You are on page 1of 32

BAB 1

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perubahan-perubahan akan terjadi pada tubuh manusia sejalan dengan makin
meningkatnya usia. Perubahan tubuh terjadi sejak awal kehidupan hingga usia lanjut
pada semua organ dan jaringan tubuh. Keadaan demikian itu tampak pula pada
semua system muskuloskeletal dan jaringan lain yang ada kaitannya dengan
kemungkinan timbulnya beberapa golongan reumatik. Salah satu dari golongan
reumatik yang sering menyertai usia lanjut yang menimbulkan gangguan
muskuloskeletal terutama adalah arthritis rheumatoid (Fitriani, 2009).
Penyakit reumatik yang biasa disebut artritis (radang sendi) dan dianggap
sebagai satu keadaan sebenarnya terdiri atas lebih dari 100 tipe kelainan yang
berbeda. Penyakit ini terutama mengenai otototot skelet, tulang, ligamentum,
tendon dan persendian pada lakilaki maupun wanita dengan segala usia. Sebagian
gangguan lebih besar kemungkinannya untuk terjadi pada suatu waktu tertentu
dalam kehidupan pasien atau lebih menyerang jenis kelamin yang satu dibandingkan
lainnya. Dampak keadaan ini dapat mengancam jiwa penderitanya atau hanya
menimbulkan gangguan kenyamanan, dan masalah yang disebabkan oleh penyakit
reumatik tidak hanya berupa keterbatasan yang tampak jelas pada mobilitas dan
aktivitas hidup sehari hari tetapi juga efek sistemik yang tidak jelas tetapi dapat
menimbulkan kegagalan organ dan kematian atau mengakibatkan masalah seperti
rasa nyeri. Keadaan mudah lelah, perubahan citra diri serta gangguan tidur (Kisworo,
2008).
Arthritis rheumatoid memang lebih sering dialami oleh lansia, untuk itu perlu
perawatan dan perhatian khusus bagi lansia dengan arthritis rheumatoid terutama
dalam keluarga. Kedudukan dan peranan orang lansia dalam keluarga dianggap
sebagai orang yang harus dihormati dan dihargai apalagi dianggap memiliki prestise
yang tinggi dalam masyarakat menjadikan secara psikologis lebih sehat secara
mental. Perasaan diterima oleh orang lain akan mempengaruhi tanggapan mereka
dalam memasuki hai tua, dan berpengaruh pula kepada derajat kesehatan lansia
(Fitriani, 2009).
Penderita arthritis rheumatoid di seluruh dunia telah mencapai angka 355 juta
jiwa, artinya 1 dari 6 orang di dunia ini menderita rheumatoid. Diperkirakan angka
ini terus meningkat hingga tahun 2025 dengan indikasi lebih dari 25% akan
1
mengalami kelumpuhan. Organisasi kesehatan dunia (WHO) melaporkan bahwa
20%, penduduk dunia terserang penyakit arthritis rheumatoid. Dimana 5-10% adalah
mereka yang berusia 5-20 tahun dan 20% mereka yang berusia 55 tahun (Wiyono,
2010).
Di dalam makalah ini, kami akan membahas tentang asuhan keperawatan
penyakit arthritis rheumatoid pada lansia.

B. Rumusan masalah
Rumusan masalah dari makalah ini yaitu bagaimana cara melakukan asuhan
keperawatan pada lansia dengan rematik?

C. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Pembuatan makalah ini bertujuan untuk menyelesaikan tugas kuliah mata ajar
keperawatan gerontik dan menambah pengetahuan penulis serta pembaca.
2. Tujuan Khusus
Pembuatan makalah ini bertujuan untuk menambah pengetahuan penulis dan
pembaca mengenai:
a. Pengertian rematik
b. Tanda dan gejala rematik
c. Penyebab rematik dan proses terjadinya rematik
d. Pencegahan rematik
e. Perawatan dan pengobatan rematik

D. Manfaat Penulisan
Diharapkan makalah ini dapat memberikan sumbangan pemikiran bagi perawat/
mahasiswa keperawatan dalam memberikan asuhan keperawatan pada lansia dengan
rematik.

2
BAB 2
KONSEP DASAR TEORI
A. Konsep Dasar Lansia
1. Pengertian Lansia
Masa dewasa tua (lansia) dimulai setelah pensiun, biasanya antara usia 65-
75 tahun (Potter, 2005). Proses menua merupakan proses sepanjang hidup, tidak
hanya dimulai dari suatu waktu tertentu, tetapi dimulai sejak permulaan
kehidupan. Menjadi tua merupakan proses alamiah, yang berarti seseorang telah
melalui tiga tahap kehidupannya, yaitu anak, dewasa, dan tua (Nugroho, 2008).

Penuaan adalah suatu proses yang alamiah yang tidak dapat dihindari,
berjalan secara terus-manerus, dan berkesinambungan (Depkes RI, 2001).
Menurut Keliat (1999) dalam Maryam (2008), Usia lanjut dikatakan sebagai tahap
akhir perkembangan pada daur kehidupan manusia sedangkan menurut pasal 1
ayat (2), (3), (4) UU No.13 Tahun 1998 Tentang Kesehatan dikatakan bahwa usia
lanjut adalah seseorang yang telah mencapai usia lebih dari 60 tahun (Maryam,
2008). Penuaan adalah normal, dengan perubahan fisik dan tingkah laku yang
dapat diramalkan dan terjadi pada semua orang pada saat mereka mencapai usia
tahap perkembangan kronologis tertentu (Stanley, 2006).

2. Karakteristik Lansia
Menurut Keliat (1999) dalam Maryam (2008), lansia memiliki karakteristik
sebagai berikut:
a. Berusia lebih dari 60 tahun (sesuai dengan Pasal 1 Ayat (2) UU No. 13 tentang
kesehatan).
b. Kebutuhan dan masalah yang bervariasi dari rentang sehat sampai sakit, dari
kebutuhan biopsikososial sampai spiritual, serta dari kondisi adaftif hingga
kondisi maladaptif.
c. Lingkungan tempat tinggal yang bervariasi (Maryam, 2008).
3. Klasifikasi Lansia
Klasifikasi berikut ini adalah lima klasifikasi pada lansia.
a. Pralansia (prasenilis)
Seseorang yang berusia antara 45-59 tahun.
b. Lansia
Seseorang yang berusia 60 tahun atau lebih.

3
c. Lansia Resiko Tinggi
Seseorang yang berusia 70 tahun atau lebih/ seseorang yang berusia 60 tahun
atau lebih dengan masalah kesehatan (Depkes RI, 2003).
d. Lansia Potensial
Lansia yang masih mampu melakukan pekerjaan dan atau kegiatan yang dapat
menghasilkan barang/ jasa (Depkes RI, 2003).
e. Lansia Tidak Potensial
Lansia yang tidak berdaya mencari nafkah, sehingga hidupnya bergantung
pada bantuan orang lain (Depkes RI, 2003).
4. Tipe Lansia
Di zaman sekarang (zaman pembangunan), banyak ditemukan bermacam-macam
tipe usia lanjut. Yang menonjol antara lain:
a. Tipe arif bijaksana
Lanjut usia ini kaya dengan hikmah pengalaman, menyesuaikan diri dengan
perubahan zaman, mempunyai diri dengan perubahan zaman, mempunyai
kesibukan, bersikap ramah, rendah hati, sederhana, dermawan, memenuhi
undangan, dan menjadi panutan.
b. Tipe mandiri
Lanjut usia ini senang mengganti kegiatan yang hilang dengan kegiatan baru,
selektif dalam mencari pekerjaan dan teman pergaulan, serta memenuhi
undangan.
c. Tipe tidak puas
Lanjut usia yang selalu mengalami konflik lahir batin, menentang proses
penuaan, yang menyebabkan kehilangan kecantikan, kehilangan daya tarik
jasmani, kehilangan kekuasaan, status, teman yang disayangi, pemarah, tidak
sabar, mudah tersinggung, menuntut, sulit dilayani dan pengkritik.
d. Tipe pasrah
Lanjut usia yang selalu menerima dan menunggu nasib baik, mempunyai
konsep habis habis gelap datang terang, mengikuti kegiatan beribadat, ringan
kaki, pekerjaan apa saja dilakukan.
e. Tipe bingung
Lansia yang kagetan, kehilangan kepribadian, mengasingkan diri, merasa
minder, menyesal, pasif, acuh tak acuh (Nugroho, 2008).

4
5. Tugas Perkembangan Lansia
Menurut Erickson, kesiapan lansia untuk beradaptasi atau menyesuaikan
diri terhadap tugas perkembangan usia lanjut dipengaruhi oleh proses tumbuh
kembang pada tahap sebelumnya. Adapun tugas perkembangan lansia adalah
sebagai berikut :
a. Mempersiapkan diri untuk kondisi yang menurun.
b. Mempersiapkan diri untuk pensiun.
c. Membentuk hubungan baik dengan orang seusianya.
d. Mempersiapkan kehidupan baru.
e. Melakukan penyesuaian terhadap kehidupan sosial/masyarakat secara santai.
f. Mempersiapkan diri untuk kematiannya dan kematian pasangan (Maryam,
2008).

B. Konsep Dasar Reumatik


1. Pengertian
Penyakit reumatik adalah penyakit inflamasi non-bakterial yang bersifat
sistemik, progesif, cenderung kronik dan mengenai sendi serta jaringan ikat sendi
secara simetris (Rasjad Chairuddin, Pengantar Ilmu Bedah Orthopedi, hal. 165).
Reumatoid arthritis adalah gangguan autoimun kronik yang menyebabkan
proses inflamasi pada sendi (Lemone & Burke, 2001 : 1248).
Reumatik dapat terjadi pada semua jenjang umur dari kanak-kanak sampai
usia lanjut. Namun resiko akan meningkat dengan meningkatnya umur (Felson
dalam Budi Darmojo, 1999).
Artritis Reumatoid (AR) adalah kelainan inflamasi yang terutama mengenai
membran sinovial dari persendian dan umumnya ditandai dengan dengan nyeri
persendian, kaku sendi, penurunan mobilitas, dan keletihan (Diane C. Baughman,
2000).
2. Etiologi
Etiologi penyakit ini tidak diketahui secara pasti. Namun ada beberapa faktor
resiko yang diketahui berhubungan dengan penyakit ini, antara lain;
a. Usia lebih dari 40 tahun
Dari semua faktor resiko untuk timbulnya osteoartritis, faktor penuaan adalah
yang terkuat. Akan tetapi perlu diingat bahwa osteoartritis bukan akibat

5
penuaan saja. Perubahan tulang rawan sendi pada penuaan berbeda dengan
eprubahan pada osteoartritis.
b. Jenis kelamin wanita lebih sering
Wanita lebih sering terkena osteosrtritis lutut dan sendi. Sedangkan laki-laki
lebih sering terkena osteoartritis paha, pergelangan tangan dan leher. Secara
keseluruhan, dibawah 45 tahun, frekuensi psteoartritis kurang lebih sama
antara pada laki-laki dan wanita, tetapi diats usia 50 tahunh (setelah
menopause) frekuensi osteoartritis lebih banyak pada wanita daripada pria. Hal
ini menunjukkan adanya peran hormonal pada patogenesis osteoartritis.
c. Suku bangsa
Nampak perbedaan prevalensi osteoartritis pada masing-masing suku bangsa.
Hal ini mungkin berkaitan dengan perbedaan pola hidup maupun perbedaan
pada frekuensi kelainan kongenital dan pertumbuhan tulang.
d. Genetik
Hal ini terbukti dari terdapatnya hubungan antara produk kompleks
histokompatibilitas utama kelas II, khususnya HLA-DR4 dengan AR
seropositif. Pengemban HLA-DR4 memiliki resiko relative 4 : 1 untuk
menderita penyakit ini.
e. Kegemukan dan penyakit metabolik
Berat badan yang berlebih, nyata berkaitan dengan meningkatnya resiko untuk
timbulnya osteoartritis, baik pada wanita maupun pria. Kegemukan ternyata
tidak hanya berkaitan dengan osteoartritis pada sendi yang menanggung beban
berlebihan, tapi juga dnegan osteoartritis sendi lain (tangan atau
sternoklavikula). Oleh karena itu disamping faktor mekanis yang berperan
(karena meningkatnya beban mekanis), diduga terdapat faktor lain (metabolit)
yang berpperan pada timbulnya kaitan tersebut.
f. Cedera sendi, pekerjaan dan olahraga
Pekerjaan berat maupun dengan pemakaian satu sendi yang terus menerus
berkaitan dengan peningkatan resiko osteoartritis tertentu. Olahraga yang
sering menimbulkan cedera sendi yang berkaitan dengan resiko osteoartritis
yang lebih tinggi.
g. Kelainan pertumbuhan
Kelainan kongenital dan pertumbuhan paha telah dikaitkan dengan timbulnya
osteoartritis paha pada usia muda.
6
h. Kepadatan tulang
Tingginya kepadatan tulang dikatakan dapat meningkatkan resiko timbulnya
osteoartritis. Hal ini mungkin timbul karena tulang yang lebih padat (keras)
tidak membantu mengurangi benturan beban yang diterima oleh tulang rawan
sendi. Akibatnya tulang rawan sendi menjadi lebih mudah robek.
3. Jenis Reumatik
Menurut Adelia, (2011) ada beberapa jenis reumatik yaitu:
a. Reumatik Sendi (Artikuler)
Reumatik yang menyerang sendi dikenal dengan nama reumatik sendi
(reumatik artikuler). Penyakit ini ada beberapa macam yang paling sering
ditemukan yaitu:
b. Artritis Reumatoid
Merupakan penyakit autoimun dengan proses peradangan menahun yang
tersebar diseluruh tubuh, mencakup keterlibatan sendi dan berbagai organ di
luar persendian.Peradangan kronis dipersendian menyebabkan kerusakan
struktur sendi yang terkena. Peradangan sendi biasanya mengenai beberapa
persendian sekaligus.Peradangan terjadi akibat proses sinovitis (radang selaput
sendi) serta pembentukan pannus yang mengakibatkan kerusakan pada rawan
sendi dan tulang di sekitarnya, terutama di persendian tangan dan kaki yang
sifatnya simetris (terjadi pada kedua sisi).Penyebab Artritis Rematoid belum
diketahui dengan pasti. Ada yang mengatakan karena mikoplasma, virus, dan
sebagainya. Namun semuanya belum terbukti. Berbagai faktor termasuk
kecenderungan genetik, bisa mempengaruhi reaksi autoimun. Bahkan beberapa
kasus Artritis Rematoid telah ditemukan berhubungan dengan keadaan stres
yang berat, seperti tiba-tiba kehilangan suami atau istri, kehilangan satu-
satunya anak yang disayangi, hancurnya perusahaan yang dimiliknya dan
sebagainya. Peradangan kronis membran sinovial mengalami pembesaran
(Hipertrofi) dan menebal sehingga terjadi hambatan aliran darah yang
menyebabkan kematian (nekrosis) sel dan respon peradanganpun berlanjut.
Sinovial yang menebal kemudian dilapisi oleh jaringan granular yang disebut
panus. Panus dapat menyebar keseluruh sendi sehingga semakin merangsang
peradangan dan pembentukan jaringan parut. Proses ini secara perlahan akan
merusak sendi dan menimbulkan nyeri hebat serta deformitas (kelainan
bentuk).
7
c. Osteoatritis
Adalah sekelompok penyakit yang tumpang tindih dengan penyebab yang
belum diketahui, namun mengakibatkan kelainan biologis, morfologis, dan
keluaran klinis yang sama.Proses penyakitnya berawal dari masalah rawan
sendi (kartilago), dan akhirnya mengenai seluruh persendian termasuk tulang
subkondrial, ligamentum, kapsul dan jaringan sinovial, serta jaringan ikat
sekitar persendian (periartikular). Pada stadium lanjut, rawan sendi mengalami
kerusakan yang ditandai dengan adanya fibrilasi, fisur, dan ulserasi yang dalam
pada permukaan sendi. Etiologi penyakit ini tidak diketahui dengan pasti. Ada
beberapa faktor risiko yang diketahui berhubungan dengan penyakit ini, yaitu:
Usia lebih dari 40 tahun, Jenis kelamin wanita lebih sering, Suku bangsa,
genetik, kegemukan dan penyakit metabolik, cedera sendi, pekerjaan, dan olah
raga, kelainan pertumbuhan, kepadatan tulang, dan lain-lain.
d. Atritis Gout
Penyakit ini berhubungan dengan tingginya asam urat darah (hiperurisemia) .
Reumatik gout merupakan jenis penyakit yang pengobatannya mudah dan
efektif. Namun bila diabaikan, gout juga dapat menyebabkan kerusakan sendi.
Penyakit ini timbul akibat kristal monosodium urat di persendian meningkat.
Timbunan kristal ini menimbulkan peradangan jaringan yang memicu
timbulnya reumatik gout akut. Pada penyakit gout primer, 99% penyebabnya
belum diketahui (idiopatik). Diduga berkaitan dengan kombinasi faktor genetic
dan faktor hormonal yang menyebabkan gangguan metabolisme yang dapat
mengakibatkan meningkatnya produksi asam urat atau bisa juga diakibatkan
karena berkurangnya pengeluaran asam urat dari tubuh.
e. Reumatik Jaringan Lunak (Non-Artikuler)
Merupakan golongan penyakit reumatik yang mengenai jaringan lunak di luar
sendi (soft tissue rheumatism) sehingga disebut juga reumatik luar sendi
(ekstra artikuler rheumatism). Jenis jenis reumatik yang sering ditemukan
yaitu:
1) Fibrosis
Merupakan peradangan di jaringan ikat terutama di batang tubuh dan
anggota gerak. Fibrosis lebih sering ditemukan oleh perempuan usia lanjut,
penyebabnya adalah faktor kejiwaan.

8
2) Tendonitis dan tenosivitis
Tendonitis adalah peradangan pada tendon yang menimbulkan nyeri lokal
di tempat perlekatannya. Tenosivitis adalah peradangan pada sarung
pembungkus tendon.
3) Entesopati
Adalah tempat di mana tendon dan ligamen melekat pada tulang. Entesis ini
dapat mengalami peradangan yang disebut entesopati. Kejadian ini bisa
timbul akibat menggunakan lengannya secara berlebihan, degenerasi, atau
radang sendi.
4) Bursitis
Adalah peradangan bursa yang terjadi di tempat perlekatan tendon atau otot
ke tulang. Peradangan bursa juga bisa disebabkan oleh reumatik gout dan
pseudogout.
5) Back Pain
Penyebabnya belum diketahui, tetapi berhubungan dengan proses
degenerarif diskus intervertebralis, bertambahnya usia dan pekerjaan fisik
yang berat, atau sikap postur tubuh yang salah sewaktu berjalan, berdiri
maupun duduk. Penyebab lainnya bisa akibat proses peradangan sendi,
tumor, kelainan metabolik dan fraktur.
6) Nyeri pinggang
Kelainan ini merupakan keluhan umum karena semua orang pernah
mengalaminya. Nyeri terdapat kedaerah pinggang kebawah (lumbosakral
dan sakroiliaka) Yang dapat menjalar ke tungkai dan kaki.
7) Frozen shoulder syndrome
Ditandai dengan nyeri dan ngilu pada daerah persendian di pangkal lengan
atas yang bisa menjalar ke lengan atas bagian depan, lengan bawah dan
belikat, terutama bila lengan diangkat keatas atau digerakkan kesamping.
Akibat pergerakan sendi bahu menjadi terbatas.
4. Manifestasi klinis
Gejala utama dari osteoartritis adalah adanya nyeri pada sendi yang terkena,
terutama waktu bergerak. Umumnya timbul secara perlahan-lahan. Mula-mula
terasa kaku, kemudian timbul rasa nyeri yang berkurang dengan istirahat.
Terdapat hambatan pada pergerakan sendi, kaku pagi, krepitasi, pembesaran sendi

9
dan perubahan gaya jalan. Lebih lanjut lagi terdapat pembesaran sendi dan
krepitasi.
Tanda-tanda peradangan pada sendi tidak menonjol dan timbul belakangan,
mungkin dijumpai karena adanya sinovitis, terdiri dari nyeri tekan, gangguan
gerak, rasa hangat yang merata dan warna kemerahan, antara lain:
a. Nyeri sendi
Keluhan ini merupakan keluhan utama. Nyeri biasanya bertambah dengan
gerakan dan sedikit berkurang dengan istirahat. Beberapa gerakan tertentu
kadang-kadang menimbulkan rasa nyeri yang lebih dibandingkan gerakan yang
lain.
b. Hambatan gerakan sendi
Gangguan ini biasanya semakin bertambah berat dengan pelan-pelan sejalan
dengan bertambahnya rasa nyeri.
c. Kaku pagi
Pada beberapa pasien, nyeri sendi yang timbul setelah immobilisasi, seperti
duduk dari kursi, atau setelah bangun dari tidur.
d. Krepitasi
Rasa gemeretak (kadang-kadang dapat terdengar) pada sendi yang sakit.
e. Pembesaran sendi (deformitas)
Pasien mungkin menunjukkan bahwa salah satu sendinya (lutut atau tangan
yang paling sering) secara perlahan-lahan membesar.
f. Perubahan gaya berjalan
Hampir semua pasien osteoartritis pergelangan kaki, tumit, lutut atau panggul
berkembang menjadi pincang. Gangguan berjalan dan gangguan fungsi sendi
yang lain merupakan ancaman yang besar untuk kemandirian pasien yang
umumnya tua (lansia).
5. Patofisiologi
Inflamasi mula-mula mengenai sendi-sendi sinovial seperti edema, kongesti
vaskular, eksudat febrin dan infiltrasi selular. Peradangan yang berkelanjutan,
sinovial menjadi menebal, terutama pada sendi artikular kartilago dari sendi.
Pada persendian ini granulasi membentuk pannus, atau penutup yang menutupi
kartilago. Pannus masuk ke tulang sub chondria. Jaringan granulasi menguat
karena radang menimbulkan gangguan pada nutrisi kartilago artikuer. Kartilago
menjadi nekrosis.
10
Tingkat erosi dari kartilago menentukan tingkat ketidakmampuan sendi.
Bila kerusakan kartilago sangat luas maka terjadi adhesi diantara permukaan
sendi, karena jaringan fibrosa atau tulang bersatu (ankilosis). Kerusakan kartilago
dan tulang menyebabkan tendon dan ligamen jadi lemah dan bisa menimbulkan
subluksasi atau dislokasi dari persendian. Invasi dari tulang sub chondrial bisa
menyebkan osteoporosis setempat.
Lamanya arthritis rhematoid berbeda dari tiap orang. Ditandai dengan masa
adanya serangan dan tidak adanya serangan. Sementara ada orang yang sembuh
dari serangan pertama dan selanjutnya tidak terserang lagi. Yang lain. terutama
yang mempunyai faktor rhematoid (seropositif gangguan rhematoid) gangguan
akan menjadi kronis yang progresif.
6. Pemeriksaan penunjang
a. Sinar X dari sendi yang sakit: menunjukkan pembengkakan pada jaringan
lunak, erosi sendi, dan osteoporosis dari tulang yang berdekatan ( perubahan
awal ) berkembang menjadi formasi kista tulang, memperkecil jarak sendi dan
subluksasio. Perubahan osteoartristik yang terjadi secara bersamaan.
b. Scan radionuklida :mengidentifikasi peradangan sinovium
c. Artroskopi Langsung: Visualisasi dari area yang menunjukkan irregularitas/
degenerasi tulang pada sendi
d. Aspirasi cairan sinovial: mungkin menunjukkan volume yang lebih besar dari
normal: buram, berkabut, munculnya warna kuning (respon inflamasi, produk-
produk pembuangan degeneratif ); elevasi SDP dan lekosit, penurunan
viskositas dan komplemen (C3 dan C4).
e. Biopsi membran sinovial: menunjukkan perubahan inflamasi dan
perkembangan panas.
f. Pemeriksaan cairan sendi melalui biopsi, FNA (Fine Needle Aspiration) atau
atroskopi; cairan sendi terlihat keruh karena mengandung banyak leukosit dan
kurang kental dibanding cairan sendi yang normal.
g. Kriteria diagnostik Artritis Reumatoid adalah terdapat poli-arthritis yang
simetris yang mengenai sendi-sendi proksimal jari tangan dan kaki serta
menetap sekurang-kurangnya 6 minggu atau lebih bila ditemukan nodul
subkutan atau gambaran erosi peri-artikuler pada foto rontgen

11
7. Penatalaksanaan
a. Medikamentosa
Tidak ada pengobatan medikamentosa yang spesifik, hanya bersifat
simtomatik. Obat antiinflamasi nonsteroid (OAINS) bekerja hanya sebagai
analgesik dan mengurangi peradangan, tidak mampu menghentikan proses
patologis
b. Istirahatkan sendi yang sakit, dihindari aktivitas yang berlebihan pada sendi
yang sakit.
c. Mandi dengan air hangat untuk mengurangi rasa nyeri
d. Lingkungan yang aman untuk melindungi dari cedera
e. Dukungan psikososial
f. Fisioterapi dengan pemakaian panas dan dingin, serta program latihan yang
tepat
g. Diet untuk menurunkan berat badan dapat mengurangi timbulnya keluhan
h. Kompres dengan es saat kaki bengkak dan kompres air hangat saat nyeri
i. Konsumsi makanan yang mengandung protein dan Vitamin
j. Diet rendah purin:
Tujuan pemberian diet ini adalah untuk mengurangi pembentukan asam urat
dan menurunkan berat badan, bila terlalu gemuk dan mempertahankannya
dalam batas normal. Bahan makanan yang boleh dan yang tidak boleh
diberikan pada penderita osteoartritis:

Golongan Makanan yang boleh Makanan yang tidak boleh


bahan diberikan diberikan
makanan
Karbohidrat Semua
Protein hewani Daging atau ayam, ikan tongkol, Sardin, kerang, jantung,
bandeng 50 gr/hari, telur, susu, hati, usus, limpa, paru-paru,
keju otak, ekstrak daging/ kaldu,
bebek, angsa, burung.
Protein nabati Kacang-kacangan kering 25 gr
atau tahu, tempe, oncom
Lemak Minyak dalam jumlah terbatas.
Sayuran Semua sayuran sekehendak Asparagus, kacang polong,

12
kecuali: asparagus, kacang kacang buncis, kembang
polong, kacang buncis, kembang kol, bayam, jamur
kol, bayam, jamur maksimum 50 maksimum 50 gr sehari
gr sehari
Buah-buahan Semua macam buah -
Minuman Teh, kopi, minuman yang Alkohol
mengandung soda
Bumbu, dll Semua macam bumbu Ragi

8. Komplikasi
a. Dapat menimbulkan perubahan pada jaringan lain seperti adanya
prosesgranulasi di bawah kulit yang disebut subcutan nodule.
b. Pada otot dapat terjadi myosis, yaitu proses granulasi jaringan otot.
c. Pada pembuluh darah terjadi tromboemboli.
Tromboemboli adalah adanya sumbatan pada pembuluh darah yang
disebabkan oleh adanya darah yang membeku.
d. Terjadi splenomegali.
Slenomegali merupakan pembesaran limfa,jika limfa membesar
kemampuannya untuk menyebabkan berkurangnya jumlah sel darah putih dan
trombosit dalam sirkulasi menangkap dan menyimpan sel-sel darah akan
meningkat.

C. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan Pada Rematoid Atritis


1. Pengkajian
a. Biodata
Nama, umur, jenis kelamin, status, alamat, pekerjaan, penanggung jawab.Data
dasar pengkajian pasien tergantung padwa keparahan dan keterlibatan organ-
organ lainnya (misalnya mata, jantung, paru-paru, ginjal), tahapan misalnya
eksaserbasi akut atau remisi dan keberadaaan bersama bentuk-bentuk arthritis
lainnya.
b. Riwayat Kesehatan
1) Adanya keluhan sakit dan kekakuan pada tangan, atau pada tungkai.
2) Perasaan tidak nyaman dalam beberapa periode/waktu sebelum pasien
mengetahui dan merasakan adanya perubahan pada sendi.
13
c. Pemeriksaan fisik
1) Inspeksi dan palpasi persendian untuk masing-masing sisi (bilateral), amati
warna kulit, ukuran, lembut tidaknya kulit, dan pembengkakan.
2) Lakukan pengukuran passive range of mation pada sendi-sendi sinovial
a) Catat bila ada deviasi (keterbatasan gerak sendi)
b) Catat bila ada krepitasi
c) Catat bila terjadi nyeri saat sendi digerakkan
d) Lakukan inspeksi dan palpasi otot-otot skelet secara bilateral
3) Catat bia ada atrofi, tonus yang berkurang
4) Ukur kekuatan otot
5) Kaji tingkat nyeri, derajat dan mulainya
6) Kaji aktivitas/ kegiatan sehari-hari
d. Aktivitas/ istirahat
Gejala: Nyeri sendi karena gerakan, nyeri tekan, memburuk dengan stres pada
sendi; kekakuan pada pagi hari, biasanya terjadi bilateral dan simetris.
Tanda: Malaise
e. Kardiovaskuler
Gejala: Fenomena Raynaud jari tangan/ kaki (mis: pucat intermitten, sianosis,
kemudian kemerahan pada jari sebelum warna kembali normal).
f. Integritas ego
Gejala: Faktor-faktor stres akut/ kronis: mis; finansial, pekerjaan,
ketidakmampuan, faktor-faktor hubungan.
Keputusan dan ketidakberdayaan (situasi ketidakmampuan)
Ancaman pada konsep diri, citra tubuh, identitas pribadi (misalnya
ketergantungan pada orang lain).
g. Makanan/ cairan
Gejala; Ketidakmampuan untuk menghasilkan/ mengkonsumsi makanan/
cairan adekuat: mual, anoreksia
Kesulitan untuk mengunyah
Tanda: Penurunan berat badan\
Kekeringan pada membran mukosa.
h. Hygiene
Gejala: Berbagai kesulitan untuk melaksanakan aktivitas perawatan pribadi.
Ketergantungan
14
i. Neurosensori
Gejala: Kebas, semutan pada tangan dan kaki, hilangnya sensasi pada jari
tangan.
j. Nyeri/ kenyamanan
Gejala: Fase akut dari nyeri (mungkin tidak disertai oleh pembengkakan
jaringan lunak pada sendi).
k. Keamanan
Gejala: Kulit mengkilat, tegang, nodul subkutan, Lesi kulit, ulkus kaki.
Kesulitan dalam ringan dalam menangani tugas/ pemeliharaan rumah tangga.
l. Interaksi social
Gejala: Kerusakan interaksi sosial dengan keluarga/ orang lain; perubahan
peran; isolasi.
m. Riwayat Psiko Sosial
Pasien dengan RA mungkin merasakan adanya kecemasan yang cukup tinggi
apalagi pada pasien yang mengalami deformitas pada sendi-sendi karena ia
merasakan adanya kelemahan-kelemahan pada dirinya dan merasakan kegiatan
sehari-hari menjadi berubah. Perawat dapat melakukan pengkajian terhadap
konsep diri klien khususnya aspek body image dan harga diri klien.
2. Diagnosa keperawatan
a. Nyeri akut/kronis berhubungkan dengan : agen pencedera; distensi jaringan
oleh akumulasi cairan/ proses inflamasi, destruksi sendi.
b. Kerusakan Mobilitas Fisik berhubungan dengan: Deformitas skeletal. Nyeri,
ketidaknyamanan, Intoleransi aktivitas, penurunan kekuatan otot.
c. Gangguan citra tubuh./perubahan penampilan peran berhubungan dengan
perubahan kemampuan untuk melaksanakan tugas-tugas umum, peningkatan
penggunaan energi, ketidakseimbangan mobilitas
d. Kurang perawatan diri berhubungan dengan kerusakan muskuloskeletal;
penurunan kekuatan, daya tahan, nyeri pada waktu bergerak, depresi.
3. Intervensi keperawatan
a. Nyeri akut/kronis berhubungkan dengan agen pencedera; distensi jaringan oleh
akumulasi cairan/ proses inflamasi, destruksi sendi.
Kriteria Hasil:
1) Menunjukkan nyeri hilang/ terkontrol,

15
2) Terlihat rileks, dapat tidur/beristirahat dan berpartisipasi dalam aktivitas
sesuai kemampuan.
3) Mengikuti program farmakologis yang diresepkan,
4) Menggabungkan keterampilan relaksasi dan aktivitas hiburan ke dalam
program kontrol nyeri.
Intervensi Rasional
a. Kaji nyeri, catat lokasi dan a. Membantu dalam menentukan
intensitas (skala 0-10). Catat kebutuhan manajemen nyeri dan
faktor-faktor yangmempercepat keefektifan program
dan tanda-tanda rasa sakit non
verbal
b. Berikan matras/ kasur keras, b. Matras yang lembut/ empuk,
bantal kecil,. Tinggikan linen bantal yang besar akan mencegah
tempat tidur sesuai kebutuhan pemeliharaan kesejajaran tubuh
yang tepat, menempatkan stress
pada sendi yang sakit. Peninggian
linen tempat tidur menurunkan
tekanan pada sendi yang
terinflamasi/nyeri
c. Tempatkan/ pantau penggunaan c. Mengistirahatkan sendi-sendi
bantal, karung pasir, gulungan yang sakit dan mempertahankan
trokhanter, bebat, brace. posisi netral. Penggunaan brace
dapat menurunkan nyeri dan dapat
d. Dorong untuk sering mengubah mengurangi kerusakan pada sendi.
posisi,. Bantu untuk bergerak di d. Mencegah terjadinya kelelahan
tempat tidur, sokong sendi yang umum dan kekakuan sendi.
sakit di atas dan bawah, hindari Menstabilkan sendi, mengurangi
gerakan yang menyentak gerakan/ rasa sakit pada sendi
e. Anjurkan pasien untuk mandi air e. Panas meningkatkan relaksasi
hangat atau mandi pancuran pada otot, dan mobilitas, menurunkan
waktu bangun dan/atau pada rasa sakit dan melepaskan
waktu tidur. Sediakan waslap kekakuan di pagi hari. Sensitivitas
hangat untuk mengompres sendi- pada panas dapat dihilangkan dan

16
sendi yang sakit beberapa kali luka dermal dapat disembuhkan
sehari. Pantau suhu air kompres,
air mandi, dan sebagainya.

b. Kerusakan Mobilitas Fisik berhubungan dengan Deformitas skeletal, Nyeri,


ketidaknyamanan, Intoleransi aktivitas, penurunan kekuatan otot.
Kriteria Hasil:
1) Mempertahankan fungsi posisi dengan tidak hadirnya/ pembatasan
kontraktur.
2) Mempertahankan ataupun meningkatkan kekuatan dan fungsi dari dan/ atau
konpensasi bagian tubuh.
3) Mendemonstrasikan tehnik/ perilaku yang memungkinkan melakukan
aktivitas
Intervensi Rasional
a. Evaluasi/ lanjutkan pemantauan a. Tingkat aktivitas/ latihan tergantung
tingkat inflamasi/ rasa sakit dari perkembangan/ resolusi dari
pada sendi peoses inflamasi
b. Pertahankan istirahat tirah b. Istirahat sistemik dianjurkan selama
baring/ duduk jika diperlukan eksaserbasi akut dan seluruh fase
jadwal aktivitas untuk penyakit yang penting untuk
memberikan periode istirahat mencegah kelelahan
yang terus menerus dan tidur mempertahankan kekuatan
malam hari yang tidak
terganggu c. Mempertahankan/ meningkatkan
c. Bantu dengan rentang gerak fungsi sendi, kekuatan otot dan
aktif/pasif, demikiqan juga stamina umum. Catatan: latihan tidak
latihan resistif dan isometris jika adekuat menimbulkan kekakuan
memungkinkan. sendi, karenanya aktivitas yang
berlebihan dapat merusak sendi
d. Ubah posisi dengan sering d. Menghilangkan tekanan pada
dengan jumlah personel cukup. jaringan dan meningkatkan sirkulasi.
Demonstrasikan/ bantu tehnik Memepermudah perawatan diri dan
pemindahan dan penggunaan kemandirian pasien. Tehnik

17
bantuan mobilitas, pemindahan yang tepat dapat
mencegah robekan abrasi kulit
e. Posisikan dengan bantal, e. Meningkatkan stabilitas (mengurangi
kantung pasir, gulungan resiko cidera) dan memerptahankan
trokanter, bebat, brace posisi sendi yang diperlukan dan
kesejajaran tubuh, mengurangi
kontraktor

c. Gangguan citra tubuh./ perubahan penampilan peran berhubungan dengan


perubahan kemampuan untuk melaksanakan tugas-tugas umum, peningkatan
penggunaan energi, ketidakseimbangan mobilitas.
Kriteria Hasil:
1) Mengungkapkan peningkatan rasa percaya diri dalam kemampuan untuk
menghadapi penyakit, perubahan pada gaya hidup, dan kemungkinan
keterbatasan.
2) Menyusun rencana realistis untuk masa depan.
Intervensi Rasional
a. Dorong pengungkapan a. Berikan kesempatan untuk
mengenai masalah tentang mengidentifikasi rasa takut/
proses penyakit, harapan masa kesalahan konsep dan
depan menghadapinya secara langsung
b. Diskusikan arti dari b. Mengidentifikasi bagaimana
kehilangan/ perubahan pada penyakit mempengaruhi persepsi
pasien/orang terdekat. diri dan interaksi dengan orang lain
Memastikan bagaimana akan menentukan kebutuhan
pandangaqn pribadi pasien terhadap intervensi/ konseling lebih
dalam memfungsikan gaya lanjut
hidup sehari-hari, termasuk
aspek-aspek seksual.
c. Diskusikan persepsi c. Isyarat verbal/non verbal orang
pasienmengenai bagaimana terdekat dapat mempunyai
orang terdekat menerima pengaruh mayor pada bagaimana
keterbatasan. pasien memandang dirinya sendiri

18
d. Akui dan terima perasaan d. Nyeri konstan akan melelahkan,
berduka, bermusuhan, dan perasaan marah dan
ketergantungan bermusuhan umum terjadi
e. Perhatikan perilaku menarik e. Dapat menunjukkan emosional
diri, penggunaan menyangkal ataupun metode koping
atau terlalu memperhatikan maladaptive, membutuhkan
perubahan. intervensi lebih lanjut.

d. Kurang perawatan diri berhubungan dengan kerusakan muskuloskeletal;


penurunan kekuatan, daya tahan, nyeri pada waktu bergerak, depresi.
Kriteria Hasil:
1) Melaksanakan aktivitas perawatan diri pada tingkat yang konsisten dengan
kemampuan individual.
2) Mendemonstrasikan perubahan teknik/ gaya hidup untuk memenuhi
kebutuhan perawatan diri.
3) Mengidentifikasi sumber-sumber pribadi/ komunitas yang dapat memenuhi
kebutuhan perawatan diri.
Intervensi Rasional
a. Diskusikan tingkat fungsi umum a. Mungkin dapat melanjutkan
(0-4) sebelum timbul awitan/ aktivitas umum dengan melakukan
eksaserbasi penyakit dan adaptasi yang diperlukan pada
potensial perubahan yang keterbatasan saat ini
sekarang diantisipasi
b. Pertahankan mobilitas, kontrol b. Mendukung kemandirian
terhadap nyeri dan program fisik/emosional
latihan
c. Kaji hambatan terhadap c. Menyiapkan untuk meningkatkan
partisipasi dalam perawatan diri. kemandirian, yang akan
Identifikasi /rencana untuk meningkatkan harga diri
modifikasi lingkungan
d. Kolaborasi: Konsul dengan ahli d. Berguna untuk menentukan alat
terapi okupasi. bantu untuk memenuhi kebutuhan
individual. Mis; memasang kancing,

19
menggunakan alat bantu memakai
sepatu, menggantungkan pegangan
untuk mandi pancuran
e. Kolaborasi: Atur evaluasi e. Mengidentifikasi masalah-masalah
kesehatan di rumah sebelum yang mungkin dihadapi karena
pemulangan dengan evaluasi tingkat kemampuan aktual
setelahnya.

4. Implementasi
Implementasi adalah fase ketikan perawata menerapkan/ melaksanakan rencana
tindakan yang telah ditentukan dengan tujuan kebutuhan pasien terpenuhi secara
optimal (Nursalam, 2008).

5. Evaluasi
Evaluasi merupakan langkah terakhir dari proses keperawatan dengan cara
melakukan identifikasi sejauh mana tujuan dari rencana keperawatan tercapai atau
tidak. Dalam melakukan evaluasi perawat seharusnya memiliki pengetahuan dan
kemampuan dalam memahami respon terhadap intervensi keperawatan,
kemampuan menggambarkan kesimpulan tentang tujuan yang dicapai serta
kemampuan dalam menghubungkan tindakan keperawatan pada kriteria hasil.
Pada tahap evaluasi ini terdiri dari dua kegiatan yaitu kegiatan yang dilakukan
dengan mengevaluasi selama proses perawatan berlangsung dan kegiatan
melakukan evaluasi dengan target tujuan yang diharapkan disebut sebagai
evaluasi hasil (Hidayat, A. 2008).

20
ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK PADA NY. D
DENGAN REUMATIK DI SUB UNIT PERLINDUNGAN SOSIAL
TRESNA WERDHA SUKMA RAHARJA
A. PENGKAJIAN
1. Identitas Klien
a. Nama : Ny. D
b. Umur : 80 tahun
c. Jenis Kelamin : Perempuan
d. Suku : Betawi
e. Agama : Islam
f. Pendidikan : SPR
g. Status Perkawinan : Menikah (Janda)
h. Tanggal Pengkajian : 06 Mei 2010
i. Alamat : Depok
2. Status Kesehatan Saat ini
Ny. D mengatakan kaki kanannya merasa pegal, linu dan kesemutan. Hal itu
dirasakan oleh Ny. D sejak 6 bulan terakhir. Rasa kesemutan dan linu bertambah
ketika Ny. D selesai mencuci pakaian atau mencuci piring, serta terlalu lama
melakukan aktivitas.
3. Riwayat Kesehatan Dahulu
Ny. D mengatakan tidak memiliki riwayat penyakit apapun.
4. Riwayat Kesehatan Keluarga
Ny. D mengatakan suaminya tidak memilki riwayat penyakit apapun.
5. Pemeriksaan Tanda-tanda Vital
a. Tekanan darah : 130/80 mmHg
b. Nadi : 86 kali/menit
c. Suhu : 36.0 oC
d. Respirasi : 20 kali/menit
e. Berat badan : 50kg
6. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan umum
Keadaan Ny. D tampak sehat dan tampak memegangi kaki kanannya.

21
b. Kepala, wajah, mata, leher
1) Bentuk kepala tampak bulat, tidak ada lesi dan benjolan, rambut tampak
beruban, rambut lurus
2) Sklera tidak ikterik, konjungtiva tidak anemis, pupil isokhor, mata kanan
tampak sering berair, pergerakan bola mata simetris
3) Tidak teraba ada pembesaran kelenjar getah bening
4) Hidung tampak simetris, tidak tampak ada cairan berlebih
c. Sistem pernapasan
Bentuk thorax simetris, tidak tampak ada retraksi intercostal, vocal premitus
merata di semua lapang paru, perkusi terdengar resonance, auskultasi terdengar
vesikular.
d. Sistem kardiovaskuler
Perkusi jantung terdengar pekak, irama jantung terdengar regular.
e. Sistem Gastrointestinal
Tampak tidak ada lesi dan tidak ada benjolan, bising usus terdengar 8x/menit,
perkusi terdengar tymphani.
f. Sistem urinaria
Ny. D BAK 5-6 kali sehari, tidak sakit saat BAK dan lancar.
g. Sistem muskulosceletal
Kedua kaki dan tangan Ny. D tampak sejajar dan sama besar dan panjang,
tampak adanya scoliosis. Kemampuan mengubah posisi baik, pergerakan
kedua tangan dan kaik baik, kekuatan otot baik, tetapi kaki kanan sering
merasa linu dan kesemutan.
h. Sistem syaraf pusat
Tidak ada cedera kepala, tidak ada peningkatan TIK, tidak memiliki riwayat
kejang
i. Sistem endokri
Ny. D mengatakan tidak mempunyai penyakit gula dan gondok.
j. Sistem reproduksi
Ny. D mengatakan pernah menikah 2 kali dan dikaruniai 2 anak tetapi sudah
meninggal sejak kecil.
k. Sistem integument
Kulit tampak keriput, warna kulit sawo matang, tampak ada lesi, elastisitas
kulit berkuang.
22
7. Pengkajian Psikososial & Spiritual
a. Psikososial
Ny. D mengatakan dapat bersosialisasi dengan penghuni panti yang lainnya.
Status emosi Ny. D stabil dan kooperatif saat diajak bicara, sikap klien
terhadap penghuni panti lainnya baik.
b. Spiritual
Ny. D beragama Islam, dan mengatakan selalu menjalankan ibadah sholat lima
waktu. Selain itu juga mengikuti pengajian minggguan yang diadakan di panti.
8. Pengkajian Fungsional Klien
a. Katz index

No. Kegiatan Mandiri Bantuan Sebagian Bantuan Penuh


1. Mandi a
2. Berpakaian a
3. Ke Kamar Kecil a
4. Berpindah Tempat a
5. BAK/BAB a
6. Makan/Minum a
Ny. D dapat beraktivitas secara mandiri tanpa pengawasan, pengarahan, atau
bantuan aktif dari orang lain.

b. Barthel index
No. Kegiatan Dengan Bantuan Mandiri
1. Makan/Minum 0 10
2. Berpindah dari kursi roda ke tempat 0 15
tidur/sebaliknya
3. Kebersihan diri (cuci muka, gosok 0 5
gigi, menyisir rambut)
4 Keluara masuk kamar mandi 0 10
(menyeka tubuh, menyiram,
mencuci baju)
5. Mandi 0 15
6. Jalan-jalan di permukaan datar 0 5

23
7. Naik turun tangga 0 10
8. Memakai baju 0 10
9. Kontrol BAK 0 10
10. Kontrol BAB 0 10
Jumlah 0 100
Kesimpulan:
Jumlah skor 100 = mandiri

9. Pengkajian Status Mental


Short Portable Mental Status Questioner (SPSMQ)
No. Pertanyaan Benar Salah
1. Tanggal berapa hari ini? a
2. Hari apa sekarang? a
3. Apa nama tempat ini? a
4. Dimana alamat anda? a
5. Berapa umur anda? a
6. Kapan anda lahir? a
7. Siapa presiden Indonesia sekarang? a
8. Siapa presiden Indonesia sebelumnya? a
9. Siapa nama ibu anda? a
10. Kurangi 3 dari 20 & tetap pengurangan 3 dari a
setiap angka baru, semua secara berurutan
Jumlah 10
Total Skor:
Salah: 4 Benar: 6
Hasil:
Salah 4-5: kerusakan intelektual ringan

10. Pengkajian Aspek Kognitif Dari Fungsi Mental

No. Aspek Nilai Nilai Kriteria


Kognitif Mhs Klien
1. Orientasi 5 1 Menyebutkan dengan benar

24
Tahun
Musim
Tanggal
Hari
Bulan

2. Orientasi 5 5 Menyebutkan dengan benar


Negara Indonesia
Propinsi Jabar
Kota Bogor
Panti
3. Registrasi 5 5 Pemeriksa mengatakan nama 3
objek selama 1 detik kemudian
klien mengulang nama objek
tersebut
Objek gelas
Objek piring
Objek garpu

4. Perhatian & 5 Minta klien untuk memulai


Kalkulasi dari angka 100 kemudian
dikurangi 7 sampai 5 tahap
100
93
86
79
72

5. Mengingat 5 Minta klien untuk


menyebutkan atau mengulang
ketiga objek pada no.2
Objek pohon
Objek motor

25
Objek kipas
6. Bahasa 9 Tunjukkan pada klien suatu
benda (2 objek) tanyakan
namanya!
Objek sepatu
Objek sandal
Minta klien untuk mengulang
kata berikut:
Tak ada jika
Dan atau
Tetapi
(bila benar nilai 1)
Minta klien untuk mengikuti
perintah berikut:
Ambil kertas di tangan anda
Lipat dua
Taruh di lantai
Perintahkan pada klien untuk
hal berikut (bila aktifitas sesuai
perintah nilai 1)
Tutup mata anda
Perintahkan pada klien menilai
satu kalimat dan menyalin
gambar:
Tulis satu kalimat
Menyalin gambar

Total Nilai 23
Interpretasi hasil:
Nilai 8-22 = kerusakan aspek fungsi mental ringan

26
ANALISA DATA

No. Data Senjang Penyebab Masalah


1. DS: Proses menua Nyeri
Ny T mengatakan sudah dua
tahun merasa kesemutan dan Perubahan hormonal
linu pada kakinya
Ny T mengatakan rasa Permukaan tulang dan
kesemutan dan linu bertambah sendi tidak lagi licin
jika terkena dingin dan
berkurang setelah minum obat. Tulang mengalami
DO: gesekan
TD :130/90 mmHg
Nyeri
Nadi : 80 x/menit
Suhu : 36 C
Respirasi : 24 x/menit
Ny T tampak memegangi
kakinya

2. DS: Proses menua Kurang


Ny T mengatakan tidak mengerti pengetahuan
tentang penyakit rematik, makanan Penurunan daya ingat tentang
pantangan dan cara pengobatan rematik
untuk rematik Kurang terpapar
DO: informasi
Ny T tampak bertanya tentang
rematik, makanan pantangan dan
Kurang pengetahuan
cara pengobatan rematik
tentang rematik

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri akut akibat proses inflamasi pada daerah kaki b.d kesemutan dan rasa ngilu
pada persendian
2. Kurang pengetahuan tentang rematik berhubungan dengan keterbatasan kognitif

27
C. RENCANA INTERVENSI KEPERAWATAN
Diagnosa Rencana Rasional
Keperawatan Tujuan Kriteria Hasil Intervensi
Nyeri akut akibat Tupan: Setelah anjurkan klien Membantu dalam
proses inflamasi dilakukan untuk mandi menentukan
Nyeri
pada daerah kaki intervensi hasil air hangat, kebutuhan
hilang dan
b.d kesemutan dan yang kompres manajemen nyeri
proses
rasa ngilu pada diharapkan: sendi- sendi dan keefektifan
inflamasi
persendian yang sakit program.
dapat Ny D
dengan Panas
DS: diatasi melaporkan
kompres meningkatkan
rasa kesemutan
hangat relaksasi otot dan
Ny D mengatakan Tupen :
dan ngilu
mobilitas,
sudah dua tahun
berkurang berikan
Rasa menurunkan rasa
merasa kesemutan
Ny D dapat masase yang
kesemutan sakit.
dan linu pada
beraktifitas lembut
dan ngilu Meningkatkan
kakinya
tanpa rasa ngilu
berkurang/ relaksasi/
Ny D mengatakan ajarkan teknik
dan kesemutan.
teratasi. mengurangi
rasa kesemutan relaksasi dan
kaji keluhan
tegangan otot
dan linu distraksi
yang dirasakan
bertambah jika
klien, catat Meningkatkan
kolaborasi
terkena dingin dan
faktor yang relaksasi,
pemberian
berkurang setelah
mempercepat memberikan rasa
obat sesuai
minum obat
dan tanda-tanda kontrol dan
indikasi yang
rasa sakit non mungkin
DO: diberikan
verbal. meningkatkan
TD :130/80 kemampuan
mmHg koping.
Nadi : 86 x/menit
Memudahkan
Suhu : 36,0 C
untuk ikut serta
Respirasi : 20
dalam terapi dan
x/menit
mengurangi
Ny D tampak
tegangan otot /

28
memegangi spasme.
kakinya

Kurang pengetahuan Tupan : Setelah dilakukan Kaji tingkat Menambah


tentang rematik b.d Pengetah intervensi pengetahuan pengetahuan
keterbatasan uan Ny diharapkan: klien pasien tentang
kognitif D penyakit yang
Ny D Berikan
tentang dideritanya
DS: mengatakan pendidikan
rematik
paham kesehatan Mengetahui
adekuat
Ny D mengatakan
mengenai tentang cara sejauh mana klien
tidak mengerti
Tupen : penyakitnya mencegah dan memahami
tentang penyakit
mengatasi tentang penyakit
rematik, makanan Pengetah
rematik yang dideritanya
pantangan dan cara uan Ny
pengobatan untuk D Evaluasi
rematik bertamba tingkat
h pengetahuan
DO:
klien
Memudahkan
Ny D tampak
dalam
bertanya tentang
menentukan
rematik, makanan
intervensi
pantangan dan cara
selajutnya
pengobatan
tradisional untuk
rematik

E. IMPLEMENTASI DAN EVALUASI

Tanggal No. Implementasi Evaluasi Paraf


06 Mei 1 Membina hubungan saling S :
2010 percaya dengan klien Ny D mengatakan sudah
Mengkaji keluhan yang satu tahun merasa
dirasakan klien, catat faktor kesemutan dan linu pada

29
yang mempercepat dan kakinya
tanda-tanda rasa sakit non Ny D mengatakan rasa
verbal. kesemutan dan linu
Menganjurkan klien untuk bertambah jika terkena
mandi air hangat, kompres dingin dan berkurang
sendi- sendi yang sakit setelah minum obat
dengan kompres hangat O:
Mengajarkan teknik TD :130/80 mmHg
relaksasi dan distraksi Nadi : 86 x/menit
Berkolaborasi pemberian Suhu : 36,0 C
obat sesuai indikasi yang Respirasi : 20 x/menit
diberikan Ny D tampak
memegangi kakinya
Ny D tampak
mempraktekan teknik
relaksasi dengan tarik
nafas dalam
A:
Masalah teratasi
P:
Lanjutkan intervensi

Kaji pengeahuan klien


tentang penyakit rematik
Berikan penkes tentang
penyakit rematik

30
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Artritis Rematoid adalah suatu penyakit autoimun dimana persendian
(biasanya sendi tangan dan kaki) secara simetris mengalami peradangan,
sehingga terjadi pembengkakan, nyeri dan seringkali akhirnya menyebabkan
kerusakan bagian dalam sendi. Tanda dan gejala pada umumnya berupa nyeri
pada persendian, bangkak (rheumatoid nodule), dan kekakuan pada sendi
terutama setelah bangun pada pagi hari.

B. Saran
Mengingat arthritis rheumatoid merupakan penyakit yang
banyak dijumpai pada lansia namun tidak menutup kemungkinan untuk
menyerang usia muda maka penanganan penyakit ini diupayakan secara
maksimal dengan peningkatan mutu pelayanan kesehatan baik melalui tenaga
kesehatan, prasarana dan sarana kesehatan.

31
DAFTAR PUSTAKA

Azizah,Lilik Marifatul. Keperawatan Lanjut Usia. Edisi 1. Garaha Ilmu. Yogyakarta.


2011
Doenges E Marilynn. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan. EGC: Jakarta
Kushariyadi. Asuhan Keperawatan pada Klien Lanjut Usia. Salemba Medika. Jakarta.
2010
Mubaraq, Chayatin, Santoso. Ilmu Keperawatan Komunitas Konsep Dan Aplikasi.
Salemba Medika. Jakarta. 2011
Stanley, Mickey. Buku Ajar Keperawatan Gerontik. Alih Bahasa; Nety Juniarti, Sari
Kurnianingsih. Editor; Eny Meiliya, Monica Ester. Edisi 2. EGC. Jakarta. 2006
Tamher, S. Noorkasiani. Kesehatan Usia Lanjut dengan Pendekatan Asuhan
Keperawatan. Salemba Medika. Jakarta. 2011
https://nuryantinoviana.wordpress.com/2010/05/13/asuhan-keperawatan-gerontik
dengan-reumatik/

32

You might also like