Professional Documents
Culture Documents
b. Jelaskan bagaimana upaya agar alcohol dapat disubtitusikan dengan gugus fungsi dan reagent lain
dan berikan contohnya ?
JAWABAN :
a. Alkohol sukar untuk disubstitusi dengan gugus fungsi atau reagent lain disebabkan adanya gugus
fungsi OH, yang merupakan gugus yang ikatan hidroksilnya sulit mengalami pemutusan. Gugus
hidroksil -OH ini juga merupakan ikatan hidrogen yang memiliki keelektronegatifan yang tinggi dan
termasuk kepada ikatan kovalen. Mekanisme reaksi substitusinya dapat melalui reaksi substitusi
nukleofil unimolekuler atau substitusi nukleofil bimolekuler tergantung struktur alkohol yang
bereaksi. Suatu alkohol tidak dapat mengalami substitusi pada larutan yang bersifat basa atau netral,
karena gugus OH merupakan basa kuat.
b. Alkohol dapat disubstitusi dengan gugus fungsi atau reagen lain dengan cara mensubstitusikannya
pada larutan asam.
Contoh :
1. . Gugus H yang disubstitusi (reaksi melibatkan pemutusan ikatan O dan H [O-H] pada molekul
alkohol)
Pembuatan garam alkoholat dari alcohol merupakan contoh penting dari reaksi substitusi reaksi
melibatkan pemutusan ikatan O dan H [O-H] pada molekul alcohol. Etanol dapat mensubstitusi asam
yang lebih lemah misalnya ammonia (Ka= 10-35) pada suatu garam natrium,membentuk garam
natrium etanolat.Namun natrium etanol lebih umum dibuat dengan mereaksikan etanol dengan
natrium hidrida yang lebih reaktif.
Anion alcohol lebih dikenal dengan sebutan alkoksida.Alkoksida ini merupakan nukleofil
yang kuatbsehingga menyukai reaksi SN2 untuk menghasilkan eter.
Selain itu pembuatan ester dari alcohol juga merupakan contoh penting dari reaksi
substitusi reaksi melibatkan pemutusan ikatan O dan H [O-H] pada molekul alcohol.
Alkohol bila direaksikan dengan asam karboksilat akan menghasilkan ester dengan
persamaan reaksi umum sebagai berikut :
Pada umumnya reaksi dijalankan dengan menggunakan katalis asam.Asam adalah sebagai sumber
proton untuk terjadi protonasi terhadap atom oksigen pada atom karbon karbonil semakin
berkurang.Hal ini menyebabkan makin besar pengaruh hiperkonjugasi.Makin besar pengaruh
hiperkonjugasi akan semakin reaktif asam karboksilat tersebut,karena semakin mudah atom karbon
tersebut menangkap pasangan electron oksigen dari alcohol.Sebaliknya makin besar kerapatan
electron pada atom oksigen,alcohol akan semakin reaktif.Itulah sebabnya pada raksi esterifikasi
methanol paling reaktif,kemudian berturut-turut disusul oleh alcohol primer,alcohol sekunder dan
alcohol tersier.
2. Gugus OH yang disubstitusi (reaksi melibatkan pemutusan ikatan C dan O [C-O] pada molekul
alkohol).
Pembuatan alkil halida dari alkohol adalah merupakan contoh penting dari reaksi substitusi yang
melibatkan pemutusan ikatan C dan O [C-O] pada molekul alcohol.
Salah satu contoh pembuatan alkil halida adalah reaksi antara alkohol dengan asam halida.
Asam berfungsi sebagai donor proton kepaada oksigen dalam alcohol sehingga terbentuk ion
alkiloksoniium dengan gugus H2O+ menggantikan gugus OH- . Gugus H2O adalah gugus lepas yang
baik sehingga gugus ini mudah digeser atau diusir dari gugus alkil.Alkil Bromida primer biasanya
sangat baik disintesis dengan cara memasukkan asam bromide (HBr) kering kedalam alcohol yang
dipanaskan pada suhu sedikit lebih rendah dari titik didihnya.Donor proton diperoleh dari asam
bromide berlebihan atau dari asam sulfat.
Asam Klorida (HCl) kurang reaktif jika dibandingkan asam bromide bila direaksikan dengan
alcohol primer.Oleh karena itu pembuatan alkil klorida primer diperlukan katalis
ZnCl2 .Suatu larutan ZnCl2 dalam asam pekat (peraksi lusac) telah digunakan secara meluas
untuk membedakan alcohol primer,sekunder dan tersier yang mempunyai berat molekul
rendah.Pada suhu kamar alcohol sekunder bereaksi beberapa menit.Alkohol primer baru
akan bereaksi menghasilkan alkil klorida setelah pemanasan.Mekanisme disini adalah
mengikuti mekanisme SN1,dimana ZnCl2 diperkirakan membantu dalam pemutusan ikatan
C-O pada alcohol.
Massa jenis alkana akan bertambah seiring dengan bertambahnya jumlah atom karbon, tapi
tetap akan lebih rendah dari massa jenis air. Maka, alkana akan berada di lapisan atas jika
dicampur dengan air.
Secara umum, alkana adalah senyawa yang reaktivitasnya rendah, karena ikatan C antar
atomnya relatif stabil dan tidak mudah dipisahkan. Tidak seperti kebanyakan senyawa
organik lainnya, senyawa ini tidak memiliki gugus fungsional.
Senyawa alkana juga bereaksi sangat lemah dengan senyawa polar atau senyawa ion
lainnya. Konstanta disosiasi asam (pKa) dari semua alkana nilainya diatas 60, yang berarti
sulit untuk bereaksi dengan asam maupun basa.
Apabila sebuah zat molekular larut dalam air, maka terjadi hal-hal berikut:
gaya tarik antar-molekul dalam zat menjadi hilang. Untuk alkana, gaya tarik tersebut
adalah gaya dispersi Van der Waals.
gaya tarik antar-molekul dalam air menjadi hilang sehingga zat bisa bercampur dengan
molekul-molekul air. Dalam air, gaya tarik antar-molekul yang utama adalah ikatan
hidrogen.
Diperlukan energi untuk meghilangkan gaya tarik antar-molekul tersebut, meskipun jumlah
energi yang diperlukan untuk menghilangkan gaya dispersi Van der Waals pada molekul
seperti metana sangat kecil dan bisa diabaikan. Akan tetapi, ini tidak berlaku bagi ikatan
hidrogen dalam air, dimana diperlukan banyak energi untuk memutus ikatan
hidrogen.Dengan kata lain, sebuah zat akan larut jika ada cukup energi yang dilepaskan
ketika ikatan-ikatan baru terbentuk antara zat dan air untuk mengganti energi yang
digunakan dalam memutus gaya tarik awal. Satu-satunya gaya-tarik yang baru terbentuk
antara alkana dan molekul air adalah gaya Van der Waals. Pembentukan gaya tarik ini tidak
melepaskan banyak energi untuk mengganti energi yang diperlukan untuk memutus ikatan
hidrogen dalam air. Olehnya itu alkana tidak larut.
b. Alkana akan bereaksi dengan uap dengan bantuan katalis berupa nikel. Alkana juga dapat
melalui proses klorosulfonasi dan nitrasi meskipun membutuhkan kondisi
khusus. Fermentasi alkana menjadi asam karboksilat juga dapat dilakukan dengan beberapa
teknik khusus. Pada Reaksi reed, sulfur dioksida, klorin dan cahaya mengubah hidrokarbon
menjadi sulfonil klorida. Abstraksi nukleofilik dapat digunakan untuk memisahkan alkana
dari logam. Gugus alkil daris sebuah senyawa dapat dipindahkan ke senyawa lainnya dengan
reaksi transmetalasi.
ALKIL HALIDA
Alkil Halida: adalah senyawa-senyawa yang mengandung halogen yang terikat pada
atom karbon jenuh (atom karbon yang terhibridisasi sp3).
Contohnya :
5-Bromo-2,4-dimetilheptana 2-Bromo-4,5-dimetilheptana
Berdasarkan jumlah atom karbon yang terikat pada atom karbon yang mengandung
halogen.
2. Alkil halida primer (1o): Sebuah karbon yang terikat pada karbon C-X.
CH3CH2 CH2X
3. Alkil halida sekunder (2o): Dua karbon terikat pada karbon C-X.
CH3CH2 CHX
CH3
4. Alkil halida tersier (3o): Tiga karbon terikat pada karbon C-X.
CH3
H3C C X
CH3
STRUKTUR ALKIL HALIDA
Ikatan C-X (karbon-halogen) : overlap antara orbital hibrid sp3C dengan orbital
halogen C mempunyai geometri tetrahedral dengan sudut ikatan 109 o.
d+ d-
C X
Karena atom karbon terpolarisasi positif, maka alkil halida adalah suatu elektrofil.
ELEKTROFIL (= suka elektron) : yaitu suatu reagen yang miskin elektron (electron-
poor) dan dapat membentuk ikatan dengan menerima sepasang elektron dari suatu
reagen yang kaya elektron(elektron-rich-reagent).
a. Reaksi Substitusi, yaitu reaksi yang atom, ion atau gugus dari suatu
substrat digantikan oleh atom, ion, atau gugus lain
1). Substitusi Nukleofilik (SN) : Penggantian atom atau gugus atom dari suatu
molekul atau nukleofil.
Nukleofil: spesies yang mempunyai atom dengan orbital terisi 2 elektron (pasangan
elektron)
Pada umumnya terjadi pada senyawa aromatik, sedangkan pada alifatik sangat
jarang secara umum persamaan reaksi sbb:
RY + E+ RE + Y+
Penyerang
Suatu nukleofil (Z:) menyerang alkil halida pada atom karbon hibrida-sp3
yang mengikat halogen (X), menyebabkan terusirnya halogen oleh nukleofil.
Halogen yang terusir disebut gugus pergi. Nukleofil harus mengandung pasangan
elektron bebas yang digunakan untuk membentuk ikatan baru dengan karbon. Hal
ini memungkinkan gugus pergi terlepas dengan membawa pasangan elektron yang
tadinya sebagai elektron ikatan. Ada dua persamaan umum yang dapat dituliskan:
Contoh masing-masing reaksi adalah:
Nukleofil menyerang dari belakang ikatan C-X. Pada keadaan transisi, nukleofil dan
gugus pergi berasosiasi dengan karbon di mana substitusi akan terjadi. Pada saat
gugus pergi terlepas dengan membawa pasangan elektron, nukleofil memberikan
pasangan elektronnya untuk dijadikan pasangan elektron dengan karbon. Notasi 2
menyatakan bahwa reaksi adalah bimolekuler, yaitu nukleofil dan substrat terlibat
dalam langkah penentu kecepatan reaksi dalam mekanisme reaksi. Adapun ciri
reaksi SN2 adalah:
1. Karena nukleofil dan substrat terlibat dalam langkah penentu kecepatan reaksi,
maka kecepatan reaksi tergantung pada konsentrasi kedua spesies tersebut.
2. Reaksi terjadi dengan pembalikan (inversi) konfigurasi. Misalnya jika kita
mereaksikan (R)-2-bromobutana dengan natrium hidroksida, akan diperoleh (S)-2-
butanol.Ion hidroksida menyerang dari belakang ikatan C-Br. Pada saat substitusi
terjadi, ketiga gugus yang terikat pada karbon sp3 kiral itu seolah-olah terdorong
oleh suatu bidang datar sehingga membalik. Karena dalam molekul ini OH
mempunyai perioritas yang sama dengan Br, tentu hasilnya adalah (S)-2-butanol.
Jadi reaksi SN2 memberikan hasil inversi.
3. Jika substrat R-L bereaksi melalui mekanisme SN2, reaksi terjadi lebih cepat
apabila R merupakan gugus metil atau primer, dan lambat jika R adalah gugus
tersier. Gugus R sekunder mempunyai kecepatan pertengahan. Alasan untuk urutan
ini adalah adanya efek rintangan sterik. Rintangan sterik gugus R meningkat dari
metil < primer < sekunder < tersier. Jadi kecenderungan reaksi SN2 terjadi pada alkil
halida adalah: metil > primer > sekunder >> tersier.
B. Reaksi SN1 Mekanisme SN1 dalah proses dua tahap. Pada tahap pertama,
ikatan antarakarbon dengan gugus pergi putus.
Gugus pergi terlepas dengan membawa pasangan elektron, dan terbentuklah ion
karbonium. Pada tahap kedua (tahap cepat), ion karbonium bergabung dengan
nukleofil membentuk produk
Pada mekanisme SN1, substitusi terjadi dalam dua tahap. Notasi 1 digunakan sebab
pada tahap lambat hanya satu dari dua pereaksi yang terlibat, yaitu substrat. Tahap
ini sama sekali tidak melibatkan nukleofil.
Berikut ini adalah ciri-ciri suatu reaksi yang berjalan melalui mekanisme SN1:
1. Kecapatan reaksinya tidak tergantung pada konsentrasi nukleofil. Tahap penentu
kecepatan reaksi adalah tahap pertama di mana nukleofil tidak terlibat.
2. Jika karbon pembawa gugus pergi adalah bersifat kiral, reaksi menyebabkan
hilangnya aktivitas optik karena terjadi rasemik. Pada ion karbonium, hanya ada a
gugus yang terikat pada karbon positif. Karena itu, karbon positif mempunyai
hibridisasi sp2 dan berbentuk planar. Jadi nukleofil mempunyai dua arah
penyerangan, yaitu dari depan dan dari belakang. Dan kesempatan ini masing-
masing mempunyai peluang 50 %. Jadi hasilnya adalah rasemit. Misalnya, reaksi
(S)-3-bromo-3-metilheksana dengan air menghasilkan alkohol rasemik.
Pada tahap pertama dalam mekanisme SN1 adalah tahap pembentukan ion,
sehingga mekanisme ini dapat berlangsung lebih baik dalam pelarut polar. Jadi
halida sekunder yang dapat bereaksi melalui kedua mekanisme tersebut, kita dapat
mengubah mekanismenya dengan menyesuaikan kepolaran pelarutnya. Misalnya,
mekanisme reaksi halida sekunder dengan air (membentuk alkohol) dapat diubah
dari SN2 menjadi SN1 dengan mengubah pelarutnya dari 95% aseton-5% air (relatif
tidak-polar) menjadi 50% aseton-50% air (lebih polar, dan pelarut peng-ion yanglebih
baik). Kekuatan nukleofil juga dapat mengubah mekanisme reaksi yang dilalui oleh
reaksi oleh reaksi SN. Jika nukleofilnya kuat maka mekanisme SN2 yang terjadi.
Merupakan reaksi samping pada reaksi substitusi, dikenal dengan eliminsi E1 dan E2.
a. Mekanisme reaksi E1
Mekanisme reaksi E1 merupakan alternatif dari mekanisme reaksi SN1. Karbokation dapat
memberikan sebuah proton kepada suatu basa dalam reaksi eliminasi. Mekanisme reaksi E1 terdiri
dari dua tahap. Perhatikan contoh berikut :
Tahap 1.
Tahap 2.
Permasalahannya :
Dari uraian diatas jika kekuatan nukleofil juga dapat mengubah mekanisme reaksi yang dilalui oleh
reaksi SN. Jika nukleofilnya kuat maka mekanisme SN2 yang terjadi. Bagaimana mengetahui apakah
suatu nukleofil adalah kuat atau lemah? Mohon bantuannya teman teman, terimakasih..