You are on page 1of 4

ABSTRAK

PENGEMBANGAN MODEL KOORDINASI MULTI AGEN


DALAM PENGELOLAAN ALIRAN PETI KEMAS IMPOR
Oleh
Femi Yulianti
NIM: 33411003
(Program Studi Doktor Teknik dan Manajemen Industri)

Pelabuhan merupakan salah satu infrastruktur yang penting dalam perekonomian


suatu bangsa. Salah satu ukuran kinerja pelabuhan adalah dwelling time. Dwelling
time bisa menjadi masalah untuk suatu pelabuhan, namun bisa juga tidak menjadi
masalah yang berarti untuk pelabuhan lainnya. Di Indonesia, dwelling time
menjadi permasalahan yang cukup krusial mengingat dwelling time di Indonesia
berkontribusi pada besar kecilnya ongkos logistik nasional. Pada bulan Agustus
2017, rata-rata dwelling time di Pelabuhan Tanjung Priok adalah 4,24 hari.
Adapun rata-rata dwelling time pada tahun 2014, 2015, 2016, hingga 2017 (bulan
Agustus) adalah 4,99 hari, 4,26 hari, 3,23 hari, dan 3,75 hari. Dari data tersebut,
lamanya dwelling time, dari tahun ke tahun, cenderung menurun. Namun
demikian, jika dikaitkan dengan ongkos logistik, dwelling time ini masih menjadi
permasalahan yang cukup krusial untuk diselesaikan.

Salah satu penyebab lamanya dwelling time adalah kurangnya koordinasi yang
terjadi antar aktor yang terlibat di dalam proses impor. Upaya-upaya yang telah
dilakukan pemerintah meliputi perbaikan infrastruktur, reformasi birokrasi, dan
pengeluaran peraturan-peraturan untuk memperlancar aliran barang dan informasi.
Namun demikian belum ada upaya terkait pembenahan koordinasi. Di sisi lain,
masih terkait dengan koordinasi, penelitian sebelumnya lebih banyak bersifat
parsial. Terdapat penelitian-penelitian yang bersifat integratif namun demikian
masih sedikit penelitian yang mengintegrasikan keseluruhan area (sisi laut,
terminal, dan darat). Disamping itu, pendekatan solusi yang dilakukan lebih
banyak bersifat kuantitaif. Terkait dengan permasalahan yang dihadapi,
pendekatan solusi yang bersifat kuantitatif belum dapat menjawab kebutuhan
yang ada di mana pertukaran informasi dan interaksi antar aktor menjadi hal yang
penting yang mempengaruhi ukuran kinerja sistem yang diamati. Oleh karena itu
diperlukan sebuah kajian yang menjelaskan bagaimana koordinasi antar aktor
dalam mengatur aliran peti kemas dari pelabuhan sampai dengan gerbang keluar
pelabuhan.

Pengembangan model koordinasi pengaturan aliran peti kemas impor ini


dilakukan dalam tiga tahap. Tahap pertama adalah dengan mengembangkan
model koordinasi yang merupakan model pengelolaan perbaikan proses bisnis.
Perbaikan proses ini dilakukan dengan mengembangkan model bisnis pelabuhan
dengan menggunakan pendekatan Business Process Improvement (BPI). Dasar

i
dari pengembangan model koordinasi ini adalah model bisnis pelabuhan eksisting,
benchmark, dan literatur. Tahap kedua adalah memperbaiki mekanisme
koordinasi antar aktor yang terlibat dalam proses impor di pelabuhan. Perbaikan
mekanisme koordinasi ini dilakukan dengan mengembangkan model mekanisme
koordinasi pelabuhan dengan menggunakan kerangka kerja koordinasi.
Pengembangan model mekansime koordinasi ini bertujuan untuk memperlancar
jalannya model koordinasi yang telah dibangkitkan pada tahap pertama. Tahap
terakhir adalah mengembangkan model simulasi mekanisme koordinasi. Model
simulasi ini digunakan untuk menguji capaian dwelling time yang sudah
ditetapkan pada model mekanisme koordinasi sebelumnya. Simulasi dirancang
dengan menggunakan metode kejadian diskrit dan multi agen.

Hasil dari penelitian ini meliputi Model koordinasi, Model mekanisme koordinasi,
dan Model simulasi koordinasi. Model koordinasi yang digunakan di Pelabuhan
Tanjung Priok menargetkan dwelling time sebesar 1,5 tiga hari. Model
koordinasi dengan target dwelling time 1,5 hari dapat mengurangi jumlah proses
sebesar 15% dan jumlah dokumen sebesar 75%. Untuk hasil dari model
mekanisme koordinasi yang diterapkan di Pelabuhan Tanjung Priok terdiri dari
tiga jenis alternatif model. Ketiga alternatif ini pada dasarnya merupakan gradasi
dari mekanisme koordinasi yang bersifat kaku sampai dengan yang longgar dalam
hal campur tangan pemerintah yang terlibat. Adapun hasil uji coba model simulasi
koordinasi pelabuhan ini meliputi rata-rata dwelling time sebesar 1,375 hari,
dengan rata-rata waktu layanan QC adalah 0,619 menit, rata-rata waktu
transportasi truk internal adalah 1,92 menit, rata-rata waktu layanan RTG adalah
5,247 menit, rata-rata pemrosesan SPPB adalah 9,65 jam, rata- rata waktu
pemrosesan DO adalah 21,591 menit, rata- rata waktu perencanaan pengambilan
barang adalah 0,97 hari, rata- rata waktu pemrosesan SP2 adalah 21,74 menit,
rata- rata waktu transportasi truk eksternal di luar terminal adalah 2,39 jam, dan
rata- rata waktu transportasi truk eksternal di dalam terminal adalah 2,93 jam.

Terdapat keterbatasan dari penelitian yang telah dilakukan. Penelitian saat ini
belum mempertimbangkan pembelajaran kolektif (collective learning) dalam
mengembangkan mekanisme koordinasi. Selain itu penelitian ini hanya
mempertimbangkan pertukaran informasi dan interaksi antar aktor/ organisasi.
Penelitian ini belum mempertimbangkan pengembangan model negosiasi sebagai
salah satu teori dalam pencapaian keputusan bersama. Khusus terkait dengan
model simulasi yang telah dikembangkan, model ini belum mempertimbangkan
horison perencanaan lebih presisi terkait pengambilan barang dan juga belum
mempertimbangkan analisis sensitivitas terkait perubahan parameter dan
koordinasi.

Kata kunci: dwelling time, Business Process Improvement (BPI), mekanisme


koordinasi, model bisnis, ongkos logistik nasional.

ii
ABSTRACT

THE DEVELOPMENT OF MULTI AGENT COORDINATION


MODEL IN MANAGING IMPORT CONTAINER FLOW
By
Femi Yulianti
NIM: 33411003
(Doctoral Study Program in Industrial Engineering and
Management)

A port is one of the important infrastructures in a nations economy. One of


performance measures in port is dwelling time. On August 2017, the average of
dwelling time at Tanjung Priok Port is 4.24 days. Meanwhile, the average of
dwelling time from 2014 to 2017 are 4.26 days, 3.23 days, and 3.75 days. Those
data show the dwelling time that tend to decline each year. However, dwelling
time still becomes a crucial problems since it related with the national logistics
cost.

One of the root cause of the length of dwelling time is the lack coordination
among actors in import process. Indonesian government has attempted to reduce
the dwelling time by improving the infrastructures, reforming the bureaucracy,
issuing regulation, but paid little attention in straightening coordination
mechanism among actors. On the other hand a few studies have been conducted
on port management which integrate all seaport areas (sea side, yard side, and
land side), moreover in coordination mechanisms related to the dwelling time.
Most of the research are done partially using analytical approach. One of the
weaknesses of the previous integrated research is related to information sharing
and interaction among actors dealing with system performance measure.
Therefore the need of study, explaining how is coordination among actors in
managing container flow from the port to the port gate out, is inevitable.

The development of coordination model for managing import container was


conducted in three stages. The first stage is the development of coordination
model that managing business process improvement. The process improvement
uses port business model development along with business process improvement
approach. The basis of the coordination model development are existing port
coordination, benchmark coordination, and literature business model. The
second stage is the improvement of coordination mechanisms among actors
involved in port import process. The coordination mechanisms improvement uses
the coordination framework as enabler of coordination model developed in first
stage. The last stage is the development of coordination mechanisms simulation
model. This simulation model aims to test whether the dwelling time target in the
second stage model is achieved or not.

iii
The research results comprise three main model i.e. coordination model,
coordination mechanisms model, and coordination mechanisms simulation model.
Coordination models for Tanjung Priok port target the dwelling time between 1.5
and 3 days. When the target of dwelling time is 1.5 days, the coordination model
reduces 15% of the number of import processes and 75% of the number of
document involved. Three coordination models developed in first stage
implicated in producing three coordination mechanisms models. The three
alternative coordination mechanisms models are essentially a gradation of the
loose up to tight mechanisms coordination in terms of government involvement.
Meanwhile the experiment results of coordination mechanisms simulation model
is the dwelling time with a mean of 1.375 days. The dwelling time consists of QC
service time with a mean of 0.619 minutes, internal truck transport time with a
mean of 1.92 minutes, RTG service time with a mean of 5.247 minutes, SPPB
document processing time with a mean of 9.65 hours, DO document processing
time with a mean of 21.591 minutes, goods release planning time with a mean of
0.97 days, SP2 document processing time with a mean of 21.74 minutes, external
truck transport time outside the terminal with a mean of 2.39 hours, and external
truck transport time inside the terminal with a mean of 2.93 hours.

The research is subjected to some limitations. This research has not yet
considered collective learning in developing coordination mechanisms. Besides,
this research only considers information exchange and interaction among actors/
organizations. The future research can be directed to develop some negotiation
model as one of theories in reaching agreement. Especially in simulation model
development, the research has not considered more precision planning horizon in
goods release management and sensitivity analysis of parameter and
coordination changes.

Keywords: dwelling time, Business Process Improvement (BPI), coordination


mechanisms, business model, national logistics cost.

iv

You might also like