Professional Documents
Culture Documents
OF SWALLOWING (FEES)
Disusun Oleh:
drg. Rumartha Putri Swari / 1606926100
Pembimbing :
dr.Tri Juda Airlangga, Sp.THT-KL(K)
DEPARTEMEN THT-KL
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS INDONESIA
2017
1
I. PENDAHULUAN
dalam hitungan detik yang memungkinkan pergerakan makanan dan cairan dari
rongga mulut ke lambung. Proses ini melibatkan struktur mulut, faring, laring dan
esofagus. Keluhan sulit menelan (disfagia) merupakan salah satu gejala kelainan atau
penyakit di orofaring dan esofagus . keluhan ini akan timbul bila terdapat gangguan
gerakan otot-otot menelan dan gangguan transportasi makanan dari rongga mulut ke
penting dalam diagnosis dan pengobatan disfagia. Pemeriksaan fisik harus mencakup
pemeriksaan leher, mulut, orofaring, dan laring. Pemeriksaan neurologis juga harus
termasuk modifikasi diet dan pelatihan teknik dan manuver menelan. Pembedahan
jarang diindikasikan untuk pasien dengan gangguan menelan. Pada pasien dengan
gangguan berat, makanan sulit melewati rongga mulut dan faring secara keseluruhan
2
Swallowing (FEES). Metode ini pertama kali diperkenalkan oleh Susan Langmore
diagnosis disfagia pada fase faringeal, menentukan kelainan anatomi dan fisiologi
penyebab disfagia dan menentukan posisi aman dan lebih efisien untuk menelan pada
penderita disfagia. Saat ini FEES telah dilengkapi dengan tes sensorik dan disebut
II. ANATOMI
Gambar 1.
3
A. Rongga mulut
Bibir dan pipi terutama disusun oleh sebagian besar otot orbikularis oris
yang dipersarafi oleh saraf fasialis. Ruangan di antara mukosa pipi bagian dalam dan
gigi adalah vestibulum oris. Palatum dibentuk oleh tulang dari palatum durum di
bagian depan dan sebagian besar dari palatum molle di bagian belakang. Dasar mulut
di antara lidah dan gigi terdapat kelenjar sublingual dan bagian dari kelenjar
Lidah merupakan organ muskular yang aktif. Dua pertiga depan dapat digerakkan,
belakang.(4)
B. Faring
melingkar (sirkular). Otot-otot ini berbentuk kipas dengan tiap bagian bawahnya
menutup sebagian otot bagian atasnya dari belakang. Di sebelah depan, otot-otot ini
bertemu satu sama lain dan di bagian belakang bertemu pada jaringan ikat yang
4
disebut rafe faring. Batas hipofaring di sebelah superior adalah tepi atas epiglotis,
batas anterior adalah laring, batas posterior ialah vertebra servikal serta esofagus di
bawah dasar lidah adalah valekula. Bagian ini merupakan dua buah cekungan yang
menelan minuman atau bolus makanan pada saat bolus tersebut menuju ke sinus
piriformis dan ke esofagus. Persarafan motorik dan sensorik daerah faring berasal
dari pleksus faringealis. Pleksus ini dibentuk oleh cabang faringeal dari N. vagus,
cabang dari N. glossofaringeus dan serabut simpatis. Dari pleksus faringealis keluar
cabang N. glosofaringeus.(4)
5
C. Esofagus
setinggi batas bawah kartilago krikoid atau setinggi vertebral servikal 6. Di dalam
perjalanannya dari daerah servikal, esofagus masuk ke dalam rongga toraks. Di dalam
rongga toraks, esofagus berada di mediastinum superior antara trakea dan kolumna
vertebra. Akhirnya esofagus ini sampai di rongga abdomen dan bersatu dengan
servikal, torakal, dan abdominal. Esofagus menyempit pada tiga tempat. Penyempitan
pertama yang bersifat sfingter terletak setinggi tulang rawan krikoid pada batas antara
esofagus dengan faring, yaitu tempat peralihan otot serat lintang menjadi otot polos.
Penyempitan kedua terletak di rongga dada bagian tengah, akibat tertekan lengkung
aorta dan bronkus utama kiri. Penyempitan ini tidak bersifat sfingter. Penyempitan
terakhir terletak pada hiatus esofagus diafragma yaitu tempat esofagus berakhir pada
kardia lambung. Otot polos pada bagian ini murani bersifat sfingter. Inervasi esofagus
berasal dari dua sumber utama, yaitu saraf parasimpatis N. vagus dan saraf simpatis
splangnikus.(4)
6
III. FISIOLOGI MENELAN
Gambar 3.
Proses Menelan
1. Fase Oral
Fase oral terjadi secara sadar, makanan yang telah dikunyah dan bercampur
dengan liur akan membentuk bolus makanan. Bolus ini akan bergerak dari rongga
mulut ke dorsum lidah ke orofaring akibat kontraksi otot intrinsik lidah. Kontraksi M.
levator veli palatini mengakibatkan rongga pada lekukan dorsum lidah diperluas,
palatum molle terangkat dan bagian atas dinding posterior faring akan terangkat pula.
Bolus kemudian akan terdorong ke posterior karena lidah yang terangkat ke atas.
7
2. Fase Faringeal
Fase faringeal terjadi secara refleks pada akhir fase oral, yaitu perpindahan
bolus makanan dari faring ke esofagus. Faring dan laring bergerak ke atas oleh
laring tertutup oleh epiglotis, sedangkan ketiga sfingter laring, yaitu plika
aliran udara ke laring karena refleks yang menghambat pernapasan sehingga bolus
makanan tidak akan masuk ke saluran napas. Selanjutnya bolus makanan akan
meluncur ke arah esofagus, karena valekula dan sinus piriformis sudah dalam
keadaan lurus.(1, 4)
3. Fase Esofagial
lambung. Dalam keadaan istirahat introitus esofagus selalu tertutup. Dengan adanya
rangsangan bolus makanan pada akhir fase faringeal, mka terjadi relaksasi M.
Gerakan bolus makanan pada esofagus bagian atas masih dipengaruhi oleh kontraksi
M. konstriktor faring inferior pada akhir fase faringeal. Selanjutnya bolus akan
8
IV. EVALUASI MENELAN DENGAN ENDOSKOPI FLEKSIBEL (FEES)
konsistensi makanan dari jenis makanan cair sampai padat dan dinilai kemampuan
A. Indikasi
kesulitan menelan dan kemungkinan risiko aspirasi dalam proses menelan. Metode
ini juga dapat menentukan intake nutrisi yang optimal untuk meminimalkan risiko
aspirasi. Indikasi lain adalah : menilai struktur anatomi orofaring, nasofaring, dan
Globus pharyngeus
9
FEES dapat diaplikasikan pada beberapa populasi berbeda, yakni pasien-
pasien dengan kelainan neurologis seperti stroke dan tumor di kepala serta post bedah
kepala leher.(4, 6, 7)
B. Kontraindikasi
Riwayat vasovagal
Trauma nasal
kemoterapi, radioterapi)
Stenosi nasofaringeal
10
C. Keuntungan
FEES memberikan informasi anatomi yang lebih baik termasuk ada tidaknya
akumulasi sekret. FEES juga lebih sensitif dalam evaluasi masuknya bolus, aspirasi
Non radiaktif
Portabel
D. Kelemahan
E. Prosedur pemeriksaan
Agar pemeriksaan FEES ini dapat berlangsung dengan baik dan untuk
1. Persiapan penderita
11
Anamnesis lengkap dan cermat
perdarahan.
2. Anestesi
mempengaruhi aspek sensoris dari menelan. Pemakaian lubrikan (K-Y Jelly) di ujung
3. Persiapan alat
Endoskop fleksibel
Light source
Monitor televisi
Mavigraf
12
Gambar 4.
Fiber Optic Flexible Endoscopic
4. Tahap Pemeriksaan
kemampuan pasien dan diketahui konsistensi apa yang paling aman untuk pasien
5. Teknik pemeriksaan
13
pemeriksaan FEES perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut: Evaluasi laring dan
supraglottis meliputi plika ariepiglotik, incisura interaritenoid, plika vokalis dan plika
ventrikularis, subglotik dan bagian proksimal trakea. Evaluasi pergerakan laring pada
saat respirasi dan fonasi. Evaluasi pengaturan sekret. Prosedur pemeriksaan FEES ada
2 tahap, pertama yaitu evaluasi refleks adduktor laring terhadap rangsangan berupa
pulsasi udara yang diberikan melalui saluran khusus dalam endoskop dan yang kedua
Gambar 5.
Pemeriksaan FEES dan Konsistensi makanan yang diberikan
F. Evaluasi Pemeriksaan
dalaterjadinya aspirasi.
14
c. Residu: menumpuknya sisa makanan pada daerah valekula, sinus piriformis
kanan dan kiri, poskrikoid dan dinding faring posterior sehingga makanan
tersebut akan mudah masuk ke jalan napas pada saat proses menelan terjadi
d. Aspirasi: masuknya makanan ke jalan napas melewati pita suara yang sanagt
penilaian transpor bolus makanan dan cairan yang telah diberi pewarna. Konsistensi
makanan yang diberikan berdasarkan diet yang terakhir diberikan dan temuan
evaluasi disfagia sebelumnya. Makanan diberikan dengan ukuran bolus yang makin
besar mulai dari sendok the (sdt), sdt, dan 1 sdt. Cairan diberikan lewat sendok
makanan mulai dari cairan, makanan lunak dan makana padat. Faktor-faktor yang
dinilai adalah transit time oral, tepatnya waktu inisisasi menelan, elevasi laring,
epiglotis dan penutupan plika vokalis), refluks, penetrasi, dan aspirasi. Perhatikan
kemampuan membersihkan residu makanan atau miuman, penetrasi dan aspirasi, baik
secara spontan ataupun dengan cara-cara tertentu misalnya dengan merubah posisi
kepala ke kiri atau ke kanan, menelan beberapa kali atau menelan kuat-kuat.(2, 7)
15
V. KESIMPULAN
FEES merupakan suatu prosedur pemeriksaan yang aman dan efektif untuk
pasien yang paling aman, maneuver dan posisi kepala yang efektif untuk membantu
16
DAFTAR PUSTAKA
1. Supardi EA. Disfagia. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok
Kepala & Leher. 7 ed. Jakarta: FKUI; 2012. p. 244-49.
2. Kylie P, Michelle C, Rhonda H, et.al. Fibreoptic Endoscopic Evaluatinon of
Swallowing (FESS), and Advanced Practice for Speech Pathologists The Speech
Pathology Association of Australia; 2007..
3. Adams GL, Boies LR, Higler PA. Embriologi, anatomi, dan fisiologi rongga mulut,
faring esofagus dan leher. In: Liston SL, editor. Boies Buku Ajar Penyakit THT.
Jakarta: EGC; 2007. p. 263-71.
4. Elluru RG, Wilging JP. Endoscopy of the Pharynx and Esophagus. Otolaryngologi:
Head & Neck Surgery. 4th ed. Philadelphia: Mosby Inc; 2005. p. 1-16.
5. Kelly A, Hydes K, Mclaughlin C, et.al. Fibreoptic Endoscopic Evaluation of
Swallowing (FEES): The Role of Speech and Language Therapy. RCSLT Policy
Statement; 2007.
6. Postma GN, Belafsky PC, Amin MR, Et.al, editors. Head & Neck Surgery-
Otolaryngology. 4th ed: Lippincot Williams & Wilkins; 2006. p: 745-53.
7. Nacci A, Ursino F, La Vela R. Fibreoptic Endoscopic Evaluation of swalloing. Acta
Otorhinolaryngo Ital. 2006:206-11.
8. Faust G. Fiberoptic Endoscopic Evaluation of Swallowing (FEES)
Evaluate the pharyneageal stage of swallowing and diagnose dysphagia. Allentown:
Atmos; 2010 [updated 2010; cited 2012 September 20th]; Available from:
http://www.videostroboscopy.com/flexible_scope.html.
9. Tamin S. Disfagia orofaring. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok
Kepala & Leher. 7th ed. Jakarta: FKUI; 2012. p. 249-51
10. World Gastroenterology Organisation. Dysphagia Global Guidelines. 2014
17