Professional Documents
Culture Documents
TAXES
MAKALAH
disusun untuk memenuhi salah satu tugas persentasi mata kuliah Akuntansi Keuangan
Menengah II yang dibimbing oleh Bapak Bachtiar Asikin, S.E., M.M., Ak., Ca.
oleh
Deby Ayu Lestari : 0113U478
Eulandea Alpedoe : 0113U426
Retno Dewi Jayanti : 0113U425
JURUSAN AKUNTANSI S1
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS WIDYATAMA
BANDUNG
2016
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan khadirat Allah SWT, atas limpahan rahmat dan
hidayahnya penulis dapat menyelesaikan makalah dengan tepat waktu yang berjudul "
Reporting and Accounting For Income Taxes ". Makalah ini disusun agar pembaca dapat
memahami perlakuan akuntansi untuk perhitungan pajak penghasilan dan jurnal yang
diperlukan untuk pencatatan akuntansi dalam perusahaan. Dalam makalah ini dibahas
mengenai perbedaan antara UU perpajakan dan PSAK 46 serta bagaimana mengakui,
menghitung, dan metode yang digunakan untuk mengalokasikan pajak.
Demikian pembuatan makalah ini dapat memberikan pengetahuan kepada
pembaca. Dengan akhir kata penulis ucapkan permohonan maaf karena masih banyak
kesalahan dalam penulisan makalah ini. Semoga pembaca dapat menambahkan kembali
kajian makalah ini.
Penulis
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I TINJAUAN PUSTAKA
1
1.2.1 Perbedaan Permanen
Perbedaan ini disebabkan oleh berbagai provisi dari Undang-Undang Perpajakan yang
menentukan beberapa jenis pendapatan yang dibebaskan dari pajak penghasilan tidak kena
pajak (non taxable income) dan beberapa jenis beban yang tidak boleh dikurangkan (non
deductible expense). Artinya, misalkan ada DTL pada saat ini, pada masa depan hutang
pajak tersebut akan dibayarkan kembali. Yaitu pada saat ini tax expense > tax payable,
namun pada masa depan keadaan akan berbalik di mana tax payble > tax expense. Permanent
difference adalah keadaan di mana perbedaan tersebut tidak akan berbalik di masa depan.
Jadi, kalau tax expense > tax payable sehingga ada DTL, di masa depan keadaannya juga
akan tetap seperti itu. Hal ini disebabkan karena:
Adanya income atau expense yang tidak di perbolehkan untuk di akui oleh tax authority.
Sehingga sampai kapan pun selama income atau expense tersebut tidak di akui, maka tax
expense akan selisih dengan tax payable.
Adanya kredit pajak yang mengurangi jumlah biaya pajak.
Permanent difference menyebabkan effective tax rate perusahaan menjadi berbeda dengan
statutory tax rate atau tax rate dari pemerintah.
Effective tax rate = income tax expense / pretax income (I/S).
Jadi, misalkan tax rate dari tax authority adalah 30%, mungkin effective tax rate dari
perusahaan hanya 20% di karenakan ada kredit pajak sehingga biaya pajak di I/S menjadi
lebih kecil, atau mungkin karena ada biaya yang menurut tax authority tidak boleh di akui,
sementara perusahaan mengakui biaya tersebut dan menyebabkan pretax income menjadi
lebih kecil, dan biaya pajak juga menjadi lebih kecil, sehingga effective tax rate menjadi lebih
kecil.
Perbedaan tersebut dapat berupa :
a. Pendapatan dividen, bunga royalty, sewa, hadiah, penghargaan, dan imbalan jasa
tertentu yang sudah dikenakan pajak final.
b. Beban kontribusi social seperti sumbangan.
c. Sanksi perpajakan berupa denda dan bunga.
Contoh-contoh perbedaan tetap adalah pendapatan bunga deposito larena bersifat final, uang
yang dihasilkan dari polis asuransi jiwa, bunga yang diterima dari obligasi pemerintah, beban
entertaiment yang tidak disertai bukti-bukti yang sah, denda karena pelanggaran hukum, dan
pembayaran prermium asuransi jiwa.
2
1.2.2 Perbedaan Temporer
Perbedaan Temporer adalah perbedaan antara laba akuntansi dan penghasilan kena
pajak yang disebabkan oleh ketentuan perpajakan dan membeikan pengaruh di masa
mendatang dalam jangka waktu tertentu sehingga pengaruh terhadap laba akuntansi dan
penghasila kena pajak akhirnya menjadi sama. Perbedaan Temporer dibagi menjadi dua:
a) Perbedaan Temporer kena pajak (taxable temporary differences) adalah perbedaan yang
menimbulkan suatu jumlah kena pajak dalam penghitungan laba fiskal periode mendatang
pada saat nilai tercatat aset dipulihkan atau nilai tercatat kewajiban tersebut dilunasi. Jumlah
pajak penghasilan yang diharapkan akan dibayar pada penghasilan kena pajak tambahan di
masa mendatang akan dicatat pada neraca sebagai Kewajiban Pajak Tangguhan (Deffered
Tax Liabilities/DTL).
3
Beban garansi (Warranty expense) atau beban piutang tak tertagih (bad debt expense)
akan dikurangkan untuk tujuan perpajakan ketika telah benar-benar terjadi, namun
akan menjadi akrual pada tahun penjualan untuk tujuan pelaporan keuangan.
Kerugian yang belum direalisasi untuk trading securities, kerugian tersebut akan
diakui utnuk tujuan pelaporan keuangan, sedangkan untuk tujuan perpajakan akan
diakui pada saat sekuritas tersebut dijual.
4
yang bersangkutan. Selisih yang terjadi karena adanya perbedaan laba kena pajak dan laba
akuntansi tidak dibukukan dalam suatu rekening tersendiri, tetapi ditambahkan atau
dikurangkan kepada aktiva atau hutang tertentu serta unsur pendapatan atau biaya yang
bersangkutan.
1.4 Jurnal
a. Deferred Tax
Deferred Tax Assets
Deferred Tax Expense Xxx
Deferred Tax Liability xxx
Deferred Tax Liability
Deferred Tax Assets Xxx
Deferred Tax Revenue xxx
5
b. Jurnal (PSAK lebih detail current dan deferred)
Current Tax Expense Xxx
Deferred Tax Assets Xxx
Deferred Tax Revenue xxx
Income Tax Payable xxx
7
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Alokasi Pajak Penghasilan Antar Periode Tahun Buku (Interperiod Allocation)
CONTOH KASUS
Pada tanggal 1 Januari 2015 sebuah perusahaan membeli sebuah villa berikut tanahnya
dengan harga Rp 90.000.000,- Sebesar Rp 15.000.000,- diantaranya merupakan harga
tanahnya.
Menurut ketentuan perpajakan, bangunan villa harus disusut berdasar metode garis lurus
dengan taksiran umur 20 tahun. Sementara kebijakan akuntansi pada perusahaan tersebut
menetapkan bahwa bangunan villa disusut berdasar metode garis lurus dengan taksiran umur
10 tahun.
Apabila perusahaan memperoleh pendapatan sebesar Rp 10.000.000,- dengan biaya operasi
(tidak termasuk biaya depresiasi) sebesar Rp 1.000.000,- setiap tahun selama 20 tahun,
sedang tarif pajak yang berlaku untuk tingkat laba yang dihasilkan perusahaan pada saat itu
sebesar 40 %, maka perhitungan jumlah pajak penghasilan setiap tahun selama 20 tahun adl
sbb :
Tanpa alokasi pajak penghasilan, maka besarnya pajak penghasilan yang harus disajikan
dalam laporan Rugi/Laba akan sama jumlahnya dengan Pajak yang Terutang menurut kantor
Pajak (dalam SPT), yaitu sebesar Rp 2.100.000,- per tahun, yang berlangsung selama 20
tahun.
Dengan demikian, Laporan Rugi Laba perusahaan akan tampak sebagai berikut :
8
Laporan Rugi Laba Partial
(Tanpa Alokasi Pajak Antar Periode)
9
Oleh karena itu perlu diadakan alokasi pajak antar periode agar Pajak Penghasilan
menunjukkan korelasinya dengan laba yang diperoleh perusahaan, sehingga apliksi prosedur
alokasi pajak Pada Laporan Perhitungan Rugi Laba perusahaan setiap tahunnya selama 20
tahun sbb :
Dengan alokasi pajak antar periode tidak berarti jumlah pajak yang harus dibayar perusahaan
tiap tahunnya menjadi berbeda. Pada dasarnya perusahaan tetap diwajibkan membayar pajak
Penghasilan sebesar Rp 2.100.000,- setiap tahun selama 20 tahun.
Perbandingan kedua prosedur tersebut dilihat dari segi pengaruhnya terhadap pajak
penghasilan yang dilaporkan dalam Laporan Rugi Laba adalah sbb :
10
1. Jumlah per-tahun 2.100.000 2.100.000 600.000
Apabila Pajak Penghasilan yang Terhutang untuk tahun 2015 sebesar Rp 2.100.000,- dan
Pajak Penghasilan yang diperhitungkan dari laba akuntansinya sebesar Rp 600.000,- maka
jurnal yang dibuat untuk tahun 2015 adalah sbb :
Mencatat setoran Pajak Penghasilan bulanan (Februari Desember 2015)
(D) Uang muka Pajak Penghasilan Rp 125.000,- -
(K) Kas - Rp 125.000,-
11
Mencatat perhitungan penyelesaian Uang Muka Pajak Penghasilan Terutang menurut SPT
tahunan pada tahun 2015
(D) Pajak Penghasilan yang Ditangguhkan Rp 1.500.000,- -
(K) Uang Muka Pajak Penghasilan - Rp 1.375.000,-
(K) Hutang Pajak Penghasilan - Rp 125.000,-
Dalam Buku Besar perusahaan, rekening Pajak Penghasilan Ditangguhkan akan tampak sbb :
dst
Pada akhir tahun 2015 rekening Pajak Penghasilan Ditangguhkan bersaldo debet sebesar Rp
1.500.000,- yang akan disajikan dalam neraca sebagai Aktiva Lain-Lain. Situasi yang
demikian akan berlangsung untuk jangka waktu 10 tahun, yaitu sampai 31 Desember 1996,
sehingga pada akhir tahun 2006 tersebut rekening Pajak Penghasilan Ditangguhkan akan
mempunyai saldo Debet sebesar Rp 15.000.000,-
Untuk masa 10 tahun berikutnya, jumlah Pajak Penghasilan yang harus dibayarkan setiap
tahunnya sama, yaitu sebesar Rp 2.100.000,- sedangkan Pajak Penghasilan yang dilaporkan
dalam Laporan Rugi Laba setiap tahunnya sebesar Rp 3.600.000,- Sehingga dengan
demikian, selama 10 tahun terakhir tersebut rekening Pajak Penghasilan yang Ditangguhkan
harus dikredit sebesar Rp 1.500.000,- setiap tahun.
Jurnal yang dibuat perusahaan adalah sbb :
Mencatat PPh yang diperhitungkan untuk tahun 2007
(D) Pajak Penghasilan Rp 3.600.000,-
(K) Hutang Pajak Penghasilan - Rp 3.600.000,-
12
Mencatat perhitungan penyelesaian Uang Muka PPh dan PPh terutang menurut SPT tahunan
dalam tahun 2007
(D) Hutang Pajak Penghasilan Rp 2.875.000,-
(K) Uang Muka Pajak Penghasilan - Rp 1.375.000,-
(K) Pajak Penghasilan yang Ditangguhkan - Rp 1.500.000,-
Dalam Buku Besar perusahaan, rekening Pajak Penghasilan Ditangguhkan akan tampak sbb :
31/12/2006 - - - - 15.000.000
dst
31/12/2016 - - - 1.500.000 -
Melalui prosedur alokasi pajak yang demikian tersebut, maka pada akhir masa kegunaan
bangunan, yaitu pada akhir tahun 2016, rekening Pajak Penghasilan Ditangguhkan akan
bersaldo NIHIL (0). Berbagai Faktor yang Memerlukan Prosedur Alokasi Pajak Antar
Periode. Ada banyak faktor yang menyebabkan timbulnya perbedaan Pajak Penghasilan
menurut ketentuan perpajakan, dan Pajak Penghasilan yang dihitung berdasar laba akuntansi.
13
Pendapatan atau laba kena pajak diperhitungkan sebagai bagian dari Pendapatan Kena
Pajak lebih awal dari pada pengakuannya dalam Laba Akuntansi. Contoh :
Pendapatan Sewa, Royalti, Jasa, Bunga yang diterima dimuka
Pendapatan atau laba yang diperhitungkan sebagai bagian dari Pendapatan Kena Pajak
lebih akhir daripada pengakuannya dalam Laba Akuntansi.Contoh : Laba Kotor untuk
Penjualan Angsuran, Laba Atas Kontrak Jangka Panjang (Akuntansi metode %
penyelesaian, Pajak Metode Kontrak Selesai) Pendapatan atau hak atas laba dari
investasi pada perusahaan afiliasi (Akuntansi metode equity, Pajak metode Harga
Pokok)
Biaya atau rugi yang diperhitungkan dalam penentuan pendapatan atau laba kena
pajak lebih awal dari pada pengakuannya dalam penentuan laba akuntansi.
14
suatu periode terdapat selisih permanen, maka akan dibebankan seluruhnya kepada periode
ybs.
Contoh : PT GUNADARMA melaporkan laba sebelum pajak (Laba Akuntansi) untuk tahun
2008 s.d. 2010 sebesar Rp 5.000.000,- per tahun. Tarif pajak yang berlaku 30 %. Informasi
yang diperoleh sehubungan dengan pajak penghasilan adalah sbb : Laba kotor dari
penjualan angsuran pada tahun 2008 sebesar Rp 525.000,-. Laba tersebut untuk keperluan
perpajakan seharusnya diakui secara bulanan selama 18 bulan terhitung sejak tanggal 1
Januari 2009, dengan jumlah yang sama setiap bulan. Sedangkan untuk keperluan akuntansi,
laba tersebut diakui seluruhnya dalam tahun buku 2008. Perusahaan telah mengamortisasi
Biaya Pendirian sebesar masing-masing Rp 375.000,- untuk tahun 2009 dan 2010 yang
ternyata tidak diperkenankan untuk tujuan perpajakan.
Rekonsiliasi Laba Akuntansi dan Laba Kena Pajak serta Perhitungan Pajak Penghasilan
Terhutang
Selisih Permanen :
Amortisasi Biaya Pendirian - ( 375.000) ( 375.000)
Selisih Temporer :
Laba Kotor Penjualan Angsuran
15
Untuk mencatat ke dalam rekening yang berhubungan dengan Pajak Penghasilan, maka perlu
dibuat suatu perhitungan yang teliti, khususnya terhadap jumlah pajak yang ditangguhkan.
Pengaruh selisih laba temporer thd PPh 157.500 (K) 105.000 (D) 52.500 (D)
(Pajak yang ditangguhkan) ***
Atas dasar perhitungan di atas, maka jurnal yang dibuat untuk mengakui biaya Pajak
Penghasilan adalah sbb :
Tanggal 31/12/2008
(D) Pajak Penghasilan Rp 1.500.000,- -
(K) Hutang Pajak Penghasilan - Rp 1.342.500,-
(K) Pajak Penghasilan Ditangguhkan - RP 157.500,-
Tanggal 31/12/2009
(D) Pajak Penghasilan Rp 1.612.500,- -
(D) Pajak Penghasilan Ditangguhkan Rp 105.000,- -
(K) Hutang Pajak Penghasilan - Rp 1.717.500,-
16
Tanggal 31/12/2010
(D) Pajak Penghasilan Rp 1.612.500,- -
(D) Pajak Penghasilan Ditangguhkan Rp 52.500,- -
(K) Hutang Pajak Penghasilan - Rp 1.665.000,-
Pada akhir tahun buku 2010, yaitu pada saat berakhirnya masa kompensasi dari selisih
temporer, maka saldo rekening Pajak Penghasilan Ditangguhkan menjadi NIHIL (0).
17
DAFTAR PUSTAKA
http://www.slideshare.net/nicotine09/materi-asistensi-8-
accounting-for-income-tax
https://bangliman.wordpress.com/2015/08/11/financial-
reporting-analysis-income-taxes/
http://yunitandp.blogspot.co.id/2015/03/akuntansi-pajak-
penghasilan.html
18
LAMPIRAN
I
II