25.761 82,10 872 2,78 22 0,07 2.857 9,11 1.865 5,94 31.377
30 Maluku 54.688 93,33 1.586 2,71 574 0,98 1.746 2,98 0 0,00 58.594
31 Maluku Utara 38.107 87,40 4.416 10,13 97 0,22 983 2,25 0 0,00 43.603
32 Papua Barat 14.239 96,14 552 3,73 0 0,00 20 0,14 0 0,00 14.811
33 Papua 30.626 86,52 4.546 12,84 30 0,08 195 0,55 0 0,00 35.397
Indonesia 3.926.871 58,93 564.453 8,47 124.679 1,87 1.763.951 26,47 283.202 4,25 6.663.156
Sumber: Statistik Rutin Desember 2016, Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional, 2017
Lampiran 5.7
JUMLAH TEMPAT PELAYANAN KB MENURUT PROVINSI TAHUN 2016
Tempat Pelayanan KB
Jumlah
No Provinsi Faskes KB Pemerintah Faskes KB Swasta Praktik Dokter Praktik Bidan Mandiri Jejaring Lainnya
Klinik KB
Jumlah % Jumlah % Jumlah % Jumlah % Jumlah %
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13)
1 Aceh 2.669 438 16,41 129 4,83 631 23,64 912 34,17 559 20,94
2 Sumatera Utara 3.222 991 30,76 366 11,36 382 11,86 1.307 40,56 176 5,46
3 Sumatera Barat 3.385 408 12,05 23 0,68 456 13,47 2.194 64,82 304 8,98
4 Riau 3.502 307 8,77 118 3,37 453 12,94 1.760 50,26 864 24,67
5 Jambi 2.717 220 8,10 54 1,99 381 14,02 1.393 51,27 669 24,62
6 Sumatera Selatan 4.157 971 23,36 166 3,99 396 9,53 2.113 50,83 511 12,29
7 Bengkulu 1.735 342 19,71 28 1,61 185 10,66 1.100 63,40 80 4,61
8 Lampung 3.412 445 13,04 56 1,64 435 12,75 2.019 59,17 457 13,39
9 Kepulauan Bangka Belitung 480 129 26,88 13 2,71 71 14,79 128 26,67 139 28,96
10 Kepulauan Riau 718 125 17,41 60 8,36 106 14,76 367 51,11 60 8,36
11 DKI Jakarta 2.064 433 20,98 105 5,09 412 19,96 1.110 53,78 4 0,19
12 Jawa Barat 13.856 1.534 11,07 1.381 9,97 2.067 14,92 7.883 56,89 991 7,15
13 Jawa Tengah 15.154 1.051 6,94 603 3,98 2.381 15,71 10.423 68,78 696 4,59
14 DI Yogyakarta 1.124 148 13,17 195 17,35 125 11,12 606 53,91 50 4,45
15 Jawa Timur 14.523 1.296 8,92 534 3,68 1.559 10,73 8.166 56,23 2.968 20,44
16 Banten 2.589 254 9,81 247 9,54 169 6,53 1.448 55,93 471 18,19
17 Bali 1.956 161 8,23 181 9,25 293 14,98 847 43,30 474 24,23
18 Nusa Tenggara Barat 1.972 1.059 53,70 74 3,75 192 9,74 584 29,61 63 3,19
19 Nusa Tenggara Timur 651 517 79,42 48 7,37 32 4,92 44 6,76 10 1,54
20 Kalimantan Barat 1.646 301 18,29 146 8,87 170 10,33 757 45,99 272 16,52
21 Kalimantan Tengah 1.852 650 35,10 223 12,04 143 7,72 691 37,31 145 7,83
22 Kalimantan Selatan 2.443 315 12,89 47 1,92 333 13,63 1.519 62,18 229 9,37
23 Kalimantan Timur 1.459 385 26,39 156 10,69 181 12,41 605 41,47 132 9,05
24 Sulawesi Utara 777 226 29,09 160 20,59 143 18,40 228 29,34 20 2,57
25 Sulawesi Tengah 1.223 889 72,69 55 4,50 74 6,05 140 11,45 65 5,31
26 Sulawesi Selatan 2.574 650 25,25 95 3,69 316 12,28 762 29,60 751 29,18
27 Sulawesi Tenggara 583 433 74,27 16 2,74 56 9,61 71 12,18 7 1,20
28 Gorontalo 532 125 23,50 23 4,32 49 9,21 181 34,02 154 28,95
29 Sulawesi Barat 453 106 23,40 20 4,42 45 9,93 98 21,63 184 40,62
30 Maluku 357 206 57,70 46 12,89 24 6,72 81 22,69 0 0,00
31 Maluku Utara 259 164 63,32 45 17,37 17 6,56 29 11,20 4 1,54
32 Papua Barat 249 176 70,68 17 6,83 13 5,22 42 16,87 1 0,40
33 Papua 422 326 77,25 36 8,53 13 3,08 47 11,14 0 0,00
Indonesia 94.715 15.781 16,66 5.466 5,77 12.303 12,99 49.655 52,43 11.510 12,15
Sumber: Statistik Rutin Desember 2016, Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional, 2017
Lampiran 5.8
HASIL PELAYANAN PESERTA KB BARU PASCA PERSALINAN/PASCA KEGUGURAN (PP/PK)
MENURUT METODE KONTRASEPSI TAHUN 2016
Metode Kontrasepsi
No Provinsi Kondom Pil Suntik IUD Implan MOW MOP Jumlah
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13) (14) (15)
1 Aceh 128.497 27.545 21,44 26.474 20,60 17.717 13,79 11.526 8,97 10.726 8,35 66.443 51,71
2 Sumatera Utara 343.978 23.588 6,86 21.546 6,26 9.314 2,71 8.231 2,39 7.095 2,06 46.186 13,43
3 Sumatera Barat 122.662 22.161 18,07 22.767 18,56 18.110 14,76 15.886 12,95 13.531 11,03 70.294 57,31
4 Riau 168.360 9.938 5,90 11.450 6,80 12.471 7,41 20.902 12,42 20.760 12,33 65.583 38,95
5 Jambi 73.434 26.297 35,81 27.051 36,84 18.798 25,60 12.736 17,34 10.767 14,66 69.352 94,44
6 Sumatera Selatan 181.085 112.044 61,87 104.747 57,84 20.298 11,21 19.145 10,57 18.155 10,03 162.345 89,65
7 Bengkulu 41.298 12.119 29,35 11.689 28,30 2.548 6,17 2.751 6,66 3.340 8,09 20.328 49,22
8 Lampung 173.699 26.732 15,39 24.700 14,22 23.364 13,45 26.761 15,41 26.622 15,33 101.447 58,40
9 Kepulauan Bangka Belitung 29.868 853 2,86 3.294 11,03 6.197 20,75 6.612 22,14 11.087 37,12 27.190 91,03
10 Kepulauan Riau 46.926 9.446 19,99 9.184 19,43 7.113 15,05 5.241 11,09 4.884 10,34 26.422 56,31
11 DKI Jakarta 194.270 29.821 15,35 24.280 12,50 20.235 10,42 17.265 8,89 17.547 9,03 79.327 40,83
12 Jawa Barat 975.780 609.837 62,50 552.152 56,59 214.247 21,96 130.618 13,39 99.607 10,21 996.624 102,14
13 Jawa Tengah 596.834 84.016 14,08 99.788 16,72 104.531 17,51 91.757 15,37 89.064 14,92 385.140 64,53
14 DI Yogyakarta 48.074 333 0,69 1.142 2,38 12.681 26,38 14.476 30,11 11.453 23,82 39.752 82,69
15 Jawa Timur 638.168 301.766 47,29 33.618 5,27 60.667 9,51 117.005 18,33 244.576 38,32 455.865 71,43
16 Banten 270.246 109.750 40,61 105.709 39,12 46.439 17,18 34.912 12,92 28.928 10,70 215.988 79,92
17 Bali 71.720 79 0,11 127 0,18 1.742 2,43 9.416 13,13 29.439 41,05 40.724 56,78
18 Nusa Tenggara Barat 116.301 34.820 29,94 33.979 29,22 21.438 18,43 17.024 14,64 12.796 11,00 85.237 73,29
19 Nusa Tenggara Timur 148.553 26.270 17,68 20.773 13,98 14.897 10,03 9.261 6,23 8.301 5,59 53.232 35,83
20 Kalimantan Barat 112.679 21.713 19,27 21.044 18,68 15.629 13,87 12.216 10,84 11.937 10,59 60.826 53,98
21 Kalimantan Tengah 58.955 15.624 26,50 14.319 24,29 4.346 7,37 2.816 4,78 1.996 3,39 23.477 39,82
22 Kalimantan Selatan 91.310 12.458 13,64 16.288 17,84 12.587 13,78 8.011 8,77 4.731 5,18 41.617 45,58
23 Kalimantan Timur 82.224 8.653 10,52 8.064 9,81 4.464 5,43 3.973 4,83 4.225 5,14 20.726 25,21
24 Kalimantan Utara 13.338 435 3,26 529 3,97 581 4,36 443 3,32 452 3,39 2.005 15,03
25 Sulawesi Utara 45.942 22.802 49,63 20.452 44,52 3.407 7,42 1.777 3,87 1.137 2,47 26.773 58,28
26 Sulawesi Tengah 69.549 17.188 24,71 16.486 23,70 11.004 15,82 8.063 11,59 6.882 9,90 42.435 61,01
27 Sulawesi Selatan 188.046 72.327 38,46 65.555 34,86 24.788 13,18 14.574 7,75 11.555 6,14 116.472 61,94
28 Sulawesi Tenggara 68.140 17.928 26,31 16.635 24,41 8.650 12,69 5.923 8,69 5.244 7,70 36.452 53,50
29 Gorontalo 26.008 17.094 65,73 14.957 57,51 1.879 7,22 1.225 4,71 1.132 4,35 19.193 73,80
30 Sulawesi Barat 35.437 10.021 253,57 8.145 206,10 4.956 125,40 2.160 54,66 4.461 112,88 19.722 55,65
31 Maluku 48.326 18.355 37,98 15.825 32,75 6.904 14,29 3.705 7,67 3.079 6,37 29.513 61,07
32 Maluku Utara 31.942 14.806 46,35 12.789 40,04 3.439 10,77 1.762 5,52 1.571 4,92 19.561 61,24
33 Papua Barat 23.450 1.362 5,81 1.329 5,67 1.323 5,64 1.085 4,63 2.649 11,30 6.386 27,23
34 Papua 78.157 3.386 4,33 3.211 4,11 3.671 4,70 3.883 4,97 4.512 5,77 15.277 19,55
Indonesia 5.343.256 1.721.567 32,41 1.370.098 25,79 740.435 13,94 643.140 12,11 734.241 13,82 3.487.914 65,28
Sumber : Ditjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit, Kemenkes RI, 2017
Lampiran 5.12
PERSENTASE PUSKESMAS MENYELENGGARAKAN PELAYANAN
KESEHATAN SANTUN LANSIA MENURUT PROVINSI TAHUN 2016
Kunjungan Neonatus
No Provinsi
KN1 % KN1
(1) (2) (3) (4)
1 Aceh 99.608 85,28
2 Sumatera Utara 272.833 87,26
3 Sumatera Barat 94.232 84,51
4 Riau 118.604 77,50
5 Jambi 66.772 100,02
6 Sumatera Selatan 165.000 100,24
7 Bengkulu 34.691 92,40
8 Lampung 150.867 95,52
9 Kepulauan Bangka Belitung 25.919 95,46
10 Kepulauan Riau 44.638 104,66
11 DKI Jakarta 176.825 100,14
12 Jawa Barat 876.293 98,80
13 Jawa Tengah 544.156 100,29
14 D I Yogyakarta 42.674 78,88
15 Jawa Timur 575.631 99,20
16 Banten 231.161 94,10
17 Bali 63.399 97,26
18 Nusa Tenggara Barat 102.644 97,10
19 Nusa Tenggara Timur 88.620 65,63
20 Kalimantan Barat 89.540 87,41
21 Kalimantan Tengah 44.277 82,60
22 Kalimantan Selatan 71.103 85,65
23 Kalimantan Timur 71.639 97,30
24 Kalimantan Utara 11.265 85,47
25 Sulawesi Utara 32.888 78,74
26 Sulawesi Tengah 42.941 67,92
27 Sulawesi Selatan 147.841 86,50
28 Sulawesi Tenggara 49.091 79,26
29 Gorontalo 20.064 84,84
30 Sulawesi Barat 22.336 69,33
31 Maluku 11.726 26,69
32 Maluku Utara 5.562 19,15
33 Papua Barat 7.343 34,45
34 Papua 35.162 49,49
Indonesia 4.437.345 91,14
Sumber: Ditjen Kesehatan Masyarakat, Kemenkes RI, 2017
Lampiran 5.14
CAKUPAN IMUNISASI DASAR PADA BAYI
MENURUT PROVINSI TAHUN 2016
Imunisasi Dasar
BCG HB<7 HARI DPT-HB-HiB (1) DPT-HB-HiB (3) Polio 4 Campak
No Provinsi Lengkap
Jumlah % Jumlah % Jumlah % Jumlah % Jumlah % Jumlah % Jumlah %
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13) (14) (15) (16)
1 Aceh 86.179 73,8 90.208 77,2 80.755 70,2 78.362 68,1 82.468 71,7 84.599 73,5 79.512 69,1
2 Sumatera Utara 286.748 91,7 258.967 82,8 291.105 95,2 283.205 92,6 280.177 91,6 281.286 92,0 272.743 89,2
3 Sumatera Barat 93.665 84,0 91.800 82,3 92.480 84,7 89.224 81,7 87.012 79,7 86.973 79,7 84.697 77,6
4 Riau 129.512 84,6 114.309 74,7 131.060 87,9 127.904 85,8 125.251 84,0 119.693 80,3 121.755 81,7
5 Jambi 67.765 101,5 66.324 99,3 66.743 103,0 66.565 102,7 66.141 102,0 66.406 102,4 65.357 100,8
6 Sumatera Selatan 170.115 103,3 158.163 96,1 173.203 108,0 171.313 106,9 169.677 105,8 170.128 106,1 168.724 105,3
7 Bengkulu 37.422 90,0 33.492 80,8 37.912 93,2 36.588 90,5 32.382 88,7 35.671 87,6 33.846 82,9
8 Lampung 154.852 98,1 146.558 92,8 155.167 100,8 154.478 100,3 154.284 100,2 153.622 99,8 151.811 98,6
9 Kep. Bangka Belitung 24.660 90,2 25.333 92,0 25.073 93,7 24.455 91,3 23.945 90,2 25.610 95,3 25.299 94,0
10 Kepulauan Riau 41.925 90,5 41.764 81,0 42.041 76,0 41.289 74,3 37.157 86,9 41.276 86,7 40.918 85,0
11 DKI Jakarta 172.450 97,6 164.658 93,2 174.731 97,7 173.574 97,0 189.243 105,8 172.248 96,3 183.913 102,8
12 Jawa Barat 853.031 96,2 819.405 92,4 856.248 97,9 835.833 95,6 827.166 94,6 830.498 95,0 806.371 92,2
13 Jawa Tengah 547.359 100,9 533.137 98,3 551.415 103,2 550.303 103,0 541.015 101,2 546.392 102,2 541.920 101,4
14 DI Yogyakarta 42.040 98,3 42.003 98,2 41.665 97,3 41.659 97,2 41.627 97,2 41.410 96,7 41.293 96,4
15 Jawa Timur 560.267 96,5 548.110 94,3 563.691 98,3 551.969 99,9 541.907 94,6 554.323 96,5 561.877 98,1
16 Banten 242.460 98,7 230.426 93,8 236.434 97,8 226.762 93,8 227.211 94,0 225.601 93,3 218.230 90,3
17 Bali 64.717 99,3 61.927 95,0 64.757 100,6 63.246 87,9 63.148 98,1 63.798 99,1 63.707 99,0
18 Nusa Tenggara Barat 101.440 95,9 98.133 92,8 105.901 104,6 106.044 104,7 105.909 104,6 103.534 102,2 101.337 100,1
19 Nusa Tenggara Timur 95.768 76,2 74.979 54,7 97.691 75,2 90.138 70,9 92.248 71,4 93.824 73,6 88.252 69,3
20 Kalimantan Barat 86.156 84,1 74.927 73,1 86.860 87,4 83.503 84,0 83.877 84,4 85.814 86,3 82.286 82,8
21 Kalimantan Tengah 46.056 85,9 38.900 72,6 46.653 90,7 44.070 85,7 43.677 84,9 43.582 84,8 41.294 80,3
22 Kalimantan Selatan 68.262 82,2 64.460 77,7 63.368 79,1 65.406 81,6 65.513 81,7 66.607 83,1 67.875 84,2
23 Kalimantan Timur 68.343 89,2 60.098 78,1 68.101 93,7 66.818 92,0 62.892 88,9 63.261 87,0 62.935 85,8
24 Kalimantan Utara 11.620 77,3 10.449 70,3 11.671 64,8 10.650 58,0 8.197 56,2 10.827 57,8 10.493 56,1
25 Sulawesi Utara 37.558 85,1 30.199 69,6 38.410 88,6 37.065 85,7 34.414 83,9 35.117 81,5 33.734 78,4
26 Sulawesi Tengah 54.996 87,0 51.290 81,1 54.413 89,6 53.221 87,7 53.258 87,7 52.211 86,0 50.948 83,9
27 Sulawesi Selatan 154.384 90,3 144.626 84,6 155.493 93,5 158.060 95,0 153.634 92,4 154.907 93,1 152.817 91,9
28 Sulawesi Tenggara 54.812 81,4 44.825 66,8 55.014 84,5 52.788 80,9 48.899 79,1 53.597 81,9 51.289 79,0
29 Gorontalo 20.766 75,2 20.479 74,7 21.294 80,0 20.966 77,6 17.442 76,9 20.880 78,5 20.015 74,5
30 Sulawesi Barat 25.071 77,8 24.450 75,9 26.083 85,6 25.200 82,7 24.820 81,5 25.141 82,5 24.611 80,8
31 Maluku 33.354 74,3 25.083 55,4 35.590 84,3 33.695 78,7 31.801 76,4 33.713 78,4 30.108 67,6
32 Maluku Utara 21.745 74,9 19.188 66,1 22.171 79,2 21.503 76,8 21.090 75,4 21.622 77,3 21.070 75,3
33 Papua Barat 18.930 88,8 17.778 83,4 17.276 85,2 16.563 81,7 16.845 83,1 16.897 83,4 17.000 83,9
34 Papua 45.016 61,5 26.461 37,2 47.205 68,0 39.488 56,8 37.340 55,1 44.960 63,5 42.642 60,0
Indonesia 4.519.444 93,0 4.252.909 87,5 4.537.674 95,3 4.441.907 93,3 4.391.667 92,2 4.426.028 93,0 4.360.679 91,6
Sumber : Ditjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit, Kemenkes RI, 2017 (Update sampai dengan 19 Mei 2017)
Catatan : sejak tahun 2013 sesuai kebijakan nasional, Provinsi DI Yogyakarta hanya memberikan tiga dosis polio secara suntik melalui pemberian IPV, cakupan imunisasi polio di DI Yogyakarta merupakan Polio 3
Lampiran 5.15
DROP OUT RATE CAKUPAN IMUNISASI DPT/HB(1) - CAMPAK DAN CAKUPAN IMUNISASI DPT/HB(1) - DPT/HB(3)
PADA BAYI MENURUT PROVINSI TAHUN 2014-2016
Tahun
No Provinsi 2014 2015 2016*
DPT/HB(1)-Campak DPT/HB(1) - DPT/HB(3) DPT/HB(1)-Campak DPT/HB(1) - DPT/HB(3) DPT/HB/Hib(1)-Campak DPT/HB/Hib(1) - DPT/HB/Hib(3)
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)
1 Aceh 7,3 7,5 7,3 7,5 -4,8 3,0
2 Sumatera Utara 3,4 2,2 3,4 2,2 3,4 2,7
3 Sumatera Barat 7,4 4,0 7,4 4,0 6,0 3,5
4 Riau 5,3 3,8 5,3 3,8 8,7 2,4
5 Jambi 2,4 4,1 2,4 4,1 0,5 0,3
6 Sumatera Selatan 2,4 0,3 2,4 0,3 1,8 1,1
7 Bengkulu 3,7 2,4 3,7 2,4 -4,8 3,0
8 Lampung -0,3 -0,4 -0,3 -0,4 1,0 0,4
9 Kepulauan Bangka Belitung 1,5 3,3 1,5 3,3 -2,1 2,5
10 Kepulauan Riau 2,2 0,0 2,2 0,0 1,8 1,8
11 DKI Jakarta 0,3 0,2 0,3 0,2 1,4 0,7
12 Jawa Barat 3,7 2,6 3,7 2,6 3,0 2,4
13 Jawa Tengah 0,2 -0,9 0,2 -0,9 0,9 0,2
14 DI Yogyakarta 0,7 0,4 0,7 0,4 0,6 0,0
15 Jawa Timur 0,5 0,8 0,5 0,8 1,7 2,1
16 Banten 3,6 2,4 3,6 2,4 4,6 4,1
17 Bali 2,1 2,5 2,1 2,5 1,5 2,3
18 Nusa Tenggara Barat 0,9 -0,9 0,9 -0,9 2,2 -0,1
19 Nusa Tenggara Timur 3,6 3,6 3,6 3,6 4,0 7,7
20 Kalimantan Barat 3,8 3,8 3,8 3,8 1,2 3,9
21 Kalimantan Tengah 6,4 4,0 6,4 4,0 6,6 5,5
22 Kalimantan Selatan 5,2 3,2 5,2 3,2 -5,1 -3,2
23 Kalimantan Timur 6,6 4,6 6,6 4,6 7,1 1,9
24 Kalimantan Utara 0,7 6,1 0,7 6,1 7,2 8,7
25 Sulawesi Utara 5,8 1,8 5,8 1,8 8,6 3,5
26 Sulawesi Tengah 5,7 4,8 5,7 4,8 4,0 2,2
27 Sulawesi Selatan 4,8 0,7 4,8 0,7 0,4 -1,7
28 Sulawesi Tenggara 4,9 5,4 4,9 5,4 2,6 4,0
29 Gorontalo 2,1 -1,0 2,1 -1,0 1,9 1,5
30 Sulawesi Barat 2,2 -1,5 2,2 -1,5 3,6 3,4
31 Maluku 5,3 3,7 5,3 3,7 5,3 5,3
32 Maluku Utara 10,3 9,7 10,3 9,7 2,5 3,0
33 Papua Barat 14,2 13,3 14,2 13,3 2,2 4,1
34 Papua 6,6 16,0 6,6 16,0 4,8 16,3
Indonesia 2,9 1,6 2,9 2,0 2,4 2,1
Sumber : Ditjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit, Kemenkes RI, 2017 (*: Update sampai dengan 19 Mei 2017)
Lampiran 5.16
CAKUPAN DESA/KELURAHAN UNIVERSAL CHILD IMMUNIZATION (UCI) MENURUT PROVINSI TAHUN 2014-2016
Sasaran (Siswa SD/Sederajat) Campak (Kelas 1) DT (Kelas 1) Td (Kelas 2) Td (Kelas 3) Td (Kelas 2+3)
No Provinsi
Kelas 1 Kelas 2 Kelas 3 Kelas 2+3 Jumlah % Jumlah % Jumlah % Jumlah % Jumlah %
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13) (14) (15) (16)
1 Aceh 108.177 105.164 104.007 209.171 88.943 82,2 87.552 80,9 89.402 85,0 90.833 87,3 180.235 86,2
2 Sumatera Utara 304.175 297.978 295.632 593.610 267.715 88,0 263.121 86,5 264.054 88,6 265.486 89,8 529.540 89,2
3 Sumatera Barat 106.086 105.186 104.462 209.648 104.343 98,4 104.012 98,0 106.107 100,9 104.331 99,9 210.438 100,4
4 Riau 130.228 128.638 127.696 256.334 137.748 105,8 128.073 98,3 127.197 98,9 122.840 96,2 250.037 97,5
5 Jambi 64.005 64.005 64.940 128.945 71.762 112,1 71.602 111,9 71.465 111,7 70.985 109,3 142.450 110,5
6 Sumatera Selatan 155.621 154.526 153.710 308.236 176.782 113,6 173.231 111,3 174.616 113,0 173.137 112,6 347.753 112,8
7 Bengkulu 35.617 35.686 35.759 71.445 37.991 106,7 37.379 104,9 37.961 106,4 38.102 106,6 76.063 106,5
8 Lampung 155.944 153.027 152.111 305.138 166.497 106,8 166.156 106,5 162.852 106,4 159.611 104,9 322.463 105,7
9 Kepulauan Bangka Belitung 21.991 22.023 22.109 44.132 24.030 109,3 23.233 105,6 24.049 109,2 23.170 104,8 47.219 107,0
10 Kepulauan Riau 42.459 41.287 40.597 81.884 38.299 90,2 36.354 85,6 38.109 92,3 36.363 89,6 74.472 90,9
11 DKI Jakarta 173.147 166.076 160.420 326.496 235.637 136,1 129.114 74,6 126.760 76,3 131.049 81,7 257.809 79,0
12 Jawa Barat 838.153 832.813 832.598 1.665.411 812.157 96,9 792.412 94,5 778.803 93,5 770.175 92,5 1.548.978 93,0
13 Jawa Tengah 553.912 558.515 561.480 1.119.995 584.752 105,6 580.636 104,8 596.108 106,7 596.089 106,2 1.192.197 106,4
14 DI Yogyakarta 53.544 52.880 52.900 105.780 51.658 96,5 52.472 98,0 55.222 104,4 52.847 99,9 108.069 102,2
15 Jawa Timur 601.604 607.390 611.643 1.219.033 495.675 82,4 491.059 81,6 491.398 80,9 496.958 81,2 988.356 81,1
16 Banten 233.907 228.799 224.132 452.931 119.620 51,1 147.660 63,1 143.216 62,6 140.116 62,5 283.332 62,6
17 Bali 68.906 70.322 71.283 141.605 69.193 100,4 69.067 100,2 68.594 97,5 69.572 97,6 138.166 97,6
18 Nusa Tenggara Barat 99.222 98.138 97.020 195.158 100.299 101,1 99.732 100,5 94.673 96,5 92.416 95,3 187.089 95,9
19 Nusa Tenggara Timur 121.406 119.797 119.519 239.316 96.320 79,3 81.904 67,5 102.133 85,3 102.125 85,4 204.258 85,4
20 Kalimantan Barat 94.242 93.302 92.910 186.212 109.610 116,3 109.271 115,9 102.000 109,3 103.345 111,2 205.345 110,3
21 Kalimantan Tengah 22.598 22.350 22.177 44.527 54.400 240,7 54.202 239,9 52.582 235,3 51.587 232,6 104.169 233,9
22 Kalimantan Selatan 61.004 60.284 59.684 119.968 61.976 101,6 61.230 100,4 59.948 99,4 58.551 98,1 118.499 98,8
23 Kalimantan Timur 63.703 63.033 62.796 125.829 74.972 117,7 73.114 114,8 71.336 113,2 69.651 110,9 140.987 112,0
24 Kalimantan Utara 13.417 13.277 13.225 26.502 9.097 67,8 8.531 63,6 7.801 58,8 7.945 60,1 15.746 59,4
25 Sulawesi Utara 40.790 41.098 41.322 82.420 37.349 91,6 37.201 91,2 35.202 85,7 36.767 89,0 71.969 87,3
26 Sulawesi Tengah 53.419 53.244 53.294 106.538 59.277 111,0 58.983 110,4 59.537 111,8 60.801 114,1 120.338 113,0
27 Sulawesi Selatan 161.902 161.991 162.158 324.149 155.326 95,9 154.105 95,2 151.999 93,8 157.748 97,3 309.747 95,6
28 Sulawesi Tenggara 59.429 58.213 56.964 115.177 51.069 85,9 51.030 85,9 51.339 88,2 53.348 93,7 104.687 90,9
29 Gorontalo 17.909 17.886 17.935 35.821 18.615 103,9 17.060 95,3 18.842 105,3 19.749 110,1 38.591 107,7
30 Sulawesi Barat 27.211 26.850 26.659 53.509 25.036 92,0 21.503 79,0 24.544 91,4 25.727 96,5 50.271 93,9
31 Maluku 37.296 36.724 35.948 72.672 29.789 79,9 29.064 77,9 25.836 70,4 25.875 72,0 51.711 71,2
32 Maluku Utara 26.494 26.347 26.604 52.951 24.761 93,5 23.270 87,8 23.678 89,9 24.091 90,6 47.769 90,2
33 Papua Barat 550 569 594 1.163 16.426 2.986,5 15.549 2.827,1 13.322 2.341,3 13.117 2.208,2 26.439 2.273,3
34 Papua 64.428 64.038 63.933 127.971 16.842 26,1 16.140 25,1 15.106 23,6 14.633 22,9 29.739 23,2
Indonesia 4.612.496 4.581.456 4.568.221 9.149.677 4.423.966 95,91 4.265.023 92,5 4.265.790 93,11 4.259.139 93,23 8.524.930 93,17
Sumber : Ditjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit, Kemenkes RI, 2017 (Update sampai dengan 19 Mei 2017)
Lampiran 5.18
CAKUPAN PUSKESMAS YANG MELAKSANAKAN PENJARINGAN KESEHATAN
PESERTA DIDIK KELAS I MENURUT PROVINSI TAHUN 2016
2015 2016
No Provinsi
Gizi Buruk Gizi Kurang Gizi Baik Gizi Lebih Gizi Buruk Gizi Kurang Gizi Baik Gizi Lebih
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10)
1 Aceh 4,6 12,5 80,3 2,6 2,1 10,6 85,7 1,6
2 Sumatera Utara 4,8 12,5 80,5 2,2 2,8 8,6 86,4 2,1
3 Sumatera Barat 2,5 11,6 84,5 1,5 1,6 11,4 85,9 1,1
4 Riau 3,9 12,1 82,6 1,4 1,9 13,2 83,5 1,4
5 Jambi 2,3 20,0 85,9 1,8 2,4 10,9 84,9 1,8
6 Sumatera Selatan 1,2 9,5 87,7 1,6 1,6 8,1 88,7 1,6
7 Bengkulu 0,8 3,3 94,8 1,1 0,9 5,9 90,7 2,5
8 Lampung 2,2 10,4 85,2 2,2 1,8 10,1 86,5 1,6
9 Kep. Bangka Belitung 1,1 11,5 86,4 1,0 2,0 12,3 84,1 1,5
10 Kepulauan Riau 2,9 10,5 84,5 2,1 4,1 13,3 81,1 1,5
11 DKI Jakarta 3,3 11,0 83,5 2,2 2,9 9,1 84,4 3,5
12 Jawa Barat 2,8 11,4 84,8 1,0 2,3 9,5 87,1 1,0
13 Jawa Tengah 2,0 10,0 86,4 1,6 2,7 10,5 85,1 1,7
14 DI Yogyakarta 1,4 9,2 87,8 1,6 2,3 12,3 84,8 0,6
15 Jawa Timur 1,5 12,9 83,8 1,8 2,6 11,0 84,7 1,7
16 Banten 2,9 10,8 84,7 1,7 3,2 10,1 84,7 1,9
17 Bali 1,8 6,0 89,8 2,5 0,5 5,2 91,1 3,2
18 Nusa Tenggara Barat 2,3 9,7 86,9 1,1 2,5 12,3 84,4 0,8
19 Nusa Tenggara Timur 5,0 13,9 79,9 1,2 6,5 16,5 76,2 0,8
20 Kalimantan Barat 5,5 15,6 77,7 1,3 6,6 17,9 74,2 1,4
21 Kalimantan Tengah 3,2 14,9 80,8 1,1 4,6 15,3 79,2 0,9
22 Kalimantan Selatan 4,9 14,9 79,4 0,7 3,6 13,3 81,7 1,3
23 Kalimantan Timur 3,1 13,9 81,7 1,3 3,4 14,6 80,9 1,0
24 Kalimantan Utara 3,9 14,5 80,8 0,8 4,6 14,7 79,4 1,4
25 Sulawesi Utara 1,0 8,5 87,7 2,8 1,5 5,3 92,1 1,1
26 Sulawesi Tengah 6,3 16,7 75,6 1,3 4,8 15,5 77,8 1,9
27 Sulawesi Selatan 3,7 13,6 82,0 0,7 4,4 16,5 78,4 0,7
28 Sulawesi Tenggara 1,6 12,8 84,3 1,3 1,6 10,1 87,1 1,2
29 Gorontalo 4,6 13,1 80,9 1,4 4,1 15,7 79,5 0,6
30 Sulawesi Barat 3,4 14,3 81,3 1,0 4,1 15,5 78,5 1,9
31 Maluku 5,2 15,4 77,5 1,9 4,9 14,4 78,8 1,8
32 Maluku Utara 3,7 10,2 83,9 2,2 2,3 12,8 84,4 0,5
33 Papua Barat 4,7 13,1 80,2 2,0 5,6 14,0 79,0 1,4
34 Papua 5,7 12,4 78,9 3,1 3,7 11,0 83,2 2,1
Indonesia 3,2 11,9 83,3 1,6 3,1 11,8 83,6 1,5
Sumber: Pemantauan Status Gizi Tahun 2016, Ditjen. Kesehatan Masyarakat, Kemenkes RI, 2017
Lampiran 5.24
PERSENTASE BALITA USIA 0-59 BULAN MENURUT STATUS GIZI DENGAN INDEKS BB/U
MENURUT PROVINSI TAHUN 2015-2016
2015 2016
No Provinsi
Gizi Buruk Gizi Kurang Gizi Baik Gizi Lebih Gizi Buruk Gizi Kurang Gizi Baik Gizi Lebih
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10)
1 Aceh 6,0 16,3 76,1 1,5 2,6 14,1 82,2 1,1
2 Sumatera Utara 5,0 14,5 78,8 1,7 3,1 10,1 85,2 1,7
3 Sumatera Barat 2,8 14,5 81,5 1,2 2,1 13,9 83,3 0,7
4 Riau 4,0 13,8 80,6 1,6 2,0 15,0 81,4 1,6
5 Jambi 2,6 11,7 83,7 2,0 2,4 13,2 82,6 1,9
6 Sumatera Selatan 1,7 12,4 84,5 1,4 1,9 9,3 87,2 1,6
7 Bengkulu 0,6 4,0 94,4 1,0 1,3 7,4 89,5 1,8
8 Lampung 2,5 13,6 82,2 1,6 1,6 12,4 84,5 1,6
9 Kep. Bangka Belitung 1,3 11,7 84,3 2,7 2,0 11,2 83,5 3,3
10 Kepulauan Riau 3,2 13,7 80,1 3,0 3,7 14,0 80,1 2,1
11 DKI Jakarta 3,4 13,8 79,5 3,3 3,0 11,3 81,3 4,4
12 Jawa Barat 3,0 13,9 81,7 1,4 2,4 12,1 84,2 1,3
13 Jawa Tengah 2,9 13,1 82,4 1,5 3,0 13,9 81,4 1,8
14 DI Yogyakarta 1,3 11,0 86,0 1,7 2,1 13,8 82,5 1,6
15 Jawa Timur 1,8 16,0 80,2 2,0 3,4 13,9 80,7 2,0
16 Banten 3,9 14,0 80,2 1,9 4,2 13,9 80,0 1,8
17 Bali 1,6 7,4 87,7 3,3 1,0 8,1 87,4 3,5
18 Nusa Tenggara Barat 3,3 14,5 81,6 0,7 3,0 17,2 79,1 0,6
19 Nusa Tenggara Timur 7,0 18,6 73,5 0,9 6,9 21,3 71,3 0,5
20 Kalimantan Barat 6,2 19,1 73,2 1,5 6,7 20,8 70,7 1,8
21 Kalimantan Tengah 4,5 18,9 74,9 1,8 5,6 19,1 73,6 1,6
22 Kalimantan Selatan 6,7 18,9 73,1 1,3 4,1 17,7 76,6 1,6
23 Kalimantan Timur 3,8 15,4 79,0 1,9 3,8 16,0 78,5 1,7
24 Kalimantan Utara 4,6 16,0 78,3 1,1 4,1 15,4 79,4 1,2
25 Sulawesi Utara 1,0 10,6 86,3 2,1 1,3 5,9 91,6 1,2
26 Sulawesi Tengah 7,0 20,3 71,7 1,1 5,0 19,2 74,6 1,2
27 Sulawesi Selatan 5,0 17,1 77,2 0,8 5,0 20,1 74,3 0,6
28 Sulawesi Tenggara 2,8 17,6 78,3 1,3 2,0 13,8 83,3 0,9
29 Gorontalo 5,6 18,8 74,5 1,1 4,5 17,8 77,0 0,7
30 Sulawesi Barat 5,5 19,2 74,7 0,6 5,0 19,7 74,2 1,0
31 Maluku 5,7 19,8 73,1 1,4 6,0 18,2 74,7 1,1
32 Maluku Utara 4,6 13,6 80,3 1,6 1,8 15,2 82,5 0,5
33 Papua Barat 5,3 14,9 78,4 1,4 5,6 17,7 75,6 1,0
34 Papua 5,4 14,2 77,6 2,7 3,2 11,9 83,0 1,8
Indonesia 3,9 14,9 79,7 1,6 3,4 14,4 80,7 1,5
Sumber: Pemantauan Status Gizi Tahun 2016, Ditjen. Kesehatan Masyarakat, Kemenkes RI, 2017
Lampiran 5.25
PERSENTASE BALITA USIA 0-23 BULAN MENURUT STATUS GIZI DENGAN INDEKS TB/U
MENURUT PROVINSI TAHUN 2015-2016
2015 2016
No Provinsi
Sangat Pendek Pendek Normal Sangat Pendek Pendek Normal
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)
1 Aceh 8,9 16,8 74,3 5,7 14,9 79,4
2 Sumatera Utara 13,4 14,4 72,2 8,0 11,1 80,9
3 Sumatera Barat 5,5 13,0 81,5 4,5 13,1 82,4
4 Riau 6,4 12,9 80,6 5,4 13,7 80,9
5 Jambi 7,6 12,1 80,3 6,9 13,8 79,3
6 Sumatera Selatan 3,2 13,1 83,7 3,2 11,0 85,8
7 Bengkulu 5,2 10,7 84,2 5,3 10,7 84,0
8 Lampung 5,2 12,2 82,7 5,9 13,0 81,1
9 Kep. Bangka Belitung 4,0 12,9 83,1 6,6 12,5 80,9
10 Kepulauan Riau 6,5 12,4 81,1 7,8 13,8 78,4
11 DKI Jakarta 6,6 13,6 79,8 5,6 10,2 84,2
12 Jawa Barat 4,2 12,9 82,9 4,8 12,7 82,5
13 Jawa Tengah 5,3 13,4 81,2 4,8 13,3 81,9
14 DI Yogyakarta 4,1 12,9 83,0 4,4 14,4 81,3
15 Jawa Timur 8,7 13,1 78,1 6,1 14,3 79,6
16 Banten 4,5 10,6 84,9 5,4 13,2 81,5
17 Bali 5,5 12,4 82,1 4,4 10,9 84,7
18 Nusa Tenggara Barat 10,3 17,5 72,2 6,1 14,6 79,3
19 Nusa Tenggara Timur 14,4 18,3 67,4 13,3 18,8 67,8
20 Kalimantan Barat 10,7 18,3 70,9 12,5 20,1 67,5
21 Kalimantan Tengah 10,0 18,3 71,7 8,2 18,3 73,6
22 Kalimantan Selatan 13,9 17,0 69,1 7,8 17,8 74,5
23 Kalimantan Timur 7,5 14,8 77,7 6,5 17,1 76,4
24 Kalimantan Utara 10,2 17,9 71,9 9,0 16,8 74,2
25 Sulawesi Utara 6,5 13,1 80,4 7,0 13,9 79,1
26 Sulawesi Tengah 8,3 17,6 74,1 8,3 17,6 74,1
27 Sulawesi Selatan 8,1 18,6 73,3 7,6 19,1 73,3
28 Sulawesi Tenggara 5,9 16,0 78,1 7,0 15,6 77,4
29 Gorontalo 12,1 17,9 70,0 8,8 15,8 75,4
30 Sulawesi Barat 9,7 19,0 71,3 10,8 17,4 71,9
31 Maluku 12,0 14,0 74,1 11,3 13,2 75,5
32 Maluku Utara 7,7 10,4 81,9 4,2 15,1 80,7
33 Papua Barat 11,0 13,6 75,4 9,0 15,4 75,6
34 Papua 13,8 12,7 73,3 10,3 14,7 75,0
Indonesia 8,4 14,7 76,9 7,1 14,6 78,3
Sumber: Pemantauan Status Gizi Tahun 2016, Ditjen. Kesehatan Masyarakat, Kemenkes RI, 2017
Lampiran 5.26
PERSENTASE BALITA USIA 0-59 BULAN MENURUT STATUS GIZI DENGAN INDEKS TB/U
MENURUT PROVINSI TAHUN 2015-2016
2015 2016
No Provinsi
Sangat Pendek Pendek Normal Sangat Pendek Pendek Normal
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)
1 Aceh 11,6 20,0 68,4 7,6 18,8 73,6
2 Sumatera Utara 15,4 17,8 66,8 9,3 15,1 75,6
3 Sumatera Barat 8,3 19,4 72,3 6,7 18,9 74,5
4 Riau 7,8 16,1 76,1 7,3 17,8 74,9
5 Jambi 9,7 16,2 74,1 8,5 18,5 73,0
6 Sumatera Selatan 5,1 18,3 76,6 4,7 14,6 80,8
7 Bengkulu 5,6 12,5 81,9 6,6 16,3 77,0
8 Lampung 6,1 16,6 77,3 6,6 18,2 75,2
9 Kep. Bangka Belitung 4,9 14,0 81,1 6,2 15,7 78,1
10 Kepulauan Riau 7,7 15,2 77,1 7,2 15,6 77,1
11 DKI Jakarta 7,6 15,4 77,0 6,3 13,8 79,9
12 Jawa Barat 6,9 18,7 74,4 6,1 19,0 74,9
13 Jawa Tengah 6,7 18,1 75,2 6,1 17,8 76,1
14 DI Yogyakarta 4,4 16,2 79,4 4,7 17,1 78,2
15 Jawa Timur 9,5 17,6 72,9 7,5 18,6 73,9
16 Banten 7,7 15,5 76,8 8,1 18,9 73,0
17 Bali 5,5 15,1 79,4 5,2 14,5 80,3
18 Nusa Tenggara Barat 11,9 22,0 66,1 8,3 21,7 70,0
19 Nusa Tenggara Timur 18,3 22,9 58,8 15,0 23,7 61,3
20 Kalimantan Barat 12,1 22,0 65,9 11,9 23,0 65,1
21 Kalimantan Tengah 12,0 21,4 66,6 11,2 22,9 65,9
22 Kalimantan Selatan 15,7 21,5 62,8 9,8 21,3 68,9
23 Kalimantan Timur 8,4 18,3 73,3 7,2 19,9 72,9
24 Kalimantan Utara 11,4 19,6 69,0 10,3 21,3 68,4
25 Sulawesi Utara 6,3 15,9 77,8 6,8 14,4 78,8
26 Sulawesi Tengah 11,4 23,9 64,7 10,2 21,8 68,0
27 Sulawesi Selatan 9,9 24,2 65,9 9,7 25,9 64,4
28 Sulawesi Tenggara 9,2 22,2 68,6 8,9 20,6 70,4
29 Gorontalo 14,1 22,4 63,5 11,5 21,5 67,0
30 Sulawesi Barat 12,8 25,6 61,6 14,7 25,0 60,3
31 Maluku 13,0 19,3 67,7 12,3 16,6 71,0
32 Maluku Utara 9,8 14,7 75,5 4,9 19,7 75,4
33 Papua Barat 12,5 17,0 70,5 11,4 18,8 69,7
34 Papua 13,6 15,0 71,4 11,6 16,3 72,0
Indonesia 10,1 18,9 70,0 8,6 19,0 72,5
Sumber: Pemantauan Status Gizi Tahun 2016, Ditjen. Kesehatan Masyarakat, Kemenkes RI, 2017
Lampiran 5.27
PERSENTASE BALITA USIA 0-23 BULAN MENURUT STATUS GIZI DENGAN INDEKS BB/TB
MENURUT PROVINSI TAHUN 2015-2016
2015 2016
No Provinsi
Sangat Kurus Kurus Normal Gemuk Sangat Kurus Kurus Normal Gemuk
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10)
1 Aceh 7,4 10,1 75,4 7,1 4,2 10,3 82,0 3,5
2 Sumatera Utara 7,5 10,3 73,8 8,4 5,2 9,3 79,4 6,1
3 Sumatera Barat 3,2 9,4 83,2 4,2 2,3 8,8 85,7 3,2
4 Riau 5,8 10,0 80,7 3,5 4,1 10,2 82,1 3,6
5 Jambi 5,2 8,7 80,1 5,9 3,0 8,2 84,1 4,8
6 Sumatera Selatan 1,4 7,2 88,2 3,2 2,2 7,3 86,7 3,8
7 Bengkulu 1,0 3,3 89,7 6,0 1,6 6,9 85,4 6,1
8 Lampung 3,5 8,2 84,0 4,3 2,9 7,8 84,6 4,7
9 Kep. Bangka Belitung 2,1 6,7 87,2 4,0 2,3 7,9 86,3 3,4
10 Kepulauan Riau 3,1 9,4 81,2 6,3 3,8 10,8 80,7 4,7
11 DKI Jakarta 3,9 9,7 79,6 6,8 4,6 9,0 80,4 6,0
12 Jawa Barat 2,4 7,6 87,6 2,4 2,4 8,0 86,8 2,9
13 Jawa Tengah 2,9 7,7 84,8 4,6 2,7 8,1 85,5 3,6
14 DI Yogyakarta 1,4 8,6 87,8 2,2 2,5 7,5 87,5 2,5
15 Jawa Timur 4,5 8,2 81,3 6,0 3,0 7,8 84,6 4,6
16 Banten 5,7 9,6 80,7 4,1 3,0 8,7 84,6 3,7
17 Bali 1,9 4,4 86,5 7,2 1,4 5,3 87,1 6,2
18 Nusa Tenggara Barat 2,0 6,2 84,0 7,9 2,0 7,7 87,3 2,9
19 Nusa Tenggara Timur 3,1 8,6 79,8 8,4 6,2 11,3 76,4 6,2
20 Kalimantan Barat 4,9 10,9 79,2 5,0 5,5 10,6 79,4 4,5
21 Kalimantan Tengah 3,6 10,7 80,9 4,8 3,7 10,4 82,7 3,2
22 Kalimantan Selatan 3,9 10,4 79,8 5,9 3,2 8,0 84,4 4,4
23 Kalimantan Timur 4,2 9,4 81,5 4,9 2,0 8,6 85,4 4,0
24 Kalimantan Utara 4,5 9,3 78,6 7,6 3,1 8,0 84,1 4,8
25 Sulawesi Utara 4,1 8,9 78,8 8,2 2,4 7,8 83,2 6,5
26 Sulawesi Tengah 5,2 9,9 81,9 3,0 4,6 9,0 82,1 4,3
27 Sulawesi Selatan 2,2 7,8 86,5 3,5 2,7 8,3 86,6 2,4
28 Sulawesi Tenggara 2,4 8,3 85,2 4,0 3,1 8,5 83,7 4,6
29 Gorontalo 5,1 8,0 80,9 6,0 5,7 10,8 81,5 2,0
30 Sulawesi Barat 3,2 8,7 82,7 5,3 3,3 7,8 83,6 5,2
31 Maluku 6,1 12,0 76,2 5,7 9,1 12,4 72,9 5,6
32 Maluku Utara 4,4 9,6 81,5 4,5 2,8 9,0 86,4 1,8
33 Papua Barat 5,6 10,6 77,7 6,0 6,1 11,4 78,6 3,8
34 Papua 8,4 10,7 71,2 9,6 6,6 9,9 76,7 6,9
Indonesia 4,1 8,7 81,5 5,6 3,7 8,9 83,1 4,3
Sumber: Pemantauan Status Gizi Tahun 2016, Ditjen. Kesehatan Masyarakat, Kemenkes RI, 2017
Lampiran 5.28
PERSENTASE BALITA USIA 0-59 BULAN MENURUT STATUS GIZI DENGAN INDEKS BB/TB
MENURUT PROVINSI TAHUN 2015-2016
2015 2016
No Provinsi
Sangat Kurus Kurus Normal Gemuk Sangat Kurus Kurus Normal Gemuk
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10)
1 Aceh 7,1 10,3 77,0 5,6 3,5 9,8 83,5 3,1
2 Sumatera Utara 6,8 9,1 76,6 7,5 4,3 7,7 82,3 5,6
3 Sumatera Barat 2,6 7,0 86,1 4,3 1,9 7,0 88,3 2,8
4 Riau 4,7 8,6 82,5 4,2 3,2 8,6 83,5 4,7
5 Jambi 4,7 7,3 81,5 6,5 2,4 7,3 84,6 5,7
6 Sumatera Selatan 1,3 6,2 89,1 3,4 1,6 6,5 88,0 3,9
7 Bengkulu 0,9 3,0 91,3 4,8 1,3 6,1 87,2 5,5
8 Lampung 2,9 8,4 84,8 3,9 2,6 6,4 86,6 4,4
9 Kep. Bangka Belitung 1,5 5,9 85,9 6,7 1,7 6,1 85,4 6,8
10 Kepulauan Riau 3,7 8,3 80,4 7,6 3,0 9,6 82,3 5,2
11 DKI Jakarta 3,0 8,5 81,0 7,5 3,5 7,8 80,7 8,1
12 Jawa Barat 1,8 5,7 89,1 3,4 1,6 5,9 89,1 3,4
13 Jawa Tengah 2,2 6,9 86,4 4,5 2,2 7,4 86,7 3,7
14 DI Yogyakarta 1,3 5,6 89,1 4,0 1,7 6,7 87,1 4,6
15 Jawa Timur 3,9 7,6 82,6 5,9 2,5 7,2 85,2 5,1
16 Banten 4,6 9,4 81,4 4,6 2,2 7,0 87,0 3,8
17 Bali 1,7 4,2 86,0 8,1 1,2 4,3 87,3 7,2
18 Nusa Tenggara Barat 2,1 7,2 85,5 5,2 2,0 7,7 87,9 2,4
19 Nusa Tenggara Timur 4,0 9,6 79,9 6,5 5,8 11,6 78,4 4,2
20 Kalimantan Barat 4,4 10,4 79,7 5,5 4,3 10,1 80,8 4,8
21 Kalimantan Tengah 3,5 10,4 80,7 5,4 2,9 8,8 84,0 4,3
22 Kalimantan Selatan 3,9 10,2 79,8 6,1 2,6 8,4 84,5 4,5
23 Kalimantan Timur 3,4 8,5 82,6 5,5 2,0 7,6 85,8 4,6
24 Kalimantan Utara 3,9 9,8 79,3 7,0 2,5 7,0 85,0 5,4
25 Sulawesi Utara 4,3 8,6 80,3 6,8 2,2 7,2 84,3 6,2
26 Sulawesi Tengah 3,9 9,5 83,6 3,0 3,7 8,7 83,9 3,7
27 Sulawesi Selatan 2,5 8,3 86,3 2,9 2,0 7,3 88,4 2,3
28 Sulawesi Tenggara 2,4 8,2 85,2 4,2 2,9 7,8 85,4 3,9
29 Gorontalo 4,4 9,0 81,5 5,1 4,3 9,2 84,1 2,4
30 Sulawesi Barat 2,7 9,2 84,6 3,5 3,2 7,7 84,8 4,2
31 Maluku 6,3 11,0 78,4 4,3 9,0 13,2 73,7 4,0
32 Maluku Utara 4,7 9,5 81,8 4,0 2,2 7,8 88,6 1,5
33 Papua Barat 5,6 10,4 78,6 5,4 4,9 10,8 81,5 2,8
34 Papua 7,9 10,5 72,9 8,7 5,7 9,1 79,3 5,8
Indonesia 3,7 8,2 82,7 5,3 3,1 8,0 84,6 4,3
Sumber: Pemantauan Status Gizi Tahun 2016, Ditjen. Kesehatan Masyarakat, Kemenkes RI, 2017
Lampiran 5.29
PERSENTASE BALITA KURUS DAN IBU HAMIL RISIKO KEK* MENDAPAT MAKANAN TAMBAHAN
MENURUT PROVINSI TAHUN 2016
Jenis Kelamin
No Provinsi Laki-laki Perempuan
Laki-laki+ Perempuan
Jumlah % Jumlah %
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
1 Aceh 3.683 63,14 2.150 36,86 5.833
2 Sumatera Utara 14.665 64,77 7.978 35,23 22.643
3 Sumatera Barat 4.679 63,60 2.678 36,40 7.357
4 Riau 3.983 64,27 2.214 35,73 6.197
5 Jambi 2.013 60,40 1.320 39,60 3.333
6 Sumatera Selatan 5.710 61,16 3.626 38,84 9.336
7 Bengkulu 1.139 61,07 726 38,93 1.865
8 Lampung 5.329 59,22 3.670 40,78 8.999
9 Kep. Bangka Belitung 950 61,57 593 38,43 1.543
10 Kepulauan Riau 2.176 61,16 1.382 38,84 3.558
11 DKI Jakarta 16.146 58,32 11.541 41,68 27.687
12 Jawa Barat 39.600 56,00 31.115 44,00 70.715
13 Jawa Tengah 20.133 56,33 15.610 43,67 35.743
14 DI Yogyakarta 1.701 55,34 1.373 44,66 3.074
15 Jawa Timur 27.534 56,41 21.274 43,59 48.808
16 Banten 8.701 58,76 6.106 41,24 14.807
17 Bali 3.278 63,29 1.901 36,71 5.179
18 Nusa Tenggara Barat 1.855 63,29 1.076 36,71 2.931
19 Nusa Tenggara Timur 3.374 59,85 2.263 40,15 5.637
20 Kalimantan Barat 2.726 57,96 1.977 42,04 4.703
21 Kalimantan Tengah 763 62,44 459 37,56 1.222
22 Kalimantan Selatan 1.861 60,84 1.198 39,16 3.059
23 Kalimantan Timur 3.579 60,10 2.376 39,90 5.955
24 Kalimantan Utara 3.456 55,95 2.721 44,05 6.177
25 Sulawesi Utara 3.314 62,05 2.027 37,95 5.341
26 Sulawesi Tengah 2.393 59,75 1.612 40,25 4.005
27 Sulawesi Selatan 7.813 58,81 5.472 41,19 13.285
28 Sulawesi Tenggara 2.244 60,14 1.487 39,86 3.731
29 Gorontalo 1.020 61,00 652 39,00 1.672
30 Sulawesi Barat 1.012 60,45 662 39,55 1.674
31 Maluku 2.109 55,01 1.725 44,99 3.834
32 Maluku Utara 1.055 59,14 729 40,86 1.784
33 Papua Barat 1.036 55,31 837 44,69 1.873
34 Papua 4.660 55,92 3.673 44,08 8.333
Indonesia 205.690 58,45 146.203 41,55 351.893
Sumber: Ditjen P2P, Kemenkes RI, 2017
*Data per 11 Mei 2017
Lampiran 6.2
JUMLAH KASUS BARU TUBERKULOSIS PARU BTA POSITIF
MENURUT JENIS KELAMIN DAN PROVINSI TAHUN 2016
Jenis Kelamin
No Provinsi Laki-laki Perempuan
Laki-laki+ Perempuan
Jumlah % Jumlah %
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
1 Aceh 2.207 64,14 1.234 35,86 3.441
2 Sumatera Utara 9.658 66,09 4.956 33,91 14.614
3 Sumatera Barat 2.952 65,66 1.544 34,34 4.496
4 Riau 2.697 65,88 1.397 34,12 4.094
5 Jambi 1.608 62,35 971 37,65 2.579
6 Sumatera Selatan 3.516 63,02 2.063 36,98 5.579
7 Bengkulu 655 62,50 393 37,50 1.048
8 Lampung 3.544 61,40 2.228 38,60 5.772
9 Kep. Bangka Belitung 573 62,97 337 37,03 910
10 Kepulauan Riau 867 62,06 530 37,94 1.397
11 DKI Jakarta 6.415 61,07 4.090 38,93 10.505
12 Jawa Barat 18.027 58,56 12.758 41,44 30.785
13 Jawa Tengah 9.773 57,80 7.135 42,20 16.908
14 DI Yogyakarta 762 57,08 573 42,92 1.335
15 Jawa Timur 13.768 58,86 9.622 41,14 23.390
16 Banten 5.184 61,33 3.268 38,67 8.452
17 Bali 2.207 65,01 1.188 34,99 3.395
18 Nusa Tenggara Barat 1.006 64,24 560 35,76 1.566
19 Nusa Tenggara Timur 1.940 61,45 1.217 38,55 3.157
20 Kalimantan Barat 1.384 61,51 866 38,49 2.250
21 Kalimantan Tengah 357 65,27 190 34,73 547
22 Kalimantan Selatan 959 63,51 551 36,49 1.510
23 Kalimantan Timur 2.400 61,76 1.486 38,24 3.886
24 Kalimantan Utara 2.018 57,01 1.522 42,99 3.540
25 Sulawesi Utara 2.610 61,72 1.619 38,28 4.229
26 Sulawesi Tengah 1.633 61,34 1.029 38,66 2.662
27 Sulawesi Selatan 4.408 60,07 2.930 39,93 7.338
28 Sulawesi Tenggara 1.761 59,55 1.196 40,45 2.957
29 Gorontalo 874 61,12 556 38,88 1.430
30 Sulawesi Barat 813 61,87 501 38,13 1.314
31 Maluku 1.035 57,69 759 42,31 1.794
32 Maluku Utara 580 58,53 411 41,47 991
33 Papua Barat 390 56,60 299 43,40 689
34 Papua 1.877 59,57 1.274 40,43 3.151
Indonesia 110.458 60,79 71.253 39,21 181.711
Sumber: Ditjen P2P, Kemenkes RI, 2017
*Data per 11 Mei 2017
Lampiran 6.3
JUMLAH KASUS TUBERKULOSIS SEMUA TIPE
MENURUT KELOMPOK UMUR, JENIS KELAMIN, DAN PROVINSI TAHUN 2016
Cakupan Penemuan
Jumlah Kasus
Jumlah Kasus Baru
No Provinsi Kumulatif
2014 2015 2016 1987-2016
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
1 Aceh 56 49 60 330
2 Sumatera Utara 231 53 118 3.879
3 Sumatera Barat 240 - 152 1.344
4 Riau 171 251 252 1.676
5 Jambi 59 52 75 627
6 Sumatera Selatan 87 175 115 699
7 Bengkulu 19 24 55 309
8 Lampung 81 125 76 705
9 Kepulauan Bangka Belitung 33 61 28 425
10 Kepulauan Riau 44 212 224 1.076
11 DKI Jakarta 130 130 555 8.648
12 Jawa Barat 61 657 382 5.251
13 Jawa Tengah 740 963 1.402 6.444
14 DI Yogyakarta 199 91 112 1.361
15 Jawa Timur 1.623 1.643 1.110 16.911
16 Banten 209 134 191 1.641
17 Bali 880 957 882 6.803
18 Nusa Tenggara Barat 80 89 75 691
19 Nusa Tenggara Timur 389 - 27 1.954
20 Kalimantan Barat 168 179 110 2.567
21 Kalimantan Tengah 25 26 59 207
22 Kalimantan Selatan 76 - - 429
23 Kalimantan Timur 226 254 177 1.167
24 Kalimantan Utara 36 43 30 204
25 Sulawesi Utara 163 180 199 1.340
26 Sulawesi Tengah 119 112 72 524
27 Sulawesi Selatan 209 241 571 2.812
28 Sulawesi Tenggara 54 60 62 388
29 Gorontalo 6 25 37 149
30 Sulawesi Barat 3 - 9 19
31 Maluku 118 62 128 567
32 Maluku Utara 77 104 76 494
33 Papua Barat 13 7 - 1.741
34 Papua 1.338 226 70 13.398
Indonesia 7.963 7.185 7.491 86.780
Sumber: Ditjen P2P, Kemenkes RI, 2017
Data per 31 Januari 2017
Keterangan: - = tidak ada data
Lampiran 6.9
JUMLAH KASUS BARU HIV
MENURUT PROVINSI TAHUN 2014 - 2016
Perkiraan Diare
No Provinsi Diare Ditangani % Diare Ditangani
di Fasilitas Kesehatan
(1) (2) (3) (4) (5)
1 Aceh 135.054 25.341 18,8
2 Sumatera Utara 376.321 - -
3 Sumatera Barat 140.300 36.322 25,9
4 Riau 171.299 7.717 5
5 Jambi 91.857 26.001 28,3
6 Sumatera Selatan 217.412 44.015 20
7 Bengkulu 50.622 12.017 23,7
8 Lampung 219.167 43.323 20
9 Kep. Bangka Belitung 37.066 12.149 32,8
10 Kepulauan Riau 53.271 5.351 10
11 DKI Jakarta 274.803 246.895 89,8
12 Jawa Barat 1.261.159 930.176 74
13 Jawa Tengah 911.901 95.635 10,5
14 DI Yogyakarta 99.338 8.442 8
15 Jawa Timur 1.048.885 338.806 32,3
16 Banten 322.790 164.079 51
17 Bali 112.126 32.651 29,1
18 Nusa Tenggara Barat 130.561 89.269 68
19 Nusa Tenggara Timur 138.243 66.341 48,0
20 Kalimantan Barat 129.319 - -
21 Kalimantan Tengah 67.365 9.472 14,1
22 Kalimantan Selatan 107.725 9.986 9
23 Kalimantan Timur 92.518 51.776 56,0
24 Kalimantan Utara 17.331 - -
25 Sulawesi Utara 65.127 6.337 9,7
26 Sulawesi Tengah 77.671 12.992 17
27 Sulawesi Selatan 230.048 172.650 75,0
28 Sulawesi Tenggara 67.487 30.304 45
29 Gorontalo 30.596 16.206 53,0
30 Sulawesi Barat 34.619 25.825 75
31 Maluku 45.536 7.764 17,1
32 Maluku Utara 31.382 - -
33 Papua Barat 23.531 - -
34 Papua 85.034 16.242 19
Indonesia 6.897.463 2.544.084 36,9
Sumber: Ditjen P2P, Kemenkes RI, 2017
*Data per 1 Maret 2017
Lampiran 6.15
JUMLAH KASUS BARU KUSTA DAN CASE DETECTION RATE (CDR) PER 100.000 PENDUDUK
MENURUT PROVINSI DAN JENIS KELAMIN TAHUN 2016
Meninggal
Tanpa pemeriksaan
Total
Tidak Diimunisasi
No Provinsi
Tidak Diketahui
Tidak Diketahui
Tidak Diketahui
Tidak Diketahui
Tidak Diketahui
Tidak Diketahui
Alkohol/Iodium
Bidan/Perawat
Bidan/Perawat
Tradisional
Tradisional
Tradisional
Lain-lain
Lain-lain
Gunting
Bambu
Dokter
Dokter
Tidak
TT2+
TT1
Ya
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13) (14) (15) (16) (17) (18) (19) (20) (21) (22) (23) (24) (25) (26) (27) (28) (29)
1 Aceh 2 2 100,0 0 1 0 1 0 0 1 0 1 0 1 1 0 0 1 1 0 1 1 0 0 1 0 1
2 Sumatera Utara 0 0 0,0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
3 Sumatera Barat 1 0 0,0 0 1 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 1 0 1 0 0
4 Riau 0 0 0,0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
5 Jambi 0 0 0,0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
6 Sumatera Selatan 3 0 0,0 0 0 0 1 2 0 0 1 2 0 0 1 2 0 1 0 2 0 1 0 2 2 0 1
7 Bengkulu 0 0 0,0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
8 Lampung 0 0 0,0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
9 Kep. Bangka Belitung 0 0 0,0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
10 Kepulauan Riau 0 0 0,0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
11 DKI Jakarta 0 0 0,0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
12 Jawa Barat 0 0 0,0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
13 Jawa Tengah 0 0 0,0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
14 DI Yogyakarta 0 0 0,0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
15 Jawa Timur 19 8 42,1 0 11 4 4 0 1 3 15 0 0 3 16 0 3 0 12 4 10 8 1 0 15 4 0
16 Banten 0 0 0,0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
17 Bali 0 0 0,0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
18 Nusa Tenggara Barat 0 0 0,0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
19 Nusa Tenggara Timur 0 0 0,0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
20 Kalimantan Barat 4 2 50,0 0 2 0 2 0 0 0 4 0 0 0 4 0 0 4 0 0 0 3 1 0 2 2 0
21 Kalimantan Tengah 0 0 0,0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
22 Kalimantan Selatan 0 0 0,0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
23 Kalimantan Timur 0 0 0,0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
24 Kalimantan Utara 0 0 0,0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
25 Sulawesi Utara 0 0 0,0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
26 Sulawesi Tengah 0 0 0,0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
27 Sulawesi Selatan 0 0 0,0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
28 Sulawesi Tenggara 0 0 0,0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
29 Gorontalo 1 0 0,0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 1 0 0 1 0 0
30 Sulawesi Barat 0 0 0,0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
31 Maluku 0 0 0,0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
32 Maluku Utara 0 0 0,0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
33 Papua Barat 0 0 0,0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
34 Papua 3 2 66,7 0 1 0 1 1 1 0 1 1 0 0 1 2 0 1 0 2 0 2 1 0 2 0 1
Indonesia 33 14 42,4 0 16 5 9 3 2 4 23 4 0 4 25 4 3 7 15 8 11 16 4 2 24 6 3
Sumber: Ditjen P2P per 15 Februari 2017
Lampiran 6.19
JUMLAH KASUS, MENINGGAL, DAN INCIDENCE RATE (IR) CAMPAK
MENURUT PROVINSI TAHUN 2016
Incidens Rate
No Provinsi Jumlah Penduduk Kasus (per 100.000 Penduduk) Meninggal
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13) (14)
1 Aceh 5.096.248 48.243 37.694 10.031 47.725 243 209 99% 86% 0,05 18 23
2 Sumatera Utara 14.102.911 46.466 14.479 29.241 43.720 3.807 3.562 94% 94% 0,27 18 29
3 Sumatera Barat 5.259.528 5.094 4.296 679 4.975 650 649 98% 100% 0,12 16 18
4 Riau 6.500.971 14.760 6.887 7.814 14.701 166 127 100% 77% 0,03 7 12
5 Jambi 3.458.926 45.138 25.249 16.207 41.456 492 460 92% 93% 0,14 3 11
6 Sumatera Selatan 8.160.901 33.598 16.252 14.586 30.838 2.286 1.917 92% 84% 0,28 7 14
7 Bengkulu 1.904.793 34.297 22.920 10.922 33.842 2.770 2.477 99% 89% 1,45 3 5
8 Lampung 8.205.141 24.793 18.222 6.571 24.793 3.298 3.210 100% 97% 0,40 5 12
9 Kep. Bangka Belitung 1.401.827 31.564 29.375 2.189 31.564 158 158 100% 100% 0,11 5 7
10 Kepulauan Riau 2.028.169 9.190 4.418 4.189 8.607 721 409 94% 57% 0,36 3 6
11 DKI Jakarta 10.277.628 70 70 0 70 70 70 100% 100% 0,01 6 6
12 Jawa Barat 47.379.389 22.036 15.680 3.055 18.735 323 228 85% 71% 0,01 23 27
13 Jawa Tengah 34.019.095 53.998 48.546 5.452 53.998 1.091 910 100% 83% 0,03 28 35
14 DI Yogyakarta 3.720.912 95 95 0 95 95 95 100% 100% 0,03 4 5
15 Jawa Timur 39.075.152 11.421 10.845 576 11.421 303 262 100% 86% 0,01 37 38
16 Banten 12.203.148 28 28 0 28 28 28 100% 100% 0,00 6 8
17 Bali 4.200.069 7.978 7.978 0 7.978 6 6 100% 100% 0,00 9 9
18 Nusa Tenggara Barat 4.896.162 92.427 73.758 13.519 87.277 1.168 1.035 94% 89% 0,24 3 10
19 Nusa Tenggara Timur 5.203.514 247.616 215.664 26.989 242.653 28.129 27.278 98% 97% 5,41 0 6
20 Kalimantan Barat 4.861.738 48.790 18.171 29.531 47.702 297 233 98% 78% 0,06 2 14
21 Kalimantan Tengah 2.550.192 18.866 9.105 9.718 18.823 474 456 100% 96% 0,19 5 14
22 Kalimantan Selatan 4.055.479 14.465 8.270 6.195 14.465 2.117 1.978 100% 93% 0,52 4 11
23 Kalimantan Timur 3.501.232 13.152 5.639 7.513 13.152 1.228 1.081 100% 88% 0,35 3 8
24 Kalimantan Utara 666.333 2.538 2.065 473 2.538 22 14 100% 64% 0,03 1 5
25 Sulawesi Utara 2.436.921 23.498 12.028 11.470 23.498 1.752 1.752 100% 100% 0,72 3 12
26 Sulawesi Tengah 2.921.715 32.132 17.871 12.802 30.673 1.446 873 95% 60% 0,49 3 9
27 Sulawesi Selatan 8.606.375 18.986 13.821 4.405 18.226 992 933 96% 94% 0,12 14 24
28 Sulawesi Tenggara 2.770.910 14.435 6.360 8.075 14.435 1.226 1.189 100% 97% 0,44 8 16
29 Gorontalo 1.150.765 13.302 10.275 2.962 13.237 176 173 100% 98% 0,15 2 6
30 Sulawesi Barat 1.306.478 38.091 24.631 13.460 38.091 119 118 100% 99% 0,09 1 6
31 Maluku 1.715.548 53.039 33.758 16.594 50.352 6.780 6.604 95% 97% 3,95 0 3
32 Maluku Utara 1.185.912 29.259 18.718 8.479 27.197 2.888 2.296 93% 80% 2,44 0 2
33 Papua Barat 893.362 73.457 39.579 11.765 51.344 6.063 4.804 70% 79% 6,79 0 1
34 Papua 3.207.444 397.357 319.346 70.303 389.649 147.066 135.406 98% 92% 45,85 0 1
Indonesia 258.924.888 1.520.179 1.092.093 365.765 1.457.858 218.450 201.000 96% 92% 0,84 247 413
Sumber: Ditjen P2P, Kemenkes RI, 2017
Lampiran 6.26
ANNUAL PARASITE INSIDENCE (API) MALARIA
MENURUT PROVINSI TAHUN 2013-2016
API
No Provinsi
2013 2014 2015 2016
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
1 Aceh 0,44 0,16 0,08 0,05
2 Sumatera Utara 1,30 0,69 0,49 0,27
3 Sumatera Barat 0,26 0,18 0,14 0,12
4 Riau 0,23 0,13 0,10 0,03
5 Jambi 1,11 0,84 0,47 0,14
6 Sumatera Selatan 0,39 0,30 0,31 0,28
7 Bengkulu 3,89 2,17 2,03 1,45
8 Lampung 0,34 0,55 0,49 0,40
9 Kepulauan Bangka Belitung 1,28 0,86 1,08 0,11
10 Kepulauan Riau 0,49 0,41 0,35 0,36
11 DKI Jakarta 0,00 0,00 0,00 0,01
12 Jawa Barat 0,00 0,01 0,00 0,01
13 Jawa Tengah 0,04 0,05 0,06 0,03
14 DI Yogyakarta 0,02 0,02 0,03 0,03
15 Jawa Timur 0,00 0,01 0,00 0,01
16 Banten 0,01 0,00 0,00 0,00
17 Bali 0,00 0,00 0,00 0,00
18 Nusa Tenggara Barat 0,57 0,78 0,42 0,24
19 Nusa Tenggara Timur 16,37 12,81 7,04 5,41
20 Kalimantan Barat 0,23 0,17 0,13 0,06
21 Kalimantan Tengah 2,00 1,32 0,42 0,19
22 Kalimantan Selatan 1,43 1,35 0,68 0,52
23 Kalimantan Timur 0,47 0,32 0,46 0,35
24 Kalimantan Utara - 0,09 0,03 0,03
25 Sulawesi Utara 1,11 0,94 0,88 0,72
26 Sulawesi Tengah 1,13 0,80 0,68 0,49
27 Sulawesi Selatan 0,25 0,10 0,10 0,12
28 Sulawesi Tenggara 0,62 0,46 0,41 0,44
29 Gorontalo 1,08 0,84 0,57 0,15
30 Sulawesi Barat 0,40 0,25 0,17 0,09
31 Maluku 8,25 6,00 5,81 3,95
32 Maluku Utara 4,51 3,32 2,77 2,44
33 Papua Barat 38,44 20,85 31,29 6,79
34 Papua 42,65 29,57 31,93 45,85
Indonesia 1,38 0,99 0,85 0,84
Sumber: Ditjen P2P, Kemenkes RI, 2017
Lampiran 6.27
JUMLAH PENDERITA, INCIDENCE RATE PER 100.000 PENDUDUK, KASUS MENINGGAL, DAN CASE FATALITY RATE (%)
DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD/DHF)
MENURUT PROVINSI TAHUN 2016
Cakupan
Baseline Total Curiga Kanker Curiga Kanker
Sasaran Pemeriksaan Pemeriksaan Pemeriksaan IVA Positif Tumor Payudara
No Provinsi Pemeriksaan Pemeriksaan s.d Serviks Payudara
(2014) 2015 2016 s.d 2016 s.d 2016 s.d 2016
(2014) 2016 s.d 2016 s.d 2016
(%)
(1) (2) [3] [4] [5] [6] [7] [8] [9] [10] [11] [12]
1 Aceh 685.175 2.981 3.067 6.140 12.188 2 92 0 0 0
2 Sumatera Utara 1.853.941 96.204 16.232 28.098 140.534 8 754 26 127 18
3 Sumatera Barat 685.565 3.281 8.034 37.767 49.082 7 753 3 0 0
4 Riau 899.417 2.343 2.204 15.370 19.917 2 821 56 96 27
5 Jambi 499.520 1.261 1.700 4.347 7.308 1 522 7 63 0
6 Sumatera Selatan 1.145.622 2.867 4.687 3.639 11.193 1 232 0 0 0
7 Bengkulu 273.822 3.522 1.250 1.368 6.140 2 62 0 9 0
8 Lampung 1.165.939 4.140 17.091 33.368 54.599 5 1.337 227 707 187
9 Kep. Bangka Belitung 195.565 208 3.135 9.655 12.998 7 129 9 28 5
10 Kepulauan Riau 325.234 1.282 5.837 2.338 9.457 3 143 0 0 0
11 DKI Jakarta 1.665.148 88.374 30.709 82.154 201.237 12 4.799 269 354 0
12 Jawa Barat 6.838.318 143.849 40.731 53.995 238.575 3 2.310 173 452 0
13 Jawa Tengah 4.964.317 181.606 52.514 46.727 280.847 6 20.548 111 543 7
14 DI Yogyakarta 539.404 14.170 13.426 14.008 41.604 8 2.834 52 312 13
15 Jawa Timur 6.012.729 148.875 59.332 197.419 405.626 7 17.824 187 83 21
16 Banten 1.822.567 4.417 5.333 6.428 16.178 1 93 1 1 0
17 Bali 645.583 94.837 17.768 13.754 126.359 20 12.653 254 537 21
18 Nusa Tenggara Barat 722.347 16.827 35.514 30.150 82.491 11 1.015 53 58 33
19 Nusa Tenggara Timur 638.355 2.743 2.547 2.116 7.406 1 312 9 5 0
20 Kalimantan Barat 665.354 4.939 5.403 10.528 20.870 3 948 124 271 265
21 Kalimantan Tengah 367.946 2.758 4.213 3.465 10.436 3 263 6 23 0
22 Kalimantan Selatan 601.850 39.641 581 5.974 46.196 8 1.187 0 0 0
23 Kalimantan Timur 509.706 1.838 4.042 19.690 25.570 5 102 2 8 0
24 Kalimantan Utara 87.409 98 407 3.103 3.608 4 87 24 9 0
25 Sulawesi Utara 343.290 22.563 1.158 2.165 25.886 8 1.574 0 2 0
26 Sulawesi Tengah 414.645 3.680 5.758 9.461 18.899 5 208 0 0 0
27 Sulawesi Selatan 1.219.200 12.314 13.798 5.606 31.718 3 834 112 301 0
28 Sulawesi Tenggara 331.931 1.137 867 2.135 4.139 1 482 11 8 14
29 Gorontalo 162.490 161 416 535 1.112 1 13 0 8 0
30 Sulawesi Barat 180.443 325 1.190 1.172 2.687 1 88 3 1 0
31 Maluku 215.097 139 1.749 737 2.625 1 72 0 0 0
32 Maluku Utara 155.967 14 848 1.299 2.161 1 28 0 23 0
33 Papua Barat 119.863 279 2.052 835 3.166 3 85 20 1 0
34 Papua 461.724 426 641 2.064 3.131 1 248 0 0 0
Indonesia 37.415.483 904.099 364.234 657.610 1.925.943 5 73.453 1.739 4.030 611
Sumber: Ditjen P2P, Kemenkes RI, 2017
Ket : Sasaran = perempuan usia 30-50 tahun
Lampiran 6.36
JUMLAH KEJADIAN BENCANA MENURUT JENIS BENCANA DAN BULAN KEJADIAN
TAHUN 2016
Jumlah Kejadian
No. Jenis Krisis Kesehatan Total
Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober Nopember Desember
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13) (14) (15)
1 Banjir 14 41 19 12 8 10 1 2 5 10 19 4 145
2 Letusan Gunung Api 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 2
3 Gempa Bumi 1 1 0 0 0 3 0 1 0 0 2 4 12
4 Gempa Bumi dan Tsunami 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
5 Tanah Longsor 9 15 15 8 5 6 5 6 16 12 9 13 119
6 Banjir Bandang 5 2 2 6 6 4 2 2 2 4 1 2 38
7 Kekeringan 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
8 Angin Puting Beliung 4 3 6 5 6 0 2 1 4 8 10 11 60
9 Gelombang Pasang/Badai 1 0 0 0 1 6 1 0 1 0 0 0 10
10 Banjir dan Tanah Longsor 1 0 3 3 0 1 2 0 2 2 0 0 14
Sub Total Bencana Alam 36 62 45 34 27 30 13 12 30 36 41 34 400
1 Kebakaran 4 1 1 4 2 4 7 10 2 3 4 6 48
2 Kebakaran Hutan dan Lahan 0 0 0 0 0 0 0 2 0 0 0 0 2
3 Kecelakaan Transportasi 1 2 2 1 12 4 4 6 6 9 8 7 62
4 Kecelakaan Industri 0 1 0 0 0 1 0 0 0 1 0 1 4
5 Kejadian Luar Biasa (KLB) - Penyakit 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 2
6 Kejadian Luar Biasa (KLB) - Keracunan 10 7 11 4 9 6 8 12 4 14 9 4 98
7 Gagal Teknologi 1 0 0 0 4 6 1 3 3 2 0 1 21
8 Wabah Penyakit (Epidemi - Pandemi) 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Sub Total Bencana Non Alam 17 11 14 9 27 21 20 33 15 30 21 19 237
1 Konflik Sosial atau Kerusuhan Sosial 2 2 3 0 2 2 2 1 0 0 2 0 16
2 Aksi Teror dan Sabotase 1 0 0 0 1 0 2 0 1 1 1 1 8
Sub Total Bencana Sosial 3 2 3 0 3 2 4 1 1 1 3 1 24
Total Jumlah Bencana 2016 56 75 62 43 57 53 37 46 46 67 65 54 661
Sumber : Pusat Krisis Kesehatan, Kemenkes RI, 2017
Lampiran 6.37
JUMLAH DAN KORBAN BENCANA MENURUT JENIS BENCANA
TAHUN 2016
Cakupan Pemeriksaan sampai dengan 3 bulan sebelum masa operasional tahun berjalan
No Provinsi (%)
2015 2016
(1) (2) (3) (4)
1 Aceh 47,45 53,23
2 Sumatera Utara 67,17 43,52
3 Sumatera Barat 55,33 74,06
4 Riau 81,14 97,61
5 Jambi 55,77 63,53
6 Sumatera Selatan 54,71 75,24
7 Bengkulu 61,26 28,79
8 Lampung 42,41 35,45
9 Kep. Bangka Belitung 60,98 95,69
10 Kepulauan Riau 82,09 73,10
11 DKI Jakarta 59,93 102,55
12 Jawa Barat 62,82 78,51
13 Jawa Tengah 62,68 58,83
14 DI Yogyakarta 76,06 81,13
15 Jawa Timur 62,78 67,78
16 Banten 72,39 77,75
17 Bali 18,96 55,69
18 Nusa Tenggara Barat 70,94 34,30
19 Nusa Tenggara Timur 18,94 31,41
20 Kalimantan Barat 5,26 13,45
21 Kalimantan Tengah 29,57 30,29
22 Kalimantan Selatan 71,50 48,79
23 Kalimantan Timur 45,33 37,13
24 Kalimantan Utara - -
25 Sulawesi Utara 48,85 66,97
26 Sulawesi Tengah 41,34 59,97
27 Sulawesi Selatan 60,25 63,53
28 Sulawesi Tenggara 66,23 62,26
29 Gorontalo 88,03 80,61
30 Sulawesi Barat 50,86 71,86
31 Maluku 35,03 6,04
32 Maluku Utara 72,59 76,26
33 Papua Barat 69,93 67,91
34 Papua 26,44 11,60
Indonesia 60,93 65,68
Sumber: Pusat Kesehatan Haji, Kemenkes RI, 2017
Keterangan: - = Kalimantan Utara masih bergabung dengan Kalimantan Timur (data provinsi diambil dari Siskohat Kemenag).
Lampiran 6.40
PENYAKIT TERBANYAK RAWAT JALAN KLOTER HAJI
TAHUN 2016
2 Acute Upper Respiratory Infectios of Multiple and Unspecified Sites J06 44.672 13
3 Essential (primary) Hypertension I10 38.216 11
Jumlah Kabupaten/
No Provinsi Jumlah Kabupaten/Kota Kota Penyelenggara Tatanan %
Kawasan Sehat
(1) (2) (3) (4) (5)
1 Aceh 23 6 26,09
2 Sumatera Utara 33 17 51,52
3 Sumatera Barat 19 19 100,00
4 Riau 12 11 91,67
5 Jambi 11 11 100,00
6 Sumatera Selatan 17 14 82,35
7 Bengkulu 10 8 80,00
8 Lampung 15 9 60,00
9 Kepulauan Bangka Belitung 7 7 100,00
10 Kepulauan Riau 7 5 71,43
11 DKI Jakarta 6 6 100,00
12 Jawa Barat 27 27 100,00
13 Jawa Tengah 35 35 100,00
14 DI Yogyakarta 5 5 100,00
15 Jawa Timur 38 38 100,00
16 Banten 8 6 75,00
17 Bali 9 9 100,00
18 Nusa Tenggara Barat 10 10 100,00
19 Nusa Tenggara Timur 22 7 31,82
20 Kalimantan Barat 14 8 57,14
21 Kalimantan Tengah 14 2 14,29
22 Kalimantan Selatan 13 10 76,92
23 Kalimantan Timur 10 9 90,00
24 Kalimantan Utara 5 4 80,00
25 Sulawesi Utara 15 12 80,00
26 Sulawesi Tengah 13 6 46,15
27 Sulawesi Selatan 24 24 100,00
28 Sulawesi Tenggara 17 9 52,94
29 Gorontalo 6 6 100,00
30 Sulawesi Barat 6 4 66,67
31 Maluku 11 3 27,27
32 Maluku Utara 10 2 20,00
33 Papua Barat 13 0 0,00
34 Papua 29 1 3,45
Indonesia 514 350 68,09
Sumber: Direktorat Jenderal Kesehatan Masyarakat, Kemenkes RI, 2017
Lampiran 7.3
PERSENTASE RUMAH TANGGA MENURUT SUMBER AIR MINUM LAYAK
TAHUN 2014-2016
Jumlah Tempat-tempat TTU yang Memenuhi Syarat TTU yang Memenuhi Syarat
No Provinsi
Umum (TTU) Kesehatan Kesehatan (%)
(1) (2) (3) (4) (5)
1 Aceh 546 364 66,67
2 Sumatera Utara 713 354 49,65
3 Sumatera Barat 21.423 13.088 61,09
4 Riau 165 115 69,70
5 Jambi 166 107 64,46
6 Sumatera Selatan 251 212 84,46
7 Bengkulu 2.123 1.842 86,76
8 Lampung 8.208 116 1,41
9 Kep. Bangka Belitung 1.334 1.181 88,53
10 Kepulauan Riau 277 127 45,85
11 DKI Jakarta 633 523 82,62
12 Jawa Barat 33.035 23.724 71,81
13 Jawa Tengah 30.871 919 2,98
14 DI. Yogyakarta 699 519 74,25
15 Jawa Timur 2.455 527 21,47
16 Banten 18.724 14.981 80,01
17 Bali 1.520 1.152 75,79
18 Nusa Tenggara Barat 5.792 4.847 83,68
19 Nusa Tenggara Timur 267 181 67,79
20 Kalimantan Barat 288 180 62,50
21 Kalimantan Tengah 265 200 75,47
22 Kalimantan Selatan 175 121 69,14
23 Kalimantan Timur 375 290 77,33
24 Kalimantan Utara 114 102 89,47
25 Sulawesi Utara 616 468 75,97
26 Sulawesi Tengah 165 137 83,03
27 Sulawesi Selatan 11.568 9.561 82,65
28 Sulawesi Tenggara 223 181 81,17
29 Gorontalo 92 62 67,39
30 Sulawesi Barat 134 56 41,79
31 Maluku 2.418 1.425 58,93
32 Maluku Utara 2.241 177 7,90
33 Papua Barat 258 84 32,56
34 Papua 456 302 66,23
Indonesia 148.590 78.225 52,64
Sumber: Direktorat Jenderal Kesehatan Masyarakat, Kemenkes RI, 2017
Lampiran 7.7
PERSENTASE TEMPAT PENGELOLAAN MAKANAN (TPM) YANG MEMENUHI SYARAT KESEHATAN
TAHUN 2016