You are on page 1of 21

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat

dan karunia Nya kami dapat menyelesaikan makalah tentang KOMUNIKASI PADA

PASIEN DENGAN GANGGUAN JIWA DAN GANGGUAN FISIK.

Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan

serta pengetahuan kita. Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa didalam makalah ini

terdapat kekurangan. Oleh karena itu, kami berharap ada nya kritik dan saran demi perbaikan

makalah yang telah kami buat di masa yang akan datang. Semoga makalah sederhana ini

dapat dipahami bagi siapapun yang membaca nya. Sekiranya makalah yang telah disusun ini

dapat berguna bagi kami sendiri maupun orang yang membacanya. Sebelumnya kami mohon

maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan.

Langsa, 19 November 2016

Penyusun

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................ 1
DAFTAR ISI........................................................................................................... 2
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang................................................................................................. 3
B. Rumusan Masalah............................................................................................ 3
C. Tujuan.............................................................................................................. 3

BAB II PEMBAHASAN
Komunikasi pada klien dengan gangguan jiwa........................................................ 4
Faktor pemicu gangguan jiwa................................................................................... 4
Strategi pelaksanaan px pada pasien gangguan jiwa................................................. 6
A. Proses keperawatan............................................................................................... 6
B. Strategi komunikasi dalam pelaksanaan tindakan keperawatan sp...................... 6

BAB III PEMBAHASAN


A. Komunikasi pada Klien dengan Gangguan Penglihatan................................... 11
1. Klien dengan Gangguan Penglihatan............................................................... 11
2. Teknik Komunikasi dengan Klien yang Mengalami Gangguan
Penglihatan................................................................................................................ 11
3. Syarat-syarat Komunikasi pada Klien dengan Gangguan
Penglihatan................................................................................................................ 12
4. Hal-Hal yang Perlu Diperhatikan dalam Komunikasi pada
Klien Gangguan Penglihatan..................................................................................... 12
B. Komunikasi pada Klien dengan Gangguan Pendengaran................................ 12
1. Klien dengan Gangguan Pendengaran............................................................. 12
2. Teknik Komunikasi dengan Klien yang Mengalami
Gangguan Pendengaran ............................................................................................ 13
3. Hal-hal yang Perlu Diperhatikan pada Klien dengan
Gangguan Pendengaran............................................................................................. 13
C. Komunikasi pada Klien dengan Gangguan Wicara.......................................... 14
1. Klien dengan Gangguan Wicara....................................................................... 14
2. Teknik Komunikasi pada Klien dengan Gangguan Wicara............................. 14
3. Hal-hal yang Perlu Diperhatikan pada Klien dengan Gangguan
Wicara........................................................................................................................ 14
4. Alat Bantu untuk Berkomunikasi dengan Klien Gangguan Wicara................. 14
D. Penerapan Strategi Pelaksanaan (SP) Komunikasi Terapeutik pada
Klien dengan Gangguan Penglihatan........................................................................ 14
E. Role Play Komunikasi Terapeutik Pada Klien Dengan Gangguan
Penglihatan................................................................................................................. 16
BAB IV PENUTUP
A. Simpulan............................................................................................................ 20
B. Saran................................................................................................................. 20

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................... 21

2
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Komunikasi adalah elemen dasar dari interaksi manusia yang memungkinkan seseorang
untuk menetapkan, mempertahankan dan meningkatkan kontrak dengan orang lain.
Seringkali orang salah berpikir bawa komunikasi adalah sesuatu yang mudah. Namun
sebenarnya adalah proses yang kompleks yang melibatkan tingkah laku dan hubungan serta
memungkinkan individu berasosiasi dengan orang lain dan dengan lingkungan sekitarnya.
Untuk dapat melakukan komunikasi, diperlukan indera untuk menyampaikan dan menerima
pesan yang disampaikan dan juga psikososial yang baik.
Pada klien yang mengalami gangguan penglihatan, pendengaran dan wicara, komunikasi
yang dilakukan pasti akan berbeda dengan klien yang tidak mengalami gangguan terutama
pada media penyampaian pesan, begitu juga dengan pasien gangguan jiwa. Sebagai seorang
perawat, diperlukan pemahaman dan strategi untuk berkomunikasi dengan klien yang
mengalami gangguan tersebut. Tujuannya adalah pesan yang disampaikan perawat dapat
dipahami oleh klien, dan sebaliknya pesan dari klien bisa dipahami oleh perawat.
Berdasarkan masalah tersebut, pada makalah ini kami akan membahas mengenai cara
berkomunikasi pada klien dengan gangguan penglihatan, pendengaran, wicara, dan gangguan
jiwa.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana cara berkomunikasi dengan klien yang mengalami gangguan jiwa?
2. Bagaimana cara berkomunikasi dengan klien yang mengalami gangguan penglihatan?
3. Bagaimana cara berkomunikasi dengan klien yang mengalami gangguan pendengaran?
4. Bagaimana cara berkomunikasi dengan klien yang mengalami gangguan wicara?
5. Bagaimana contoh penerapan strategi pelaksanaan komunikasi terapeutik pada klien
dengan gangguan fisik?

C. Tujuan
1. Mengetahui cara berkomunikasi dengan klien yang mengalami gangguan jiwa
2. Mengetahui cara berkomunikasi dengan klien yang mengalami gangguan penglihatan;
3. Mengetahui cara berkomunikasi dengan klien yang mengalami gangguan pendengaran;
4. Mengetahui cara berkomunikasi dengan klien yang mengalami gangguan wicara;
5. Penerapan strategi pelaksanaan komunikasi terapeutik pada klien.

3
BAB II

PEMBAHASAN

KOMUNIKASI TERAPEUTIK PADA KLIEN GANGGUAN JIWA

Berkomunikasi dengan penderita gangguan jiwa membutuhkan sebuah teknik khusus,


ada beberapa hal yang membedakan berkomunikasi antara orang gangguan jiwa dengan
gangguan akibat penyakit fisik. Perbedaannya adalah :

1. Penderita gangguan jiwa cenderung mengalami gangguan konsep diri,


penderita gangguan penyakit fisik masih memiliki konsep diri yang wajar
(kecuali pasien dengan perubahan fisik, ex : pasien dengan penyakit kulit,
pasien amputasi, pasien pentakit terminal dll).
2. Penderita gangguan jiwa cenderung asyik dengan dirinya sendiri sedangkan
penderita penyakit fisik membutuhkan support dari orang lain.
3. Penderita gangguan jiwa cenderung sehat secara fisik, penderita penyakit fisik
bisa saja jiwanya sehat tetapi bisa juga ikut terganggu.

Komunikasi dengan penderita gangguan jiwa membutuhkan sebuah dasar


pengetahuan tentang ilmu komunikasi yang benar, ide yang mereka lontarkan terkadang
melompat, fokus terhadap topik bisa saja rendah, kemampuan menciptakan dan mengolah
kata kata bisa saja kacau balau.

Ada beberapa trik ketika harus berkomunikasi dengan penderita gangguan jiwa :

1. Pada pasien halusinasi maka perbanyak aktivitas komunikasi, baik meminta


klien berkomunikasi dengan klien lain maupun dengan perawat, pasien
halusinasi terkadang menikmati dunianya dan harus sering harus dialihkan
dengan aktivitas fisik.
2. Pada pasien harga diri rendah harus banyak diberikan reinforcement
3. Pada pasien menarik diri sering libatkan dalam aktivitas atau kegiatan yang
bersama sama, ajari dan contohkan cara berkenalan dan berbincang dengan
klien lain, beri penjelasan manfaat berhubungan dengan orang lain dan
akibatnya jika dia tidak mau berhubungan dll.
4. Pasien perilaku kekerasan, khusus pada pasien perilaku kekerasan maka harus
direduksi atau ditenangkan dengan obat obatan sebelum kita support dengan
terapi terapi lain, jika pasien masih mudah mengamuk maka perawat dan
pasien lain bisa menjadi korban.

Kesehatan jiwa sering berpijak pada beberapa komponen, beberapa komponen


tersebut adalah:

1. Support system : dukungan dari orang lain atau keluarga membantu seseorang
bertahan terhadap tekanan kehidupan, stresor yang menyerang seseorang akan
melumpuhkan ketahanan psikologisnya, dengan dukungan dari sahabat, orang

4
- orang terdekat, suami, istri, orang tua maka seseorang menjadi lebih kuat
dalam menghadapi stressor.
2. Mekanisme Koping : bagaimana cara seseorang berespon terhadap stressor
menjadi satu ciri khas bagi setiap individu, jika responnya adaptif maka
hasilnya tentu perlaku positif, jika responnya negatif hasilnya adalah perilaku
negatif.
3. Harga Diri : jika dia merasa lebih baik dari orang lain maka akan menjadi
sombong, jika dia merasa orang lain lebih baik dari dia maka dia akan
mengalami Harga Diri Rendah.
4. Ideal Diri : Bagaimana cara seseorang melihat dirinya, bagaimana dia
seharusnya : " saya hanya akan menikah dengan seorang wanita anak
pengusaha" comment tersebut adalah ideal diri tinggi, " saya hanya lulusan
SD, menjadi buruh saja saya sudah maksimal" comment ini adalah ideal diri
rendah.
5. Gambaran Diri : apakah seseorang menerima dirinya beserta semua kelebihan
dan kekurangan, meski cantik dia menerima kecantikannya tersebut satu paket
dengan keburukan lain yang menyertai kecantikan tersebut.
6. Tumbuh Kembang : Jika seseorang tidak pernah mengalami trauma maka
dewasa dia tidak akan mengalami memori masa lalu yang kelam atau yang
buruk.
7. Pola Asuh : kesalahan mengasuh orang tua memicu perubahan dalam
psikologis anak.
8. Genetika : Schizofrenia bisa secara genetis menurun ke anak, bahkan pada
saudara kembar peluang nya 50 %.
9. Lingkungan : Lingkungan yang buruk menjadi salah satu faktor pendukung
munculnya gangguan jiwa.
10. Penyalahgunaan Zat : penyalahgunaan zat memicu depresi susunan saraf
pusat, perubahan pada neurotransmitter sehingga terjadi perubahan pada
fungsi neurologis yang berfungsi mengatur emosi.
11. Perawatan Diri : jika seseorang tidak pernah mendapatkan perawatan, ex :
lansia maka dia akan mengalami suatu perasaan tidak berguna jika perasaan
ini berlangsung lama bisa memicu gangguan jiwa.
12. Kesehatan Fisik : gangguan pada sistem saraf mampu merubah fungsi
neurologis, dampak jangka panjangnya jika yang terkena adalah pusat
pengaturan emosi akan memicu gangguan jiwa.

Seharusnya ada banyak faktor yang memicu gangguan jiwa, jika semua faktor bisa direduksi
dan di minimalisir maka ke depan jumlah penderita gangguan jiwa dapat ditekan sekecil
mungkin.

5
Strategi Pelaksanaan pada px gangguan jiwa

A. PROSES KEPERAWATAN
1. Kondisi Klien
a) Data Subjektif (DS)
1. Klien Mengungkapkan keinginan bunuh diri
2. Mengungkapkan keinginan untuk mati
3. Mengungkapkan rasa bersalah dan keputusasaan
4. Ada riwayat berulang percobaan bunuh diri sebelumnya dari keluarga
5. Berbicara tentang kematian, menanyakan tentang dosis obat yang mematikan
6. Mengungkapkan adanya konflik interpersonal
7. Mengungkapkan telah terjadi korban perilaku kekerasan saat kecil
b). Data Objektif (DO)
1. Menunjukkan perilaku yang mencurigakan ( biasanya menjadi sangat patuh)
2. Ada riwayat penyakit mental (depresi, psikosis, dan penyalahgunaan alkohol)
3. Pengangguran (tidak bekerja, kehilangan pekerjaan, atau kegagalan dalam
karier)
4. Status perkawinan yang tidak harmonis

2. Diagnosa Keperawatan
Risiko bunuh diri

3. Tujuan Khusus
1. Klien dapat meningkatkan harga dirinya
2. Klien dapat melakukan kegiatan sehari- hari
3. Klien mendapat perlindungan dari lingkungan

4. Tindakan Keperawatan
Memberikan manajemen koping

B. STRATEGI KOMUNIKASI DALAM PELAKSANAAN TINDAKAN


KEPERAWATAN SP
Prolog:
Disebuah ruang soka rsj Surakarta terdapat pasien gangguan jiwa bernama tuan T, masuk ke
rumah sakit jiwa karena dirumah suka melamun, menyendiri, terlihat sedih apabila diajak
bicara menjawab segala sesuatu akan lebih baik tanpa saya. Dan pernah mencoba
menyayat- nyayat tangannya sendiri hingga terluka.Keluarga berusaha menyingkirkan benda-
benda tajam seperti pisau, gunting disekitar pasien dan selalu memantau pasien hingga
membawanya kerumah sakit jiwa.

6
Percakapan

1. Fase Perkenalan
a). Salam terapeutik
P : Selamat pagi, Bapak!
K : Ya mbak sambil menoleh menghindar ke klien

b). Perkenalan diri perawat dan klien


Perawat : Perkenalkan, nama saya Nur Izza Afi . Bapak bisa panggil saya Izzah.Kalau boleh
tahu nama bapak siapa?
K : heksa
P : Oh, dengan Bapak heksa. Bapak senang dipanggil apa?
K : terserah
P : Baiklah, saya panggil mas saja boleh ya?
K : hm

c). Menyepakati pertemuan


P : Oke. Baiklah mas, bagaimana kalau kita ngobrol-ngobrol sedikit, ya sekitar menit,
bagaimana?
K : hm
P : Mas heksa ingin kita mengobrol dimana?
K : di sini aja

d). Melengkapi identitas


P : Baiklah mas heksa, kami adalah mahasiswa Poltekkes Keperawatan Surabaya yang
bertugas diruangan ini. Kami perawat yang akan membantu merawat mas. Hari ini sampai 2
hari yang akan datang, saya dan teman ini berjaga di shif pagi mulai dari jam 07.00 sampai
jam 14.00 WIB nanti.
K : hm

e). Menjelaskan peran perawat dan klien


P : Disini saya berperan merawat mas heksa untuk memberikan solusi agar masalah yang
dialami mas heksa bisa terselesaikan. Supaya beban masalah yang dialami mas heksa bisa
hilang.
K : kamu siapa ? berani-berani nya kamu ikut campur masalah saya?
P : bukan seperti itu maksud kami , mas heksa. Kami hanya menyelesaikan tugas kami
dalam membantu meringankan beban pasien termasuk mas heksa ini
K : Bukan urusan kamu

f). Menjelaskan tanggung jawab perawat dan klien


P : Apakah mas heksa tidak ingin ke luar dari tempat ini dan dapat melakukan aktifitas
seperti biasanya?
K : iya, pengen

7
P : Oleh sebab itu, semua tindakan yang kami lakukan menjadi tanggung jawab kami. Dan
kami harapkan bapak juga bertanggung jawab untuk sembuh, supaya mas heksa dapat
melakukan aktifitas seperti biasanya minimal mas heksa bias mereedam rasa emosinya
K : hm

g). Harapan perawat dan klien


P : mas heksa, disini saya perlu tekankan bahwa apa yang menjadi harapan mas heksa juga
akan menjadi harapan kami. Karena itu, semua hal yang menjadi keluhan mas heksa,bisa mas
heksa sampaikan kepada kami.
K : hm

h). Kerahasiaan
P : Mas tak perlu kuatir ataupun cemas. Kalau mas tidak keberatan, mas bisa sharing
dengan kami tentang segala permasalahan-permasalahan ataupun keluhan-keluhan yang
sedang bapak alami. Insya Allah, kita bersama-sama mencarikan jalan keluarnya dan saya
tidak akan memberitahukannya pada orang yang tidak berhak untuk tahu akan hal itu.
K : Beneran?
P : betul mas kami akan menjaga semua rahasia mas.

i). Tujuan Hubungan


P : Semua tindakan tentu perlu adanya kerja sama yang baik antara kita. Tujuannya supaya
tindakan yang kami lakukan dapat semaksimal mungkin dan memberikan hasil terbaik untuk
kami dan terutama mas heksa. Bagaimana, mas?
K : Ya

j). Pengkajian keluhan utama


P : Kalau boleh tahu, ada keluhan apa mas saat ini atau apa yang mas heksa rasakan saat
ini?
K : saya ingin cepat mati saja mbak, saya capek hidup tidak ada gunanya
P : memangnya yang membuat mas capek hidup dan ingin mati apa mas?
K : ya pokoknya saya ingin kerja lagi dan punya uang
P : lho, memangnya apa yang terjadi dengan pekerjaan mas heksa?
K : hilang, ditelan bumi
P : apa mas heksa memberhentikan diri dari pekerjaan mas heksa?
K : dipecat
P : Berarti mas dulu bekerja?
K: Ya,saya di phk, dan saya tidak bisa membayar hutang dan memberi ibu dan adik saya
uang
P: Oh, ya saya mengerti. Begini mas.. Umur,Rejeki, dan jodoh itu Tuhan yang mengatur. Apa
mas percaya akan hal itu? .
K: hm
P: Nah..bagus kalo mas heksa paham, berarti mas heksa tidak perlu untuk merasa capek
hidup, atau mas heksa meminum minuman beracun atau berusaha menyayat nyata tangan

8
mas heksa.. karna itu tidak menyelesaikan masalah mas heksa, kan nanti badan mas heksa
sendiri yang sakit. Iya tidak ?
K: mmmmmm. Iya juga sih
P: mas heksa sayang tidak sama keluarga dirumah ibuk dan adiknya?
K: Sayang lah..
P: nah..kalo mas heksa sayang,mas heksa tidak boleh untuk bunuh diri, mas heksa harus
semangat terus.. minta dan berserah diri pada tuhan, dan mas heksa harus yakin dan berusaha
untuk mendapatkan pekerjaan setelah keluar dari sini dan bisa menyahur hutang ya mas?
K: iyaa mbaak, saya ingin menyahur hutang tapi tidak punya uang
P: nah, makanya mas heksa harus sembuh dulu.. Kalau boleh tau mas heksa hobinya apa?
K: Makan kerupuk,sepak bola, balap karung
P: oooh iya iya naah boleh itu mas dijadikan sampingan, kalau mas heksa sudah merasa
lelah atau stresss mas heksa bisa main bola..atau mengobrol sama teman teman.
K : gitu?
P : iya, supaya fikiran mas heksa bisa rileks dan tenang
K : ya

Kontrak yang akan datang

P : Baiklah mas heksa, karena sudah menit, kami pamit. Besok kita bisa mengobrol lagi,
kita sharing lagi, gimana?
K :hm
Waktu
P : mas mau sharingnya ini jam berapa?
K :terserah
P : baiklah mas heksa, besok kami akan ke sini lagi dan kami akan ke sini di jam yang sama
yaitu jam 09:30 WIB ya?
P : ya
Tempat
P : Baik. Bapak mau kita sharing dimana?
K : sini
P : baiklah , besok kita sharing nya di sini
Validasi kontrak P : Baiklah kalau begitu, terima kasih atas waktunya mas heksa.Kami
permisi dulu. Kami akan kembali besok di jam yang sama yaitu jam 09:30 WIB dan di
tempat ini ya
K :hm

2. Fase Orientasi
a). Salam terapeutik
P : Selamat pagi, mas heksa!
K :pagi

9
b). Validasi data
P : Bagaimana perasaan mas heksa sejak kemarin setelah kita bertemu?
K : .fine
P : apakah perasaan mas heksa lebih tenang?
K : .iya, lumayan lah

c). Mengingatkan kontrak Topik


P : Bagaimana mas, apakah masih ingat dengan kegiatan yang kita rencanakan kemarin?
K :ingat
Waktu
P : Apakah mas heksa masih ingat pukul berapa kegiatan yang kita rencanakan dimulai?
K :09:30 WIB
Tempat
P : Dan dimana kita akan melakukannya mas, mas heksa masih ingat?
K :di sini
P : Wah, tampaknya mas heksa bersemangat sekali.
K :ya dongssssss

Fase Kerja
P: Alhamdulillah..Mas Heksa sudah sarapan?
K: Sudah..
P: Gimana rasanya enak ?
K: Enak..
P: Gimana dengan keluarga dirumah?
K: Baik, tadi sudah kesini
P: Terus tadi ngapain aja?
K: Ya ngobrol, terus main, jalan jalan ditaman belakang
P: Berarti sudah baikan dong?
K: iya sih sus..tapi saya masih kepikiran sama tanggung jawab saya pada keluarga, nanti
gimana masa depan keluarga saya, kalau saya tidak bekerja, saya makan apa sus?
P: oh..begitu, Begini saja mas Heksa jangan pesimis dulu Allah itu sudah mengatur rejeki
kita, Sekarang tinggal mas heksa untuk berusaha dan berdoa kepada Tuhan. Seingat saya
kemarin mas heksa bilang kalau salah satu hobi mas heksa main computer ya?
K: Iya kenapa emang?
P: Nah, Ya itu bisa dijadikan ladang pekerjaan mas heksa
K: Gimana caranya?
P: kan sekarang banyak bisnis online, coba mas heksa ikutan. Kaya jual baju, peralatan bola
atau mungkin mas heksa punya ide yang lain boleh dicoba.
K: mmmm iya ya,, kenapa gak terpikirkan dari dulu ya?
P: iya mas..apa ada yg masih dipendam ?Kalau masih ada kita bisa sharing
K: Gak Ada sus..ya itu tadi aja yg bikin saya mikir dan tidak tenang sehingga saya ingin
bunuh diri
P: Sebaiknya kalau punya jangan dipendam masalah, di sharing ke keluarga, sahabat, atau
teman mas. Nanti kalau bunuh diri kasian keluarganya, nanti keluarga mas malah terlantar.

10
K: emm iya sus, saya sekarang menyesal, atas perbuatan saya sebelumnya.
P: Nah gitu dong..sekarang mas heksa harus berpikiran bahwa tidak ada masalah yang tidak
dapat diselesaikan.

Fase Terminasi
Salam terapeutik
P : Baiklah mas, karena mas heksa sudah bisa sharing ke kami dan masalah mas heksa
sudah terselesaikan, kami permisi dulu, terima kasih atas kerja samanya, dan kalau mas heksa
perlu bantuan, mas heksa bisa panggil saya diruang perawat. Dan saya doakan supaaya cepat
pulang dan beraktifitas Selamat pagi, mas!
K : Iya sus terimakasih juga atas masukan dan solusinya , pagi juga sus

BAB III
PEMBAHASAN

A. Komunikasi pada Klien dengan Gangguan Penglihatan


1. Klien dengan Gangguan Penglihatan
Gangguan penglihatan dapat terjadi baik karena kerusakan organ, misalnya kerusakankornea,
lensa mata, kekeruhan humor viterius, dan kerusakan saraf penghantar impuls menuju otak.
Kerusakan di tingkat persepsi antara lain dialami klien dengan kerusakan otak. Semua ini
mengakibatkan penurunan visus hingga dapat menyebabkan kebutaan, baik parsial maupun
total. Akibat kerusakan visual, kemampuan menangkap rangsang ketika berkomunikasi
sangat bergantung pada pendengaran dan sentuhan. Oleh karena itu, komunikasi yang
dilakukan harus mengoptimalkan fungsi pendengaran dan sentuhan karena fungsi penglihatan
sedapat mungkin harus digantikan oleh informasi yang dapat ditransfer melalui indra yang
lain.

2. Teknik Komunikasi dengan Klien yang Mengalami Gangguan Penglihatan


Berikut adalah teknik-teknik yang perlu diperhatikan selama berkomunikasi dengan klien
yang mengalami gangguan penglihatan.
a. Sedapat mungkin ambil posisi yang dapat dilihat klien bila ia mengalami kebutaan
parsial atau sampaikan secara verbal keberadaan atau kehadiran perawat ketika berada
didekatnya.
b. Identifikasi diri perawat dengan menyebutkan nama dan tugas.
c. Berbicara menggunakan nada suara normal karena kondisi klien tidak
memungkinkanya menerima pesan verbal secara visual. Nada suara memegang peranan besar
dan bermakna bagi klien.
d. Terangkan alasan ketika akan menyentuh atau mengucapkan kata-kata sebelum
melakukan sentuhan pada klien
e. Informasikan kepada klien ketika akan meninggalkanya atau memutus komunikasi
f. Orientasikan klien dengan suara-suara yang terdengar disekitarnya.
g. Orientasikan klien pada lingkunganya bila klien dipindah ke lingkungan atau ruangan
yang baru.

11
3. Syarat-syarat Komunikasi pada Klien dengan Gangguan Penglihatan
Ketika melakukan komunikasi terapeutik dengan klien dengan gangguan sensori penglihatan,
perawat dituntut untuk menjadi komunikator yang baik sehingga terjalin hubungan terapeutik
yang efektif antara perawat dan klien, untuk itu syarat yang harus dimiliki oleh perawat
dalam berkomunikasi dengan klien yang mengalami gangguan sensori penglihatan
adalah sebagai berikut.
a. Adanya kesiapan, maksudnya yaitu pesan atau informasi, cara penyampaian, dan
saluarannya harus dipersiapkan terlebih dahulu secara matang.
b. Kesungguhan, artinya apapun wujud dari pesan atau informasi tersebut tetap harus
disampaikan secara sungguh-sungguh atau serius.
c. Ketulusan, artinya sebelum individu memberikan informasi atau pesan kepada indiviu
lain,pemberi informasi harus merasa yakin bahwa apa yang disampaikan itu merupakan
sesuatu yang baik dan memang perlu serta berguna.
d. Kepercayaan diri, artinya jika perawat mempunyai kepercayaan diri maka hal ini akan
sangat berpengaruh pada cara penyampaian pesan kepada pasien.
e. Ketenangan, artinya sebaik apapun dan sejelek apapun pesan yang akan disampaikan,
perawat harus bersifat tenang, tidak emosi maupun memancing emosi pasien, karena dengan
adanya ketenangan maka informasi akan lebih jelas, baik dan lancar.
f. Keramahan, artinya bahwa keramahan ini merupakan kunci sukses dari kegiatan
komunikasi, karena dengan keramahan yang tulus tanpa dibuat-buat akan menimbulkan
perasaan tenang, senang dan aman bagi penerima.
g. Kesederhanaan, artinya di dalam penyampaian informasi, sebaiknya dibuat
sederhana, baik bahasa, pengungkapan dan penyampaiannya. Meskipun informasi itu panjang
dan rumit akan tetapi kalau diberikan secara sederhana, berurutan dan jelas maka akan
memberikan kejelasan informasi dengan baik.

4. Hal-Hal yang Perlu Diperhatikan dalam Komunikasi pada Klien Gangguan


Penglihatan.
Agar komunikasi dengan orang dengan gangguan sensori penglihatan dapat berjalan lancar
dan mencapai sasarannya, maka perlu juga diperhatikan hal-hal sebagai berikut.
a. Pertimbangkan isi dan nada suara
b. Periksa lingkungan fisik
c. Perlu adanya ide yang jelas sebelum berkomunikasi
d. Komunikasikan pesan secara singkat
e. Komunikasikan hal-hal yang berharga saja.
f. Dalam merencanakan komunikasi, berkonsultasilah dengan pihak lain agar memperoleh
dukungan.

B. Komunikasi pada Klien dengan Gangguan Pendengaran

1. Klien dengan Gangguan Pendengaran


Pada klien dengan gangguan pendengaran, media komunikasi yang paling sering digunakan
adalah media visual. Klien menangkap pesan bukan dari suara yang di keluarkan orang lain,
tetapi dengan mempelajari gerak bibir lawan bicaranya. Kondisi visual menjadi sangat
penting bagi klien, sehingga dalam melakukan komunikasi, upayakan supaya sikap dan
gerakan anda dapat ditangkap oleh indra visualnya.

12
2. Teknik Komunikasi dengan Klien yang Mengalami Gangguan Pendengaran
Berikut adalah tehnik-tehnik komunikasi yang dapat digunakan klien dengan pendengaran.
a. Orientasikan kehadiran diri perawat dengan cara menyentuh klien atau memposisikan
diri di depan klien.
b. Usahakan menggunakan bahasa yang sederhana dan bicaralah dengan perlahan untuk
memudahkan klien membaca gerak bibir.
c. Usahakan berbicara dengan posisi tepat di depan klien dan pertahankan sikap tubuh dan
mimik wajah yang lazim.
d. Jangan mengunyah sesuatu misalnya makanan atau permen karet saat melakukan
pembicaraan.
e. Gunakan bahasa pantomim bila memungkinkan dengan gerakan sederhana dan
perlahan.
f. Gunakan bahasa isyarat atau bahasa jari bila perawat bisa dan jika diperlukan.
g. Apabila ada sesuatu yang sulit untuk dikomunikasikan, cobalah sampaikan pesan dalam
bentuk tulisan atau gambar.
h. Jika klien memakai alat bantu dengar dan masih memiliki kesulitan mendengar, periksa
alat bantu dengar meliputi apakah alat bantu dengar terpasang, sudahkah dihidupkan,
disesuaikan dan memiliki baterai yang bekerja. Jika hal-hal ini sudah diperiksa tetapi klien
masih memiliki kesulitan mendengarmaka hal yang perlu dilakukan yaitu cari tahu kapan
klien terakhir melakukan evaluasi pendengaran
i. Jauhkan tangan dari wajah saat berbicara
j. Mengurangi atau menghilangkan kebisingan sebanyak mungkin ketika melakukan
pembicaraan
k. Bicaralah dengan cara yang normal tanpa berteriak.
l. Pastikan pencahayaan tidak tepat bersinar di mata orang tuna rungu
m. Jika klien mengalami kesulitan memahami pesan, temukan cara yang berbeda untuk
mengatakan hal yang sama, bukan mengulangi kata-kata
n. Gunakan bahasa sederhana, kalimat singkat untuk membuat pesan lebih mudah
dimengerti
o. Menulis pesan jika perlu
p. Jangan terburu-buru

3. Hal-hal yang Perlu Diperhatikan pada Klien dengan Gangguan Pendengaran


Hal-hal yang perlu diperhatikan sebelum berkomunikasi dengan klien yang mengalami
gangguan pendengaran adalah sebagai berikut.
a. Periksa adanya bantuan pendengaran dan kaca mata
b. Kurangi kebisingan
c. Dapatkan perhatian klien sebelum memulai pembicaraan
d. Berhadapan dengan klien dimana ia dapat melihat mulut anda
e. Jangan mengunyah permen karet
f. Bicara pada volume suara normal, jangan berteriak
g. Susun ulang kalimat jika klien salah mengerti
h. Sediakan penerjemah bahasa isyarat jika diindikasikan

13
C. Komunikasi pada Klien dengan Gangguan Wicara

1. Klien dengan Gangguan Wicara


Gangguan wicara dapat terjadi akibat kerusakan organ lingual, kerusakan pita suara, ataupun
gangguan persyarafan. Berkomunikasi dengan klien dengan gangguan wicara memerlukan
kesabaran supaya pesan dapat dikirim dan ditangkap dengan benar. Klien yang mengalami
gangguan wicara umumnya telah belajar berkomunikasi dengan menggunakan bahasa isyarat
atau menggunakan tulisan dan gambar.

2. Teknik Komunikasi pada Klien dengan Gangguan Wicara


Teknik dalam berkomunikasi dengan klien gangguan wicara adalah sebagai berikut.
a. Dengarkan dengan penuh perhatian, kessabaran, dan jagan menginterupsi
b. Ajukan pertanyaan sederhana yang hanya membutuhkan jawaban ya dan tidak.
c. Berikan waktu untuk terbentuknya pemahaman dan respon.
d. Gunakan petunjuk visual ( kata-kata, gambar, dan objek ) jika mungkin.
e. Hanya ijinkan satu orang untuk berbicara pada satu waktu.
f. Jangan berteriak atau berbicara terlalu keras.
g. Beritahu klien jika anda tidak mengerti.
h. Bekerja sama dengan ahli terapi bicara jika dibutuhkan.

3. Hal-hal yang Perlu Diperhatikan pada Klien dengan Gangguan Wicara


Hal-hal yang perlu diperhatikan yaitu sebagai berikut.
a. Perawat benar-benar dapat memperhatikan mimik dan gerak bibir klien.
b. Usahakan memperjelas hal yang disampaikan dengan mengulang kembali kata-kata
yang diucapkan klien.
c. Mengendalikan pembicaraan supaya tidak membahas terlalu banyak topik.
d. Mengendalikan pembicaraan sehingga menjadi lebih rileks dan pelan.
e. Memperhatikan setiap detail komunikasi sehingga pesan dapat diterima dengan baik.
f. Apabila perlu, gunakan bahasa tulisan dan simbol.
g. Apabila memungkinkan, hadirkan orang yang terbiasa berkomunikasi lisan dengan
klien untuk menjadi mediator komunikasi.

4. Alat Bantu untuk Berkomunikasi dengan Klien Gangguan Wicara


Berikut ada;ah alat bantu yang digunakan untuk berkomunikasi dengan klien gangguan
wicara.
a. Papan tulis dan spidol
b. Papan komunikasi dengan kata, huruf, atau gambar yang umum untuk menunjukkan
kebutuhan dasar
c. Alarm pemanggil
d. Bahasa isyarat
e. Penggunaan kedipan mata atau gerakan jari untuk respon sederhana (ya dan tidak)

D. Penerapan Strategi Pelaksanaan (SP) Komunikasi Terapeutik pada Klien dengan


Gangguan Penglihatan
Strategi pelaksanaan pada klien dengan gangguan penglihatan dapat diberikan kepada klien
itu sendiri dan diberikan kepada orang tua klien.
1. Strategi pelaksanaan (SP) komunikasi terapeutik pada klien dengan gangguan
penglihatan
14
Fase orientasi:
a. Salam terapeutik
Selamat pagi dik? Saya suster Suci yang bertugas pada pagi ini. Siapa nama adik?

b. Evaluasi/validasi
Bagaimana perasaan adik hari ini? Apakah adik ayu bisa tidur dengan nyenyak?

c. Kontrak
1) Topik: Bagimana kalau kita berbincang-bincang tentang penyakit yang adik alami ini?
Dan akibat adik merasa takut dan khwatir?
2) Tempat : Di mana kita akan berbicara dik ayu? Di ruangan ini?
3) Waktu : Baiklah, kita akan berdiskusi selama kurang lebih 30 menit ya dik ayu.

Fase kerja:
Nah dik ayu belum mengetahui tentang penyebab buta yang dialami dik ayu kan?, baiklah
saya akan menjelaskan tentang penyebab buta yang dik ayu alami sekarang, karena kepala
dik ayu dulu waktu kecelakaan itu terkena benturan selain itu gangguan penglihatan dapat
terjadi karena kerusakan organ misalnya kornea, lensa mata, kekeruhan humoris viterius,
serta kerusakan saraf penghantar impuls menuju otak. Semua ini mengakibatkan penurunan
visus hingga dapat menyebabkan kebutaan. Apakah dik ayu sudah paham dengan penjelasan
saya? Bagus sekali, tapi sekarang dik ayu sudah mendapatkan pendonor mata, sebentar lagi
dik ayu bisa melihat. Disini dokter anastesi sudah menjadwalkan operasi dik ayu, dik ayu
tidak usah khwatir. Karena operasi ini jalan terbaik untuk dik ayu dan pastinya operasinya
akan berjalan lancar. Oh iya, sebelum dilakukan operasi, saya akan mengambil sample darah
dik ayu untuk pemeriksaan laboratorium ya? Nah sudah selesai, sekarang saya akan
memeriksa tanda-tanda vital dik ayu. Permisa ya dik? Dik ayu, bagaimana perasaan dik ayu
sekarang? Kenapa? Masih takut? Iya nanti sebelum operasi dik ayu ingat berdoa ya, semoga
operasinya berjalan dengan lancar.

Fase terminasi:
a. Evaluasi respon klien terhadap tindakan keperawatan

1) Evaluasi subyektif:
Bagaimana perasaan adik ayu setelah berbincang-bincang tentang penyakit yang adik
rasakan? Apakah adik ayu bisa menjelaskan kembali? Nah betul sekali.

2) Evaluasi obyektif:
Nah adik ayu hasil lab dik ayu baik jadi adik ayu bisa cepat dioperasinya, dan hasil ttv
tekanan darah 120/80mmHg. Suhu 36,8C, nadi 88x/mnt, dan respirasi 20x/menit. Karena
dik ay sudah mengetahui penyebab tentang penyakit dik ayu sekarang jadi adik tidak oleh
khwatir lagi.

b. Tindak lanjut klien


Jadi, dik ayu sekarang boleh beristirahat dulu sambil menunggu perawat anastesi menjemput
adik untuk operasi.

15
c. Kontrak yang akan datang
1) Topik: nah dik ayu, nanti saya akan kesini lagi untuk melihat keadaan adik ayu ya?
2) Tempat: kita akan bertemu lagi ditempat ini?
3) Waktu: baiklah dik ayu, kita akan berbincang-bincang lagi sekitar 30 menit. Saya
perisi dulu ya, sampai jumpa

2. Strategi pelaksanaan (SP) komunikasi terapeutik pada orang tua klien


Fase orientasi:
Selamat pagi/siang/sore, Pak/Bu. Saya suster suci, Siapa nama Bapak/Ibu? Bagaimana
perasaan Bapak/Ibu hari ini? Bagimana kalau kita berbincang-bincang tentang penyakit yang
diderita anak bapak? Di mana kita akan berbicara, Pak/Ibu? Di ruangan ini? Baiklah, kita
akan berdiskusi selama kurang lebih 30 menit.

Fase kerja:
Bapak/ Ibu, apakah bapak/ibu mengetahui apa yang dimaksud dengan gangguan
penglihatan? Oh tidak, baiklah akan saya jelaskan, selain benturan gangguan penglihatan
dapat terjadi karena kerusakan organ misalnya kornea, lensa mata, kekeruhan humoris
viterius, serta kerusakan saraf penghantar impuls menuju otak. Semua ini mengakibatkan
penurunan visus hingga dapat menyebabkan kebutaan. Apakah bapak/ibu paham?
Bapak/ibu, saya telah selesai mengambil sample darah anak bapak/ibu, dan hasilnya normal.
Jadi anak bapak/ibu bisa segera dioperasi. Bapak/ibu jangan khawatir, karena operasi ini akan
berjalan dengan lancar. Saya harap bapak/ibu selalu menemani anak bapak/ibu sampai
operasi dimulai.
Fase terminasi:
Bagaimana perasaan Bapak/Ibu setelah tadi kita berbincang-bincang tentang gangguan
penglihatan? Dapatkah Bapak/Ibu jelaskan lagi? Bagus, Bapak/Ibu sudah memahaminya.
Bapak/Ibu Saya akan kesini lagi nantu untuk melihat kondisi anak Bapak/Ibu. Saya pamit
dulu,, Pak/Bu. Sampai jumpa.

ROLE PLAY KOMUNIKASI TERAPEUTIK PADA KLIEN DENGAN GANGGUAN


PENGLIHATAN

Narasi
1 tahun berlalu setelah kejadian tragis yang menimpa gadis berusia 17 tahun yang
mengakibatkan kebutaan pada gadis itu. Pada tanggal 24 November 2015 di pagi yang cerah
keluarga bapak Muhammad telah mendapatkan kabar gembira dari pihak Rumah Sakit
Mounth Elisabeth bahwa sudah ada pendonor mata untuk putrinya. Bapak muhammad masih
menyembunyikan kabar tersebut dari putrinya. Bapak muhammad mengatakan ke putrinya
akan berlibur ke luar negeri.
(Percakapan di dalam pesawat)
Anak : Ayah, kita mau berlibur kemana?
Ayah : Kita akan pergi ke suatu tempat. Dimana tempat itu akan memberikan
perububahan untuk keluarga kita.nak?
Anak : Hah perubahan? Perubahan apa ayah? ( terheran)
Ayah : Nanti ayah kasih tahu kalau kita sudah sampai. Bersabarlah!

16
(Tiba di Rumah Sakit Mounth Elisabeth)
Anak : ayah kita ada dimana sekarang?
Ayah : Inilah tempatnya nak, bahwa disini kamu sudah mendapatkan pendonor mata yang
cocok untuk kamu. Jadi kamu sekarang akan dilakukan operasi mata.
Anak : Hah,,, yang benar ayah? Makasih ayah. (Dengan penuh bahagia dan berdoa)
Terimakasih tuhan. Sekian lama aku menunggu adanya pendonor mata yang cocok
untukku. Akhirnya engkau telah mengabulkannya dan sebentar lagi aku bisa melihat
Ayah : Iya nak. Ayah juga ikut bahagia.
Setelah beberapa jam menunggu akhirnya perawat mempersilahkan bapak muhammad dan
putrinya masuk keruangan perawat.

FASE ORIENTASI
Perawat : selamat pagi pak, saya perawat suci yang bertugas pada pagi ini. Bapak dengan
bapak muhammad yang berasal dari surabaya indonesia? (teknik broad opening)
Ayah : iya sus, saya sendiri dan ini putri saya ayu.
Perawat : info dari pihak rumah sakit, bahwa anak bapak akan dilakukan operasi mata besok
pukul 09.00 pagi. Sebelumnya, ini ada beberapa formulir persetujuan dan syarat untuk
dilakukan tindakan operasi kepada putri bapak, silahkan bapak bisa baca dahulu dan bisa
diisi. (teknik informing)
Ayah :iya sus, (bapak sedang membaca dan mengisi formulir yang telah tersedia) Ini sus
sudah selesai, terimakasih sus. Sus, kenapa ya anak saya bisa buta, padahal waktu kecelakaan
dia hanya terbentur sus.
Perawat : baik saya akan jelaskan, gangguan penglihatan dapat terjadi karena kerusakan
organ misalnya kornea, lensa mata, kekeruhan humoris viterius, serta kerusakan saraf
penghantar impuls menuju otak. Semua ini mengakibatkan penurunan visus hingga dapat
menyebabkan kebutaan, akibatnya kemampuan menangkap rangsang ketika berkomunikasi
sangat bergantung pada pendengaran dan sentuhan. (teknik informing)
Ayah : oh seperti itu ya sus? Jadi disaat saya berkomunikasi dengan anak saya, saya harus
menggunakan teknik mendengar dan sentuhan. Iya sus terimakasih.
Perawat : iya pak sama-sama.

Perawat berkomunikasi dengan putri bapak Muhammad dan duduk di depan putri bapak
muhammad.

Perawat : selamat pagi dik? Perkenalkan saya dengan perawat sucilatul, adik bisa panggil
saya suster suci. Adik dengan adik siapa? (Sambil menggenggam tangan anak tersebut)
(teknik broad opening)
Anak : pagi juga suster suci, saya dengan ayu avitha.
Perawat : adik suka dipanggil dengan nama siapa?(teknik broad opening)
Anak : ayu saja sus.
Perawat : wahh nama yang cantik seperti orangnya.
Anak : ah suster suci bisa saja.
Perawat : adik ayu, bagaimana keadaan adik ayu sekarang? (teknik broad opening)
Anak : ya beginilah sus.
Perawat : Maaf adik ayu, keadaan seperti apa yang adik ayu maksud? (teknik focussing)
Anak : sebenarnya saya merasa bahagia, namun disisi lain saya juga merasa sedih.

17
Perawat : (teknik diam)
Anak :saya kesal dengan teman-teman saya sus, semenjak kecelakaan yang menimpa
saya, teman-teman saya berubah. Mereka menjauhi saya, mungkin mereka malu berteman
dengan saya apalagi dengan kondisi saya sepeti ini.
Perawat: oh........lalu? (mendengarkan)
Anak : jadi saya merasa tidak mempunyai teman, sampai-sampai saya berfikir untuk
berhenti kuliah sus, tapi untungnya ayah selalu menyemangati dan mendukung saya sus.
Perawat : iya adik ayu, meskipun keadaan adik ayu seperti ini tapi adik ayu tidak boleh
putus asa dan pesimis dan selalu optimis untuk menjalani hidup ini. Adik ayu tenang saja,
operasi ini adalah jalan terbaik untuk adik ayu. (teknik saran)
Ayah : nah dengerin itu nak, apa yang dikatakan suster suci itu benar. Kamu jangan merasa
minder ataupun putus asa.
Anak : iya ayah.
Perawat : dik ayu apa yang sedang adik pikirkan? Saya lihat dari ekspresi wajah adik
sepertinya adik marah dengan saya. (teknik membagi persepsi)
Anak : tidak sus, saya hanya merasa bersalah dengan diri saya dan ayah saya.
Ayah : iya anakku, jangan merasa salah sendiri.
Anak : iya ayah.
Perawat : nah adik ayu sekarang saya akan melakukan pengambilan sample darah untuk
pemeriksaan laboratorium, untuk persyaratan sebelum dilakukan tindakan operasi besok
pagi.(teknik informing)
Anak: iya sus.
Perawat : perawat meninggalkan pasien untuk mengambil alat pengambilan darah.

FASE KERJA
Perawat : permisi dik ayu, saya kembali lagi untuk mengambil darah dik ayu, apakah dik
ayu bersedia?(teknik broad opening)
Anak : iya sus, silahkan.
Perawat : Adik nanti akan terasa sedikit sakit, tetapi saya akan melakukannya dengan cepat
adik(teknik refleksi)
Anak : Iya suster
Perawat : (perawat mengambil sample darah)
Nah sudah selesai dik, apa yang adik pikirkan sekarang? Kenapa adik ayu saya lihat
cemas?
Anak : saya takut sus, ini adalah operasi pertama saya. Saya benar-benar takut.
Perawat : dik ayu tenang saja, jangan takut, semua tim yang ikut dalam operasi nanti adalah
tim yang sudah professional dan sering menangani masalah seperti dik ayu. Sebaiknya dik
ayu sekarang rileks dan tetap berdoa ya, agar operasi ini berjalan lancar.(teknik refleksi)
Anak : iya suster.
Ayah : sus, kapan hasil labnya keluar?
Perawat : mungkin nanti sore pak, jika sudah keluar saya akan memberi tahu bapak.(teknik
informing)
Ayah : iya sus terimakasih.

18
FASE TERMINASI
Perawat : Bagaimana perasaannya adik ayu sekarang?(teknik broad opening)
Anak : Saya sudah lebih tenang sekarang setelah suster tadi memberi penjelasan
Perawat : Iya dik, dik ayu, karena saya sudah selesai mengambil sample darah dik ayu, saya
tinggal dulu ya. Besok sekitar jam 06.00 saya akan kembali lagi di tempat ini, nanti akan ada
suster lain yang akan memeriksa dik ayu. Sebelum saya tinggalkan,apakah ada dik ayu
tanyakan?
Anak : tidak sus.
Perawat : iya adik ayu sekarang bisa beristirahat. Bapak muhammad juga bisa beristirahat
disini, sampai jumpa.
Ayah : iya suster.
Keesokan harinya, pagi yang cerah di rumah sakit mounth elizabet singapura.

FASE ORIENTASI
Perawat : selamat pagi dik ayu? Apakah masih ingat dengan saya?(teknik broad opening)
(sambil memegang tangan pasien dan tersenyum)
Anak : pagi juga, ini dengan, dengan.. suster suci iya?
Perawat : betul sekali, bagaimana dik ayu apakah bisa tidur nyenyak?
Anak : tidak sus, saya tidak bisa tidur karena saya kepikiran dengan operasinya.
Perawat : oh jadi dik ayu tidak bisa tidur karena kepikiran dengan operasi?
(teknik restarting)
Anak : iya sus, saya benar-benar takut.
Perawat : nah dik ayu, jangan takut, katanya pingin sembuh, nanti sebelum operasi adik bisa
berdoa ya?(teknik saran)
Anak : iya suster.

FASE KERJA
Perawat : dik ayu saya kesini untuk memeriksa suhu dan tensi dik ayu untuk mengetahui
keadaan dik ayu sekarang agar nanti operasinya bisa berjalan lancar.(teknik inforing)
Anak : iya suster, silahkan.
Perawat : (melakukan pemeriksaan tekanan darah, suhu, nadi, respirasi). Nah sudah selesai
dik ayu, sekarang adik ayu bisa beristirahat dan menunggu jadwal operasinya ya?
Ayah : sus, hasil lab yang kemarin bagaimana?
Perawat : oh iya pak, hasilnya bagus, jadi putri bapak bisa segera dilakukan operasi.
Ayah : iya sus, kalau hasil pemeriksaannya tadi sus, apakah baik-baik saja?
Perawat : dari pemeriksaan saya tadi didapatkan tekanan darahnya 120/80 mmHg, suhunya
36,8 C, Nadi 88x/menit, dan Respirasinya 20x/menit pak, semua dalam batas normal, jadi
bapak tidak perlu khawatir.
Ayah : iya sus terimakasih.

FASE TERMINASI
Perawat : bapak, apakah bapak masih ingat kenapa putri bapak bisa buta?
(teknik klarifikasi)
Ayah : iya sus, masih. Selain terbentur, gangguan penglihatan dapat terjadi karena
kerusakan organ misalnya kornea, lensa mata, kekeruhan humoris viterius, serta kerusakan
saraf penghantar impuls menuju otak. Semua ini mengakibatkan penurunan visus hingga

19
dapat menyebabkan kebutaan, akibatnya kemampuan menangkap rangsang ketika
berkomunikasi sangat bergantung pada pendengaran dan sentuhan
Perawat : betul sekali, nah pak saya pamit permisi dulu ya pak? Bapak bisa menemani putri
bapak disini sambil menunggu perawat ruang operasi menjumput putri bapak kesini.
Ayah : baiklah sus.
Perawat : adik, suster tinggal dulu ya, adik istirahat dulu disini sambil menunggu
operasinya, ingat adik ayu berdoa agar nanti operasinya berjalan lancar dan cepat
selesai. (teknik saran)
Anak : iya sus, terimakasih banyak suster suci.
Perawat : sama-sama dik ayu.

Sembari menunggu operasi, bapak muhammad dan putrinya beristirahat diruangan tersebut.
SEKIAN

BAB IV
PENUTUP
A. Simpulan
Klien yang mengalami gangguan penglihatan bisa terjadi akibat adanya kerusakan
organ penglihatan sehingga komunikasi yang dilakukan harus mengoptimalkan fungsi
pendengaran dan sentuhan karena fungsi penglihatan sedapat mungkin harus digantikan oleh
informasi yang dapat ditransfer melalui indra yang lain. Selain itu perlu menggunakan
strategi dan memperhatikan hal-hal tertentu agar komunikasi yang terjadi dapat berjalan
lancar.
Pada klien dengan gangguan pendengaran, media komunikasi yang paling sering
digunakan adalah media visual. Kondisi visual menjadi sangat penting bagi klien, sehingga
dalam melakukan komunikasi, upayakan supaya sikap dan gerakan dapat ditangkap oleh
indra visualnya.
Gangguan wicara dapat terjadi akibat kerusakan organ lingual, kerusakan pita suara,
ataupun gangguan persyarafan. Berkomunikasi dengan klien dengan gangguan wicara
memerlukan kesabaran supaya pesan dapat dikirim dan ditangkap dengan benar. Klien yang
mengalami gangguan wicara umumnya telah belajar berkomunikasi dengan menggunakan
bahasa isyarat atau menggunakan tulisan dan gambar.
Penerapan strategi pelaksanaan pada klien dengan gangguan fisik yaitu gangguan
penglihatan dapat diberikan kepada klien itu sendiri dan diberikan kepada orang tua klien.
Gangguan jiwa menurut Yosep(2007) adalah kumpulan dari keadaan keadaan yang
tidak normal, baik yang berhubungan dengan fisik, maupun dengan mental. Ada tiga faktor
penyebab gangguan jiwa yaitu : Faktor somatic (somatogenik) atau organobiologis, faktor
psikologik (psikogenik) atau psikoedukatif dan faktor sosio-budaya(sosiogenik) atau
sosiokultural. Gejala umum yang muncul pada seseorang yang mengalami gangguan mental
(Sundari,2005) adalah : keadaan fisik, keadaan mental dan keadaan emosi. Tujuan
komunikasi pada pasien jiwa yaitu perawat dapat memahami orang lain,menggali perilaku
klien, memahami perlunya member pujiandan memperoleh informasi klien.
B. Saran
Ketika berkomunikasi dengan klien yang mengalami gangguan fisik seperti gangguan
penglihatan, pendengaran, wicara, dan jiwa diperlukan pemahaman dan kesabaran terhadap
klien serta perlu strategi komunikasi dan mempertimbangkan media yang digunakan yang
disesuaikan dengan kondisi klien, agar pesan tetap dapat diterima.
20
DAFTAR PUSTAKA

Arwani. (2003). Komunikasi dalam Keperawatan. Jakarta: EGC.


Cangara, Hafied. (2004). Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta : Raja Grafindo Persada.
Indrawati. (2003). Komunikasi Untuk Perawat, Jakarta: EGC
Machfoedz, Machmud. (2009). Komunikasi Keperawatan (Komunikasi Terapeutik).
Yogjakarta: Ganbika.

Http://isnaynihuda.blogspot.co.id. 2012. Komunikasi pada Klien dengan Gangguan.Diunduh


15 November 2015. Pukul 16.00 WIB.
Https://flloraliwu.wordpress.com. 2015. Penerapan Komunikasi Terapeutik pada Pasien
dengan Gangguan Penglihatan.
https://www.academia.edu/5112195/KOMUNIKASI_TERAPEUTIK_PADA_GANGGUAN
_JIWA

21

You might also like