You are on page 1of 38

Asuhan Keperawatan Kegawatdaruratan

Diare Akut Pada Anak


Untuk Pemenuhan Tugas Seminar Blok Emergency Nursing Care 2

Disusun oleh :
Devi Putriani Ellya Shahnaz Fitriani

Nor Said Muhammad Zainova Nur H

Dewi Prastika Rizka Ayu Nur Aisyah

Sahal Pitiha Nur Fadlilah

Erina Dwi Cahayani Winda Aprilia Saputri

Ahmad Mutholib Dinar Puspahati

Mety Eva Rahayu

PROGRAM STUDI NERS (TAHAP AKADEMIK)


FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG
TAHUN 2017/2018

KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, karena dengan karunia-
NYA kami dapat menyelesaikan makalah Seminar Sistem Muskuloskeletal yang
berjudul Asuhan Keperawatan Kegawatdaruratan Diare Akut Pada Anak ini
dengan baik dan tepat pada waktunya. Meskipun dalam penyusunannya kami
banyak mengalami hambatan.
Kami sampaikan terimakasih kepada dosen pembimbing yang telah
membantu dan membimbing kami dalam mengerjakan makalah ini. Kami juga
mengucapkan terimakasih kepada teman-teman mahasiswa yang telah memberi
konstribusi baik langsung maupun tidak langsung dalam pembuatan makalah ini.
Tentunya ada hal-hal yang ingin kami berikan kepada masyarakat dari
hasil makalah ini. Karena ini kami berharap semoga makalah ini dapat menjadi
sesuatu yang berguna bagi kita semua.
Penyusun menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini jauh dari
kesempurnaan, untuk itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang
bersifat membangun guna sempurnya makalah ini. Penulis berharap semoga
makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca.

Semarang, 04 Oktober 2017


Penulis,

Kelompok 3

2
DAFTAR ISI

Daftar Isi .......................................................................................................... 3


BAB I PENDAHULUAN ............................................................................... 4
Latar Belakang ..................................................................................... 4
Tujuan Penulisan .................................................................................. 5
Metode Penulisan ................................................................................. 5
Sistematika Penulisan .......................................................................... 5
BAB II KONSEP DASAR .............................................................................. 7
Pengertian ............................................................................................ 7
Etiologi ................................................................................................. 7
Patofisiologi ............................................................................................... 9
Manifestasi Klinis ................................................................................ 10
Penatalaksanaan ................................................................................... 11
Pengkajian fokus................................................................................... 20
Pathways Keperawatan ........................................................................ 25
Diagnosa Keperawatan ........................................................................ 26
Focus Intervensi & Rasional ................................................................ 26
BAB III PEMBAHASAN BERDASARKAN KASUS .................................. 33
Skenario Kasus .................................................................................... 33
Pengkajian ............................................................................................ 33
Diagnosa Keperawatan ........................................................................ 34
Intervensi ............................................................................................. 35
BAB IV PENUTUP ......................................................................................... 38
Kesimpulan .......................................................................................... 38
Saran .................................................................................................... 38
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 39

3
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Diare pada anak merupakan masalah kesehatan dengan angka kematian
yang masih tinggi terutama pada anak umur 1-4 tahun. Masalah ini
memerlukan penatalaksanaan yang tepat dan memadai. Secara umum
penatalaksanaan diare akut ditujukan untuk mencegah dan mengobtai
dehidrasi, gangguan keseimbangan elektrolit, malabsorbsi akibat kerusakan
mukosa usus, Penyebab diare yang spesifik, gangguan gizi serta mengobati
penyakit penyerta.
Penyakit diare merupakan penyakit endemis di Indonesia dan juga
merupakan penyakit potensial KLB yang sering disertai dengan kematian.
Pada tahun 2015 terjadi 18 kali KLB Diare yang tersebar di 11 provinsi, 18
kabupaten/kota, dengan jumlah penderita 1. 213 orang dan kematian 30 orang
(CFR 2,47%). Angka kematian (CFR) saat KLB diare diharapkan 1%) kecuali
pada tahun 2011 CFR saat KLB 0,40%, sedangkan tahun 2015 CFR diare saat
KLB bahkan meningkat menjadi 2,47%. Perkiraan jumlah penderita diare
yang datang ke sarana kesehatan dan kader kesehatan sebesar 10% dari angka
kesakitan dikali jumlah penduduk di satu wilayah kerja dalam waktu satu
tahun. Angka kesakitan nasional hasil Survei Morbiditas Diare tahun 2012
yaitu sebesar 214/1.000 penduduk. Maka diperkirakan jumlah penderita diare
di fasilitas kesehatan sebanyak 5.097.247 orang, sedangkan jumlah penderita
diare yang dilaporkan ditangani di fasilitas kesehatan sebanyak 4.017.861
orang atau 74,33% dan targetnya sebesar 5.405.235 atau 100%. (Riskesdas,
2015).
Menurut (Hockenberry & Wilson, 2009), Diare akut merupakan penyakit
yang sering terjadi pada anak berusia dibawah lima tahun, yang didefinisikan
sebagai peningkatan secara tiba-tiba frekuensi dan perubahan konsistensi
feses. Perubahan tetrsebut sering kali disebabkan oleh agen infeksius pada
saluran pencernaan. Diare akut biasanya berlangsung tidak lebih dari 14 hari

4
dan membaik tanpa penanganan spesifik jika tidak disertai dengan dehidrasi.
Sebagian besar dari diare disebabkan oleh karena infeksi. Banyak dampak
yang dapat terjadi karena infeksi saluran cerna antara lain : pengeluaran
toksin yang dapat menimbulkan gangguan sekresi dan reabsorbsi cairan dan
elektrolit dengan akibat dehidrasi, gangguan keseimbangan elektrolit dan
gangguan keseimbangan asam basa.
Beberapa cara penanganan dengan menggunakan antibiotika yang spesifik
dan antiparasit, pencegahan dengan vaksinasin serta pemakaian probiotik
telah banyak di ungkap dibeberapa penelitian. Namun secara umum
penanganan diare akut di tunjukkan untuk mencegah/ menaggulangi dehidrasi
serta gangguan keeimbangan elektolit dan asam basa kemungkinan terjadinya
intoleransi, mengobati gangguan gizi serta mengobati penyakit penyerta.

B. Tujuan Penulisan
Tujuan Umum
Mahasiswa mampu memahami konsep dasar asuhan keperawatan
kegawatdaruratan pada klien dengan Diare Akut Pada Anak.

Tujuan Khusus
1. Mahasiswa mampu mendefinisikan pengertian kegawatdaruratan Diare Akut
Pada Anak.
2. Mahasiswa mampu menyebutkan etiologi kegawatdaruratan Diare Akut
Pada Anak.
3. Mahasiswa mampu menjelaskan patofisiologi kegawatdaruratan Diare Akut
Pada Anak.
4. Mahasiswa mampu menyebutkan manifestasi klinis kegawatdaruratan Diare
Akut Pada Anak.
5. Mahasiswa mampu menyebutkan penatalaksanaan kegawatdaruratan Diare
Akut Pada Anak.
6. Mahasiswa mampu menyebutkan pengkajian secara teori dan kasus pada
kegawatdaruratan Diare Akut Pada Anak.

5
7. Mahasiswa mampu membuat pathways keperawatan kegawatdaruratan Diare
Akut Pada Anak.
8. Mahasiswa mampu menyusun intervensi dan rasional secara teori dan kasus
pada kegawatdaruratan Diare Akut Pada Anak.

C. Metode Penulisan
Data penulisan makalah kami ambil dari :
1. Research Library
Pengambilan sumber dari buku-buku yang terkait dengan Diare Akut Pada
Anak..
2. Web Search
Pengambilan sumber dari internet yang ada hubungannya dengan Diare
Akut Pada Anak.

D. Sistematika Penulisan
BAB I : PENDAHULUAN ( latar belakang masalah, tujuan penulisan, metode
penulisan, sistematika penulisan)
BAB II : KONSEP DASAR ( definisi, etiologi, patofisiologi, manifestasi
klinis, komplikasi, penatalaksanaan, pengkajian fokus teori, pengkajian fokus
kasus, pathways keperawatan, diagnosa keperawatan, fokus intervensi dan
rasional)
BAB III : PENUTUP (kesimpulan dan saran )

6
BAB II
KONSEP DASAR

A. Pengertian
Menurut World Health Organization (WHO), penyakit diare adalah
suatu penyakit yang ditandai dengan perubahan bentuk dan konsistensi tinja
yang lembek sampai mencair dan bertambahnya frekuensi buang air besar
yang lebih dari biasa, yaitu tigakali atau lebih dalam sehari yang mungkin
dapat disertai dengan muntah atau tinja yang berdarah
(Simatupang, 2004).
Diare adalah buang air besar dengan konsistensi lembek atau cair,
bahkan dapat berupa air saja dengan frekuensi lebih sering dari biasanya (tiga
kali atau lebih) dalam satu hari (Depkes RI 2011).
Diare akut merupakan penyakit yang sering terjadi pada anak berusia
dibawah lima tahun, yang didefinisikan sebagai peningkatan secara tiba-tiba,
frekuensi dan perubahan konsistensi feses. Perubahan tersebut sering kali
disebabkan oleh agen infeksius pada saluran pencernaan. Diare akut biasanya
berlangsung tidak lebih dari 14 hari dan membaik tanpa penanganan spesifik
jika tidak disertai dengan dehidrasi (Hockenberry & Wilson, 2009)
Kesimpulan perubahan bentuk dan konsistensi tinja yang lembek
sampai mencair bahkan dapat berupa air saja dengan frekuensi lebih sering
dari biasanya berlangsung tidak lebih dari 14 hari dan membaik tanpa
penanganan spesifik jika tidak disertai dengan dehidrasi.

B. Etiologi/predisposisi
Menurut Ngastiyah (2005) dan Hidayat (2006), berbagai macam factor yang
dapat menjadi penyebab diare pada bayi :
1. Infeksi
Faktor ini dapat diawali adanya mikroorganisme (kuman) yang
masuk dalam saluran pencernaan yang kemudian berkembang dalam

7
usus dan merusak sel mukosa usus yang dapat menurunkan daerah
permukaan usus. Selanjutnya terjadi perubahan kapasitas usus yang
akhirnya mengakibatkan gangguan fungsi usus dalam Absorbsi cairan
dan elektrolit. Atau juga dikatakan adanya toksin bakteri akan
menyebabkan sistem transport aktif dalam usus sehingga sel mukosa
mengalami iritasi yang kemudian sekresi cairan dan elektrolit akan
meningkat.
a) Enteral yaitu infeksi yang terjadi dalam saluran pencernaan dan
merupakan penyebab utama terjadinya diare. Infeksi enteral meliputi:
Infeksi bakteri : Vibrio, E.coli, Salmonella, Shigella Compylobacter,
Yersenia dan Aeromonas.
b) Infeksi virus : Enterovirus (Virus ECHO, Coxsackie dan
Poliomyelitis, Adenovirus, Rotavirusdan Astrovirus).
c) Infeksi parasit : Cacing (Ascaris, Trichuris, Oxyuris, dan
Strongylodies), Protozoa (Entamoeba histolytica, Giardia lamblia, dan
Trichomonas homonis), dan jamur (Candida albicans).
d) Infeksi parenteral yaitu infeksi dibagian tubuh lain diluar alat
pencernaan, seperti Otitis Media Akut (OMA),
tonsilofaringitis,bronkopneumonia, ensefalitis dan sebagainya.
Keadaan ini terutama pada bayi dan anak dibawah dua tahun.

2. Faktor Malabsorbsi
Merupakan kegagalan dalam melakukan absorbsi yang
mengakibatkan tekanan osmotik meningkat sehingga terjadi pergeseran
air dan elektrolit ke rongga usus yang dapat meningkatkan isi rongga
usus sehingga terjadi diare.
a) Malabsorbsi kabohidrat: disakarida (intoleransi laktosa, maltosa dan
sukrosa), monosakarida (intoleransi glukosa, fruktosa dan galaktosa),
pada bayi dan anak yang terpenting dan tersering (intoleransi
laktosa).
b) Maldigesti protein lengkap, karbihidrat dan trigliserida diakibatkan
insufisiensi eksokrin pankreas.

8
c) Gangguan atau kegagalan ekskresi pancreas menyebabkan kegagalan
pemecahan kompleks protein, karbohidrat dan terigliserida.
d) Pemberian obat pencahar; laktulosa, pemberian magnesium
hydroxide (misalnya susu magnesium).
e) Mendapat cairan hipertonis dalam jumlah besardan cepat.
f) Pemberian makan atau minum yang tinggi karbohidrat, setelah
mengalami diare menyebabkan kekambuhan diare.

3. Faktor Makanan
Dapat terjadi apabila toksin yang ada tidak mampu diserap dengan
baik. Sehingga terjadi peningkatan peristaltik usus yang mengakibatkan
penurunan kesempatan untuk menyerap makanan yang kemudian
menyebabkan diare. Contoh : makanan basi, beracun, atau alergi
terhadap makanan.

4. Faktor Psikologis
Rasa takut dan cemas terutama pada bayi (jarang terjadi pada anak
yang lebih besar)dapat mempengaruhi terjadinya peningkatan peristaltik
usus yang akhirnya mempengaruhi proses penyerapan makanan yang
dapat menyebabkan diare.

C. Patofisologi
Diare infeksi akut diklasifikasikan secara klinis dan patofisiologis
menjadi diare non inflamasi dan diare inflamasi. Diare inflamasi disebabkan
invasi bakteri dan sitotoksin di kolon dengan manifestasi sindrom disentri
dengan diare disertai lender dan darah. Gejala klinis berupa mulas sampai
nyeri seperti kolik, mual, muntah, demam, tenesmus, serta gejala dan tanda
dehidrasi. Pada pemeriksaan tinja rutin makroskopis ditemukan lender dan/
atau darah, mikroskopis didapati sell eukosit polimorfo nuklear. Diare dapat
terjadi akibat lebih dari satu mekanisme. Pada infeksi bakteri setidaknya ada
dua mekanisme, yaitu peningkatan sekresi usus dan penurunan absorbsi di
usus. Infeksi bakteri menyebabkan inflamasi dan mengeluarkan toksin yang

9
menyebabkan terjadinya diare. Infeksi bakteri yang invasive mengakibatkan
perdarahan atau adanya leukosit dalam feses. Pada dasarnya, mekanisme
diare akibat kuman entero pathogen meliputi penempelan bakteri pada sel
epitel dengan atau tanpa kerusakan mukosa, invasi mukosa, dan produksi
entero toksin atau sitotoksin. Satu jenis bakteri dapat menggunakan satu atau
lebih mekanisme tersebut untuk dapat mengatasi pertahanan mukosa usus.

D. Manifestasi Klinis
1. Mula mula anak menjadi cengeng gelisah, suhu tubuh mungkin naik,
nafsu makan berkurang.
2. Sering buang air besar dengan konsistensi tinja cair atau encer, kadang
desertai wial dan wiata.
3. Warna tinja menjadi kehijau hijauan karena bercampur empedu.
4. Anus dan sekitarnya mungkin akan lecet karena seringnya difekasi dan
tinja menjadi lebih asam akibat banyaknya asam laktat.
5. Terdapat tanda dan gejala dehidrasi, turgor kulit jelas(elastisitas kulit
menurun) di sertai penurunan berat badan.
6. Pasien sangat lemas , Penurunan kesadaran sebagai akibat hipovokanik.
7. Bila terjadi asidosis metabolik klien tampak pucat, pernafasan cepat dan
dalam(kusmaul). (Arjatmo, 2001)

Presentasi penurunan berat badan dan tanda gejala


Ringan 5% Sedang 10% Berat 15%
Membran Mukosa Kering Sangat kering,pecah Kering
dan bibir
Turgor kulit Normal Agak menurun Nyata menurun
Ubun ubun Normal Cekung Cekung
depan
Bola mata Normal Cekung Cekung
Air mata Normal Menurun Tidak ada
Frekuensi jantung Normal/agak naik Meningkat Meningkat
Pernapasan Normal/agak naik Meningkat Meningkat
Tekanan darah Normal Normal Menurun
Perfusi kulit Normal,pucat Bercak-bercak,dingin Waktu pengisian
kapiler lambat, dingin,
sianosis
(Pamela, 2010).

10
E. Penatalaksanaan Kegawatan
Departemen kesehatan menetapkan lima pilar penatalaksanaan diare bagi
semua kasus diare yang diderita oleh anak balita yang dirawat dirumah
maupun sedang dirawat di rumah sakit (Depkes RI, 2000), yaitu :
1. Pemberian cairan atau Rehidrasi
Pada klien diare yang harus diperhatikan adalah terjadinya kekurangan
cairan atau dehidrasi, pada anak-anak tanpa tanda-tanda dehidrasi
memerlukan tambahan cairan dan garam untuk mengganti kehilangan cairan
dan elektrolit yang diberikan peroral berupa cairan yang berisikan NaCL, dan
Na, HCO, K, dan Glukosa, untuk GE akut diatas umur 6 bulan dengan
kategori dehidrasi ringan/sedang kadar natrium 50-60Meq/l dapat dibuat
sendiri dengan menggunakan larutan garam dan gula. Untuk pemberian
cairan parenteral itu sendiri jumlah yang akan diberikan tergantung dari berat
badan atau ringannya dehidrasi, yang diperhitungkan kehilangan cairan sesuai
dengan umur dan berat badannya jika berat badan anak diketahui maka hal ini
digunakan untuk menentukan jumlah larutan yang tepat dan jika berat badan
anak tidak diketahui maka penentuan jumlah cairan ditentukan berdasarkan
usia anak (Jurrfie,2011).
2. Pemberian zinc
Zinc mengurangi lama dan beratnya diare. Zinc juga dapat
mengembalikan nafsu makan. Beberapa penelitian telah membuktikan bahwa
pemberian zinc yang dilakukaan diawal masa diare selama 10 hari kedepan
secara signifikan dapat menurunkan morbiditas dan mortalitas pasien. Dan
pemberian zinc pada diare dapat meningkatkan absorbsi air dan elektrolit
pada usus halus, meningkatkan regenerasi epitel usus, meningkatkan jumlah
brus border apical, dan meningkatkan respon imun yang mempercepat
pembersihan patogen usus (Juffrie,2011).
Zinc diberikan selama 10-14 hari berturut-turut meskipun anak telah
sembuh dari diare. Untuk bayi, tablet zinc dapat dilarutkan dengan air
matang, ASI atau oralit. Untuk anak-anak yang lebih besar, zinc dapat
dikunyah atau dilarutkan dalam air matang atau oralit (Juffrie,2011).

11
Zinc baik dan aman untuk pengobatan diare. Berdasarkan hasil penelitian
Departement of Child and Adolescent Health and Development, World Health
Organization yaitu:
1) Zinc sebagai obat diare
a) 20% lebih cepat sembuh jika anak diare diberi Zinc (Penelitian di India)
b) 20% risiko diare lebih dari 7 hari berkurang
c) 18%-59% mengurangi jumlah tinja
d) Mengurangi risiko diare berikutnya 2-3 bulan ke depan
2)Zinc pencegahan dan pengobatan diare berdarah : Pemberian Zinc terbukti
menurunkan kejadian diare berdarah
3)Zinc dan Penggunaan Antibiotik irasional
Sampai saat ini pemakaian antibiotik pada diare masih 80% sedangkan
jumlah diare yang seharusnya diberi antibiotik tidak lebih dari 20% sangat
tidak rasional, (data sesuai dari hasil presentasi dr.M.Juffrie,PhD,SpA(K)
dalam kongres XIV IKA dan Bidan Indonesia, Padang, 2008).
4) Zinc sebagai terapi diare apapun penyebabnya akan menurunkan pemakaian
antibiotik irasional.
5) Zinc mengurangi biaya pengobatan
a) Mengurangi jumlah pemakaian antibiotik dan
b) Mengurangi jumlah pemakaian Oralit
6) Zinc aman diberikan pada anak.
Cara Pemberian Obat Zinc
a) Pastikan semua anak yang menderita diare mendapat obat Zinc selama 10
hari berturut-turut.
b) Larutkan tablet dalam 1 sendok air minum atau ASI (tablet mudah larut
kira-kira 30 detik, segera berikan ke anak).
c) Bila anak muntah sekitar setengah jam setelah pemberian obat Zinc,
ulangi pemberian dengan cara potong lebih kecil dilarutkan beberapa
kali hingga 1 dosis penuh.
d) Bila anak menderita dehidrasi berat dan memerlukan cairan infus, tetap
berikan obat Zinc segera setelah anak bisa minum atau makan.

12
3. Pemberian ASI, makanan
Pemberian ASI tetap harus dilakukan sesuai dengan umur anak dengan
waktu yang sama pada waktu anak yang sehat untuk mencegah kehilangan
berat badan serta pengganti nutrisi yang hilang. Dan dapat dilakukan dengan
cara pengobatan dietetik yaitu pengobatan dengan pemberian makanan dan
minuman khusus pada klien dengan tujuan penyembuhan dan menjaga
kesehatan, seperti contoh pemberian susu formula yang mengnadung laktosa
rendah dan asam lemak tidak jenuh contoh LLM, makanan setengah padat
seperti (bubur, makanan padat nasi tim). Prinsip pengobatan dietetik dapat
disingkat O-B-E-S-E yaitu Oralit, Breast Feeding, Early Feeding,
Stimulaneously with Education (Suraatmaja, 2009).
a) Oralit
Oralit adalah campuran garam elektrolit yang terdiri atas Natrium
klorida (NaCl), Kalium Klorida (KCl), sitrat dan glukosa. Oralit
osmolaritas rendah telah direkomedasikan oleh WHO dan UNICEF
(United Nations International Children's Emergency Fund).
Tabel kandungan oralit osmolaris rendah
Oralit osmolaritas rendah WHO / UNICEF 2004
NaCl 2,6 g
Na Citrate 2,9 g
KCL 1,5 g
Glucose 13,5 g
Na + 75 mEq / L
K+ 20 mEq / L
Citrate 10 mmol / L
CL 65 mEq / L
Glucose 75 mmol / L
Osmolaritas 245 mmol / L

Manfaat Oralit

13
Berikan oralit segera bila anak diare, untuk mencegah dan mengobati
dehidrasi sebagai pengganti cairan dan elekrolit yang terbuang saat diare.
Sejak tahun 2004, WHO/UNICEF merekomendasikan Oralit osmolaritas
rendah. Berdasarkan penelitian dengan Oralit osmolaritas rendah
diberikan kepada penderita diare akan:
a. Mengurangi volume tinja hingga 25%
b. Mengurangi mual muntah hingga 30%
c. Mengurangi secara bermakna pemberian cairan melalui intravena
sampai 33%.
Membuat dan Memberikan Oralit
Cara membuat larutan Oralit :
a. Cuci tangan dengan air dan sabun
b. Sediakan 1 gelas air minum yang telah dimasak (250cc)
c. Masukkan satu bungkus Oralit 250cc
d. Aduk sampai larut benar
e. Berikan larutan Oralit kepada balita.
Cara memberikan larutan Oralit :
a. Berikan dengan sendok atau gelas
b. Berikan sedikit-sedikit sampai habis atau hingga anak tidak kelihatan
haus
c. Bila muntah, dihentikan sekitar 10 menit, kemudian lanjutkan dengan
sabar sesendok setiap 2 atau 3 menit.
d. Walau diare berlanjut, Oralit tetap diteruskan
e. Bila larutan Oralit pertama habis, buatkan satu gelas larutan Oralit
berikutnya.
Mempercepat kesembuhan
Bagi seorang ibu/keluarga tentunya akan sangat khawatir jika balitanya
mengalami diare dan tidak sembuh (diare terus menerus). Semakin
panjang durasi diare maka semakin tinggi risiko balita mengalami
dehidrasi, terutama bagi balita malnutrisi, jika mengalami dehidrasi karena
diare, bisa menyebabkan kematian.

14
Berdasarkan derajat dehidrasi maka terapi pada penderita diare dibagi
menjadi tiga yaitu rencana pengobatan A, B, dan C yang diuraikan sebagai
berikut:
a. Rencana pengobatan A
Rencana pengobatan A digunakan untuk mengatasi diare tanpa
dehidrasi, meneruskan terapi diare dirumah, memberikan terapi awal bila
anak terkena diare lagi. Cairan rumah tangga yang dianjurkan seperti
oralit, makanan cair, air matang. Gunakanlah larutan untuk anak seperti
dijelaskan dalam tabel berikut:
Tabel kebutuhan Oralit Per Kelompok Umur
Umur (tahun) 3 jam pertama atau Selanjutnya tiap kali
tidak haus atau sampai diare
tidak gelisah lagi
<1 375 ml / 1 gelas 175 ml / gelas
15 750 ml / 3 gelas 250 ml / 1 gelas
>5 1500 ml / 6 gelas 1000 ml / 4 gelas

b. Rencana pengobatan B
Digunakan untuk mengatasi diare dengan derajat dehidrasi ringan dan
sedang dengan cara 3 jam pertama diberikan 75ml/kg BB, berat badan
anak tidak diketahui, berikan oralit paling sedikit sesuai tabel berikut:
Tabel Jumlah Oralit yang diberikan pada 3 jam pertama
Umur <1 tahun 1 5 tahun >5 tahun

Jumlah oralit 300 ml 600 ml 1200 ml

Berikan anak yang menginginkan lebih banyak oralit, dorong juga ibu
untuk meneruskan ASI. Bayi kurang dari 6 bulan yang tidak mendapatkan
ASI, berikan juga 100-200ml air masak. Setelah 3-4 jam, nilai kembali
anak menggunakan bagan penilaian, kemudian pilih rencana A, B, dan C
untuk melanjutkan.
c. Rencana pengobatan C

15
Rencana pengobatan C digunakan untuk mengatasi diare dengan
derajat berat. Pertama-tama berikan cairan intravena, nilai setelah 3 jam.
Jika keadaan anak sudah cukup baik maka berikan oralit. Setelah 1-3 jam
berikutnya nilai ulang anak dan pilihlah rencana pengobatan yang sesuai.
b) Breast Feeding dan Early Feeding
Breastfeeding adalah istilah asing untuk menunjukkan kegiatan yang
dilakukan seorang ibu dalam memberi makanan kepada bayinya dalam
bentuk ASI (Air Susu Ibu) yang dilakukan secara langsung dari payudara
Ibu.
Memberikan makanan kepada balita selama diare (usia 6 bulan ke atas)
akan membantu anak tetap kuat dan tumbuh serta mencegah berkurangnya
berat badan. Anak yang terkena diare jika tidak diberikan asupan makanan
yang sesuai umur akan menyebabkan anak kurang gizi. Bila anak kurang
gizi akan meningkatkan risiko terkena diare kembali. Oleh karena itu perlu
diperhatikan:
a. Bagi ibu yang menyusui bayinya, dukung ibu agar tetap menyusui
bahkan meningkatkan pemberian ASI selama diare dan selama masa
penyembuhan (Bayi 0-24 bulan atau lebih).
b. Dukung ibu untuk memberikan ASI ekslusif kepada bayi berupa 0-6
bulan, jika bayinya sudah diberikan makanan lain atau susu formula
berikan konseling kepada ibu agar kembali menyusui esklusif. Dengan
menyusu lebih sering maka produksi ASI akan meningkat dan diberikan
kepada bayi untuk mempercepat kesembuhan karena ASI memiliki
antibodi yang penting untuk meningkatkan kekebalan tubuh bayi.
c. Anak usia 6 bulan keatas, tingkatkan pemberian makan: makanan
pendamping ASI (MP ASI) sesuai umur pada bayi 6-24 bulan dan sejak
balita berusia 1 tahun sudah dapat diberikan makanan keluarga secara
bertahap.
d. Setelah diare berhenti pemberian makanan ekstra diteruskan selama 2
minggu untuk membantu pemulihan berat badan anak.
e. Pemberikan makan sesuai umur sangat penting saat sakit maupun sehat
1) Bayi berusia 0-6 bulan
Saat usia ini, bayi hanya diberikan ASI saja sesuai keinginan anak,

16
paling sedikit 8 kali sehari: pagi, siang maupun maupun malam hari.
Jangan berikan makanan atau minuman lain selain ASI. Jika ibu
memberikan susu formula atau makanan lain:
a) Bangkitnya rasa percaya diri ibu untuk hanya memberikan ASI
saja, jelaskan keuntungan ASI dan dengan member ASI saja
memncukupi kebutuhan bayi sedang diare.
b) Susui bayi lebih sering, lebih lama: pagi, siang maupun malam.
c) Secara bertahap mengurangi pemberian susu formula atau makanan
lain.
2) Bayi berusia 6-24 bulan
a) Teruskan pemberian ASI
b) Mulai memberikan makanan pendamping ASI (MP ASI) yang
teksturnya lembut seperti bubur, susu, pisang.
c) Secara bertahap sesuai pertambahan umur berikan bubur tim
lumat ditambah kuning telur/ayam/ikan/tempe.
d) Setiap hari berikan makanan sebagai berikut:
- Usia 6 bulan: 2 x 6 sdm peres
- Usia 7 bulan: 2-3 x 7 sdm peres
- Usia 8 bulan: 3 x8 sdm peres
3) Balita umur 9 sampai 12 bulan
a) Teruskan pemberian ASI.
b) Berikan MP ASI lebih padat dan kasar seperti nasi tim, bubur
nasi.
c) Tambahkan telur/ayam/ikan/tempe/wortel/sapi/kacang hijau.
d) Setiap hari berikan makanan sebagai berikut:
- Usia 9 bulan: 3 x 9 sdm peres.
- Usia 10 bulan: 3 x 10 sdm peres.
- Usia 11 bulan: 3 x 11 sdm peres.
e) Berikan selingan 2 kali sehari diantara waktu pemberian makan
sesuai umur sangat penting saat sakit maupun sehat.
4) Balita umur 12 sampai 24 bulan
a) Teruskan pemberian ASI.
b) Berikan makanan keluarga secara bertahap sesuai dengan
kemampuan anak.
c) Berikan 3 kali sehari sebanyak 1/3 porsi makan orang dewasa
terdiri dari nasi, lauk pauk, sayur, buah.
d) Berikan makanan selingan kaya gizi 2x sehari diantara waktu
makan.
e) sejak umur 12 bulan, anak sudah bisa makan makanan keluarga.
5) Balita umur 2 tahun atau lebih

17
a) Berikan makanan keluarga 3 kali sehari sebanyak 1/3 porsi
makan orang dewasa.
b) Berikan makanan selingan kaya gizi 2xsehari diantara waktu
makan.
Anjuran Makan untuk Diare Persisten
a) Jika anak masih mendapat ASI: Berikan lebih sering dan lebih
lama, pagi, siang dan malam.
b) Jika anak mendapat susu selain ASI
c) Kurangi pemberian susu tersebut dan tingkatkan pemberian ASI
d) Gantikan setengah bagian susu dengan bubur nasi di tambah
tempe,
e) Jangan diberikan susu kental manis.
f) Untuk makanan lain, ikuti anjuran pemberian makan sesuai
dengan kelompok umur.

c) Stimulaneously with Education


Nasihat diberikan kepada orang tua/ pengasuh bagaimana memberikan
pengobatan diare di rumah, pemberian makan dan segera kembali ke
petugas kesehatanan /puskesmas bila terdapat tanda bahaya yang berupa
demam, tinja berdarah, muntah berulang, makan atau minum sedikit,
sangat haus dan diare makin sering. Untuk membawa anak kembali ke
petugas kesehatan :
a) Berak cair lebih sering
b) Muntah berulang
c) Makan dan minum sangat sedikit
d) Timbul demam
e) Berak berdarah
f) Tidak membaik dalam 3 hari

d) Pengobatan kausal
Pada pengobatan ini dapat diberikan setelah diketahui penyebab
yang pasti, jika diare penyakit parental, diberikan antibiotika sistemik,
jika terdapat infeksi parental, antibiotik dapat diberikan sesuai dengan
pemeriksaan lab penunjang seperti ditemukannya bakteri patogen.

e) Pengobatan simtomatik

18
Pengobatan ini bertujuan untuk menghentikan diare secara tepat
seperti antispasmodik dan obat ini meskipun sering digunakan tetapi
tidak mempunyai keuntungan yang praktis dan tidak diindikasikan untuk
pengobatan diare akut pada anak (Subagyo B & Santoso NB, 2010).

F. Pengkajian Fokus Kegawatan


1. Demografi
a. Identitas Pasien
Nama, umur, jenis kelamin,agama, suku bangsa dan alamat
Diare akut lebih sering terjadi pada bayi dari pada anak, frekuensi
diare untuk neonatus > 4 kali/hari sedangkan untuk anak > 3 kali/hari
dalam sehari. Status ekonomi yang rendah merupakan salah satu faktor
yang dapat mempengaruhi terjadinya diare pada anak ditinjau dari pola
makan, kebersihan dan perawatan. Tingkat pengetahuan perlu dikaji
untuk mengetahui tingkat perlaku kesehatan dan komunikasi dalam
pengumpulan data melalui wawancara atau interview. Alamat
berhubungan dengan epidemiologi (tempat, waktu dan orang)

2. Riwayat kesehatan

a. Riwayat Keperawatan Sekarang

Paliatif, apakah yang menyebabkan gejala diare dan apa yang telah
dilakukan. Diare dapat disebabkan oleh karena infeksi, malabsorbsi,
faktor makanan dan faktor psikologis.

Kuatitatif, gejala yang dirasakan akibat diare bisanya berak lebih dari
3 kali dalam sehari dengan atau tanpa darah atau lendir, mules, muntak.
Kualitas, Bab konsistensi, awitan, badan terasa lemah, sehingga

19
mengganggu aktivitas sehari-hari. Regonal,perut teras mules, anus terasa
basah.Skala/keparahan, kondisi lemah dapat menurunkan daya tahan
tubuh dan aktivitas sehari-hari.

Timing, gejala diare ini dapat terjadi secara mendadak yang terjadi
karena infeksi atau faktor lain, lamanya untuk diare akut 3-5 hari, diare
berkepanjangan > 7 hari dan Diare kronis > 14 hari

Pada umumnya anak masuk rumah sakit dengan keluhan buang air
cair berkali-kali baik desertai atau tanpa dengan muntah, tinja dapat
bercampur lendir dan atau darah. Keluhan lain yang mungkin didapatkan
adalah napsu makan menurun, suhu badan meningkat, volume diuresis
menurun dan gejala penurunan kesadaran.

b. Riwayat Keperawatan Sebelumnya

Meliputi pengkajian riwayat prenatal, natal dan post natal,


hospitalisasi dan pembedahan yang pernah dialami, alergi, pola
kebiasaan, tumbuh-kembang, imunisasi, status gizi (lebih, baik, kurang,
buruk), psikososial, psikoseksual, interaksi dan lain-lain.

1) Prenatal

Pengaruh konsumsi jamu-jamuan terutamma pada kehamilan


semester pertama, penyakti selama kehamilan yang menyertai seperti
TORCH, DM, Hipertiroid yang dapat mempengaruhi pertunbuhan dan
perkembangan janin di dalam rahim.

2) Natal

Umur kehamilan, persalinan dengan bantuan alat yang dapat


mempengaruhi fungsi dan maturitas organ vital .

3) Post natal

20
Apgar skor < 6 berhubungan dengan asfiksia, resusitasi atau
hiperbilirubinemia. BErat badan dan panjang badan untuk mengikuti
pertumbuhan dan perkembangan anak pada usia sekelompoknya.
Pemberian ASI dan PASI terhadap perkembangan daya tahan tubuh
alami dan imunisasi buatan yang dapat mengurangi pengaruh infeksi
pada tubuh.

c. Riwayat Pertumbuhan dan Perkembangan

Pertumbuhan dan perkembangan menjadi bahan pertimbangan yang


penting karena setiap individu mempunyai ciri-ciri struktur dan fungsi
yang berbeda, sehingga pendekatan pengkajian fisik dan tindakan haruys
disesuaikan dengan pertumbuhan dan perkembangan.

d. Riwayat Kesehatan Keluarga

a. Penyakit

Apakah ada anggota keluarga yangmenderita diare atau tetangga


yang berhubungan dengan distribusi penularan.

b. Lingkungan rumah dan komunita

Lingkungan yang kotor dan kumuh serta personal hygiene yang


kurang mudah terkena kuma penyebab diare.

c. Perilaku yang mempengaruhi kesehatan

BAB yang tidak pada tempat (sembarang)/ di sungai dan cara bermain
anak yangkurang higienis dapat mempermudah masuknya kuman
lewat Fecal-oral.

d. Persepsi keluarga

21
Kondisi lemah dan mencret yang berlebihan perlu suatu keputusan
untuk penangan awal atau lanjutan ini bergantung pada tingkat
pengetahuan dan penglaman yang dimiliki oleh anggota keluarga
(orang tua).

3. Pemeriksaan fisik
a. Pemeriksaan fisik

Pertolongan kepada pasien gawatdarurat dilakukan dengan terlebih


dahulu melakukan survei primer untuk mengidentifikasi masalah-masalah
yang mengancam hidup pasien, barulah selanjutnya dilakukan survei
sekunder. Tahapan kegiatan meliputi :
1) Airway, mengecek jalan nafas dengan tujuan menjaga jalan nafas
disertai control servikal.
2) Breathing, mengecek pernafasan dengan tujuan mengelola pernafasan
agar oksigenasi adekuat.
3) Circulation, mengecek sistem sirkulasi disertai kontrol perdarahan.
4) Disability, mengecek status neurologis
5) Exposure, enviromental control, buka baju penderita, tapi cegah
hipotermia.

Survei primer bertujuan mengetahui dengan segera kondisi yang


mengancam nyawa pasien. Survei primer dilakukan secara sekuensial sesuai
dengan prioritas. Tetapi dalam prakteknya dilakukan secara bersamaan dalam
tempo waktu yang singkat (kurang dari 10 detik). Apabila teridentifikasi henti
nafas dan henti jantung maka resusitasi harus segera dilakukan.
Apabila menemukan pasien dalam keadaan tidak sadar maka pertama kali
amankan lingkungan pasien atau bila memungkinkan pindahkan pasien ketempat
yang aman. Selanjutnya posisikan pasien kedalam posisi netral (terlentang) untuk
memudahkan pertolongan.
Penilaian airway dan breathing dapat dilakukan dengan satu gerakan dalam waktu
yang singkat dengan metode LLF (look, listen dan feel).

AIRWAY

22
Jalan nafas adalah yang pertama kali harus dinilai untuk mengkaji
kelancaran nafas. Keberhasilan jalan nafas merupakan salah satu faktor yang
mempengaruhi proses ventilasi (pertukaran gas antara atmosfer dengan paru-paru.
Jalan nafas seringkali mengalami obstruksi akibat benda asing, serpihan tulang
akibat fraktur pada wajah, akumulasi sekret dan jatuhnya lidah kebelakang.
Selama memeriksa jalan nafas harus melakukan kontrol servikal, barangkali
terjadi trauma pada leher. Oleh karena itu langkah awal untuk membebaskan jalan
nafas adalah dengan melakukan manuver head tilt dan chin lift.
Data yang berhubungan dengan status jalan nafas adalah :
sianosis (mencerminkan hipoksemia)
retraksi interkota (menandakan peningkatan upaya nafas)
pernafasan cuping hidung
bunyi nafas abnormal (menandakan ada sumbatan jalan nafas)
tidak adanya hembusan udara (menandakan obstuksi total jalan
nafas atau henti nafas)

BREATHING
Kebersihan jalan nafas tidak menjamin bahwa pasien dapat bernafas secara
adekuat. Inspirasi dan eksprasi penting untuk terjadinya pertukaran gas, terutama
masuknya oksigen yang diperlukan untuk metabolisme tubuh. Inspirasi dan
ekspirasi merupakan tahap ventilasi pada proses respirasi. Fungsi ventilasi
mencerminkan fungsi paru, dinding dada dan diafragma. Pengkajian pernafasan
dilakukan dengan mengidentifikasi :
pergerakan dada
adanya bunyi nafas
adanya hembusan/aliran udara

CIRCULATION
Sirkulasi yang adekwat menjamin distribusi oksigen kejaringan dan
pembuangan karbondioksida sebagai sisa metabolisme. Sirkulasi tergantung dari
fungsi sistem kardiovaskuler. Status hemodinamik dapat dilihat dari :
tingkat kesadaran
nadi
warna kulit

23
Pemeriksaan didilakukan pada arteri besar seperti pada arteri karotis dan arteri
femoral

G. Pathways Keperawatan

24
H. Diagnosa Keperawatan
1. Kurangnya volume cairan dan elektrolit berhubungan dengan kehilangan
cairan tubuh ditandai dengan membran mukosa bibir kering.
2. Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
menurunnya intake absorbsi makanan dan cairan ditandai dengan peningkatan
peristaltik usus.
3. Hipertermi berhubungan dengan infeksi bakteri ditandai dengan kerusakan
pada mukosa usus.
4. Resiko gangguan integritas kulit berhubungan dengan kelembaban kulit akibat
BAB sering ditandai dengan iritasi pada sekitar anus.
5. Cemas berhubungan dengan kondisi dan hospitalisasi pada anak
6. Kurangnya pengetahuan orang tua berhubungan dengan kurangnya
informasi.
(Doengoes, 2014)

I. Fokus Intervensi dan Rasional


No. Diagnosa Keperawatan Intervensi dan Rasional
Tujuan Kriteria Hasil

25
1. Kurangnya volume Tujuan : 1) Kaji intake dan
cairan dan elektrolit Keseimbangan cairan dapat output, otot dan
berhubungan dengan dipertahankan dalam batas observasi frekuensi
kehilangan cairan normal. defekasi,
tubuh ditandai dengan Kriteria Hasil karakteristik, jumlah
membran mukosa bibir 1) Pengisian kembali dan faktor pencetus
kering. kapiler < dari 2 detik Rasional :
2) Turgor elastik menentukan
3) Membran mukosa kehilangan dan
lembab kebutuhan cairan.
4) Berat badan tidak 2) Kaji TTV
menunjukkan penurunan. Rasional :
membantu mengkaji
kesadaran pasien.
3) Kaji status hidrasi,
ubun-ubun, mata,
turgor kulit, dan
membran mukosa.
Rasional :
menentukan
kehilangan dan
kebutuan cairan.
4) Ukur BB setiap hari
Rasional :
mengevaluasi
keefektifan atau
kebutuhan
mengubah
pemberian nutrisi.

26
5) Anak diistirahatkan
Rasional:
Meningkatkan
sirkulasi.
6) Kolaborasi dengan
pemberian cairan
parenteral
Rasional :
meningkatkan
konsumsi yang lebih.
7) Pemberian obat
antidiare, antibiotik,
anti emeti dan anti
piretik sesuai
program.
Rasional :
menurunkan
pergerakan usus dan
muntah
2. Gangguan nutrisi Tujuan : 1) Timbang berat
kurang dari kebutuhan Anak-anak toleran diet yang badan tiap hari
tubuh berhubungan sesuai. Rasional :
dengan menurunnya Kriteria Hasil: mengevaluasi
intake absorbsi 1) Berat badan dalam keefektifan dalam
makanan dan cairan batas normal pemberian nutrisi.
2) Tidak terjadi
ditandai dengan 2) Jaga kebersihan
kekambuhan diare.
peningkatan peristaltik mulut pasien
usus. Rasional : mulut
yang bersih
meningkatkan nafsu
makan.

27
3) Monitor intake dan
output
Rasional : observasi
kebutuhan nutrisi.
3. Hipertermi Tujuan : 1) Pantau suhu tubuh
berhubungan dengan mengembalikan suhu tubuh pasien dan
infeksi bakteri ditandai menjadi normal. melaporkan
dengan kerusakan pada Kriteria Hasil : peningkatan dari
mukosa usus. Suhu tubuh kembali normal nilai dasar suhu
36-37C normal pasien.
Rasional :
mendeteksi
peningkatan suhu
tubuh dan mulainya
hipertermi.
2) Anjurkan pada anak
agar tidak memakai
pakaian / selimut
tebal.
Rasional :
mengurangi
peningkatan suhu
tubuh.
4. Resiko gangguan Tujuan : 1) Kaji kerusakan
integritas kulit integritas kulit normal. kulit / iritasi setiap
berhubungan dengan Kriteria Hasil: buang air besar
kelembaban kulit Iritasi berkurang Rasional :
akibat BAB sering menentukan
ditandai dengan iritasi intervensi lebih
pada sekitar anus. lanjut.
2) Gunakana kapas

28
lembab dan sabun
bayi (pH normal)
untuk
membersihkan anus
setiap buang air
besar.
Rasional :
menghindari resiko
infeksi kulit.
3) Hindari dari
pakaian dan
pengalas tempat
tidur yang lembab.
Rasional :
mengurangi infeksi
secara dini
5. Cemas berhubungan Tujuan : Anak dan orang 1) Anjurkan pada orang
dengan kondisi dan tua menunjukkan rasa tua mengekspresikan
hospitalisasi pada anak cemas atau takut perasaan rasa takut
berkurang. dan cemas,
Kriteria Hasil: Orang tua dengarkan keluhan
aktif marawat anak dan orang tua dan
bertanya dengan bersikap empati
perawat atau dokter tentang dengan sentuhan
kondisi atau klasifikasi dan terapeutik.
anak tidak menangis. Rasional :
mengurangi rasa
cemas dan takut
yang dialami oleh
orang tua.
2) Gunakan

29
komunikasi
terapeutik, kontak
mata, sikap tubuh
dan sentuhan.
Rasional : orang tua
anak merasa
diperhatiakn akan
rasa cemas yang
dihadapinya.
3) Jelaskan setiap
prosedur yang akan
dlakukan pada anak
kepada orang tua.
Rasional :
mengurangi rasa
cemas orang tua.
4) Libatkan orang tua
dalam perawatan
anak
Rasional : anak
tidak merasa
kehilangan perhatian
akan orang lain.
5) Jelaskan kondisi
anak, alasan
pengobatan dan
perawatan
Rasional :
meningkatkan
pengetahuan orang
tua dan agar orang

30
tua
mengetahui kondisi
anak.

6. Kurangnya Tujuan : Agar keluarga 1) Kaji tingkat


pengetahuan orang tua mengetahui informasi pemahaman orang
berhubungan dengan tentang diare. tua
kurangnya informasi. Kriteria Hasil : Rasional : untuk
1) Keluarga mengerti mengetahui seberapa
tentang diare jauh pengetahuan
2) Keluarga mengetahui
orangtua tentang
cara pencegahan dan
diare.
pengobatan yang dapat
2) Jelaskan pentingnya
dilakukan apabila
kebersihan
terjadi lagi diare.
Rasional :
meminimalisasi
masuknya
mikroorganisme.
3) Membiasakan
bersih agar air di
jamban dan jamban
harus selalu bersih
agar tidak ada lalat.
Rasional :
Mencegah
penyebaran kuman
dan diare

31
ASUHAN KEPERAWATAN KEGAWATDARURATAN

DIARE AKUT PADA ANAK

KASUS
An. Sasa, 2 tahun, datang ke UGD RS Roemani Semarang dengan keluhan
BAB dengan frekuensi > 6 kali/hari, konsistensi tinja cair dan berwarna kuning
kehijauan. An. Sasa rewel dan gelisah, mata cekung, bibir kering, UUB cekung
Pengkajian kasus
1. Data Demografi

Nama : An. Sasa


Usia : 2 tahun
2. Riwayat penyakit :
a. Riwayat penyakit sekarang :

An. Sasa datang ke UGD RS Roemani Semarang dengan keluhan BAB


dengan frekuensi > 6 kali/hari, konsistensi tinja cair dan berwarna
kuning kehijauan.

b. Riwayat penyakit dahulu :

Di dalam kasus tidak di jelaskan riwayat penyakit dahulu pasien

32
c. Riwayat keluarga :

Didalam kasus tidak dijelaskan tentang riwayat keluarga pasien


3. Data fokus terkait perubahan pola fungsi dan pemeriksaan fisik
a. Data fokus
1) Data obyektif
- BAB dengan frekuensi >6kali/hari
- konsistensi tinja cair dan berwarna kuning kehijauan
- pasien rewel dan gelisah
- mata cekung
- bibir kering
- UUB cekung

2) Data Subyektif

An. Sasa datang ke UGD RS Roemani Semarang dengan keluhan


BAB dengan frekuensi > 6 kali/hari, konsistensi tinja cair dan
berwarna kuning kehijauan.

b. Pemeriksaan fisik

A: -
B: -
C : An. S mengalami dehidrasi
D: -

4. Pemeriksaan Penunjang

5. Diagnosa kasus

No Data DS/DO Problem Etiologi


1 DS :
Pasien mengeluh Bab dengan Kekurangan volume Kehilangan cairan
frekuensi 6 kali/hari. cairan aktif melalui feses
DO :

33
Konsistensi tinja cair
Warna kuning kehijauan
Bibir kering
Mata cekung
UUB cekung
2 DS :
Pasien terlihat gelisah Ansietas Perubahan status
DO : kesehatan
Pasien rewel

6. Fokus intervensi dan rasional

Diagnosa
No. Tujuan Kriteria Hasil Intervensi dan Rasional
Keperawatan

1. Kurangnya volume Tujuan : 1) Kaji intake dan output,


cairan dan Keseimbangan cairan otot dan observasi
berhubungan dengan dapat dipertahankan frekuensi defekasi,
kehilangan cairan dalam batas normal. karakteristik, jumlah dan
tubuh ditandai Kriteria Hasil faktor pencetus
Rasional : menentukan
dengan membran 1) Pengisian kembali
kehilangan dan
mukosa bibir kapiler < dari 2
kebutuhan cairan.
kering.elektrolit detik
2) Kaji TTV
2) Turgor elastik Rasional : membantu
3) Membran mukosa mengkaji kesadaran
lembab pasien.
3) Kaji status hidrasi, ubun-
4) Berat badan tidak
ubun, mata, turgor kulit,
menunjukkan
dan membran mukosa.
penurunan.
Rasional : menentukan
kehilangan dan kebutuan
cairan.
4) Ukur BB setiap hari
Rasional : mengevaluasi
keefektifan atau

34
kebutuhan mengubah
pemberian nutrisi.
5) Anak diistirahatkan
Rasional: Meningkatkan
sirkulasi.
6) Kolaborasi dengan
pemberian cairan
parenteral
Rasional : meningkatkan
konsumsi yang lebih.
7) Pemberian obat antidiare,
antibiotik, anti emeti dan
anti piretik sesuai
program.
Rasional : menurunkan
pergerakan usus dan
muntah
2. Cemas Tujuan : Anak dan 6) Anjurkan pada orang
berhubungan orang tua menunjukkan tua mengekspresikan
dengan kondisi dan rasa cemas atau takut perasaan rasa takut
hospitalisasi pada berkurang. dan cemas,
anak Kriteria Hasil: Orang dengarkan keluhan orang
tua aktif marawat anak tua dan bersikap
dan bertanya dengan empati dengan
perawat atau dokter sentuhan terapeutik.
tentang kondisi atau Rasional : mengurangi
klasifikasi dan anak rasa cemas dan takut
tidak menangis. yang dialami oleh
orang tua.
7) Gunakan
komunikasi
terapeutik, kontak
mata, sikap tubuh

35
dan sentuhan.
Rasional : orang tua anak
merasa diperhatiakn akan
rasa cemas yang
dihadapinya.
8) Jelaskan setiap
prosedur yang akan
dlakukan pada anak
kepada orang tua.
Rasional : mengurangi
rasa cemas orang tua.
9) Libatkan orang tua
dalam perawatan
anak Rasional : anak
tidak merasa
kehilangan perhatian
akan orang lain.
10) Jelaskan kondisi
anak, alasan
pengobatan dan
perawatan
Rasional : meningkatkan
pengetahuan orang
tua dan agar orang
tua mengetahui
kondisi anak.

36
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Diare adalah buang air besar dengan konsistensi lembek atau cair,
bahkan dapat berupa air saja dengan frekuensi lebih sering dari biasanya
(tiga kali atau lebih) dalam satu hari .
Gejala klinis berupa mulas sampai nyeri seperti kolik, mual, muntah,
demam, tenesmus, serta gejala dan tanda dehidrasi. Bagi penderita diare
ringan diberikan oralit, tetapi bila dehidrasi berat maka perlu dibantu
dengan cairan intravena atau infus. Hal yang tidak kalah penting dalam
menanggulangi kehilangan cairan tubuh adalah pemberian makanan
kembali (refeeding) sebab selama diare pemasukan makanan akan sangat
kurang karena akan kehilangan nafsu makan dan kehilangan makanan
secara langsung melalui tinja atau muntah dan peningkatan metabolisme
selama sakit.

B. Saran

Isi makalah ini dapat dipelajari dan diaplikasikan oleh penulis


maupun pembaca. Makalah belum sepenuhnya lengkap, mohon untuk
para pembaca agar memberikan saran demi kelengkapan makalah ini.

37
DAFTAR PUSTAKA

Arjatmo T.2001. Keadaan Gawat yang mengancam jiwa. Jakarta: gaya baru
Kidd, Pamela S. 2010. Pedoman keperawatan emergensi.jakarta: EGC
Depkes RI. 2011. Target Tujuan Pembangunan MDGs. Direktorat Jendral
Kesehatan Ibu dan Anak. Jakarta
Dongoes, Marillyn. 2014. Rencana Asuhan Keperawatan. EGC: Jakarta
Hidayat, A. A. A. (2006). Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia: Aplikasi Konsep
dan Proses Keperawatan. Jakarta. Salemba Medika.
Juffrie. 2011. Gastroenterologi hepatologi, jilid 1. Jakarta: Badan penerbit IDAI.
M Ulfah, Y Rustina, D Wanda - Jurnal Keperawatan Indonesia, 2012 - jki.ui.ac.id
Suharyono, 2008 . Diare akut : Klinik dan laboratorik. Jakarta : Rineka Cipta.
Suraatmaja. 2007. Gatroenterologi anak. Jakarta : Sagung Seto
Suraatmaja, Prof. Sudaryat. 2009. Kapita Selekta Gastroenterologi Anak. Jakarta :
CV. Sagung Seto.
Suriyadi & Yuliani. 2005. Buku pegangan praktik asuhan keperawatan pada
anak, edisi 2. Jakarta: CV. Agung Seto.

38

You might also like