Professional Documents
Culture Documents
MELTOM A. TAMPAI
F 331 07 019
Puji dan syukur saya panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas
berkatnya - Lah sehingga makalah ini dapat terselesaikan dengan tepat waktu sesuai
dengan batas yang diberikan. Dalam pembuatan makalah ini saya mendapat berbagai
masalah, seperti sulitnya mencari materi mengenai korosi batas butir ini. Namun
berkat kerja keras dan semangat pantang menyerah maka makalah ini bisa
terselesaikan.
Saya sadar bahwa dalam makalah ini masih terdapat banyak kekurangan-
kekurangan yang belum bisa saya selesaikan, seperti kata pepatah kuno tak ada
gading yang tak retak. Maka dari itu saya mengharapkan teguran dari para pembaca
yang bersifat membangun demi terciptanya makalah yang lebih baik di waktu
mendatang. Sekian dan terima kasih.
Penyusun
Intergranular corrosion (IGC) adalah bentuk penyerangan terhadap batas butir atau
daerah sekitarnya pada material dalam lingkungan korosif tetapi hanya sebagian kecil
korosi menyerang butir material itu sendiri. Intergranular corrosion juga dikenal
sebagai intergranular attack (IGA).
Sebagian besar paduan rentan terserang IGA ketika dihadapkan pada lingkungan
agresif. Hal ini disebabkan karena batas butir merupakan tempat pengendapan
(precipitation) dan pemisahan (segregation), dimana membuat mereka secara fisik dan
kimia berbeda dengan butirnya. Intergranular attack didefinisikan sebagai pemutusan
selektif terhadap batas butir atau daerah yang berdekatan sekitarnya tanpa serangan
yang cukup besar terhadap butirnya sendiri. Hal ini disebabkan oleh perbedaan
potensial antara daerah batas butir dengan endapan-endapan (precipitates), fasa
intermetalik, atau pengotor (impurities) yang terbentuk di batas butir. Mekanisme dan
tingkat penyerangan berbeda untuk masing-masing paduan.
Endapan (precipitate) yang terbentuk dari material pada temperatur tinggi (contohnya,
selama produksi, fabrikasi, perlakuan panas, dan pengelasan) sering kali bernukleasi
dan tumbuh terutama di batas butir. Jika precipitate(s) tersebut kaya akan elemen
paduan yang penting bagi ketahanan korosi, wilayah yang berdekatan dengan batas
butir sebagai konsekuensinya akan kekurangan elemen tersebut. Logam tersebut peka
dan rentan terhadap serangan IGA dalam satu atau lebih jenis lingkungan korosif.
Contohnya, pada austenitic stainless steels seperti tipe 304, intergranular attack sering
berasosiasi dengan precipitate chromium-karbida (Cr 23C6) pada batas butir di Heat
Affected Zone. Pengendapan atas beberapa karbida sering disebut sebagai sensitasi.
Ketika precipitate chromium-karbida terbentuk, daerah sekitarnya kekurangan
chromium. Sebagai hasilnya area kekurangan lebih rentan terserang korosi dalam
lingkungan agresif dibandingkan daerah yang jauh dari batas butir. Contoh lain dari
pemisahan (segregation) batas butir adalah pembentukkan fasa sigma sebagai hasil
unsur Cr dan Mo pada batas butir dalam elemen paduan. Fasa
sigma biasanya lebih sulit dibedakan secara visual dalam mikrostuktur dibandingkan
dengan chromium karbida. Pengotor (impurities) yang meng-segregasi batas butir
kemungkinan meningkatkan gaya galvanik dalam lingkungan korosif dengan
menyediakan sebagai tempat anodik maupun katodik. Contohnya, dalam seri-2000
(2xxx) paduan alumunium, kekurangan tembaga (anodik) kumpulan pada sisi lain larut
sementara batas butir merupakan katodik yang akan membentuk precipitate CuAl 2.
Sebaliknya, pada seri-5000 (5xxx) paduan alumunium, intermetalik precipitate seperti
Mg2Al3 (anodik) akan terserang ketika pembentukan fasa lanjutan dalam batas butir.
Selama berada dalam larutan klorida, pasangan galvanik terbentuk diantara precipitate
dengan matriks paduan yang bisa memberi intergranular attack yang hebat. Dalam
kenyataannya untuk intergranular attack dan laju korosi bergantung pada linkungan
korosif dan keberadaan intergranular precipitation, dimana itu merupakan fungsi dari
komposisi paduan, fabrikasi, dan parameter perlakuan panas.
Pengaruh batas butir sangat sedikit atau bahkan tidak ada dalam sebagian besar
aplikasi atau penggunaan logam pada umumnya. Jika suatu logam berkarat, serangan
yang seragam menghasilkan batasan-batasan butir yang pada umumnya hanya sedikit
lebih reaktif dibandingkan dengan matriks itu sendiri. Namun, dalam kondisi tertentu,
permukaan butir sangat reaktif sehingga menghasilkan korosi batas butir. Daerah yang
terserang dan bersebelahan dengan batas butir, dengan korosi yang relatif sedikit dari
butir, adalah intergranular korosi. Paduannya akan hancur (butirnya akan roktok)
sehingga logam tersebut akan kehilangan kekuatannya.
BAB II
bersifat katodik karena adanya presipitat CuAl 2. Sebaliknya, pada paduan aluminium
seri 5000 ( 5xxx ), presipitat intermetalik seperti Mg2Al3 ( anodik ) akan mengalami
serangan ketika membentuk fasa yang kontinyu pada batas butir. Ketika terkena
larutan klorida, pasangan galvanic akan terbentuk antara presipitat dan matriks paduan
yang akan menyebabkan serangan korosi pada batas butir. Kerentanan sebenarnya
terhadap serangan korosi intergranular dan tingkat korosi tergantung pada lingkungan
korosif dan banyaknya presipitasi intergranular, dimana merupakan fungsi dari
komposisi paduan, fabrikasi dan parameter perlakuan panas.
BAB IV
PENCEGAHAN KOROSI BATAS BUTIR
Bagaimana cara mencegah korosi batas butir? Berikut ada beberapa cara untuk
mencegah korosi batas butir :
Gunakan baja tahan karat dengan karbon rendah ( misalnya 304L, 316L) kelas
dari baja tahan-karat
Gunakan paduan dengan nilai yang stabil, titanium (misalnya tipe 321) atau
niobium (misalnya tipe 347). Tiatanium dan niobium adalah pembentuk karbida
yang kuat. Mereka bereaksi dengan karbon membentuk karbida yang sesuai
sehingga mencegah deplesi kromium.
Gunakan perlakuan panas sesudah proses pengelasan.
Memperpanjang waktu penahanan pada proses homogenisasi, sehingga
konsentrasi Cr merata disetiap titik.
REFERENSI
http://www.encangirul.com/2011/04/korosi-batas-butir-intergranular.html
www.its.ac.id/.../1539-ssulistijono-mat-eng-3.Bentuk%20korosi%20ppt.pdf