You are on page 1of 18

Anamnesis Fisioterapi

History

1. Nama : Adiba Adawiyah


2. Usia : 45 tahun
3. Jenis kelamin : Perempuan
4. Agama : Islam
5. Status : Menikah
6. Suku : Bugis
7. Alamat : Jl.Dawah no.55 Makassar
8. Riwayat social : Membuat roti menggunakan tangan selama 8 tahun terakhir.
9. Pekerjaaan : Pengusaha roti
10. Pertumbuhan dan perkembangan : normal
11. Lingkungan tempat tinggal : Lingkungan aktivitas pasien tidak mendukung untuk
kesembuhan karena banyak aktivitas yang dilakukan dengan tangan, seperti mencuci baju
dan menyapu dan bepergian naik motor.
12. Status kesehatan :
Status kesehatan diri sendiri : Pasien mengalami nyeri pada bagian tangan
Status kesehatan keluarga : Status kesehatan keluarga baik dan tidak ada anggota
keluarga pasien yang mengalami sakit yang sama dengan pasien
Herediter : Pasien tidak mempunyai penyakit herediter
13. Riwayat medis : pasien mengkonsumsi obat analgetik
14. Kondisi saat ini ; pasien merasakan kesemutan dan rasa tebal pada telapak tangan disertai
nyeri sejak 1 bulan yang lalu. Setelah dirasakan lama-kelamaan rasa kesemutan itu makin
sering terjadi dan pasien kesulitan untuk melakukan pekerjaan rumah tangga, seperti
mencuci, memasak, menyapu, dan mengendarai motor dan sulit dalam melakukan usaha
rotinya. Pada bulan November, pasien memeriksakan ke RSUD Kota Makassar datang ke
dokter saraf kemudian dirujuk ke fisioterapi.
15. Keluhan utama :
Rasa Kesemutan
Sering kesemutan setelah bekerja
Nyeri
Sejak 1 bulan lalu tangan kanan dan jari tengah kesemutan
16. Status fungsional : kegiatan fungsional seperti membuat adonan dan membakar roti serta
kegiatan rumah tangga lainnya terganggu akibat nyeri

Sistem Review

1. Kardiopulmonal
Tekanan Darah : 110/80 mmHg
Denyut nadi : 72 kali/menit
Frekuensi pernapasan : 18 kali/menit
Oedem : tidak ada oedem

2. Integumen
Tekstur : normal
Pembentukan jaringan parut : tidak ada pembentukan jaringan parut
Warna kulit : normal
Integritas kulit : normal

3. Muskuloskeletal :
Rom : adanya keterbatasan LGS pada fleksi wrist
Strength : adanya kelemahan pada otot-otot wrist
Tinggi : 158 cm
Berat : 50 kg
4. Neuromuscular :
Koordinasi gerakan :
Fungsi motorik : terganggu akibat adanya nyeri
Test dan Pengukuran

a. Inspeksi

Inspeksi adalah pemeriksaan dengan cara melihat dan mengamati pada kasus carpal tunnel
syndrome. Inspeksi yang perlu diperhatikan adalah, (1) Keadaan umum pasien yaitu baik, (2)
Tanda-tanda inflamasi tidak ada, (3) Deformitas tidak ada, (4) Atrofi otot-otot sekitar
pergelangan tangan tidak ada.

b. Palpasi

Palpasi adalah suatu pemeriksaan dengan cara meraba, menekan dan memegang bagian tangan
pasien untuk mengetahui (1) Adanya nyeri tekan, (2) Suhu normal, (3) Tidak ada
pembengkakan.

c. Perkusi

Tidak dilakukan.

d. Auskultasi

Tidak dilakukan.

e. Pemeriksaan Fungsi Gerak

1. Pemeriksaan Gerak Aktif

Pada pemeriksaan gerak aktif untuk memperoleh informasi tentang adanya nyeri gerak, kekuatan
otot, koordinasi gerakan. Pada pemeriksaan ini pasien diminta melakukan gerakan ke segala arah
pada wrist dan hand.

a. wrist
Sendi Gerakan Nyeri

Pronasi -
Elbow
Supinasi -

Fleksi +
Wrist
Ekstensi +

Radial deviasi -

Ulnar deviasi -

b. Hand

2. Pemeriksaan Gerak Pasif


Pada pemeriksaan gerak pasif untuk mengetahui adanya nyeri gerak atau nyeri tekan, end
feelsendi pergelangan tangan. Pada pemeriksaan gerakan dilakukan penuh oleh terapis ke segala
arah bidang gerak yaitu gerakan fleksi-ekstensi pergelangan tangan, ulnar deviasi, dan radial
deviasi yang dilakukan penuh oleh terapis tanpa menimbulkan kontraksi otot.

a. Wrist

b. Hand
3. Pemeriksaan Gerak Isometrik Melawan Tahanan

Tujuan pemeriksaan ini adalah untuk memprovokasi nyeri musculotendineusnya. Pada


pemeriksaan gerakan ini pasien diminta melakukan gerakan ke segala arah bidang gerak yaitu
gerakan fleksi wrist, ekstensi wrist, ulnar deviasi, dan radial deviasi yang dilakukan penuh oleh
pasien dengan tahanan dari terapis. Dan didapatkan pasien dapat menggerakan ke segala arah
yaitu pada gerakan flexi-ekstensi wrist, abduksi dan adduksi wrist, ulnar dan radial deviasi wrist,
dan ada sedikit keluhan nyeri.

a. Wrist
b. Hand
f. MMT

HASIL MMT

Nilai MMT
Gerakan
4
Fleksi MCP
4
Ekstensi MCP

4
Fleksi wrist
4
Ekstensi wrist
5
Ulnar Deviasi
5
Radial Deviasi

g. Tes spesifik

1. Phalens test
Penderita diminta melakukan fleksi tangan secara maksimal. Bila dalam waktu 60
detik timbul gejala seperti CTS, tes ini menyokong diagnosis. Beberapa penulis
berpendapat bahwa tes ini sangat sensitif untuk menegakkan diagnosis CTS.

Hasil tes : Positif

2. Prayer test

Penderita diminta melakukan ekstensi tangan secara maksimal. Bila dalam waktu 60
detik timbul gejala seperti CTS, tes ini menyokong diagnosis

Hasil tes : positif

3. Carpal compression test

Nervus medianus ditekan di terowongan karpal dengan menggunakan ibu jari. Bila dalam
waktu kurang dari 120 detik timbul gejala seperti CTS, tes ini menyokong diagnosis.
Hasil tes : positif

4. Tinel test :
Tes ini mendukung diagnosa bila timbul parestesia atau nyeri pada daerah distribusi
nervus medianus jika dilakukan perkusi pada terowongan karpal dengan posisi tangan
sedikit dorsofleksi.

Hasil tes : positif

5. Pen touching test

Minta pasien untuk mengangkat thumb lurus ke atas untuk menyentuh pulpen.Tes ini
bertujuan untuk mengetahui adanya kelemahan pada otot abductor pollicis brevis.
Hasil tes : positif

6. Three Jaw Chuck test


Minta pasien untuk mengoposisikan ibu jari dengan jari-jari tangan fleksi wrist secara
maksimal.Gejala CTS akan muncul dalam waktu 1 menit.

Intervensi
A. Terapi Latihan
Terapi awal dapat dilakukan immobilisasi pada pergelangan tangan dengan menggunakan splint
pada malam hari selama 6 sampai 8 minggu dan dapat digunakan secara selektif pada aktifitas yang
memprovokasi CTS (mis:mengetik), posisi pemasangan splint, wrist pada posisi neutral (0-2 derajat
flexi,0-3 derajat ulnar deviasi),tujuan pemakaian splint adalah untuk mengistirahatkan jaringan lunak
yang mengalami peradangan dan untuk meminimalkan tekanan intra tunnel.Dapat juga dikombinasi
dengan ice therapy. Bila pekerjaan dapat memperparah kondisi, maka perlu disesuaikan dengan posisi
yang ergonomis.Selain medika mentosa , ultra sound dan terapi latihan pada penderita dapat mengurangi
gejala.Bila semua tindakan konservatif tidak dapat membantu maka tindakan pembedahan (Carpal Tunnel
Release) dapat dipertimbangkan.

Therapy Latihan berupa :

1. Tendon Glide Exercise


Tujuan dari tendon glide exercise adalah untuk meningkatkan sirkulasi darah ke tangan dan
pergelangan tangan sehingga akan mengurangi pembengkakan dan meningkatkan perbaikan
pada jaringan lunak (otot, ligamen dan tendon). Tujuan utama dari latihan ini adalah untuk
mengurangi hambatan pada terowongan carpal sehingga tendon dapat bergerak bebas. tetapi
tidak untuk meningkatkan kekuatan otot pada pergelangan tangan. Latihan2 ini tampak
sederhana, tetapi jika dilakukan secara teratur bersamaan dengan latihan lain, seperti memakai
splint saat tidur, dan memakai carpal tunnel braces saat beraktifitas, menggunakan salep/gel
utk penghilang nyeri dan juga menggunakan therapydingin, maka akan dirasakan perbedaan
setelah therapy. Terapi ini memeng efektif untuk carpal tunnel syndrome yang ditandai dengan
kesemutan pada telapak tangan belum terlalu parah.

Gerakan ini dapat dilakukan 3 atau 4 kali setiap hari.

Step2= hook, step4= fist, step8= straight

2. Nerve Glide Exercise


Tujuan dari Nerve Glide Exercise adalah untuk memelihara flexibilitas dari nerves
dan ligament.

Gerakan dapat diulang 5-10 kali gerakan.statik thenar splint untuk mencegah adduksi
kontraktur.Saran untuk penderita :
Selalu memelihara posisi pergelangan tangan pada posisi netral saat melakukan
aktifitas sehari-hari.
Hindari gerakan menjumput , mencengkeram dan menekuk pergelangan tangan
dalam jangka waktu lama. (pada saat tidur hindari posisi menekuk pergelangan
tangan).

3. Ressisted exercise
Ressisted exercise yaitu merupakan bagian dari active exercise dengan dinamik atau
statik kontraksi otot dengan tahanan dari luar. Tahanan dari luar bisa dengan manual atau
dengan mekanik.Posisi pasien: duduk di kursi dengan tangan disangga bantal, terapis
duduk berhadapan dengan pasien.

Pelaksanaan:

Gerakan dorsi fleksi dan palmar fleksi


Posisi pasien duduk nyaman dan lengan bawah tersangga penuh. Latihan diberikan pada
pergelangan tangan kanan dan kiri. Terapis menstabilisasi pada pergelangan tangan
kemudian pasien diminta menggerakkan kearah dorsal dan palmar fleksi dan terapis
memberi tahanan kearah palmar dan dorsal tangan dengan aba aba pertahankan
disinitahantahan. Selama 7 hitungan kemudian hitungan ke-8 pasien rileks.
Tahanan disesuaikan dengan kemampuan pasien dengan pengulangan 8 10 kali (Bates,
1992).

Gambar 7. Gerak palmar dan dorsi fleksi dengan tahanan

Gerakan ulnar deviasi dan radial deviasi


1. Ulnar deviasi:
Posisi pasien duduk nyaman dan lengan bawah tersangga penuh dan pronasi dalam posisi
netral. Latihan diberikan pada pergelangan tangan kanan dan kiri Terapis memfiksasi pada
distal lengan bawah dan pasien diminta menggerakkan tangan ke ulnar dan terapis
memberi tahanan kearah dorsal tangan dengan aba aba pertahankan
disinitahantahan. Selama 7 hitungan kemudian hitungan ke-8 pasien rileks.
Tahanan disesuaikan dengan kemampuan pasien, dengan pengulangan 8 10 kali (Bates,
1992).

Gambar 8. Gerak ulnar deviasi dan radial deviasi yang ditahan


2. Radial deviasi:
Posisi pasien duduk nyaman dan lengan bawah tersangga penuh dan pronasi dalam posisi
netral. Latihan diberikan pada pergelangan tangan kanan dan kiri Terapis memfiksasi pada
distal lengan bawah dan pasien diminta menggerakkan tangan ke radial deviasi dan terapis
memberi tahanan kearah ulnar tangan dengan aba aba pertahankan
disinitahantahan. Selama 7 hitungan kemudian hitungan ke-8 pasien rileks.
Tahanan disesuaikan dengan kemampuan pasien, dengan pengulangan 8 10 kali (Bates,
1992). Untuk (T2 T6) pemberian terapi latihan pada pergelangan tangan kanan dan kiri
sama seperti T1 tapi untuk tahanannya ditambah.

Mobilisasi saraf

Mobilisasi saraf adalah modalitas pengobatan yang digunakan dalam kaitannya dengan lesi dari
sistem saraf. Teknik mobilisasi saraf meliputi gerakan berulang dari segmen yang mengalami
gangguan, serta kombinasi gerakan dari segmen sisi distal dan proksimalnya (Kostopoulos,
2003).

c. Tujuan mobilisasi saraf

Tujuan utama dari mobilisasi saraf yaitu untuk mengembalikan keseimbangan


dinamis antara gerakan jaringan saraf dan jaringan di sekitarnya, sehingga
mengurangi tekanan intrinsik pada jaringan saraf.

d. Manfaat mobilisasi saraf

Manfaat dari teknik mobilisasi saraf meliputi : (1) memfasilitasi gliding saraf, (2)
meningkatkan vaskularisasi saraf, (3) meningkatkan aliran axoplasmic atau
transport axonal.

e. Aplikasi

Teknik dalam aplikasi mobilisasi saraf medianus yang digunakan yaitu ULTT 1
yang dominan menggunakan abduksi bahu.
B. Teknologi Fisioterapi
1. Ultrasound
Efek terapeutik US masih sedang diperdebatkan. Sampai saat ini, masih sangat sedikit bukti untuk
menjelaskan bagaimana US bisa menyebabkan efek terapeutik dalam jaringan yang terluka.
Namun demikian praktisi di seluruh dunia terus menggunakan modalitas terapi ini sesuai dengan
pengalaman pribadi, bukan bukti ilmiah. Berikut adalah sejumlah teori oleh US yang
berhubungan dengan efek terapeutik.

Thermal effect
Ketika gelombang ultrasonik lulus dari transuder ke dalam kulit yang menyebabkan
getaran di sekitar jaringan, terutama yang mengandung kolagen. Getaran yang meningkat
ini menyebabkan produksi panas dalam jaringan. Pada kebanyakan kasus, hal ini tidak
dapat dirasakan oleh pasien sendiri. Peningkatan suhu ini dapat menyebabkan peningkatan
Ekstensibilitas struktur seperti ligamen, tendon, jaringan parut dan kapsul fibrosa sendi.
Selain itu, pemanasan juga dapat membantu untuk mengurangi rasa sakit dan kejang otot
dan meningkatkan proses penyembuhan.

Efek pada inflamasi dan proses perbaikan :

Salah satu manfaat terbesar terapi US yang disampaikan adalah yaitu mengurangi waktu

Penyembuhan cedera jaringan lunak tertentu.

US bertindak untuk mempercepat waktu penyembuhan yang normal dari proses


peradangan dengan menarik lebih banyak mast sells ke lokasi cedera. Ini dapat
menyebabkan peningkatan aliran darah yang dapat bermanfaat pada fase sub-akut pada
cedera jaringan. US tidak di anjurkan pada cidera dimana peningkatan aliran darah masih
berlangsung.
Ultrasonografi juga dapat merangsang produksi kolagen khususnya komponen protein
dalam jaringan lunak seperti tendon dan ligamen. Oleh karena itu US dapat mempercepat
fase proliferatif pada penyembuhan jaringan.
US berpikir untuk meningkatkan ekstensibilitas kolagen dan dapat memiliki efek positif
pada fibrosa jaringan parut yang dapat terbentuk setelah cedera.
a. Persiapan alat

Mesin ditest apakah mesin dalam keadaan baik dan dapat mengeluarkan gelombang ultra sonic
dengan cara memberi air pada tranduser guna menampung air dan dipegang menghadap ke atas
kemudian mesin dihidupkan, bila mesin dalam keadaan baik maka air akan bergerak seperti
mendidih kemudian koupling medium, handuk, tissue, dan alkohol dipersiapkan.

b. Persiapan pasien

Pasien diposisikan senyaman mungkin, rileks, dan tanpa adanya rasa sakit yaitu posisi dengan
duduk kemudian tangan supinasi diletakkan diatas bed, kemudian pada bagian tangan disuport oleh
bantal. Dan tangan yang akan diterapi harus terbebas dari pakaian dan segala aksesoris. Sebelum
pemberian terapi dilakukan tes sensibilitas dengan menggunakan tabung berisi air panas dan dingin
didaerah tangan bagian palmar. Posisi terapis duduk di depan pasien. Pasien diberi penjelasan
tentang tujuan pengobatan yang diberikan dan juga rasa panas yang dirasakan dan jika pasien
merasakan seperti kesemutan yang berlebihan saat terapi berlangsung diharapkan pasien langsung
memberitahukan kepada terapis.

c. Pelaksanaan

Alat diatur sedemikian rupa sehingga tangkai mesin dapat menjangkau tangan yang akan diterapi
kemudian area yang akan diterapi yaitu pada dorsal pergelangan tangan kanan diberikan koupling
medium kemudian tranduser ditempelkan lalu mesin dihidupkan lalu tranduser digerakan pelan-
pelan pada pergelangan tangan kanan pasien secara tranvers dan irama yang teratur di atas
pergelangan tangan dengan arah tegak lurus dengan area terapi, tranduser harus selalu kontak
dengan kulit, dengan intensitas 1,5 watt/cm2 secara continous, lama terapi 5 menit diperoleh dari
luas area 25 cm2 dan ERA 5 cm2. Selama proses terapi berlangsung harus mengontrol panas yang
dirasakan pasien. Jika selama pengobatan rasa nyeri dan ketegangan otot meninggi, dosis harus
dikurangi dengan menurunkan intensitas. Hal ini berkaitan dengan overdosis. Setelah terapi pada
pergelangan tangan kanan selesai intensitas dinolkan dan dilanjutkan untuk pergelangangan tangan
yang kiri sama seperti yang dilakukan pada pergelangan tangan kanan, setelah selesai kemudian
alat dirapikan seperti semula. Untuk (T2 T6) pemberian terapi ultra sonic pada pergelangan
tangan kanan dan kiri sama seperti T1.

d. Edukasi
Agar hasil maksimal maka perlu diberikan edukasi pada pasien tentang cara melakukan
aktivitas sehari-hari yang benar dan pemberian modalitas fisioterapi. Edukasi yang diberikan untuk
penderita carpal tunnel syndrome yaitu pasien diminta untuk mengompres dengan air hangat pada
kedua pergelangan sampai telapak tangan kanan dan kiri sekitar 10 menit, menggerakkan kedua
pergelangan tangan sebatas nyeri pasien secara aktif dengan tujuan pemperlancar peredaran darah
dan mengistirahatkan kedua tangan saat timbul nyeri dan juga janganmengangkat beban berat yang
menimbulkan nyeri, serta melakukan latihan tangan seperti yang diajarkan terapis tapi
menggunakan tahanan kantong pasir, jangan mengangkat beban berat yang menimbulkan nyeri,
jangan memaksakan bekerja secara berlebihan saat tangan merasa nyeri.

You might also like