You are on page 1of 14

1.

Pencemaran Udara
A. Debu PT Semen Padang Meresahkan Warga

Kepulan asap hitam keluar di salah satu pabrik PT. Semen Padang (27/08/2014), yang
berdampak buruk bagi masyarakat di sekitar pabrik. Foto: Riko Coubut

Setelah jenuh mencari solusi permasalahan debu akibat aktivitas pabrik PT. Semen
Padang di Sumatera Barat (Sumbar), akhirnya pengaduan masyarakat ditanggapi oleh
Kementerian Lingkungan Hidup (KLH).
Sebanyak 560 warga komplek Home Owner dari RW V, RW VI dan RW VII,
Kelurahan Ranah Cubadak, Kecamatan Lubuk Kilangan Kota Padang melaporkan dugaan
pencemaran udara akibat operasional pabrik PT Semen Padang kepada KLH. Laporan ini
kemudian direspon oleh KLH dengan menurunkan timnya untuk melakukan verifikasi
lapangan di lokasi pabrik selama empat hari pada 25-28 Agustus 2014.
Permasalahan tersebut dimulai sejak tahun 2010, dimana Warga Ranah Cubadak
mengeluhkan pencemaran udara akibat limbah debu yang berasal dari pabrik PT Semen
Padang. Debu semen tersebut mengotori lingkungan pemukiman warga, melekat di atap-atap
rumah, dan membuat kualitas udara melebihi baku mutu lingkungan yang mengakibatkan
gangguan kesehatan bagi masyarakat sekitar pabrik.
Debu semen itu juga membuat Ibu-ibu harus menyapu halaman rumah mereka sampai
lima kali sehari dan anak-anak tidak bisa bermain di halaman rumah. Jika hujan turun jalanan
disekitar komplek menjadi licin, akibatnya sering terjadi kecelakaan dan bahkan telah
merenggut nyawa.
Penumpukan debu semen di atap rumah warga juga mempercepat pelapukan atap seng.
Pada saat hujan turun, rumah-rumah warga banyak mengalami kebocoran. Rembesan air hujan
turut mempercepat lapuknya kayu atap rumah dan rusaknya plafon atau loteng rumah.
Masyarakat menilai sampai saat ini belum ada usaha dari pihak perusahaan untuk
memperbaiki mengatasi pencemaran udara akibat debu semennya. Bahkan aktifitas pabrik
semakin meresahkan dan intensitas debu cenderung meningkat setiap harinya.
Eko Jamal, Ketua Tim Dampak Debu Perwakilan Warga Ranah Cubadak mengaku
telah berkali-kali melaporkan kejadian ini kepada Badan Pengendalian Dampak Lingkungan
Daerah (Bapedalda) Kota Padang, namun tidak membuahkan hasil.
Dia mengatakan berbagai upaya fasilitasi dalam rangka membuat kesepakatan
penyelesaian masalah bersama perusahaan selalu saja isi kesepakatan tersebut tidak dipenuhi
perusahaan. Saat ini kami telah melaporkan kepada pihak kementerian dan berharap kasus ini
segera diselesaikan, kata Eko.
Warga juga pernah mengadukan ke DPRD Kota Padang, kemudian ke Bapedalda
Sumatera Barat, yang tidak ditanggapi dengan serius. Akhirnya pada awal 2014, warga
mengadukan ke
lembaga Ombusdman dan mendapatkan tanggapan serius dari lembaga tersebut dengan
ditindaklanjuti oleh Bapedalda Sumbar, yang membentuk tim yang diperkuat SK dari Gubernur
Sumbar.

i. Pembahasan
polutan yang mencemari udara berupa gas dan asap. Gas dan asap tersebut
berasal dari hasil proses pembakaran bahan bakar yang tidak sempurna, yang
dihasilkan oleh mesin-mesin pabrik, pembangkit listrik dan kendaraan
bermotor. Selain itu, gas dan asap tersebut merupakan hasil oksidasi dari
berbagai unsur penyusun bahan bakar, yaitu: CO2 (karbondioksida), CO
(karbonmonoksida), SOx (belerang oksida) dan NOx (nitrogen oksida). Pada
kasus ini asap tersebut berasal dari asap pabrik.

ii. Pencegahan

a. Adsorbsi

Adsorbsi merupakan proses melekatnya molekul polutan atau ion pada


permukaan zat padat-adsorben-seperti karbon aktif dan silikat. Adsorben
mempunyai sifat dapat menyerap zat lain sehingga menempel pada
permukaannya tanpa reaksi kimia serta memiliki daya kejenuhan yang bersifat
disposal (sekali pakai buang) atau dibersihkan dulu, kemudian digunakan lagi.

b. Absorbsi

Absorbsi merupakan proses penyerapan yang memerlukan solven yang baik


untuk memisahkan polutan gas dengan konsentrasinya. Metoe absorbs ini pada
prinsipnya hampir sama dengan metode adsorbsi, hanya bedanya bahwa emisi
hidrokarbon mengalami kontak dengan cairan di mana hidrokarbon akan larut
atau tersuspensi.
c. Kondensasi

Kondensasi merupakan proses perubahan uap air atau bendda gas menjadi
benda cair pada suhu udara di bawah titik embun. Polutan gas diarahkan
mencapai titik kondensasi tinggi dan titik penguapan yang rendah, seperti
hidrokarbon dan gas organic lainnya.

d. Pembakaran

Pembakaran merupakan proses untuk menghancurkan gas hidrokarbon yang


terdapat di dalam polutan dengan mempergunakan proses oksidasi panas yang
disebut inceneration. Iceneration merupakan salah satu metode dalam
pengolahan limbah padat dengan menggunakan pembakaran yang
menghasilkan gas dan residu pembakaran.
iii. Solusi
a. Dengan membuat jalur hijau berupa penanaman pohon-pohon di kota-kota
besar agar CO2 sebagai salah satu bahan pencemaran udara dapat terserap
kembali melalui daur oksigen dan fotosintesis.

B. Polusi udara akibat kendaraan di Jakarta


Jakarta, CNN Indonesia -- Tak dapat dimungkiri, polusi di kota besar seperti di Jakarta sudah
sangat memprihatinkan. Disadari atau tidak, polusi tersebut menggerogoti tubuh dan akhirnya
menyebabkan penyakit, bahkan kematian.

Menurut penelitian dari Universitas Indonesia, hampir 60 persen pasien di rumah sakit Jakarta
menderita penyakit yang disebabkan oleh polusi udara.

"Sementara posisi tertinggi ditempati oleh ARI atau Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA),
yaitu 2,4 juta kasus atau memakan porsi 25,5 persen," ujar peneliti perubahan iklim dan
kesehatan lingkungan dari Universitas Indonesia, Budi Haryanto, dalam jumpa pers di Belly
Clan, Jakarta, Kamis (21/5).

Menurut Budi, keadaan ini sangat memprihatinkan. Pasalnya, sepertiga kematian di seluruh
dunia disebabkan oleh penyakit komplikasi dari gangguan pernapasan.

Di Jakarta sendiri, penyakit pernapasan yang diidap warga kebanyakan diakibatkan polusi
kendaraan bermotor. Bahkan, walaupun mengendarai mobil ber-AC, potensi menghirup debu
tetap banyak.

"Kami meneliti orang yang harus berangkat setiap hari dari Depok ke Gatot Subroto dengan
mobil ber-AC. Selama dua jam perjalanan, debu yang masuk tetap banyak," tutur Budi.
Budi menjabarkan bahwa di Jakarta ada banyak partikel debu yang sangat kecil, yaitu hingga
2 mikron. "Debu ini bisa dengan mudah masuk ke celah mobil dan mudah juga masuk ke
saluran pernapasan," kata Budi.

Lebih parah, penyakit tersebut tak hanya menyerang orang dewasa, tapi juga generasi muda.
Selain itu, potensi terserang gangguan pernapasan juga tak mengenal tempat.

Hal ini terbukti dari penelitian lain yang dijalankan Budi. Menurut data pemerintah, Jakarta
Utara merupakan daerah tinggi polusi, bertolak belakang dengan Jakarta Selatan.

Budi mengambil sampel dari masing-masing 196 siswa dari 14 sekolah dai Jakarta Utara dan
Jakarta Selatan. Tim peneliti meminta guru untuk mencatat setiap anak yang mengeluh batuk
atau pilek.

Hasil penelitian menunjukkan, keluhan hidung tersumbat dan batuk pilek di daerah tinggi
polusi terjadi 3-4 hari sekali. Di Jakarta Selatan hanya berbeda sehari, yaitu 4-5 hari.

"Ini menunjukkan bahwa hubungan penyakit polusi dan daerah tidak signifikan. Semua daerah
sama saja potensinya. Sekarang semua daerah tinggi polusi," kata Budi memaparkan.

Guna mencegah meningkatnya penyakit gangguan pernapasan akibat polusi, Budi mengajak
masyarakat untuk sadar diri menggunakan masker terutama saat dalam perjalanan.

i. Pembahasan

Faktor Penyebab Polusi Udara Di Jakarta DKI Jakarta merupakan kota


terpadat di Indonesia. Bukan hanya soal penduduk tapi soal kendaraan juga
industrial. Namun tingginya angka kepemilikan kendaraan juga industry
yang terdapat di Jakarta bukan hanya menambah hal positif tapi juga hal
yang negative, yaitu tingginya kadar polusi udara di Jakarta. 80% polusi
udara di DKI Jakarta disumbang oleh gas buang kendaraan bermotor,
smentara sisanya berasal dari gas buang industry dan limbahnya.
Permasalahan polusi yang berasal dari sumbernya yaitu : -

Knalpot (pembakaran ) Menyumbangkan Karbondioksida sebanyak


686.864 ton/tahun. Karbon Monoksida merupakan zata polutan hasil dari
pembakaran. Sumber utama dari karbon monoksida adalah Gas buangan
kendaraan bermotor yang tidak terawat emisinya. Dapat membahayakan
dan sangat membahayakan kesehatan paru-paru.

ii. Pencegahan
1. Gunakan bahan bakar yang ramah lingkungan untuk kendaraan kita.
2. Kurangi mengkonsumsi kendaraan
3. Kalau untuk perjalanan yang relatif dekat, gunakan lah sepeda
4. Menerapkan aturan dalam memiliki jumlah kendaraan
5. Melakukan penyuluhan terhadap bahayanya asap kendaraan

iii. Solusi
1. Reboisasi
Reboisasi atau penanaman pohon kembali setelah digunakan wajib
digalakkan. Pohon (tumbuhan) mampu mengurangi emisi senyawa karbon di
udara.
2. Menggunakan transportasi umum
3. Memanfaatkan biogas sebagai pengganti bahan bakar

2. Pencemaran Air
A. Pencemaran air laut(artikel 1)
Pencemaran Laut
Bahan pencemar yang masuk ke wilayah pesisir dan laut secara elemental bisa berasal
dari berbagai sumber. Keadaan fisik bahan pencemar dari suatu sumber bisa berbeda dengan
dari sumber lain, dengan komposisi yang berbeda-beda pula. Dengan demikian dampaknya
terhadap lingkungan juga bervariasi. Untuk itu, dalam memahami pencemaran yang terjadi di
lingkungan pesisir dan laut, beberapa hal berikut perlu dibahas, meliputi bahan pencemar apa
saja yang masuk ke lingkungan, bagaimana sifat polutan dan keadaan lingkungan pesisir dan
laut tersebut, dan apa pengaruh atau dampak dari masuknya polutan tersebut ke lingkungan
(Mukhtator , 2002).
Pencemaran laut diartikan sebagai adanya kotoran atau hasil buangan aktivitas makhluk
hidup yang masuk ke daerah laut. Sumber dari pencemaran laut ini antara lain adalah tumpahan
minyak, sisa damparan amunisi perang, buangan proses di kapal, buangan industri ke laut,
proses pengeboran minyak di laut, buangan sampah dari transportasi darat melalui sungai,
emisi transportasi laut dan buangan pestisida dari perairan. Namun sumber utama pencemaran
laut adalah berasal dari tumpahan minyak baik dari proses di kapal, pengeboran lepas pantai
maupun akibat kecelakaan kapal. Polusi dari tumpahan minyak di laut merupakan sumber
pencemaran laut yang selalu menjdi fokus perhatian dari masyarakat luas, karena akibatnya
akan sangat cepat dirasakan oleh masyarakat sekitar pantai dan sangat signifikan merusak
makhluk hidup di sekitar pantai tersebut (Hartanto , 2008).
Pencemaran laut adalah hasil buangan aktivitas makhluk hidup yang masuk ke laut.
Ada berbagai sumber bahan pencemar yang dapat merusak laut dan dapat membunuh
kehidupan yang di laut. Seperti banyaknya ikan-ikan mati karena laut tempat mereka hidup
tidak sesuai kebutuhannya. Pencemaran laut yang terjadi di muara sungai porong bersumber
pada aktivitas kapal yang hampir setiap hari dan terdapat aliran sunga yang menuju laut.
Pembuangan lumpur ke laut tentu akan menimbulkan dampak terhadap ekosistem air terlebih
di Sungai Porong dan Sungai Aloo,membahayakan kesehatan masyarakat sekitar dan industri-
industrikelautan seperti budidaya tambak udang, ikan, dan produksi garam yang ada, namun
sampai seberapa besar risiko tersebut diperkirakan perlu dilakukan penelitian mengenai hal
tersebut sebagai dasar pertimbangan manajemen resikonya, melalui pemantauan kualitas air
badan air secara rutin dan analisis hasil pemantauan tersebut
B. Pencemaran Air (Laut) karena Limbah Industri Minyak
(Artikel 2)
Limbah minyak adalah buangan yang berasal dari hasil eksplorasi produksi minyak,
pemeliharaan fasilitas produksi, fasilitas penyimpanan, pemrosesan, dan tangki penyimpanan
minyak pada kapal laut. Limbah minyak bersifat mudah meledak, mudah terbakar, bersifat
reaktif, beracun, menyebabkan infeksi, dan bersifat korosif. Limbah minyak merupakan bahan
berbahaya dan beracun (B3), karena sifatnya, konsentrasi maupun jumlahnya dapat
mencemarkan dan membahayakan lingkungan hidup, serta kelangsungan hidup manusia dan
mahluk hidup lainnya.

Pada umumnya, pengeboran minyak bumi di laut menyebabkan terjadinya peledakan (blow
aut) di sumur minyak. Ledakan ini mengakibatkan semburan minyak ke lokasi sekitar laut,
sehingga menimbulkan pencemaran. Contohnya, ledakan anjungan minyak yang terjadi di
teluk meksiko sekitar 80 kilometer dari Pantai Louisiana pada 22 April 2010. Pencemaran laut
yang diakibatkan oleh pengeboran minyak di lepas pantai itu dikelola perusahaan minyak
British Petroleum (BP). Ledakan itu memompa minyak mentah 8.000 barel atau 336.000 galon
minyak ke perairan di sekitarnya.

Ketika minyak masuk ke lingkungan laut, maka minyak tersebut dengan segera akan
mengalami perubahan secara fisik dan kimia. Diantara proses tersebut adalah membentuk
lapisan (slick formation), menyebar (dissolution), menguap (evaporation), polimerasi
(polymerization), emulsifikasi (emulsification), emulsi air dalam minyak ( water in oil
emulsions ), emulsi minyak dalam air (oil in water emulsions), foto oksida, biodegradasi
mikorba, sedimentasi, dicerna oleh plankton dan bentukan gumpalan.

Hampir semua tumpahan minyak di lingkungan laut dapat dengan segera membentuk sebuah
lapisan tipis di permukaan. Hal ini dikarenakan minyak tersebut digerakkan oleh pergerakan
angin, gelombang dan arus, selain gaya gravitasi dan tegangan permukaan. Beberapa
hidrokarbon minyak bersifat mudah menguap, dan cepat menguap. Proses penyebaran minyak
akan menyebarkan lapisan menjadi tipis serta tingkat penguapan meningkat.

i. Pembahasan
Pencemaran lingkungan laut adalah suatu pencemaran yang disebabkan karena
masuknya zat, bahan atau komponen tertentu ke laut yang dapat menyebabkan
potensi yang berbahaya. Pada beberapa kasus pencemaran yang ada di laut,
sebagian terjadi karena bahan kimia yang berbahaya yang berbentuk kecil. Bahan
kimia tersebut dimakan oleh plankton dan binatang lainnya. Karena zat tersebut
dimakan oleh plankton, dan plankton dimakan oleh binatang lainnya hingga
akhirnya dimakan oleh manusia, akan membuat manusia yang memakannya dapat
mengalami keracunan. Jika kadar yang ada dalam ikan tinggi, maka potensi
keracunan menjadi lebih besar dan serius.
Lingkungan laut dapat mengalami pencemaran karena beberapa penyebab.
Penyebabnya diantaranya yaitu karena cairan bahan bakar misalnya oli dan solar
dan karena polusi kebisingan. Kebocoran oli dan solar terjadi karena kurangnya
kemampuan dari nelayan ketika melakukan pengisian solar atau ketika melakukan
pembersihan kapal yang membuat cairan solar dan oli tercemar ke laut. Pencemaran
karena ini dapat mempengaruhi luas wilayar dari makhluk hidup yang ada di laut.
Pencemaran akan menjadi lebih parah jika tumbuhan di sekitar pantai yaitu bakau
juga ikut rusak.

ii. Pencegahan
Upaya yang dapat dilakukan untuk pencegahan, pengurangan dari pencemaran laut
diantaranya adalah meningkatkan kesadaran masyarakat mengenai pentingnya laut
bagi kehidupan termasuk manusia, tidak membuang sampah di laut, ikut menjaga
dan melestarikan lingkungan laut. Dalam penangkapan ikan, tidak menggunakan
pukat harimau, racun, bom agar tidak merusak ekosistem laut, tidak membuang
limbah di laut, menjaga dan memperhatikan tangki bahan bakar agar tidak terjadi
kebocoran minyak.

iii. Solusi
Beberapa teknik penanggulangan tumpahan minyak diantaranya in-situ burning,
penyisihan secara mekanis, bioremediasi, penggunaan sorbent, penggunaan bahan
kimia dispersan, dan washing oil.

a. In-situ burning adalah pembakaran minyak pada permukaan laut, sehingga


mengatasi kesulitan pemompaan minyak dari permukaan laut, penyimpanan
dan pewadahan minyak serta air laut yang terasosiasi. Teknik ini membutuhkan
booms (pembatas untuk mencegah penyebaran minyak) atau barrier yang tahan
api. Namun, pada peristiwa tumpahan minyak dalam jumlah besar sulit untuk
mengumpulkan minyak yang dibakar. Selain itu, penyebaran api sering tidak
terkontrol.

b. Bioremediasi yaitu proses pendaurulangan seluruh material organik. Bakteri


pengurai spesifik dapat diisolasi dengan menebarkannya pada daerah yang
terkontaminasi. Selain itu, teknik bioremediasi dapat menambahkan nutrisi dan
oksigen, sehingga mempercepat penurunan polutan.
c. Dispersan kimiawi merupakan teknik memecah lapisan minyak menjadi tetesan
kecil (droplet), sehingga mengurangi kemungkinan terperangkapnya hewan ke
dalam tumpahan minyak. Dispersan kimiawi adalah bahan kimia dengan zat
aktif yang disebut surfaktan.
d. Washing oil yaitu kegiatan membersihkan minyak dari pantai.
3. Pencemaran limbah B3
A. Pencemaran limbah B3 Rumah Sakit (artikel 1)

Limbah diartikan sebagai kotoran hasil pengolahan pabrik ataupun manusia yang mengandung
zat kimia berupa sampah dan dapat menimbulkan polusi serta menganggu kesehatan. Pada
umunya sebagian besar orang mengatakan bahwa limbah adalah sampah yang sama sekali tidak
berguna dan harus dibuang, namun jika pembuangan dilakukan secara terus-menerus maka
akan menimbulkan penumpukan sampah. Limbah bukanlah suatu hal yang harus dibuang tanpa
guna, karena dengan pengolahan dan pemanfaat secara baik limbah akan menjadi barang yang
lebih berguna dari sebelumya. Definisi dari limbah B3 berdasarkan BAPEDAL (1995) ialah
setiap bahan sisa atau limbah suatu kegiatan proses produksi yang mengandung bahan
berbahaya dan beracun karena sifat (toxicity, flammability, reactivity, dan corrosivity) serta
konsentrasi atau jumlahnya yang baik secara langsung maupun tidak langsung dapat merusak
dan mencemarkan lingkungan, atau membahayakan kesehatan manusia. Suatu limbah
digolongkan sebagai limbah B3 bila mengandung bahan berbahaya atau beracun yang sifat dan
konsentrasinya baik langsung maupun tidak langsung, dapat merusak atau mencemarkan
lingkungan hidup atau membahayakan kesehatan manusia. Berdasarkan sumbernya, limbah B3
dapat diklasifikasikan menjadi: Primary sludge, yaitu limbah yang berasal dari tangki
sedimentasi pada pemisahan awal dan banyak mengandung biomassa senyawa organik yang
stabil dan mudah menguap Chemical sludge, yaitu limbah yang dihasilkan dari proses
koagulasi dan flokulasi Excess activated sludge, yaitu limbah yang berasal dari proses
pengolahan dengn lumpur aktif sehingga banyak mengandung padatan organik berupa lumpur
dari hasil proses tersebut Digested sludge, yaitu limbah yang berasal dari pengolahan biologi
dengan digested aerobic maupun anaerobic di mana padatan/lumpur yang dihasilkan cukup
stabil dan banyak mengandung padatan organik. Limbah bahan berbahaya dan beracun (B3)
yang sangat ditakuti adalah limbah dari industri kimia. Limbah dari industri kima pada
umumnya mengandung berbagai macam unsur logam berat yang mempunyai sifat akumulatif
dan beracun (toxic) sehingga berbahaya bagi kesehatan manusia. Logam berat seperti Al, Cr,
Cd, Cu, Fe, Pb, Mn, Hg, dan Zn serta zat kimia seperti pestisida, sianida, sulfida, fenol dan
sebagainya. Cd dihasilkan dari lumpur dan limbah industri kimia tertentu sedangkan Hg
dihasilkan dari industri klor-alkali, industri cat, kegiatan pertambangan, industri kertas, serta
pembakaran bahan bakar fosil. Pb dihasilkan dari peleburan timah hitam dan accu. Logam-
logam berat pada umumnya bersifat racun sekalipun dalam konsentrasi rendah. Daftar lengkap
limbah B3 dapat dilihat di PP No. 85 Tahun 1999: Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan
Beracun (B3). Metode Kimia atau Fisik: stabilisasi/solidifikasi adalah proses pengubahan
bentuk fisik dan sifat kimia dengan menambahkan bahan peningkat atau senyawa pereaksi
tertentu untuk memperkecil atau membatasi pelarutan, pergerakan, atau penyebaran daya racun
limbah, sebelum dibuang. Contoh bahan yang dapat digunakan untuk proses
stabilisasi/solidifikasi adalah semen, kapur (CaOH2), dan bahan termoplastik. Metode
insinerasi (pembakaran) dapat diterapkan untuk memperkecil volume B3 namun saat
melakukan pembakaran perlu dilakukan pengontrolan ketat agar gas beracun hasil pembakaran
tidak mencemari udara. Metode Biologi: Bioremediasi adalah penggunaan bakteri dan
mikroorganisme lain untuk mendegradasi/ mengurai limbah B3, sedangkan Vitoremediasi
adalah penggunaan tumbuhan untuk mengabsorbsi dan mengakumulasi bahan-bahan beracun
dari tanah. Kedua proses ini sangat bermanfaat dalam mengatasi pencemaran oleh limbah B3
dan biaya yang diperlukan lebih muran dibandingkan dengan metode Kimia atau Fisik. Namun,
proses ini juga masih memiliki kelemahan. Proses Bioremediasi dan Vitoremediasi merupakan
proses alami sehingga membutuhkan waktu yang relatif lama untuk membersihkan limbah B3,
terutama dalam skala besar. Selain itu, karena menggunakan makhluk hidup, proses ini
dikhawatirkan dapat membawa senyawa-senyawa beracun ke dalam rantai makanan di
ekosistem. Metode Pembuangan Limbah B3 a.Sumur dalam/ Sumur Injeksi (deep well
injection) Dengan cara memompakan limbah tersebut melalui pipa kelapisan batuan yang
dalam, di bawah lapisan-lapisan air tanah dangkal maupun air tanah dalam. Secara teori, limbah
B3 ini akan terperangkap dilapisan itu sehingga tidak akan mencemari tanah maupun air.
Namun, sebenarnya tetap ada kemungkinan terjadinya kebocoran atau korosi pipa atau
pecahnya lapisan batuan akibat gempa sehingga limbah merembes kelapisan tanah. b.Kolam
penyimpanan (surface impoundments) Kolam-kolam ini dilapisi lapisan pelindung yang dapat
mencegah perembesan limbah. Ketika air limbah menguap, senyawa B3 akan terkosentrasi dan
mengendap di dasar. Kelemahan metode ini adalah memakan lahan karena limbah akan
semakin tertimbun dalam kolam, ada kemungkinan kebocoran lapisan pelindung, dan ikut
menguapnya senyawa B3 bersama air limbah sehingga mencemari udara. c.Landfill untuk
limbah B3 (secure landfils) Limbah B3 dapat ditimbun pada landfill, namun harus pengamanan
tinggi. Pada metode pembuangan secure landfills, limbah B3 ditempatkan dalam drum atau
tong-tong, kemudian dikubur dalam landfill yang didesain khusus untuk mencegah
pencemaran limbah B3. Landffill ini harus dilengkapi peralatan moditoring yang lengkap untuk
mengontrol kondisi limbah B3 dan harus selalu dipantau. Metode ini jika diterapkan dengan
benar dapat menjadi cara penanganan limbah B3 yang efektif. Namun, metode secure landfill
merupakan metode yang memliki biaya operasi tinggi, masih ada kemungkinan terjadi
kebocoran, dan tidak memberikan solusi jangka panjang karena limbah akan semakin
menumpuk. Dampak dari limbah B3 yang banyak adalah yang berasal dari rumah sakit. Setiap
harinya rumah sakit selalu menghasilkan limbah yang sangat berbahaya apabila salah dalam
menanganinya. Pembuangan limbah rumah sakit tidak boleh di tempat umum karena limbah
tersebut membawa bibit-bibit penyakit yang dapat menular ke masyarakat. Rumah sakit dalam
menjalankan fungsi operasionalnya menghasilkan limbah, baik itu limbah domestik, limbah
padat, limbah cair dan limbah gas serta limbah radioaktif. Kondisi diatas disebabkan karena
berbagai kegiatan di rumah sakit berpotensi menghasilkan berbagai karakteristik dan jenis
limbah. dan berpotensi menghasilkan dampak yang digolongkan sebagai limbah yang
mengandung Bahan Berbahaya Beracun (B3), yang berbahaya terhadap kehidupan manusia,
seperti pembuangan bekas jarum suntik, bekas jarum infus, yang dapat merupakan vektor
pembawa bibit penyakit. Beberapa kegiatan lain yang menghasilkan limbah, adalah kegiatan
radiologi, kedokteran nuklir, pengobatan cancer dan limbah laboratorium yang sebagian
merupakan limbah dengan kandungan B3. Dengan kata lain limbah cair B3 dapat memberikan
dampak pada kesehatan akibat kontak dengan B3 atau terpapar oleh pencemar melalui berbagai
cara maka dampak kesehatan yang timbul bervariasi dari ringan, sedang sampai berat bahkan
sampai menimbulkan kematian, tergantung dari dosis dan waktu perjalanan. Jenis penyakit
yang ditimbulkan, pada umumnya merupakan penyakit non infeksi antara lain : keracunan,
kerusakan organ, kanker, hypertensi, asma brochioli, pengaruh pada janin yang dapat
mengakibatkan lahir cacat (cacat bawaan), kemunduran mental, gangguan pertumbuhan baik
fisik maupun psikis, gangguan kecerdasan dan lain-lain. Contoh yang ada adalah di Kota
Ambon tepatnya pada salah satu objek wisata di Desa Hukurila, Kecamatan Leitimur Selatan.
Obyek wisata tersebut menjadi tempat pembuangan limbah rumah sakit yang dilakukan oleh
oknum-oknum tidak bertanggung jawab. Sampah-sampah rumah sakit seperti botol infus dan
selangnya serta kantung darah dibuang berserakan begitu saja. Parahya limbah-limbah ini
dibuang di 3 tempat yang berbeda. Hal ini menunjukkan kepedulian beberapa oknum sangat
kurang. Kejadian ini tentu menjadikan tugas berat dari pemerintah daerah agar lebih
mengontrol dan mengendalikan segala kegiatan yang berhubungan dengan pencemaran
lingkungan.

B. Dampak Limbah B3 terhadap lingkungan (artikel 2)


Pada umumnya, bila manusia dan lingkungannya berada dalam keadaan seimbang, maka
keduanya berada dalam keadaan sehat. Tetapi karena sesuatu sebab sehingga keseimbangan ini
tergangggu atau mungkin tidak dapat tercapai, maka dapat menimbulkan dampak yang
merugikan bagi kesehatan.

Bahan Berbahaya dan Beracun atau B3 adalah semua bahan/ senyawa baik padat, cair, ataupun
gas yang mempunyai potensi merusak terhadap kesehatan manusia serta lingkungan akibat
sifat-sifat yang dimiliki senyawa tersebut.

Limbah B3 diidentifikasi sebagai bahan kimia dengan satu atau lebih karakteristik :

mudah meledak,
mudah terbakar,
bersifat reaktif,
beracun,
penyebab infeksi,
bersifat korosif.

Pembuangan limbah ke lingkungan akan menimbulkan masalah yang merata dan menyebar di
lingkungan yang luas. Limbah gas terbawa angin dari satu tempat ke tempat lainnya. Limbah
cair atau padat yang dibuang ke sungai, dihanyutkan dari hulu sampai jauh ke hilir, melampaui
batas-batas wilayah akhirnya bermuara dilaut atau danau, seolah-olah laut atau danau menjadi
tong sampah. Limbah bermasalah antara lain berasal dari kegiatan pemukiman, industri,
pertanian, pertambangan dan rekreasi.

Limbah industri baik berupa gas, cair maupun padat umumnya termasuk kategori atau dengan
sifat limbah B3. Limbah bahan berbahaya dan beracun (B3) yang sangat ditakuti adalah limbah
dari industri kimia. Limbah dari industri kima pada umumnya mengandung berbagai macam
unsur logam berat yang mempunyai sifat akumulatif dan beracun (toxic) sehingga berbahaya
bagi kesehatan manusia. Limbah pertanian yang paling utama ialah pestisida dan pupuk.

Limbah B3 dari kegiatan industri yang terbuang ke lingkungan akhirnya akan berdampak pada
kesehatan manusia. Dampak itu dapat langsung dari sumber ke manusia, misalnya meminum
air yang terkontaminasi atau melalui rantai makanan, seperti memakan ikan yang telah
menggandakan (biological magnification) pencemar karena memakan mangsa yang tercemar.
i. Pembahasan
Berbagai produk dapat menjadi limbah B3. Adapun produk-produk yang dapat
menjadi limbah B3 diantaranya sebagai berikut:

Produk Automotif, contohnya: bahan bakar, oli kendaraan, aki, dan


pembersih kendaraan
Produk untuk pemeliharaan rumah, contohnya: cat, pewarna, pengencer cat
Pestisida, contohnya: insektisida, racun tikus dan kamper
Pembersih rumah, contohnya: pembersih lantai, pemutih, pengkilap oven
Produk lainnya, contohnya: baterai, kosmetik, dan pemoles sepatu
Besarnya dampak dan kerugian akibat dari pencemaran limbah B3, maka limbah
B3 harus diproses secara tepat dan benar menurut prosedur dan peraturan limbah
B3. Limbah B3 perlu diketahui dari mana sumbernya, apa jenis dan konsentrasi
limbah serta bagaimana metode penanganan limbah B3 tersebut. Apabila limbah
B3 tidak dikelola dengan baik, maka sumber limbah B3 akan mencemari air
permukaan tanah yang digunakan sebagai bahan baku pembuatan air minum dan
juga kehidupan ikan serta tanaman pangan akan terganggu. Penanganan dan
manajemen limbah B3 pada setiap tahap dalam kegiatan industri merupakan upaya
yang tepat untuk mencegah pencemaran terjadi.
Adapun bahan yang berbahaya pada limbah B3 seperti :
1. Kadmium (Cd
Sebagian Cd yang diabsorbsi tubuh akan mengumpul di dalam ginjal, hati dan
sebagian dibuang keluar melalui saluran pencernaan. Keracunan Cd dapat
mempengaruhi otot polos pembuluh darah. Akibatnya, tekanan darah menjadi
tinggi yang kemudian dapat menyebabkan terjadinya gagal jantung dan ginjal.
2. Timbal,Timah Hitam (Pb)
Timbal terdapat di air, tanah, tanaman, hewan dan udara. Zat ini terbentuk akibat
aktifitas manusia seperti pembakaran batu bara, sampah, penyemprotan pestisida,
asap pabrik dan akibat pembakaran bensin di kendaraan. Timbal dan senyawanya
mempengaruhi sistem pusat syaraf dengan ciri-ciri keracunan, yaitu pusing, anemia,
lemah dan yang paling berbahaya adalah pengaruhnya terhadap sel darah merah.
Timbal dapat mengubah ukuran dan bentuk sel darah merah.

3. Merkuri (Hg)
Gejala keracunan merkuri ditandai dengan sakit kepala, sukar menelan,
penglihatan menjadi kabur dan daya pendengaran menurun. Selain itu orang yang
keracunan merkuri merasa tebal di bagian kaki dan tangannya, mulut tersumbat oleh
logam, gusi membengkak dan diare. Kematian dapat terjadi pada kondisi tubuh
yang makin melemah. Wanita yang hamil akan melahirkan bayi yang cacat
4. Nickel (Ni)
Nikel berupa logam berwarna perak dalam bentuk berbagai mineral. Ni
diproduksi dari biji Nickel, peleburan/ daur ulang besi, terutama digunakan dalam
berbagai macam baja dan suasa serta elektroplating. Salah satu sumber terbesar Ni
terbesar di atmosphere berasal dari hasil pembakaran BBM, pertambangan,
penyulingan minyak, incenerator. Sumber Ni di air berasal dari lumpur limbah,
limbah cair dari Sewage Treatment Plant, air tanah dekat lokasi landfill.
Pemajanan: melalui inhalasi, oral dan kontak kulit.
Dampak terhadap Kesehatan
Ni dan senyawanya merupakan bahan karsinogenik. Inhalasi debu yang
mengandung Ni-Sulfide mengakibatkan kematian karena kanker pada paru-paru
dan rongga hidung, dan mungkin juga dapat terjadi kanker pita suara.

5. Pestisida

Pestisida mengandung konotasi zat kimia dan atau bahan lain termasuk
jasad renik yang mengandung racun dan berpengaruh menimbulkan dampak negatif
yang signifikan terhadap kesehatan manusia, kelestarian lingkungan dan
keselamatan tenaga kerja. Pestisida banyak digunakan pada sektor pertanian dan
perdagangan/ komoditi.
Pemajanan melalui : Oral, Inhalasi, Kulit

Dampak pada Kesehatan


Pestisida golongan Organophosphat dan Carbamat dapat mengakibatkan
keracunan Sistemik dan menghambat enzym Cholinesterase (Enzim yang
mengontrol transmisi impulse saraf) sehingga mempengaruhi kerja susunan saraf
pusat yang berakibat terganggunya fungsi organ penting lainnya dalam tubuh.
Keracunan pestisida golongan Organochlorine dapat merusak saluran pencernaan,
jaringan, dan organ penting lainnya.

6. Arsene

Arsene berwarna abu-abu, namun bentuk ini jarang ada di lingkungan.


Arsen di air di temukan dalam bentuk senyawa dengan satu atau lebih elemen lain.
Senyawa Arsen dengan oksigen, clorin atau belerang sebagai Arsen inorganik,
sedangkan senyawa dengan Carbon dan Hydrogen sebagai Arsen Organik. Arsen
inorganik lebih beracun dari pada arsen organik.

Suatu tempat pembuangan limbah kimia mengandung banyak arsen,


meskipun bentuk bahan tak diketahui (Organik/ Inorganik). Industri peleburan
tembaga atau metal lain biasanya melepas arsen inorganik ke udara. Arsen dalam
kadar rendah biasa ditemukan pada kebanyakan fosil minyak, maka pembakaran
zat tersebut menghasilkan kadar arsen inorganik ke udara Penggunaan arsen
terbesar adalah untuk pestisida.

Pemajanan Arsen ke dalam tubuh manusia umumnya melalui oral, dari


makanan / minuman. Arsen yang tertelan secara cepat akan diserap lambung dan
usus halus kemudian masuk ke peredaran darah.

Dampak terhadap Kesehatan:


Arsen inorganik telah dikenal sebagai racun manusia sejak lama, yang dapat
mengakibatkan kematian. Dosis rendah akan mengakibatkan kerusakan jaringan.
Bila melalui mulut, pada umumnya efek yang timbul adalah iritasi saluran
makanan, nyeri, mual, muntah dan diare.

Selain itu mengakibatkan penurunan pembentukan sel darah merah dan


putih, gangguan fungsi jantung, kerusakan pembuluh darah, luka di hati dan ginjal.

7. Nitrogen Oxide (NOx)

NOx merupakan bahan polutan penting dilingkungan yang berasal dari hasil
pembakaran dari berbagai bahan yang mengandung Nitrogen. Pemajanan manusia
pada umumnya melalui inhalasi atau pernafasan.

Dampak terhadap kesehatan berupa keracunan akut sehingga tubuh menjadi


lemah, sesak nafas, batuk yang dapat menyebabkan edema pada paru-paru.

8. Sulfur Oxide (SOx)

Sumber SO2 bersal dari pembakaran BBM dan batu bara, penyulingan
minyak, industri kimia dan metalurgi.

Dampak pada kesehatan berupa keracunan akut:

Pemajanan lewat ingesti efeknya berat, rasa terbakar di mulut, pharynx,


abdomen yang disusul dengan muntah, diare, tinja merah gelap (melena). Tekanan
darah turun drastis.
Pemajanan lewat inhalasi, menyebabkan iritasi saluran pernafasan, batuk,
rasa tercekik, kemudian dapat terjadi edema paru, rasa sempit didada, tekanan darah
rendah dan nadi cepat.
Pemajanan lewat kulit terasa sangat nyeri dan kulit terbakar.

9. Karbonmonoksida (CO)

Karbonmonoksida adalah gas yang tidak berbau dan tidak berwarna, berasal
dari hasil proses pembakaran tidak sempurna dari bahan bakar yang mengandung
rantai karbon (C).

ii. Pencegahan
Untuk membersihkan permukaan tanah yang tercemat B3 biasanya dilakukan
kegiatan yang disebut temidiasi. Ada 2 jenis remidiasi tanah yaitu insitu (on site)
dwan exsitu (off site). Pembersihan on-site adala pembersihan dilokasi, terdiri dari
tahap pembersihan, venting (injeksi) dan bioremediasi. Pembersihan off-site
meliputi penggalian tanah yang tercemar kemudian di bawa ke daerah yang aman.
Setelah di daerah aman, tanah tersebut dibersihkan dari zat pencemar caranya yaitu
tanah tersebut disimpan dibak atau tangki yang kedawp ai, kemudian zat pembersih
dipompakan ke dalam bak atau tangki tersebut. Kemudian diolah dengan instalasi
pengeolahan air limbah. Pembersihan dengan cara off-site jauh lebih mahal dan
rumit.
Bioremidiasi adalah proses pembersihan pencemaran tanah dengan menggunakan
mikroorganisme seperti jamur dan bakteri
2. Untuk zat cair biasanya dengan mengendapkan kandungan pewarnanya
sehingga cairan yang keluar ke lingkungan sudawh sedikit mengandung bahan
pencemaran

You might also like