Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
2.1 Perioperatif
2.1.1 Definisi
Perioperatif adalah suatu ilmu kedokteran yang mencangkup masalah-
masalah sebelum anesthesia/pembedahan, selama anethesia/pembedahan, dan
sesudah anesthesia/pembedahan. Meliputi semua aspek fisiologis dan
patologis yang mempengaruhi anesthesia dan pembedahan, pengaruh
anesthesia dan pembedahan terhadap fisiologis tubuh dan resiko maupun
komplikasi yang diakibatkannya.
1.2 Epidemiologi
Insidensi dari tension pneumotoraks di luar rumah sakit tidak mungkin
dapat ditentukan. Revisi oleh Department of Transportation (DOT) Emergency
Medical Treatment (EMT) Paramedic Curriculum menyarankan tindakan
dekompresi jarum segera pada dada pasien yang menunjukan tanda serta gejala
yang non-spesifik. Sekitar 10-30% pasien yang dirujuk ke pusat trauma tingkat
1 di Amerika Serikat menerima tindakan pra rumah sakit berupa dekompresi
jarum torakostomi, meskipun pada jumlah tersebut tidak semua pasien
menderita kondisi tension pneumotoraks. 4, 7.
Insidensi umum dari tension pneumotoraks pada Unit Gawat Darurat
(UGD) tidak diketahui. Literatir-literatur medis hanya menyediakan gambaran
singkat mengenai frekuensi pnemotoraks desak. Sejak tahun 2000, insidensi
yang dilaporkan kepada Australian Incident Monitoring Study (AIMS), 17
pasien yang diduga menderita pneumotoraks, dan 4 diantaranya didiagnosis
sebagai tension pneumotoraks. Pada tinjauan yang lebih lanjut, angka kematian
prajurit militer dari trauma dada menunjukan hingga 5% dari korban
pertempuran dengan adanya trauma dada mempunyai tension pneumotoraks
pada saat waktu kematiannya.4, 7.
1.3 Anatomi
Batas Rongga Thoraks
Penampakan thorax dari luar adalah batas bawah leher dan batas atas
abdomen. Namun pada bagian dalam tidaklah demikian, batas ronga
thorax adalah :
Batas belakang thorax setinggi C7, lebih tinggi dari bagian depan
karena melalui bidang yang dibentuk oleh iga pertama agak miring
kebawah
Batas depan thorax setinggi vertebrae thorakal ke-2
Batas bawah thorax adalah diafragma yang berbentuk seperti
kubah ke atas. Karena bentuk diafragma yang seperti kubah, dari
permukaan tidak dapat dipakai peregangan bahwa bawah thorax
adalah batas bawah costae.
Batas atas thorax dapat diraba di incisura jugularis, yatu cekungan
antara caput klavikula kanan dan kiri. Incisura ini berseberangan
dengan batas atas bawah dari vertebrae thorakal ke-2. 10,11,12
Diafragma
Bagian musculus perifer berasal dari bagian bawah iga ke-6 dan kartilago
costae, dari vertebrae lumbalis, dan dari lengkung lumbosakral, sedang
bagian muscular melengkung membentuk tendosentral. Serabut ototnya
berhubungan dengan M.transverse abdominis di batas costae. Diafragma
menempel di bagian belakang costae melalui serat-serat yang berasal dari
ligamentum arcuata dan crura. Nervus prenicus mempersarafi motorik dan
intercostals bawah mempersarafi sensorik. Diafragma berperan besar pada
ventilasi paru selama respirasi tenang.13
1.4 Klasifikasi
Pneumothorax dapat diklasifikasikan berdasarkan:
a. Etiologi
b. Ekspansi
c. Mekanisme
d. Durasi
Etiologi
1. Pneumothorax spontan
Merupakan kejadian pneumothorax yang paling sering. Dan
merupakan patologi sekunder dari kelainan paru atau pleura yang
sudah terjadi sebelumnya. Terjadi tanpa didahului oleh trauma.
Biasanya terjadi pada usia 20-40 tahun dengan manifestasi nyeri
yang tajam, dan sesak nafas. Pada pasien dengan bronkitis kronis
dan emfisema yang berusia lebih dari 40 tahun, sudah terjadi
destruksi progresif dari dinding alveolar dan peningkatan tekanan
intrapulmonari yang terus meningkat yang disebabkan oleh batuk
kronisnya dapat berujung pada bocornya dinding paru-paru ke ruang
pleura yangbisa menyebabkan pneumothorax spontan. 4.
2. Traumatik pneumothorax non-iatrogenik
Tejadi pada trauma dada baik langsung maupun tidak langsung
seperti pada kecelakaan lalu lintas, luka tusuk, atau luka perang.
3. Iatrogenik pneumothorax
Terjadi sebagai hasil atau komplikasi dari tindakan diagnostik atau
teraupetic.
Ekspansi
1. Lokal
Terjadi setelah pleura parietal dan visceral mengalami adhesi.
2. General
Terjadi bila ada lubang pada ruang pleural seperti pada
hematopneumothorax.
Mekanisme
1. Pneumothorax terbuka
Termasuk kedalam pneumothorax terbuka bila didapatkan adanya
pergerakan udara didalam ronga pleura yang dikarenakan adanya
hubungan dari dalam rongga ke udara bebas di luar.. hal ini nantinya
bisa berlanjut menjadi bronco pneumonial fistula.
2. Pneumothorax tertutup
Termasuk kedalam pneumothorax terbuka bila tidak didapatkan
adanya pergerakan udara didalam ronga pleura. Jadi udara yang ada
di rongga intrapleural seperti terperangkap di dalamnya.
3. Pneumothorax valvular
Termasuk kedalam pneumothorax valvular ketika udara bisa masuk
kedalam rongga pada saat inspirasi tapi tidak dapat keluar saat
ekspirasi. Tipe pneumothorax ini yang nantinya akan sangat bisa
menjadi kondisi yang emergensi karena adanya peningkatan tekanan
intrapelura yang meningkat dengan pasti dan bisa menyebabkan
penekanan mediastinum dan vena-vena besar. Sehingga
mediastinum akan menyempit dan tertekan, vena-vena besar akan
terjepit sehingga dapat menurunkan arus balik vena ke jantung. Hal
ini bisa meningkatkan kerja jantung dan respirasi yang nantinya akan
bermanifestasi menjadi tension pneumothorax apabila tidak segera
ditangani dengan cepat dan tepat.
1.5 Etiologi
Etiologi Tension Pneumotoraks yang paling sering terjadi adalah karena
iatrogenik atau berhubungan dengan trauma. Yaitu, sebagai berikut:
Trauma benda tumpul atau tajam meliputi gangguan salah satu pleura
visceral atau parietal dan sering dengan patah tulang rusuk (patah tulang
rusuk tidak menjadi hal yang penting bagi terjadinya Tension
Pneumotoraks)
Pemasangan kateter vena sentral (ke dalam pembuluh darah pusat),
biasanya vena subclavia atau vena jugular interna (salah arah kateter
subklavia).
Komplikasi ventilator, pneumothoraks spontan, Pneumotoraks sederhana
ke Tension Pneumotoraks
Ketidakberhasilan mengatasi pneumothoraks terbuka ke pneumothoraks
sederhana di mana fungsi pembalut luka sebagai katup satu arah.
Akupunktur, baru-baru ini telah dilaporkan mengakibatkan pneumothoraks
4, 5.
1.6 Diagnosis
Diagnosa tension pneumothorax merupakan diagnosa dari klinis, bukan
dari radiologi.Tanda-tanda klasik dari tension pneumotoraks adalah adanya
distress nafas, takikardi, hiporensi, adanya deviasi trakea, hilangnya suara
nafas unilateral, distensi vena leher, dan bisa menjadi sianosis pada
manifestasi lanjutnya. Gelaja klinis dari tension pneumothorax ini mungkin
mirip dengan gejala klinis dari cardiac tamponade, tetapi angka kejadian
tension pneumotorax ini lebih besar dari cardiac tamponade. Selain itu untuk
membedakannya juga bisa dilakukan dengan mengetahui bahwa dari perkusi
didapatkan adanya hiperresonansi pada bagian dada ipsilateral, 1
Pada pemeriksaan fisik thorak didapatkan :
1. Inspeksi :
a. Dapat terjadi pencembungan pada sisi yang sakit (hiper ekspansi
dinding dada)
b. Pada waktu respirasi, bagian yang sakit gerakannya tertinggal
c. Trakea dan jantung terdorong ke sisi yang sehat
2. Palpasi :
a. Pada sisi yang sakit, ruang antar iga dapat normal atau melebar
b. Iktus jantung terdorong ke sisi toraks yang sehat
c. Fremitus suara melemah atau menghilang pada sisi yang sakit
3. Perkusi :
a. Suara ketok pada sisi sakit, hipersonor sampai timpani
b. Batas jantung terdorong ke arah toraks yang sehat, apabila tekanan
intrapleura tinggi
4. Auskultasi :
a. Pada bagian yang sakit, suara napas melemah sampai menghilang15
Pada pemeriksaan penunjang, didapatkan pada:
1. Foto Rntgen
Gambaran radiologis yang tampak pada foto rntgen kasus
pneumotoraks antara lain 16:
a. Bagian pneumotoraks akan tampak lusen, rata dan paru yang
kolaps akan tampak garis yang merupakan tepi paru. Kadang-
kadang paru yang kolaps tidak membentuk garis, akan tetapi
berbentuk lobuler sesuai dengan lobus paru.
b. Paru yang mengalami kolaps hanya tampak seperti massa radio
opaque yang berada di daerah hilus. Keadaan ini menunjukkan
kolaps paru yang luas sekali. Besar kolaps paru tidak selalu
berkaitan dengan berat ringan sesak napas yang dikeluhkan.
c. Jantung dan trakea mungkin terdorong ke sisi yang sehat, spatium
intercostals melebar, diafragma mendatar dan tertekan ke bawah.
Apabila ada pendorongan jantung atau trakea ke arah paru yang
sehat, kemungkinan besar telah terjadi pneumotoraks ventil dengan
tekanan intra pleura yang tinggi.
1.8 Komplikasi
Pneumotoraks tension (terjadi pada 3-5% pasien pneumotoraks) dapat
mengakibatkan kegagalan respirasi akut. Pio-pneumotoraks, hidro-
pneumotoraks/hemo-pneumotoraks, henti jantung paru dan kematian (sangat
jarang terjadi); pneumomediastinum dan emfisema subkutan sebagai akibat
komplikasi pneumotoraks spontan, biasanya karena pecahnya bronkus,
sehingga kelainan tersebut harus ditegakkan (insidensinya sekitar 1%),
pneumotoraks simultan bilateral (insidensinya sekitar 2%), pneumotoraks
kronik (insidensinya sekitar 5 %), bila tetap ada selama waktu lebih dari 3
bulan3.
Misdiagnosis adalah komplikasi yang paling umum terjadi dari dekompresi
jarum. Jika pneumotoraks tetapi bukan tipe terjadi yang terjadi, dekompresi
jarum akan mengubah pneumotoraks menjadi tension pneumotoraks. Jika
tidak terdapat pneumotoraks, pasien akan mengalami kondisi pneumotoraks
setelah dekompresi jarum dilakukan. Sebagai tambahan jarum akan melukai
jaringan paru, yang mungkin pada kasus langka dapat menyebabkan cedera
paru atau hemotoraks. Jika jarum yang ditempatkan terlalu dekat ke arah
tulang sternum, dekompresi jarum dapat menyebabkan hemotoraks karena
laserasi dari pembuluh darah intercosta.
Penempatan torakostomi tube dapat menyebabkan kerusakan pada jaringan
saraf intercostae dan dapat menyebabkan kerusakan jaringan parenkim paru,
terutama jika menggunakan trokar untuk penempatannya. 7, 8.
1.9 Prognosis
Baik, apabila segera dilakukan pertolongan dan pengobatan intensif,
terutama yang mengenai penderita muda yang sehat. Pasien dengan
pneumotoraks spontan hampir separuhnya akan mengalami kekambuhan,
setelah sembuh dari observasi maupun setelah pemasangan tube toracostomy.
Kekambuhan jarang terjadi pada pasien-pasien pneumotoraks yang dilakukan
torakotomi terbuka. Pasien-pasien yang penatalaksanaannya cukup baik,
umumnya tidak dijumpai komplikasi. Pasien pneumotoraks spontan sekunder
prognosisnya tergantung penyakit paru yang mendasari2,3.
Lebih dari 50% pasien dengan pneumothorax akan mengalami hal
yang sama di kemudian hari. Tidak ada komplikasi jangka panjang setelah
terapi yang berhasil. Follow up dilakukan setidak-tidaknya dalam satu
tahun setelah pneumothorax teratasi yang dilakukan melalui pengambilan
x-ray setiap tiga bulan. 4
DAFTAR PUSTAKA
9. Departemen Ilmu Penyakit Paru. 2010. Buku Ajar Ilmu Penyakit Paru.
Surabaya: FK UNAIR RSD dr.Soetomo.
11. Blaivas, Allen. J. 2007. Tension Pneumotorax. New York: Health Guides
The New York Times.