Professional Documents
Culture Documents
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat
dan karunia Nya kami dapat menyelesaikan makalah tentang KOMUNIKASI PADA
Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan
serta pengetahuan kita. Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa didalam makalah ini
terdapat kekurangan. Oleh karena itu, kami berharap ada nya kritik dan saran demi perbaikan
makalah yang telah kami buat di masa yang akan datang. Semoga makalah sederhana ini
dapat dipahami bagi siapapun yang membaca nya. Sekiranya makalah yang telah disusun ini
dapat berguna bagi kami sendiri maupun orang yang membacanya. Sebelumnya kami mohon
Penyusun
1
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR............................................................................................ 1
DAFTAR ISI........................................................................................................... 2
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang................................................................................................. 3
B. Rumusan Masalah............................................................................................ 3
C. Tujuan.............................................................................................................. 3
BAB II PEMBAHASAN
Komunikasi pada klien dengan gangguan jiwa........................................................ 4
Faktor pemicu gangguan jiwa................................................................................... 4
Strategi pelaksanaan px pada pasien gangguan jiwa................................................. 6
A. Proses keperawatan............................................................................................... 6
B. Strategi komunikasi dalam pelaksanaan tindakan keperawatan sp...................... 6
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................... 21
2
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Komunikasi adalah elemen dasar dari interaksi manusia yang memungkinkan seseorang
untuk menetapkan, mempertahankan dan meningkatkan kontrak dengan orang lain.
Seringkali orang salah berpikir bawa komunikasi adalah sesuatu yang mudah. Namun
sebenarnya adalah proses yang kompleks yang melibatkan tingkah laku dan hubungan serta
memungkinkan individu berasosiasi dengan orang lain dan dengan lingkungan sekitarnya.
Untuk dapat melakukan komunikasi, diperlukan indera untuk menyampaikan dan menerima
pesan yang disampaikan dan juga psikososial yang baik.
Pada klien yang mengalami gangguan penglihatan, pendengaran dan wicara, komunikasi
yang dilakukan pasti akan berbeda dengan klien yang tidak mengalami gangguan terutama
pada media penyampaian pesan, begitu juga dengan pasien gangguan jiwa. Sebagai seorang
perawat, diperlukan pemahaman dan strategi untuk berkomunikasi dengan klien yang
mengalami gangguan tersebut. Tujuannya adalah pesan yang disampaikan perawat dapat
dipahami oleh klien, dan sebaliknya pesan dari klien bisa dipahami oleh perawat.
Berdasarkan masalah tersebut, pada makalah ini kami akan membahas mengenai cara
berkomunikasi pada klien dengan gangguan penglihatan, pendengaran, wicara, dan gangguan
jiwa.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana cara berkomunikasi dengan klien yang mengalami gangguan jiwa?
2. Bagaimana cara berkomunikasi dengan klien yang mengalami gangguan penglihatan?
3. Bagaimana cara berkomunikasi dengan klien yang mengalami gangguan pendengaran?
4. Bagaimana cara berkomunikasi dengan klien yang mengalami gangguan wicara?
5. Bagaimana contoh penerapan strategi pelaksanaan komunikasi terapeutik pada klien
dengan gangguan fisik?
C. Tujuan
1. Mengetahui cara berkomunikasi dengan klien yang mengalami gangguan jiwa
2. Mengetahui cara berkomunikasi dengan klien yang mengalami gangguan penglihatan;
3. Mengetahui cara berkomunikasi dengan klien yang mengalami gangguan pendengaran;
4. Mengetahui cara berkomunikasi dengan klien yang mengalami gangguan wicara;
5. Penerapan strategi pelaksanaan komunikasi terapeutik pada klien.
3
BAB II
PEMBAHASAN
Ada beberapa trik ketika harus berkomunikasi dengan penderita gangguan jiwa :
1. Support system : dukungan dari orang lain atau keluarga membantu seseorang
bertahan terhadap tekanan kehidupan, stresor yang menyerang seseorang akan
melumpuhkan ketahanan psikologisnya, dengan dukungan dari sahabat, orang
4
- orang terdekat, suami, istri, orang tua maka seseorang menjadi lebih kuat
dalam menghadapi stressor.
2. Mekanisme Koping : bagaimana cara seseorang berespon terhadap stressor
menjadi satu ciri khas bagi setiap individu, jika responnya adaptif maka
hasilnya tentu perlaku positif, jika responnya negatif hasilnya adalah perilaku
negatif.
3. Harga Diri : jika dia merasa lebih baik dari orang lain maka akan menjadi
sombong, jika dia merasa orang lain lebih baik dari dia maka dia akan
mengalami Harga Diri Rendah.
4. Ideal Diri : Bagaimana cara seseorang melihat dirinya, bagaimana dia
seharusnya : " saya hanya akan menikah dengan seorang wanita anak
pengusaha" comment tersebut adalah ideal diri tinggi, " saya hanya lulusan
SD, menjadi buruh saja saya sudah maksimal" comment ini adalah ideal diri
rendah.
5. Gambaran Diri : apakah seseorang menerima dirinya beserta semua kelebihan
dan kekurangan, meski cantik dia menerima kecantikannya tersebut satu paket
dengan keburukan lain yang menyertai kecantikan tersebut.
6. Tumbuh Kembang : Jika seseorang tidak pernah mengalami trauma maka
dewasa dia tidak akan mengalami memori masa lalu yang kelam atau yang
buruk.
7. Pola Asuh : kesalahan mengasuh orang tua memicu perubahan dalam
psikologis anak.
8. Genetika : Schizofrenia bisa secara genetis menurun ke anak, bahkan pada
saudara kembar peluang nya 50 %.
9. Lingkungan : Lingkungan yang buruk menjadi salah satu faktor pendukung
munculnya gangguan jiwa.
10. Penyalahgunaan Zat : penyalahgunaan zat memicu depresi susunan saraf
pusat, perubahan pada neurotransmitter sehingga terjadi perubahan pada
fungsi neurologis yang berfungsi mengatur emosi.
11. Perawatan Diri : jika seseorang tidak pernah mendapatkan perawatan, ex :
lansia maka dia akan mengalami suatu perasaan tidak berguna jika perasaan
ini berlangsung lama bisa memicu gangguan jiwa.
12. Kesehatan Fisik : gangguan pada sistem saraf mampu merubah fungsi
neurologis, dampak jangka panjangnya jika yang terkena adalah pusat
pengaturan emosi akan memicu gangguan jiwa.
Seharusnya ada banyak faktor yang memicu gangguan jiwa, jika semua faktor bisa direduksi
dan di minimalisir maka ke depan jumlah penderita gangguan jiwa dapat ditekan sekecil
mungkin.
5
Strategi Pelaksanaan pada px gangguan jiwa
A. PROSES KEPERAWATAN
1. Kondisi Klien
a) Data Subjektif (DS)
1. Klien Mengungkapkan keinginan bunuh diri
2. Mengungkapkan keinginan untuk mati
3. Mengungkapkan rasa bersalah dan keputusasaan
4. Ada riwayat berulang percobaan bunuh diri sebelumnya dari keluarga
5. Berbicara tentang kematian, menanyakan tentang dosis obat yang mematikan
6. Mengungkapkan adanya konflik interpersonal
7. Mengungkapkan telah terjadi korban perilaku kekerasan saat kecil
b). Data Objektif (DO)
1. Menunjukkan perilaku yang mencurigakan ( biasanya menjadi sangat patuh)
2. Ada riwayat penyakit mental (depresi, psikosis, dan penyalahgunaan alkohol)
3. Pengangguran (tidak bekerja, kehilangan pekerjaan, atau kegagalan dalam
karier)
4. Status perkawinan yang tidak harmonis
2. Diagnosa Keperawatan
Risiko bunuh diri
3. Tujuan Khusus
1. Klien dapat meningkatkan harga dirinya
2. Klien dapat melakukan kegiatan sehari- hari
3. Klien mendapat perlindungan dari lingkungan
4. Tindakan Keperawatan
Memberikan manajemen koping
6
Percakapan
1. Fase Perkenalan
a). Salam terapeutik
P : Selamat pagi, Bapak!
K : Ya mbak sambil menoleh menghindar ke klien
7
P : Oleh sebab itu, semua tindakan yang kami lakukan menjadi tanggung jawab kami. Dan
kami harapkan bapak juga bertanggung jawab untuk sembuh, supaya mas heksa dapat
melakukan aktifitas seperti biasanya minimal mas heksa bias mereedam rasa emosinya
K : hm
h). Kerahasiaan
P : Mas tak perlu kuatir ataupun cemas. Kalau mas tidak keberatan, mas bisa sharing
dengan kami tentang segala permasalahan-permasalahan ataupun keluhan-keluhan yang
sedang bapak alami. Insya Allah, kita bersama-sama mencarikan jalan keluarnya dan saya
tidak akan memberitahukannya pada orang yang tidak berhak untuk tahu akan hal itu.
K : Beneran?
P : betul mas kami akan menjaga semua rahasia mas.
8
mas heksa.. karna itu tidak menyelesaikan masalah mas heksa, kan nanti badan mas heksa
sendiri yang sakit. Iya tidak ?
K: mmmmmm. Iya juga sih
P: mas heksa sayang tidak sama keluarga dirumah ibuk dan adiknya?
K: Sayang lah..
P: nah..kalo mas heksa sayang,mas heksa tidak boleh untuk bunuh diri, mas heksa harus
semangat terus.. minta dan berserah diri pada tuhan, dan mas heksa harus yakin dan berusaha
untuk mendapatkan pekerjaan setelah keluar dari sini dan bisa menyahur hutang ya mas?
K: iyaa mbaak, saya ingin menyahur hutang tapi tidak punya uang
P: nah, makanya mas heksa harus sembuh dulu.. Kalau boleh tau mas heksa hobinya apa?
K: Makan kerupuk,sepak bola, balap karung
P: oooh iya iya naah boleh itu mas dijadikan sampingan, kalau mas heksa sudah merasa
lelah atau stresss mas heksa bisa main bola..atau mengobrol sama teman teman.
K : gitu?
P : iya, supaya fikiran mas heksa bisa rileks dan tenang
K : ya
P : Baiklah mas heksa, karena sudah menit, kami pamit. Besok kita bisa mengobrol lagi,
kita sharing lagi, gimana?
K :hm
Waktu
P : mas mau sharingnya ini jam berapa?
K :terserah
P : baiklah mas heksa, besok kami akan ke sini lagi dan kami akan ke sini di jam yang sama
yaitu jam 09:30 WIB ya?
P : ya
Tempat
P : Baik. Bapak mau kita sharing dimana?
K : sini
P : baiklah , besok kita sharing nya di sini
Validasi kontrak P : Baiklah kalau begitu, terima kasih atas waktunya mas heksa.Kami
permisi dulu. Kami akan kembali besok di jam yang sama yaitu jam 09:30 WIB dan di
tempat ini ya
K :hm
2. Fase Orientasi
a). Salam terapeutik
P : Selamat pagi, mas heksa!
K :pagi
9
b). Validasi data
P : Bagaimana perasaan mas heksa sejak kemarin setelah kita bertemu?
K : .fine
P : apakah perasaan mas heksa lebih tenang?
K : .iya, lumayan lah
Fase Kerja
P: Alhamdulillah..Mas Heksa sudah sarapan?
K: Sudah..
P: Gimana rasanya enak ?
K: Enak..
P: Gimana dengan keluarga dirumah?
K: Baik, tadi sudah kesini
P: Terus tadi ngapain aja?
K: Ya ngobrol, terus main, jalan jalan ditaman belakang
P: Berarti sudah baikan dong?
K: iya sih sus..tapi saya masih kepikiran sama tanggung jawab saya pada keluarga, nanti
gimana masa depan keluarga saya, kalau saya tidak bekerja, saya makan apa sus?
P: oh..begitu, Begini saja mas Heksa jangan pesimis dulu Allah itu sudah mengatur rejeki
kita, Sekarang tinggal mas heksa untuk berusaha dan berdoa kepada Tuhan. Seingat saya
kemarin mas heksa bilang kalau salah satu hobi mas heksa main computer ya?
K: Iya kenapa emang?
P: Nah, Ya itu bisa dijadikan ladang pekerjaan mas heksa
K: Gimana caranya?
P: kan sekarang banyak bisnis online, coba mas heksa ikutan. Kaya jual baju, peralatan bola
atau mungkin mas heksa punya ide yang lain boleh dicoba.
K: mmmm iya ya,, kenapa gak terpikirkan dari dulu ya?
P: iya mas..apa ada yg masih dipendam ?Kalau masih ada kita bisa sharing
K: Gak Ada sus..ya itu tadi aja yg bikin saya mikir dan tidak tenang sehingga saya ingin
bunuh diri
P: Sebaiknya kalau punya jangan dipendam masalah, di sharing ke keluarga, sahabat, atau
teman mas. Nanti kalau bunuh diri kasian keluarganya, nanti keluarga mas malah terlantar.
10
K: emm iya sus, saya sekarang menyesal, atas perbuatan saya sebelumnya.
P: Nah gitu dong..sekarang mas heksa harus berpikiran bahwa tidak ada masalah yang tidak
dapat diselesaikan.
Fase Terminasi
Salam terapeutik
P : Baiklah mas, karena mas heksa sudah bisa sharing ke kami dan masalah mas heksa
sudah terselesaikan, kami permisi dulu, terima kasih atas kerja samanya, dan kalau mas heksa
perlu bantuan, mas heksa bisa panggil saya diruang perawat. Dan saya doakan supaaya cepat
pulang dan beraktifitas Selamat pagi, mas!
K : Iya sus terimakasih juga atas masukan dan solusinya , pagi juga sus
BAB III
PEMBAHASAN
11
3. Syarat-syarat Komunikasi pada Klien dengan Gangguan Penglihatan
Ketika melakukan komunikasi terapeutik dengan klien dengan gangguan sensori penglihatan,
perawat dituntut untuk menjadi komunikator yang baik sehingga terjalin hubungan terapeutik
yang efektif antara perawat dan klien, untuk itu syarat yang harus dimiliki oleh perawat
dalam berkomunikasi dengan klien yang mengalami gangguan sensori penglihatan
adalah sebagai berikut.
a. Adanya kesiapan, maksudnya yaitu pesan atau informasi, cara penyampaian, dan
saluarannya harus dipersiapkan terlebih dahulu secara matang.
b. Kesungguhan, artinya apapun wujud dari pesan atau informasi tersebut tetap harus
disampaikan secara sungguh-sungguh atau serius.
c. Ketulusan, artinya sebelum individu memberikan informasi atau pesan kepada indiviu
lain,pemberi informasi harus merasa yakin bahwa apa yang disampaikan itu merupakan
sesuatu yang baik dan memang perlu serta berguna.
d. Kepercayaan diri, artinya jika perawat mempunyai kepercayaan diri maka hal ini akan
sangat berpengaruh pada cara penyampaian pesan kepada pasien.
e. Ketenangan, artinya sebaik apapun dan sejelek apapun pesan yang akan disampaikan,
perawat harus bersifat tenang, tidak emosi maupun memancing emosi pasien, karena dengan
adanya ketenangan maka informasi akan lebih jelas, baik dan lancar.
f. Keramahan, artinya bahwa keramahan ini merupakan kunci sukses dari kegiatan
komunikasi, karena dengan keramahan yang tulus tanpa dibuat-buat akan menimbulkan
perasaan tenang, senang dan aman bagi penerima.
g. Kesederhanaan, artinya di dalam penyampaian informasi, sebaiknya dibuat
sederhana, baik bahasa, pengungkapan dan penyampaiannya. Meskipun informasi itu panjang
dan rumit akan tetapi kalau diberikan secara sederhana, berurutan dan jelas maka akan
memberikan kejelasan informasi dengan baik.
12
2. Teknik Komunikasi dengan Klien yang Mengalami Gangguan Pendengaran
Berikut adalah tehnik-tehnik komunikasi yang dapat digunakan klien dengan pendengaran.
a. Orientasikan kehadiran diri perawat dengan cara menyentuh klien atau memposisikan
diri di depan klien.
b. Usahakan menggunakan bahasa yang sederhana dan bicaralah dengan perlahan untuk
memudahkan klien membaca gerak bibir.
c. Usahakan berbicara dengan posisi tepat di depan klien dan pertahankan sikap tubuh dan
mimik wajah yang lazim.
d. Jangan mengunyah sesuatu misalnya makanan atau permen karet saat melakukan
pembicaraan.
e. Gunakan bahasa pantomim bila memungkinkan dengan gerakan sederhana dan
perlahan.
f. Gunakan bahasa isyarat atau bahasa jari bila perawat bisa dan jika diperlukan.
g. Apabila ada sesuatu yang sulit untuk dikomunikasikan, cobalah sampaikan pesan dalam
bentuk tulisan atau gambar.
h. Jika klien memakai alat bantu dengar dan masih memiliki kesulitan mendengar, periksa
alat bantu dengar meliputi apakah alat bantu dengar terpasang, sudahkah dihidupkan,
disesuaikan dan memiliki baterai yang bekerja. Jika hal-hal ini sudah diperiksa tetapi klien
masih memiliki kesulitan mendengarmaka hal yang perlu dilakukan yaitu cari tahu kapan
klien terakhir melakukan evaluasi pendengaran
i. Jauhkan tangan dari wajah saat berbicara
j. Mengurangi atau menghilangkan kebisingan sebanyak mungkin ketika melakukan
pembicaraan
k. Bicaralah dengan cara yang normal tanpa berteriak.
l. Pastikan pencahayaan tidak tepat bersinar di mata orang tuna rungu
m. Jika klien mengalami kesulitan memahami pesan, temukan cara yang berbeda untuk
mengatakan hal yang sama, bukan mengulangi kata-kata
n. Gunakan bahasa sederhana, kalimat singkat untuk membuat pesan lebih mudah
dimengerti
o. Menulis pesan jika perlu
p. Jangan terburu-buru
13
C. Komunikasi pada Klien dengan Gangguan Wicara
b. Evaluasi/validasi
Bagaimana perasaan adik hari ini? Apakah adik ayu bisa tidur dengan nyenyak?
c. Kontrak
1) Topik: Bagimana kalau kita berbincang-bincang tentang penyakit yang adik alami ini?
Dan akibat adik merasa takut dan khwatir?
2) Tempat : Di mana kita akan berbicara dik ayu? Di ruangan ini?
3) Waktu : Baiklah, kita akan berdiskusi selama kurang lebih 30 menit ya dik ayu.
Fase kerja:
Nah dik ayu belum mengetahui tentang penyebab buta yang dialami dik ayu kan?, baiklah
saya akan menjelaskan tentang penyebab buta yang dik ayu alami sekarang, karena kepala
dik ayu dulu waktu kecelakaan itu terkena benturan selain itu gangguan penglihatan dapat
terjadi karena kerusakan organ misalnya kornea, lensa mata, kekeruhan humoris viterius,
serta kerusakan saraf penghantar impuls menuju otak. Semua ini mengakibatkan penurunan
visus hingga dapat menyebabkan kebutaan. Apakah dik ayu sudah paham dengan penjelasan
saya? Bagus sekali, tapi sekarang dik ayu sudah mendapatkan pendonor mata, sebentar lagi
dik ayu bisa melihat. Disini dokter anastesi sudah menjadwalkan operasi dik ayu, dik ayu
tidak usah khwatir. Karena operasi ini jalan terbaik untuk dik ayu dan pastinya operasinya
akan berjalan lancar. Oh iya, sebelum dilakukan operasi, saya akan mengambil sample darah
dik ayu untuk pemeriksaan laboratorium ya? Nah sudah selesai, sekarang saya akan
memeriksa tanda-tanda vital dik ayu. Permisa ya dik? Dik ayu, bagaimana perasaan dik ayu
sekarang? Kenapa? Masih takut? Iya nanti sebelum operasi dik ayu ingat berdoa ya, semoga
operasinya berjalan dengan lancar.
Fase terminasi:
a. Evaluasi respon klien terhadap tindakan keperawatan
1) Evaluasi subyektif:
Bagaimana perasaan adik ayu setelah berbincang-bincang tentang penyakit yang adik
rasakan? Apakah adik ayu bisa menjelaskan kembali? Nah betul sekali.
2) Evaluasi obyektif:
Nah adik ayu hasil lab dik ayu baik jadi adik ayu bisa cepat dioperasinya, dan hasil ttv
tekanan darah 120/80mmHg. Suhu 36,8C, nadi 88x/mnt, dan respirasi 20x/menit. Karena
dik ay sudah mengetahui penyebab tentang penyakit dik ayu sekarang jadi adik tidak oleh
khwatir lagi.
15
c. Kontrak yang akan datang
1) Topik: nah dik ayu, nanti saya akan kesini lagi untuk melihat keadaan adik ayu ya?
2) Tempat: kita akan bertemu lagi ditempat ini?
3) Waktu: baiklah dik ayu, kita akan berbincang-bincang lagi sekitar 30 menit. Saya
perisi dulu ya, sampai jumpa
Fase kerja:
Bapak/ Ibu, apakah bapak/ibu mengetahui apa yang dimaksud dengan gangguan
penglihatan? Oh tidak, baiklah akan saya jelaskan, selain benturan gangguan penglihatan
dapat terjadi karena kerusakan organ misalnya kornea, lensa mata, kekeruhan humoris
viterius, serta kerusakan saraf penghantar impuls menuju otak. Semua ini mengakibatkan
penurunan visus hingga dapat menyebabkan kebutaan. Apakah bapak/ibu paham?
Bapak/ibu, saya telah selesai mengambil sample darah anak bapak/ibu, dan hasilnya normal.
Jadi anak bapak/ibu bisa segera dioperasi. Bapak/ibu jangan khawatir, karena operasi ini akan
berjalan dengan lancar. Saya harap bapak/ibu selalu menemani anak bapak/ibu sampai
operasi dimulai.
Fase terminasi:
Bagaimana perasaan Bapak/Ibu setelah tadi kita berbincang-bincang tentang gangguan
penglihatan? Dapatkah Bapak/Ibu jelaskan lagi? Bagus, Bapak/Ibu sudah memahaminya.
Bapak/Ibu Saya akan kesini lagi nantu untuk melihat kondisi anak Bapak/Ibu. Saya pamit
dulu,, Pak/Bu. Sampai jumpa.
Narasi
1 tahun berlalu setelah kejadian tragis yang menimpa gadis berusia 17 tahun yang
mengakibatkan kebutaan pada gadis itu. Pada tanggal 24 November 2015 di pagi yang cerah
keluarga bapak Muhammad telah mendapatkan kabar gembira dari pihak Rumah Sakit
Mounth Elisabeth bahwa sudah ada pendonor mata untuk putrinya. Bapak muhammad masih
menyembunyikan kabar tersebut dari putrinya. Bapak muhammad mengatakan ke putrinya
akan berlibur ke luar negeri.
(Percakapan di dalam pesawat)
Anak : Ayah, kita mau berlibur kemana?
Ayah : Kita akan pergi ke suatu tempat. Dimana tempat itu akan memberikan
perububahan untuk keluarga kita.nak?
Anak : Hah perubahan? Perubahan apa ayah? ( terheran)
Ayah : Nanti ayah kasih tahu kalau kita sudah sampai. Bersabarlah!
16
(Tiba di Rumah Sakit Mounth Elisabeth)
Anak : ayah kita ada dimana sekarang?
Ayah : Inilah tempatnya nak, bahwa disini kamu sudah mendapatkan pendonor mata yang
cocok untuk kamu. Jadi kamu sekarang akan dilakukan operasi mata.
Anak : Hah,,, yang benar ayah? Makasih ayah. (Dengan penuh bahagia dan berdoa)
Terimakasih tuhan. Sekian lama aku menunggu adanya pendonor mata yang cocok
untukku. Akhirnya engkau telah mengabulkannya dan sebentar lagi aku bisa melihat
Ayah : Iya nak. Ayah juga ikut bahagia.
Setelah beberapa jam menunggu akhirnya perawat mempersilahkan bapak muhammad dan
putrinya masuk keruangan perawat.
FASE ORIENTASI
Perawat : selamat pagi pak, saya perawat suci yang bertugas pada pagi ini. Bapak dengan
bapak muhammad yang berasal dari surabaya indonesia? (teknik broad opening)
Ayah : iya sus, saya sendiri dan ini putri saya ayu.
Perawat : info dari pihak rumah sakit, bahwa anak bapak akan dilakukan operasi mata besok
pukul 09.00 pagi. Sebelumnya, ini ada beberapa formulir persetujuan dan syarat untuk
dilakukan tindakan operasi kepada putri bapak, silahkan bapak bisa baca dahulu dan bisa
diisi. (teknik informing)
Ayah :iya sus, (bapak sedang membaca dan mengisi formulir yang telah tersedia) Ini sus
sudah selesai, terimakasih sus. Sus, kenapa ya anak saya bisa buta, padahal waktu kecelakaan
dia hanya terbentur sus.
Perawat : baik saya akan jelaskan, gangguan penglihatan dapat terjadi karena kerusakan
organ misalnya kornea, lensa mata, kekeruhan humoris viterius, serta kerusakan saraf
penghantar impuls menuju otak. Semua ini mengakibatkan penurunan visus hingga dapat
menyebabkan kebutaan, akibatnya kemampuan menangkap rangsang ketika berkomunikasi
sangat bergantung pada pendengaran dan sentuhan. (teknik informing)
Ayah : oh seperti itu ya sus? Jadi disaat saya berkomunikasi dengan anak saya, saya harus
menggunakan teknik mendengar dan sentuhan. Iya sus terimakasih.
Perawat : iya pak sama-sama.
Perawat berkomunikasi dengan putri bapak Muhammad dan duduk di depan putri bapak
muhammad.
Perawat : selamat pagi dik? Perkenalkan saya dengan perawat sucilatul, adik bisa panggil
saya suster suci. Adik dengan adik siapa? (Sambil menggenggam tangan anak tersebut)
(teknik broad opening)
Anak : pagi juga suster suci, saya dengan ayu avitha.
Perawat : adik suka dipanggil dengan nama siapa?(teknik broad opening)
Anak : ayu saja sus.
Perawat : wahh nama yang cantik seperti orangnya.
Anak : ah suster suci bisa saja.
Perawat : adik ayu, bagaimana keadaan adik ayu sekarang? (teknik broad opening)
Anak : ya beginilah sus.
Perawat : Maaf adik ayu, keadaan seperti apa yang adik ayu maksud? (teknik focussing)
Anak : sebenarnya saya merasa bahagia, namun disisi lain saya juga merasa sedih.
17
Perawat : (teknik diam)
Anak :saya kesal dengan teman-teman saya sus, semenjak kecelakaan yang menimpa
saya, teman-teman saya berubah. Mereka menjauhi saya, mungkin mereka malu berteman
dengan saya apalagi dengan kondisi saya sepeti ini.
Perawat: oh........lalu? (mendengarkan)
Anak : jadi saya merasa tidak mempunyai teman, sampai-sampai saya berfikir untuk
berhenti kuliah sus, tapi untungnya ayah selalu menyemangati dan mendukung saya sus.
Perawat : iya adik ayu, meskipun keadaan adik ayu seperti ini tapi adik ayu tidak boleh
putus asa dan pesimis dan selalu optimis untuk menjalani hidup ini. Adik ayu tenang saja,
operasi ini adalah jalan terbaik untuk adik ayu. (teknik saran)
Ayah : nah dengerin itu nak, apa yang dikatakan suster suci itu benar. Kamu jangan merasa
minder ataupun putus asa.
Anak : iya ayah.
Perawat : dik ayu apa yang sedang adik pikirkan? Saya lihat dari ekspresi wajah adik
sepertinya adik marah dengan saya. (teknik membagi persepsi)
Anak : tidak sus, saya hanya merasa bersalah dengan diri saya dan ayah saya.
Ayah : iya anakku, jangan merasa salah sendiri.
Anak : iya ayah.
Perawat : nah adik ayu sekarang saya akan melakukan pengambilan sample darah untuk
pemeriksaan laboratorium, untuk persyaratan sebelum dilakukan tindakan operasi besok
pagi.(teknik informing)
Anak: iya sus.
Perawat : perawat meninggalkan pasien untuk mengambil alat pengambilan darah.
FASE KERJA
Perawat : permisi dik ayu, saya kembali lagi untuk mengambil darah dik ayu, apakah dik
ayu bersedia?(teknik broad opening)
Anak : iya sus, silahkan.
Perawat : Adik nanti akan terasa sedikit sakit, tetapi saya akan melakukannya dengan cepat
adik(teknik refleksi)
Anak : Iya suster
Perawat : (perawat mengambil sample darah)
Nah sudah selesai dik, apa yang adik pikirkan sekarang? Kenapa adik ayu saya lihat
cemas?
Anak : saya takut sus, ini adalah operasi pertama saya. Saya benar-benar takut.
Perawat : dik ayu tenang saja, jangan takut, semua tim yang ikut dalam operasi nanti adalah
tim yang sudah professional dan sering menangani masalah seperti dik ayu. Sebaiknya dik
ayu sekarang rileks dan tetap berdoa ya, agar operasi ini berjalan lancar.(teknik refleksi)
Anak : iya suster.
Ayah : sus, kapan hasil labnya keluar?
Perawat : mungkin nanti sore pak, jika sudah keluar saya akan memberi tahu bapak.(teknik
informing)
Ayah : iya sus terimakasih.
18
FASE TERMINASI
Perawat : Bagaimana perasaannya adik ayu sekarang?(teknik broad opening)
Anak : Saya sudah lebih tenang sekarang setelah suster tadi memberi penjelasan
Perawat : Iya dik, dik ayu, karena saya sudah selesai mengambil sample darah dik ayu, saya
tinggal dulu ya. Besok sekitar jam 06.00 saya akan kembali lagi di tempat ini, nanti akan ada
suster lain yang akan memeriksa dik ayu. Sebelum saya tinggalkan,apakah ada dik ayu
tanyakan?
Anak : tidak sus.
Perawat : iya adik ayu sekarang bisa beristirahat. Bapak muhammad juga bisa beristirahat
disini, sampai jumpa.
Ayah : iya suster.
Keesokan harinya, pagi yang cerah di rumah sakit mounth elizabet singapura.
FASE ORIENTASI
Perawat : selamat pagi dik ayu? Apakah masih ingat dengan saya?(teknik broad opening)
(sambil memegang tangan pasien dan tersenyum)
Anak : pagi juga, ini dengan, dengan.. suster suci iya?
Perawat : betul sekali, bagaimana dik ayu apakah bisa tidur nyenyak?
Anak : tidak sus, saya tidak bisa tidur karena saya kepikiran dengan operasinya.
Perawat : oh jadi dik ayu tidak bisa tidur karena kepikiran dengan operasi?
(teknik restarting)
Anak : iya sus, saya benar-benar takut.
Perawat : nah dik ayu, jangan takut, katanya pingin sembuh, nanti sebelum operasi adik bisa
berdoa ya?(teknik saran)
Anak : iya suster.
FASE KERJA
Perawat : dik ayu saya kesini untuk memeriksa suhu dan tensi dik ayu untuk mengetahui
keadaan dik ayu sekarang agar nanti operasinya bisa berjalan lancar.(teknik inforing)
Anak : iya suster, silahkan.
Perawat : (melakukan pemeriksaan tekanan darah, suhu, nadi, respirasi). Nah sudah selesai
dik ayu, sekarang adik ayu bisa beristirahat dan menunggu jadwal operasinya ya?
Ayah : sus, hasil lab yang kemarin bagaimana?
Perawat : oh iya pak, hasilnya bagus, jadi putri bapak bisa segera dilakukan operasi.
Ayah : iya sus, kalau hasil pemeriksaannya tadi sus, apakah baik-baik saja?
Perawat : dari pemeriksaan saya tadi didapatkan tekanan darahnya 120/80 mmHg, suhunya
36,8 C, Nadi 88x/menit, dan Respirasinya 20x/menit pak, semua dalam batas normal, jadi
bapak tidak perlu khawatir.
Ayah : iya sus terimakasih.
FASE TERMINASI
Perawat : bapak, apakah bapak masih ingat kenapa putri bapak bisa buta?
(teknik klarifikasi)
Ayah : iya sus, masih. Selain terbentur, gangguan penglihatan dapat terjadi karena
kerusakan organ misalnya kornea, lensa mata, kekeruhan humoris viterius, serta kerusakan
saraf penghantar impuls menuju otak. Semua ini mengakibatkan penurunan visus hingga
19
dapat menyebabkan kebutaan, akibatnya kemampuan menangkap rangsang ketika
berkomunikasi sangat bergantung pada pendengaran dan sentuhan
Perawat : betul sekali, nah pak saya pamit permisi dulu ya pak? Bapak bisa menemani putri
bapak disini sambil menunggu perawat ruang operasi menjumput putri bapak kesini.
Ayah : baiklah sus.
Perawat : adik, suster tinggal dulu ya, adik istirahat dulu disini sambil menunggu
operasinya, ingat adik ayu berdoa agar nanti operasinya berjalan lancar dan cepat
selesai. (teknik saran)
Anak : iya sus, terimakasih banyak suster suci.
Perawat : sama-sama dik ayu.
Sembari menunggu operasi, bapak muhammad dan putrinya beristirahat diruangan tersebut.
SEKIAN
BAB IV
PENUTUP
A. Simpulan
Klien yang mengalami gangguan penglihatan bisa terjadi akibat adanya kerusakan
organ penglihatan sehingga komunikasi yang dilakukan harus mengoptimalkan fungsi
pendengaran dan sentuhan karena fungsi penglihatan sedapat mungkin harus digantikan oleh
informasi yang dapat ditransfer melalui indra yang lain. Selain itu perlu menggunakan
strategi dan memperhatikan hal-hal tertentu agar komunikasi yang terjadi dapat berjalan
lancar.
Pada klien dengan gangguan pendengaran, media komunikasi yang paling sering
digunakan adalah media visual. Kondisi visual menjadi sangat penting bagi klien, sehingga
dalam melakukan komunikasi, upayakan supaya sikap dan gerakan dapat ditangkap oleh
indra visualnya.
Gangguan wicara dapat terjadi akibat kerusakan organ lingual, kerusakan pita suara,
ataupun gangguan persyarafan. Berkomunikasi dengan klien dengan gangguan wicara
memerlukan kesabaran supaya pesan dapat dikirim dan ditangkap dengan benar. Klien yang
mengalami gangguan wicara umumnya telah belajar berkomunikasi dengan menggunakan
bahasa isyarat atau menggunakan tulisan dan gambar.
Penerapan strategi pelaksanaan pada klien dengan gangguan fisik yaitu gangguan
penglihatan dapat diberikan kepada klien itu sendiri dan diberikan kepada orang tua klien.
Gangguan jiwa menurut Yosep(2007) adalah kumpulan dari keadaan keadaan yang
tidak normal, baik yang berhubungan dengan fisik, maupun dengan mental. Ada tiga faktor
penyebab gangguan jiwa yaitu : Faktor somatic (somatogenik) atau organobiologis, faktor
psikologik (psikogenik) atau psikoedukatif dan faktor sosio-budaya(sosiogenik) atau
sosiokultural. Gejala umum yang muncul pada seseorang yang mengalami gangguan mental
(Sundari,2005) adalah : keadaan fisik, keadaan mental dan keadaan emosi. Tujuan
komunikasi pada pasien jiwa yaitu perawat dapat memahami orang lain,menggali perilaku
klien, memahami perlunya member pujiandan memperoleh informasi klien.
B. Saran
Ketika berkomunikasi dengan klien yang mengalami gangguan fisik seperti gangguan
penglihatan, pendengaran, wicara, dan jiwa diperlukan pemahaman dan kesabaran terhadap
klien serta perlu strategi komunikasi dan mempertimbangkan media yang digunakan yang
disesuaikan dengan kondisi klien, agar pesan tetap dapat diterima.
20
DAFTAR PUSTAKA
21